Laporan resmi Magnetik
-
Upload
mardianto-noor-rachmat -
Category
Documents
-
view
74 -
download
8
description
Transcript of Laporan resmi Magnetik
LAPORAN RESMI
MAGNETIC PARTICLE TEST
( UJI MAGNETIK PARTIKEL )
Disusun Oleh :
Farida Syaifurrohmah (6513040044)
Auladie Firdian M (6513040049)
Mardianto Noor Rachmat (6513040050)
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi discontinuity
bahan logam ferro pada permukaan atau discontinuity sub surface. Biasanya
pengujian ini dilakukan pada benda kerja pada semua tahapan produksi.
1.2 Dasar Teori
Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu
memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan
magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah
dari kutub selatan ke utara di dalam magnet.
1.2.1 Prinsip Dasar pengujian Magnetik Partikel
Spesimen atau benda uji tersebut dimagnetisasi dengan cara
memberikan arus listrik. Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada
benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda
potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah).
Pada daerah tersebut ditaburkan serbuk ferro magnetik. Selanjutnya serbuk
ferro magnetik tersebut akan mengikuti bagian yang cacat dari benda uji
tersebut.
Gambar 1.1. Garis Gaya
Magnet
SU
1.2.2 Jenis-jenis Magnet
a. Magnet permanen
Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika
dimagnetisasi maka bahan logam tersebut akan mampu mempertahankan
sifat magnetnya dalam jangka waktu yang lama (permanen).
b. Elektromagnet
Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro magnetik
yang jika diberikan arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi
magnet, tetapi jika pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat magnet
pada bahan tersebut akan hilang.
1.2.3 Metode Magnetisasi
1.1. Magnetisasi longitudinal :
Dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil.
Gambar 1.2. Magnetisasi Longitudinal
2.1. Magnetisasi Yoke
Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung kaki yoke
ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi.
3.1. Magnetisasi sirkular.
Magnetik sirkular terdiri dari :
a. Magnetik tak langsung, arus listrik dialirkan ke konduktor sentral.
Medan magnet mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya.
Current
Long Field
Current
Defect
b. Magnetisasi langsung, arus listrik dialirkan pada bahan yang akan
dimagnetisasi.
Benda
Gambar 1.4. Head Shut
c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetic dililiti dengan
logam tembaga kemudial dialiri arus listrik.
Gambar 1.5. Magnetisasi prod
a.2.4 Metode Pengerjaan Berdasarkan Waktu Magnetisasi
a. Medan Magnet Kontinyu :
Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan
pemberian serbuk ferromagnetik basah (suspensi) atau yang kering.
b. Medan Magnet sisa (residual) :
Partikel ferro magnetik (kering atau suspensinya) diberikan setelah
proses magnetisasi berakhir.
Gambar 1.3. Central Conductor
Deffect
Current Circular Field
I.2.5. Metode Pengaplikasian Partikel Ferromagnetik
a. Metoda Kering:
Partikel magnetik yang digunakan berupa bubuk kering. Metoda
ini digunakan pada permukaan benda uji yang kasar. Suhu kerja yang
baik yaitu pada suhu kamar 10oC hingga 55oC, metoda ini juga masih
dapat dilakukan pada suhu tinggi asalkan benda uji masih berwujud
padat. Metoda ini tidak cocok dilakukan pada suhu dingin karena serbuk
ferromagnetic akan lengket terkena embun. Warna partikel ferromagnetik
yang dipilih harus kontras terhadap benda uji. Bubuk diarahkan pada
lokasi yang diinginkan secara perlahan-lahan, sisa partikel yang berlebih
dihilangkan dengan air.
b. Metoda Basah:
Partikel magnetik yang digunakan dalam bentuk suspensi.
Metoda ini bisa digunakan pada metoda kontinyu maupun residual.
Metoda basah biasa digunakan pada permukaan benda uji yang halus.
Metoda ini cocok digunakan pada suhu dingin dan batas maksimalnya
adalah tidak boleh lebih dari batas akhir temperatur kamar, yaitu 55oC
karena suspensi akan mengalami penguapan jika suhu terlalu panas.
I.2.6. Teknik Inspeksi
a. Pemilihan Teknik Inspeksi
Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada
hal-hal sebagai berikut:
Kondisi Permukan Benda Uji :
Kasar : Metoda Kering
Halus : metoda Basah
Partikelnya:
Kering : Serbuk Kering
Basah : Suspensi
Warna serbuk partikelnya harus kontras
b. Prosedur Inspeksi
Persiapan Permukaan (Pre Cleaning)
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering
dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat menganggu
proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
Penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2)
Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka dilakukan
penyemprotan WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan mendeteksi adanya discontinuity. Karena warna dari
WCP 2 lebih kontras dari pada serbuk feromagnetig.
Magnetisasi Benda Uji
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat
menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik
tersebut akan mendetekasi adanya discontinuity pada benda uji tersebut.
Aplikasi serbuk magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan
pada benda uji. Bila permukaannya kasar, maka digunakan metode
kering yang menggunakan serbuk magnet kering. Apabila
permukaannya halus digunakan metode basah yang mana sebuk
magnetik yang digunakan berupa suspensi. Warna partikel serbuk
magnet yang digunakan harus kontras dengan permukaan benda ujinya.
I.2.7. Evaluasi
Pengevaluasian dimaksudkan untuk meneliti bentuk discontinuity
yang terdapat pada benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita
akan dapat menentukan apakah benda uji harus diperbaiki atau tidak.
I.2.8. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan
sisa sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak
akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan mnyulitkan
proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau
DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang
dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan
arus DC step down bolak-balik berulang dengan kontak langsung atau
kontaktor inti, kemudian arus dibalik dan dikecilkan secara berulang-ulang.
I.2.9. Pembersihan Setelah Inspeksi (Post Cleanig)
Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari
sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.
BAB II
METODOLOGI
2.1Alat dan Bahan
2.1.1 Alat:
1. Kain Lap
2. Yoke
3. Lampu
4. Sikat besi
5. Gause Meter
6. Light Meter (Lux meter)
7. Penggaris
8. Foto
Gambar 2.1. Spesimen/Benda Uji (Weld part) dan (Machine Process)
2.1.2 Bahan
1. Cleaner
2. White Contrast (WCP 2)
3. Wet partikel (7HF)
Gambar 2.2. Cleaner,WCP 2,7HF
2.2Prosedur Kerja
1. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu (Power
Lifting of Yoke) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773, 2), yaitu
untuk arus AC yoke harus mampu mengangkat beban seberat 4,5 kg (10 lb)
pada maximum pole spacing-nya. Apabila yoke masih dapat mengangkat
beban yang disyaratkan, maka yoke tersebut masih layak untuk digunakan.
Pengujian lifting power ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu satu tahun
sekali.
2. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang berupa
karat, lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan claner.
3. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara merata.
4. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering
5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi
material uji dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji yoke
ditempatkan pada posisi yang berbeda-beda sehingga tampak semua
discontinuity yang ada pada material uji tersebut baik crack yang ada di
permukaan maupun yang sub-surface.
Gambar 2.3. Proses magnetisasi
6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet particle
hingga tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.
7. Amati discontiniuity yang tampak dan catat.
8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah
evaluasi. Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan
menggunakan gause meter.
Gambar 2.4. Pengukuran dengan Gause Meter
9. Post Cleaning/pembersihan akhir
BAB III
ANALISA DATA
Analisa Data
Pada pengujian specimen dengan menggunakan magnetic partikel ini kami
menggunakan intensitas penerangan sebesar 167.1 fc. Intensitas penerangan ini
kami peroleh dengan menggunakan lampu philip 18 watt dan jarak antara lampu
dan material uji 20 cm. Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik
besi, dan selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana
arah medan magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan
dan mengarah dari kutub selatan ke utara di dalam magnet. Karena sifat itulah
maka muncul jenis pengujian bahan, yaitu Magnetic Particle Test.
Sedangkan prinsip dasar dari tes tersebut adalah specimen atau benda uji
dimagnetisasi dengan cara menggunakan alat Yoke yang dialiri arus listrik.
maka pada benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda
potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah). Pada
daerah tersebut disemprotkan suspensi ferro magnetic (visible 7HF). Selanjutnya
suspensi ferro magnetic tersebut akan mengikuti bagian yang cacat dari benda
uji tersebut .
Kebocoran medan ( flux leakage ) sebenarnya adalah garis-garis gaya
magnet yang meninggalkan komponen, bergerak melalui udara dari suatu kutub
ke kutub lain yang berlawanan muatan. Kebocoran medan ( flux leakage )
mengakibatkan munculnya kutub – kutub baru yang berlawanan dengan kutub
sebenarnya, sehingga diskontinuity dapat terlihat. Pada tempat dimana terjadi
kebocoran medan magnet, partikel besi akan tertarik dan membentuk suatu
indikasi diskontinuitas. Diskontinuitas bawah permukaan juga bisa terdeteksi
jika kebocoran medannya cukup kuat untuk menarik partikel besi, yaitu
maksimal 5 mm di bawah permukaan benda kerja.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan ditemukan discontinuity pada
specimen yang berupa garis dan discontinuity ini termasuk indikasi linier yang
relevan. Retakan terjadi karena ketidak sempurnaan pada proses pengelasan.
Jika sudah terjadi discontinuity yang berupa retakan pada material tersebut maka
tidak boleh digunakan lagi, untuk menghindari terjadinya kerusakan dan
kecelakan, yang akan berakibat fatal. Berikut Gambar 2.5 menunjukkan
specimen uji sebelum proses magnetisasi dan applied WCP-2 pada permukaan
specimen benda uji .Gambar 2.6 menunjukkan specimen sesudah proses
magnetisasi dan applied suspense (7HF)
Gambar 2.5 Specimen sebelum diuji
Gambar 2.6 Specimen sesudah diuji
gambar 2.7 Indikasi cacat pada specimen
Indikasi cacat
Indikasi cacat
Berikut di bawah adalah Tabel 2.1 menunjukkan tabel magnetic particle test :
Date : Selasa , 30 September 2014
Material : Specimen Uji
Reference : ASME B dan PV kode sect I ,V, VIII, DIV I dan DIV 2,ASME
B31,1 Latest Edition & Addenda
Lighting Equipment : lampu, lux meter, gauss meter
Light Intensity : lampu Phillips 18 watt dengan jarak ± 20 cm dengan intensitas
cahaya 106.1 fc
Tabel 2.1 Tabel Magnetic particle test
Equipment √ Yoke Prod Coil SN :
Particle type Dry √ Wet Fluorescent Colour contrast
Method √ Continuous Residual
Surface
Condition
√ Weld √ Machine Process Grind
…………
Range
√ Base Metal √ Weld Part
Edge Preparation Repair Weld
Back Chipping ……………….
Berikut di bawah adalah Tabel 2.2 table indikasi yang muncul pada specimen uji :
Tabel 2.2 Tabel indikasi Specimen Benda 1
No Part/item Size of defect (mm)Result
RemarkAccepted Reject
1 Linear 1 3.5 x 0.5 -
Karena panjang
dari linearnya
lebih dari 1.6
mm
2 Linear 2 28 x 0.5 -
3 Linear 3 34 x 0.5 -
4 Linear 4 13 x 0.5 -
5 Linear 5 17.5 x 0.5 -
6 Linear 6 17 x 0.5 -
7 Linear 7 13 x 0.5 -
8 Linear 8 18.5 x 0.5 -
9 Linear 9 6 x 0.3 -
10 Linear 10 12 x 0.3 -
11 Linear 11 19 x 0.5 -
12 Linear 12 20 x 0.5 -
13 Linear 13 7 x 0,5 -
14 Linear 14 9.5 x 0.5 -
15 Linear 15 22 x 0.5 -
16 Linear 16 15 x 0.5 -
17 Linear 17 8 x 0.5 -
18 Linear 18 21 x 0.5 -
19 Linear 19 13 x 0.5 -
20 Linear 20 12 x 0.3
Tabel 2.23 Tabel Indikasi Specimen Benda 2 (Roda Gerigi)
No Part/item Size of defect (mm)Result
RemarkAccepted Reject
1 Linear 1 42.5 x 0.3 -
Karena panjang
dari linearnya
lebih dari 1.6
mm
4.6 Kesimpulan
Menurut standard ASME VIII DIV 1 yang telah ditentukan material dapat
diterima apabila bebas dari :
1. Linier indicaton yang relevant, panjangnya lebih dari tiga kali lebarnya.
2. Rounded indication yang relevant, panjangnya lebih dari 5 mm.
3. 4 atau lebih indikasi rounded yang relevan terletak dalam satu garis dengan jarak
kurang dari 1.5 mm atau 1
16inc h es .
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka material yang berbentuk
Weld part, ini direject karena pada material ditemukan adanya indikasi linear
yang relevan. Retakan (crack) yang timbul pada material terjadi karena
ketidaksempurnaan pada proses pengelasan.
Karena terlalu banyak discontinuity, maka specimen tidak dapat digunakan
dan tidak memerlukan proses demagnetisasi. Sebab, jika diperbaiki akan
membutuhkan biaya yang lebih besar oleh karena itu specimen tidak digunakan
(dibuang). Jika dibiarkan saja dan masih digunakan, maka dikhawatirkan
pengelasan tersebut akan patah.
4.7 Saran
Untuk praktek yang lebih baik kedepannya, disarankan :
1. Untuk kesehatan dan keselamatan kerja, sebaiknya menggunakan masker ketika
praktek.
2. Meja untuk praktikum dibuat lebih besar, sebab meja untuk praktikum terlalu
kecil dan membuat penguji sulit bergerak dan penyangga kaki meja tidak kuat.
3. Untuk langkah kerja post cleaning supaya tetap dilakukan meskipun benda uji
atau specimen ditolak (dibuang), sebab benda uji atau specimen tersebut akan
digunakan kembali untuk praktikum.