Laporan Seminar Ppi
description
Transcript of Laporan Seminar Ppi
LAPORAN SEMINAR
PEMBINAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT MUTIARA HATI
JL. RAYA KEMANTREN WETAN 49
TERUSAN GEDEG MOJOKERTO
LAPORAN KEGIATAN
A. Tema Seminar
Seminar Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
B. Jumlah Peserta
48 Orang
C. Waktu dan Tempat
Seminar dilaksanakan di Anggrek Shopping Hotel Bandung, tanggal 19 Oktober 2013
pukul 08.00 – 13.00 WIB.
D. Narasumber
1. Dr. Djatnika
2. Dr. Anggraeni
3. Wawan Arif Sawanan SKp.
4. Lia Nugraha Skp.
E. Pembahasan
Terlampir
KEBIJAKAN KEMKES DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI DI RUMAH SAKIT
A. LATAR BELAKANG
Terjadi peningkatan kasus-kasus penyakit infeksi (new emerging, emerging- dan re-
emerging diseases), Wabah/KLB di rumah sakit. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan berpotensi menularkan penyakit infeksi kepada petugas kesehatan, pasien dan
pengunjung lainnya. Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainya harus mampu
memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan terhadap masyarakat,
khususnya jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Tujuan program PPI Rumah Sakit: Mengurangi/meminimalisir potensi penularan
penyakit infeksi kepada petugas kesehatan, pasien dan pengunjung RS.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam PPI RS yaitu:
1. Setiap RS dan Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus melaksanakan PPI:
- Membentuk Komite dan Tim PPIRS
- Mempunyai IPCN purna waktu 1 : 100 – 150 TT
2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud dengan:
- Pedoman, manajerial PPI di RS & Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
- Pedoman PPI di RS dan Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (revisi)
- Pedoman Surveilans PPI (Finalisasi)
- Modul pelatihan PPI (Finalisasi)
KEWASPADAAN ISOLASI
Upaya untuk memutus rantai penularan infeksi dari pasien ke pasien lainnya, dari pasien ke
petugas atau sebaliknya.
Ada dua lini :
1. Kewaspadaan standar
2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi:
à Kewaspadaan kontak, droplet, airborne
KEWASPADAAN PENULARAN
1. Kewaspadaan berbasis transmisi :
- Diterapkan saat pasien pertama datang /pasien baru masuk atau hadirnya infeksi baru
- Diterapkan pada pasien dengan gejala/dicurigai atau terinfeksi kuman patogen
sebagai tambahan Kewaspadaan Standard
- Diputuskan dengan dasar kriteria klinis dan epidemiologis sebelum hasil
laboratorium dapat menegakkan diagnosis
3 kewaspadaan :
- kewaspadaan kontak
- kewaspadaan droplet
- kewaspadaan airborne
Kunci kewaspadaan berbasis transmisi :
- Tambahan Kewaspadaan Standard
- APD
Kontak: sarung tangan & gaun
Droplet : pelindung mata & masker wajah
Airborne: respirator N95,pengaturan ventilasi udara
- Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien
A. Transmisi Kontak
• Kontak: terbanyak, tangan petugas, peralatan pasien, mainan anak, alat diagnostik
• MRSA,VRE, resisten E coli ISK, diare karena suspek Clostridium
difficile,norovirus, Pseudomonas aeruginosa, Herpes simplex virus
• Kontak langsung:
pasien – petugas , pasien – pasien,pasien-pengunjung
• Kontak tidak langsung:
Pasien/petugas – permukaan terkontaminasi-petugas/pasien
Kewaspadaan Transmisi Kontak :
Permukaan lingkungan dapat terkontaminasi melalui kontak dengan tangan pasien
atau petugas, gaun/alat/saputangan /tissue yang telah dipakai dan benda yang
terkontaminasi cairan tubuh.
APD : sarung tangan
gaun
Lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan
Minimalisasi gerak pasien
Kontrol lingkungan: cleaning & disinfeksi permukaan terkontaminasi
B. Transmisi droplet
• Penyakit menular lewat droplet à batuk,bersin dan berbicara à droplet kecil dan
droplet besar
• Droplet:
- Percikan >5µm melayang di udara jatuh mengenai mukosa mata, hidung atau
mulut orang tanpa pelindung dan akan jatuh pada jarak < 1m
- Prosedur yang dapat menimbulkan aerosol mis suction,
bronkoskopi,nebulising,intubasi
B pertussis,meningococcus,Avian Influenza, Streptococcus grup A , Adenovirus ,
H1N1
Kewaspadaan Transmisi Droplet
• APD
masker bedah/medik
sarung tangan
gaun
• Batasi gerak pasien keluar R rawat
• Ruang terpisah,TT berjarak > 1m atau kohorting
Cuci tangan tiap selesai melepas APD
C. Transmisi Airbone
Partikel kecil < 5mm mengandung mikroba melayang/menetap di udara beberapa
jam, ditransfer sebagai aerosol melalui aliran udara dalam ruangan /jarak lebih jauh
dari 2 m.
Mycobacterium TB, Campak, Cacar Air, Aspergillus sp, tindakan yang menimbulkan
aerosol pada suspek TB, SARS (intubasi,suction, bronkoskopi)
Kewaspadaan transmisi Airborne
• APD
masker bedah (pasien), respirator partikulat (mis N95, petugas) sarung
tangan, gaun apron (menghadapi cairan yg banyak)
• Cuci tangan: ‘wash in wash out’ (WIWA)
2. Kewaspadaan Standar
Harus selalu ditambahkan dengan Kewaspadaan Standar :
Penanganan khusus udara/ventilasi dan penggunaan dari respirator
partikulat/N95/setara
Ruang terpisah dg pengaturan ventilasi waspada transmisi airborne,atau
cohorting dengan penataan ventilasi yang memadai
Batasi gerak pasien, pasien pakai masker bedah bila akan keluar ruang rawat
Ruang dengan kewaspadaan transmisi airborne untuk segala tindakan yang dapat
menimbulkan aerosol
Pengendalian sumber infeksi à penempatan pasien
Dilusi ventilasi secara umum à ada pengendalian antara kualitas dan kuantitas
udara yang masuk dan keluar, mengencerkan partikel infeksius kedalam volume
udara yg besar à Mengarahkan aliran udara
Menjaga perbedaan tekanan udara antar ruang yg berdekatan
Iradiasi UV sebagai germicida
Respirator partikulat
Penempatan pasien :
Idealnya di R dengan tekanan negatif
Pertukaran udara >12 x/jam,aliran udara yang terkontrol
Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
Terpisah bila memungkinkan atau kohorting
3 tipe ventilasi lingkungan :
1. Ventilasi mekanik , dengan ekshaus fan mendorong udara keluar gedung, dapat
dikombinasi dg AC + sistem filter
2. Ventilasi natural , dorongan alami aliran udara keluar à angin, ’Chimney effect’
perbedaan tekanan udara diluar dan didalam ruangan, murah, lebih efektif
3. Ventilasi campuran, kombinasi 1&2
DEKONTAMINASI : PEMBERSIHAN, DISINFEKSI, STERILISASI
Pasien dan petugas berisiko terkena infeksi jika tidak menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) dengan baik. Salah satu cara untuk mencegah penularan à proses
dekontaminasi : pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi.
Dekontaminasi yaitu Proses untuk menghilangkan dan memusnahkan mikroba / kotoran yg
melekat di peralatan medis à sehingga aman à pemakaian selanjutnya. Tujuan Dekontaminasi
à Memutus rantai penularan infeksi
A. Cleaning / Pembersihan
Suatu proses untuk menghilangkan kotoran yg terlihat/tidak pada instrumen medis à
sebelum dilakukan penanganan lebih lanjut
Menggunakan air mengalir, sikat, detergen à sampai kotoran / bahan organik hilang
dari permukaan
Dianjurkan menggunakan detergen + enzim proteolitik
B. Disinfeksi
Suatu proses menghilangkan / memusnahkan mikroba (virus, bakteri, parasit, jamur dan
sejumlah spora) pada peralatan menggunakan cairan disinfektan.
C. Sterilisasi
Suatu proses menghilangkan / memusnahkan semua bentuk mikro organisme pada
peralatan medis termasuk endospora
Dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi
Antiseptik, Larutan kimia untuk membunuh mikroba à pd permukaan hidup (kulit,
mukosa) misalnya : cuci tangan, persiapan operasi.
Disinfektan, Larutan kimia untuk membunuh mikroba pada benda mati misalnya :
instrumen, lantai, permukaan atau peralatan RS.
Pengelolaan alat habis pakai :
Precleaning (perendaman)
Cleaning / Pencucian
Disinfeksi (DTT)
Sterilisasi
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
TUJUAN PENGGUNAAN APD
Melindungi kulit dan anggota tubuh petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.
JENIS APD
1. Sarung tangan :
• Tujuan Penggunaan :
Melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.
• Jenis sarung tangan :
Sarung tangan bersih
Sarung tangan steril
Sarung tangan rumah tangga
• Indikasi Penggunaan :
Harus dipakai pada saat melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan akan
terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh,
selaput lendir pasien, dan benda yang terkontaminasi.
2. Pelindung Wajah
Tujuan : Melindungi selaput lendir hidung, mulut, dan Mata
Jenis alat yang digunakan : masker, kaca mata, visor
3. Penutup Kepala
Tujuan : mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala
petugas terhadap alat-alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan dari pasien.
4. Gaun/Baju Pelindung
Tujuan : melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah
atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju
Jenis : Gaun pelindung tidak kedap air, Gaun pelindung kedap air, Gaun steril,
Gaun non steril
5. Sepatu/Pelindung Kaki
Tujuan : melindung kaki petugas dari tumpahan/ percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan
Jenis : sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
PEMAKAIAN APD DI BAG. GIGI
• Potensi penularan penyakit di bagian gigi adalah melalui kontak, droplet dan airborne
(aerosol)
• APD yang harus selalu digunakan di bagian gigi :
Masker, kaca mata/gogle, gaun, alas kaki, sarung tangan harus dipakai à semua
tindakan
• Khusus untuk tindakan yang menghasilkan aerosol masker yang digunakan respirator N
95
HAND HYGIENE
Kegagalan melakukan kebersihan tangan ( Boyke dan Pittet 2002) à merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, penyebaran kuman multi resisten, kontributor terhadap
timbulnya wabah.
Berdasarkan hasil Penelitian Semmelweis (1861) dan peneliti – peneliti lainnya à
Penularan penyakit menular dari pasien ke pasien terjadi melalui tangan petugas.
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial
(Boyce 1999, Larson 1995).
Pengertian
Mencuci tangan adalah suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun/antiseptik dibawah air bersih yang mengalir dan sabun yang
digosok-gosokan selama 40 sampai 60 detik.
Tujuan
Untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara. Prosedur ini juga paling penting dan efektif dalam mencegah
infeksi nosokomial (HAI) bila dilakukan dengan baik dan benar.
Air untuk Mencuci tangan
• Yakinkan air mengalir yang tersedia bersih
• Jika air mengalir/kran terkontaminasi, gunakan air yang telah dididihkan selama 10 menit
dan kalau perlu disaring, atau mendisinfeksi air dengan larutan sodium hipoklorit 0.001
%
• Alternatif mencuci tangan dapat gunakan handrub berbasis alkohol 70%
a. Air bersih
• Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk
diminum, serta untuk pemakaian lainnya seperti mencuci tangan dan membersihkan
instrumen medis
• Air bersih harus bebas dari mikroorganisme, tidak berbau, tidak berwarna, jernih,
tidak berkabut
b. Handsrub antiseptic
Antiseptik handsrub yang bereaksi cepat untuk menghilangkan sementara atau
mengurangi mikroorganisme penghuni tetap dan melindungi kulit tanpa menggunakan
air.
Penggunaan Hansdcrub ini:
Kondisi emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit di jangkau
Fasilitas cuci tangan inadequat
Pengganti cuci tangan “Hand wash basin”
Saat ronde di ruangan yang memerlukan disinfeksi tangan
Bukan pengganti cuci tangan
c. Sabun untuk Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya
dengan mencuci tangan dengan sabun antimikroba ( Pereira, Lee dan Wade 1997. Sabun
biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit.
Produk – produk sabun/deterjen ( batang, cair, lembar, bubuk pembersih) dapat
menurunkan tegangan permukaan kulit sehingga membantu melepaskan kotoran/debris
dan mikroorganisme yang menempel pada tangan
d. Agen antiseptik atau antimikroba
Bahan kimia yang diaplikasikan diatas kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat
atau membunuh mikroorganisme transien maupun residen, sehingga mengurangi jumlah
hitung bakteri total
Contoh agen antiseptik :
• Alkohol 60 – 90 % ( etil dan isopropil atau metil alkohol)
• Klorheksidin glukonat 2 – 4 % ( Hibiscrub, Hibitane, Hibiclens)
• Klorheksidin glukonat dan cetrimide (savlon)
• Yodium 3 %
• Triklosan
• Iodofor 7.5 – 10 % ( Betadine )
e. Emollient
Cairan organik seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada
handsrub dan lotion tangan untuk melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan
kulit ( kekeringan, iritasi, dermatitis, keretakan).
Siapa yang wajib melakukan cuci tangan :
• Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien, seperti: dokter, perawat dan petugas
kesehatan lainnya (fisioterapi, teknisi)
• Setiap orang yang ada kontak dengan pasien, meskipun tidak langsung seperti : ahli gizi,
farmasi dan petugas laboratorium
• Setiap personil yang berkontribusi dengan prosedur yang dilakukan terhadap pasien
• Setiap orang yang bekerja di rumah sakit
Kapan waktu cuci tangan :
• Segera setelah tiba di rumah sakit
• Sebelum masuk & tinggalkan ruangan pasien
• Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang terkontaminasi cairan
tubuh pasien
• Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
• Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
• Sesudah ke kamar kecil
• Sesudah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya
• Bila tangan kotor
• Sebelum meninggalkan rumah sakit
• Segera setelah melepaskan sarung tangan
• Segera setelah membersihkan sekresi hidung
• Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
AUDIT
Hand Hygiene
PENDAHULUAN
Masyarakat di Rumah Sakit beresiko terjadinya HAIs (Healthcare Associated Infections).
HAIs dapat dicegah dengan kepatuhan HCW (Health Care Workers) dalam melaksanakan
program dan praktek Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).
Kepatuhan terhadap kebijakan Pencegahan & Pengendalian Infeksi à sangat penting
dalam proses penyebaran transmisi infeksi à hal ini dilakukan dengan suatu audit menggunakan
“tool”. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan KLB.
Audit dapat meningkatkan kualitas pelayanan, pelaksanaan pencegahan infeksi dan
Patient Safety.
PENGERTIAN AUDIT HAND HYGIENE
Pemeriksaan dan evaluasi praktek aktual terhadap kepatuhan apakah sudah sesuai
dengan program & Standar PPIRS yang sudah dibuat.
TUJUAN AUDIT
Untuk mengukur apakah Program PPI RS dan praktek tindakan pencegahan pengendalian
Infeksi,sudah dilaksanakan dengan baik dan benar dengan mengunakan tools
Untuk meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam melaksanakan Program PPI RS
Meningkatkan kualitas Program PPI RS
Hasil audit dapat di gunakan membuat kebijakan RS
Menilai keberhasilan program pelatihan
PERAN AUDITOR
Auditor PPI RS adalah Tim PPI ( IPCN /IPCLN ) yang sudah terlatih. Peran auditor :
Menata program audit ( ruang lingkup)
Membuat formulasi tools audit
Mempersiapkan/melatih tenaga kesehatan mengimplementasikan tools dalam
proses audit
Membuat jadwal kegiatan audit
Proses audit dan membuat skoring
Melaporkan hasil audit
Tools : suatu standar instrumen yang akurat
SKORING
Tentukan rate kategori kepatuhan
◦ < 75 % : Kepatuhan minimal
◦ 76 – 84 % : Kepatuhan intermediate
◦ > 85 %: Kepatuhan baik
Skoring formula
◦ Kriteria ditandai dengan ya dan tidak
◦ Nilai kepatuhan jumlah total ya dibagi jumlah total ya dan tidak dikali 100%
Total number of “YES”
--------------------------------------- X 100 %
Total number of “ Yes & No “
MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
Mengacu pada à Keputusan MENTERI KESEHATAN RI. NOMOR
1204/MENKES/SK/X/2004 à tentang PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT
LIMBAH MEDIS & BENDA TAJAM
A. Pengertian Limbah Rumah Sakit
Semua hasil kegiatan dari layanan kesehatan di rumah sakit yang tidak lagi berguna atau
yang akan dibuang.
B. Tujuan Pengelolaan Limbah
• Mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh Limbah baik untuk pasien ,
pengunjung dan tenaga kesehatan serta melindungi masyarakat sekitarnya dari
bahaya pencemaran limbah yang berasal dari rumah sakit
• Semua Limbah yang di Lingkungan Rumah Sakit ( baik In Door maupun Out
Door ) dapat ditangani dengan baik apakah,
Limbah Medis ( Infeksius )
Limbah Tajam
• Agar kualitas kesehatan masyarakat disekitar rumah sakit tetap
terjaga dengan baik
Untuk menjaga Citra Rumah Sakit
C. Macam-macam Limbah Rumah Sakit
Limbah Padat, Limbah Cair, Limbah Gas
D. Jenis Limbah Rumah Sakit
I. Limbah Umum ( Non Medis )
Karakteristik sama yang ditimbulkan oleh lingkungan pada masyarakat
umum, biasanya berasal dari kegiatan – kegiatan : Kantor/Administrasi, Rawat Inap,
Rawat Jalan, Dapur dst. Dalam pengelolaannya tidak ada bedanya dengan
pengelolaan di tempat umum, hanya kalau pada layanan kesehatan harus dikelola
dengan baik dengan SOP yang jelas.
II . Limbah Medis meliputi :
Limbah yang berasal dari kegiatan yang berhubungan dengan pasien baik yang
berobat jalan ( Poliklinik,IGD) maupun yang sedang dirawat.
Limbah infeksius (kuning), Limbah Farmasi dan Kimia (coklat), Limbah
Laboratorium dan Pathologi (kuning), Limbah Radiologi (merah), Limbah Sytotoksik
(Limbah Beracun) ungu
III. Limbah benda tajam
Adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam atau runcing yang dapat
memotong atau menusuk kulit Seperti ; Jarum suntik, Pisau bedah ,Pecahan kaca ,
ampul obat.a