Laporan Skenario C Blok 25

50
I.SKENARIO C BLOK 25 Dr Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas Sako Palembang. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis Demam Berdarah dan dirujuk ke rumah sakit terdekat. Dr Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor Kecamatan Sako yang diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang Demam Berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti. Dr Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di bawah ini untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti penyuluhan tersebut. Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan Demam Berdarah bertambah menjadi 15 orang dan 1 orang anak meninggal. Identifikasi pasien yang terdiagnosis Demam Berdarah : Identifik asi Px1 Px2 Px3 Px4 Px5 1

description

promosi kesehatan

Transcript of Laporan Skenario C Blok 25

Page 1: Laporan Skenario C Blok 25

I. SKENARIO C BLOK 25

Dr Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas

Sako Palembang. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis

Demam Berdarah dan dirujuk ke rumah sakit terdekat.

Dr Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor Kecamatan Sako yang

diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi

pengetahuan dasar tentang Demam Berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes

aegypti. Dr Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di bawah ini

untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti penyuluhan tersebut.

Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan Demam Berdarah bertambah menjadi

15 orang dan 1 orang anak meninggal.

Identifikasi pasien yang terdiagnosis Demam Berdarah :

Identifikasi Px1 Px2 Px3 Px4 Px5

Usia 5 tahun 14 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun

Pendidikan Belum sekolah SMP A SMP A SMP A SMP A

Alamat Jalan A Jalan B Jalan A Jalan X Jalan V

II. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Dokter layanan primer : Dokter pelayanan umum dengan kewenangannya yang

sebatas pelayanan kesehatan tingkat primer (menjadi

kontak pertama pasien, dan memberi pembinaan

berkelanjutan, membuat diagnosis dan penangannnya,

memberikan dukungan personal bagi setiap pasien dengan

berbagai latar belakang dan berbagai stadium penyakit dan

1

Page 2: Laporan Skenario C Blok 25

menginformasikan pencegahan dan pengendalian penyakit

kronis.

2. Demam berdarah : Penyakit virus didaerah tropis dengan infeksi, erupsi,

demam, ditularkan oleh nyamuk aedes, dan ditandai oleh

nyeri hebat pada kepala, mata, otot, dan sendi, sakit

tenggorok , beringus, serta kadang-kadang disertai erupsi

kulit dan bengkak nyeri pada bagian yg terkena.

3. Penyuluhan : Kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yg

diberikan oleh seorang atau bbrp ahli kpd masy. Sehingga

dpt merangsang trjdinya proses prubahan prilaku mllui

pndidikan nonformal.

4. Aedes Aegypti : Spesies nyamuk yg menjadi vector peny. Yellowfever dan

dengue.

5. Promosi kesehatan : Kombinasi proses perubahan yang ditujukan pada

pendidikan, orgaisasi, ekonomi dan lingkungan yang

mendukung kesehatan.

6. PKK : Organisasi kemasyarakatan yg memberdayakan wanita utk

turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dgn

melaksanakan program-program pokoknya.

III. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dr. Ani baru 6 bulan praktek di Puskesmas Sako, dalam 1 minggu terakhir

mendapatkan 5 orang anak menderita DBD dan dirujuk ke RS, beserta identifikasi

pasien.

2. Dr. Ani langsung memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor Kecamatan

Sako yang diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan.

Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang Demam Berdarah, seperti daur

hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti. Dr. Ani juga membagikan stiker bertuliskan

3M seperti yang terlihat di bawah ini untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang

mengikuti penyuluhan tersebut.

3. Satu bulan kemudian, warga yang didiagnosis dengan Demam Berdarah bertambah

menjadi 15 orang dan 1 orang anak meninggal.

2

Page 3: Laporan Skenario C Blok 25

IV. ANALISIS MASALAH

1. Apa saja batasan dan cakupan tugas dokter layanan primer?

Jawab : Berdasarkan Perpres nomor 12 tahun 2013 pasal 22 ayat 1 dan buku

panduan pelayanan kesehatan dari BPJS kesehatan, cakupan pelayanan

yang seharusnya diberikan oleh dokter layanan primer selaku pelaksana

rawat jalan tingkat pertama yakni:

administrasi pelayanan, meliputi administrasi biaya pendaftaran peserta

untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke fasilitas

pelayanan kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani

di fasilitas kesehatan tingkat pertama

pelayanan promotif preventif, meliputi:

a) kegiatan penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku

hidup bersih sehat.

b) Imunisasi dasar, meliputi BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak

c) keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi,

dan tubektomi, bekerjasama dengan lembaga yang membidangi keluarga

berencana

d) skrining kesehatan yang diberikan secara perorangan dan selektif, serta

ditujukan untuk mendeteksi resiko penyakit dan mencegah dampak

lanjutan dari resiko penyakit tertentu (DM tipe-2, hipertensi, kanker

leher rahim, kanker payudara, dan penyakit lain yang ditetapkan oleh

menteri).Skrining mengenai DM tipe-2 dan hipertensi dimulai dengan

analisis riwayat kesehatan yang dilakukan sekurang-kurangnya 1 tahun

sekali. Jika teridentifikasi memiliki resiko DM tipe-2 dan hipertensi akan

dilakukan penegakan diagnosa berdasarkan pemeriksaan penunjang

diagnostik tertentu, serta dilakukan pengobatan sesuai indikasi medis.

Namun, skrining kesehatan kanker leher rahim dan kanker payudara

dilakukan sesuai dengan indikasi.

e) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

f) tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif

g) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

h) pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama

i) pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui dan bayi

3

Page 4: Laporan Skenario C Blok 25

j) upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi termasuk

penanganan komplikasi KB paska persalinan

k) rehabilitasi medik dasar.

2. Bagaimana epidemiologi DBD di Palembang?

Jawab : Di Palembang, meski pada tahun 2010 ada 97 kelurahan  dari total 107

kelurahan yang ada di Palembang  berstatus endemik DBD, dinas kesehatan

menyatakan, jumlah warga Palembang yang menderita DBD terus menurun

setiap tahun. Jumlah penderita DBD di Palembang pada tahun 2009

menurun cukup tajam jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008

jumlah penderita DBD sebanyak 1.581 orang, berkurang menjadi 468 orang

tahun 2009. Jumlah warga penderita DBD yang meninggal dunia juga

berkurang. Jika pada tahun 2008 ada 7 penderita DBD meninggal dunia,

tahun 2009 korban meninggal dunia turun menjadi 2 orang. Sejak awal

2011 hingga akhir Maret, tercatat ada sekitar 102 orang yang menderita

DBD. Berdasarkan data laporan Dinkes Kota Palembang jumlah penderita

demam berdarah degue (DBD) pada tahun 2012 sebanyak 883 orang dan

pada tahun 2013 menurun berjumlah 438 orang. Bulan Agustus 2013,

didapatkan bahwa Insiden Rate (IR) penyakit DBD sampai bulan Juni

mencapai 21,39 per 100 ribu penduduk. Insiden Rate yang tinggi di

Kecamatan Ilir Barat I dengan IR = 33,22 kemudian Kecamatan Ilir Timur I

dengan IR =31,24 dan Kecamatan Sematang Borang dengan IR = 30,26.

4

Page 5: Laporan Skenario C Blok 25

3. Apa etiologi dan bagaimana cara penularan DBD?

Jawab : Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk

kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal

sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis

serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe

akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedan-

gkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga

tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain

tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi

oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue da-

pat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan

virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit me-

nunjukkan bahwa keempat serotype ditemukan dan bersirkulasi sepanjang

tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan

banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.

Cara penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi

virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditu-

larkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk

Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat

5

Page 6: Laporan Skenario C Blok 25

juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.

Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat meng-

gigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang be-

rada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic in-

cubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada

saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan

kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penu-

laran virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di

dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama

hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas

46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penu-

laran dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk meng-

gigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas

sampai 5 hari setelah demam timbul.

4. Makna klinis dari identifikasi pasien?

Jawab : Dari data identifikasi pasien didapatkan 4 orang anak yang bersekolah di

SMP A dan 1 orang anak belum sekolah terdiagnosis DBD.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa SMP A merupakan salah satu factor

penyebab DBD terjadi pada anak-anak tersebut. Kita ketahui bahwa

nyamuk aedes aegypti yang menjadi vektor dari virus dengue aktif pada

pagi hingga sore hari, sementara anak-anak SMP bersekolah dari pagi

hingga sore. Lebih banyak waktu yang mereka habiskan di dalam kelas,

kolong-kolong meja merupakan tempat-tempat yang disukai nyamuk karena

kondisinya yang gelap dan lembab. Dr. Ani juga belum melakukan

penyuluhan sampai ke sekolah-sekolah. Sehingga hal inilah yang membuat

4 orang anak yang bersekolah di SMP A terdiagnosis DBD.

Dari data juga didapatkan ada 2 orang anak yang beralamat di Jalan A

terdiagnosis DBD, dari scenario mungkin bermaksud bahwa lokasi SMP A

itu terletak di Jalan A. nyamuk aedes aegypti sedang berkembang biak di

jalan tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena penyuluhan yang

diberikan masih belum efektif. Dan juga belum ada tindak lanjut dari

puskesmas seperti PJB (Pemantauan Jentik Berkala) dan fogging.

6

Page 7: Laporan Skenario C Blok 25

5. Apa saja teori-teori promosi kesehatan dan bagaimana penerapannya di masyarakat?

Jawab : Dalam bidang perilaku kesehatan, terdapat beberapa teori tentang faktor

penentu (determinan) atau faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku

yang sering digunakan masyarakat sebagai acuan program-program

kesehatan masyarakat.

1. Teori Lawrence Green (1980)

Green (1980) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh 3

faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat.

- Faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu faktor yang

mempermudah terjadinya perilaku seseorang, termasuk dalam faktor ini

adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-

nilai, norma sosial, budaya, dan faktor sosio-demografi. Misalnya pada

kasus ini, perilaku masyarakat untuk melaksanakan program 3M akan

dipermudah jika masyarakat tersebuta tahu bagaimana cara

melakukannya dan apa manfaat dari program tersebut.

- Faktor pendorong (enabling factors) yaitu faktor yang memungkinkan

terjadinya perilaku, berupa lingkungan fisik, misalnya sarana kesehatan

7

Page 8: Laporan Skenario C Blok 25

atau sumber khusus yang mendukung dan keterjangkauan sumber dan

fasilitas kesehatan. Misalnya, untuk terjadinya perilaku masyarakat

melaksanakan program 3M, diperlukan fasilitas berupa peralatan.

Sedangkan untuk mengobati demam berdarah sendiri diperlukan dokter

dan sarana perlayanan kesehatan seperti puskesmas

- Faktor penguat (reinforcing factor) adalah sikap dan perilaku petugas

kesehatan. Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang

belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Dalam

hal ini diperlukan tokoh masyarakat yang memberi contoh pelaksanaan

program 3M tersebut.

Teori Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua

faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Perilaku

seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,

sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang

bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku

petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku.

2. Teori Snehendu B. Kar (1986)

Kar (1986) menganalisis bahwa perilaku merupakan fungsi dari hal-hal

berikut.

- Minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya (behaviour

intention)

- Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

- Ada tidaknya informasi tentang kesehatan (accessibility of information)

- Otonomi pribadi individu dalam hal mengambil tindakan atau keputusan

(personal autonomy)

- Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

situation)

Teori Snehandu B. Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan

dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu fungsi dari niat orang terhadap

8

Page 9: Laporan Skenario C Blok 25

objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya,

ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari indivindu

untuk mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan

ia berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/tidak bertindak.

3. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku

tertentu adalah:

1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang

terhadap objek (objek kesehatan).

- Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain.

- Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

- Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang

paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang

lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan

tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat

itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang

lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk

dicontoh.

3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu,

tenaga dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-

sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah,

baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia.

9

Page 10: Laporan Skenario C Blok 25

Teori WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu adalah karena adanya alasan seseorang untuk

berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama di antara beberapa

orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-

beda.

6. Analisis kesalahan dalam promosi kesehatan yang dilakukan dr. Ani? (penyuluhan,

stiker, materi, sasaran)

Jawab : Dr. ani langsung melakukan penyuluhan di kantor Kecamatan Sako yang

diikuti oleh 15 orang ibu PKK dan 5 orng perangkat kecamatan

- Seharusnya dr. Ani menentukan terlebih dahulu sasaran/siapa orang

yang akan diberikan penyuluhan, mengumpulkan informasi mengenai

masalah yang timbul (dalam kasus ini DBD), dan mengumpulkan

informasi mengenai masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan.

- Seharusnya yang menjadi sasaran penyuluhan pada kasus ini adalah:

Sasaran primer : Kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anak-

anak

Sasaran sekunder : Misi dukungan sosial yang mencakup tokoh

masyarakat setempat, dan ibu pkk.

Sasaran Tersier : Misi advokasi yang mencakup pembuat

keputusan seperti ketua RT dan RW, dan Camat.

- Dr. Ani hanya memberikan penyuluhan kepada 15 orang ibu PKK

dan 5 oang perangkat kecamatan. Hal tersebut tentunya akan

menyebabkan informasi/penyuluhan yang disampaikan Dr. Ani tidak

langsung didengar oleh masyarakat di daerah tersebut. Sementara

seharusnya Dr. Ani melakukan penyuluhan kepada seluruh warga

dengan dibantu oleh ibu-ibu PKK dan perangkat kecamatan, sehingga

apabila ada yang kurang jelas dari penyuluhan tersebut dapat

langsung bertanya kepada Dr. Ani. Hal tersebut dimaksudkan agar

informasi yang diberikan dapat diterima dan dipahami oleh warga

dengan jelas.

10

Page 11: Laporan Skenario C Blok 25

Jika selanjutnya ibu-ibu PKK tersebut diberi kewenangan untuk

meneruskan penyuluhan, kemungkinan besar informasi yang

diberikan dr. ani tidak lagi sama saat sampai di telinga masyarakat.

Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar tentang Demam Berdarah,

seperti daur hidup dan bentuk nyamuk Aedes aegypti

- Seharusnya dr. Ani menjelaskan tentang daur hidup nyamuk Aedes

aegypti secara umumnya saja dengan maksud untuk menjelaskan

cara penularannya, dan dimana nyamuk tersebut betah sekali untuk

hidup dan menghinggapi manusia. Sedangkan bentuk nyamuknya

tidak harus dijelaskan karena masayarakat juga tidak terlalu

memperhatikan morfologi dari nyamuk tersebut. Mengenai DBD-

nya, seharusnya dr. Ani hanya menjelaskan tanda klinis awal

DBD yang patut untuk dicurigai oleh pihak terdekat (keluarga)

sehingga dapat ditatalaksana secepat dan seefektif mungkin.

Dr. Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di

bawah ini untuk ditempelkan di rumah setiap warga yang mengikuti

penyuluhan tersebut.

- Stiker yang dibagikan kurang jelas, karena hanya bertuliskan

menguras, mengubur, menutup. Tidak dijelaskan di poster tentang

apa yang harus dikuras, apa yang harus dikubur, dan apa yang

harus ditutup. Dari penulisan “cegah DBD!” juga kurang tepat,

karena belum tentu masyarakat mengerti apa yang dimaksud

dengan dbd. Sehingga tujuan dari stiker itu sendiri tidak dapat

dipahami masyarakat.

- Stiker hanya dibagikan untuk warga yang mengikuti penyuluhan,

sementara yang tidak mengikuti penyuluhan tidak mendapatkan

stiker tersebut. Seharusnya selain membagikan stiker, puskesmas

juga memasang billboard, spanduk, ataupun poster yang diletakkan

di tempat-tempat yang sering terlihat oleh warga.

Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pen-

didikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi, adat istiadat, kepercayaan

masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat. Materi yang

disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan

11

Page 12: Laporan Skenario C Blok 25

mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat lang-

sung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pen-

didikan kesehatan menggunakan bahasa yang mudah dipahami

dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan alat peraga untuk

mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Wal-

gino, 1995)

7. Bagaimana perbaikan yang harus dilakukan pada penyuluhan kasus ini sesuai teori?

Jawab: Secara Umum, perbaikan yang harus dilakukan pada penyuluhan kasus ini,

yaitu:

1. Analisis Kasus, sebelum melaksanakan penyuluhan, dr. Ani harus

melakukan analisis terhadap data yang ada. Analisis kasus ini menyangkut,

prevalensi kasus, tempat kejadian, dampak ke lingkungan sekitar, dan yang

menjadi fokus utama dari warga sekitar.

2. Dilakukan penyuluhan dengan perencanaan yang matang. Sasaran harus

jelas, isi penyuluhan serta target telah ditentukan dengan baik. Isi

penyuluhan bukan hanya pencegahan dan daur hidup nyamuknya, tetapi

juga termasuk gelaja-gejala penyakit DBD, cara mengenalinya, dan

tindakan yang harus dilakukan bila terkena. Untuk target dan sasaran harus

mencakup ruang lingkup/ wilayah yang terkena kasus ini.

3. Selain penyuluhan bisa dilakukan promosi kesehatan tipe lainnya, seperti

pada kasus penyebaran sticker, atau bisa ditambah dengan pemasangan

spanduk dll. Media promosi kesehatan yang disebar harusnya jelas maksud

dan tujuannya.

4. Dilakukan evaluasi dan monitoring terhadap penyuluhan yang dilakukan,

misalnya mengunjungi peserta-peserta penyuluhan, apakah telah

melaksanakan hal-hal yang diinformasikan ketika penyuluhan, kemudian

apakah semua rakyat melaksanakannya atau tidak.

5. Melaksanakan program kerja lanjutan dalam penanggulangan kasus ini.

Contohnya dengan fogging atau PJB.

Teori Lawrence Green

Berdasarkan teori Green, terdapat 3 hal yang menjadi fakor utama dari

promosi kesehatan sesuai dengan perilaku kesehatan, yaitu Predisposing Factors,

Enabling Factors, dan Reinforcing Factors. Perbaikan yang dapat kita lakukan

12

Page 13: Laporan Skenario C Blok 25

terhadap penyuluhan berdasarkan teori Green ini bisa kita fokuskan ke 3 faktor

tersebut.

Predisposing factors adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku

seseorang, contohnya adalah pengetahuan. Pada Kasus ini masyarakat setempat

kurang memiliki pengetahuan mengenai DBD, maka dari itu sangat rentan bagi

mereka untuk mendarita dan tertular DBD. Perbaikan yang haru dilakukan mengenai

predisposing factors ini, yaitu penyuluhan yang kita sampaikan kepada masyarakat

harusnya dimengerti oleh masyarata, dan harusnya informasi yang benar-benar

dibutuhkan oleh masyarakat. Pada dasarnya penyuluhan yang dilakukan dr. Ani sudah

tepat dilakukan, tetapi isi atau informasi yang disampaikan kurang tepat, beliau hanya

menyampaikan informasi mengenai cara penularan dan pencegahannya, tetapi beliau

tidak menjelaskan bagaimana cara mengenali gejala DBD dan tindakan apa yang

harus dilakukan bila terkena DBD, oleh sebab ini maka kasus DBD semakin

menungkat bukannya berkurang.

Enabling factors adalah faktor-faktor yang memfasilitasi perilaku tersebut

terjadi, contohnya sarana, prasarana dan fasilitas kesehatan. Perlu dipikirkan pula

kemungkinan penyuluhan tersebut telah berhasil, tetapi sarana dan fasilitas untuk

pengobatan DBD di wilayah tersebut belum memadai, atau sasaran penyuluhannya

kurang tepat, seperti pada kasus, bisa dianalisis secara teliti, sebagian besar penderita

bersekolah di sekolah yang sama, yaitu sekolah A, kemungkinan sekolah inilah yang

menjadi sunber penularan daripada DBD, sehingga target penyuluhan dr Ani yang

terpaku pada ibu-ibu pkk untuk menggalakkan 3 M si sekitar rumahnya kurang tepat,

karena bukan merupakan sumber penularan. Perbaikan yang harus dilakukan, yaitu

melaksanakan program-program lebih lanjut, contohnya fogging ditempat-tempat

yang kemungkinan besar menjadi sumber penularan.

Reinforcing factors adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya suatu perilaku, contohnya kade yang menjadi panutan warganya. Faktor

reinforcing merupakan faktor yang sangat penting, masyarakat walaupun memiliki

pengetahuan yang memadai akan apa yang harus ia lakukan dalam mengatasi suatu

masalah tetap tidak akan melaksanakannya apabila tidak ada panutan. Pada kasus dr

Ani sudah tepat melakukan penyuluhan ke ibu-ibu PKK dan ketua camat sebagai

wakil warga yang bisa menjadi panutan, akan tetapi kita tidak mengetahui seberapa

banyak warganya, dan apakah dengan jumlah ibu PKK yang hanya 15, dan ketua

camat yang hanya 5 mencukupi untuk menyebarkan informasi dan menjadi panutan

13

Page 14: Laporan Skenario C Blok 25

bagi seluruh masyarakay. Perbaikan yang harus kita lakukan, yaitu melakukan

dipenyuluhan tersebut seharusnya sasarannya lebih luas, dan meminta peserta

penyuluhan untuk melaksanakan pencegahan sesuai denganh informasi yang telah

diberikan

8. Apa saja media-media promosi kesehatan?

Jawab : Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati

merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,

mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini

kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat

bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :

Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb

Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti

cacing dalam botol pengawet, dll

Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan

seperti oralit, dll

b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda

tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi

kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak

memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat,

dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah

kayu, semen, plastik dan lain-lain.

c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan,

dll.

Poster

Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar

dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya,

tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang

lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang

mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai

desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam

poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.

14

Page 15: Laporan Skenario C Blok 25

Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak,

memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus

menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan

saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal

lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong

untuk bertindak.

Leaflet

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-

kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar

yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet

digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu

masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,

deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet

dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan

dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan

rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan

sederhana seperti di photo copy.

d. Gambar Optik. seperti photo, slide, film, dll

Photo

Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :

- Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,

menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan

dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada

masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya

album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah

kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai

mendapat pengakuan resmi dari Bupati.

- Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan

tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok

persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk

bahan brosur, leaflet, dll

Slide

15

Page 16: Laporan Skenario C Blok 25

Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok.

Penggunaan slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi

dapat dilihat berkali-kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat

menarik terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini lebih

“trnedi” disbanding dengan gambar, leaflet, dll

Film

Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi

dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah

kelompok besar, dan kolosal

9. Bagaimana cara membuat media promosi kesehatan (stiker) yang tepat?

Jawab : Biasanya media digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan

papan tulis dengan photo, dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat

peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus

diperhatikan, yaitu :

• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran

• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh

sasaran

Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus

memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Command attention

Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi

desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan

membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah

melupakan pesan tersebut.

b. Clarify the massage

Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus

memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran.

Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis

pesan tersebut gagal.

c. Create trust

16

Page 17: Laporan Skenario C Blok 25

Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah

masyarakat percaya, cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit

diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan

mudah didapat didekat tempat tinggalnya.

d. Communicate a benefit

Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak

sasaran termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan

memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit

diare misalnya

e. Consistency

Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama

dimedia apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi

maknanya akan tetap sama

f. Cater to the heart and head

Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa.

Komunikasi yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis

semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan

membangkitkan kebutuhan nyata.

g. Call to action

Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran

untuk bertindak sesuatu. “Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak

tetap sehat” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu

tindakan.

10. Apa yang menyebabkan peningkatan angka kejadian DBD pada kasus?

Jawab : Kemungkinan besar karena cara dr.Ani yang belum tepat sebagai salah

satu usaha pencegahan. Seharusnya dr.Ani melakukan survey terlebih

dahulu tentang cara yang paling tepat mengenai kejadian DBD yang

sebelumnya terjadi. Paling tidak harus dilakukan tindakan lebih lanjut

setelah promosi kesehatan tersebut.

17

Page 18: Laporan Skenario C Blok 25

Apalagi unsure-unsur dalam promosi kesehatan tersebut juga belumlah

benar. Dari skenario dilakukan usaha pencegahan melalui penyuluhan dan

stiker. Pertama, dari sasaran penyuluhan. Kita lihat bahwa yang menghadiri

penyuluhan tersebut hanya 15 orang ibu PKK dan 5 orang dari pihak

kecamatan. Jelas ini tidak tepat sasaran. Padahal dari data awal diketahui

bahwa kemungkinan DBD dalam kasus ditularkan dari daerah sekolah. Jadi

salah satu sasaran dari penyuluhan harusnya ke pihak sekolah juga. Apalagi

yang paling terkena adalah anak usia remaja yang notabene dalam usia

sekolah, dan berada di lingkungan sekolah alam waktu yang lama. Kedua,

cara komunikasi dan materi dari penyuluhannya juga kurang tepat.

Dikhawatirkan terjadi salah penyampaian dan penerimaan informasi.

Terakhir, media promosi selain lewat penyuluhan juga lewat stiker. Dari

jumlah yang dibagikan terlalu sedikit, dan isi stikernya juga tidak jelas.

Terlalu banyak salah penafsiran.

11. Apakah penyakit pada kasus ini termasuk KLB? Apa kriteria KLB?

Jawab : Jika ditinjau dari kriteria KLB untuk DBD, maka penyakit pada kasus ini

memenuhi kriteria kejadian luar biasa untuk DBD. Kriterianya adalah seba-

gai berikut:

1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah

kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jen-

tik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.

2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan

sebelumnya.

3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun se-

belumnya pada periode yang sama

Akan tetapi yang berhak untuk mengumumkan bahwa penyakit ini terma-

suk kejadian luar biasa adalah kepala daerah.

12. Bagaimana bentuk komunikasi massa dan komunitas yang seharusnya dilakukan oleh

dr. Ani sebagai dokter umum?

Jawab : Metode Pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya

menggunakan atau melalui media massa. Contoh :

18

Page 19: Laporan Skenario C Blok 25

a. Ceramah umum (public speaking)

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,

misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik

baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk

pendidikan kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan

lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV

atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa.

d. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel

maupun tanya jawab/konsultasi tentang kesehatan antara penyakit

juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

e. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan

sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa.

Contoh : Billboard

”cegah demam berdarah dengan 3M”

- Menguras bak Mandi

- Mengubur barang-barang bekas

- Menutup tempat penampungan air

13. Apa yang seharusnya dilakukan oleh dr. Ani sebelum melakukan promosi kesehatan?

Jawab :

- Advokasi di Tingkat Provinsi dan Kabupaten

Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM

mengetahui tentang program pencegahan penularan DBD dengan

harapan mereka mau untuk mendukung rencana kegiatan promosi

kesehatan (dapat berupa dana, kebijakan politis, maupun dukungan

kemitraan), sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program

promosi kesehatan, serta mengetahui peran dan fungsi masing-masing

sektor/unsur terkait.

- Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan

Agar pihak kecamatan mendukung program, melakukan

pembinaan teknis, dan mengintegrasikan program promosi kesehatan

19

Page 20: Laporan Skenario C Blok 25

dengan program lain yang dilaksanakan oleh sektor dan program lain,

terutama program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di

puskesmas.

- Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat

Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program

promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan,

monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.

- Persiapan perencanaan partisipatif masyarakat

a. Pendekatan kepada masyarakat, dengan cara mendatangi pihak-pihak

terkait seperti kepala puskesmas, petugas kesehatan lingkungan, kepala

sekolah, pemilik sekolah/staf dinas pendidikan tingkat kecamatan, dan

pihak lainnya untuk mencapai kesepakatan dalam memfasilitasi

masyarakat agar mampu merencanakan program promosi kesehatan

secara partisipatif. Serta untuk dapat memperoleh data dan informasi

seperti data penyakit DBD di daerah, kondisi dan kualitas lingkungan,

fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, jumlah kader kesehatan,

program penyuluhan, serta media komunikasi yang telah dilaksanakan,

dll.

b. Peningkatan kualitas fasilitasi masyarakat. Orientasi awal perlu

dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan para aparat daerah dan

tokoh dmasyarakat, (tokoh agama, kepala desa, dll). Kemudian

bergabung dengan berbagai kegiatan kumpulan seperti pengajian, ibadah

gereja, dan kegiatan kumpulan lainnya untuk membuat hubungan

kedekatan dengan masyarakat. Tujuan pendekatan awal ini adalah

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan

program promosi kesehatan 3M.

- Perencanaan Secara Partisipatif di Masyarakat

Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh

fasilitator, meliputi kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dan di

sekolah, menggunakan panduan perencanaan partisipatif masyarakat,

sehingga dapat disusun rencana kerja masyarakat (RKM).

20

Page 21: Laporan Skenario C Blok 25

Langkah kegiatan perencanaan promosi kesehatan adalah sebagai

berikut.

1. Identifikasi masalah, potensi dan analisis situasi

a. Identifikasi perilaku beresiko terhadap kesehatan

• Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang ada di masyarakat,

yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit (adakah

faktor perilaku/host yang kurang menjaga kebersihan lingkungan

dan pencegahan terhadap DBD serta imunitas rendah, dan atau

faktor lingkungan padat, banyak tempat penampungan air terbuka,

faktor musim pancaroba yang menyebabkan vektor nyamuk

berkembang biak).

• Menganalisa perilaku yang paling beresiko terhadap kesehatan

diantara banyak faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran

penyakit.

• Mengidentifikasi kelompok sasaran perilaku beresiko (siapakah

berperilaku beresiko, kapan perilaku buruk tersebut dilakukan, dan

dimana perilaku buruk tersebut dilakukan, misalnya di sekolah).

• Menganalisis potensi yang dimiliki seperti tenaga/kader

kesehatan, media komunikasi yang ada, perilaku baik terhadap

kesehatan yang sudah membudaya di masyarakat, dan lain-lain.

• Menganalisa mengapa masyarakat belum melakukan perilaku

kesehatan yang di inginkan? Apakah masyarakat tidak

melakukan karena tidak tahu dan tidak mengerti atau masyarakat

sudah mengerti dan paham tetapi tetapi tidak mau melakukannya.

b. Perumusan masalah dan cara pemecahan masalah

Setelah mengidentifikasi masalah perilaku beresiko terhadap

kesehatan yang ada di masyarakat dan menganalisis potensi

masyarakat, selanjutnya menyusun perumusan masalah dan cara

pemecahan masalah tersebut, dengan memanfaatkan potensi yang

ada di masyarakat . Dalam perumusan masalah perlu memuat

masalah perilaku beresiko, siapa, dimana, mengapa (faktor

penyebab), cara pemecahan masalah, dan potensi masyarakat

untuk memecahkan masalah.

21

Page 22: Laporan Skenario C Blok 25

2. Penyusunan rancangan rinci kegiatan

Menentukan tujuan, kelompok sasaran, macam/kegiatan pelaksana,

keperluan akan alat/bahan/material dan biaya serta waktu pelaksanaan.

3. Penyusunan rencana monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dan

kontinyu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan (target) program 3M.

V. HIPOTESIS

Angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sako semakin meningkat

dikarenakan promosi kesehatan yang dilakukan dr Ani belum efektif.

VI. LEARNING ISSUE

1. PROMOSI KESEHATAN; TEORI dan PENERAPANNYA di MASYARAKAT

Banyak sekali definisi tentang Promosi Kesehatan. Salah satu yang paling

sering dikutip adalah yang disampaikan dalam Ottawa Charter, yaitu “Promosi

Kesehatan adalah proses yang menyebabkan masyarakat mampu meningkatkan

kontrol, dan memperbaiki tingkat kesehatan mereka”.

Ottawa Charter juga merekomendasikan tiga strategi dasar promosi kesehatan,

yaitu Advokasi kesehatan untuk menciptakan kondisi yang kondusif demi

terciptanya proses di atas, mendorong seluruh komponen masyarakat untuk

mencapai seluruh potensi kesehatan mereka, dan mediasi perbedaan-perbedaan

kepentingan di masyarakat dalam menggapai tingkat kesehatan mereka.

Selain tiga strategi dasar tersebut, terdapat lima area prioritas dalam promosi

kesehatan:

Mengembangkan kebijakan publik berwawasan kesehatan

Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan

Memperkuat kegiatan berwawasan kesehatan di masyarakat

22

Page 23: Laporan Skenario C Blok 25

Mengembangkan kemampuan individu

Re-orientasi pelayanan kesehatan

Pendidikan Kesehatan (Health Education)

Health education mencakup kesempatan untuk belajar melalui jalur-jalur

komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kesehatan. Pendidikan tidak

terbatas hanya pada penyampaian informasi kesehatan, tetapi juga berupaya

meningkatkan motivasi, keterampilan, dan rasa percaya diri yang dibutuhkan agar

dapat mengambil tindakan dalam rangka meningkatkan kesehatan.

Dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, hal-hal yang

harus diperhatikan adalah:

1. Pesan

Materi atau pesan perlu disesuaikan dengan masalah kesehatan yang banyak

dijumpai dalam masyarakat. Secara garis besar, materi tersebut memiliki

target/ tujuan sebagai berikut:

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu maupun kelompok

Mencegah jangan sampai terserang penyakit atau jangan sampai penyakit yang

pernah diderita kambuh lagi.

Membantu proses penyembuhan dan pemulihan

Untuk dapat mengembangkan suatu pesan, ada beberapa unsur yang perlu

masuk menjadi bagian dari pesan tersebut, yaitu:

1. Perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh sasaran

2. Keuntungan kalau menerapkan perilaku tersebut

3. Alasan mengapa perilaku tersebut menguntungkan/bermanfaat

4. Penyampaian pesan: bisa bersifat gembira, lucu, serius, ilmiah dsb,

disesuaikan dengan siapa yang menjadi sasaran dan kondisi pada saat

pemberian pesan tersebut

5. Sumber informasi: adalah orang yang dipercaya oleh masyarakat.

Dalam menyusun pesan edukasi kepada masyarakat, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan:

Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran

Isi pesan jangan terlalu banyak, agar tidak membingungkan sasaran

Usahakan agar mengemukakan pesan secara bertahap, dengan urutan yang

sistematis sehingga mudah diingat

23

Page 24: Laporan Skenario C Blok 25

Sesuaikan dengan tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, agama, dan adat

istiadat sasaran

Ada kemungkinan sasaran memerlukan lebih dari satu topik edukasi, sehingga

persiapkan diri untuk memadukan beberapa materi

2. Metode

Beberapa metode edukasi yang biasa dugunakan adalah sebagai berikut.

Tanya jawab perorangan: dilakukan secara perorangan antara edukator dengan

sasaran. Dapat dilakukan di mana saja, tetapi hendaknya dengan memilih

waktu dan tempat yang tepat.

Ceramah: dilakukan jika ada sekelompok orang yang perlu mendapat

penjelasan yang sama, sedangkan waktu yang tersedia terbatas. Ceramah

jangan terlalu lama, maksimal 30 menit. 10 menit pertama untuk memberi

penjelasan yang singkat tetapi jelas, 20 menit berikutnya untuk tanya jawab.

Konseling: adalah suatu kegiatan dimana ada hubungan yang saling membantu

antara dua orang melalui komunikasi yang intensif untuk mengatasi suatu

masalah. Tujuan konseling adalah membantu seseorang untuk mengambil

keputusan. Langkah konseling sering disingkat sebagai GATHER, yaitu:

Greet: sapa klien

Ask: tanya klien (apa persoalannya)

Tell: beritahu klien tentang pilihan yang ada

Help: bantu klien untuk memilih

Explain: jelaskan apa yang harus dilakukan

Return: beri kesempatan klien untuk bertanya

3. Media/Alat bantu

Dalam melaksanakan edukasi, seorang petugas kesehatan perlu

mempersiapkan media/alat bantu yang dapat digunakan agar materi edukasi

dapat lebih dimengerti oleh sasaran. Beberapa alat bantu yang biasa digunakan

adalah:

Poster: adalah pesan singkat dalam gambar yang bertujuan mempengaruhi

seseorang agar tertarik pada suatu informasi tertentu dan mau

melaksanakannya.

24

Page 25: Laporan Skenario C Blok 25

Leaflet: adalah selebaran kertas yang dapat dilipat sedemikian rupa dan berisi

tulisan tentang suatu masalah tertentu dan khusus ditujukan untuk sasaran

tertentu.

Flipchart: adalah alat peraga yang menyerupai album gambar, terdiri dari

lembaran-lembaran dan disusun dalam urutan tertentu. Cara menggunakannya

dengan membalik lembaran-lembaran bergambar itu satu persatu, dan

menjelaskan gambar-gambar tersebut.

Prevention

Leavell & Clark mengemukakan teori klasik pencegahan, yang

menyebutkan terdapat lima tingkat pencegahan, yaitu

Health Promotion,

Specific Protection,

Early Diagnosis and Prompt Treatment,

Disability Limitation dan

Rehabilitation.

Secara filosofis, praktik kedokteran yang dilakukan sebenarnya

berlandaskan dan mencoba mencegah perburukan penyakit melalui pendekatan

pencegahan ini. Lima tingkat pencegahan tersebut kemudian juga dibagi

menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

Bagan di bawah ini menjelaskan secara lengkap lima tingkat

pencegahan beserta aktivitas-aktivitas yang dijalankan dalam tingkat

pencegahan tersebut.

25

Page 26: Laporan Skenario C Blok 25

2. KOMUNIKASI MASSA dan KOMUNITAS

Pengertian Komunikasi Massa

Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan-pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi tersebut

memberikan batasan pada komponen-komponen komunikasi massa yaitu mencakup

pesan-pesan, media massa ( kora, majalah, tv, film dan radio) dan khalayak.

Menurut Defleur dan Dennis, komunikasi masa adalah suatu proses dalam

mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-

pesan secara luas dan secara terus-menerus, menciptakan makna-makna yang

diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan

melalui berbagai cara.

Definisi tersebut memiliki gambaran yang lebih luas. Penonjolan definisi ini

terutama pada bagaimana sumber informasi (media massa) mengemas dan

menyajikan pesan. Dengan cara dan gaya tertentu menciptakan makna terhadap suatu

peristiwa, sehingga mempengaruhi khalayak.

Karakteristik Komunikasi Massa

26

Page 27: Laporan Skenario C Blok 25

Ditujukan kekhalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan tidak

mengenal batas geografi kultural

Bentuk kegiatan komunikasi bersifat umum

Pola penyampaian pesan berjalam cepat dan mampu menjangkau khalayak luas

Penyampaian pesan cenderung satu arah- umpan balik sifatnya tertunda

Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana,

terjadwal dan terorganisasir

Pesan disampaikan secara berkala

Isi pesan yang disampaikan dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia

menyangkut social, politik, ekonomi dan budaya

Proses Komunikasi Massa

Proses Komunikasi Massa Model proses komunikasi massa dari Wilbur

Schramm adalah pengorganisasian media, yang menggambarkan tentang fungsi-

fungsi yang dilaksanakan oleh komunikator (organisasi media) dan penerima

(khalayak), yakni fungsi encoding, interpreting dan decoding.

Fungsi Komunikasi Massa

1. Fungsi terhadap masyarakat

Pengawasan lingkungan

Korelasi antar bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkugannya

Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai

Hiburan

2. Fungsi terhadap individu

Pengawasan dan pencarian informasi

Mengembangkan konsep diri

Fasilitas dalam hubungan sosial

Substitusi dalam hubungan sosial

Membantu melegakan emosi

Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan

Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi

3. MEDIA PROMOSI KESEHATAN

27

Page 28: Laporan Skenario C Blok 25

Pengertian

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat

bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau

dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi

(www.pamsimas.org, 2009)

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan

pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui

media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dll) dan media luar ruang, sehingga

sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah

perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya (DEPKES RI, 2006)

Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005):

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3. Dapat memperjelas informasi

4. Media dapat mempermudah pengertian.

5. Mengurangi komunikasi yang verbalistik

6. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.

7. Memperlancar komunikasi.

Jenis Media Promosi Kesehatan

1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)

Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah,

buletin, dan sebagainya.

Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan,

slide, film, dan seterusnya.

2. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan

dikelompokkan menjadi:

Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-

pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi utama media

cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.

Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat

kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.

28

Page 29: Laporan Skenario C Blok 25

Kelebihan media cetak diantaranya: Tahan lama, Mencakup

banyak orang, Biaya tidak tinggi, Tidak perlu listrik, Dapat dibawa

ke mana-mana, Dapat mengungkit rasa keindahan, Meningkatkan

gairah belajar,

Kelemahan media cetak yaitu: Media ini tidak dapat menstimulir

efek suara dan efek gerak, dan  Mudah terlipat (Notoatmodjo,

2005)

Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat

dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu

elektronika.

Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video

film, cassete, CD, VCD.

Kelebihan media elektronika diantaranya: Sudah dikenal

masyarakat, Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih mudah

dipahami, Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak,

Bertatap muka, Penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan relatif

lebih besar, Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.

Kelemahan media elektronika diantaranya: Biaya lebih tinggi,

Sedikit rumit, Perlu listrik, Perlu alat canggih untuk produksinya,

Perlu persiapan matang, Peralatan selalu berkembang dan berubah.

Perlu keterampilan penyimpanan, Perlu terampil dalam

pengoperasian (Notoatmodjo, 2005).

Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar

ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis,

misalnya: Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat

dilihat secara umum di perjalanan, spanduk yaitu suatu pesan dalam

bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain

dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat

yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang, pameran, banner dan

TV layar lebar (DEPKES RI, 2006).

Kelebihan media luar ruang diantaranya: Sebagai informasi

umum dan hiburan, Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih

mudah dipahami, Lebih menarik karena ada suara dan gambar

bergerak, Bertatap muka, Penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan

29

Page 30: Laporan Skenario C Blok 25

Kasus DBD di Puskesmas Kec. Sako

Kasus DBD di Puskesmas Kec. Sako meningkat

Persiapan/perencanaan belum optimal

 Program kerja lanjutan belum dilaksanakan

 Media promosi kesehatan belum efektif

 Penyuluhan belum efektif

relatif lebih besar, Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail,

Dapat menggunakan semua panca indra secara langsung, dan lain-

lain.

Kelemahan media luar ruang diantaranya: Biaya lebih tinggi,

Sedikit rumit, Ada yang memerlukan listrik, Ada yang memerlukan

alat canggih untuk produksinya, Perlu persiapan matang, Peralatan

selalu berkembang dan berubah, Perlu keterampilan penyimpanan,

Perlu keterampil dalam pengoperasian (DEPKES RI, 2006).

VII. KERANGKA KONSEP

VIII. KESIMPULAN

Angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sako semakin meningkat

dikarenakan promosi kesehatan yang dilakukan dr Ani belum efektif.

30

Page 31: Laporan Skenario C Blok 25

DAFTAR PUSTAKA

1. BPJS Kesehatan. 2013. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan.Jakarta

2. BTKL-PP Palembang. 2013. Survei Jentik Aedes aegypty di Tiga Kelurahan di

Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013 [internet]. Available from

http://btklppmpalembang.or.id/buletin_view.php?nourut=6 (diakses tanggal 27 Mei

2014).

3. Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta : EGC

31

Page 32: Laporan Skenario C Blok 25

4. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan.2008. Field Book Bagaimana

Membuat Media Promosi Kesehatan. Jakarta

5. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Daerah, Jakarta 2009

6. Dinkes Palembang. 2009. Profil Kesehatan Kota Palembang 2009. Palembang.

7. Herqutanto. 2001. Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas

FKUI IkmUnsri. 2013. Pendidikan Kesehatan dan Media Kesehatan (online,

http://download.docstoc.com/document/160356765?key=&pass= )

8. Ilmas, Tria Hasbi Akbar. 2008. Kesesuaian Media Promosi Kesehatan Penyakit Tropis

Demam Berdarah oleh Dinas Kesehatan Surabaya. Surabaya

9. Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba

Medika

10. Notoatmodjo,soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Renekacita. Depok. 2010

11. Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.

Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

12. Supriyantoro. 2013. Jaminan AksesabilitasTerhadap Pelayanan Primer, Sekunder, dan

tertier yang merata. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

32