Laporan Resmi Praktikum Farmakologi

download Laporan Resmi Praktikum Farmakologi

of 8

Transcript of Laporan Resmi Praktikum Farmakologi

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT

Nama Asisten :1. . 2. .

Disusun Oleh :Kelas Golongan Kelompok Nama 1. 2. 3. 4. . . . . :A : III : NIM .. .. .. ..

Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM 2010

I. Tujuan PercobaanMengenal mempraktekkan, dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya, menggunakan data farmakologi sebagai tolok ukurnya.

II. Dasar TeoriObat adalah segala senyawa kimia selain makanan yang mempunyai pengaruh terhadap atau menimbulkan efek baik secara psikologis maupun fisiologis pada organisme hidup dan dan dapat digunakan pada proses terapi. Umumnya, obat dapat bekerja menimbulkan stimulasi atau depresi aktivitas dan tidak menimbulkan suatu fungsi baru dari sel. Obat dapat dikatakan berkhasiat bila menimbulkan efek. Efek adalah perubahan fungsi struktur atau proses sebagai akibat kerja obat. Agar obat dapat menghasilkan efek,obat dengan jumlah yang cukup harus dapat mencapai organ target sehingga menimbulkan respon fisiologis maupun biokimia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fraksi dosis sehingga mencapai bidang aksinya antara lain tergantung pada sifat fisika-kimia obat serta cara dan jalur pemberian. Untuk mencapai efek farmakologis (efek sistemik) seperti yang diharapkan, obat dapat diberikan dengan berbagai cara. Antara lain melalui oral,subkutan, intramuscular, intraperitoneal, rectal,dan intravena. Masing-masing cara ini memiliki keuntungan dan kerugian tertentu. Suatu senyawa atau obat mungkin efektif jika diberikan melalui salah satu cara,tetapi tidak efektif bila diberikan dengan cara lain. Perbedaan ini salah satunya dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam kecepatan absorbsi pada tiap masing-masing cara tersebut yang kemudian dapat mempengaruhi efek farmakologi obat tersebut. Ada tiga fase yang menentukan terjadinya aktivitas biologis obat, yaitu : a. Fase Farmasetis Meliputi fabrikasi,pengaturan dosis,formulasi bentuk sediaan,pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya bahan aktif. Fase ini berperan dalam ketersediaan obat untuk dapat diserap kedalam tubuh. b. Fase Farmakokinetik Meliputi proses absorbs,distribusi,metabolisme dan eliminasi. Fase ini berperan dalam ketersediaan obat untuk mencapai jaringan sasaran atau reseptor sehingga dapat menimbulkan respon biologis. c. Fase Farmakodinamik Fase terjadinya interaksi obat reseptor dalam jaringan sasaran. Fase ini berperan dalam timbulnya respon biologis obat. Efek obat, kecepatan dan lama kerja obat dikontrol oleh empat proses dasar gerakan dan modifikasi obat didalam tubuh,yaitu : a. Absorbsi obat dari tempat pemberian memungkinkan masuknya obat tersebut kedalam plasma (input) baik secara langsung maupun tak langsung.

b. Obat tersebut secara reversible meninggalkan aliran darah dan menyebar kedalam cairan interstial dan intraseluler (proses distribusi) c. Obat tersebut bisa dimetabolisme oleh hati,ginjal atau jaringan lainnya. d. Obat dan metabolismenya dieliminasi dari tubuh (output) didalam urin, empedu atau tinja. Obat yang digunakan atau diberikan akan mengalaminbanyak proses didalam tubuh sebelum tiba pada sel target. Yang pertama terjadi adalah proses absorbsi yaitu transfer suatu obat dari tempat pemberian ke sirkulasi sistemik. Untuk pemberian secara intravena, absorbsi berjalan sempurna karena dosis total obat yang diberikan seluruhnya mencapai sirkulasi sistemik. Sedangkan pemberian dengan cara lain hanya bisa absorbsi parsial sehingga mengurangi ketersediaan hayati. Faktor absorbsi merupakan factor terpenting bagi obat untuk mencapai tempat aksinya dan menimbulkan efek farmakologis. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorbsi akan berpengaruh pada aktivitas obat dan dapat menyebabkan kegagalan pengobatan. Untuk dapat terabsobsi molekul obat harus dapat ,melewati berbagai macam membran. Mekanisme penetrasi molekul obat melalui membrane dapat terjadi dengan cara : a. Difusi Pasif Mekanisme perpindahan obat dari kompartemen berkonsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah. Mekanisme ini tak membutuhkan energy dan sebagian besar obat melewati membrane melalui mekanisme difusi pasif. b. Transport Aktif Perpindahan obat yang melawan gradient konsentrasi. Transport ini membutuhkan energy dan protein pembawa . Ada beberapa factor yang mempengaruhi proses absorbsi, antara lain : a. Kelarutan Obat Obat yang sukar larut dalam (dalam bentuk molekul utuhnya atau bentuk tak terion ) lebih mudah diabsorbsi oleh saluran gastrointestinal yang banyak tersususn oleh membrane lipid. b. Luas Permukaan Kontak Obat Semakin luas permukaan obat maka absorbs semakin cepat c. Bentuk Sediaan Obat Untuk mempercepat proses absorbs dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel obat,dan sebaliknya bila diinginkan proses absorbs lambat dapat digunakan obat bentuk kerja panjang. d. Kadar Obat Semakin tinggi kadar obat dalam larutan, maka semakin cepat obat diabsorbsi. e. Kemampuan Obat Berdifusi Melalui Membran f. Sirkulasi Darah Pada Tempat Absorbsi

Setelah proses absorbsi, obat akan mengalami proses distribusi. Yaitu proses suatu obat yang secara reversible meninggalkan aliran darah dan masuk ke cairan ekstra sel atau ke sel-sel jaringan. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi obat adalah : a. Aliran darah b. Permeabilitas kapiler c. Derajat ikatan obat dengan dengan protein plasma atau jaringan d. Hidrofobilitas dari obat itu Obat yang telah masuk kedalam interstium (cairan ekstra sel) atau ke sel-sel jaringan,maka dilanjutkan dengan proses metabolisme (biotransformasi). Metabolisme merupakan proses perubahan kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis. Hati merupakan tempat utama metabolisme lemak,terapi obat-obat tertentu bisa mengalami biotransformasi di dalam jaringanjaringan lainnya. Namun, metabolisme juga terjadi di ginjal,plasma dan selaput lendir usus.Metabolisme terjadi dalam dua fase. Fase pertama terjadi reaksi oksidasi,reduksi dan hidrolisa. Fase kedua terjadi reaksi konjugasi. Setelah melewati ketiga jalur tersebut,obat akan diekskresikan. Ekskresi merupakan perpindahan obat dari sirkulasi sistemik ke organ ekskresi.Obat akan diekskresikan dalam struktur yang tidak berubah atau sebagai metabolit dalam urin melalui ginjal. Proses ekskresi pada ginjal meliputi : a. Filtrasi Glomerulus ; dari fraksi obat yang tidak terikat protein dan plasma b. Sekresi tubuli aktif dari asam basa organik c. Reabsorbsi pasif dari obat yang larut dalam lipid Obat yang diekskresikan bersama feses berasal dari obat yang tidak diabsorbsi melalui pemberian oral, ataupun obat yang diekskresikan melalui empedu yang tidak di reabsorbsi dari usus. Obat juga diekskresikan melalui paru-paru, air ludah ,keringat dan air susu. Rute pemberian obat sangat ditentukan oleh sifat obat (antara lain kelarutan dalam lipid atau air,ionisasi,dan lain-lain) serta ditentukan oleh tujuan terapi ( untuk jangka panjang atu bersifat lokal ).Seperti kunci dan gembok, setiap obat memiliki reseptor yang spesifik.

Ada dua rute pemberian obat yang utama, yaitu :1. EnteralPada cara pemberian obat ini, obat akan melewati saluran pencernaan (gastro-intestinal) kecuali secara per-rektal. Cara ini meliputi : a. Per Oral

Merupakan cara pemberian obat melalui mulut. Cara ini paling umum dilakukan karena tergolong mudah, murah, dan relatif aman. Tetapi memerlukan jalan paling rumit untuk mencapai jaringan. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran pencernaan dan masuk kehati sebelum disebarkan kesirkulasi umum. Obat-obat per-oral diabsorbsi dengan lambat dan konsentrasi plasma obat dipengaruhi oleh kecepatan absorbs dan kecepatan eliminasi obat. Penggunaan obat melalui cara ini bertujuan untuk mendapatkan efek sistemik yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh. Kerugian dari penggunaan per-oral adalah beberapa obat akan mengalami pengrusakan oleh cairan lambung atau usus. Dan bagi pasien yang tidak memungkinkan untuk menelan ( seperti mual dan muntah ),koma, atau dikehendaki onset yang cepat ,penggunaan melalui rute ini tidak mungkin dilakukan. b. Sublingual Merupakan cara pemberian obat melalui perempatan dibawah lidah. Dengan cara ini, obat mengalami baypass (transport langsung) tidak melalui usus serta hati,tidak menglami inaktivasi oleh metabolisme. c. Rektal Merupakan cara pemberian obat melalui anus. Cara pemberian ini kurang menyenangkan namun mempunyai keuntungan dapat mencegah penghacuran obat oleh enzim,usus, atu PH rendah dilambung. Selain itu, cara pemberian ini berguna jika obat menginduksi muntah pada pemberian oral atau ketika pasien sedang muntah-muntah.

2. ParentalDIgunakan untuk obat daya absorbsinya rendah jika diberikan melalui saluran pencernaan dan untuk obat yang tak stabil dalam saluran pencernaan .Misalnya insulin. Cara ini juga memberikan kontrol paling baik terhadap dosis obat sesungguhnya yang dimasukkan kedalam tubuh. Cara pemberian parental diantaranya : a. Injeksi Keuntungan dari cara pemberian melalui injeksi yaitu : Efek lebih cepat dan teratur Dapat diberikan pada penderita yang tak kooperatif Berguna pada saat darurat Kerugiannya antara lain : Sukar dilakukan sendiri Dibutuhkan cara aseptis Menimbulkan nyeri Adanya bahaya penularan hepatitis serum Tidak ekonomis

Ada berbagai cara injeksi. Antara lain subkutan, intramuscular, intraperitonial, maupun intravena dan cara lainnya yang termasuk kedalam obat intravaskuler Intravaskuler Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik atas kadar obat dan sirkulasinya. Namun berbeda dari obat yang terdapat didalam saluran pencernaan. Obat-obat yang diinjeksikan tak bisa diambil kembali. Injeksi intravena beberapa obat bisa memajukan infeksi bakteri melalui kontaminasi sehingga mnyebabkan hemolisis atau reaksi toksik yang tak diinginkan karena pemberian yang terlalu cepat pada obat yang konsentrasinya tinggi ke plasma dan jaringan-jaringan. Untuk obat yang diberikan dengan intravena,onset obat cepat karena tidak melalui proses absorbs. Zat aktif langsung masuk keperedaran darah. Intramuscular Obat yang diberikan dengan cara ini dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus,sering berupa suspensi obat obat dalam vehikulum non-aqua seperti etilen glikol atau minyak kacang. Absorbsi obat-obat dalam bentuk larutan air berlangsung cepat,sedangkan absorbsi obat preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot,obat akan mengendap pada tempat penginjeksian. Kemudian akan melarut perlahan-lahan dan memberikan suatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang cukup lama. Subkutan Rute pemberian ini memerlukan absorbs lebih sedikit lebih lambing disbanding cara intravena. Cara ini mengurangi resiko yang berhubungan dengan injeksi secara intravascular. Pemberian obat secara subkutan meliputi bahanbahan padat seperti kapsul yang berisi kontrasepsi levo norgestrel yang di implantasi untuk aktifitasi jangka panjang. Intraperitonial Pemberian obat yang dimasukkan kedalam rongga perut yang permukaannya luas. Dalam pemberiannya jangan sampai masuk kedalam usus. Dari rongga perut ini obat akan diabsorbsi secara cepat. Hal ini karena pada rongga perut banyak terdapat pembuluh darah. Umumnya tidak dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan adhesi terlalu besar. b. Inhalasi Cara ini dapat digunakan pada obat yang berbentuk gas ataupun cairan yang mudah menguap, pada umumnya digunakan untuk anestesi umum atau dalam bentuk aerosol. Absorbsinya melalui sel epitel paru dan mukosa saluran napas. Keuntungannya,absorbs terjadi secaracepat serta terhindar dari first fast effect . Tetapi kerugiannya adalah metode ini memerlukan metode dan alat khusus,dosis sulit diatur dan dapat mengakibatkan iritasi sel epitel paru. c. Topikal

Digunakan pada kulit maupun mata. Jumlah obat yang diserap pada kulit tergantung luas permukaan dan kelarutan obat dalam lemak. Lapisan dermis permeable terhadap banyak zat,dapat berefek toksik pada insektisida dan organofosfat karena sangat larut dalam lemak.pemberian topical kulit bisa untuk terapi local maupun sistemik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat : Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau sistemik Onset yang dikehendaki (cepat atau lambat) Durasi yang diinginkan (lama atau pendek) Stabilitas obat dalam lambung atau usus Rasa yang diinginkan Kemampuan pasien dalam menelan obat Harga obat Parameter proses absorbsi obat dalam tubuh adalah onset dan durasi. Onset adalah waktu ketika obat mulai dimasukkan kedalam tubuh hingga menimbulkan efek farmakologi. Sedangkan durasi adalah waktu dari obatmulai berefek hingga efek tersebut hilang. Onset terkait dengan kecepatan absorbs dimana semakin cepat waktu onset,maka semakin cepat pula proses absorbs obat. Hal ini karena transfer obat dari tempat pemberian telah mengikuti aliran darah dan mencapai sel target hingga timbul efek. Sedangkan durasi berhubungan dengan metabolism obat. Semakin cepat durasi obat,maka semakin cepat obat tersebut di metabolism yang ditandai dengan hilangnya efek obat karena sebagian obat telah tereliminasi.