Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok kesembilan belas dan pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini, dilaksanakan tutorial skenario kasus sebagai berikut. Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk dan merangkak. Syahbudin bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tapi belum bisa berbalik sendiri. Sampai saat ini belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur saring dan susu. Syahbudin juga belum bisa makan biskuit sendiri. Syahbudin sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis. Syahbudin adalah anak pertama dari ibu berusia 18 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir tidak langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5. Berat badan waktu lahir 2000 gram. Hingga saat ini tidak ada riwayat kejang. Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 1

description

skenario blok

Transcript of Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Page 1: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok kesembilan belas dan

pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada

kesempatan ini, dilaksanakan tutorial skenario kasus sebagai berikut.

Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa

duduk dan merangkak. Syahbudin bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tapi

belum bisa berbalik sendiri. Sampai saat ini belum bisa makan nasi,

sehingga masih diberi bubur saring dan susu. Syahbudin juga belum bisa

makan biskuit sendiri. Syahbudin sudah mengoceh, tapi belum bisa

memanggil mama dan papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis.

Syahbudin adalah anak pertama dari ibu berusia 18 tahun. Lahir

spontan dengan bidan pada kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu tidak

ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir tidak

langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5. Berat badan

waktu lahir 2000 gram. Hingga saat ini tidak ada riwayat kejang.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan

metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 1

Page 2: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Laporan Tutorial 6

Skenario C

Tutor : dr. Rista Silvana

Moderator : Diah Permatasari

Sekretaris Meja : Defer Siska Meidawaty

Sekretaris Papan : Lilis Khairani

Waktu : Selasa, 12 juli 2011

Kamis, 14 juli 2011

Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam

2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman

3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat

4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan

2.2. Skenario C

Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa

duduk dan merangkak. Syahbudin bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tapi

belum bisa berbalik sendiri. Sampai saat ini belum bisa makan nasi, sehingga

masih diberi bubur saring dan susu. Syahbudin juga belum bisa makan

biskuit sendiri. Syahbudin sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil

mama dan papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis.

Syahbudin adalah anak pertama dari ibu berusia 18 tahun. Lahir spontan

dengan bidan pada kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu tidak ada

keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir tidak

langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5. Berat badan

waktu lahir 2000 gram. Hingga saat ini tidak ada riwayat kejang.

Pemeriksaan Fisik :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 2

Page 3: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Berat bdan 7,2 kg , panjang badan 72 cm, lingkaran kepala 41 cm

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau

melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil

namanya dengan keras. Terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa

detik. Refleks Moro dan reflex mengenggam masih ditemukan. Kekuatan

kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk

ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada waktu diangkat ke posisi vertical

kedua tungkai saling menyilang. Tidak ada kelainan anatomi pada kedua

tungkai dan kaki

Hasil Tes Bera : respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB

2.3. Seven Jump Step

2.3.1 Klarifikasi Istilah

1. Merangkak : merupakan fase dimana kemampuan koordinasi

otot-otot anak mulai bekerja dengan baik, karena ia mulai aktif bergerak

dan anak akan belajar untuk menyeimbangkan tangan dan kaki, kemudian

belajar bergerak ‘maju’ dan ‘mundur’ sehingga dapat membuat otot-otot

kaki si kecil akan semakin kuat sehingga ia akan siap untuk mulai berjalan.

2. Tengkurap : kemampuan anak untuk belajar mengembangkan

kekuatan leher, punggung, dan otot-otot bagian atas lainnya.

3. Skor APGAR : Suatu metode yang digunakan untuk menilai

kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran.

4. Kejang : Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami

fluktuasi kontraksi dan peregangan dengan sangat kuat.

5. Gamb. Dismorfik : Preokupasi dengan kecacatan yang dibayangkan

atau yang berlebihan dalam bentuk penampilan fisik (gambaran defek/

malformasi tubuh)

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 3

Page 4: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

6. Refleks Moro : Suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir

yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.Fleksi paha dan

lutut bayi, jari-jari tangan menyebar kemudian mengepal, kedua lengan

mulanya bergerak keluar kemudian bersama-sama seperti hendak

memeluk.

7. Refleks menggenggam : Refleks dasar dan akan menghilang di usia

3 bulan. refleks terdiri dari gerakan menggenggam pada jari-jari tangan

atau kaki sebagai akibat suatu stimulasi normal pada bayi, tetapi pada

kehidupan lanjut menunjukkan lesi frontalis

8. Kedua lengan dan kaki kaku (Spastic) : Gangguan system sensorimotor

yang dikarakteristikan oleh adanya peningkatan tonus otot yang

menyebabkan adanya suatu tahanan pada kedua lengan dan tungkai.

9. Tendon meningkat : kontraksi involunter sebuah otot setelah pergangan

singkat yang dihasilkan oleh pengetukan pada tendonnya, meliputi refleks

biceps, refleks triceps, refleks quadriceps yang meningkat

10. Tes Bera : Brain Evoked Respone Audiometry (BERA)

merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan

pendengaran, bahkan sejak bayi baru saja dilahirkan.

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum

bisa duduk dan merangkak.

2. Syahbudin bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tapi belum bisa berbalik

sendiri.

3. Sampai saat ini belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur

saring dan susu. Syahbudin juga belum bisa makan biskuit sendiri.

4. Syahbudin sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggl mama dan

papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 4

Page 5: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

5. Syahbudin adalah anak pertama dari ibu berusia 18 tahun. Lahir

spontan dengan bidan pada kehamilan 36 minggu. Selama hamil ibu

tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali.

6. Segera setelah lahir tidak langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2,

menit kelima 5. Berat badan waktu lahir 2000 gram. Hingga saat ini

tidak ada riwayat kejang

7. Hasil dari pemeriksaan fisik BB, TB, dan lingkaran kepala

8. Hasil dari pemeriksaan ditemukan Tidak ada gambaran dismorfik.

Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum kepada

pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Terdapat

gerakan yang tidak terkontrol.

9. Hasil dari pemeriksaan pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan

menahan kepala beberapa detik. Refleks Moro dan reflex mengenggam

masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan

tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada

waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang.

Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki

10. Hasil dari Tes Bera : respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB

2.3.3 Analisis Masalah

1. a. Bagaimana Perkembangan normal anak usia 12 bulan?

b. Apa makna Syahbudin belum bisa duduk dan merangkak?

c. Apa saja kemungkinan penyebab anak belum bisa duduk dan

merangkak?

2. a. Bagaimana perkembangan normal anak usia 10 bulan?

b. Apa saja yang dapat mengakibatkan terjadi keterlambatan

perkembangan pada anak?

3. a. Apa makanan yang seharusnya dikonsumsi anak sesuai usianya?

b. Apa makna Syahbudin belum bisa makan nasi sehingga masih diberi

bubur saring dan susu?

c. Apa makna Syahbudim belum bisa makan biscuit sendiri?

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 5

Page 6: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

d. Kapan perkembangan motorik halus muncul pada anak?

4. a. Apa makna Syahbudin sudah mengoceh namun belum bisa memanggil

mama dan papa?

5. a. Apa makna usia kehamilan 36 minggu?

b. Berapa umur ideal seorang ibu melahirkan?

c. Berapa berat badan lahir normal?

d. Berapa kali minimal dilakukan pemeriksaan Kehamilan (ANC)?

e. Bagimana hubungan usia ibu, usia kehamilan, BB lahir, ANC, dengan

keadaan Syahbudin?

6. a. Apa interpretasi dari hasil skor APGAR dan BB lahir?

b. Apa makna bayi lahir tidak langsung menangis?

c. Apa saja faktor resiko dari bayi lahir tidak langsung menangis?

d. Apa saja yang harus dilakukan jika menemukan nilai skor APGAR 2/5?

7. a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan BB, TB, dan Lingkar kepala?

b. Bagaimana status gizi pada Syahbudin?

c. Apa saja kemungkinan penyebab anak mengalami Microsephali?

d. Bagaimana dampak dari anak mengalami Microsephali?

8. a. Apa interpretasi dari hasil tidak ada gambaran dismorfik?

b. Apa interpretasi dari anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan

tersenyum kepada pemeriksa?

c. Apa interpretasi dari anak menoleh ketika dipanggil namanya dengan

keras?

d. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan terdapat gerakan yang tidak

terkontrol?

9. a. Apa itu reflex moro?

b. Pada usia berapa reflex moro menghilang pada seorang anak?

c. Apa interpretasi dari reflex moro dan reflex menggenggam masih

ditemukan?

d. Apa interpretasi dari seorang anak pada posisi tengkurap dapat

mengangkat dan menahan kepala beberapa detik?

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 6

Page 7: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

e. Apa interpretasi dari kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan

tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat dan pada

waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang.

f. Apa interpretasi dari tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan

kaki?

10. a. Apa interpretasi dari hasil tes bera?

b. Bagaimana cara melakukan tes bera?

c. Apa kriteria dari derajat ketulian?

11. Apa saja kemungkinan yang dapat terjadi pada Syahbudin? (DD)

12. Bagaimana penegakkan diagnose pada kasus?

13. Apa diagnose kerja pada kasus?

14. Bagaimana pathofisiologi pada kasus?

15. Bagaimana penatalaksanaaan pada kasus?

16. Bagaimana prognosis pada kasus?

17. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada kasus?

18. Bagaimana tindakan preventif dan promotif pada kasus?

19. Berapa kompetensi dokter umum pada kasus?

20. Bagaimana pandangan Islam pada kasus?

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 7

Page 8: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

2.3.4 Kerangka Konsep

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 8

Suplai O2 ke otak menurun

Hilangnya autoregulasi

Rentan dgn masalah pernafasan

Global Development DelayGang. Motorik KasarGang. Motorik HalusGang. Sosialisasi & kemandirianGang.Bicara & bahasa

Pembentukan Sistem Saraf di

Otak belum sempurna

Cerebral Palsy Quadriplegia

Microsephaly Gang. Pada Otot mulut yang kaku

KEP ringan

Gang. Gerakan

Sulit makanReflex tendon

meningkat

Test Bera : 30 dB

Pendengaran terganggu

Gang. Pendengaran

Kaku spastic pada kedua lengan dan

tungkai

Menoleh bila dipanggil dengan

suara keras

Lingkar kepala 41cm

Diskinetik

Gerakan tidak terkontrol

Tuli ringan

Tipe campuran

Riwayat Kehamilan :Usia ibu mudaAnc 3x

Riwayat Kelahiran :36 minggu (preterm)2000 gr (SGA)APGAR score 2/5

kerusakan sel-sel SSP yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhan

Refleks primitive (+)

Page 9: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

2.3.5 Hipotesis

Syahbudin, laki-laki, 12 bulan, mengalami gangguan motorik kasar, motorik

halus, bicara & bahasa, Sosialisai & kemandirian ( Global Development Delay),

yang disertai Cerebral palsy quadriplegia tipe campuran (spastic dan diskinetik) ,

Microsefali, KEP II dan Tuli ringan.

2.3.6 Learning Issue

Pokok Bahasan What I Know What I Don’t

Know (Learning

Issue)

What I Have

to Prove

How I Will

Learn

Global

Development

Delay

Cerebral Palsy

KEP

Microsefali

Tuli ringan

Syahbudin, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk dan merangkak.

Ia anak pertama dari ibu berusia 18 tahun.

Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 36 minggu.

Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali

Segera setelah lahir tidak langsung menangis,

skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5.

Berat badan waktu lahir 2000 gram

Perkembangan

normal anak

usia 12 bulan

Gangguan

motorik kasar

dan halus

Gangguan

bahasa dan

bicara

Gangguan

Sosialisasi dan

kemandirian

Refleks Moro

Tes Bera

Syahbudin,

laki-laki, 12

bulan,

mengalami

gangguan

perkembangan

pada Global

Development

Delay

Text Book,

Pakar Lain,

Internet

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 9

Page 10: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

2.4 Sintesis

1. a. Bagaimana Perkembangan normal anak usia 12 bulan?

Jawab :

Tumbuh kembang anak usia 12 bulan berdasarkan KPSP

Gerak halus - anak sudah dapat mempertahankan barang yang dipegangnya apabila barang itu

direbut.

- anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis dengan meremas

benda itu menggunakan ibu jari dan telunjuk atau jari-jari lainnya.

- anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang sedang ia mainkan / pegang.

Gerak kasar - anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada

kursi/meja/benda penyangga lainnya.

- anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan seorang pun.

- anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan.

Sosialisasi

dan

kemandirian

- anak bereaksi baik terhadap permainan hide an seek (petak umpet), anak berusaha

mencari siapa yang bersembunyi.

- anak dapat membedakan orang terdekatnya dengan orang yang belum pernah ia

kenal. reaksinya malu-malu atau ragu-ragu pada permulaan bertemu dengan orang

yang tidak dikenalnya.

Bicara dan

bahasa

- ketika memanggil atau melihat orang tuanya dapat menyebutkan mama atau papa.

- anak mulai mencoba meniru 2-3 kata yang seseorang ucapkan.

b. Apa makna Syahbudin belum bisa duduk dan merangkak?

Jawab :

Duduk dan merangkak termasuk motorik kasar.

Motorik Kasar

• Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau

seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

• Kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga

• Tergantung kematangan anak.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 10

Page 11: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan

Intervensi Dini Tumbang Anak, duduk & merangkak harus sudah bisa

dilakukan pada usia 6-9 bulan.

Sehingga normalnya pada usia 12 bulan anak sudah bisa duduk dan

merangkak sedangkan pada Syahbudin belum bisa duduk dan merangkak.

Ini menunjukkan bahwa adanya keterlambatan perkembangan motorik

kasar pada Syahbudin.

c. Apa saja kemungkinan penyebab anak belum bisa duduk dan merangkak?

Jawab :

Penyebab anak belum bisa duduk dan merangkak :

Adanya kerusakan pada SSP seperti cerebral palsy (gangguan sistem

motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengatur otot-

otot tubuh)

Genetik seperti Sindrom Down

Perdarahan otak

Benturan (trauma) kepala yang berat

Adanya kelainan sumsum tulang belakang

Penyakit saraf tepi

Poliomielitis yang menyebabkan kelumpuhan

Adanya penyakit otot

Faktor risiko yang menghambat motorik kasar anak:

- Trauma di kepala akibat persalinan sulit, menggunakan alat bantu

persalinan.

- IQ rendah

- Prematur

- Kurang gizi

Pada kasus, kemungkinan Syahbudin mengalami kerusakan pada

SSP (susunan saraf pusat) yang diperberat oleh adanya riwayat prematur

dan kurang gizi.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 11

Page 12: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

2. a. Bagaimana perkembangan normal anak usia 10 bulan?

Jawab :

Tumbuh kembang anak usia 10 bulan berdasarkan KPSP

Gerak halus - anak sudah dapat memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke tengan

yang lain.

- anak dapat memungut benda kecil seperti kismis, kacang-kacangan, potongan

biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai.

- anak dapat memungut dua benda seperti mainan/kue kering. masing-masing tangan

memegangsatu benda pada saat yang sama.

Gerak kasar - anak dapat mempertahankan lehernya secara kaku, jika kedua tangannya ditarik

perlahan-lahan keposisi duduk.

- anak dapat menyangga sebagian berat badan dengan kedua kakinya, jika anak

diangkat melalui ketiaknya ke posisi berdiri.

- anak dapat duduk sendiri tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding selama 60

detik.

Sosialisasi

dan

kemandirian

- anak bisa makan sendiri.

- anak dapat menjangkau mainannya dengan mengulurkan lengan atau badannya.

Bicara dan

bahasa

- bersuara tanpa arti mamama, bababa, dadada, tatata.

b. Apa saja yang dapat mengakibatkan terjadi keterlambatan perkembangan

pada anak?

Jawab :

Penyebab dari gangguan perkembangan anak bisa bermacam-macam, antara

lain adalah :

Adanya polusi udara, ini tergantung seberapa parah polusi udara disekitar

ibu dan anak,

Adanya faktor keturunan/genetik,

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 12

Page 13: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Adanya gangguan metabolisme pada anak,

Adanya infeksi yang dialami anak pada waktu bayi,

Ibu pernah minum obat-obatan sewaktu hamil atau hamil muda,

Ibu terkena infeksi semasa kehamilan,

Ibu makan makanan laut yang terkontaminasi saat kehamilan

anak mengalami retardasi mental

adanya gangguan pendengaran pada anak

keterlambatan maturasi,

Kurangnya stimulasi yang diberikan pada anak dll

3. a. Apa makanan yang seharusnya dikonsumsi anak sesuai usianya?

Jawab :

0-6 bln 6-7 bln 7-9 bln 9-12 bln > 12 blnPukul 06.00 ASI on demand ASI ASI/PASI ASI/PASI ASI/PASI

Pukul 08.00 (makan pagi)

ASI on demand Bubur susuBubur menuju nasi tim

Nasi tim menuju makanan keluarga

Makanan keluarga

Pukul 10.00 ASI on demandBuah segar/biskuit

Buah segar/biskuit

Buah segar/biskuit

Snack

Pukul 12.00 (makan siang)

ASI on demand ASIBubur menuju nasi tim

Nasi tim menuju makanan keluarga

Makanan keluarga

Pukul 14.00 ASI on demand ASI ASI/PASI ASI/PASI

Pukul 16.00 ASI on demandBuah segar/biskuit

Buah segar/biskuit

Buah segar/biskuit

Snack

Pukul 18.00 ASI on demand Bubur susuBubur menuju nasi tim

Nasi tim menuju makanan keluarga

Makanan keluarga

Jadwal pemberian makanan tambahan menurut umur bayi, jenis makanan,

dan frekuensi pemberian.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 13

Page 14: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Usia Bayi Jenis Makanan Berapa kali sehari0-6 bulan ASI 10-12 kali sehari

6-7 bulan

ASI Saat dibutuhkan1. Buah lunak/sari buah2. Bubur : bubur havermout/bubur

tepung beras merah1-2 kali sehari

7-9 bulan

ASI Saat dibutuhkan3. Buah-buahan4. Hati ayam atau kacang-kacangan5. Beras merah atau ubi6. Sayuran (wortek, bayam)7. Minyak/santan/avokad8. Air tajin

3-4 kali

9-12 bulan

ASI Saat dibutuhkan9. Buah-buahan10. Bubur/roti11. Daging/kacang-kacangan/ayam/

ikan12. Beras merah/kentang/labu/jagung13. Kacang tanah14. Minyak/santan/avokad15. Sari buah tanpa gula

4-6 kali

Pada usia 12 bulan, Syahbudin seharusnya telah dapat

mengkonsumsi makan keluarga seperti nasi dan tetap diberikan ASI/PASI

berupa susu.

b. Apa makna Syahbudin belum bisa makan nasi sehingga masih diberi bubur

saring dan susu?

Jawab :

Normalnya pada anak usia 12 bulan selain mengkonsumsi susu juga sudah

bisa mengkonsumsi nasi, sayur, lauk pauk (daging,telur), buah dan roti/

sereal.

Namun pada Syahbudin belum bisa makan nasi masih diberi bubur saring dan

susu ini menunjukkan bahwa adanya keterlambatan perkembangan motorik

karena adanya kelemahan otot-otot mengunyah (m. masseter) dalam proses

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 14

Page 15: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

mekanik makanan yang disebabkan gangguan pada otot-otot yang

berkoordinasi dalam pengunyahan yang dipersyarafi oleh N.VII (facialis) dan

N.V (trigeminus) sehingga kesulitan dalam makan.

Dan Sampai saat ini Syahbudin hanya makan bubur saring dan susu yang

dapat menyebabkan Syahbudin kekurangan nutrisi.

Pada kasus terjadi gangguan pada proses makan :

- Gangguan pada proses mekanik makan (memasukkan makanan ke mulut,

mengunyah dan menelan) koordinasi gerakan menggigit, mengunyah

dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah

(mengunyah) serta palsi area supranuklear bulbar (menelan), pada kasus

Syahbudin terjadi gangguan motorik yang membatasi gerakan pada otot

oral-facial (oromotor dysfunction).

- Mekanisme tidak bisa makan nasi:

Syahbudin menderita CP spastic kerusakan otak di area korteks

motorik (precentralis) kerusakan pada area yang mengatur motorik

wajah dan lidah disfungsi oromotor kesulitan proses makan belum

bisa makan nasi

c. Apa makna Syahbudin belum bisa makan biscuit sendiri?

Jawab :

Normalnya usia 12 bulan anak sudah bisa menggenggam benda2 kecil

seperti biskuit dan memakannya. Namun pada Syahbudin belum bisa

makan biscuit sendiri ini menunjukkan adanya gangguan pada motorik

halus anak.

- Mekanisme belum bisa makan biscuit sendiri

Syahbudin menderita CP spastic kerusakan otak di area korteks

motorik (precentralis) gangguan pada motorik kasar (memegang biscuit

dan memasukkan nya dalam mulut) belum bisa makan biscuit sendiri

d. Kapan perkembangan motorik halus muncul pada anak?

Jawab :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 15

Page 16: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Berdasarkan KPSP, motorik halus sudah muncul pada usia 3 bulan.

3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan

- Pada waktu telentang, bayi dapat gerakan pemeriksa dengan menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.

- Pada waktu telentang, bayi dapat mengikuti gerakan pemeriksa dengan menggerakkan kepalanya dari 1 sisi ke sisi yang lainnya.

- bayi dapat menggenggam pensil selama beberapa detik.

- Dapat mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang, kismis, atau uang logam

- Dapat meraih mainan yang diletakkan agak jauh.

- Dapat memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke tangan lainnya.

- Dapat memungut dua benda seperti kue kering/mainan 7 masing-masing tangan memegang 1 benda.

- Dapat memungut benda-benda kecil seperti kismis, kacang-kacangan.

- Dapat mengambil pensil

- Dapat mengambil benda kecil dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya.

- Dapat mempertemukan 2 kubus kecil yang dipegang tanpa bantuan.

4. a. Apa makna Syahbudin sudah mengoceh namun belum bisa memanggil

mama dan papa?

Jawab :

Sudah mengoceh namun belum bisa memanggil mama dan papa

menunjukkan bahwa adanya keterlambatan perkembangan sektor bicara dan

bahasa, dimana temuan mengoceh normalnya ditemukan pada usia 3 bulan,

sedangkan pada usia 12 bulan pada Syahbudin setidaknya sudah dapat

mengatakan 2 suku kata, misalnya “ma-ma”, “da-da”, atau “pa-pa” dan

menirukan 2-3 kata yang diajarkan kepadanya.

b. Apa makna Syahbudin menginginkan sesuatu selalu menangis?

Jawab :

Bila menginginkan sesuatu selalu menangis ini menunjukkan bahwa

adanya keterlambatan perkembangan social dan kemandirian, temuan ini

setidaknya telah ditemukan sejak usia 6 bulan, Syahbudin seharusnya

sudah dapat menunjuk apa yang dia inginkan bukan hanya dengan

menangis.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 16

Page 17: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

5. a. Apa makna usia kehamilan 36 minggu?

Jawab :

Kehamilan preterm : usia kehamilan 28-36 minggu Kehamilan aterm : usia kehamilan 37-40 minggu Kehamilan postterm : usia kehamilan > 42 minggu

Pada kasus usia kehamilan ibu melahirkan adalah 36 minggu jadi termasuk

kedalam kehamilan preterm.

b. Berapa umur ideal seorang ibu melahirkan?

Jawab :

Menurut WHO, usia yang dianggap paling aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-30 tahun.

Menurut depkes RI usia yang ideal untuk ibu hamil adalah 20-35.

Bila umur ideal untuk kehamilan dan persalinan baik kurang dari

20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat meningkatkan resiko untuk

terjadinya retardasi pertumbuhan intrauterine, gawat janin, kematian

intrauterine, prematuritas serta bayi dengan BBLR.

c. Berapa berat badan lahir normal?

Jawab :

- Bayi dengan berat badan normal, yaitu >2500 gram

- Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram -

2500 gram

- Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), dimana berat

lahirnya adalah <1500 gram

- Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat

lahirnya adalah <1000 gram

d. Berapa kali minimal dilakukan pemeriksaan Kehamilan (ANC)?

Jawab :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 17

Page 18: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah

pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan

fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan

memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan yaitu :

1 kali pada trimester I

1 kali pada trimester II

2 kali pada trimester III

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat

haid.

Kunjungan ANC yang saint adalah :

setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu

setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu

setiap 1 minggu sejak kehamilan 32 minggu sampai terjadi kelahiran.

Pemeriksaan khusus jika ada keluhan tertentu.

Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya adalah

sebanyak empat kali yang dikenal dengan istilah K1,K2,K3,dan K4. Satu

kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan

kedua (antara 14 – 28 minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara

minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36) (Depkes RI,2004).

Adapun uraian sebagai berikut :

1) K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester I (sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan

minimal satu kali dan mendapatkan pelayanan 7T yaitu timbang berat

badan, ukur tekanan darah, imunisasi Tetanus Toxoid, periksa fundus uteri,

pemberian tablet tambah darah, tes PMS, dan temu wicara. K1 ini

mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu

sebagai indicator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui

jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam

menggerakkan masyarakat. (Depkes RI 2001).

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 18

Page 19: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

2) K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan

7T setelah melewati K1

3) K3 adalah kunjungan ibu hami yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester III (usia kehamilan 28 – 36 minggu) dan mendapatkan pelayanan

7 T setelah melewati K1 dan K2.

4) K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester III (usia kehamilan >36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T

setelah melewati K1,K2 dan K3.

5. e. Bagimana hubungan usia ibu, usia kehamilan, BB lahir, ANC, (status

obstetric) dengan keadaan Syahbudin?

Jawab:

Anak pertama : memiliki resiko partus lama yang dapat meningkatkan

resiko trauma kepala saat persalinan dan menyebabkan hipoksia pada bayi.

Usia ibu 18 tahun : merupakan resiko kehamilan selain itu pada ibu

usia muda dapat diperkirakan kurangnya pengetahuan sang ibu mengenai

kehamilan dan pertumbuhan serta perkembangan anak.

Usia kehamilan 36 minggu : bayi premature memiliki organ-organ

pernafasan yang belum sempurna. Hal ini memungkinkan terjadinya skor

APGAR yang rendah dan juga merupakan faktor resiko dari CP.

ANC 3 kali : minimal ANC adalah 4kali, karena kurangnya ANC ibu

saat kehamilan menyebabkan penyulit kehamilan yang mungkin ada tidak

diketahui dan tidak dapat dikontrol sehingga menimbulkan gangguan pada

janin.

BB lahir : 2000gr termasuk BBLR yakni kurang dari 2500gr yang

merupakan faktor resiko terjadinya CP.

Lahir tidak langsung menangis : menandakan adanya asfiksia berat

pada awal kehidupan yang berpengaruh pada pertumbuhan otaknya.

tidak ada riwayat kejang

Kejang merupakan indikasi Cerebral Palsy berat. tidak ada riwayat kejang

akan mempengaruhi prognisis Cerebral Palsy, prognosis bertambah berat

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 19

Page 20: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

apabila disertai retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan

dan pendengaran.

6. a. Apa interpretasi dari hasil skor APGAR dan BB lahir?

Jawab :

Skor 0 1 2 Angka

A : Appearance

colour (warna

kulit)

Pucat Badan

merah,

ekstrimitas

biru

Seluruh tubuh

kemerah –

merahan

P : Pulse (heart

rate) (denyut

jantung)

Tidak ada < 100 >100

G : Grimace

(reaksi terhadap

rangsangan)

Tidak ada Sedikit

gerakan

mimik

Menangis,

batuk/ bersin

A : Activity

(Tonus otot)

Lumpuh Ekstrimitas

dalam fleksi

sedikit

Gerakan aktif

R : Respiration

(usaha napas)

Tidak ada Lemah, tidak

teratur

Menangis kuat

Jumlah

Nilai 7 – 10 : Bayi normal

Nilai 4 – 6 : Bayi asfiksia ringan-sedang

Nilai 0 – 3 : Bayi asfiksia berat

Interpretasi pada kasus

Pada APGAR 1 menit adalah 2 berarti bayi mengalami asfiksia berat.

Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif.

Pada APGAR 5 menit adalah 5 berarti bayi masih mengalami asfiksia

ringan-sedang. Mengalami perbaikan dari keadaan sebelumnya. Tetapi masih

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 20

Page 21: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

perlu dilakukan penyedotan lendir yang menutupi jalan napas, pemberian oksigen

untuk membantu bayi bernapas.

Asfiksia menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada

periode lama, anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal

hipoksia iskemik encephalophati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi

aspiksia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi Cerebral

palsy

BB lahir : 2000 gram

Interpretasi :

- Bayi dengan berat badan normal, yaitu >2500 gram

- Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram -

2500 gram

- Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), dimana berat

lahirnya adalah <1500 gram

- Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat

lahirnya adalah <1000 gram

Pada kasus, BB lahir Syahbudin 2000 gr yang menunjukkan bahwa

termasuk kriteria BBLR (berat badan lahir rendah)

b. Apa makna bayi lahir tidak langsung menangis?

Jawab :

Interpretasi pada kasus :

Bayi lahir tidak langsung menangis

Tidak normal, karena pada usia ini, anak sudah dapat menunjuk apa yang

dia inginkan bukan hanya dengan menangis. Ini menunjukkan adanya

keterlambatan perkembangan social dan kemandirian Syahbudin, dan

menunjukkan adanya salah satu tanda RDS (Respiratory Distress

Syndrome).

Syahbudin tidak langsung menangis saat lahir dan skor APGAR 1 pada

menit pertama menunjukkan Syahbudin mengalami Asfiksiaa berat.

Dimana pada penilaian menit kelima, skor APGAR= 5 menunjukkan

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 21

Page 22: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Syahbudin masih mengalami asfiksia tetapi derajat sedang. Aspiksia

menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada periode lama,

anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal hipoksia

iskemik encephalophati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi

aspiksia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi

Cerebral palsy.

Mekanisme:

Pada bayi premature, pembentukan sel pneumocyte tipe II kurang

sempurna sehingga terjadi defisiensi surfaktan. Hal ini mengakibatkan

kolapsnya alveoli sehingga bayi tidak langsung menangis.

c. Apa saja faktor resiko dari bayi lahir tidak langsung menangis?

Jawab :

Faktor yang menyebabkan bayi tidak menangis secara spontan (asfiksia):

Keadaan ibu

Preeklampsia dan eklampsia, perdarahan abnormal, partus lama,

demam selama persalinan, infeksi berat, kehamilan postmatur.

Keadaan janin

Bayi prematur, persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia

bahu, ekstraksi vacum, ekstraksi forceps), cacat bawaan, air ketuban

bercampur mekonium.

Keadaan tali pusat

Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolaps tali pusat, simpul tali pusat.

d. Apa saja yang harus dilakukan jika menemukan nilai skor APGAR 2/5?

Jawab :

Melakukakan tindakan medis yang lebih intensif pada skor APGAR 2

pada menit pertama, dan skor APGAR 5 pada menit kelima harus

dilakukan tindakan medis seperti penyedotan lendir yang menutupi jalan

napas, serta pemberian oksigen untuk membantu napas bayi.

Tindakan medis yang intensif :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 22

Page 23: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

7. a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan BB, TB, dan Lingkar kepala?

Jawab :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 23

Perawatan rutin :Berikan kehangatanBersihkan jalan nafasKeringkanNilai warna kulit

Ya

30 detik

30 detik

30 detik

Berikan kehangatanPosisikan, bersihkan jalan nafas *(bila

perlu)Keringkan, rangsang, posisikan lagi

Evaluasi pernafasan, frekuensi jantung dan warna kulit

Apnu atau FJ > 100

Lahir

Cukup bulan?Air ketuban jernih?Bernafas atau menangis?Tonus otot baik?

Tidak

Perawatan ObservasiFJ>100,kemerahan

Bernafas

Bernafas, FJ > 100, tetap sianosis

Beri tambahan oksigen

Sianosis menetap

Berikan VTP* Perawatan Pasca Resusitasi

FJ>100,kemerahan

FJ<60

Berikan VTP*Lakukan Kompresi dada

FJ>60

Berikan Epineprin*

Ventilasi efektif

Berat Badan Panjang Badan

Page 24: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Age Body Weight

Newborn 2,5 – 4,1 kg

5 – 6 mo 2 x birth weight

1 yr 3 x birth weight

2 yr 4 x birth weight

3 yr 5 x birth weight

>3 yr 2n + 8

b. Bagaimana status gizi pada Syahbudin?

Jawab :

= 77.4 % KEP sedang (KEP derajat 2)

Menurut WHO:

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 24

Age Body Weight

Newborn ± 50 cm

1 yr 1,5 x birth length

4 yr 2 x birth length

5 yr 2 x birth length

13 yr 3 x birth length

Age Head Circ (cm)

Newborn 33 – 35 cm

1 yr 45 – 47 cm

2 yr 48 – 50 cm

5 yr 51 – 53 cm

Kasus Usia 12 bulan Interpretasi

BB 7, 2 kg 7,5 – 12,3 kg BB < Normal

PB 72 cm 70 – 81 cm Normal

Lingkar kepala 45 – 47 cm Mikrosefali

Lingkar Kepala Kasus Syahbuddin

Page 25: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

- KEP ringan: 80-90% BB ideal terhadap PB

- KEP sedang: 70-80% BB ideal terhdapa PB

- KEP berat : < 70% BB ideal terhadap PB.

c. Apa saja kemungkinan penyebab anak mengalami Microsephali?

Jawab :

Etiologinya :

1. Genetik

a. Fammilial (autosom resesif)

b. Autosom dominan

c. Sindrom

2. Didapat

1. radiasi

2. infeksi kongenital

3. obat

4. meningitis/ensefalitis

5. malnutrisi

6. metabolik

7. hipertermia

8. ensefalopati hipoksik-iskemik

d. Bagaimana dampak dari anak mengalami Microsephali?

Jawab :

Dampak dari Microsefali, yaitu :

Cacat perkembangan otak

Malnutrisi pada awal masa bayi

Anoksia intrauterine atau neonatal

Mudahnya terinfeksi misal infeksi intrauterin, infeksi virus herpes

neonatal

Mikrosefali adalah kasus malformasi congenital otak yang paling

sering dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relative amat kecil dank arena

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 25

Page 26: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

prtumbuhannya terhenti maka ukuan tengkorak sebagai wadahnya pun

juga kecil (lebih tepatnya adalah mikrosefalus).

Normal berat otak : berat badan normal = 1 : 30 ; Mikrosefalus 1 :

100. Otak mikrosefalus selalu lebih ringan, dapat serendah 25% otak

normal.Bila kasus hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya

hanya kurang dari 900 gram.(bahkan ada yang hanya 300 gram).

8. a. Apa interpretasi dari hasil tidak ada gambaran dismorfik?

Jawab :

Tidak ada gambaran dismorfik : Menyingkirkan adanya sindrom

down pada syahbudin karena salah satu penyebab gangguan tumbuh

kembang pada bayi adalah sindrom down.

b. Apa interpretasi dari anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan

tersenyum kepada pemeriksa?

Jawab :

Interpretasi dari anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan

tersenyum kepada pemeriksa itu menunjukkan bahwa Syahbudin dalam

kesadaran penuh, masih bisa merespon dan sosialisasinya baik sehingga

dapat menyingkirkan adanya autis, gangguan penglihatan, gangguan

perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

c. Apa interpretasi dari anak menoleh ketika dipanggil namanya dengan

keras?

Jawab :

Interpretasinya : ada gangguan dari system pendengarannya sehingga perlu

dipanggil namanya dengan keras

d. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan terdapat gerakan yang tidak

terkontrol?

Jawab :

Normalnya tidak ada gerakan yang tidak terkontrol

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 26

Page 27: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Interpretasinya : Kemungkinan ada kerusakan di ganglia basal akibat

asfiksia berat & kerniktus neonatus.

9. a. Apa itu reflex moro?

Jawab :

Refleks Moro didapatkan dengan menopang tubuh bayi ditangan

kanan dan menopang kepala ditangan kiri. Kepala tiba-tiba dibiarkan turun

beberapa sentimeter. Refleks moro terdiri dari abduksi simetris dari

ekstremitas atas pada bahu dan ekstensi jari-jari. Adduksi lengan bahu

melengkapi refleks. Bayi biasanya kemudian mengeluarkan tangisan yang

keras. Refleks Moro merupakan satu dari motorik autoisme paling penting.

Respon normal menunjukkan system saraf pusat intak dan biasanya

lengkap pada kehamilan 28 minggu. Refleks menghilang dalam usia 3

sampai 5 bulan.

Refleks moro adalah refleks primitive yang ditemukan pada bayi

untuk merespon suara atau gerakan yang hilang pada usia 4 bulan. Fleksi

paha dan lutut bayi, jari-jari tangan menyebar kemudian mengepal kedua

lengan bergerak keluar kemudian bersama-sama seperti hendak memeluk;

ditimbulkan oleh rangsangan yang tiba-tiba seperti memukul meja disisi

anak itu, atau oleh ekstensi leher secara tiba-tiba ketika kepalanya

dibiarkan jatuh kebelakang atau anak itu diangkat pada kedua lengannya

dari posisi berbaring kemudian dilepas.

Harusnya menghilang pada usia 4 bulan

Interpretasi : gangguan neurologi seperti CP

Mekanisme : otak tidak berkembang sehingga refleks primitive masih

dipertahankan.

b. Pada usia berapa reflex moro menghilang pada seorang anak?

Jawab :

Refleks ini merupakan keadaan yang normal bagi semua bayi yang baru

lahir, juga cenderung menghilang pada usia 3 hingga 5 bulan.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 27

Page 28: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

c. Apa interpretasi dari reflex moro dan reflex menggenggam masih

ditemukan?

Jawab :

Refleks Moro : pada kasus masih ada refleks moro (+)

Normalnya ada sampai usia 3-5 bulan,

Interpetasi : menandakan adanya defek neurologis.(cerebral palsy)

Refleks menggenggam : pada kasus masih ada refleks menggenggam

(+)

Normalnya ada sampai usia 5-6 bulan,

Interpretasi : menandakan adanya defek neurologis.(cerebral palsy)

d. Apa interpretasi dari seorang anak pada posisi tengkurap dapat

mengangkat dan menahan kepala beberapa detik?

Jawab :

Normalnya perkembangan seorang anak pada posisi tengkurap dapat

mengangkat dan menahan kepala beberapa detik ini mulai terjadi pada

usia 3 bulan

Interpretasinya : Perkembangan ini baru muncul pada Syahbudin pada

usia 12 bulan ini menunjukkan adanya keterlambatan perkembangan

motorik kasar pada Syahbudin

e. Apa interpretasi dari kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan

tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat dan pada

waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang?

Jawab :

Interpretasi dari :

kekuatan kedua lengan dan tungkai 3 :

Dalam praktek sehari-hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan

angka 0-5. (0 berarti lumpuh sama sekali, dan 5 berarti normal)

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total

1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan

pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 28

Page 29: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

2 : Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan

gaya berat (gravitasi)

3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat (gravitasi)

4 : Di samping dapat melawan gaya berat (gravitasi) ia dapat pula

mengatasi sedikit tahanan yang diberikan

5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

Interpretasi

kekuatan kedua lengan dan tungkai 3 Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi

lengan dan tungkai kaku dan susah

untuk ditekuk

Menandakan adanya defek

neurologis (cerebral palsy)

reflex tendon meningkat Adanya lesi pada UMN

waktu diangkat ke posisi vertical

kedua tungkai saling menyilang

Defek neurologis (CP)

f. Apa interpretasi dari tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan

kaki?

Jawab :

Ini menunjukkan bahwa normal, tidak adanya kelainan anatomi pada kedua

tungkai dan kaki Syahbudin.

10. a. Apa interpretasi dari hasil tes bera?

Jawab :

Hasil Tes Bera : respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB

Interpretasinya :

Respon suara telinga kanan dan kiri adalah 30 dB termasuk tuli ringan

dengan nilai normal 0-25 dB

BRAIN Evoked Response Audiometry atau BERA merupakan alat

yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan

pendengaran, bahkan sejak bayibaru saja dilahirkan. Istilah lain yang

sering digunakan yakni Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP) atau

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 29

Page 30: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry (BAER). Alat ini

efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ pendengaran mulai dari

perifer sampai batang otak.

Berbagai kondisi yang dianjurkan untuk pemeriksaan BERA antara

lain bayi baru lahir untuk mengantisipasi gangguan perkembangan

bicara/bahasa. Jika ada anak yang mengalami gangguan atau lambat dalam

berbicara, mungkin salah satu sebabnya karena anak tersebut tidak mampu

menerima rangsangan suara karena adanya gangguan di telinga.

b. Bagaimana cara melakukan tes bera?

Jawab :

Brainstem Evoke Response Audiometri (BERA) biasanya

menggunakan rangsangan suara klik yang menghasilkan respon dari regio

basilar cochlea. Sinyalnya berjalan melalui jalur pendengaran/auditori

pathway dari kompleks inti cochlear, proksimal ke colliculus inferior.

Gelombang BERA I dan II berkaitan dengan potensial aksi yang benar.

Gelombang selanjutnya mungkin menggambarkan aktivitas postsinaptik

pada pusat auditori batang otak utama that secara bersamaan menimbulkan

bentuk gelombang puncak dan palung. Puncak positif dari bentuk

gelombang menunjukkan aktivitas aferen kombinasi (dan kemungkinan

juga eferen) dari jalur axonal pada batang otak auditory.

Di Ameriksa Serikat, bentuk gelombang biasanya di plot dengan

elektroda pada vertex dengan amplifier tegangan input positif., sehingga

menimbulkan gelombang puncak pada I, III, dan V. Di negara-negara

lainnya, gelombangnya di plot dengan tegangan negatif.

Reaksi yang timbul sepanjang jaras-jaras saraf pendengaran dapat

dideteksi berdasarkan waktu yang dibutuhkan (satuan milidetik) mulai dari

saat pemberian impuls sampai menimbulkan reaksi dalam bentuk

gelombang. Gelombang yang terjadi sebenarnya ada 7 buah, namun yang

penting dicatat adalah gelombang I, III,dan V

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 30

Page 31: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Komponen Bentuk Gelombang

Gelombang I: Respon gelombang BERA I merupakan gambaran yang luas dari

potensial aksi saraf auditori gabungan pada bagian distal dari nervus cranialis

(CN) VIII. Respon tersebut dipercaya berasal dari aktivitas aferen dari serabut

saraf CN VIII. (neuron urutan pertama) saat meninggalkan cochlea dan masuk ke

canalis auditori internal.

Gelombang II: gelombang BERA II ditimbulkan oleh nervus VIII proksimal saat

memasuki batang otak.

Gelombang III: gelombang BERA III muncul dari aktivitas aktivitias saraf

urutan kedua arises from (diluar CN VIII) di dalam atau di dekat nukleus

cochlearis. Literatur menyatakan bahwa gelombang III ditimbulkan pada bagian

caudal dari pons auditori. Nukleus cochlearis mengandung hampir 100,000

neuron, kebanyakan dipersarafi oleh sembilan serabut saraf.

Gelombang IV: gelombang BERA IV, yang sering memiliki puncak yang sama

dengan gelombang V, diperkirakan muncul dari neuron urutan ketiga pontine

yang kebanyakan terletak pada kompleks olivary superior, tetapi kontribusi

tambahan untuk terbentuknya gelombang IV dapat datang dari nukleus cochlearis

dan nucleus dari lemniskus lateral.

Gelombang V: pembentukan gelombang V kemungkinan merupakan dari

aktivitas dari struktur auditori anatomik multipel. Gelombang BERA V

merupakan komponen yang paling sering di analisa pada aplikasi klinis BERA.

Meskipun terdapat beberapa database mengenai hal yang tepat dalam

pembentukan gelombang V, gelombang V dipercaya berasal dari sekitar colliculus

inferior. Aktivitas neuron urutan kedua mungkin secara sekunder mempengaruhi

beberapa hal dalam pembentukan gelombang V. Colliculus inferior merupakan

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 31

Page 32: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

sebuah struktur yang komplex, dengan lebih dari 99% akson dari regio auditori

batang otak bawah melewati lemniskus lateral ke colliculus inferior.

Gelombang VI dan VII: Gelombang VI dan VII dianggap berasal dari thalamus

(medial geniculate body), tetapi tempat pembentukan sebenarnya masih

diragukan.

c. Apa kriteria dari derajat ketulian?

Jawab :

Derajat ketulian menurut ISO:

0-25 dB Normal

26-40 dB Tuli ringan pada kasus (30 dB)

41-60 dB Tuli sedang

61-90 dB Tuli berat

90 dB Tuli sangat berat

11. Apa saja kemungkinan yang dapat terjadi pada Syahbudin? (DD)

Jawab :

Deskripsi Cerebral Palsy

(tipe campuran)

Muscular Distrofi Down syndrome Kasus

Kelahiran preterem + +/- +/- +

APGAR score 2-5 + - - +

Asfiksia + - + +

BB 2000 gr + - +/- +

Bayi laki-laki + + - +

Gangguan

perkembangan

motorik

+ Gangguan tidak

tampak sehingga

anak tersebut bisa

berjalan

+ +

Gangguan makan + + + +

Kejang - + + -

Gambaran

dismorfik

- - + -

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 32

Page 33: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

12. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus?

Jawab :

Anamnesis

- Riwayat kehamilan (umur ibu, ANC hanya 3x, )

- Riwayat kelahiran (lahir spontan pada usia kehamilan 36 minggu)

- Perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi keterlambatan pada segala

aspek

- Sulit makan (belum bisa makan nasi msih diberi bubur saring dan susu)

- Segera setelah lahir tidak langsung menangis

Pemeriksaan fisik

- APGAR Score 1 menit 2, menit kelima 5

- Anak termasuk KEP derajat sedang (bila dilihat dari BB dan PB nya)

- Terdapat gerakan yang tidak terkontrol

- Menoleh bila dipanggil dengan suara keras

- Masih terdapat refleks moro dan refeks menggenggam

- Terdapat tanda-tanda spastic dan diskinetik (lengan tungkai kaku, susah

untuk ditekuk, reflex tendon meningkat, dan scissoring leg)

- Pada saat kaki posisi vertical , kedua tungkai saling menyilang

- Hasil tes bera 30 dB

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sebagai berikut:

1) Pemeriksaan mata dan pandengaran

2) EEG : pada penderita yang memperlihatkan gejala motorik, seperti

tetraparesis, hemiparesis, atau karena sering disertai kejang.

3) USG kepala atau CT Scan untuk mencari etiologi.

4) Pemeriksaan psikologi untuk menilai tingkat pendidikan yang dibutuhkan

13. Apa diagnose kerja pada kasus?

Jawab :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 33

Page 34: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Cerebral Palsy quadriplegia tipe campuran (spastic dan diskinetik) disertai

KEP grade 2, mikrosefali, dan tuli ringan.

Cerebral Palsy

Definisi

Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak

progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak

normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan

kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa

kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serbelum dan kelainan mental

Etiologi

1) Pranatal :

Malformasi kongenital.

Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainanjanin

(misalnya; rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus

lainnya).

Radiasi.

Tok gravidarum.

Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta

previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).

2) Natal :

Anoksial hipoksia.

Perdarahan intra kranial.

Trauma lahir.

Prematuritas.

3) Postnatal :

Trauma kapitis.

Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, trom-

boplebitis, ensefalomielitis.

Kern icterus

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 34

Page 35: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Epidemiologi

2-3:1000 kelahiran

Anak laki-laki > anak perempuan

Prevalensi menurut berat badan antara 1,1 neonatus dengan berat lahir

>2500gr sampai 78,1 pada bayi dengan berat lahir <1000gr.

Faktor Risiko

Bayi premature

BBLR

Bayi kuning (bilirubin)sangat tinggi

Penderita alergi

Gangguan saluran cerna

Gangguan kenaikan BB

Anak sulit makan

Infeksi dan kelainan bawaan sejak lahir

Infeksi susunan saraf pusat

Klasifikasi

– Tipe spastik

• Paling sering terjadi (50-70%)

• Kerusakan terjadi di traktus piramidalis(kortikospinalis),

area korteks motorik

• Mengalami kesulitan dalam berjalan atau bergerak

(kelumpuhan yang kaku)

• Gejala: hipertonia, hiperrefleksia yang disertai klonus,

cenderung timbul kontraktur sendi, keterbatasan gerakan

sendi dan otot, refleks patologis +

• Dibagi menjadi: hemiplegia, diplegia, quadriplegis,

monoplegia

– Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang

sama.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 35

Page 36: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

– Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak,

anggota gerak bawah lebih berat.

– Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota

gerak atas sedikit lebih berat.

– Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.

– Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua

anggota gerak bawah, biasanya merupakan varian dan

kuadriplegi.

– Tipe diskinetik(koreo-atetoid)

• Terjadi pada 25-40% CP

• Kerusakan terjadi pada traktus extrapiramidalis (area

ganglio basalis)

• Gejala: gerakan involunter, hipotonia pada usia 1-3 tahun,

jarang ada kontraktur, kesulitan bicara dan menelan akibat

kesulitan mengontrol lidah, refleks tendon dalam biasanya

normal atau sedikit meningkat, refleks neonatal menetap,

ada gangguan pendengaran, hipertonia, hiperefleksia

ringan, jarang timbul klonus.

– tipe ataksia

• terjadi pada 5-10%CP

• kerusakan terjadi pada cerebellum

• mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi

• gejala: tomus otot menurun, ucapannya tersentak-sentak,

pergerakan sera canggung, perkembangan motorik yang

terlambat, bisa juga terdapat tremor pada tangan, otot tak

kaku tapi kadang penderita tidak dapat berdiri dan berjalan

karena gangguan keseimbangan, bisa berjalan tapi lambat

dan mudah goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh

– tipe campuran

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 36

Page 37: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

• gabungan 2 jenis CP seperti tipe spastik dengan atetoid,

atetoid dengan ataxia, bisa juga gabungan 3 jenis CP

Pada kasus, terjadi cerebral palsy tipe spastic diskinetik

Kekurangan Energi Protein (KEP)

Definisi

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi

dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka

Kecukupan Gizi (AKG).

Etiologi

- Intake yang kurang

- Sosial ekonomi

- Penyakit sistemik

Klasifikasi

– KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku

median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS;

– KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS

dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS;

– KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS

dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS.

Klasifikasi dan MK

a.Kwashiorkor

– Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki

(dorsum pedis)

– Wajah membulat dan sembab

– Pandangan mata sayu

– Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah

dicabut tanpa rasa sakit, rontok

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 37

Page 38: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

– Perubahan status mental, apatis, dan rewel

– Pembesaran hati

– Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi

berdiri atau duduk

– Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan

berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy

pavement dermatosis)

– Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut

– anemia

– diare.

b. Marasmus:

– Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

– Wajah seperti orang tua

– Cengeng, rewel

– Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

(pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/”baggy

pants”)

– Perut cekung

– Iga gambang

– Sering disertai:

– penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)

– diare

c. Marasmik-Kwashiorkor:

– Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik

Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-

NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

Tidak dapat ditentukan yang mana karena informasinya kurang, pada anak ini

hanya dapat dipastikan kalau dia mengalami kekurangan energy protein dilihat

dari antropometrinya

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 38

Page 39: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Mikrosefali

Definisi

Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat

abnormalitas perkembangan dan proses destruksi otak selama masa janin dan awal

masa bayi.

Etiologi

• Genetik

• Didapat, yaitu disebabkan :

• Antenatal pada morbili, penyinaran, sifilis, toksoplasmosis, kelainan

sirkulasi darah janin atau tidak diketahui penyebabnya.

• Intranatal akibat perdarahan atau anoksia.

• Pascanatal dan setelah ensefalitis, trauma kepala dan sebagainya.

Manifestasi Klinis

• Kepala lebih kecil dari pada normal, sekunder akibat jaringan otak yang

tidak tumbuh. Kadang-kadang ubun-ubun besar terbuka dan kecil.

Didapatkan retardasi mental. Mungkin didapatkan pula gejala motorik

berupa diplegia spastik, hemiplegia dan sebagainya. Terlambat bicara dan

kadang-kadang didapatkan kejang.

• Tampilan kasus mikrosefallus yang khas adalah tulang frontal dan fosa

anterior yang kecil.

Gangguan Pendengaran Pada Bayi/anak (Tuli ringan)

Etiologi

Penyebab gangguan pendengaran pada bayi dan anak dibedakan berdasarkan saat

terjadinya gangguan pendengaran yaitu pada masa pranatal, perinatal, dan

postnatal.

Masa Prenatal

Genetik herediter

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 39

Page 40: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Non genetik seperti gangguan/ kelainan struktur anatomik dan

kekurangan zat gizi (mis. Defisiensi jodium)

Selama kehamilan periode yang paling penting adalah

trimester pertama sehingga setiap gangguan atau kelainan yang

terjadi pada masa tersebut dapat menyebabkan ketulian pada bayi.

Infeksi seperti TORCHS dapat berakibat buruk pada bayi yang

akan dilahirkan

Beberapa jenis obat ototoksik dan teratogenik berpotensi

mengganggu proses organogenesis dan merusak sel-sel rambut

koklea seperti salisilat, kina, neomisin, dihidro streptomisin,

gentamisin dll.

Selain itu malformasi struktur anatomi telinga seperti

atresia liang telinga dan aplasia koklea juga akan menyebabkan

ketulian.

Masa Perinatal

Beberapa keadaan yang yang dialami bayi pada saat lahir

juga merupakan faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran /

ketulian seperti prematur, BBLR (<2500 gram),

hiperbilirubinemia, asfiksia (lahir tidak menangis).

Umumnya ketulian yang terjadi akibat faktor prenatal dan

perinatal adalah tuli sensorineural bilateral dengan derajat ketulian

berat atau sangat berat.

Masa Postnatal

Adanya infeksi bakteri atau virus seperti rubella, campak, parotis,

infeksi otak (meningitis, ensefalitis), perdarahan pada telinga

tengah, trauma temporal juga dapat menyebabkan tuli saraf atau

tuli konduktif.

Patogenesis

a) Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu

induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi, dan induksi

ventral yang berlangsung pada minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 40

Page 41: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti

kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya.

b) Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi

bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali,

makrosefali.

c) Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi

bulan 35. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sd

berdiferensiasi dan daerah periventrikuler dan subventrikuler ke lapisan

sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sd

berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks serebri.

Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti

polimikrogiri, agenesis korpus kalosum. Stadium organisasi terjadi pada masa

gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium

ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme.

d) Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal.

Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung

mialin.

Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya

kerusakan. Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan

difus yang bisa mengenai korteks motorik, traktus piramidalis, daerah

paraventrikuler, ganglia basalis, batang otak dan serebelum.

Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan

subependim.

Asfiksia perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa

menyebabkan nekrosis.

Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh

dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang

otak; bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran

dan mental retardasi.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 41

Page 42: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi

obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam

otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel.

Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder.

Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel

lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu

pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsy.

14. Bagaimana pathofisiologi pada kasus?

Jawab :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 42

Refleks Moro (+)

Refleks Menggenggam (+)

refleks tendon meningkat

sulit ditekuktungkai saling menyilang (scissoring leg)

Prematuritas (36 minggu) Primipara Usia ibu 18 tahun

PD, faktor pembekua, enzim masih belum sempurna

Resiko partus lama

kurang matangnya alat reproduksi

resiko perdarahan otak suplai O2 dari ibu ke janin

rahim belum siap untuk proses kehamilan

menekan kortes serebri

organ pernafasan belum matur

suplay O2 otak

hilangnya autoregulasi otak

kerusakan sel-sel SSP yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhan

hipoksia bayi

pasca lahir gagal bernafas spontan

Asfiksia Neonatorum

rentan dengan masalah pernafasan

Multifaktorial

Cerebral Palsy

di gyrus precentralis (area motorik)

refleks primitif masih ada

di area broca(mengatur gerakan bicara)

mengoceh tapi belum bisa menyebut mama, papa

di traktus piramidalis

butuh energi lebih banyak

belum bisa duduk dan merangkak, bisa tengkurap tapi belum bisa berbalik sendiri

gangguan motorik kasar/halus

spastisitas (kontraksi otot)

hilangnya inhibisi kegiatan otot

Mikrosefali

nutrisi untuk perkembangan otak sedikit

KEP derajat II

hanya makan bubur dan susu

belum bisa makan nasi

gangguan oromotorik

menangis bila minta sesuatu

Page 43: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

15. Bagaimana penatalaksanaaan pada kasus?

Jawab :

a. Cerebral Palsy

- sedini mungkin, multidisiplin

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 43

Page 44: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

- Target : agar anak dengan Cerebral Palsy bisa hidup mandiri ;

mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal

mungkin.

- ASPEK MEDIS UMUM :

1. Terapi rehabilitasi meliputi : fisioterapi (latihan

anggota gerak : oromotor)

- tekhnik tradisional : latihan luas gerak sendi, “streching”, latihan

penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan

berdiri, latihan pindah, latihan jalan. contohnya adalah tekhnik dari

Deaver.

- “Motor function training” okupasional terapi, ortotik, terapi

wicara, nightsplinting, pemakaian alat bantu kursi roda elektrolit,

walker, symbol board, blissymbol (alat komunikasi untuk penderita

cerebral palsy yang tidak bisa bicara)

2. - Gizi yang baik untuk rentang usia 1-3 tahun,

kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2gr/hari.

- hal-hal yang lain sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi,

perawatan kesehatan, dan lain-lain.

- terapi dengan obat-obatan Relaksan otot (untuk spastisitas bisa

diberikan baclofen dan diazepam; bila gejala berupa rigiditas bisa

diberikan levodopa; Botolinum Toxin (Botox) intramuskuler bisa

mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan.

- terapi melalui pembedahan ortopedi.

3. terapi bicara

4. edukasi

- ASPEK NON MEDIS :

Pendidikan

Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan

mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan

pendidikan khusus (SLB)

Pekerjaan

Problem Sosial

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 44

Page 45: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Bila terdapat masalah sosial, diperlukan pekerjaan sosial untuk

membantu menyelesaikannya.

Lain-lain

Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian, dan aktifitas-

aktifitas kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita

ini.

b. KEP

Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan

kegawatan)

- obati hipoglikemia

- obati hipotermia

- obati dehidrasi

- perbaikan keseimbangan elektrolit

- obati infeksi

- perbaiki defisiensi mikronutrien

- mulai memberikan formula 75

- mengejar pertumbuhan terlambat (catch-up growth)

- merangsang emosional dan perkembangan sensorial

- persiapan untuk pulang

c. Mikrosefali

- pengobatan simptomatik, bila terdapat kejang diberi antikonvulsan.

- selanjutnya dilakukan fisioterapi, speech therapy dan sebagainya.

- mikrosefali tidak dapat diobati, sehingga pencegahan sangat penting.

pencegahan meliputi bimbingan dan penyuluhan genetika, pencegahan

bahaya infeksi terutama selama kehamilan, obat-obatan.

d. Tuli Ringan

Dalam usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim

yang solid yang terdiri dari guru, speech language pathologist, audiologist,

dan orang tua tentunya. Namun sebelumnya dokter anak akan

mengidentifikasi gangguan komunikasi apa yang dialami anak tersebut,

salah satunya dengan mencek fungsi pendengaran anak bekerja sama

dengan dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorokan.

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 45

Page 46: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Speech-language pathologist akan membantu anak dengan gangguan

komunikasi dengan cara memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan

spesifik anak tersebut. Dia juga akan mengkonsultasikan kondisi anak

dengan guru disekolah sehingga diharapkan pihak sekolah dapat

mengakomodasi situasi belajar yang paling maksimal yang dapat

mendukung kemampuan komunikasi anak; juga bekerja sama dengan

pihak sekolah untuk mendiskusikan teknik-teknik terapi yang paling

efektif dan paling cocok diterapkan untuk masalah spesifik anak tersebut.

Penggunaan alat bantu dengar sangat bermakna bagi anak dengan

gangguan dengar sedang sampai berat. Anak yang tuli membutuhkan

stimulasi dini yang konsisten dan juga alat bantu komunikasi lain seperti

„sign language“, „finger spelling“, bahasa isarat dan juga tentunya alat

bantu dengar tersebut. 

Teknologi yang canggih juga banyak membantu anak anak yang

mengalami gangguan bicara/bahasa akibat keterbatasan fisik. Penggunaan

media komunikasi elektronik dapat membantu individu berkomunikasi

tanpa bicara langsung sehingga mereka tetap dapat mengkomunikasikan

isi pikirannya. 

16. Bagaimana prognosis pada kasus?

Jawab :

Ad fungsionam : dubia ad malam

Ad vitam : dubia ad bonam

17. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada kasus?

Jawab :

Kronik meningitis

Retardasi Mental

Malnutrisi berat

Gagal Tumbuh

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 46

Page 47: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

18. Bagaimana tindakan preventif dan promotif pada kasus?

Jawab :

Pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu atau keluarga antara lain:  

1) Hindari pernikahan pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun yang merupaka

faktor resiko bayi prematur dan hipoksia.

2) Sebelum mengandung, ibu harus menjaga kondisi tubuh dan mengelola

gangguan kesehatan dengan baik

3) Saat ibu mengandung, ibu melakukan kontrol rutin dan melakukan

perawatan kesehatan dengan baik sesuai dengan anjuran dokter kandungan

4) Mengontrol diabetes, anemia, hypertension, seizures, and nutritional

deficiencies selama mengandung dapat mencegah beberapa kelahiran

prematur  yang dalam beberapa kasus dapat mengakibatkan CP

5) Setelah bayi dilahirkan, orang tua mengurangi resiko untuk kerusakan otak

seperti tidak menggoncang-goncangkan bayi dan menjaga keamanan bayi

saat dalam kendaraan

6) Selalu peduli/waspada dengan keadaan di rumah

7) Memberikan imunisasi tepat waktu untuk melawan infeksi yang serius

19. Berapa kompetensi dokter umum pada kasus?

Jawab :

Kompetensi : 3B

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :

pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan

dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan

(kasus gawat darurat).

20. Bagaimana pandangan Islam pada kasus?

Jawab :

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 47

Page 48: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan baik penderitaan jiwa

dan penyakit badan, kehilangan orang-orang yang dicintai dan kerugian harta

benda. Tidak peduli orang baik maupun jahat, orang beriman maupun tidak

beriman. Tetapi orang-orang mukmin menerima musibah ini dengan ridha

dan ketenangan yang memenuhi ruangan hatinya, yang mana dia telah

menyerahkan kendali hatinya kepada Dzat yang membolak-balikan hati dan

pandangan; karena dia mengetahui dengan keyakinan yang penuh bahwa apa

saja yang pasti menimpanya tidak akan meleset darinya dan apa saja yang

bukan untuknya tidak akan menimpanya.

Allah SWT berfirman :

Artinya:“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-

Baqarah : 155)

BAB III

KESIMPULAN

Syahbudin, laki-laki, 12 bulan, mengalami gangguan motorik kasar, motorik

halus, bicara & bahasa, Sosialisai & kemandirian ( Global Development Delay),

yang disertai Cerebral palsy quadriplegia tipe campuran (spastic dan diskinetik) ,

Microsefali, KEP II dan tuli ringan

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 48

Page 49: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Buku ajar Ilmu gizi, Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta : EGC.

Hal 93-106.

Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3. Ed. 15.

Jakarta : EGC. Hal. 2049

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 49

Page 50: Laporan Skenario C Tutorial 6 Blok 19

Bakti Husada. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

2006. Jakarta: Depkes RI.

Hasan, R dan Alatas, H. 1991. Neurologi Dalam Ilmu Kesehatan Anak, Buku Jilid

II, Jakarta, , Infomedia, 847-884.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Edisi

Pertama. 2002. Jakarta: Pengurus Pusat IDAI.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri

Patologi/Rustam Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed 2 . Jakarta : EGC.

Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta:

EGC.

Salim, A. 1996. Pendidikan Bagi Anak Cerebral Palsy. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC.

Swartz , Mark H. 1997. Intisari Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC. Hal.

89-90.

Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC

Laporan Tutorial 6 Skenario C Blok 19 FK_UMP 2008 Page 50