Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19
-
Upload
maiia-dwinta-sentani -
Category
Documents
-
view
184 -
download
5
description
Transcript of Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok kesembilan belas dan
pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada
kesempatan ini, dilaksanakan tutorial skenario kasus sebagai berikut.
Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa
duduk dan merangkak. Syahbudin bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tapi
belum bisa berbalik sendiri. Sampai saat ini belum bisa makan nasi,
sehingga masih diberi bubur saring dan susu. Syahbudin juga belum bisa
makan biskuit sendiri. Syahbudin sudah mengoceh, tapi belum bisa
memanggil mama dan papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis.
Syahbudin adalah anak pertama dari ibu berusia 18 tahun. Lahir
spontan dengan bidan pada kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu tidak
ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir tidak
langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5. Berat badan
waktu lahir 2000 gram. Hingga saat ini tidak ada riwayat kejang.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Laporan Tutorial 6
Skenario C
Tutor : dr. Rista Silvana
Moderator : Diah Permatasari
Sekretaris Meja : Defer Siska Meidawaty
Sekretaris Papan : Lilis Khairani
Waktu : Selasa, 12 juli 2011
Kamis, 14 juli 2011
Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam
2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman
3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat
4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan
2.2. Skenario C
Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa
duduk dan merangkak. Syahbudin bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tapi
belum bisa berbalik sendiri. Sampai saat ini belum bisa makan nasi, sehingga
masih diberi bubur saring dan susu. Syahbudin juga belum bisa makan
biskuit sendiri. Syahbudin sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil
mama dan papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis.
Syahbudin adalah anak pertama dari ibu berusia 18 tahun. Lahir spontan
dengan bidan pada kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu tidak ada
keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir tidak
langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5. Berat badan
waktu lahir 2000 gram. Hingga saat ini tidak ada riwayat kejang.
Pemeriksaan Fisik :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 2
Berat bdan 7,2 kg , panjang badan 72 cm, lingkaran kepala 41 cm
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau
melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil
namanya dengan keras. Terdapat gerakan yang tidak terkontrol.
Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa
detik. Refleks Moro dan reflex mengenggam masih ditemukan. Kekuatan
kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk
ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada waktu diangkat ke posisi vertical
kedua tungkai saling menyilang. Tidak ada kelainan anatomi pada kedua
tungkai dan kaki
Hasil Tes Bera : respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB
2.3. Seven Jump Step
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Merangkak : merupakan fase dimana kemampuan koordinasi
otot-otot anak mulai bekerja dengan baik, karena ia mulai aktif bergerak
dan anak akan belajar untuk menyeimbangkan tangan dan kaki, kemudian
belajar bergerak ‘maju’ dan ‘mundur’ sehingga dapat membuat otot-otot
kaki si kecil akan semakin kuat sehingga ia akan siap untuk mulai berjalan.
2. Tengkurap : kemampuan anak untuk belajar mengembangkan
kekuatan leher, punggung, dan otot-otot bagian atas lainnya.
3. Skor APGAR : Suatu metode yang digunakan untuk menilai
kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran.
4. Kejang : Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami
fluktuasi kontraksi dan peregangan dengan sangat kuat.
5. Gamb. Dismorfik : Preokupasi dengan kecacatan yang dibayangkan
atau yang berlebihan dalam bentuk penampilan fisik (gambaran defek/
malformasi tubuh)
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 3
6. Refleks Moro : Suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir
yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.Fleksi paha dan
lutut bayi, jari-jari tangan menyebar kemudian mengepal, kedua lengan
mulanya bergerak keluar kemudian bersama-sama seperti hendak
memeluk.
7. Refleks menggenggam : Refleks dasar dan akan menghilang di usia
3 bulan. refleks terdiri dari gerakan menggenggam pada jari-jari tangan
atau kaki sebagai akibat suatu stimulasi normal pada bayi, tetapi pada
kehidupan lanjut menunjukkan lesi frontalis
8. Kedua lengan dan kaki kaku (Spastic) : Gangguan system sensorimotor
yang dikarakteristikan oleh adanya peningkatan tonus otot yang
menyebabkan adanya suatu tahanan pada kedua lengan dan tungkai.
9. Tendon meningkat : kontraksi involunter sebuah otot setelah pergangan
singkat yang dihasilkan oleh pengetukan pada tendonnya, meliputi refleks
biceps, refleks triceps, refleks quadriceps yang meningkat
10. Tes Bera : Brain Evoked Respone Audiometry (BERA)
merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan
pendengaran, bahkan sejak bayi baru saja dilahirkan.
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum
bisa duduk dan merangkak.
2. Syahbudin bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tapi belum bisa berbalik
sendiri.
3. Sampai saat ini belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur
saring dan susu. Syahbudin juga belum bisa makan biskuit sendiri.
4. Syahbudin sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggl mama dan
papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 4
5. Syahbudin adalah anak pertama dari ibu berusia 18 tahun. Lahir
spontan dengan bidan pada kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu
tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali.
6. Segera setelah lahir tidak langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2,
menit kelima 5. Berat badan waktu lahir 2000 gram. Hingga saat ini
tidak ada riwayat kejang
7. Hasil dari pemeriksaan fisik BB, TB, dan lingkaran kepala
8. Hasil dari pemeriksaan ditemukan Tidak ada gambaran dismorfik.
Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum kepada
pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Terdapat
gerakan yang tidak terkontrol.
9. Hasil dari pemeriksaan pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan
menahan kepala beberapa detik. Refleks Moro dan reflex mengenggam
masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan
tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada
waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang.
Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
10. Hasil dari Tes Bera : respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB
2.3.3 Analisis Masalah
1. a. Bagaimana Perkembangan normal anak usia 12 bulan?
b. Apa makna Syahbudin belum bisa duduk dan merangkak?
c. Apa saja kemungkinan penyebab anak belum bisa duduk dan
merangkak?
2. a. Bagaimana perkembangan normal anak usia 10 bulan?
b. Apa saja yang dapat mengakibatkan terjadi keterlambatan
perkembangan pada anak?
3. a. Apa makanan yang seharusnya dikonsumsi anak sesuai usianya?
b. Apa makna Syahbudin belum bisa makan nasi sehingga masih diberi
bubur saring dan susu?
c. Apa makna Syahbudim belum bisa makan biscuit sendiri?
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 5
d. Kapan perkembangan motorik halus muncul pada anak?
4. a. Apa makna Syahbudin sudah mengoceh namun belum bisa memanggil
mama dan papa?
5. a. Apa makna usia kehamilan 36 minggu?
b. Berapa umur ideal seorang ibu melahirkan?
c. Berapa berat badan lahir normal?
d. Berapa kali minimal dilakukan pemeriksaan Kehamilan (ANC)?
e. Bagimana hubungan usia ibu, usia kehamilan, BB lahir, ANC, dengan
keadaan Syahbudin?
6. a. Apa interpretasi dari hasil skor APGAR dan BB lahir?
b. Apa makna bayi lahir tidak langsung menangis?
c. Apa saja faktor resiko dari bayi lahir tidak langsung menangis?
d. Apa saja yang harus dilakukan jika menemukan nilai skor APGAR 2/5?
7. a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan BB, TB, dan Lingkar kepala?
b. Bagaimana status gizi pada Syahbudin?
c. Apa saja kemungkinan penyebab anak mengalami Microsephali?
d. Bagaimana dampak dari anak mengalami Microsephali?
8. a. Apa interpretasi dari hasil tidak ada gambaran dismorfik?
b. Apa interpretasi dari anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan
tersenyum kepada pemeriksa?
c. Apa interpretasi dari anak menoleh ketika dipanggil namanya dengan
keras?
d. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan terdapat gerakan yang tidak
terkontrol?
9. a. Apa itu reflex moro?
b. Pada usia berapa reflex moro menghilang pada seorang anak?
c. Apa interpretasi dari reflex moro dan reflex menggenggam masih
ditemukan?
d. Apa interpretasi dari seorang anak pada posisi tengkurap dapat
mengangkat dan menahan kepala beberapa detik?
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 6
e. Apa interpretasi dari kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan
tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat dan pada
waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang.
f. Apa interpretasi dari tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan
kaki?
10. a. Apa interpretasi dari hasil tes bera?
b. Bagaimana cara melakukan tes bera?
c. Apa kriteria dari derajat ketulian?
11. Apa saja kemungkinan yang dapat terjadi pada Syahbudin? (DD)
12. Bagaimana penegakkan diagnose pada kasus?
13. Apa diagnose kerja pada kasus?
14. Bagaimana pathofisiologi pada kasus?
15. Bagaimana penatalaksanaaan pada kasus?
16. Bagaimana prognosis pada kasus?
17. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada kasus?
18. Bagaimana tindakan preventif dan promotif pada kasus?
19. Berapa kompetensi dokter umum pada kasus?
20. Bagaimana pandangan Islam pada kasus?
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 7
2.3.4 Kerangka Konsep
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 8
Suplai O2 ke otak menurun
Hilangnya autoregulasi
Rentan dgn masalah pernafasan
Global Development DelayGang. Motorik KasarGang. Motorik HalusGang. Sosialisasi & kemandirianGang.Bicara & bahasa
Pembentukan Sistem Saraf di
Otak belum sempurna
Cerebral Palsy Quadriplegia
Microsephaly Gang. Pada Otot mulut yang kaku
KEP ringan
Gang. Gerakan
Sulit makanReflex tendon
meningkat
Test Bera : 30 dB
Pendengaran terganggu
Gang. Pendengaran
Kaku spastic pada kedua lengan dan
tungkai
Menoleh bila dipanggil dengan
suara keras
Lingkar kepala 41cm
Diskinetik
Gerakan tidak terkontrol
Tuli ringan
Tipe campuran
Riwayat Kehamilan :Usia ibu mudaAnc 3x
Riwayat Kelahiran :36 minggu (preterm)2000 gr (SGA)APGAR score 2/5
kerusakan sel-sel SSP yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhan
Refleks primitive (+)
2.3.5 Hipotesis
Syahbudin, laki-laki, 12 bulan, mengalami gangguan motorik kasar, motorik
halus, bicara & bahasa, Sosialisai & kemandirian ( Global Development Delay),
yang disertai Cerebral palsy quadriplegia tipe campuran (spastic dan diskinetik) ,
Microsefali, KEP II dan Tuli ringan.
2.3.6 Learning Issue
Pokok Bahasan What I Know What I Don’t
Know (Learning
Issue)
What I Have
to Prove
How I Will
Learn
Global
Development
Delay
Cerebral Palsy
KEP
Microsefali
Tuli ringan
Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk dan merangkak.
Ia anak pertama dari ibu berusia 18 tahun.
Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 36 minggu.
Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali
Segera setelah lahir tidak langsung menangis,
skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5.
Berat badan waktu lahir 2000 gram
Perkembangan
normal anak
usia 12 bulan
Gangguan
motorik kasar
dan halus
Gangguan
bahasa dan
bicara
Gangguan
Sosialisasi dan
kemandirian
Refleks Moro
Tes Bera
Syahbudin,
laki-laki, 12
bulan,
mengalami
gangguan
perkembangan
pada Global
Development
Delay
Text Book,
Pakar Lain,
Internet
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 9
2.4 Sintesis
1. a. Bagaimana Perkembangan normal anak usia 12 bulan?
Jawab :
Tumbuh kembang anak usia 12 bulan berdasarkan KPSP
Gerak halus - anak sudah dapat mempertahankan barang yang dipegangnya apabila barang itu
direbut.
- anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis dengan meremas
benda itu menggunakan ibu jari dan telunjuk atau jari-jari lainnya.
- anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang sedang ia mainkan / pegang.
Gerak kasar - anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada
kursi/meja/benda penyangga lainnya.
- anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan seorang pun.
- anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan.
Sosialisasi
dan
kemandirian
- anak bereaksi baik terhadap permainan hide an seek (petak umpet), anak berusaha
mencari siapa yang bersembunyi.
- anak dapat membedakan orang terdekatnya dengan orang yang belum pernah ia
kenal. reaksinya malu-malu atau ragu-ragu pada permulaan bertemu dengan orang
yang tidak dikenalnya.
Bicara dan
bahasa
- ketika memanggil atau melihat orang tuanya dapat menyebutkan mama atau papa.
- anak mulai mencoba meniru 2-3 kata yang seseorang ucapkan.
b. Apa makna Syahbudin belum bisa duduk dan merangkak?
Jawab :
Duduk dan merangkak termasuk motorik kasar.
Motorik Kasar
• Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
• Kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga
• Tergantung kematangan anak.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 10
Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Tumbang Anak, duduk & merangkak harus sudah bisa
dilakukan pada usia 6-9 bulan.
Sehingga normalnya pada usia 12 bulan anak sudah bisa duduk dan
merangkak sedangkan pada Syahbudin belum bisa duduk dan merangkak.
Ini menunjukkan bahwa adanya keterlambatan perkembangan motorik
kasar pada Syahbudin.
c. Apa saja kemungkinan penyebab anak belum bisa duduk dan merangkak?
Jawab :
Penyebab anak belum bisa duduk dan merangkak :
Adanya kerusakan pada SSP seperti cerebral palsy (gangguan sistem
motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengatur otot-
otot tubuh)
Genetik seperti Sindrom Down
Perdarahan otak
Benturan (trauma) kepala yang berat
Adanya kelainan sumsum tulang belakang
Penyakit saraf tepi
Poliomielitis yang menyebabkan kelumpuhan
Adanya penyakit otot
Faktor risiko yang menghambat motorik kasar anak:
- Trauma di kepala akibat persalinan sulit, menggunakan alat bantu
persalinan.
- IQ rendah
- Prematur
- Kurang gizi
Pada kasus, kemungkinan Syahbudin mengalami kerusakan pada
SSP (susunan saraf pusat) yang diperberat oleh adanya riwayat prematur
dan kurang gizi.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 11
2. a. Bagaimana perkembangan normal anak usia 10 bulan?
Jawab :
Tumbuh kembang anak usia 10 bulan berdasarkan KPSP
Gerak halus - anak sudah dapat memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke tengan
yang lain.
- anak dapat memungut benda kecil seperti kismis, kacang-kacangan, potongan
biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai.
- anak dapat memungut dua benda seperti mainan/kue kering. masing-masing tangan
memegangsatu benda pada saat yang sama.
Gerak kasar - anak dapat mempertahankan lehernya secara kaku, jika kedua tangannya ditarik
perlahan-lahan keposisi duduk.
- anak dapat menyangga sebagian berat badan dengan kedua kakinya, jika anak
diangkat melalui ketiaknya ke posisi berdiri.
- anak dapat duduk sendiri tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding selama 60
detik.
Sosialisasi
dan
kemandirian
- anak bisa makan sendiri.
- anak dapat menjangkau mainannya dengan mengulurkan lengan atau badannya.
Bicara dan
bahasa
- bersuara tanpa arti mamama, bababa, dadada, tatata.
b. Apa saja yang dapat mengakibatkan terjadi keterlambatan perkembangan
pada anak?
Jawab :
Penyebab dari gangguan perkembangan anak bisa bermacam-macam, antara
lain adalah :
Adanya polusi udara, ini tergantung seberapa parah polusi udara disekitar
ibu dan anak,
Adanya faktor keturunan/genetik,
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 12
Adanya gangguan metabolisme pada anak,
Adanya infeksi yang dialami anak pada waktu bayi,
Ibu pernah minum obat-obatan sewaktu hamil atau hamil muda,
Ibu terkena infeksi semasa kehamilan,
Ibu makan makanan laut yang terkontaminasi saat kehamilan
anak mengalami retardasi mental
adanya gangguan pendengaran pada anak
keterlambatan maturasi,
Kurangnya stimulasi yang diberikan pada anak dll
3. a. Apa makanan yang seharusnya dikonsumsi anak sesuai usianya?
Jawab :
0-6 bln 6-7 bln 7-9 bln 9-12 bln > 12 blnPukul 06.00 ASI on demand ASI ASI/PASI ASI/PASI ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi)
ASI on demand Bubur susuBubur menuju nasi tim
Nasi tim menuju makanan keluarga
Makanan keluarga
Pukul 10.00 ASI on demandBuah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Snack
Pukul 12.00 (makan siang)
ASI on demand ASIBubur menuju nasi tim
Nasi tim menuju makanan keluarga
Makanan keluarga
Pukul 14.00 ASI on demand ASI ASI/PASI ASI/PASI
Pukul 16.00 ASI on demandBuah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Buah segar/biskuit
Snack
Pukul 18.00 ASI on demand Bubur susuBubur menuju nasi tim
Nasi tim menuju makanan keluarga
Makanan keluarga
Jadwal pemberian makanan tambahan menurut umur bayi, jenis makanan,
dan frekuensi pemberian.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 13
Usia Bayi Jenis Makanan Berapa kali sehari0-6 bulan ASI 10-12 kali sehari
6-7 bulan
ASI Saat dibutuhkan1. Buah lunak/sari buah2. Bubur : bubur havermout/bubur
tepung beras merah1-2 kali sehari
7-9 bulan
ASI Saat dibutuhkan3. Buah-buahan4. Hati ayam atau kacang-kacangan5. Beras merah atau ubi6. Sayuran (wortek, bayam)7. Minyak/santan/avokad8. Air tajin
3-4 kali
9-12 bulan
ASI Saat dibutuhkan9. Buah-buahan10. Bubur/roti11. Daging/kacang-kacangan/ayam/
ikan12. Beras merah/kentang/labu/jagung13. Kacang tanah14. Minyak/santan/avokad15. Sari buah tanpa gula
4-6 kali
Pada usia 12 bulan, Syahbudin seharusnya telah dapat
mengkonsumsi makan keluarga seperti nasi dan tetap diberikan ASI/PASI
berupa susu.
b. Apa makna Syahbudin belum bisa makan nasi sehingga masih diberi bubur
saring dan susu?
Jawab :
Normalnya pada anak usia 12 bulan selain mengkonsumsi susu juga sudah
bisa mengkonsumsi nasi, sayur, lauk pauk (daging,telur), buah dan roti/
sereal.
Namun pada Syahbudin belum bisa makan nasi masih diberi bubur saring dan
susu ini menunjukkan bahwa adanya keterlambatan perkembangan motorik
karena adanya kelemahan otot-otot mengunyah (m. masseter) dalam proses
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 14
mekanik makanan yang disebabkan gangguan pada otot-otot yang
berkoordinasi dalam pengunyahan yang dipersyarafi oleh N.VII (facialis) dan
N.V (trigeminus) sehingga kesulitan dalam makan.
Dan Sampai saat ini Syahbudin hanya makan bubur saring dan susu yang
dapat menyebabkan Syahbudin kekurangan nutrisi.
Pada kasus terjadi gangguan pada proses makan :
- Gangguan pada proses mekanik makan (memasukkan makanan ke mulut,
mengunyah dan menelan) koordinasi gerakan menggigit, mengunyah
dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah
(mengunyah) serta palsi area supranuklear bulbar (menelan), pada kasus
Syahbudin terjadi gangguan motorik yang membatasi gerakan pada otot
oral-facial (oromotor dysfunction).
- Mekanisme tidak bisa makan nasi:
Syahbudin menderita CP spastic kerusakan otak di area korteks
motorik (precentralis) kerusakan pada area yang mengatur motorik
wajah dan lidah disfungsi oromotor kesulitan proses makan belum
bisa makan nasi
c. Apa makna Syahbudin belum bisa makan biscuit sendiri?
Jawab :
Normalnya usia 12 bulan anak sudah bisa menggenggam benda2 kecil
seperti biskuit dan memakannya. Namun pada Syahbudin belum bisa
makan biscuit sendiri ini menunjukkan adanya gangguan pada motorik
halus anak.
- Mekanisme belum bisa makan biscuit sendiri
Syahbudin menderita CP spastic kerusakan otak di area korteks
motorik (precentralis) gangguan pada motorik kasar (memegang biscuit
dan memasukkan nya dalam mulut) belum bisa makan biscuit sendiri
d. Kapan perkembangan motorik halus muncul pada anak?
Jawab :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 15
Berdasarkan KPSP, motorik halus sudah muncul pada usia 3 bulan.
3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan
- Pada waktu telentang, bayi dapat gerakan pemeriksa dengan menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
- Pada waktu telentang, bayi dapat mengikuti gerakan pemeriksa dengan menggerakkan kepalanya dari 1 sisi ke sisi yang lainnya.
- bayi dapat menggenggam pensil selama beberapa detik.
- Dapat mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang, kismis, atau uang logam
- Dapat meraih mainan yang diletakkan agak jauh.
- Dapat memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke tangan lainnya.
- Dapat memungut dua benda seperti kue kering/mainan 7 masing-masing tangan memegang 1 benda.
- Dapat memungut benda-benda kecil seperti kismis, kacang-kacangan.
- Dapat mengambil pensil
- Dapat mengambil benda kecil dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya.
- Dapat mempertemukan 2 kubus kecil yang dipegang tanpa bantuan.
4. a. Apa makna Syahbudin sudah mengoceh namun belum bisa memanggil
mama dan papa?
Jawab :
Sudah mengoceh namun belum bisa memanggil mama dan papa
menunjukkan bahwa adanya keterlambatan perkembangan sektor bicara dan
bahasa, dimana temuan mengoceh normalnya ditemukan pada usia 3 bulan,
sedangkan pada usia 12 bulan pada Syahbudin setidaknya sudah dapat
mengatakan 2 suku kata, misalnya “ma-ma”, “da-da”, atau “pa-pa” dan
menirukan 2-3 kata yang diajarkan kepadanya.
b. Apa makna Syahbudin menginginkan sesuatu selalu menangis?
Jawab :
Bila menginginkan sesuatu selalu menangis ini menunjukkan bahwa
adanya keterlambatan perkembangan social dan kemandirian, temuan ini
setidaknya telah ditemukan sejak usia 6 bulan, Syahbudin seharusnya
sudah dapat menunjuk apa yang dia inginkan bukan hanya dengan
menangis.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 16
5. a. Apa makna usia kehamilan 36 minggu?
Jawab :
Kehamilan preterm : usia kehamilan 28-36 minggu Kehamilan aterm : usia kehamilan 37-40 minggu Kehamilan postterm : usia kehamilan > 42 minggu
Pada kasus usia kehamilan ibu melahirkan adalah 36 minggu jadi termasuk
kedalam kehamilan preterm.
b. Berapa umur ideal seorang ibu melahirkan?
Jawab :
Menurut WHO, usia yang dianggap paling aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun.
Menurut depkes RI usia yang ideal untuk ibu hamil adalah 20-35.
Bila umur ideal untuk kehamilan dan persalinan baik kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya retardasi pertumbuhan intrauterine, gawat janin, kematian
intrauterine, prematuritas serta bayi dengan BBLR.
c. Berapa berat badan lahir normal?
Jawab :
- Bayi dengan berat badan normal, yaitu >2500 gram
- Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram -
2500 gram
- Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), dimana berat
lahirnya adalah <1500 gram
- Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat
lahirnya adalah <1000 gram
d. Berapa kali minimal dilakukan pemeriksaan Kehamilan (ANC)?
Jawab :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 17
ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan yaitu :
1 kali pada trimester I
1 kali pada trimester II
2 kali pada trimester III
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid.
Kunjungan ANC yang saint adalah :
setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu
setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
setiap 1 minggu sejak kehamilan 32 minggu sampai terjadi kelahiran.
Pemeriksaan khusus jika ada keluhan tertentu.
Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya adalah
sebanyak empat kali yang dikenal dengan istilah K1,K2,K3,dan K4. Satu
kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan
kedua (antara 14 – 28 minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara
minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36) (Depkes RI,2004).
Adapun uraian sebagai berikut :
1) K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester I (sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan
minimal satu kali dan mendapatkan pelayanan 7T yaitu timbang berat
badan, ukur tekanan darah, imunisasi Tetanus Toxoid, periksa fundus uteri,
pemberian tablet tambah darah, tes PMS, dan temu wicara. K1 ini
mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu
sebagai indicator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui
jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat. (Depkes RI 2001).
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 18
2) K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan
7T setelah melewati K1
3) K3 adalah kunjungan ibu hami yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester III (usia kehamilan 28 – 36 minggu) dan mendapatkan pelayanan
7 T setelah melewati K1 dan K2.
4) K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester III (usia kehamilan >36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1,K2 dan K3.
5. e. Bagimana hubungan usia ibu, usia kehamilan, BB lahir, ANC, (status
obstetric) dengan keadaan Syahbudin?
Jawab:
Anak pertama : memiliki resiko partus lama yang dapat meningkatkan
resiko trauma kepala saat persalinan dan menyebabkan hipoksia pada bayi.
Usia ibu 18 tahun : merupakan resiko kehamilan selain itu pada ibu
usia muda dapat diperkirakan kurangnya pengetahuan sang ibu mengenai
kehamilan dan pertumbuhan serta perkembangan anak.
Usia kehamilan 36 minggu : bayi premature memiliki organ-organ
pernafasan yang belum sempurna. Hal ini memungkinkan terjadinya skor
APGAR yang rendah dan juga merupakan faktor resiko dari CP.
ANC 3 kali : minimal ANC adalah 4kali, karena kurangnya ANC ibu
saat kehamilan menyebabkan penyulit kehamilan yang mungkin ada tidak
diketahui dan tidak dapat dikontrol sehingga menimbulkan gangguan pada
janin.
BB lahir : 2000gr termasuk BBLR yakni kurang dari 2500gr yang
merupakan faktor resiko terjadinya CP.
Lahir tidak langsung menangis : menandakan adanya asfiksia berat
pada awal kehidupan yang berpengaruh pada pertumbuhan otaknya.
tidak ada riwayat kejang
Kejang merupakan indikasi Cerebral Palsy berat. tidak ada riwayat kejang
akan mempengaruhi prognisis Cerebral Palsy, prognosis bertambah berat
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 19
apabila disertai retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan
dan pendengaran.
6. a. Apa interpretasi dari hasil skor APGAR dan BB lahir?
Jawab :
Skor 0 1 2 Angka
A : Appearance
colour (warna
kulit)
Pucat Badan
merah,
ekstrimitas
biru
Seluruh tubuh
kemerah –
merahan
P : Pulse (heart
rate) (denyut
jantung)
Tidak ada < 100 >100
G : Grimace
(reaksi terhadap
rangsangan)
Tidak ada Sedikit
gerakan
mimik
Menangis,
batuk/ bersin
A : Activity
(Tonus otot)
Lumpuh Ekstrimitas
dalam fleksi
sedikit
Gerakan aktif
R : Respiration
(usaha napas)
Tidak ada Lemah, tidak
teratur
Menangis kuat
Jumlah
Nilai 7 – 10 : Bayi normal
Nilai 4 – 6 : Bayi asfiksia ringan-sedang
Nilai 0 – 3 : Bayi asfiksia berat
Interpretasi pada kasus
Pada APGAR 1 menit adalah 2 berarti bayi mengalami asfiksia berat.
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif.
Pada APGAR 5 menit adalah 5 berarti bayi masih mengalami asfiksia
ringan-sedang. Mengalami perbaikan dari keadaan sebelumnya. Tetapi masih
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 20
perlu dilakukan penyedotan lendir yang menutupi jalan napas, pemberian oksigen
untuk membantu bayi bernapas.
Asfiksia menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada
periode lama, anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal
hipoksia iskemik encephalophati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi
aspiksia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi Cerebral
palsy
BB lahir : 2000 gram
Interpretasi :
- Bayi dengan berat badan normal, yaitu >2500 gram
- Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram -
2500 gram
- Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), dimana berat
lahirnya adalah <1500 gram
- Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat
lahirnya adalah <1000 gram
Pada kasus, BB lahir Syahbudin 2000 gr yang menunjukkan bahwa
termasuk kriteria BBLR (berat badan lahir rendah)
b. Apa makna bayi lahir tidak langsung menangis?
Jawab :
Interpretasi pada kasus :
Bayi lahir tidak langsung menangis
Tidak normal, karena pada usia ini, anak sudah dapat menunjuk apa yang
dia inginkan bukan hanya dengan menangis. Ini menunjukkan adanya
keterlambatan perkembangan social dan kemandirian Syahbudin, dan
menunjukkan adanya salah satu tanda RDS (Respiratory Distress
Syndrome).
Syahbudin tidak langsung menangis saat lahir dan skor APGAR 1 pada
menit pertama menunjukkan Syahbudin mengalami Asfiksiaa berat.
Dimana pada penilaian menit kelima, skor APGAR= 5 menunjukkan
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 21
Syahbudin masih mengalami asfiksia tetapi derajat sedang. Aspiksia
menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada periode lama,
anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal hipoksia
iskemik encephalophati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi
aspiksia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi
Cerebral palsy.
Mekanisme:
Pada bayi premature, pembentukan sel pneumocyte tipe II kurang
sempurna sehingga terjadi defisiensi surfaktan. Hal ini mengakibatkan
kolapsnya alveoli sehingga bayi tidak langsung menangis.
c. Apa saja faktor resiko dari bayi lahir tidak langsung menangis?
Jawab :
Faktor yang menyebabkan bayi tidak menangis secara spontan (asfiksia):
Keadaan ibu
Preeklampsia dan eklampsia, perdarahan abnormal, partus lama,
demam selama persalinan, infeksi berat, kehamilan postmatur.
Keadaan janin
Bayi prematur, persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vacum, ekstraksi forceps), cacat bawaan, air ketuban
bercampur mekonium.
Keadaan tali pusat
Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolaps tali pusat, simpul tali pusat.
d. Apa saja yang harus dilakukan jika menemukan nilai skor APGAR 2/5?
Jawab :
Melakukakan tindakan medis yang lebih intensif pada skor APGAR 2
pada menit pertama, dan skor APGAR 5 pada menit kelima harus
dilakukan tindakan medis seperti penyedotan lendir yang menutupi jalan
napas, serta pemberian oksigen untuk membantu napas bayi.
Tindakan medis yang intensif :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 22
7. a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan BB, TB, dan Lingkar kepala?
Jawab :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 23
Perawatan rutin :Berikan kehangatanBersihkan jalan nafasKeringkanNilai warna kulit
Ya
30 detik
30 detik
30 detik
Berikan kehangatanPosisikan, bersihkan jalan nafas *(bila
perlu)Keringkan, rangsang, posisikan lagi
Evaluasi pernafasan, frekuensi jantung dan warna kulit
Apnu atau FJ > 100
Lahir
Cukup bulan?Air ketuban jernih?Bernafas atau menangis?Tonus otot baik?
Tidak
Perawatan ObservasiFJ>100,kemerahan
Bernafas
Bernafas, FJ > 100, tetap sianosis
Beri tambahan oksigen
Sianosis menetap
Berikan VTP* Perawatan Pasca Resusitasi
FJ>100,kemerahan
FJ<60
Berikan VTP*Lakukan Kompresi dada
FJ>60
Berikan Epineprin*
Ventilasi efektif
Berat Badan Panjang Badan
Age Body Weight
Newborn 2,5 – 4,1 kg
5 – 6 mo 2 x birth weight
1 yr 3 x birth weight
2 yr 4 x birth weight
3 yr 5 x birth weight
>3 yr 2n + 8
b. Bagaimana status gizi pada Syahbudin?
Jawab :
= 77.4 % KEP sedang (KEP derajat 2)
Menurut WHO:
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 24
Age Body Weight
Newborn ± 50 cm
1 yr 1,5 x birth length
4 yr 2 x birth length
5 yr 2 x birth length
13 yr 3 x birth length
Age Head Circ (cm)
Newborn 33 – 35 cm
1 yr 45 – 47 cm
2 yr 48 – 50 cm
5 yr 51 – 53 cm
Kasus Usia 12 bulan Interpretasi
BB 7, 2 kg 7,5 – 12,3 kg BB < Normal
PB 72 cm 70 – 81 cm Normal
Lingkar kepala 45 – 47 cm Mikrosefali
Lingkar Kepala Kasus Syahbuddin
- KEP ringan: 80-90% BB ideal terhadap PB
- KEP sedang: 70-80% BB ideal terhdapa PB
- KEP berat : < 70% BB ideal terhadap PB.
c. Apa saja kemungkinan penyebab anak mengalami Microsephali?
Jawab :
Etiologinya :
1. Genetik
a. Fammilial (autosom resesif)
b. Autosom dominan
c. Sindrom
2. Didapat
1. radiasi
2. infeksi kongenital
3. obat
4. meningitis/ensefalitis
5. malnutrisi
6. metabolik
7. hipertermia
8. ensefalopati hipoksik-iskemik
d. Bagaimana dampak dari anak mengalami Microsephali?
Jawab :
Dampak dari Microsefali, yaitu :
Cacat perkembangan otak
Malnutrisi pada awal masa bayi
Anoksia intrauterine atau neonatal
Mudahnya terinfeksi misal infeksi intrauterin, infeksi virus herpes
neonatal
Mikrosefali adalah kasus malformasi congenital otak yang paling
sering dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relative amat kecil dank arena
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 25
prtumbuhannya terhenti maka ukuan tengkorak sebagai wadahnya pun
juga kecil (lebih tepatnya adalah mikrosefalus).
Normal berat otak : berat badan normal = 1 : 30 ; Mikrosefalus 1 :
100. Otak mikrosefalus selalu lebih ringan, dapat serendah 25% otak
normal.Bila kasus hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya
hanya kurang dari 900 gram.(bahkan ada yang hanya 300 gram).
8. a. Apa interpretasi dari hasil tidak ada gambaran dismorfik?
Jawab :
Tidak ada gambaran dismorfik : Menyingkirkan adanya sindrom
down pada syahbudin karena salah satu penyebab gangguan tumbuh
kembang pada bayi adalah sindrom down.
b. Apa interpretasi dari anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan
tersenyum kepada pemeriksa?
Jawab :
Interpretasi dari anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan
tersenyum kepada pemeriksa itu menunjukkan bahwa Syahbudin dalam
kesadaran penuh, masih bisa merespon dan sosialisasinya baik sehingga
dapat menyingkirkan adanya autis, gangguan penglihatan, gangguan
perkembangan sosialisasi dan kemandirian.
c. Apa interpretasi dari anak menoleh ketika dipanggil namanya dengan
keras?
Jawab :
Interpretasinya : ada gangguan dari system pendengarannya sehingga perlu
dipanggil namanya dengan keras
d. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan terdapat gerakan yang tidak
terkontrol?
Jawab :
Normalnya tidak ada gerakan yang tidak terkontrol
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 26
Interpretasinya : Kemungkinan ada kerusakan di ganglia basal akibat
asfiksia berat & kerniktus neonatus.
9. a. Apa itu reflex moro?
Jawab :
Refleks Moro didapatkan dengan menopang tubuh bayi ditangan
kanan dan menopang kepala ditangan kiri. Kepala tiba-tiba dibiarkan turun
beberapa sentimeter. Refleks moro terdiri dari abduksi simetris dari
ekstremitas atas pada bahu dan ekstensi jari-jari. Adduksi lengan bahu
melengkapi refleks. Bayi biasanya kemudian mengeluarkan tangisan yang
keras. Refleks Moro merupakan satu dari motorik autoisme paling penting.
Respon normal menunjukkan system saraf pusat intak dan biasanya
lengkap pada kehamilan 28 minggu. Refleks menghilang dalam usia 3
sampai 5 bulan.
Refleks moro adalah refleks primitive yang ditemukan pada bayi
untuk merespon suara atau gerakan yang hilang pada usia 4 bulan. Fleksi
paha dan lutut bayi, jari-jari tangan menyebar kemudian mengepal kedua
lengan bergerak keluar kemudian bersama-sama seperti hendak memeluk;
ditimbulkan oleh rangsangan yang tiba-tiba seperti memukul meja disisi
anak itu, atau oleh ekstensi leher secara tiba-tiba ketika kepalanya
dibiarkan jatuh kebelakang atau anak itu diangkat pada kedua lengannya
dari posisi berbaring kemudian dilepas.
Harusnya menghilang pada usia 4 bulan
Interpretasi : gangguan neurologi seperti CP
Mekanisme : otak tidak berkembang sehingga refleks primitive masih
dipertahankan.
b. Pada usia berapa reflex moro menghilang pada seorang anak?
Jawab :
Refleks ini merupakan keadaan yang normal bagi semua bayi yang baru
lahir, juga cenderung menghilang pada usia 3 hingga 5 bulan.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 27
c. Apa interpretasi dari reflex moro dan reflex menggenggam masih
ditemukan?
Jawab :
Refleks Moro : pada kasus masih ada refleks moro (+)
Normalnya ada sampai usia 3-5 bulan,
Interpetasi : menandakan adanya defek neurologis.(cerebral palsy)
Refleks menggenggam : pada kasus masih ada refleks menggenggam
(+)
Normalnya ada sampai usia 5-6 bulan,
Interpretasi : menandakan adanya defek neurologis.(cerebral palsy)
d. Apa interpretasi dari seorang anak pada posisi tengkurap dapat
mengangkat dan menahan kepala beberapa detik?
Jawab :
Normalnya perkembangan seorang anak pada posisi tengkurap dapat
mengangkat dan menahan kepala beberapa detik ini mulai terjadi pada
usia 3 bulan
Interpretasinya : Perkembangan ini baru muncul pada Syahbudin pada
usia 12 bulan ini menunjukkan adanya keterlambatan perkembangan
motorik kasar pada Syahbudin
e. Apa interpretasi dari kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan
tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat dan pada
waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang?
Jawab :
Interpretasi dari :
kekuatan kedua lengan dan tungkai 3 :
Dalam praktek sehari-hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan
angka 0-5. (0 berarti lumpuh sama sekali, dan 5 berarti normal)
0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan
pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 28
2 : Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan
gaya berat (gravitasi)
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat (gravitasi)
4 : Di samping dapat melawan gaya berat (gravitasi) ia dapat pula
mengatasi sedikit tahanan yang diberikan
5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)
Interpretasi
kekuatan kedua lengan dan tungkai 3 Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi
lengan dan tungkai kaku dan susah
untuk ditekuk
Menandakan adanya defek
neurologis (cerebral palsy)
reflex tendon meningkat Adanya lesi pada UMN
waktu diangkat ke posisi vertical
kedua tungkai saling menyilang
Defek neurologis (CP)
f. Apa interpretasi dari tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan
kaki?
Jawab :
Ini menunjukkan bahwa normal, tidak adanya kelainan anatomi pada kedua
tungkai dan kaki Syahbudin.
10. a. Apa interpretasi dari hasil tes bera?
Jawab :
Hasil Tes Bera : respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB
Interpretasinya :
Respon suara telinga kanan dan kiri adalah 30 dB termasuk tuli ringan
dengan nilai normal 0-25 dB
BRAIN Evoked Response Audiometry atau BERA merupakan alat
yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan
pendengaran, bahkan sejak bayibaru saja dilahirkan. Istilah lain yang
sering digunakan yakni Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP) atau
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 29
Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry (BAER). Alat ini
efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ pendengaran mulai dari
perifer sampai batang otak.
Berbagai kondisi yang dianjurkan untuk pemeriksaan BERA antara
lain bayi baru lahir untuk mengantisipasi gangguan perkembangan
bicara/bahasa. Jika ada anak yang mengalami gangguan atau lambat dalam
berbicara, mungkin salah satu sebabnya karena anak tersebut tidak mampu
menerima rangsangan suara karena adanya gangguan di telinga.
b. Bagaimana cara melakukan tes bera?
Jawab :
Brainstem Evoke Response Audiometri (BERA) biasanya
menggunakan rangsangan suara klik yang menghasilkan respon dari regio
basilar cochlea. Sinyalnya berjalan melalui jalur pendengaran/auditori
pathway dari kompleks inti cochlear, proksimal ke colliculus inferior.
Gelombang BERA I dan II berkaitan dengan potensial aksi yang benar.
Gelombang selanjutnya mungkin menggambarkan aktivitas postsinaptik
pada pusat auditori batang otak utama that secara bersamaan menimbulkan
bentuk gelombang puncak dan palung. Puncak positif dari bentuk
gelombang menunjukkan aktivitas aferen kombinasi (dan kemungkinan
juga eferen) dari jalur axonal pada batang otak auditory.
Di Ameriksa Serikat, bentuk gelombang biasanya di plot dengan
elektroda pada vertex dengan amplifier tegangan input positif., sehingga
menimbulkan gelombang puncak pada I, III, dan V. Di negara-negara
lainnya, gelombangnya di plot dengan tegangan negatif.
Reaksi yang timbul sepanjang jaras-jaras saraf pendengaran dapat
dideteksi berdasarkan waktu yang dibutuhkan (satuan milidetik) mulai dari
saat pemberian impuls sampai menimbulkan reaksi dalam bentuk
gelombang. Gelombang yang terjadi sebenarnya ada 7 buah, namun yang
penting dicatat adalah gelombang I, III,dan V
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 30
Komponen Bentuk Gelombang
Gelombang I: Respon gelombang BERA I merupakan gambaran yang luas dari
potensial aksi saraf auditori gabungan pada bagian distal dari nervus cranialis
(CN) VIII. Respon tersebut dipercaya berasal dari aktivitas aferen dari serabut
saraf CN VIII. (neuron urutan pertama) saat meninggalkan cochlea dan masuk ke
canalis auditori internal.
Gelombang II: gelombang BERA II ditimbulkan oleh nervus VIII proksimal saat
memasuki batang otak.
Gelombang III: gelombang BERA III muncul dari aktivitas aktivitias saraf
urutan kedua arises from (diluar CN VIII) di dalam atau di dekat nukleus
cochlearis. Literatur menyatakan bahwa gelombang III ditimbulkan pada bagian
caudal dari pons auditori. Nukleus cochlearis mengandung hampir 100,000
neuron, kebanyakan dipersarafi oleh sembilan serabut saraf.
Gelombang IV: gelombang BERA IV, yang sering memiliki puncak yang sama
dengan gelombang V, diperkirakan muncul dari neuron urutan ketiga pontine
yang kebanyakan terletak pada kompleks olivary superior, tetapi kontribusi
tambahan untuk terbentuknya gelombang IV dapat datang dari nukleus cochlearis
dan nucleus dari lemniskus lateral.
Gelombang V: pembentukan gelombang V kemungkinan merupakan dari
aktivitas dari struktur auditori anatomik multipel. Gelombang BERA V
merupakan komponen yang paling sering di analisa pada aplikasi klinis BERA.
Meskipun terdapat beberapa database mengenai hal yang tepat dalam
pembentukan gelombang V, gelombang V dipercaya berasal dari sekitar colliculus
inferior. Aktivitas neuron urutan kedua mungkin secara sekunder mempengaruhi
beberapa hal dalam pembentukan gelombang V. Colliculus inferior merupakan
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 31
sebuah struktur yang komplex, dengan lebih dari 99% akson dari regio auditori
batang otak bawah melewati lemniskus lateral ke colliculus inferior.
Gelombang VI dan VII: Gelombang VI dan VII dianggap berasal dari thalamus
(medial geniculate body), tetapi tempat pembentukan sebenarnya masih
diragukan.
c. Apa kriteria dari derajat ketulian?
Jawab :
Derajat ketulian menurut ISO:
0-25 dB Normal
26-40 dB Tuli ringan pada kasus (30 dB)
41-60 dB Tuli sedang
61-90 dB Tuli berat
90 dB Tuli sangat berat
11. Apa saja kemungkinan yang dapat terjadi pada Syahbudin? (DD)
Jawab :
Deskripsi Cerebral Palsy
(tipe campuran)
Muscular Distrofi Down syndrome Kasus
Kelahiran preterem + +/- +/- +
APGAR score 2-5 + - - +
Asfiksia + - + +
BB 2000 gr + - +/- +
Bayi laki-laki + + - +
Gangguan
perkembangan
motorik
+ Gangguan tidak
tampak sehingga
anak tersebut bisa
berjalan
+ +
Gangguan makan + + + +
Kejang - + + -
Gambaran
dismorfik
- - + -
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 32
12. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus?
Jawab :
Anamnesis
- Riwayat kehamilan (umur ibu, ANC hanya 3x, )
- Riwayat kelahiran (lahir spontan pada usia kehamilan 36 minggu)
- Perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi keterlambatan pada segala
aspek
- Sulit makan (belum bisa makan nasi msih diberi bubur saring dan susu)
- Segera setelah lahir tidak langsung menangis
Pemeriksaan fisik
- APGAR Score 1 menit 2, menit kelima 5
- Anak termasuk KEP derajat sedang (bila dilihat dari BB dan PB nya)
- Terdapat gerakan yang tidak terkontrol
- Menoleh bila dipanggil dengan suara keras
- Masih terdapat refleks moro dan refeks menggenggam
- Terdapat tanda-tanda spastic dan diskinetik (lengan tungkai kaku, susah
untuk ditekuk, reflex tendon meningkat, dan scissoring leg)
- Pada saat kaki posisi vertical , kedua tungkai saling menyilang
- Hasil tes bera 30 dB
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan mata dan pandengaran
2) EEG : pada penderita yang memperlihatkan gejala motorik, seperti
tetraparesis, hemiparesis, atau karena sering disertai kejang.
3) USG kepala atau CT Scan untuk mencari etiologi.
4) Pemeriksaan psikologi untuk menilai tingkat pendidikan yang dibutuhkan
13. Apa diagnose kerja pada kasus?
Jawab :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 33
Cerebral Palsy quadriplegia tipe campuran (spastic dan diskinetik) disertai
KEP grade 2, mikrosefali, dan tuli ringan.
Cerebral Palsy
Definisi
Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serbelum dan kelainan mental
Etiologi
1) Pranatal :
Malformasi kongenital.
Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainanjanin
(misalnya; rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus
lainnya).
Radiasi.
Tok gravidarum.
Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta
previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).
2) Natal :
Anoksial hipoksia.
Perdarahan intra kranial.
Trauma lahir.
Prematuritas.
3) Postnatal :
Trauma kapitis.
Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, trom-
boplebitis, ensefalomielitis.
Kern icterus
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 34
Epidemiologi
2-3:1000 kelahiran
Anak laki-laki > anak perempuan
Prevalensi menurut berat badan antara 1,1 neonatus dengan berat lahir
>2500gr sampai 78,1 pada bayi dengan berat lahir <1000gr.
Faktor Risiko
Bayi premature
BBLR
Bayi kuning (bilirubin)sangat tinggi
Penderita alergi
Gangguan saluran cerna
Gangguan kenaikan BB
Anak sulit makan
Infeksi dan kelainan bawaan sejak lahir
Infeksi susunan saraf pusat
Klasifikasi
– Tipe spastik
• Paling sering terjadi (50-70%)
• Kerusakan terjadi di traktus piramidalis(kortikospinalis),
area korteks motorik
• Mengalami kesulitan dalam berjalan atau bergerak
(kelumpuhan yang kaku)
• Gejala: hipertonia, hiperrefleksia yang disertai klonus,
cenderung timbul kontraktur sendi, keterbatasan gerakan
sendi dan otot, refleks patologis +
• Dibagi menjadi: hemiplegia, diplegia, quadriplegis,
monoplegia
– Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang
sama.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 35
– Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak,
anggota gerak bawah lebih berat.
– Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota
gerak atas sedikit lebih berat.
– Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.
– Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua
anggota gerak bawah, biasanya merupakan varian dan
kuadriplegi.
– Tipe diskinetik(koreo-atetoid)
• Terjadi pada 25-40% CP
• Kerusakan terjadi pada traktus extrapiramidalis (area
ganglio basalis)
• Gejala: gerakan involunter, hipotonia pada usia 1-3 tahun,
jarang ada kontraktur, kesulitan bicara dan menelan akibat
kesulitan mengontrol lidah, refleks tendon dalam biasanya
normal atau sedikit meningkat, refleks neonatal menetap,
ada gangguan pendengaran, hipertonia, hiperefleksia
ringan, jarang timbul klonus.
– tipe ataksia
• terjadi pada 5-10%CP
• kerusakan terjadi pada cerebellum
• mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi
• gejala: tomus otot menurun, ucapannya tersentak-sentak,
pergerakan sera canggung, perkembangan motorik yang
terlambat, bisa juga terdapat tremor pada tangan, otot tak
kaku tapi kadang penderita tidak dapat berdiri dan berjalan
karena gangguan keseimbangan, bisa berjalan tapi lambat
dan mudah goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh
– tipe campuran
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 36
• gabungan 2 jenis CP seperti tipe spastik dengan atetoid,
atetoid dengan ataxia, bisa juga gabungan 3 jenis CP
Pada kasus, terjadi cerebral palsy tipe spastic diskinetik
Kekurangan Energi Protein (KEP)
Definisi
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG).
Etiologi
- Intake yang kurang
- Sosial ekonomi
- Penyakit sistemik
Klasifikasi
– KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku
median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS;
– KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS
dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS;
– KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS
dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS.
Klasifikasi dan MK
a.Kwashiorkor
– Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki
(dorsum pedis)
– Wajah membulat dan sembab
– Pandangan mata sayu
– Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah
dicabut tanpa rasa sakit, rontok
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 37
– Perubahan status mental, apatis, dan rewel
– Pembesaran hati
– Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi
berdiri atau duduk
– Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
– Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut
– anemia
– diare.
b. Marasmus:
– Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
– Wajah seperti orang tua
– Cengeng, rewel
– Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/”baggy
pants”)
– Perut cekung
– Iga gambang
– Sering disertai:
– penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
– diare
c. Marasmik-Kwashiorkor:
– Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik
Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-
NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
Tidak dapat ditentukan yang mana karena informasinya kurang, pada anak ini
hanya dapat dipastikan kalau dia mengalami kekurangan energy protein dilihat
dari antropometrinya
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 38
Mikrosefali
Definisi
Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat
abnormalitas perkembangan dan proses destruksi otak selama masa janin dan awal
masa bayi.
Etiologi
• Genetik
• Didapat, yaitu disebabkan :
• Antenatal pada morbili, penyinaran, sifilis, toksoplasmosis, kelainan
sirkulasi darah janin atau tidak diketahui penyebabnya.
• Intranatal akibat perdarahan atau anoksia.
• Pascanatal dan setelah ensefalitis, trauma kepala dan sebagainya.
Manifestasi Klinis
• Kepala lebih kecil dari pada normal, sekunder akibat jaringan otak yang
tidak tumbuh. Kadang-kadang ubun-ubun besar terbuka dan kecil.
Didapatkan retardasi mental. Mungkin didapatkan pula gejala motorik
berupa diplegia spastik, hemiplegia dan sebagainya. Terlambat bicara dan
kadang-kadang didapatkan kejang.
• Tampilan kasus mikrosefallus yang khas adalah tulang frontal dan fosa
anterior yang kecil.
Gangguan Pendengaran Pada Bayi/anak (Tuli ringan)
Etiologi
Penyebab gangguan pendengaran pada bayi dan anak dibedakan berdasarkan saat
terjadinya gangguan pendengaran yaitu pada masa pranatal, perinatal, dan
postnatal.
Masa Prenatal
Genetik herediter
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 39
Non genetik seperti gangguan/ kelainan struktur anatomik dan
kekurangan zat gizi (mis. Defisiensi jodium)
Selama kehamilan periode yang paling penting adalah
trimester pertama sehingga setiap gangguan atau kelainan yang
terjadi pada masa tersebut dapat menyebabkan ketulian pada bayi.
Infeksi seperti TORCHS dapat berakibat buruk pada bayi yang
akan dilahirkan
Beberapa jenis obat ototoksik dan teratogenik berpotensi
mengganggu proses organogenesis dan merusak sel-sel rambut
koklea seperti salisilat, kina, neomisin, dihidro streptomisin,
gentamisin dll.
Selain itu malformasi struktur anatomi telinga seperti
atresia liang telinga dan aplasia koklea juga akan menyebabkan
ketulian.
Masa Perinatal
Beberapa keadaan yang yang dialami bayi pada saat lahir
juga merupakan faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran /
ketulian seperti prematur, BBLR (<2500 gram),
hiperbilirubinemia, asfiksia (lahir tidak menangis).
Umumnya ketulian yang terjadi akibat faktor prenatal dan
perinatal adalah tuli sensorineural bilateral dengan derajat ketulian
berat atau sangat berat.
Masa Postnatal
Adanya infeksi bakteri atau virus seperti rubella, campak, parotis,
infeksi otak (meningitis, ensefalitis), perdarahan pada telinga
tengah, trauma temporal juga dapat menyebabkan tuli saraf atau
tuli konduktif.
Patogenesis
a) Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu
induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi, dan induksi
ventral yang berlangsung pada minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 40
pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti
kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya.
b) Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi
bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali,
makrosefali.
c) Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi
bulan 35. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sd
berdiferensiasi dan daerah periventrikuler dan subventrikuler ke lapisan
sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sd
berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks serebri.
Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti
polimikrogiri, agenesis korpus kalosum. Stadium organisasi terjadi pada masa
gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium
ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme.
d) Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal.
Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung
mialin.
Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya
kerusakan. Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan
difus yang bisa mengenai korteks motorik, traktus piramidalis, daerah
paraventrikuler, ganglia basalis, batang otak dan serebelum.
Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan
subependim.
Asfiksia perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa
menyebabkan nekrosis.
Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh
dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang
otak; bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran
dan mental retardasi.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 41
Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi
obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam
otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel.
Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder.
Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel
lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu
pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsy.
14. Bagaimana pathofisiologi pada kasus?
Jawab :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 42
Refleks Moro (+)
Refleks Menggenggam (+)
refleks tendon meningkat
sulit ditekuktungkai saling menyilang (scissoring leg)
Prematuritas (36 minggu) Primipara Usia ibu 18 tahun
PD, faktor pembekua, enzim masih belum sempurna
Resiko partus lama
kurang matangnya alat reproduksi
resiko perdarahan otak suplai O2 dari ibu ke janin
rahim belum siap untuk proses kehamilan
menekan kortes serebri
organ pernafasan belum matur
suplay O2 otak
hilangnya autoregulasi otak
kerusakan sel-sel SSP yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhan
hipoksia bayi
pasca lahir gagal bernafas spontan
Asfiksia Neonatorum
rentan dengan masalah pernafasan
Multifaktorial
Cerebral Palsy
di gyrus precentralis (area motorik)
refleks primitif masih ada
di area broca(mengatur gerakan bicara)
mengoceh tapi belum bisa menyebut mama, papa
di traktus piramidalis
butuh energi lebih banyak
belum bisa duduk dan merangkak, bisa tengkurap tapi belum bisa berbalik sendiri
gangguan motorik kasar/halus
spastisitas (kontraksi otot)
hilangnya inhibisi kegiatan otot
Mikrosefali
nutrisi untuk perkembangan otak sedikit
KEP derajat II
hanya makan bubur dan susu
belum bisa makan nasi
gangguan oromotorik
menangis bila minta sesuatu
15. Bagaimana penatalaksanaaan pada kasus?
Jawab :
a. Cerebral Palsy
- sedini mungkin, multidisiplin
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 43
- Target : agar anak dengan Cerebral Palsy bisa hidup mandiri ;
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal
mungkin.
- ASPEK MEDIS UMUM :
1. Terapi rehabilitasi meliputi : fisioterapi (latihan
anggota gerak : oromotor)
- tekhnik tradisional : latihan luas gerak sendi, “streching”, latihan
penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan
berdiri, latihan pindah, latihan jalan. contohnya adalah tekhnik dari
Deaver.
- “Motor function training” okupasional terapi, ortotik, terapi
wicara, nightsplinting, pemakaian alat bantu kursi roda elektrolit,
walker, symbol board, blissymbol (alat komunikasi untuk penderita
cerebral palsy yang tidak bisa bicara)
2. - Gizi yang baik untuk rentang usia 1-3 tahun,
kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2gr/hari.
- hal-hal yang lain sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi,
perawatan kesehatan, dan lain-lain.
- terapi dengan obat-obatan Relaksan otot (untuk spastisitas bisa
diberikan baclofen dan diazepam; bila gejala berupa rigiditas bisa
diberikan levodopa; Botolinum Toxin (Botox) intramuskuler bisa
mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan.
- terapi melalui pembedahan ortopedi.
3. terapi bicara
4. edukasi
- ASPEK NON MEDIS :
Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan
mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan
pendidikan khusus (SLB)
Pekerjaan
Problem Sosial
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 44
Bila terdapat masalah sosial, diperlukan pekerjaan sosial untuk
membantu menyelesaikannya.
Lain-lain
Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian, dan aktifitas-
aktifitas kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita
ini.
b. KEP
Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan
kegawatan)
- obati hipoglikemia
- obati hipotermia
- obati dehidrasi
- perbaikan keseimbangan elektrolit
- obati infeksi
- perbaiki defisiensi mikronutrien
- mulai memberikan formula 75
- mengejar pertumbuhan terlambat (catch-up growth)
- merangsang emosional dan perkembangan sensorial
- persiapan untuk pulang
c. Mikrosefali
- pengobatan simptomatik, bila terdapat kejang diberi antikonvulsan.
- selanjutnya dilakukan fisioterapi, speech therapy dan sebagainya.
- mikrosefali tidak dapat diobati, sehingga pencegahan sangat penting.
pencegahan meliputi bimbingan dan penyuluhan genetika, pencegahan
bahaya infeksi terutama selama kehamilan, obat-obatan.
d. Tuli Ringan
Dalam usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim
yang solid yang terdiri dari guru, speech language pathologist, audiologist,
dan orang tua tentunya. Namun sebelumnya dokter anak akan
mengidentifikasi gangguan komunikasi apa yang dialami anak tersebut,
salah satunya dengan mencek fungsi pendengaran anak bekerja sama
dengan dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorokan.
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 45
Speech-language pathologist akan membantu anak dengan gangguan
komunikasi dengan cara memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan
spesifik anak tersebut. Dia juga akan mengkonsultasikan kondisi anak
dengan guru disekolah sehingga diharapkan pihak sekolah dapat
mengakomodasi situasi belajar yang paling maksimal yang dapat
mendukung kemampuan komunikasi anak; juga bekerja sama dengan
pihak sekolah untuk mendiskusikan teknik-teknik terapi yang paling
efektif dan paling cocok diterapkan untuk masalah spesifik anak tersebut.
Penggunaan alat bantu dengar sangat bermakna bagi anak dengan
gangguan dengar sedang sampai berat. Anak yang tuli membutuhkan
stimulasi dini yang konsisten dan juga alat bantu komunikasi lain seperti
„sign language“, „finger spelling“, bahasa isarat dan juga tentunya alat
bantu dengar tersebut.
Teknologi yang canggih juga banyak membantu anak anak yang
mengalami gangguan bicara/bahasa akibat keterbatasan fisik. Penggunaan
media komunikasi elektronik dapat membantu individu berkomunikasi
tanpa bicara langsung sehingga mereka tetap dapat mengkomunikasikan
isi pikirannya.
16. Bagaimana prognosis pada kasus?
Jawab :
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad vitam : dubia ad bonam
17. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada kasus?
Jawab :
Kronik meningitis
Retardasi Mental
Malnutrisi berat
Gagal Tumbuh
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 46
18. Bagaimana tindakan preventif dan promotif pada kasus?
Jawab :
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu atau keluarga antara lain:
1) Hindari pernikahan pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun yang merupaka
faktor resiko bayi prematur dan hipoksia.
2) Sebelum mengandung, ibu harus menjaga kondisi tubuh dan mengelola
gangguan kesehatan dengan baik
3) Saat ibu mengandung, ibu melakukan kontrol rutin dan melakukan
perawatan kesehatan dengan baik sesuai dengan anjuran dokter kandungan
4) Mengontrol diabetes, anemia, hypertension, seizures, and nutritional
deficiencies selama mengandung dapat mencegah beberapa kelahiran
prematur yang dalam beberapa kasus dapat mengakibatkan CP
5) Setelah bayi dilahirkan, orang tua mengurangi resiko untuk kerusakan otak
seperti tidak menggoncang-goncangkan bayi dan menjaga keamanan bayi
saat dalam kendaraan
6) Selalu peduli/waspada dengan keadaan di rumah
7) Memberikan imunisasi tepat waktu untuk melawan infeksi yang serius
19. Berapa kompetensi dokter umum pada kasus?
Jawab :
Kompetensi : 3B
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(kasus gawat darurat).
20. Bagaimana pandangan Islam pada kasus?
Jawab :
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 47
Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan baik penderitaan jiwa
dan penyakit badan, kehilangan orang-orang yang dicintai dan kerugian harta
benda. Tidak peduli orang baik maupun jahat, orang beriman maupun tidak
beriman. Tetapi orang-orang mukmin menerima musibah ini dengan ridha
dan ketenangan yang memenuhi ruangan hatinya, yang mana dia telah
menyerahkan kendali hatinya kepada Dzat yang membolak-balikan hati dan
pandangan; karena dia mengetahui dengan keyakinan yang penuh bahwa apa
saja yang pasti menimpanya tidak akan meleset darinya dan apa saja yang
bukan untuknya tidak akan menimpanya.
Allah SWT berfirman :
Artinya:“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-
Baqarah : 155)
BAB III
KESIMPULAN
Syahbudin, laki-laki, 12 bulan, mengalami gangguan motorik kasar, motorik
halus, bicara & bahasa, Sosialisai & kemandirian ( Global Development Delay),
yang disertai Cerebral palsy quadriplegia tipe campuran (spastic dan diskinetik) ,
Microsefali, KEP II dan tuli ringan
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 48
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Buku ajar Ilmu gizi, Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta : EGC.
Hal 93-106.
Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3. Ed. 15.
Jakarta : EGC. Hal. 2049
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 49
Bakti Husada. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
2006. Jakarta: Depkes RI.
Hasan, R dan Alatas, H. 1991. Neurologi Dalam Ilmu Kesehatan Anak, Buku Jilid
II, Jakarta, , Infomedia, 847-884.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Edisi
Pertama. 2002. Jakarta: Pengurus Pusat IDAI.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi/Rustam Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed 2 . Jakarta : EGC.
Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta:
EGC.
Salim, A. 1996. Pendidikan Bagi Anak Cerebral Palsy. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC.
Swartz , Mark H. 1997. Intisari Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC. Hal.
89-90.
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC
Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 50