Laporan Sanggar Tari
-
Upload
ferdy-primanata -
Category
Documents
-
view
2.087 -
download
78
description
Transcript of Laporan Sanggar Tari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanggar merupakan tempat melakukan kegiatan dalam berbagai bidang
kegiatan. Ada banyak sanggar yang dikenal masyarakat seperti sanggar musik,
sanggar rias, sanggar senam, sanggar lukis, dan sanggar tari. Dalam rangka
melestarikan, membina dan mengembangkan potensi seni tari di Indonesia,
pemerintah dan seniman tari mengupayakan mendirikan lembaga pendidikan dan
sanggar tari (Margono, 1984 : 69).
Sanggar tari adalah sarana melakukan aktivitas berkesenitarian oleh
sekelompok orang yang meliputi pelestarian, penelitian, dan kerjasama. Sanggar
tari sangat diperlukan kehadirannya oleh masyarakat, seniman, dan pemerintah
sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan kesenian tari di Indonesia
(Hartono, 1984: 132). Saat ini banyak sekali berdiri sanggar-sanggar tari di
daerah Denpasar, salah satunya sanggar tari Wit Tonjaya.
Sanggar tari Wit Tonjaya adalah sanggar tari yang mempunyai pengajar
berpengalaman di bidang seni tari. Banyak tari-tarian tradisional Bali yang
diajarkan di sanggar tari Wit Tonjaya diantaranya, tari Rejang, tari Pendet, tari
Baris, tari Legong dan tari lainnya. Saat ini sanggar tari Wit Tonjaya sudah
berdiri puluhan tahun dan sering melakukan pentas dimana-mana. Namun
sayangnya sanggar tari Wit Tonjaya belum banyak dikenal oleh masyarakat luas
adapun mayoritas murid-muridnya hanya di sekitar daerah sanggarnya saja, hal
ini di karenakan kurangnya promosi yang dilakukan ke masyarakat.
Beberapa sanggar yang berprestasi bisa mendapatkan publisitas yang
lebih luas dan dapat bertahan lebih lama, namun tak jarang pula banyak sanggar
tari yang akhirnya gulung tikar karena tidak bisa bertahan. ini adalah kenyataan
yang harus dihadapi sanggar tari di daerah Denpasar. Oleh karena itu diperlukan
media komunikasi visual untuk mempromosikan sanggar tari Wit Tonjaya agar
1
dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan publisitas yang lebih
luas.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perancangan Media
Komunikasi Visual Sanggar Tari Wit Tonjaya Sebagai Sarana Promosi.
1.2 Pengertian Judul
Perancangan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang, dengan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini
diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Kusmiadi, 1995 : 3).
Media adalah perantara atau pengantar, makna umumnya adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi (Depdiknas, 2003 : 9).
Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, grafis, angka, dan sebagainya (Mulyana, 2001 : 62).
Visual adalah dapat dilihat dengan indra pengelihatan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
Sanggar merupakan suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu
komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan dalam
berbagai bidang (Margono, 1984 : 69).
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi
bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan
sebagai ungkapan si pencipta (Haukins, 1990 : 2).
Wit Tonjaya menurut Wardana Wit berarti asal,umur, darah, Ton berarti
melihat, dan Jaya berarti kejayaan. Jadi Wit Tonjaya adalah dapat melihat
kejayaan sepanjang umur.
2
Sebagai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai atau se.ba.gai
adalah kata depan untuk menyatakan hal yang serupa. kata depan untuk
menyatakan perbandingan. kata depan untuk menyatakan status.
Sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas
yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan,
dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi
kerja (Moenir, 1992 : 119).
Promosi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi
konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada mereka dan kemudian menjadi senang lalu membeli produk
tersebut (Sudarmo, 1998 : 237).
Dari pemaparan definisi di atas, pengertian judul Perancangan Media
Komunikasi Visual Sanggar Tari Wit Tonjaya sebagai Media Promosi adalah
pemilihan perantara yang dapat menyalurkan informasi dengan menggunakan
simbol, kata-kata, gambar dan sebagainya yang dapat dilihat oleh indra
penglihatan untuk tujuan mengenalkan sebuah tempat atau sarana yang
digunakan oleh komunitas atau sekumpulan orang yang mengekspresikan jiwa
yang diubah menjadi bentuk gerak yang simbolis.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana merancang media komunikasi visual untuk sanggar tari Wit
Tonjaya sebagai media promosi?
2. Apa saja rancangan media yang akan dibuat?
1.4 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dan berdasarkan rumusan masalah yang telah
dipaparkan, maka akan dibatasi masalah dalam penelitian ini adalah :
Perancangan media komunikasi visual untuk sanggar tari Wit Tonjaya, berupa
media Brosur, Flayer, X-Banner, T-Shirt dan Poster.
3
1.5 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Tujuan Umum
a. Penelitian tentang sanggar tari Wit Tonjaya ini dapat dijadikan referensi
bagi Kampus STIMIK STIKOM Indonesia.
b. Untuk memperkenalkan sanggar tari Wit Tonjaya kepada masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Untuk merancang media yang tepat untuk mempromosikan sanggar tari
Wit Tonjaya.
1.6 Manfaat Perancangan
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah:
1. Bagi mahasiswa, karya tulis ini dapat melatih mahasiswa untuk membuat
suatu karya tulis ilmiah dan bagaimana merancang suatu media komunikasi
visual yang efektif dan efisien agar nantinya mampu menarik perhatian
masyarakat untuk sarana promosi sanggar tari Wit Tonjaya.
2. Bagi Kampus STIMIK STIKOM Indonesia, karya tulis berupa sumbangan
pemikiran sehingga kelak dapat menambah literatur maupun pengetahuan
yang berguna bagi generasi selanjutnya khususnya pada perkembangan
Desain Grafis.
3. Bagi sanggar tari Wit Tonjaya, perancangan media komunikasi visual yang
nantinya dapat memperkenalkan sanggar tari Wit Tonjaya kepada masyarakat
luas.
4. Bagi Masyarakat, dapat menambah wawasannya secara umum dengan
mengetahui dan mengenal lebih jauh mengenai sanggar tari Wit Tonjaya dan
kesenian tari Bali.
4
1.7 Metode Perancangan
Dalam pembuatan suatu karya tulis pada umumnya melalui beberapa
tahapan dan metode untuk memudahkan penyusunan karya tulis, maka
digunakan metode diantaranya :
1.7.1 Metode pengumpulan data
A. Metode pengumpulan data primer
1. Metode Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data esensial
dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan
kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat,
observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti
yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah
mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap (Patton, 1990 :
201 dalam Poerwandari, 1998 : 63).
Observasi juga di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek
penelitian (Margono, 2000 : 158).
Pada metode ini dilakukan pengamatan dan pencatatan secara
langsung terhadap data-data yang diperlukan mengenai
rancangan desain yang akan dibuat dengan meninjau ke lokasi
sanggar tari Wit Tonjaya.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan metode atau cara yang
dipergunakan seseorang untuk suatu tujuan tugas tertentu,
mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian lisan dari
seorang responden dengan berhadapan muka secara langsung
dan bercakap-cakap, dengan orang itu (Koentjaraningrat, 1994 :
129).
Dalam proses wawancara nantinya akan menanyakan pertanyaan
secara langsung terhadap hal-hal yang diperlukan untuk
5
merancang karya tulis dan media komunikasi visual yang akan
dibuat dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemilik
atau staf-staf sanggar tari Wit Tonjaya.
B. Metode pengumpulan data sekunder
1. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data-data
dan mempelajari data dari buku-buku maupun majalah yang
berhubungan dengan proyek yang dikerjakan perusahaan, hal ini
dimaksudkan untuk mencari pendekatan dalam pemecahan
masalah yang berhubungan dengan cara penampilan isi pesan
(Nawawi, 1998 : 263 dalam ).
Metode ini meliputi pengidentifikasian secara sistematis,
penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Consuelo,
1993 : 37).
Pada metode kepustakaan penulis mempelajari buku-buku hasil
penelitian dan pendapat para ahli dibidang masing-masing yang
menunjang dalam pembuatan karya tulis dan perancangan media
komunikasi visual.
2. Metode Dokumentasi
Penghimpunan data-data dan pemberian keterangan tentang
sesuatu perihal yang terkandung dalam rekaman yang diperoleh,
dikutp dan disaring (Pringgodingdo, 1997 : 283).
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seorang peneliti (Sugiyono, 2008 : 82).
Metode dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan
data yang ditempuh dengan penyelidikan historis, dikarenakan
sumber-sumber yang dipakai dalam bentuk dokumen. Metode
dokumentasi dimaksudkan untuk penyelidikan yang dipakai,
6
ditujukan pada penguraian dan kejadian yang telah berlalu, atau
penjelasan apa yang telah berlalu melalui sumber-sumber
dokumen.
1.7.2 Metode analisa data
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam karya tulis ini
adalah Metode Analisa Deskriptif - Kualitatif dimana dilakukan melalui
berbagai pendekatan historis, kajian dokumen, interpretasi peristiwa,
kajian informasi, perekaman suatu kejadian, pemotretan hingga
penafsiran suatu fenomena sosial melalui berbagai pencatatan lapangan
yang kemudian dipaparkan dalam bentuk terolah (Sachari, 2003 : 135).
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Sugiyono
2009 : 21).
Metode kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar
ilmiah, dengan menggunakan metode ilmiah, dan dilakukan oleh orang
atau peneliti yang tertarik secara ilmiah (Meleong, 2005 : 5).
1.7.3 Indikator dan model penilaian desain
Indikator yang digunakan dalam perancangan desain komunikasi
visual ini, untuk menentukan desain terpilih dengan melakukan
pengukuran atau penilaian alternatif-alternatif desain menggunakan skala
likert (skala yang menunjukan tingkatan atau rangking). Rangking
didapatkan setelah dilakukan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip
desain. Dalam penilaian dilakukan dengan memberikan tanda plus (+)
bila ada kesesuaian antara desain yang dibuat dengan prinsip desain dan
tanda minus (-) bila tidak ada kesesuaian dengan prinsip desain (Nasir,
2003 : 338 dalam Taufiq, 2011 : 9).
7
Adapun beberapa kriteria desain yang dimaksudkan adalah :
1. Komunikatif
Komunikatif adalah keadaan saling berhubungan, mudah dimengerti
dan mampu memberikan keterangan sesuai dengan informasi yang
ada (Alwi, 2005: 454 dalam Sutawan, 2011 : 11).
2. Fungsional
Fungsional adalah berfungsi dengan baik dilihat dari segi fungsi.
Desain yang dibuat dapat berfungsi semaksimal mungkin dan
berfungsi sebagaimana mestinya (Alwi, 2005: 121 dalam Sutawan,
2011 : 11).
3. Informatif
Informatif artinya bersifat memberi informasi. Desain yang dibuat
mudah dimengerti dan mampu memberikan keterangan yang
memadai sesuai dengan tujuan, informasi ini biasa diwakili dengan
foto atau gambar (Alwi, 2005: 331 dalam Sutawan, 2011 : 12).
4. Etis
Etis artinya berhubungan dengan etika. Desain yang dibuat tidak
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Alwi,
2005: 237 dalam Sutawan, 2011 : 13).
5. Estetis
Estetis artinya indah atau memiliki nilai keindahan. Desain harus
mampu memberikan nilai- nilai keindahan, sehingga dapat
mengesankan orang yang melihatnya (Alwi, 2005: 237 dalam
Sutawan, 2011 : 12).
6. Kreatif
Kreatif artinya memiliki daya cipta. Desain yang dibuat hendaknya
menampilkan suatu desain baru yang orisinil, bukan jiplakan dan
desain yang sudah ada (Alwi, 2005: 465 dalam Sutawan, 2011 : 12).
8
Indikator atau alat ukur perancangan media menggunakan kaidah-
kaidah desain komunikasi visual yang dinilai berdasarkan sistem poin
dalam angka 1 s.d 5 dengan poin :
a. 1 adalah kurang sekali
b. 2 adalah kurang
c. 3 adalah cukup
d. 4 adalah baik
e. 5 adalah baik sekali
Model perancangan berdasar pada unsur-unsur desain komunikasi
visual yang dikomposisikan agar menarik dan tetap mampu menarik
perhatian masyarakat.
Untuk menentukan pilihan masing-masing karya yang akan dipilih
menjadi karya terbaik dapat diambil melalui pemberian nilai masing-
masing indikator dan unsur-unsur desain dengan perhitungan nilai
pembagi (N) = nilai skor tertinggi dikali jumlah indikator. Sedangkan
untuk penilaian desain melalui rumus (R) = jumlah rata-rata sekor
nilai tertinggi dibagi 3 unsur desain dikali 100%.
9
R = Jumlah rata-rata skor keseluruhan x 100%N
N= Nilai sekor tertinggi x Jumlah Indikator (5 x 6 = 30)
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA
2.1 Data aktual / teori
2.1.1 Pengertian objek kasus
Sejarah
Awal berdirinya sanggar tari Wit Tonjaya pada tahun 1997, sanggar tari
ini dikelola oleh bapak Komang Wardana. Dari tempat yang seadanya
dan hanya memiliki 5 orang murid. Saat itu keadaan bapak Komang
sangat kekurangan, kurangnya tempat dan sarana prasarana untuk
mengajar tari tradisional Bali. Setelah 5 bulan berjalan semakin banyak
anak didik yang belajar di sangar tari Wit Tonjaya dan semakin ber-
kembang serta dikenal oleh masyarakat di sekitar sanggar saja.
Pengertian sanggar tari
Sanggar tari adalah sarana melakukan aktivitas berkesenitarian oleh
sekelompok orang yang meliputi pelestarian, penelitian, dan kerjasama.
Sanggar tari sangat diperlukan kehadirannya oleh masyarakat, seniman,
dan pemerintah sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan kesenian
tari di Indonesia (Hartono, 1984: 132).
2.1.2 Aspek aspek desain komunikasi visual
a. Definisi Desain Komunikasi Visual
Jika di tinjau dari kata, Desain Komunikasi Visual terdiri dari 3 suku
kata :
1. Desain
Desain berarti suatu elemen visual yang dikembangkan dengan
tujuan tertentu dan diolah sesuai dengan keperluan pengiklanan
atau pengemasan. Desain bisa juga berarti usaha deskripsi gagasan
mengenai bentuk, rupa, ukuran, warna, dan tata letak beserta
unsur-unsurnya yang membentuk wajah suatu benda (Nurudin,
1996 : 52 dalam Taufiq, 2011 : 17).
10
2. Komunikasi
Proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, grafis, angka, dan sebagainya. Suatu interaksi yang
dilakukan oleh 2 atau lebih. (Mulyana, 2001 : 62).
3. Visual
Visual berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang
kemudian dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual. Visual
berarti dapat dilihat oleh indra pengelihatan (Poerwadarminta,
1991 : 1120).
Desain komunikasi visual adalah cara penyampaian informasi melalui
sebuah media secara visual. Suatu desain komunikasi visual yang
nantinya dapat mempengaruhi target pasar, karena itu desain komunikasi
visual harus komunikatif dan dapat dimengerti.
b. Aspek-aspek yang digunakan dalam proses perancangan desain
komunikasi visual ini adalah:
1. Ilustrasi
Ilustrasi secara harfiah berarti gambaran yang dipergunakan untuk
menerangkan atau mengisi sesuatu. Dalam desain grafis, ilustrasi
merupakan subjek tersendiri yang memiliki alur sejarah serta
perkembangan yang spesifik atas jenis kegiatan seni itu. (kusrianto,
2006 : 110).
Ilustrasi bila dilihat dari segi teknisnya dapat digolongkan menjadi
beberapa bagian yaitu :
a) Ilustrasi tangan / Hand Drawing
Gambar teknik Ilustrasi dengan cara mengandalkan
keterampilan tangan baik itu menggunakan kuas, pensil, pena,
air brush, dan alat-alat yang dipakai untuk meng-gambar
lainnya.
11
Gambar 2.1 Ilustrasi Tangan / Hand Drawing
b) Ilustrasi Fotografi
Yaitu teknik membuat gambar ilustrasi berupa foto dengan
bantuan kamera baik itu mengunakan digital maupun manual.
Biasanya objek fotografi lebih realistis, esklusif dan persuatif.
Ilustrasi memiliki beberapa kegunaan yaitu :
1. Menggambar perbandingan menunjukan berita
2. Mengabadikan sesuatu
3. Menciptakan suasana hati
Gambar 2.2 Ilustrasi Fotography
12
c) Ilustrasi Gabungan
Yaitu ilustrasi berupa bentuk komunikasi dengan struktur visual
atau rupa yang terwujud dari perpaduan antara teknik
fotografi/ilustrasi manual dengan teknik drawing computer
(Pujirianto, 2005 : 41).
Gambar 2.3 Ilustrasi Gabungan
2. Tipografi
Dalam desain grafis, tipografi didefinisikan sebagai suatu proses
seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak.
(Kusrianto, 2006 : 190).
Secara umum tipografi diartikan seni mencetak dengan
menggunakan huruf, seni menyusun huruf dan cetakan dari huruf
atau penyusunan bentuk dengan gaya-gaya huruf. Tipografi sama
dengan menata huruf yang merupakan unsur penting dalam
sebuah karya desain komunikasi visual untuk mendukung
terciptanya kesesuaian antara konsep dan komposisi karya
(Santosa, 2002 : 108).
Saat ini ada banyak tipe huruf, untuk mempermudah dalam
pemilihan suatu huruf. Dari sekian jenis huruf tersebut, huruf –
huruf tersebut dapat digolongkan, yaitu:
a. Huruf Tak Berkait (Sans Serif)
13
Bentuk huruf yang tidak memiliki kait, bertangkai tebal,
sederhana dan lebih mudah dibaca dan sifat huruf ini
kurang formal. Contoh bentuk huruf ini yang paling populer
yaitu tipe Arial dan Helvetica.
Gambar 2.4 Huruf Sans Serif
b. Huruf Berkait (Serif)
Bentuk huruf yang memiliki kait, dengan ketebalan yang
kontras. Jenis ini merupakan huruf formal, sangat anggun dan
konservatif. Contoh yang paling umum yaitu huruf tipe Times
New Roman.
Gambar 2.5 Huruf Serif
14
c. Huruf Tulis atau Latin (Srcipt)
Jenis ini merupakan dasar dari bentuk huruf yang ditulis
dengan tangan, kontras tebal dan tipisnya sedikit saling
berhubungan dan mengalir. Dapat memberikan kesan
keanggunan dan sentuhan pribadi.
Gambar 2.6 Huruf Srcipt
d. Decoratif (Graphic)
Bentuk huruf yang sangat rumit desainnya. Bentuk ini hanya
cocok dipakai untuk headline tidak cocok digunakan sebagai
body copy jadi sifatnya sangat terbatas dalam penggunaannya.
Gambar 2.7 Huruf Decoratif
e. Monospace
15
Setiap huruf yang berjenis monospace mempunyai jarak
atau lebar yang sama setiap hurufnya. Contoh huruf
monospace yaitu huruf tipe courier dan huruf yang ada pada
mesin ketik.
Gambar 2.8 Huruf Monospace
3. Warna
warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana
kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan
unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan
sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih,
gembira, mood atau semangat, dan yang lainya (kusrianto, 2006 :
46).
Warna dapat di kelompokan menjadi 3 bagian yaitu :
a. Warna Primer adalah warna – warna yang paling kuat, ia
merupakan warna utama pembentukan warna lainnya.Warna
pokok terdiri dari 3 yaitu : Merah, Biru, Kuning.
16
Gambar 2.9 Warna Primer
b. Warna Sekunder adalah warna hasil pencampuran dua warna
primer yaitu :
Merah + Kuning = Orange
Kuning + Biru = Hijau
Biru + Merah = Ungu
Gambar 2.10 Warna Sekunder
c. Warna Tersier adalah campuran satu warna primer dengan
warna sekunder.
Gambar 2.11 Warna Tersier
Selain itu warna sendiri memiliki kejiwaan (kekuatan) atau
yang kita kenal sebagai psikologi warna (Kusrianto, 2007 : 47).
17
Berikut beberapa contoh pengertian warna menurut
psikologisnya masing-masing;
1. Merah mengartikan kekuatan, bertenaga, kehangatan,
nafsu, cinta, agre-sif, berbahaya, semangat.
2. Biru mengartikan kepercayaan, konservatif, keamanan,
teknologi, kebersihan, perintah.
3. Hijau mengartikan alami, kesehatan, pandangan yang enak,
kecem-buruan, pembaruan.
4. Kuning mengartikan optimis, harapan, filosofi, ketidak
jujuran / kecurangan, pengecut, pengkhianatan.
5. Ungu mengartikan spiritual, misteri, keagungan, perubahan
bentuk, galak, arogan.
6. Orange mengartikan energi, keseimbangan, kehanga-tan.
7. Coklat mengartikan bumi, dapat dipercaya, nyaman,
bertahan.
8. Abu-abu mengartikan Intelek, futuristic, modis, kesenduan,
merusak.
9. Putih mengartikan kemurnian / suci, bersih, kecermatan,
innocent (tanpa dosa), steril, kematian.
10. Hitam mengartikan kekuatan, seksualitas, kemewahan,
kematian, msteri, ketakutan, ketidak baha-giaan,
keanggunan.
4. Teks
sederetan kata atau kalimat yang menjelaskan suatu barang atau
jasa untuk tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan untuk penyu-
sunan teks pada iklan hendaknya sederhana jelas, singkat, dan
tepat serta memiliki daya tarik pada kalimatnya (Ananda,
1978:63).
Teks dibagi menjadi beberapa sistem penamaan dan masing-
masing memiliki fungsi berbeda, yaitu:
18
a. Judul (Headline/ Heading)
Terletak di bagian paling atas pada sebuah iklan, dengan
ukuran huruf paling besar antara huruf yang lainnya dan
biasanya berfungsi untuk menyampaikan pesan yang paling
penting (Santosa, 2002:54).
b. Sub Judul (Sub Headline)
Berfungsi untuk melengkapi serta memperjelas pengertian
headline dan untuk membagi dan sebagai penyela teks
berikutnya. Biasanya ukurannya lebih kecil daripada judul
dengan warna yang berbeda.
c. Teks Isi (Body Copy)
Teks ini digunakan untuk menerangkan produk atau maksud
secara detail, lebih detail dari judul atau sub judul dan men-
jelaskan kandungan dalam produk.
d. Slogan (Semboyan)
Slogan (semboyan) adalah kalimat pendek yang unik dan khas
yang dimiliki oleh sebuah produk untuk lebih meyakinkan dan
memperkuat sikap konsumen untuk memilih produk atau jasa
yang ditawarkan (Pujiriyanto, 2005:39).
e. Clossing word (Kata Penutup)
Kata penutup adalah kalimat pendek yang jelas, singkat, jujur
dan jernih yang biasanya bertujuan untuk mengarahkan pem-
baca untuk membuat keputusan (Pujiriyanto, 2005 : 39).
19
Gambar 2.12 Contoh penggunaan teks berdasarkan letak atau
posisinya
5. Media
Media adalah alat (sarana) Komunikasi seperti: Koran, majalah,
radio, tv, film, poster dan spanduk yang terletak di antara dua
pihak (orang,golongan) (Hasan, 2005: 726). Media adalah sarana
untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada publik dengan
menggunakan berbagai unsur komunikasi seperti teks atau gam-
bar foto (Pujiryanto, 2005:15).
Media dibagi menjadi 2 jenis dalam perikalanan yaitu:
a. Media Lini Atas (above the line media)
Adalah kelompok media promosi yang memerlukan luar ruang,
artinya mengunakan sarana komunikasi massa yang media
dibayar. Misalnya media cetak, elektronik, serta media luar
ruang (iklan majalah, billboard).
b. Media Lini Bawah (below the line media)
Adalah kelompok media promosi yang tidak memerlukan
media luar ruang, media ini cocok digunakan untuk target yang
20
lebih kecil .Direct mail, publicc relation sales promotion yang
menggunakan flyer, brosur, iklan dimajalah atau di surat kabar
dengan segmen terbatas termasuk Below the line (Rustan, 2009
: 89).
2.1.3 Aspek teknis perwujudan / layout
Layout adalah desain awal sebuah iklan yang belum jadi, biasanya berupa
coretan atau sketsa naskah yang dirancang untuk dicetak (Kamus Istilah
Periklanan Indonesia, 1996 : 99).
Berikut ialah macam-macam format tata letak dan karakteristiknya :
1. Format Diagonal
Menghasilkan ruang kosong yang telalu banyak, kesannya sepi
dan banyak informasi tidak termuat.
Gambar 2.13 Format Diagonal
21
Gambar 2.14 salah satu contoh format diagonal
2. Format L
Cukup dinamis, sirkulasi ruang gerak cukup dan memiliki kesan
pandangan terarah.
Gambar 2.15 Format L
Gambar 2.16 Salah satu contoh Format L
3. Format Z
Cukup dinamis, sirkulasi ruang gerak cukup dan kesan pandangan
sudah diarahkan.
Gambar 2.17 Format Z
22
Gambar 2.18 Salah satu contoh Format Z
4. Format C
Menghasilkan keseimbangan dinamis dengan kesan pandangan
terarah.
Gambar 2.18 Format C
Gambar 2.19 Salah satu contoh Format C
5. Format 7
Menghasilkan sirkulasi ruang gerak cukup dengan kesan pandangan
terarah.
23
Gambar 2.20 Format 7
Gambar 2.21 Salah satu contoh Format 7
6. Format X
Menghasilkan efek padat, sempit, sirkulasi ruang kurang dan
pandangan tidak terfokus.
Gambar 2.22 Format X
24
Gambar 2.23 Salah satu contoh Format X
Ada beberapa macam teknik cetak yang digunakan yaitu teknik cetak
tinggi (relief), teknik cetak dalam (grafure), teknik cetak datar (offset),
teknik cetak saring (screen printing), Teknik Cetak Digital. Pada promosi
Yanto Bali Lombok (YBL) Tours and travels teknik cetak yang
digunakan dalam mewujudkan media rancang grafis adalah :
a. Cetak Tinggi (Relief)
Adalah teknik cetak-mencetak, dimana unsur-unsur yang akan dicetak
lebih tinggi dari bagian yang tidak dicetak. Teknik cetak tinggi
merupakan teknik cetak yang sederhana, dimana hasil cetak yang
diperoleh tidak sama antara satu dengan yang lainnya (Widhi, 2011 :
24).
Gambar 2.24 Teknik Cetak Tinggi
25
b. Cetak Dalam (Grafure)
Adalah teknik cetak, dimana bagian yang akan dicetak dibuat tenggelam
pada bidang cetak. Bagian yang tenggelam tersebut akan menjadi tempat
tinta untuk dipindahkan ke media cetak. Bahan cetak yang biasa
digunakan adalah bahan yang mudah menyerap tinta (Widhi, 2011 : 24).
Gambar 2.25 Teknik Cetak Dalam
Prinsip kerja teknik ini adalah makin dalam paritnya, maka makin
banyak dapat menampung tinta, sehingga makin banyak tinta yang
akan pindah ke kertas dan makin tajam pula garis yang dihasilkan
pada gambar di kertas.
c. Cetak Datar (Offest)
Cetak datar merupakan teknik cetak di mana bagian yang mencetak
dan tidak mencetak sama tingginya atau sama datar. Prinsip cara kerja
teknik ini adalah tolak menolak antara minyak dengan air.
Bagian yang tercetak dan tidak tercetak terletak pada satu plat dan
dibedakan berdasarkan proses kimiawi. Perbedaan dasar antara proses
offset dengan proses cetak yang lain adalah:
1. Tinta (berbasis minyak) tidak bercampur dengan air
2. Pada awalnya tinta dipindahkan dari plat ke karet (blanket), setelah
itu karet akan melanjutkan tinta tersebut ke kertas yang akan dicetak.
Proses perpindahan tinta dari plat melalui blanket terlebih dahulu baru
ke kertas itulah yang menyebabkan teknik ini dinamakan offset (cetak
tidak langsung) (Kusrianto. 2007 : 131 dalam Haryanto, 2011 : 40).
26
Cetak datar memungkinkan untuk mencetak dengan jumlah yang
sangat banyak dari selembar plat tanpa merusak plat itu sendiri dan
mencetak pada segala macam kertas.
Gambar 2.26 Teknik Datar
d. Cetak Saring (Screen Printing)
Teknik cetak ini disebut juga silk screen printing, karena acuan cetaknya
berupa saringan yang terbuat dari sutra dan nilon yang memiliki lubang-
lubang halus. Teknik cetak saring merupakan teknik cetak yang
menggunakan alat screen (layar yang terbuat dari bahan sutra atau nilon
yang dipasang pada bingkai kayu) dan rakel (alat untuk mentransfer tinta
dari screen ke permukaan media cetak).
Cetak saring adalah perkembangan dari teknik sablon yang biasanya
untuk membuat motif tekstil atau membuat motif yang sama berulang-
ulang, di mana dalam pembuatannya diperlukan bahan-bahan cetak
seperti bahan afdruck, bahan penghapus dan bahan penguat. Cara kerja
teknik cetak saring adalah terlebih dulu dibuatlah film (mika / kalkir /
astalon) sebagai acuan cetak. Lalu dilakukan pemindahan film ke screen.
Selanjutnya, media cetak seperti kertas atau kain diletakkan di bawah
screen dan pada saat tinta disapu dengan rakel pada screen, tinta akan
menembus bagian-bagian screen yang berlubang sesuai dengan acuan
cetak tersebut dan cetakan pun dihasilkan (Kusrianto, 2007 : 133 dalam
Haryanto, 2011 : 42).
27
Gambar 2.27 Teknik Cetak Saring
2.2 Data faktual / lapangan
2.2.1 Nama produk / obyek
Nama dari objek yang diangkat sebagai kasus adalah sanggar tari Wit
Tonjaya. Sanggar tari Wit Tonjaya adalah sanggar tari yang terletak di
daerah Denpasar, tepatnya di jalan Gunung Agung gang II No. 5 Den-
pasar. Sanggar tari Wit Tonjaya memiliki pengajar yang berpengalaman
di bidang seni tari, banyak tari-tarian tradisional Bali yang di ajarkan di
sanggar tari Wit Tonjaya. Saat ini banyak sekali terdapat sanggar tari di
daerah Denpasar. Oleh karena itu, dalam persaingan usaha dibutuhkan
langkah-langkah promosi untuk memperkenalkan produk dan jasa yang
di tawarkan. Sebagai sanggar tari yang sudah lama berdiri maka sarana
promosi yang tepat merupakan langkah yang harus diambil demi
memajukan sanggar tari Wit Tonjaya supaya tidak kalah bersaing dengan
sanggar-sanggar tari yang lain.
2.2.2 Pengelola
Sanggar tari Wit Tonjaya dikelola langsung oleh pemilik (owner) sanggar
tari Wit Tonjaya yaitu bapak Komang Wardana beserta keluarga. Adapun
struktur kepengurusan sanggar tari Wit Tonjaya sebagai berikut :
28
(Gambar 2.28 Struktur kepengurusan sanggar tari Wit Tonjaya)
2.2.3 Lokasi
Sanggar tari Wit Tonjaya terletak di daerah Denpasar dan dikelilingi oleh
pemukiman warga yang cukup padat. Sanggar tari Wit Tonjaya terletak
di jalan Gunung Agung, gang II No. 5 Denpasar.
Denah sanggar tari Wit Tonjaya :
Gambar 2.29 Denah sanggar Tari Wit Tonjaya
2.2.4 Sarana komunikasi yang ada
Sarana media promosi sanggar tari Wit Tonjaya masih minim, sanggar
tari Wit Tonjaya masih mengandalkan papan nama yang ada di depan
sanggar tari Wit Tonjaya.
Papan Nama :
Menurut Sony papan nama adalah sebuah alat yg menujang dalam
penyajian sebuah pemasaran dan sebagai media iklan, untuk melihat
seberapa baiknya perusahaan itu dan seberapa baiknya nilai unsur
estetika dalam menciptakan ketertarikan customer, para menikmat, baik
buruknya jenis tempat dan dapat menseleraraskan dpt tempat tersebut.
(Gambar 2.30 Papan nama Sanggar tari Wit Tonjaya)
29
2.2.5 Aplikasi unsur-unsur desain komunikasi visual
Papan Nama Sanggar Tari Wit Tonjaya
Pada media papan nama menggunakan ilustrasi vektor, menampilkan
logo sanggar tari Wit Tonjaya. Teks bersifat informatif tentang sanggar
tari Wit Tonjaya. Warna yang digunakan dalam ilustrasi papan nama
sanggar tari Wit Tonjaya di dominasi warna merah pada logo, teks
menggunakan warna merah pada nama sanggar dan warna hitam serta
biru pada informasi sanggar tari Wit Tonjaya. Pada background meng-
gunakan warna kuning. Secara keseluruhan papan nama sanggar tari Wit
Tonjaya telah mengandung unsur-unsur desain meskipun belum
sempurna.
2.2.6 Material dan Teknik
Papan Nama
Bahan : Aluminium
Teknik Cetak : Digital Printing
2.2.7 Potensi kasus
Sanggar tari Wit Tonjaya layak untuk diangkat sebagai kasus karena
sanggar tari Wit Tonjaya merupakan sanggar tari yang mempunyai
pengajar-pengajar berpengalaman dibidang seni tari. Sanggar tari Wit
Tonjaya sering melakukan pentas dimana-mana. Melihat media komu-
nikasi yang digunakan, dirasa masih kurang mampu untuk mem-
promosikan sanggar tari Wit Tonjaya. Maka dari itu agar sanggar tari Wit
Tonjaya dapat dikenal oleh masyarakat luas, diperlukan media
komunikasi yang nantinya dapat mempromosikan sanggar tari Wit
Tonjaya.
2.2.8 Strategi pasar
Strategi pemasaran merupakan rencana yang dilakukan untuk tujuan
mempromosikan sanggar tari Wit Tonjaya. Untuk menunjang tujuan
mempromosikan sanggar tari Wit Tonjaya, dibutuhkan media komunikasi
30
visual sebagai tujuan mengkomunikasikan secara visual sanggar tari Wit
Tonjaya sebagai sarana informasi.
Adapun strategi promosi menurut Philip Kotler terdiri dari :
a. Dilihat dari segi produk / jasa
Sanggar tari Wit Tonjaya adalah tempat untuk mempelajari tentang
seni tari tradisional Bali. Oleh karena itu sanggar tari Wit Tonjaya
tidak memasarkan produk melainkan memasarkan jasa. Jasa untuk
mempelajari seni tari tradisional Bali.
b. Dilihat dari segi harga
Berkaitan dengan masalah harga, harga yang ditawarkan oleh sanggar
tari Wit Tonjaya untuk belajar seni tari tradisional Bali relatih murah.
Sehingga dapat bersaing dengan sanggar-sanggar tari lainnya.
c. Dilihat dari segi tempat
Pada umumnya daerah untuk memperomosikan sanggar tari Wit Ton-
jaya berada di daerah Denpasar. Untuk penempatan media promosi
akan diletakan di tempat-tempat umum dan sekolah-sekolah yang ada
di daerah Denpasar agar lebih tepat sasaran.
d. Dilihat dari segi promosi
Promosikan yang dilakukan adalah dengan memberika informasi yang
berkaitan dengan sanggar tari Wit Tonjaya secara lengkap dan jelas
bagi masyarakat luas. Agar masyarakat mengetahui kelebihan dari
sanggar tari Wit Tonjaya dibandingkan dengan sanggar-sanggar tari
lainnya yang ada di daerah Denpasar.
2.2.9 Target Segmentasi
Pada perancangan media komunikasi visual sanggar tari Wit Tonjaya,
Target segmentasi ditunjukan kepada masyarakat Denpasar pada
umumnya. khususnya pada usia remaja (3-20 tahun) yang berdasarkan
dari data yang telah diperoleh.
31
2.3 Analisa dan sintesa
2.3.1 Analisis teori
Teori-teori yang digunakan sebagai pedoman dalam perancangan
media promosi akan disesuaikan dengan media yang dirancang, seperti
teori tentang media dan unsur-unsur visualnya. Kemudian dinilai melalui
kriteria desain yaitu komunikatif, fungsional, informatif, etis, estetika,
dan kreatif. Teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar dalam peran-
cangan media komunikasi visual karena memiliki keterkaitan terhadap
objek yang diangkat, yaitu diterapkan pada perancangan media promosi
dengan menggunakan lambang-lambang yang berhubungan dengan seni
tari tradisional Bali, serta foto-foto sanggar tari yang menunjukkan
fasilitas dan kelebihan yang ditawarkan kepada masyarakat yang ingin
belajar tari tradisional Bali.
Sehingga mampu menarik minat para calon murid untuk berlatih
di sanggar tari Wit Tonjaya. Maka nantinya mampu menarik minat
masyarakat umum untuk belajar di sanggar tari Wit Tonjaya. Dengan
diterapkannya teori-teori tersebut pada perancangan media Komunikasi
visual sanggar tari Wit Tonjaya, diharapkan akan mendapatkan hasil
yang maksimal dengan terciptanya media promosi yang menarik dan
informatif.
2.3.2 Analisis faktual
Berkembangnya usaha dalam bidang jasa memang sangat
menguntungkan, tentunya hal inilah yang akan dicapai jika usaha yang
ditekuni telah sampai pada titik tertinggi. Menekuni suatu bidang usaha
jasa tidaklah mudah, butuh usaha yang ekstra keras untuk tetap eksis
dalam dunia persaingan. Seperti halnya, usaha dalam bidang jasa tempat
berlatih tari di jalan Gunung Agung II D no. 5 Denpasar. Berbagai cara
ditingkatkan guna mengikuti alur dan minat publik. Karena semakin hari
banyak bermunculan seperti tempat sejenis sehingga memberikan pilihan
32
bagi calon murid. Dalam usaha meme-nuhi keinginan itulah diperlukan
suatu media promosi guna menarik minat para calon murid.
2.3.3 Analisis wawancara
Guna memperkuat serta meyakinkan data-data yang diperoleh, penulis
juga melakukan wawancara dengan pengelola sanggar tari Wit Tonjaya,
yang tentunya ada kaitannya dengan penulisan. Diketahui bahwa satu hal
yang paling utama dalam usaha ini adalah bagaimana kita mampu
memberikan kenyamanan serta pelayanan sehingga para calon murid
dapat memilih tempat yang tepat untuk mereka berlatih.
2.3.4 Sintesa
Dengan mengandalkan kelebihan akan fasilitas yang ditawarkan
sanggar tari Wit Tonjaya siap bersaing dengan tempat usaha sejenis, serta
kenyamanan yang di berikan diharapkan mampu menarik lebih banyak
murid. Untuk itu, dalam upaya menarik banyak akan di buat media
promosi seperti Brosur, Flayer, X-Banner, T-Shirt dan Poster.
Adapun unsur-unsur desain komunikasi visualnya yang
digunakan dalam mewujudkan media di atas, antara lain :
1. Media :
Media yang akan dirancang antara lain Brosur, Flayer, X-Banner, T-
Shirt dan Poster.
2. Ilustrasi :
Menggunakan ilustrasi gabungan antara ilustrasi fotografi
dan ilustrasi vektor yang diolah melalui program komputer.
3. Warna :
Warna yang digunakan adalah warna merah,biru,dan kuning. warna ini
menjadi simbol, semangat, konservatif,optimis dan sesuai dengan
konsep yang di angkat, yang dapat menyampaikan kesan dan pesan
yang ingin ditampilkan melalui desain tersebut.
33
4. Huruf :
Jenis huruf yang digunakan jenis huruf sanserif (tak berkait)
yang sederhana dan lebih mudah dibaca dan sifat huruf ini kurang
formal.
5. Teks :
Teks berupa informasi yang singkat, jelas, komunikatif dan
informatif.
6. Ukuran dan Bahan :
Ukuran memakai satuan panjang cm dan di sesuaikan dengan
media promosi dan juga standar cetak kertas yang ada. Bahan
yang di gunakan sesuai dengan jenis media promosi.
7. Teknik cetak :
Teknik cetak yang di gunakan adalah Cetak Datar (Offest)
34
BAB III
35