Laporan Refluks biota laut Fix

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia) (Reina,2004). Kondisi alam dan iklim yang tidak fluktuatif, menjadikan Indonesia mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar, walaupun belum terdayagunakan. Mengingat prospek ekonomi yang besar dari sumber sumber hayati di laut sebagai bahan obat-obatan itu, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menjadikan bioteknologi kelautan sebagai progam unggulan sejak tahun 2002. Bioteknologi kelautan yang berkembang pesat bertujuan memanfaatkan biota laut, salah satunya dengan ekstraksi senyawa bioaktif sebagai obat-obatan dan bahan farmasi (Dahuri, 2005). Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara membuat obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan hewan dan tanaman yang berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal ataupun disintesis. Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan apa yang ada di dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Salah satu caranya

description

laporan refluks

Transcript of Laporan Refluks biota laut Fix

Page 1: Laporan Refluks biota laut Fix

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas perairan laut

sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia) (Reina,2004).

Kondisi alam dan iklim yang tidak fluktuatif, menjadikan Indonesia

mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang

sangat besar, walaupun belum terdayagunakan.

Mengingat prospek ekonomi yang besar dari sumber sumber hayati di

laut sebagai bahan obat-obatan itu, Departemen Kelautan dan Perikanan

(DKP) menjadikan bioteknologi kelautan sebagai progam unggulan sejak

tahun 2002. Bioteknologi kelautan yang berkembang pesat bertujuan

memanfaatkan biota laut, salah satunya dengan ekstraksi senyawa bioaktif

sebagai obat-obatan dan bahan farmasi (Dahuri, 2005).

Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara

membuat obat sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan hewan

dan tanaman yang berkhasiat obat untuk dijadikan obat herbal ataupun

disintesis.

Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan

apa yang ada di dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Salah satu

caranya adalah memalui ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak yang nantinya

akan mempermudah proses identifikasi.

Untuk itu pada praktikum ini dilakukan percobaan ekstraksi dengan

metode ekstraksi refluks dan cairan penyari yang sesuai untuk mendapatkan

ekstrak dari sampel Bintang Laut (Linckia laevigata) dan kemudian di

identifikasi dengan cara KLT (Kromatografi Lapis Tipis).

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah:

- Mengetahui cara ekstraksi Bintang Laut (Linckia laevigata) dengan

metode refluks.

Page 2: Laporan Refluks biota laut Fix

2

- Mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam Bintang Laut

(Linckia laevigata) dengan metode refluks.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

- Menentukan cara ekstraksi Bintang Laut (Linckia laevigata) dengan

metode refluks.

- Menentukan senyawa kimia yang terkandung dalam Bintang Laut

(Linckia laevigata) dengan metode refluks.

Page 3: Laporan Refluks biota laut Fix

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Ruang lingkup fitokimia, suatu bagian ilmu pengetahuan alam,

diartikan secara berbeda-beda. Istilah fitokimia (dari kata “phyto” =

tanaman). Dari maknanya dapat ditafsirkan bahwa fitokimia menguraikan

aspek kimia suatu tanaman. Sementara itu, penyelidikan tentang kehidupan

tanaman secara kimia merupakan tugas dari biokimia. Dengan demikian

fitokimia berarti kimia suatu tanaman, jadi meliputi dari biokimia sehingga

dinyatakan juga sebagai biokimia tanaman.

Kajian fitokimia meliputi (Sirait, 2007) :

1. Uraian tentang isolasi dan konstitusi senyawa kimia dalam tanaman.

2. Perbandingan struktur senyawa kimia tanaman; berdasarkan definisi ini

dilakukan penggolongan senyawa kimia yang ditemukan di alam.

3. Perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis

tanaman atau penelitian untuk pengembangan senyawa kimia dalam

tanaman.

Fitokimia tidak hanya meliputi tentang tanaman tetapi juga dengan

hewan biota laut. Fitokimia pun mempunyai peran dalam penelitian obat yang

secara khusus dibahas dalam farmakoterapi, demikian pula dengan

farmakognosi. Pada umumnya dalam buku farmakognosi dibagian utamanya

diuraikan tentang senyawa kimia tanaman yang penting sebagai obat dan

uraian botanis tentang tanaman yang mengandung senyawa kimia berkhasiat

(Sirait, 2007).

Biota Laut

Biota laut adalah berbagai jenis organism hidup di perairan laut yang

menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan

biota laut yang mampu mensintesa zat organic baru dari zat anorganik, kedua

adalah konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organic dari

luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah produsen merupakan

biota laut yang tidak mampu menelan zat organic dalam bentuk butiran, tidak

mampu berfotosintesis namun mampu memecah molekul organic menjadi

lebih sederhana (Dahuri, 2005).

Page 4: Laporan Refluks biota laut Fix

4

Ekstraksi

Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan atau penyarian

komponen kimia dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu.

Dimana ekstraksi ini bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat

dalam simplisia atau sampel. Ekstraksi dapat kita lakukan pada sampel yang

berasal dari tumbuhan atau tanaman, hewan dan mineral atau pelican (Dirjen

POM, 1995).

Dalam farmakope IV ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh

dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisisa diperlakukan

sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Sirait, 2007).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa

komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi

pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi

(Sutriani, 2008):

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari

organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat

diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses

atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,

misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia

sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.

Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk

senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini

diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok

senyawa kimia tertentu

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan

tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional

Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang

Page 5: Laporan Refluks biota laut Fix

5

dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat.

Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian

ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk

memvalidasi penggunaan obat tradisional.

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan

cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam prog skrining) dapat timbul

jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara

acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui

adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus. Proses

pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut

organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di

luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini

akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi

cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

2.2 Refluks

Metode refluks adalah metode ekstraksi komponen dengan cara mendidihkan

campuran antara contoh dan pelarut yang sesuai pada suhu dan waktu tertentu.

Serta uap yang terbentuk diembunkan dalam kondensor agar kembali ke labu

reaksi. Pada umumnya metode refluks digunakan untuk ekstraksi bahan-bahan

yang sulit dipisahkan. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka

pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai (Sirait, 2007).

Prinsip dari metode refluks adalah Penarikan komponen kimia yang

dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat

bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan

penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan

penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari

kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya

berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,

penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.Keuntungan dari metode ini adalah

digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur

kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini

Page 6: Laporan Refluks biota laut Fix

6

adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah

manipulasi dari operator (Harbone, 1987).

Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau

bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan

batang magnet stirer setelah kondensor pendingin air terpasang, campuran

diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai dengan reaksinya.

Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau pasir sesuai

dengan kebutuhan reaksi. Gas N2 ¬ dimasukkan pada salah satu leher dari

labu bundar, berikiut ini adalah gambar dari rangkaian alat refluks :

Gambar 1. Rangkaian alat refluks

Keterangan alat beserta fungsinya :

1. Labu dasar bulat : Sebagai tempat zat cair dipanaskan

2. Kondensor spiral : Mendinginkan uap larutan

3. Kassa asbes : Untuk meratakan panas

4. Pembakar Bunsen : Untuk memanaskan larutan dalam labu dasar bulat

5. Kaki tiga : Untuk menyangga labu dasar bulat, kondensor saat

proses pemanasan

6. Statif : Untuk menyangga kondensor dan labu dasar bulat

7. Klem : Untuk menahan kondensor spiral dan labu dasar

bulat

Page 7: Laporan Refluks biota laut Fix

7

8. Selang masuk : Sebagai penghubung air masuk dari sirkulator

menuju kondensor

9. Selang keluar : Sebagai penghubung keluarnya air dari kondensor

menuju ember

10. Sirkulator : Alat untuk mensirkulasikan air

11. Batu didih : Alat untuk mencegah terjadinya bumping

2.3 Uraian Bahan

1. Etanol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aethanolum

Sinonim : Etanol, alcohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut

menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar

pada lidah.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk jauh dari nyala api.

Khasiat : Sebagai antiseptic

Kegunaan : Bakteriostatik

2. Bintang laut

a) Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Asteroidea

Ordo : Valvatida

Famili : Ophidiasteridae

Genus : Linckia

Spesies : Linckia laevigata

Page 8: Laporan Refluks biota laut Fix

8

b) Morfologi

Bintang laut berbentuk simetris radial, berwarna biru, permukaan

bagian bawahnya memiliki kaki tabung, yang masing-masing dapat

bertindak sebagai cakram penyedot. Bintang laut mengkoordinasikan

kaki tabungnya untuk menempel pada bebatuan dan atau untuk

merangkak secara perlahan-lahan, sementara kaki tabung (Dahuri,

2005).

c) Habitat

Bintang laut hidup di dasar laut, bentuknya mengikuti kontur

permukaan bebatuan. Pada umumnya hewan ini selalu menempati

daerah yang digenangi air. Pada beberapa habitat yang mengalami

kekeringan pada saat air surut, terjadi beberapa penyesuaian, antara

lain pembenaman diri dalam pasir (Dahuri, 2005).

d) Prosedur Keja

Pertama- tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Kemudian dihaluskan sampel bintang laut, setelah itu ditimbang

sampel sebanyak 30 g dengan menggunakan neraca mekanik.

Kemudian diukur etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan

gelas ukur, setelah itu dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat

sebanyak 30 g dan dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam

labu alas bulat. Sebelum diletakkan diatas hot plate dan alat refluks

dirangkaikan, ditambahkan terlebih dahulu cairan penyari etanol

sebanyak 250 mL kedalam labu alas bulat. Dan setelah itu diletakkan

diatas hot plate dan alat refluks dirangkaikan. Kemudian dilakukan

penyarian dengan menggunakan metode refluks selama ± 3 jam,

setelah itu sampel disaring menggunakan kain putih dan ditampung

dalam mangkuk. Kemudian dimasukkan kedalam lemari asam dan

diuapkan, setelah itu ekstrak yang diperoleh ditimbang dan

dimasukkan dalam botol vial dan terakhir dilakukan identifikasi

senyawa dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis

(KLT) dengan menggunakan eluen polar dan non polar dengan

penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4 10%.

Page 9: Laporan Refluks biota laut Fix

9

BAB IIIMETODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Cawan porselin

2. Gelas ukur

3. Hot Plate

4. Kondensor

5. Labu alas bulat

6. Lemari asam

7. Mangkuk

8. Neraca mekanik

9. Plat kaca

10. Sendok tanduk

3.1.2 Bahan

1. Aluminium foil

2. Bintang laut

3. Etanol

4. Kain putih (penyaring)

5. Kelereng

6. Lap kasar

3.2 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dihaluskan sampel bintang laut

3. Ditimbang sampel sebanyak 30 g dengan menggunakan neraca

mekanik

4. Diukur etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan gelas ukur

5. Dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat sebanyak 30 g

6. Dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam labu alas bulat

7. Ditambahkan cairan penyari etanol sebanyak 250 mL kedalam labu

alas bulat

8. Diletakkan diatas hot plate dan alat refluks dirangkaikan

Page 10: Laporan Refluks biota laut Fix

10

9. Dilakukan penyarian dengan menggunakan metode refluks selama

± 3 jam

10. Sampel disaring menggunakan kain putih dan ditampung dalam

mangkuk

11. Dimasukkan kedalam lemari asam dan diuapkan

12. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dimasukkan dalam botol vial

13. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar

dan non polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi

H2SO4 10%

Page 11: Laporan Refluks biota laut Fix

11

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

4. 1.1 Tabel

Metode ekstraksiBerat Sampel (g)

(Bintang Laut)

Volume Pelarut (mL)

(Ethanol)

Refluks 30 g 250 mL

4. 1.2 Gambar

4. 2 Pembahasan

Pada praktikum ini, kami akan mengekstraksi sampel berupa Bintang

laut (Linchia laevigata) dengan menggunakan metode ekstraksi refluks.

Dengan tujuan untuk mengambil atau memperoleh senyawa kimia dalam

Gambar 1Sampel Bintang Laut

Gambar 2Rangkaian Alat Refluks

Gambar 3Ekstrak Bintang Laut

Page 12: Laporan Refluks biota laut Fix

12

sampel Bintang laut (Linchia laevigata) dengan cara metode ekstraksi

refluks.

Menurut Bengen (2004) Bintang laut atau kijang biru adalah bintang

laut yang berlengan lima yang sering dijumpai di daerah terumbu karang,

berukuran besar dan memiliki warna biru yang sangat menyolok, tiap

tangannya berbentuk memanjang hingga 15 cm atau lebih.

Menurut Depkes RI (2000) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut

pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

yang ralatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Menurut Depkes RI (1986) Refluks merupakan metode ekstraksi

secara panas dan cocok untuk sampel mempunyai tekstur keras serta fungsi

pemanasan menurut Permana (2011) yaitu untuk mempercepat reaksi-reaksi

senyawa organik sebab pada umumnya reaksi-reaksi senyawa organik akan

lambat maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan

akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi.

Menurut Anneahira (2007) Bintang laut merupakan biota laut yang

memiliki tubuh yang keras dan berduri karena keleseluruhan kulit yang

dilapisi oleh zat kapur. Dalam hal ini bintang laut merupakan biota laut yang

memiliki tekstur badan yang keras dan cocok untuk diekstraksi dengan

menggunakan refluks.

Adapun syarat lain menurut Hegaparamasatya (2011) sebelum

memulai ekstraksi dengan menggunakan refluks harus diperhatikan, yang

pertama yaitu jumlah simplisia yang akan diekstrak harus tidak bisa

melewati volume labu alas bulat, yang kedua derajat kehalusan simplisia,

semakin halus, maka luas kontak permukaan semakin besar dan ekstraksi

akan semakin optimal. Tetapi karena refluks menggunakan pemanasan,

maka akan mempermudah pelarut mengekstrak sampel dengan tekstur yang

keras. Yang ketiga jenis pelarut yang digunakan, karena kita belum

mengetahui kepolaran senyawa kimia sampel, maka dalam hal ini

menggunakan pelarut semi polar yang bersifat multifungsi (larut dalam

senyawa polar dan non-polar). Yang ke-empat ketoksisikan dari pelarut,

pelarut yang digunakan jangan beracun atau toksik, dan ramah lingkungan

Page 13: Laporan Refluks biota laut Fix

13

misalnya etanol 96%. Yang kelima dimana pelarut mudah dihilangkan dari

ekstrak, dengan tujuan untuk cepat memperoleh ekstrak kental. Dan yang

terakhir adalah suhu. Dimana refluks dilakukan dengan menggunakan alat

destilasi, dengan merendam simplisia dengan pelarut/solven dan

memanaskannya hingga suhu tertentu.

Dalam mengekstraksi sampel dengan menggunakan metode refluks,

terdiri atas tiga tahap. Tahap awal yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan, untuk alat dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%, agar

terhindari dari bakteri atau zat pengotor lain yang akan mempengaruhi hasil

akhir pada ektraksi.

Tahap kedua, Simplisia ditimbang sebanyak 50 gram dengan

menggunakan neraca O’hauss dan dimasukan kedalam kedalam labu alas

bulat yang telah terisi etanol 96% sebanyak 250 mL dan batu

didih/kelereng.

Tujuan penggunaan batu didih/kelereng menurut Dehandriana (2012)

untuk mempercepat proses pendidihan dengan menahan tekanan atau

menekan gelembung panas serta meratakan panas.

Kemudian dirangkai alat refluks dengan sesuai. Usahakan jalur air

masuk dan keluar pada bagian refluks dalam keadaan normal yaitu dimana

aliran air keluar berbanding lurus dengan aliran masuk pada alat refluks ,

agar proses refluks berjalan dengan baik.

Tahap ketiga, dinyalakan hot plate dengan suhu yang sesuai dan

ditunggu sampel terkestraksi sempurna dengan kurun waktu ± 3 jam atau

hingga pelarut turun kedalam labu alas bulat berwarna jernih.

Setelah itu maserat yang bercampur dengan sampel disaring dengan

penyaring yang sesuai dengan tujuan untuk memisahkan maserat dan

sampel yang tidak hancur selama proses ektraksi.

Kemudian dimasukan kedalam wadah atau mangkok kaca bening dan

ditutupi dengan aluminium foil yang telah dilubangi, dengan tujuan

mepercepat proses penguapan, dan dievaporasi dengan menggunakan cara

manual, yaitu dimasukan pada lemari asam ± 24 jam. Tujuan evaporasi

untuk mendapatkan ekstrak kental.

Page 14: Laporan Refluks biota laut Fix

14

Berdasarkan teori menurut Hegapramasatya (2011) Ekstrak kental

ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan dan

pelarut dalam ekstrak sudah konstan. Selain itu ekstrak yang dihasilkan

dalam skala lab atau industri harus merupakan ekstrak yang sudah terstandar

sesuai dengan ketentuan yang berlaku (mengacu pada MMI atau kompendia

yang lain seperti Farmakope). Komponen standardisasi ekstrak meliputi

pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas, pemeriksaan pengotor/

zat asing organik dan anorganik, penentuan susut pengeringan dan

kandungan air, penentuan kadar abu, penentuan kadar serat, penentian kadar

komponen terekstraksi (kadar sari), penentuan kadar bahan aktif/ senyawa

penanda, penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri patogen, dan

pemeriksaan residu pestisida.

Setelah itu, ekstrak kental dimasukan kedalam botol vial, untuk

digunakan ke proses tahap berikutnya yaitu KLT (Kromatografi Lapis

Tipis).

Page 15: Laporan Refluks biota laut Fix

15

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Cara mengesktraksi sampel Bintang Laut (Linckia laevigata) adalah

dengan cara pengekstrasian menggunakan metode ekstraksi refluks yang

merupakan metode ektrasi dengan cara pemanasan secara langsung

dimana sampel dan cairan penyari dimasukkan secara bersamaan ke dalam

labu alas bulat selama 2-4 jam sampai proses penyarian atau penarikan

senyawa bioaktif terjadi secara sempurna.

2. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam sampel Bintang Laut (Linckia

laevigata) adalah senyawa yang bersifat antioksidan.

5.2 Saran

5.2.1 Laboratorium

Adapun saran yang dapat kelompok kami berikan adalah mengenai

kelengkapan alat-alat laboratorium untuk lebih dilengkapi untuk

mengefisiensikan proses berjalannya praktikum agar praktikan lebih

efektif dalam melakukan praktikum.

5.2.2 Jurusan

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu agar lebih memperhatikan

sarana dan prasarana untuk mahasiswa farmasi sehingga mahasiswa

farmasi dapat belajar lebih nyaman dan efektif.

Page 16: Laporan Refluks biota laut Fix

16

DAFTAR PUSTAKA

Anneahira. 2007. Sistem Tubuh Bintang Laut. (Online : http://www.anneahira.com/bintang-laut.htm) diakses 20 November 2013

Bengen. D. G . 2004 ‘Pedoman Teknis Pengenalan Dan Pengelolaan Mangrove. PKSPL-IPB. Bogor.

Depkes RI. (1986). Sedian Galenik. Jakarta: Ditjen POM.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat jendral pengawasan obat dan makanan. Jakarta.

Dahuri R. 2005. Menggali Bahan Baku Obat di dalam Laut. Departemen Perikanan dan Kelautan. [Jurnal]. (diakses 8 November 2013,http://www/dkp )

Dehandirana. 2012. Ekstraksi lemak kasar (Online : http://www.dehandriana.blogspot.com) (diakses 15-11-13)

Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan Terbitan Kedua. Bandung: ITB

Putri P,T . 2012 . Destilasi Refluks. (Online : http://theprincess9208.wordpress.com/2012/11/20/destilasi-refluks/) diakses 20 November 2013.

Reina, 2004. Potensi dari Laut Belum dimaksimalkan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi: Jakarta.

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB