Laporan Sifat Kimia Minyak

12
BAB V SIFAT KIMIA MINYAK A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat melakukan uji pembentukan emulsi dan uji bilangan penyabunan 2. Mahasiswa dapat menghitung bilangan penyabunan B. Landasan Teori Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut. Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak danminyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang. Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak 1. Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi

description

semoga bermanfaat

Transcript of Laporan Sifat Kimia Minyak

BAB VSIFAT KIMIA MINYAKA. Tujuan1. Mahasiswa dapat melakukan uji pembentukan emulsi dan uji bilangan penyabunan2. Mahasiswa dapat menghitung bilangan penyabunan

B. Landasan TeoriLemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti triester dari gliserol. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak danminyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak 1. Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.

2. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

3. Penyabunan Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Angka penyabunan=

Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.4. Hidrogenasi Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada lemak atau minyak. setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.5. Oksidasi Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi). Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: Fase terdispersi, fase pendispersi, dan emulgator. Ada dua tipe emulsi, yaitu:a. Emulsi a/m yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyakb. Emulsi m/a yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air.Pada emulsi a/m, maka butiran-butiran air yang diskontinyu terbagi dalam minyak yang merupakan fase kontinyu, Sedangkan untuk emulsi m/a adalah sebaliknya. Kedua zat yang membentuk emulsi ini harus tidak atau sukar membentuk larutan dispersirenik. Zat Pengemulsi (Emulgator)Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil. Untuk itu kita memerlukan suatu zat penstabil yang disebut zat pengemulsi atau emulgator. Tanpa adanya emulgator, maka emulsi akan segera pecah dan terpisah menjadi fase terdispersi dan medium pendispersinya, yang ringan terapung di atas yang berat. Adanya penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu emulsi karena emulgator menurunkan tegangan permukaan secara bertahap. Adanya penurunan tegangan permukaan secara bertahap akan menurunkan energi bebas yang diperlukan untuk pembentukan emulsi menjadi semakin minimal. Artinya emulsi akan menjadi stabil bila dilakukan penambahan emulgator yang berfungsi untuk menurunkan energi bebas pembentukan emulsi semaksimal mungkin. Semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi maka emulsi akan semakin mudah terbentuk. Tegangan permukaan menurun karena terjadi adsorpsi oleh emulgator pada permukaan cairan dengan bagian ujung yang polar berada di air dan ujung hidrokarbon pada minyak.

C. Alat dan BahanD. 1. Alat a) Rak tabung reaksib) Tabung reaksic) Pipet tetesd) Pipet ukur 25 mle) Pipet ukur 5 mlf) Penjepitg) Bureth) Statif dan klemi) Erlenmeyer 100 mlj) Labu takar 100 mlk) Corong kacal) Gelas arlojim) Spatulan) Mortar dan aluo) Ball fillerp) Kompor listrikq) Neraca analitik

2) Bahan a) b) Aquadesc) Larutan sabun 1%d) Larutan soda 1%e) Minyak gorengf) Etanol 95%g) Indikator PPh) Larutan KOH 0,5 Ni) Larutan HCl 0,5 M

E. Skema KerjaTabung reaksi 3Tabung reaksi 2Tabung reaksi 1

Aquades Aquades + soda+ larutan soda 1%+ 5 tetes Minyak gorengCampuran 1dikocokDiamati

Aquades + larutan sabun 1%Aquades + sabun+ 5 tetes Minyak gorengCampuran 2dikocokDiamati

Aquades + 5 tetes Minyak gorengCampuran 3dikocokDiamati

Gambar V. 2 Uji Bilangan Penyabunan

Campuran bening

Dititrasi dengan HCl 0,5 MDengan indikator PP Minyak gorengKOH 0,5 NCampuran

Dipanaskan selama 30 menitCampuran tersabunkan (panas)

Didinginkan

Campuran dingin

+ indikator PPDengan indikator PP Campuran berwarna merah muda

Gambar V.1 Uji Pembentukan Emulsi

PEMBAHASANSabun yang biasa di gunakan sehari-hari dibuat dengan proses saponifikasi yaitu dengan mereaksikan suatu asam lemak atau minyak dengan basa alkali sehingga terbentuk sabun. Minyak yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu minyak goreng kelapa sawit yang banyak mengandung asam oleat. Sedangkan basa alkali yang di gunakan yaitu KOH. Alasan menggunakan minyak goreng kelapa sawit dan KOH sebagai bahan baku yaitu untuk menghasilkan sabun yang lunak dan kualitasnya lebih bagus. Minyak kelapa sawit yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebanyak 20 ml, sedangkan KOH yang digunakan adalah sebanyak 12 gram yang di larutkan dalam 40 ml air. Selain bahan baku utama, pada percobaan ini juga digunakan bahan pendukung NaCl sebesar 5,4 gram. NaCl yang digunakan dibagi menjadi dua variabel, yaitu 15 % (3 gram) dan 12 % (2,4 gram) yang masing-masing dilarutkan dalam 20 ml air. Tujuan dilarutkannya KOH dan NaCl adalah untuk memudahkan dan mempercepat terjadinya reaksi saponifikasi sehinggaproduk yang dihasilkanakanbermutubaik.Pada proses pembuatan sabun, minyak goreng terlebih dahulu dipanaskan hingga suhu 600C. Pemanasan minyak pada suhu tersebut yaitu agar trigliserida yag terdapat pada minyak dapat cepat bereaksi dengan KOH sehingga dapat membentuk sabun dan gliserol. Untuk memperoleh sabun yang baik, suhu larutan pada proses pembuatan pada range 60 70C. Jika suhu dibawah 60C sabun yang dihasilkan akan menggumpal sedangkan jika suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak sehingga warnanya menjadi kecoklatan.Tahap selanjutnya yaitu memasukan larutan KOH dan NaCl 15% kedalam minyak yang sudah dipanaskan. Garam NaClditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Campuran dipanaskan pada suhu 700C selama 1 jam dan dilakukan pengadukan untuk mempercepat pelarutan sehinggalarutan cepat bereaksi. Kemudian tambahkan NaCl 12% kedalam campuran dan diaduk selama 30 menit. Ketika campuran telah homogen, campuran didinginkan hingga suhu mencapai 400C. Campuran yang telah dingin kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan produk sabun dan gliserolnya. Pada hasil akhir, produk yang terbentuk hanya berupa sabun tanpa hasil samping berupa gliserol. Sabun yang dihasilkan pun tidak mengeras, karena basa yang digunakan adalah KOH. Sabun yang dihasilkan ditimbang untuk mengetahui berat sabun basah. Kemudian sabun dioven untuk mengurangi kadar air dalam sabun sampai beratnya konstan. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui kadar air dalam sabun adalah sebesar 53,66 %. Berat sabun yang dihasilkan dalam percobaan yaitu sebanyak 9,04 gram sedangkan hasil sabun yang seharusnya menurut teori adalah sebanyak 18,24 gram. Dengan demikian yield sabun yang dihasilkan adalah sebesar 49,56%. Untuk mengetahui kualitas sabun yang dihasilkan, pada percobaan ini dilakukan uji menghasilkan busa terhadap sabun yang dihasilkan. Dalam uji tersebut sabun menghasilkan sedikit busa. Hal ini dikarenakan sabun terbuat dari 100% minyak goreng kelapa sawit yang akan membuat sabun menjadi sulit berbusa. Oleh karena itu, sebaiknya minyak goreng kelapa sawit dicampur dengan bahan lainnya untuk meningkatkan kualitas sabun yang dihasilkan.Kesimpulan Sabun dapat dibuat dengan reaksi penyabunan (Saponifikasi) antara basa alkali dengan minyak goreng kelapa sawit Kadar air pada sabun hasil praktikum yaitu sebesar 53,66% Yield sabun hasil praktikum sebesar 49,56%Saran Sebaiknya minyak nabati (minyak goreng kelapa sawit) yang digunakan harus dicampur dengan bahan lainnya agar busa yang dihasilkan lebih banyak Usahakan suhu pengadukan dijaga agar tetap konstanDaftar pustaka Fathatun, Nurul. 2013. Reaksi Saponifikasi. Laboratorium Satuan Proses Prodi DIV Teknik Kimia Politeknik Negeri BandungAnonim. 2013. Praktikum Saponifikasi. Dari http://infokimiawan13o1b-04.blogspot.com/2013/12/praktikum-saponifikasi-i.html. Diakses 06 Mei 2014

LAMPIRAN GAMBAR1. Uji Pembentukan Emulsi Gambar V.4 Campuran setelah dikocokGambar V.3 Campuran sebelum dikocok

2. Uji Bilangan Penyabunan

Gambar V.7 Titrasi campuran menggunakan HCl 0,5 M ( + ind.PP )

Gambar V.6 Pendinginan campuranGambar V.5 Pemanasan campuran selama 30 menit