laporan sementara osmoregulasi 2003

22

Click here to load reader

description

nnnnnbbvvnm,mnn n,mn nm,mn nm,mn n,mn n,mn nm,n

Transcript of laporan sementara osmoregulasi 2003

14

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka sel tersebut akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Osmoregulasi pada ikan air laut melibatkan pengambilan ion dari lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan karena kondisi tubuhnya hipertonik, sehingga ikan banyak mengeksresikan air dan menahan ion. Organisme air dibagi menjadi dua kategori sehubungan dengan mekanisme fisiologisnya dalam menghadapi tekanan osmotik air media yaituosmonkonformer adalah organisme air yang secara osmotik labil dan mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan osmotik air media hidupnya dan osmoregulator adalah organisme air yang secara osmotik stabil, selalu berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik yang relatif konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air media hidupnya. Ikan laut memiliki cairan tubuh lebih encer (hipoosmotik) daripada lingkungannya sedangkan ikan air tawar memiliki cairan tubuh yang konsentrasinya lebih besar daripada lingkungannya (hiperosmotik).

Untuk melengkapi dan menambah pengetahuan dalam mempelajari bagaimana ikan menyeimbangkan tekanan yang ada dari dalam tubuhnya sendiri sehingga dapat tetap melangsungkan kehidupannya maka perlu diadakan praktikum untuk mendapatkan data dan sebagai bahan perbandingan dengan teori yang ada untuk menarik suatu kesimpulan yang logis. Oleh karena itu kegiatan praktikum fisiologi biota air mengenai osmoregulasi perlu dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal.1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum fisiologi biota air mengenai osmoregulasi adalah untuk mengetahui hubungan antara osmoregulasi dengan salinitas, DO, pH dan bobot tubuh ikan teri (Stolephorus sp.), sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat secara langsung mengetahui pengaruh salinitas yang berbeda terhadap proses osmoregulasi ikan.II. TINJAUAN PUSTAKA2.1.Klasifikasi

Menurut Isnaeni (2010), Ikan ikan teri (Stolephorus sp.) dapat di klasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut : Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrae

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Malacopterygii

Famili : Clopeidae

Subfamili : Engraulidae

Genus : Stolephorus Spesies : Stolephorus sp.

Gambar 1. Ikan teri (Stolephorus sp.)2.2.Morfologi

Menurut Isnaeni (2010), Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan ikan yang berukuran 5, 9 sampai 17 cm yang mempunyai ciri-ciri sisiknya kecil, tipis dan mudal lepas. Lineal lateral terletak antara sirip dada dan sirip perut, berwarna perak dan berbentuk guratan. Moncongnya tumpul dengan gigi yang kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya dan mangsa utama ikan ini ialah plankton sedangkan Menurut Fujaya (2004), Ikan teri (Stolephorus sp.) mempunyai tubuh yang ramping dan kecil yang panjangnya kurang dari 12 meter, mulutnya lebar sampai lewat belakang mata, rahang bawah lebih pendek dari rahang atasnya dan moncongnya tumpul. Sirip anal dimulai tepat dari bawah belakang sirip punggung. Jenis ikan ini umumnya hidup didekat pantai tetapi ada juga yang masuk ke muara sungai dan hidupnya bergerombolan.2.3.Kualitas Air

Daerah yang sesuai untuk tempat hidup ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 600 meter di atas permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-25 oC. Ikan teri (Stolephorus sp.) hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras. Meskipun tergolong ikan air laut, Ikan teri (Stolephorus sp.) terkadang juga ditemukan perairan payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o (Widodo, 2001).

Menurut Fujaya (2004), habitat Ikan teri (Stolephorus sp.) adalah perairan laut dan ada juga yang terdapat di muara atau perairan payau karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline), dapat pula hidup dengan baik di air payau. Salinitas yang cocok adalah 0-35 ppt, namun salinitas yang memungkinkan untuk tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. pada salinitas 31-35 ppt Ikan teri (Stolephorus sp.) dapat hidup dengan pertumbuhan yang maksimal.2.4.OsmoregulasiProses osmoregulasi yang terjadi adalah pengaturan konsentrasi ion-ion bukan konsentrasi cairan tubuh, dimana proses ini juga membutuhkan energi. Bila ikan air laut dimasukkan dalam medium air tawar maka yang akan terjadi adalah pemasukan air dalam tubuh ikan dari medium dan juga berusaha mengeluarkan sebagian garam-garam dari dalam tubuhnya. Bila ikan tidak dapat melakukan proses ini, maka sel-sel ikan akan pecah (turgor) dan jika terjadi sebaliknya ikan akan kekurangan cairan atau biasa disebut dehidrasi (Isnaeni, 2010).Proses osmosis terjadi pada sel hidup di alam, perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipotonik atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi. Beberapa organ yang berperan dalam proses osmoregulasi ikan adalah insang , ginjal, kulit dan usus. Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi dibawah kontrol hormon osmoregulasi terutama hormon-hormon yang eksresi oleh ginjal, pituaitari dan urofisis (Effendie, 2008).III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM3.1.Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Biota Air mengenai sistem respirasi ikan air tawar dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 28 Maret 2014 yang dimulai pada pukul 13.30 WITA sampai dengan selesai. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu.3.2.Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Biota Air mengenai Osmoregulasi adalah sebagai berikut yang tertera pada tabel 1.Tabel 1. Alat Dan BahanNo.Alat dan BahanFungsi

1.TimbanganMengukur berat ikan.

2.Gelas ukurMengukur air yang akan ditambahkan.

3.LoyangWadah pengamatan ikan.

4.StopwatchMengukur waktu respirasi ikan.

5.Air lautSampel uji DO, Ph dan media hidup ikan.

6.Air tawarMenurunkan salinitas air.

7.Ikan air lautYang akan diamati proses osmoregulasinya

8.pH meterMengukur pH air awal dan akhir.

9.

10.DO meter

Refrakto meterMengukur DO air awal dan akhir.

Mengukur kadar salinitas air

3.3.Prosedur Kerja

Hal yang dilakukan dalam prosedur kerja pada praktikum Fisiologi Biota Air mengenai osmoregulasi kali ini ialah :1. Menyediakan ikan laut, air laut dan air tawar yang telah ditentukan dan ikan yang gunakan adalah ikan teri.

2. Mengisi loyang dengan air laut sebanyak 5 liter.

3. Mengukur nilai DO dan pH awal.

4. Menimbang ikan yang akan diamati untuk menentukan berat awal ikan dan masukkan kembali ikan kedalam loyang.

5. Setelah ikan sudah dimasukkan kedalam loyang hitunglah jumlah pernapasannya selama 3 menit hingga 11 kali perlakuan berbeda.6. Menimbang kembali ikan untuk menentukan berat akhir ikan.7. Ambil air sampel untuk menentukan DO dan pH akhir pada air yang digunakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang didapatkan pada pelaksanaan kegiatan praktikum Fisiologi Biota Air mengenai osmoregulasi adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Grafik frekuensi respirasi dengan salinitas.Tabel 2. DO awal dan akhir pada praktikum osmoregulasi ikan.No.Jenis IkanDO AwalDO Akhir

1.Ikan teri (Stolephorus sp.)4,023,73

Tabel 3. pH awal dan akhir pada praktikum osmoregulasi ikan.No.Jenis IkanpH AwalpH Akhir

1.Ikan teri (Stolephorus sp.)7,857,80

Tabel 4. Bobot ikan awal dan akhir pada praktikum osmoregulasi ikan.No.Jenis IkanBobot AwalBobot Akhir

1.Ikan teri (Stolephorus sp.)4,13,7

4.2.Pembahasan

4.2.1.Hubungan Osmoregulasi dan Salinitas

Berdasarkan dari hasil yang telah didapat dari pengamatan osmoregulasi ikan bahwa pada Gambar 2. dimana pada saat salinitas normal respirasi ikan masih stabil akan tetapi bisa dilihat bahwa pada saat salinitas semakin menurun akibat penambahan air tawar tersebut respirasi ikan juga jadi menurun (tetapi ada juga yang naik) sehingga saat salinitas berkurang ikan akan melakukan proses osmoregulasi karena perubahan kadar salinitas akan mempengaruhi tekanan osmotik pada tubuh ikan sehingga ikan melakukan penyesuaian agar tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali.

Karena tekanan osmosis air laut lebih tinggi daripada cairan tubuh ikan maka air akan mengalir dari dalam tubuh ikan ke lingkungannya melalui difusi melewati ginjal dan mungkin juga kulit, sebaliknya garam-garam akan masuk ke dalam tubuh juga melalui proses difusi, karenanya ikan melakukan osmoregulasi untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi garam antara tubuh dan lingkungan dengan cara memperbanyak minum air laut (Nonjti, 1993).

Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhya tidak mudah bocor ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. Air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya, garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati, karena akan terjadi ketidakseimbangan konsentrasi larutan tubuh yang akan berada di luar batas toleransinya (Effendie, 2008).4.2.2.Hubungan Osmoregulasi dan DO (Oksigen Terlarut)

Dari hasil yang telah didapatkan pada pengamatan respirasi ikan bahwa nilai DO pada saat sebelum melakukan dan sesudah melakukan perlakuan tidak terdapat kesamaan yang ada dikarenakan proses osmoregulasi pada ikan. Pada Tabel 2. bisa dilihat bahwa DO awal yang tercatat adalah 4,02 dan sesudah perlakuan menurun menjadi 3,73 hal ini diakibatkan ikan secara terus menerus mengambil oksigen terlarut yang ada serta melakukan proses osmoregulasi sehingga oksigen terlarut yang tersedia semakin berkurang.

Oksigen merupakan merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan bervariasi, tergantung pada temperatur, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar temperatur dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Ramdan, 2009).Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, tekanan atmosfer semakin rendah. Setiap peningkatan ketinggian suatu tempat sebesar 100 m diikuti dengan penurunan tekanan hingga 8 mm Hg 9 mm Hg. Pada kolom air, setiap peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan peningkatan tekanan 1 atmosfer. Sebagian besar ikan membutuhkan oksigen terlarut (O2) dalam air sebanyak 3 mg/l. Salah satu faktor pembatas penting dalam budidaya perikanan adalah kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO). Kandungan oksigen terlarut untuk pertumbuhan ikan adalah 5 mg/l (Effendie, 2008).4.2.3.Hubungan Osmoregulasi dan pH

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada pengamatan osmoregulasi ikan bahwa akibat dari proses osmoregulasi ikan pH air menjadi berubah serta dengan penambahan air tawar maka nilai dari pH awal dengan pH akhir tidak sama nilainya dan bisa dilihat pada Tabel 3. jumlah pH pada awal sebelum melakukan perlakuan berkisar sampai 7,85 dan sedangkan pH akhir menjadi 7,80 dikarenakan penambahan air tawar dan proses osmoregulasi ikan sedangkan Menurut Romimohtarto dan Juwana (2006), pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman tinggi) kandungan oksigan terlarut akan berkurang dan sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka pertumbuhan ikan dalam perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 - 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 - 8,7.4.2.4. Hubungan Osmoregulasi dan Bobot Ikan

Dari hasil yang telah didapat pada pengamatan proses osmoregulasi ikan bahwa pada saat ikan melakukan proses osmoregulasi berat ikan akan menurun. Bisa dilihat pada Tabel 4. bahwa saat sebelum perlakuan bobot ikan mencapai 4,1 g dan saat sesudah perlakuan menurun drastis jadi 3,7 g hal ini karena ikan yang menggunakan banyak energi sehingga energi cadangannya berkurang dan semakin terkuras habis serta mengeluarkan cairan untuk menyeimbangkan dengan lingkungan sekitarnya yang mengakibatkan pengurangan bobot tubuhnya.

Menurut Cahyono (2001), Bahwa hal ini terjadi karena adanya osmoregulasi yang terjadi pada Ikan teri (Stolephorus sp.) di mana ikan menyeimbangkan tekanan osmotik di dalam dan di luar tubuh ikan. Peningkatan osmolaritas berkaitan dengan mekanisme osmoregulasi yang dilakukan Ikan teri (Stolephorus sp.). Pada media dengan tingkat kerja osmotik di luar kisaran isoosmotik, Ikan teri (Stolephorus sp.) melakukan kerja osmotik untuk keperluan osmoregulasi. Hal tersebut menyebabkan pembelanjaan energi untuk osmoregulasi tinggi sehingga mengurangi porsi energi untuk pertumbuhan.V. SIMPULAN DAN SARAN5.1.Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh pada pelaksanaan praktikum maka dapat di tarik simpulan sebagai berikut :1.Salinitas semakin menurun sehingga respirasi ikan juga menurun dan menyebabkan ikan melakukan proses osmoregulasi.2. Penambahan air tawar yang menyebabkan salinitas menurun mengakibatkan ikan menjadi aktif bergerak agar dapat beradaptasi tetapi ikan masih mempunyai batas toleransi.3.Oksigen terlarut akan semakin berkurang karena ikan terus menerus mengambil oksigen terlarut tersebut dan juga melakukan proses osmoregulasi sehingga ikan menjai aktif.4.Pada saat ikan melakukan proses osmoregulasi agar dapat menyeimbangkan tubuhnya pada salinitas rendah, pH air juga akan berubah karena penambahan air tawar.5.Ikan akan mengalami pengurangan bobot tubuhnya karena jumlah energi yang digunakan saat proses osmoregulasi dan pada saat penambahan air tawar ikan menjadi aktif bergerak terlalu banyak.5.2.Saran

Saran saya sebagai praktikan agar praktikum tahun depan dapat berjalan dengan lancar dan bahan-bahan mungkin bisa tersedia.DAFTAR PUSTAKACahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Kanisius. YogyakartaEffendie, H. 2008. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia. BogorFujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan, Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. PT. Rineka Cipta. JakartaIsnaeni, W. 2010. Mengenal Manfaat Ikan Teri. Bina Cipta. BandungNontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. JakartaRamdan, A. 2009. Osmoregulasi Pada Ikan. Kanisius. YogyakartaRomimohtarto dan Juwana. 2006. Biologi Laut. Erlangga. JakartaWidodo, J. 2001. Pengkajian Stok di Perairan Indonesia. LIPI. Jakarta

_1457779197.xlsChart1

413

379

443

412

390

403

387

415

370

393

432

398

Salinitas (ppm)

Frekuensi Respirasi

Jumlah Respirasi/menit

Frekuensi Respirasi

Sheet1

SalinitasFrekuensi RespirasiSeries 2Series 3

314132.42

283794.42

274431.83

264122.85

25390

24403

23387

22415

21370

20393

19432

18398