Laporan Sanggar Tari

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanggar merupakan tempat melakukan kegiatan dalam berbagai bidang kegiatan. Ada banyak sanggar yang dikenal masyarakat seperti sanggar musik, sanggar rias, sanggar senam, sanggar lukis, dan sanggar tari. Dalam rangka melestarikan, membina dan mengembangkan potensi seni tari di Indonesia, pemerintah dan seniman tari mengupayakan mendirikan lembaga pendidikan dan sanggar tari (Margono, 1984 : 69). Sanggar tari adalah sarana melakukan aktivitas berkesenitarian oleh sekelompok orang yang meliputi pelestarian, penelitian, dan kerjasama. Sanggar tari sangat diperlukan kehadirannya oleh masyarakat, seniman, dan pemerintah sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan kesenian tari di Indonesia (Hartono, 1984: 132). Saat ini banyak sekali berdiri sanggar-sanggar tari di daerah Denpasar, salah satunya sanggar tari Wit Tonjaya. Sanggar tari Wit Tonjaya adalah sanggar tari yang mempunyai pengajar berpengalaman di bidang seni tari. Banyak tari-tarian tradisional Bali yang diajarkan di sanggar tari Wit Tonjaya diantaranya, tari Rejang, 1

description

makalah

Transcript of Laporan Sanggar Tari

Page 1: Laporan Sanggar Tari

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sanggar merupakan tempat melakukan kegiatan dalam berbagai bidang

kegiatan. Ada banyak sanggar yang dikenal masyarakat seperti sanggar musik,

sanggar rias, sanggar senam, sanggar lukis, dan sanggar tari. Dalam rangka

melestarikan, membina dan mengembangkan potensi seni tari di Indonesia,

pemerintah dan seniman tari mengupayakan mendirikan lembaga pendidikan dan

sanggar tari (Margono, 1984 : 69).

Sanggar tari adalah sarana melakukan aktivitas berkesenitarian oleh

sekelompok orang yang meliputi pelestarian, penelitian, dan kerjasama. Sanggar

tari sangat diperlukan kehadirannya oleh masyarakat, seniman, dan pemerintah

sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan kesenian tari di Indonesia

(Hartono, 1984: 132). Saat ini banyak sekali berdiri sanggar-sanggar tari di

daerah Denpasar, salah satunya sanggar tari Wit Tonjaya.

Sanggar tari Wit Tonjaya adalah sanggar tari yang mempunyai pengajar

berpengalaman di bidang seni tari. Banyak tari-tarian tradisional Bali yang

diajarkan di sanggar tari Wit Tonjaya diantaranya, tari Rejang, tari Pendet, tari

Baris, tari Legong dan tari lainnya. Saat ini sanggar tari Wit Tonjaya sudah

berdiri puluhan tahun dan sering melakukan pentas dimana-mana. Namun

sayangnya sanggar tari Wit Tonjaya belum banyak dikenal oleh masyarakat luas

adapun mayoritas murid-muridnya hanya di sekitar daerah sanggarnya saja, hal

ini di karenakan kurangnya promosi yang dilakukan ke masyarakat.

Beberapa sanggar yang berprestasi bisa mendapatkan publisitas yang

lebih luas dan dapat bertahan lebih lama, namun tak jarang pula banyak sanggar

tari yang akhirnya gulung tikar karena tidak bisa bertahan. ini adalah kenyataan

yang harus dihadapi sanggar tari di daerah Denpasar. Oleh karena itu diperlukan

media komunikasi visual untuk mempromosikan sanggar tari Wit Tonjaya agar

1

Page 2: Laporan Sanggar Tari

dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan publisitas yang lebih

luas.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perancangan Media

Komunikasi Visual Sanggar Tari Wit Tonjaya Sebagai Sarana Promosi.

1.2 Pengertian Judul

Perancangan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat

serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang, dengan

menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini

diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Kusmiadi, 1995 : 3).

Media adalah perantara atau pengantar, makna umumnya adalah segala

sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada

penerima informasi (Depdiknas, 2003 : 9).

Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,

gambar, grafis, angka, dan sebagainya (Mulyana, 2001 : 62).

Visual adalah dapat dilihat dengan indra pengelihatan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia)

Sanggar merupakan suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu

komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan dalam

berbagai bidang (Margono, 1984 : 69).

Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi

bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk  gerak yang simbolis dan

sebagai ungkapan si pencipta (Haukins, 1990 : 2).

Wit Tonjaya menurut Wardana Wit berarti asal,umur, darah, Ton berarti

melihat, dan Jaya berarti kejayaan. Jadi Wit Tonjaya adalah dapat melihat

kejayaan sepanjang umur.

2

Page 3: Laporan Sanggar Tari

Sebagai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai atau se.ba.gai

adalah kata depan untuk menyatakan hal yang serupa. kata depan untuk

menyatakan perbandingan. kata depan untuk menyatakan status.

Sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas

yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan,

dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi

kerja (Moenir, 1992 : 119).

Promosi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi

konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh

perusahaan kepada mereka dan kemudian menjadi senang lalu membeli produk

tersebut (Sudarmo, 1998 : 237).

Dari pemaparan definisi di atas, pengertian judul Perancangan Media

Komunikasi Visual Sanggar Tari Wit Tonjaya sebagai Media Promosi adalah

pemilihan perantara yang dapat menyalurkan informasi dengan menggunakan

simbol, kata-kata, gambar dan sebagainya yang dapat dilihat oleh indra

penglihatan untuk tujuan mengenalkan sebuah tempat atau sarana yang

digunakan oleh komunitas atau sekumpulan orang yang mengekspresikan jiwa

yang diubah menjadi bentuk gerak yang simbolis.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana merancang media komunikasi visual untuk sanggar tari Wit

Tonjaya sebagai media promosi?

2. Apa saja rancangan media yang akan dibuat?

1.4 Batasan Masalah

Dari rumusan masalah diatas dan berdasarkan rumusan masalah yang telah

dipaparkan, maka akan dibatasi masalah dalam penelitian ini adalah :

Perancangan media komunikasi visual untuk sanggar tari Wit Tonjaya, berupa

media Brosur, Flayer, X-Banner, T-Shirt dan Poster.

3

Page 4: Laporan Sanggar Tari

1.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Tujuan Umum

a. Penelitian tentang sanggar tari Wit Tonjaya ini dapat dijadikan referensi

bagi Kampus STIMIK STIKOM Indonesia.

b. Untuk memperkenalkan sanggar tari Wit Tonjaya kepada masyarakat.

2. Tujuan Khusus

Untuk merancang media yang tepat untuk mempromosikan sanggar tari

Wit Tonjaya.

1.6 Manfaat Perancangan

Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah:

1. Bagi mahasiswa, karya tulis ini dapat melatih mahasiswa untuk membuat

suatu karya tulis ilmiah dan bagaimana merancang suatu media komunikasi

visual yang efektif dan efisien agar nantinya mampu menarik perhatian

masyarakat untuk sarana promosi sanggar tari Wit Tonjaya.

2. Bagi Kampus STIMIK STIKOM Indonesia, karya tulis berupa sumbangan

pemikiran sehingga kelak dapat menambah literatur maupun pengetahuan

yang berguna bagi generasi selanjutnya khususnya pada perkembangan

Desain Grafis.

3. Bagi sanggar tari Wit Tonjaya, perancangan media komunikasi visual yang

nantinya dapat memperkenalkan sanggar tari Wit Tonjaya kepada masyarakat

luas.

4. Bagi Masyarakat, dapat menambah wawasannya secara umum dengan

mengetahui dan mengenal lebih jauh mengenai sanggar tari Wit Tonjaya dan

kesenian tari Bali.

4

Page 5: Laporan Sanggar Tari

1.7 Metode Perancangan

Dalam pembuatan suatu karya tulis pada umumnya melalui beberapa

tahapan dan metode untuk memudahkan penyusunan karya tulis, maka

digunakan metode diantaranya :

1.7.1 Metode pengumpulan data

A. Metode pengumpulan data primer

1. Metode Observasi

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data esensial

dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan

kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat,

observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti

yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah

mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap (Patton, 1990 :

201 dalam Poerwandari, 1998 : 63).

Observasi juga di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek

penelitian (Margono, 2000 : 158).

Pada metode ini dilakukan pengamatan dan pencatatan secara

langsung terhadap data-data yang diperlukan mengenai

rancangan desain yang akan dibuat dengan meninjau ke lokasi

sanggar tari Wit Tonjaya.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan metode atau cara yang

dipergunakan seseorang untuk suatu tujuan tugas tertentu,

mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian lisan dari

seorang responden dengan berhadapan muka secara langsung

dan bercakap-cakap, dengan orang itu (Koentjaraningrat, 1994 :

129).

Dalam proses wawancara nantinya akan menanyakan pertanyaan

secara langsung terhadap hal-hal yang diperlukan untuk

5

Page 6: Laporan Sanggar Tari

merancang karya tulis dan media komunikasi visual yang akan

dibuat dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemilik

atau staf-staf sanggar tari Wit Tonjaya.

B. Metode pengumpulan data sekunder

1. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data-data

dan mempelajari data dari buku-buku maupun majalah yang

berhubungan dengan proyek yang dikerjakan perusahaan, hal ini

dimaksudkan untuk mencari pendekatan dalam pemecahan

masalah yang berhubungan dengan cara penampilan isi pesan

(Nawawi, 1998 : 263 dalam ).

Metode ini meliputi pengidentifikasian secara sistematis,

penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat

informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Consuelo,

1993 : 37).

Pada metode kepustakaan penulis mempelajari buku-buku hasil

penelitian dan pendapat para ahli dibidang masing-masing yang

menunjang dalam pembuatan karya tulis dan perancangan media

komunikasi visual.

2. Metode Dokumentasi

Penghimpunan data-data dan pemberian keterangan tentang

sesuatu perihal yang terkandung dalam rekaman yang diperoleh,

dikutp dan disaring (Pringgodingdo, 1997 : 283).

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seorang peneliti (Sugiyono, 2008 : 82).

Metode dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan

data yang ditempuh dengan penyelidikan historis, dikarenakan

sumber-sumber yang dipakai dalam bentuk dokumen. Metode

dokumentasi dimaksudkan untuk penyelidikan yang dipakai,

6

Page 7: Laporan Sanggar Tari

ditujukan pada penguraian dan kejadian yang telah berlalu, atau

penjelasan apa yang telah berlalu melalui sumber-sumber

dokumen.

1.7.2 Metode analisa data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam karya tulis ini

adalah Metode Analisa Deskriptif - Kualitatif dimana dilakukan melalui

berbagai pendekatan historis, kajian dokumen, interpretasi peristiwa,

kajian informasi, perekaman suatu kejadian, pemotretan hingga

penafsiran suatu fenomena sosial melalui berbagai pencatatan lapangan

yang kemudian dipaparkan dalam bentuk terolah (Sachari, 2003 : 135).

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Sugiyono

2009 : 21).

Metode kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar

ilmiah, dengan menggunakan metode ilmiah, dan dilakukan oleh orang

atau peneliti yang tertarik secara ilmiah (Meleong, 2005 : 5).

1.7.3 Indikator dan model penilaian desain

Indikator yang digunakan dalam perancangan desain komunikasi

visual ini, untuk menentukan desain terpilih dengan melakukan

pengukuran atau penilaian alternatif-alternatif desain menggunakan skala

likert (skala yang menunjukan tingkatan atau rangking). Rangking

didapatkan setelah dilakukan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip

desain. Dalam penilaian dilakukan dengan memberikan tanda plus (+)

bila ada kesesuaian antara desain yang dibuat dengan prinsip desain dan

tanda minus (-) bila tidak ada kesesuaian dengan prinsip desain (Nasir,

2003 : 338 dalam Taufiq, 2011 : 9).

7

Page 8: Laporan Sanggar Tari

Adapun beberapa kriteria desain yang dimaksudkan adalah :

1. Komunikatif

Komunikatif adalah keadaan saling berhubungan, mudah dimengerti

dan mampu memberikan keterangan sesuai dengan informasi yang

ada (Alwi, 2005: 454 dalam Sutawan, 2011 : 11).

2. Fungsional

Fungsional adalah berfungsi dengan baik dilihat dari segi fungsi.

Desain yang dibuat dapat berfungsi semaksimal mungkin dan

berfungsi sebagaimana mestinya (Alwi, 2005: 121 dalam Sutawan,

2011 : 11).

3. Informatif

Informatif artinya bersifat memberi informasi. Desain yang dibuat

mudah dimengerti dan mampu memberikan keterangan yang

memadai sesuai dengan tujuan, informasi ini biasa diwakili dengan

foto atau gambar (Alwi, 2005: 331 dalam Sutawan, 2011 : 12).

4. Etis

Etis artinya berhubungan dengan etika. Desain yang dibuat tidak

menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Alwi,

2005: 237 dalam Sutawan, 2011 : 13).

5. Estetis

Estetis artinya indah atau memiliki nilai keindahan. Desain harus

mampu memberikan nilai- nilai keindahan, sehingga dapat

mengesankan orang yang melihatnya (Alwi, 2005: 237 dalam

Sutawan, 2011 : 12).

6. Kreatif

Kreatif artinya memiliki daya cipta. Desain yang dibuat hendaknya

menampilkan suatu desain baru yang orisinil, bukan jiplakan dan

desain yang sudah ada (Alwi, 2005: 465 dalam Sutawan, 2011 : 12).

8

Page 9: Laporan Sanggar Tari

Indikator atau alat ukur perancangan media menggunakan kaidah-

kaidah desain komunikasi visual yang dinilai berdasarkan sistem poin

dalam angka 1 s.d 5 dengan poin :

a. 1 adalah kurang sekali

b. 2 adalah kurang

c. 3 adalah cukup

d. 4 adalah baik

e. 5 adalah baik sekali

Model perancangan berdasar pada unsur-unsur desain komunikasi

visual yang dikomposisikan agar menarik dan tetap mampu menarik

perhatian masyarakat.

Untuk menentukan pilihan masing-masing karya yang akan dipilih

menjadi karya terbaik dapat diambil melalui pemberian nilai masing-

masing indikator dan unsur-unsur desain dengan perhitungan nilai

pembagi (N) = nilai skor tertinggi dikali jumlah indikator. Sedangkan

untuk penilaian desain melalui rumus (R) = jumlah rata-rata sekor

nilai tertinggi dibagi 3 unsur desain dikali 100%.

9

R = Jumlah rata-rata skor keseluruhan x 100%N

N= Nilai sekor tertinggi x Jumlah Indikator (5 x 6 = 30)

Page 10: Laporan Sanggar Tari

BAB II

IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA

2.1 Data aktual / teori

2.1.1 Pengertian objek kasus

Sejarah

Awal berdirinya sanggar tari Wit Tonjaya pada tahun 1997, sanggar tari

ini dikelola oleh bapak Komang Wardana. Dari tempat yang seadanya

dan hanya memiliki 5 orang murid. Saat itu keadaan bapak Komang

sangat kekurangan, kurangnya tempat dan sarana prasarana untuk

mengajar tari tradisional Bali. Setelah 5 bulan berjalan semakin banyak

anak didik yang belajar di sangar tari Wit Tonjaya dan semakin ber-

kembang serta dikenal oleh masyarakat di sekitar sanggar saja.

Pengertian sanggar tari

Sanggar tari adalah sarana melakukan aktivitas berkesenitarian oleh

sekelompok orang yang meliputi pelestarian, penelitian, dan kerjasama.

Sanggar tari sangat diperlukan kehadirannya oleh masyarakat, seniman,

dan pemerintah sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan kesenian

tari di Indonesia (Hartono, 1984: 132).

2.1.2 Aspek aspek desain komunikasi visual

a. Definisi Desain Komunikasi Visual

Jika di tinjau dari kata, Desain Komunikasi Visual terdiri dari 3 suku

kata :

1. Desain

Desain berarti suatu elemen visual yang dikembangkan dengan

tujuan tertentu dan diolah sesuai dengan keperluan pengiklanan

atau pengemasan. Desain bisa juga berarti usaha deskripsi gagasan

mengenai bentuk, rupa, ukuran, warna, dan tata letak beserta

unsur-unsurnya yang membentuk wajah suatu benda (Nurudin,

1996 : 52 dalam Taufiq, 2011 : 17).

10

Page 11: Laporan Sanggar Tari

2. Komunikasi

Proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,

gambar, grafis, angka, dan sebagainya. Suatu interaksi yang

dilakukan oleh 2 atau lebih. (Mulyana, 2001 : 62).

3. Visual

Visual berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang

kemudian dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual. Visual

berarti dapat dilihat oleh indra pengelihatan (Poerwadarminta,

1991 : 1120).

Desain komunikasi visual adalah cara penyampaian informasi melalui

sebuah media secara visual. Suatu desain komunikasi visual yang

nantinya dapat mempengaruhi target pasar, karena itu desain komunikasi

visual harus komunikatif dan dapat dimengerti.

b. Aspek-aspek yang digunakan dalam proses perancangan desain

komunikasi visual ini adalah:

1. Ilustrasi

Ilustrasi secara harfiah berarti gambaran yang dipergunakan untuk

menerangkan atau mengisi sesuatu. Dalam desain grafis, ilustrasi

merupakan subjek tersendiri yang memiliki alur sejarah serta

perkembangan yang spesifik atas jenis kegiatan seni itu. (kusrianto,

2006 : 110).

Ilustrasi bila dilihat dari segi teknisnya dapat digolongkan menjadi

beberapa bagian yaitu :

a) Ilustrasi tangan / Hand Drawing

Gambar teknik Ilustrasi dengan cara mengandalkan

keterampilan tangan baik itu menggunakan kuas, pensil, pena,

air brush, dan alat-alat yang dipakai untuk meng-gambar

lainnya.

11

Page 12: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.1 Ilustrasi Tangan / Hand Drawing

b) Ilustrasi Fotografi

Yaitu teknik membuat gambar ilustrasi berupa foto dengan

bantuan kamera baik itu mengunakan digital maupun manual.

Biasanya objek fotografi lebih realistis, esklusif dan persuatif.

Ilustrasi memiliki beberapa kegunaan yaitu :

1. Menggambar perbandingan menunjukan berita

2. Mengabadikan sesuatu

3. Menciptakan suasana hati

Gambar 2.2 Ilustrasi Fotography

12

Page 13: Laporan Sanggar Tari

c) Ilustrasi Gabungan

Yaitu ilustrasi berupa bentuk komunikasi dengan struktur visual

atau rupa yang terwujud dari perpaduan antara teknik

fotografi/ilustrasi manual dengan teknik drawing computer

(Pujirianto, 2005 : 41).

Gambar 2.3 Ilustrasi Gabungan

2. Tipografi

Dalam desain grafis, tipografi didefinisikan sebagai suatu proses

seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak.

(Kusrianto, 2006 : 190).

Secara umum tipografi diartikan seni mencetak dengan

menggunakan huruf, seni menyusun huruf dan cetakan dari huruf

atau penyusunan bentuk dengan gaya-gaya huruf. Tipografi sama

dengan menata huruf yang merupakan unsur penting dalam

sebuah karya desain komunikasi visual untuk mendukung

terciptanya kesesuaian antara konsep dan komposisi karya

(Santosa, 2002 : 108).

Saat ini ada banyak tipe huruf, untuk mempermudah dalam

pemilihan suatu huruf. Dari sekian jenis huruf tersebut, huruf –

huruf tersebut dapat digolongkan, yaitu:

a. Huruf Tak Berkait (Sans Serif)

13

Page 14: Laporan Sanggar Tari

Bentuk huruf yang tidak memiliki kait, bertangkai tebal,

sederhana dan lebih mudah dibaca dan sifat huruf ini

kurang formal. Contoh bentuk huruf ini yang paling populer

yaitu tipe Arial dan Helvetica.

Gambar 2.4 Huruf Sans Serif

b. Huruf Berkait (Serif)

Bentuk huruf yang memiliki kait, dengan ketebalan yang

kontras. Jenis ini merupakan huruf formal, sangat anggun dan

konservatif. Contoh yang paling umum yaitu huruf tipe Times

New Roman.

Gambar 2.5 Huruf Serif

14

Page 15: Laporan Sanggar Tari

c. Huruf Tulis atau Latin (Srcipt)

Jenis ini merupakan dasar dari bentuk huruf yang ditulis

dengan tangan, kontras tebal dan tipisnya sedikit saling

berhubungan dan mengalir. Dapat memberikan kesan

keanggunan dan sentuhan pribadi.

Gambar 2.6 Huruf Srcipt

d. Decoratif (Graphic)

Bentuk huruf yang sangat rumit desainnya. Bentuk ini hanya

cocok dipakai untuk headline tidak cocok digunakan sebagai

body copy jadi sifatnya sangat terbatas dalam penggunaannya.

Gambar 2.7 Huruf Decoratif

e. Monospace

15

Page 16: Laporan Sanggar Tari

Setiap huruf yang berjenis monospace mempunyai jarak

atau lebar yang sama setiap hurufnya. Contoh huruf

monospace yaitu huruf tipe courier dan huruf yang ada pada

mesin ketik.

Gambar 2.8 Huruf Monospace

3. Warna

warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana

kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan

unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan

sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih,

gembira, mood atau semangat, dan yang lainya (kusrianto, 2006 :

46).

Warna dapat di kelompokan menjadi 3 bagian yaitu :

a. Warna Primer adalah warna – warna yang paling kuat, ia

merupakan warna utama pembentukan warna lainnya.Warna

pokok terdiri dari 3 yaitu : Merah, Biru, Kuning.

16

Page 17: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.9 Warna Primer

b. Warna Sekunder adalah warna hasil pencampuran dua warna

primer yaitu :

Merah + Kuning = Orange

Kuning + Biru = Hijau

Biru + Merah = Ungu

Gambar 2.10 Warna Sekunder

c. Warna Tersier adalah campuran satu warna primer dengan

warna sekunder.

Gambar 2.11 Warna Tersier

Selain itu warna sendiri memiliki kejiwaan (kekuatan) atau

yang kita kenal sebagai psikologi warna (Kusrianto, 2007 : 47).

17

Page 18: Laporan Sanggar Tari

Berikut beberapa contoh pengertian warna menurut

psikologisnya masing-masing;

1. Merah mengartikan kekuatan, bertenaga, kehangatan,

nafsu, cinta, agre-sif, berbahaya, semangat.

2. Biru mengartikan kepercayaan, konservatif, keamanan,

teknologi, kebersihan, perintah.

3. Hijau mengartikan alami, kesehatan, pandangan yang enak,

kecem-buruan, pembaruan.

4. Kuning mengartikan optimis, harapan, filosofi, ketidak

jujuran / kecurangan, pengecut, pengkhianatan.

5. Ungu mengartikan spiritual, misteri, keagungan, perubahan

bentuk, galak, arogan.

6. Orange mengartikan energi, keseimbangan, kehanga-tan.

7. Coklat mengartikan bumi, dapat dipercaya, nyaman,

bertahan.

8. Abu-abu mengartikan Intelek, futuristic, modis, kesenduan,

merusak.

9. Putih mengartikan kemurnian / suci, bersih, kecermatan,

innocent (tanpa dosa), steril, kematian.

10. Hitam mengartikan kekuatan, seksualitas, kemewahan,

kematian, msteri, ketakutan, ketidak baha-giaan,

keanggunan.

4. Teks

sederetan kata atau kalimat yang menjelaskan suatu barang atau

jasa untuk tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan untuk penyu-

sunan teks pada iklan hendaknya sederhana jelas, singkat, dan

tepat serta memiliki daya tarik pada kalimatnya (Ananda,

1978:63).

Teks dibagi menjadi beberapa sistem penamaan dan masing-

masing memiliki fungsi berbeda, yaitu:

18

Page 19: Laporan Sanggar Tari

a. Judul (Headline/ Heading)

Terletak di bagian paling atas pada sebuah iklan, dengan

ukuran huruf paling besar antara huruf yang lainnya dan

biasanya berfungsi untuk menyampaikan pesan yang paling

penting (Santosa, 2002:54).

b. Sub Judul (Sub Headline)

Berfungsi untuk melengkapi serta memperjelas pengertian

headline dan untuk membagi dan sebagai penyela teks

berikutnya. Biasanya ukurannya lebih kecil daripada judul

dengan warna yang berbeda.

c. Teks Isi (Body Copy)

Teks ini digunakan untuk menerangkan produk atau maksud

secara detail, lebih detail dari judul atau sub judul dan men-

jelaskan kandungan dalam produk.

d. Slogan (Semboyan)

Slogan (semboyan) adalah kalimat pendek yang unik dan khas

yang dimiliki oleh sebuah produk untuk lebih meyakinkan dan

memperkuat sikap konsumen untuk memilih produk atau jasa

yang ditawarkan (Pujiriyanto, 2005:39).

e. Clossing word (Kata Penutup)

Kata penutup adalah kalimat pendek yang jelas, singkat, jujur

dan jernih yang biasanya bertujuan untuk mengarahkan pem-

baca untuk membuat keputusan (Pujiriyanto, 2005 : 39).

19

Page 20: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.12 Contoh penggunaan teks berdasarkan letak atau

posisinya

5. Media

Media adalah alat (sarana) Komunikasi seperti: Koran, majalah,

radio, tv, film, poster dan spanduk yang terletak di antara dua

pihak (orang,golongan) (Hasan, 2005: 726). Media adalah sarana

untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada publik dengan

menggunakan berbagai unsur komunikasi seperti teks atau gam-

bar foto (Pujiryanto, 2005:15).

Media dibagi menjadi 2 jenis dalam perikalanan yaitu:

a. Media Lini Atas (above the line media)

Adalah kelompok media promosi yang memerlukan luar ruang,

artinya mengunakan sarana komunikasi massa yang media

dibayar. Misalnya media cetak, elektronik, serta media luar

ruang (iklan majalah, billboard).

b. Media Lini Bawah (below the line media)

Adalah kelompok media promosi yang tidak memerlukan

media luar ruang, media ini cocok digunakan untuk target yang

20

Page 21: Laporan Sanggar Tari

lebih kecil .Direct mail, publicc relation sales promotion yang

menggunakan flyer, brosur, iklan dimajalah atau di surat kabar

dengan segmen terbatas termasuk Below the line (Rustan, 2009

: 89).

2.1.3 Aspek teknis perwujudan / layout

Layout adalah desain awal sebuah iklan yang belum jadi, biasanya berupa

coretan atau sketsa naskah yang dirancang untuk dicetak (Kamus Istilah

Periklanan Indonesia, 1996 : 99).

Berikut ialah macam-macam format tata letak dan karakteristiknya :

1. Format Diagonal

Menghasilkan ruang kosong yang telalu banyak, kesannya sepi

dan banyak informasi tidak termuat.

Gambar 2.13 Format Diagonal

21

Page 22: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.14 salah satu contoh format diagonal

2. Format L

Cukup dinamis, sirkulasi ruang gerak cukup dan memiliki kesan

pandangan terarah.

Gambar 2.15 Format L

Gambar 2.16 Salah satu contoh Format L

3. Format Z

Cukup dinamis, sirkulasi ruang gerak cukup dan kesan pandangan

sudah diarahkan.

Gambar 2.17 Format Z

22

Page 23: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.18 Salah satu contoh Format Z

4. Format C

Menghasilkan keseimbangan dinamis dengan kesan pandangan

terarah.

Gambar 2.18 Format C

Gambar 2.19 Salah satu contoh Format C

5. Format 7

Menghasilkan sirkulasi ruang gerak cukup dengan kesan pandangan

terarah.

23

Page 24: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.20 Format 7

Gambar 2.21 Salah satu contoh Format 7

6. Format X

Menghasilkan efek padat, sempit, sirkulasi ruang kurang dan

pandangan tidak terfokus.

Gambar 2.22 Format X

24

Page 25: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.23 Salah satu contoh Format X

Ada beberapa macam teknik cetak yang digunakan yaitu teknik cetak

tinggi (relief), teknik cetak dalam (grafure), teknik cetak datar (offset),

teknik cetak saring (screen printing), Teknik Cetak Digital. Pada promosi

Yanto Bali Lombok (YBL) Tours and travels teknik cetak yang

digunakan dalam mewujudkan media rancang grafis adalah :

a. Cetak Tinggi (Relief)

Adalah teknik cetak-mencetak, dimana unsur-unsur yang akan dicetak

lebih tinggi dari bagian yang tidak dicetak. Teknik cetak tinggi

merupakan teknik cetak yang sederhana, dimana hasil cetak yang

diperoleh tidak sama antara satu dengan yang lainnya (Widhi, 2011 :

24).

Gambar 2.24 Teknik Cetak Tinggi

25

Page 26: Laporan Sanggar Tari

b. Cetak Dalam (Grafure)

Adalah teknik cetak, dimana bagian yang akan dicetak dibuat tenggelam

pada bidang cetak. Bagian yang tenggelam tersebut akan menjadi tempat

tinta untuk dipindahkan ke media cetak. Bahan cetak yang biasa

digunakan adalah bahan yang mudah menyerap tinta (Widhi, 2011 : 24).

Gambar 2.25 Teknik Cetak Dalam

Prinsip kerja teknik ini adalah makin dalam paritnya, maka makin

banyak dapat menampung tinta, sehingga makin banyak tinta yang

akan pindah ke kertas dan makin tajam pula garis yang dihasilkan

pada gambar di kertas.

c. Cetak Datar (Offest)

Cetak datar merupakan teknik cetak di mana bagian yang mencetak

dan tidak mencetak sama tingginya atau sama datar. Prinsip cara kerja

teknik ini adalah tolak menolak antara minyak dengan air.

Bagian yang tercetak dan tidak tercetak terletak pada satu plat dan

dibedakan berdasarkan proses kimiawi. Perbedaan dasar antara proses

offset dengan proses cetak yang lain adalah:

1. Tinta (berbasis minyak) tidak bercampur dengan air

2. Pada awalnya tinta dipindahkan dari plat ke karet (blanket), setelah

itu karet akan melanjutkan tinta tersebut ke kertas yang akan dicetak.

Proses perpindahan tinta dari plat melalui blanket terlebih dahulu baru

ke kertas itulah yang menyebabkan teknik ini dinamakan offset (cetak

tidak langsung) (Kusrianto. 2007 : 131 dalam Haryanto, 2011 : 40).

26

Page 27: Laporan Sanggar Tari

Cetak datar memungkinkan untuk mencetak dengan jumlah yang

sangat banyak dari selembar plat tanpa merusak plat itu sendiri dan

mencetak pada segala macam kertas.

Gambar 2.26 Teknik Datar

d. Cetak Saring (Screen Printing)

Teknik cetak ini disebut juga silk screen printing, karena acuan cetaknya

berupa saringan yang terbuat dari sutra dan nilon yang memiliki lubang-

lubang halus. Teknik cetak saring merupakan teknik cetak yang

menggunakan alat screen (layar yang terbuat dari bahan sutra atau nilon

yang dipasang pada bingkai kayu) dan rakel (alat untuk mentransfer tinta

dari screen ke permukaan media cetak).

Cetak saring adalah perkembangan dari teknik sablon yang biasanya

untuk membuat motif tekstil atau membuat motif yang sama berulang-

ulang, di mana dalam pembuatannya diperlukan bahan-bahan cetak

seperti bahan afdruck, bahan penghapus dan bahan penguat. Cara kerja

teknik cetak saring adalah terlebih dulu dibuatlah film (mika / kalkir /

astalon) sebagai acuan cetak. Lalu dilakukan pemindahan film ke screen.

Selanjutnya, media cetak seperti kertas atau kain diletakkan di bawah

screen dan pada saat tinta disapu dengan rakel pada screen, tinta akan

menembus bagian-bagian screen yang berlubang sesuai dengan acuan

cetak tersebut dan cetakan pun dihasilkan (Kusrianto, 2007 : 133 dalam

Haryanto, 2011 : 42).

27

Page 28: Laporan Sanggar Tari

Gambar 2.27 Teknik Cetak Saring

2.2 Data faktual / lapangan

2.2.1 Nama produk / obyek

Nama dari objek yang diangkat sebagai kasus adalah sanggar tari Wit

Tonjaya. Sanggar tari Wit Tonjaya adalah sanggar tari yang terletak di

daerah Denpasar, tepatnya di jalan Gunung Agung gang II No. 5 Den-

pasar. Sanggar tari Wit Tonjaya memiliki pengajar yang berpengalaman

di bidang seni tari, banyak tari-tarian tradisional Bali yang di ajarkan di

sanggar tari Wit Tonjaya. Saat ini banyak sekali terdapat sanggar tari di

daerah Denpasar. Oleh karena itu, dalam persaingan usaha dibutuhkan

langkah-langkah promosi untuk memperkenalkan produk dan jasa yang

di tawarkan. Sebagai sanggar tari yang sudah lama berdiri maka sarana

promosi yang tepat merupakan langkah yang harus diambil demi

memajukan sanggar tari Wit Tonjaya supaya tidak kalah bersaing dengan

sanggar-sanggar tari yang lain.

2.2.2 Pengelola

Sanggar tari Wit Tonjaya dikelola langsung oleh pemilik (owner) sanggar

tari Wit Tonjaya yaitu bapak Komang Wardana beserta keluarga. Adapun

struktur kepengurusan sanggar tari Wit Tonjaya sebagai berikut :

28

Page 29: Laporan Sanggar Tari

(Gambar 2.28 Struktur kepengurusan sanggar tari Wit Tonjaya)

2.2.3 Lokasi

Sanggar tari Wit Tonjaya terletak di daerah Denpasar dan dikelilingi oleh

pemukiman warga yang cukup padat. Sanggar tari Wit Tonjaya terletak

di jalan Gunung Agung, gang II No. 5 Denpasar.

Denah sanggar tari Wit Tonjaya :

Gambar 2.29 Denah sanggar Tari Wit Tonjaya

2.2.4 Sarana komunikasi yang ada

Sarana media promosi sanggar tari Wit Tonjaya masih minim, sanggar

tari Wit Tonjaya masih mengandalkan papan nama yang ada di depan

sanggar tari Wit Tonjaya.

Papan Nama :

Menurut Sony papan nama adalah sebuah alat yg menujang dalam

penyajian sebuah pemasaran dan sebagai media iklan, untuk melihat

seberapa baiknya perusahaan itu dan seberapa baiknya nilai unsur

estetika dalam menciptakan ketertarikan customer, para menikmat, baik

buruknya jenis tempat dan dapat menseleraraskan dpt tempat tersebut.

(Gambar 2.30 Papan nama Sanggar tari Wit Tonjaya)

29

Page 30: Laporan Sanggar Tari

2.2.5 Aplikasi unsur-unsur desain komunikasi visual

Papan Nama Sanggar Tari Wit Tonjaya

Pada media papan nama menggunakan ilustrasi vektor, menampilkan

logo sanggar tari Wit Tonjaya. Teks bersifat informatif tentang sanggar

tari Wit Tonjaya. Warna yang digunakan dalam ilustrasi papan nama

sanggar tari Wit Tonjaya di dominasi warna merah pada logo, teks

menggunakan warna merah pada nama sanggar dan warna hitam serta

biru pada informasi sanggar tari Wit Tonjaya. Pada background meng-

gunakan warna kuning. Secara keseluruhan papan nama sanggar tari Wit

Tonjaya telah mengandung unsur-unsur desain meskipun belum

sempurna.

2.2.6 Material dan Teknik

Papan Nama

Bahan : Aluminium

Teknik Cetak : Digital Printing

2.2.7 Potensi kasus

Sanggar tari Wit Tonjaya layak untuk diangkat sebagai kasus karena

sanggar tari Wit Tonjaya merupakan sanggar tari yang mempunyai

pengajar-pengajar berpengalaman dibidang seni tari. Sanggar tari Wit

Tonjaya sering melakukan pentas dimana-mana. Melihat media komu-

nikasi yang digunakan, dirasa masih kurang mampu untuk mem-

promosikan sanggar tari Wit Tonjaya. Maka dari itu agar sanggar tari Wit

Tonjaya dapat dikenal oleh masyarakat luas, diperlukan media

komunikasi yang nantinya dapat mempromosikan sanggar tari Wit

Tonjaya.

2.2.8 Strategi pasar

Strategi pemasaran merupakan rencana yang dilakukan untuk tujuan

mempromosikan sanggar tari Wit Tonjaya. Untuk menunjang tujuan

mempromosikan sanggar tari Wit Tonjaya, dibutuhkan media komunikasi

30

Page 31: Laporan Sanggar Tari

visual sebagai tujuan mengkomunikasikan secara visual sanggar tari Wit

Tonjaya sebagai sarana informasi.

Adapun strategi promosi menurut Philip Kotler terdiri dari :

a. Dilihat dari segi produk / jasa

Sanggar tari Wit Tonjaya adalah tempat untuk mempelajari tentang

seni tari tradisional Bali. Oleh karena itu sanggar tari Wit Tonjaya

tidak memasarkan produk melainkan memasarkan jasa. Jasa untuk

mempelajari seni tari tradisional Bali.

b. Dilihat dari segi harga

Berkaitan dengan masalah harga, harga yang ditawarkan oleh sanggar

tari Wit Tonjaya untuk belajar seni tari tradisional Bali relatih murah.

Sehingga dapat bersaing dengan sanggar-sanggar tari lainnya.

c. Dilihat dari segi tempat

Pada umumnya daerah untuk memperomosikan sanggar tari Wit Ton-

jaya berada di daerah Denpasar. Untuk penempatan media promosi

akan diletakan di tempat-tempat umum dan sekolah-sekolah yang ada

di daerah Denpasar agar lebih tepat sasaran.

d. Dilihat dari segi promosi

Promosikan yang dilakukan adalah dengan memberika informasi yang

berkaitan dengan sanggar tari Wit Tonjaya secara lengkap dan jelas

bagi masyarakat luas. Agar masyarakat mengetahui kelebihan dari

sanggar tari Wit Tonjaya dibandingkan dengan sanggar-sanggar tari

lainnya yang ada di daerah Denpasar.

2.2.9 Target Segmentasi

Pada perancangan media komunikasi visual sanggar tari Wit Tonjaya,

Target segmentasi ditunjukan kepada masyarakat Denpasar pada

umumnya. khususnya pada usia remaja (3-20 tahun) yang berdasarkan

dari data yang telah diperoleh.

31

Page 32: Laporan Sanggar Tari

2.3 Analisa dan sintesa

2.3.1 Analisis teori

Teori-teori yang digunakan sebagai pedoman dalam perancangan

media promosi akan disesuaikan dengan media yang dirancang, seperti

teori tentang media dan unsur-unsur visualnya. Kemudian dinilai melalui

kriteria desain yaitu komunikatif, fungsional, informatif, etis, estetika,

dan kreatif. Teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar dalam peran-

cangan media komunikasi visual karena memiliki keterkaitan terhadap

objek yang diangkat, yaitu diterapkan pada perancangan media promosi

dengan menggunakan lambang-lambang yang berhubungan dengan seni

tari tradisional Bali, serta foto-foto sanggar tari yang menunjukkan

fasilitas dan kelebihan yang ditawarkan kepada masyarakat yang ingin

belajar tari tradisional Bali.

Sehingga mampu menarik minat para calon murid untuk berlatih

di sanggar tari Wit Tonjaya. Maka nantinya mampu menarik minat

masyarakat umum untuk belajar di sanggar tari Wit Tonjaya. Dengan

diterapkannya teori-teori tersebut pada perancangan media Komunikasi

visual sanggar tari Wit Tonjaya, diharapkan akan mendapatkan hasil

yang maksimal dengan terciptanya media promosi yang menarik dan

informatif.

2.3.2 Analisis faktual

Berkembangnya usaha dalam bidang jasa memang sangat

menguntungkan, tentunya hal inilah yang akan dicapai jika usaha yang

ditekuni telah sampai pada titik tertinggi. Menekuni suatu bidang usaha

jasa tidaklah mudah, butuh usaha yang ekstra keras untuk tetap eksis

dalam dunia persaingan. Seperti halnya, usaha dalam bidang jasa tempat

berlatih tari di jalan Gunung Agung II D no. 5 Denpasar. Berbagai cara

ditingkatkan guna mengikuti alur dan minat publik. Karena semakin hari

banyak bermunculan seperti tempat sejenis sehingga memberikan pilihan

32

Page 33: Laporan Sanggar Tari

bagi calon murid. Dalam usaha meme-nuhi keinginan itulah diperlukan

suatu media promosi guna menarik minat para calon murid.

2.3.3 Analisis wawancara

Guna memperkuat serta meyakinkan data-data yang diperoleh, penulis

juga melakukan wawancara dengan pengelola sanggar tari Wit Tonjaya,

yang tentunya ada kaitannya dengan penulisan. Diketahui bahwa satu hal

yang paling utama dalam usaha ini adalah bagaimana kita mampu

memberikan kenyamanan serta pelayanan sehingga para calon murid

dapat memilih tempat yang tepat untuk mereka berlatih.

2.3.4 Sintesa

Dengan mengandalkan kelebihan akan fasilitas yang ditawarkan

sanggar tari Wit Tonjaya siap bersaing dengan tempat usaha sejenis, serta

kenyamanan yang di berikan diharapkan mampu menarik lebih banyak

murid. Untuk itu, dalam upaya menarik banyak akan di buat media

promosi seperti Brosur, Flayer, X-Banner, T-Shirt dan Poster.

Adapun unsur-unsur desain komunikasi visualnya yang

digunakan dalam mewujudkan media di atas, antara lain :

1. Media :

Media yang akan dirancang antara lain Brosur, Flayer, X-Banner, T-

Shirt dan Poster.

2. Ilustrasi :

Menggunakan ilustrasi gabungan antara ilustrasi fotografi

dan ilustrasi vektor yang diolah melalui program komputer.

3. Warna :

Warna yang digunakan adalah warna merah,biru,dan kuning. warna ini

menjadi simbol, semangat, konservatif,optimis dan sesuai dengan

konsep yang di angkat, yang dapat menyampaikan kesan dan pesan

yang ingin ditampilkan melalui desain tersebut.

33

Page 34: Laporan Sanggar Tari

4. Huruf :

Jenis huruf yang digunakan jenis huruf sanserif (tak berkait)

yang sederhana dan lebih mudah dibaca dan sifat huruf ini kurang

formal.

5. Teks :

Teks berupa informasi yang singkat, jelas, komunikatif dan

informatif.

6. Ukuran dan Bahan :

Ukuran memakai satuan panjang cm dan di sesuaikan dengan

media promosi dan juga standar cetak kertas yang ada. Bahan

yang di gunakan sesuai dengan jenis media promosi.

7. Teknik cetak :

Teknik cetak yang di gunakan adalah Cetak Datar (Offest)

34

Page 35: Laporan Sanggar Tari

BAB III

35