Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

31
BAB I PENDAHULUAN Searah dengan pembagian urusan kewenangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Kementerian Perumahan Rakyat melimpahkan sebagian urusan yang menjadi kewenangannya kepada Gubernur melalui kegiatan Dekonsentrasi. Untuk Tahun 2010 ini, kegiatan yang dilimpahkan tersebut meliputi kegiatan Pendataan dan Monitoring Pembangunan Perumahan dan Pemukiman, dan kegiatan Sosialisasi Kebijakan di Bidang Perumahan dan Pemukiman. Ketersediaan data sangat di perlukan khususnya dalam perencanaan dan penyiapan Kebijakan Pembangunan di Bidang Perumahan dan Pemukiman. Selama ini data yang tersedia belum sepenuhnya menunjang dan sangat terbatas. Undang–undang no. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman pada pasal 11 ayat (1) mengamanatkan bahwa pemerintah melakukan pendataan rumah untuk menyusun kebijaksanaan di bidang perumahan dan pemukiman. Kenyataan yang sering dirasakan di daerah adalah adanya persepsi yang berbeda diantara para pemangku kepentingan di dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan. Tidak jarang masalah ini menimbulkan kebingungan. Masalahnya terkadang bukan saja oleh persepsi yang berbeda tapi juga oleh karena ketidaktahuan akan kebijakan di bidang perumahan dan permukiman ini Umumnya permasalahan tersebut disebabkan oleh keterbatasan akses ke berbagai sumberdaya, cenderung menghasilkan perumahan yang tidak teratur dan kurang layak huni. Mengingat daerah kita merupakan daerah tertinggal, dengan komunitas penduduk tersebar di daerah pesisir pantai dan pengunungan, banyak hal yang dapat kita lakukan melalui monitoring dan pendataan kalau di bidang pembangunan perumahan dan permukiman ini kita ketahui. Karena itu Laporan Pendataan dan Monitoring 1

Transcript of Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

Page 1: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

BAB I

PENDAHULUAN

Searah dengan pembagian urusan kewenangan antara Pemerintah dan

Pemerintah Daerah, Kementerian Perumahan Rakyat melimpahkan sebagian urusan

yang menjadi kewenangannya kepada Gubernur melalui kegiatan Dekonsentrasi. Untuk

Tahun 2010 ini, kegiatan yang dilimpahkan tersebut meliputi kegiatan Pendataan dan

Monitoring Pembangunan Perumahan dan Pemukiman, dan kegiatan Sosialisasi

Kebijakan di Bidang Perumahan dan Pemukiman.

Ketersediaan data sangat di perlukan khususnya dalam perencanaan dan

penyiapan Kebijakan Pembangunan di Bidang Perumahan dan Pemukiman. Selama ini

data yang tersedia belum sepenuhnya menunjang dan sangat terbatas. Undang–

undang no. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman pada pasal 11 ayat (1)

mengamanatkan bahwa pemerintah melakukan pendataan rumah untuk menyusun

kebijaksanaan di bidang perumahan dan pemukiman.

Kenyataan yang sering dirasakan di daerah adalah adanya persepsi yang

berbeda diantara para pemangku kepentingan di dalam penyelenggaraan

pembangunan perumahan. Tidak jarang masalah ini menimbulkan kebingungan.

Masalahnya terkadang bukan saja oleh persepsi yang berbeda tapi juga oleh karena

ketidaktahuan akan kebijakan di bidang perumahan dan permukiman ini Umumnya

permasalahan tersebut disebabkan oleh keterbatasan akses ke berbagai sumberdaya,

cenderung menghasilkan perumahan yang tidak teratur dan kurang layak huni.

Mengingat daerah kita merupakan daerah tertinggal, dengan komunitas penduduk

tersebar di daerah pesisir pantai dan pengunungan, banyak hal yang dapat kita lakukan

melalui monitoring dan pendataan kalau di bidang pembangunan perumahan dan

permukiman ini kita ketahui. Karena itu akan membuka peluang dan kesempatan bagi

Pemerintah melalui Pemerintah Daerah untuk menata wilayah komunitas tersebut agar

pembangunan perumahan dan permukimannya tidak kumuh, tidak teratur dan tidak

layak huni. serta dapat didukung oleh sarana dan prasarana yang bermanfaat.

Selain itu dalam serangkaian proses pelaksanaan pembangunan perumahan

kegiatan monitoring merupakan salah satu tahap yang harus dilaksanakan agar

pelaksanaan pembangunan perumahan dapat terlaksanakan sesuai dengan kriteria dan

sasaran yang telah di tetapkan ,pendataan monitoring ini dilakukan di Provinsi Sulawesi

barat sesuai dengan program dari kementrian perumahan rakyat.

Laporan Pendataan dan Monitoring 1

Page 2: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

BAB II

PROFIL PERUMAHAN DI PROV/KAB/KOTA

2.1 Provinsi Sulawesi Barat

Provinsi Sulawesi Barat adalah pemekaran dari provinsi Sulawesi

selatan yang terbentuk berdasarkan undang – undang no 26 tahun 2004 pada 5

oktober 2004 sebagai provinsi yang ke–33 di Indonesia dengan 5 kabupaten, 69

kecamatan, 603 kelurahan/Desa, Luas wilayah darat : 16,990,77 km2, Luas

Perairan 20,342.00 km2 panjang pantai : 677 km’ Jumlah Pulau : 31 Pulau

Petani 61,57% Nelayan : 4,77%, Dengan ibu kota Mamuju dengan Jumlah

penduduk 1,158.336 jiwa, Strategi pembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui :

Pemenuhan kebutuhan dasar

Pengembangan SDM

Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam untuk menunjang

pembangunan secara berkelanjutan.

Pada dasarnya kondisi perumahan yang ada di Provinsi Sulawesi Barat

sangat bervariasi, hampir setiap perumahan yang ada mengikuti kondisi tofografi

masing – masing wilayah, seperti halnya yang ada di Kabupaten Polman dan

Kabupaten Majene mengikuti pola jalan yang membentang mengikuti bentangan

pantai, Namun perumahan yang berada di daerah yang tofografinya landai

biasanya membentuk suatu kawasan perumahan yang biasa di identikkan

dengan pola grid.

Untuk kondisi perumahan tiap – tiap kabupaten ; Kabupaten Mamuju

rumah yang tersedia 74,906 unit yang tidak layak huni 1100 unit, Kabupaten

Polman rumah yang tersedia 80,162 unit, yang tidak layak huni 9,122, jumlah

rumah yang tersedia di Kabupaten Mamuju Utara 32.830 unit dan jumlah rumah

tidak layak huni sebanyak 2.146 unit, sementara di Kabupaten Mamasa jumlah

rumah yang tersedia 24.460 unit dengan jumlah rumah yang tidak layak huni

sebesar 11.801 unit dari 30.911 KK, dan Kabupaten Majene dengan jumlah

rumah 38.690 unit

2.2 Kabupaten Mamuju

Kabupaten mamuju terletak pada Provinsi Sulawesi Barat pada Provinsi

Posisi 1308’110”-2054’552” Lintang Selatan dan 11038’47” - 1305’35” Bujur Timur

Laporan Pendataan dan Monitoring 2

Page 3: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

dari Jakarta ; (000’0” Jakarta = 160048’28” Bujur Timur Green Wich), Kabupaten

yang beribukota di Mamuju mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Mamuju

Sebelah Timur : Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan

Sebelah Selatan : Kab. Majene, Kab. Tana Toraja dan Kab. Mamasa

Sebelah Barat : Selat Makassar

Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 1602,812 Ha atau 8014,06 Km2

yang terbagi atas luas daratan 6,252.91 Km2 dan luas laut 1,761.25 Km2

memiliki jumlah penduduk Tahun 2009 sebesar 315. 053 jiwa dengan kepadatan

26,3 jiwa/Km2. Kabupaten Mamuju secara administrasi Pemerintahan terbagi

atas 16 Kecamatan, terdiri dari 142 Desa, 10 Kelurahan dan 2 UPT. Sementara

jumlah Rumah tangga pada tahun 2008 sebanyak 74,906 jiwa dengan luas

wilayah Permukiman 3.818,755 Ha2

Kondisi dan Tantangan

RTRW Belum ada

1. RDTR masih dalam bentuk Draf.

2. RP4D belum ada.

3. SPPIP belum ada

4. Dll

Rumah Tidak Layak Huni

Dari 6 kecamatan yang sudah di survey rata-rata 1100 rumah per kecamatan

namun selebihnya belum dilakukan pendataan

Estimasi berkisar 10-15 ribu unit rumah

Kondisi Eksisting Perumahan

Bangunan Rumah susun dan Tidak Bersusun

1. Rumah Tinggal : 71.161Unit

2. Rumah Campuran : 3745 Unit

Total : 74.906

Tipe Rumah

1. Rumah Sederhana : 552430

2. Rumah Menengah : 18.726

3. Rumah Mewah : 750

Total : 74.906

Jenis Bangunan Rumah1. Rumah Permanen ; 70.4112. Rumah Semi Permanen : 39703. Rumah Tidak Permanen ; 525Total : 74.906

Laporan Pendataan dan Monitoring 3

Page 4: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

2.3 Kabupaten Majene

`

Secara geografis kabupaten Majene kabupaten terletak antara 20038’45” -

30038’15” Lintang Selatan dan antara 118045’00” - 11904’45” BT. Kabupaten

Majene merupakan salah satu dari 5 kabupaten dalam wilayah Propinsi Sulawesi

Barat yang terletak di pesisir pantai barat propinsi sulawesi barat memanjang

dari selatan ke utara. Luas wilayah kabupaten Majene adalah 947,84 Km2 atau

5,6% dari luas Provinsi Sulawesi Barat, terdiri atas 8 Kecamatan dan 40

Desa/Kelurahan, dengan luas wilayah permukiman 2.616 ha2 atau 2,76% dari

luas wilayah Kabupaten Majene. Secara administratif Kabupaten Majene

berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten mamuju

Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Polewali mandar dan Mamasa

Sebelah Selatan Berbatasan dengan teluk Mandar

Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Kabupaten Majene pada akhir tahun 2009 memiliki jumlah penduduk

sekitar 148.647 jiwa yang terdiri dari 29.729 RT yang tersebar di kawasan

permukiman yang ada di Kabupaten Majene dengan pertumbuhan penduduk

sekitar 0,37 %/ tahun.

Kabupaten Majene pada lima tahun terakhir untuk sektor perumahan dan

permukiman mengalami berbagai peningkatan dan memunculkan berbagai isu

yang antara lain :

a. Isu kesenjangan Pelayanan

Isu ini muncul karena terbatasnya peluang untuk memperoleh pelayanan

dan kesempatan berperan dibidang perumahan dan permukiman, khususnya

bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Oleh

karenanya kedepan perlu dikembangkan kepranataan dan instrumen

penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang berorientasi kepada

kepentingan seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan sosial dan

berkelanjutan.

b. Isu Lingkungan

Isu lingkungan pada umumnya muncul karena dipicu oleh tingkat urbanisasi

dan industrialisasi yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya

teknologi yang kurang terkendali.

Laporan Pendataan dan Monitoring 4

Page 5: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

c. Isu Urbanisasi Urbanisasi muncul disentra-sentra pertumbuhan kawasan yang tumbuh

cepat dan merupakan tantangan bagi pemerintah baik pemerintah pusat

maupun daerah untuk menjaga agar pertumbuhannya lebih mereta dan

terkendali termasuk upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan

permukiman.

2.4 Kabupaten Polman

Kabupaten Polewali Mandar terletak ± 195 km’ sebelah selatan Mamuju

ibukota Sulawesi Barat atau ± 250 km, Sebelah Utara Kota Makassar Ibukota

Provinsi Sulawesi Selatan. Berada pada posisi 118040’27”-119032”27’ Bujur

Timur dan 02040”00’–3032’00” Lintang Selatan, dengan batas–batas administrasi

Sebagai Berikut :

Utara berbatasan dengan kabupaten Mamasa

Timur Berbatasan dengan Kabupaten Pinrang

Selatan Berbatasan dengan Teluk Mandar / Selat Makassar

Barat Berbatasan dengan Kabupaten Majene.

Luas Wilayah Kabupaten Polewali Mandar sekitar ± 2.022,30 km2 Secara

administratif terdiri dari enambelas kecamatan, Yaitu Kec. Tubbi Taramanu, Alu,

Limboro, Tinambung, Balanipa, Luyo, Campalagian, Mapilli, Matangnga,

Tapango, Wonomulyo, Matakali, Anreapi, Polewali, Binuang dan kecamatan

Bulo. Dari enam belas kecamatan tersebut Kecamatan Tubbi Tammaranu

adalah merupakan kecamatan wilayah terluas, yakni sekitar ± 356.95 Km2 atau

sekitar 17.38% dari luas wilayah kabupaten, sedangkan kawasan polewali

merupakan kecamatan yang mempunyai luas wilayah terkecil, yakni sekitar

1.02% dari luas wilayah kabupaten Polewali Mandar.

Kondisi topografi kabupaten Polewali Mandar relatif ekstrim, sebagian

besar wilayahnya (>78%) memiliki topografi berbukit atau bergunung kemiringan

antara 41 % sampai dengan 60%, serta sebagian diatas 60% sisanya memiliki

topografi datar atau landai dengan kelas lereng rata – rata 2%, yang luasanya

sekitar 38.300 hektar (18,505 dari total luas wilayah kabupaten)

Penduduk kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2009 jumlah

meningkat menjadi 373.263. Jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun

0,050%. Kecamatan Campalagian merupakan kecamatan dengan jumlah

penduduk terbesar yaitu 51.165 jiwa, Sedangkan yang terkecil adalah

kecamatan Matangnga yaitu sebesar 4.932 jiwa.

Laporan Pendataan dan Monitoring 5

Page 6: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

Kepadatan Penduduk rata – rata di kabupaten Polewali Mandar sebesar

185 jiwa per km2. Penduduk terpadat berada di kecamatan Polewali Mandar

1.844 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan

Matangnga yakni sebesar 21 jiwa/km2. Berdasarkan data badan pusat statistik

jumlah masyarakat berpenghasilan rendah di kabupaten Polewali Mandar

sebesar 33.977 KK,atau 79.375 % dari jumlah KK dikabupaten Polewali Mandar.

Program/Kegiatan Pembangunan Bidang Perumahan

Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S) Tahun

2008-2010

Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Kawasan Khusus Nelayan

Desa Tangngatangnga Tahun 2008 sebanyak 22 unit

Program Pembangunan Rumah Nelayan Ramah Bencana Tahun 2009

sebanyak 40 unit

Program Neighborhood Upgrading Shelter Sector Project Plus (NUSSP

PLUS) – New Site Developmrent (NSD) Tahun 2009

KPR bersubsidi dan KPR sederhana.

2.5 Kabupaten MamasaA. Gambaran Umum Kabupaten Mamasa.

Kabupaten Mamasa secara geografis terletak pada koordinat 20 40’ 00” –

30 12’ 00” Lintang Selatan dan 1190 00’ 49” – 1190 32’ 27” Bujur Timur. Luas

wilayah sekitar 3005,88 Km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2009

sebanyak 126.134 jiwa yang tersebar pada 17 kecamatan dan 178

desa/kelurahan.

Batas - batas wilayah kabupaten Mamasa adalah:

Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju

Sebelah Timur dengan Prov. Sulawesi Selatan (Kab. Tana Toraja)

Sebelah Selatan dengan Kab. Polewali Mandar

Sebelah Barat dengan Kab. Mamuju dan Kabupaten Majene.

B. Kebijakan Pembangunan Perumahan Kabupaten Mamasa

Berdasarkan Kekuatan, kelemahan, peluang, dan permasalahan yang

dihadapi oleh Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Mamasa,

ditetapkannlah Visi, Misi, dan Strategi Pemerintah Kabupaten Mamasa

Tahun 2008 - 2013, yaitu : “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Mamasa

Yang Madani Dalam Ikatan Kondosapata Wai Sapalelean”.

Laporan Pendataan dan Monitoring 6

Page 7: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

Makna dari konsep ini diangkat dari komitmen moral ikatan masyarakat

Kabupaten Mamasa yang oleh masyarakat Kabupaten Mamasa digelar

dengan “Bumi Kodosapata Wai Sapalelean” yang senantiasa

mengutamakan persatuan dan kesatuan dan mencegah perpecahan dalam

masyarakat. Komitmen kebersamaan ini tercermin dari semboyan: “mesa

kada dipotuo pantan kada dipomate” yang bermakna: bersatu kita teguh

bercerai kita runtuh”

Makna yang terkandung didalam visi di atas, adalah :

Kondosapata; mengandung makna masyarakat yang memiliki ikatan

yang sangat solit dalam mendorong terwujudnya ekonomi yang

bertumpuh kepada kepentingan masyarakat, sehingga tercipta

masyarakat yang memiliki kesejahteraan yang setaraf dan berkeadilan,

saling peduli dan saling mendorong serta mencegah timbulnya

kesenjangan ekonomi dalam suatu wilayah. Makna ini kita kenal dengan

masyarakat madani.

Wai Sapalelean; mengandung makna saling mempengaruhi, saling

memberi dorongan untuk maju secara bersama, tanpa ego lokal dan

generasi tetapi saling ketergantungan dan saling menerima antar

generasi. Makna ini dikenal dengan pembangunan berkelanjutan dan

berkeadilan.

Dalam rangka pencapaian visi tersebut di atas, maka di ditetapkan 4

(empat) Misi Pemerintahan, yaitu :

1. Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)

2. Mewujudkan Gerakan Pembangunan Berbasis Masyarakat

3. Mewujudkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah

4. Mewujudkan Peranan Agama, Norma, dan Budaya Dalam Kehidupan

Bermasyarakat

Untuk mencapai visi dan misi tersebut di atas Pemerintah menempuh 2

(dua) strategi pokok pembangunan, yaitu :

1. Strategi gerakan pembangunan terpadu. Strategi ini diarahkan pada

usaha perwujudan pembangunan ekonomi kerakyatan dengan

mengusahakan keserasian dan keselarasan antara pembangunan sektor

dan pembangunan wilayah melalui metode penetapan pusat-pusat

pertumbuhan.

Laporan Pendataan dan Monitoring 7

Page 8: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

2. Strategi gerakan pembangunan berbudaya. Strategi ini dilakukan melalui

pendekatan kultur sosial (Socio cultural) terhadap sumber daya yang

berada dalam masyarakat, baik sumberdaya alam (natural recources)

maupun sumber daya manusia (human recources). Selain itu strategi ini

diarahkan pada pendekatan berdasarkan pada kebutuhan dengan

harapan pembangunan akan membawah perubahan pengetahuan,

sikap, dan perilaku yang akan berdampak pada keberlanjutan budaya

masyarakat.

Sedang kebijakan umum yang akan dilaksakan dibidang

pembangunan perumahan dan permukiman adalah pembangunan

perumahan dan permukiman diarahkan pada penyediaan, dan peningkatan

serta pemeliharaan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman

dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan Masyarakat.

Selain itu juga beberapa tempat pemukiman masyarakat dapat

dikembangkan menjadi kawasan khusus, baik untuk kepentingan ekonomi

maupun kepentingan non ekonomi, yaitu :

1. Kawasan khusus pariwisata, yaitu perkampungan-perkampungan tradisinil

atau perkampungan Adat serta makam-makam tua (tradisionil).

2. Kawasn Khusus cagar budaya

3. Kawasan khusus laboratorium social

4. Kawasan khusus tertinggal terpencil

5. Kawasan khusus penelitian dan pengembangan sumber daya nasional

6. Kawasan khsus dampak/ pasca bencana.

2.6. Kabupaten Mamuju Utara

Kabupaten Mamuju Utara yang beribukota di Pasangkayu terletak di

bagian utara Provinsi Sulawesi Barat atau pada bagian barat dari Pulau

Sulawesi. Secara geografis terletak pada posisi : 00 40’ – 10 – 50”12” Lintang

selatan 1190 25” 26” – 1190 50”20” Bujur Timur dari Jakarta (00 0”0”Jakarta =

1600 48”28” Bujur Timur Green Wich). Kabupaten Mamuju Utara mempunyai

batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Donggala

Provinsi Sulawesi Tengah

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamuju

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Pada tahun 2008 ,dengan luas wilayah 304.375 Ha. Kabupaten Mamuju

Utara secara administrasi pemerintahan terbagi atas 12 kecamatan ,terdiri dari

Laporan Pendataan dan Monitoring 8

Page 9: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

63 desa. Kecamatan Baras merupakan kecamatan terluas dengan luas 43.343

Ha atau 14,24 persen dari seluruh luas wilayah kabupaten Mamuju Utara,

sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah kecamatan Sarjo dengan

luas 3.011 Ha (0,69). Kecamatan dengan jarak yang paling jauh dari ibukota

kabupaten adalah Kecamatan Duripoku, dengan ibukota Tammarunang,

mempunyai jarak sekitar 101 km dari Pasangkayu, sedangkan kecamatan yang

terdekat adalah Kecamatan Pedongga yang beribukota di Malei mempunyai

jarak sekitar 15 km dari Pasangkayu.

Rumah tangga menurut data statistik Kabupaten Mamuju Utara dalam

angka tahun 2009 adalah 32.830 sedangkan rumah tidak layak huni yang ada di

Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 2,146 kk

Kota Pasangkayu berdasarkan data kecamatan dalam angka dari jenis

bangunan dapat dilihat pada tebel di bawah ini :

No Jenis Bangunan RumahJumlahUnit

(1) (2) (3)1. Rumah Permanen 5942. Rumah Semi Permanen 7903. Rumah Tidak Permanen 2,555

Total 3,939

Pelaksanaan survei untuk mendapatkan data sekunder dan data primer

atau menguji validitas data. Pengumpulan data–data yang di butuhkan dilakukan

dengan chek list data maupun observasi lapangan.

BAB III

Laporan Pendataan dan Monitoring 9

Page 10: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

RANGKAIAN KEGIATAN

3.1 Rapat Kerja

Rapat kerja dilaksanakan untuk mempersiapkan penyelenggaraan acara

Konsinyasi, yang dilaksanakan oleh Tim pelaksana Konsinyasi pendataan dan

monitoring. Rangkaian pelaksanaan Rapat Kerja diisi dengan identifikasi bahan

dan rangkaian kegiatan persiapan yang perlu dilakukan, pembagian tugas bagi

setiap rangkaian penyiapan bahan dan kegiatan, dan monitoring serta evaluasi

perkembangan pelaksanaan tugas. Disamping itu dalam Rapat Kerja juga

dilakukan pengaturan jadwal kegiatan, pengaturan narasumber dan moderator,

serta persiapan gedung, konsumsi dan akomodasi, serta persiapan administrasi

peserta.

Guna persiapan pelaksanaan kegiatan konsinyasi pendataan dan

monitoring ini telah dilakukan Rapat Kerja sebanyak empat kali dengan waktu

sebagai berikut :

a. Rapat Kerja Pertama pada tanggal 02 September 2010 bertempat di Ruang

Rapat Bappeda Provinsi Sulawesi Barat dengan dihadiri oleh Tim Pelaksana

sesuai daftar hadir terlampir dengan agenda rapat persiapan pelaksanaan

berupa inventarisasi kebutuhan dan pembagian tugas.

b. Rapat Kerja Kedua pada tanggal 06 oktober 2010 dilaksanakan di Ruang

Rapat Bappeda Provinsi Sulawesi Barat dihadiri oleh keseluruhan Tim

Pelaksana dengan agenda rapat ke II untuk pemantapan persiapan kegiatan

pendataan monitoring pembangunan sesuai dengan pembagian tugas yang

telah dibagi pada rapat kerja pertama.

c. Rapat Kerja Ketiga pada tanggal 10 November 2010 dilaksanakan di Ruang

Rapat Bappeda Provinsi Sulawesi Barat dihadiri oleh keseluruhan Tim

Pelaksana dengan agenda rapat utama adalah Lanjutan persiapan evaluasi

pelaksanaan kegiatan Konsinyasi Pendataan dan Monitoring.

d. Rapat Kerja Keempat pada tanggal 30 November 2010 dilaksanakan di Ruang

Rapat Bappeda Sulawesi Barat dihadiri oleh seluruh tim pelaksana dengan

agenda rapat utama adalah Membahas tentang hasil pelaksanaan konsinyasi

3.2 Rapat Koordinasi

Guna memantapkan pelaksanaan kegiatan Konsinyasi Pendataan dan

Monitoring agar dapat berjalan dengan lancar maka perlu dilaksanakan Rapat

Koordinasi yang membahas persiapan pelaksanaan secara menyeluruh. Rapat

koordinasi ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 November 2010

Laporan Pendataan dan Monitoring 10

Page 11: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

bertempat di Hotel d”Maleo yang dihadiri oleh seluruh Tim Pelaksana. Dalam

Rapat koordinasi ini beberapa hal yang dibahas adalah sebagai berikut :

a. Mengecek pengiriman surat panggilan, konfirmasi, dan kesiapan kehadiran

peserta kabupaten;

b. Mempersiapkan petugas yang akan mengatur pembagian kamar peserta di

hotel tempat penginapan.

c. Mengecek surat pemberitahuan, kesiapan kehadiran, waktu kedatangan,

dan petugas penjemput narasumber dari Kementerian Perumahan Rakyat;

d. Mengecek penggandaan materi untuk peserta;

e. Mengecek persiapan kamar peserta, kamar narasumber, gedung tempat

acara, dan konsumsi acara;

f. Mengecek penggandaan panduan dan jadwal acara;

3.3 Asistensi/Konsultasi

Pelaksanaan Pendataan Monitoring ini sering melakkukan Konsultasi dengan

Kementerian Perumahan Rakyat dalam teknis pelaksanaan, mengenai

pengaturan jadwal, pembayaran honorarium dan pengaturan administrasi.

Konsultasi dilakukan melalui telepon, email dan pada saat acara pertemuan

yang diadakan oleh Kemenpera.

3.4. Pelaksanaan Pendataan dan Monitoring Supervisi I (3 - 4 September 2010, Penjelasan Ke tim Kabupaten Tentang

Kegiatan pendataan & monitoring) Koordinasi pelaksanaaan awal pendataan

dan monitoring

Supervisi II (9 - 10 Oktober 2010, pemantauan Kemajuan hasil pendataan dan

monitoring)

Supervisi III (11-12 November 2010, Finalisasi pendataan dan

monitoringdata/Rapat Tim Kabupaten )

3.5 Pelaksanaan Konsinyasi

Acara Konsinyasi Pendataan dan Monitoring yang di laksanakan pada

tanggal 25 s/d 27 November 2010 Hari Jumat – Sabtu di Hotel d”Maleo Jl. Yos

Sudarso No.51 Mamuju ,Sulbar .Peserta dari TIM Pelaksana Kegiatan

Konsinyasi Pendataan dan monitoring dari Kabupaten,Narasumber dari Tim

Provinsi dan Kemenpera dan cek in tgl 25 November 2010 jam 12.00 agenda

yang di bahas Hasil Pendataan dan Monitoring di tiap – tiap kabupaten .

waktu dan tempat,peserta ,narasumber/agendaacara

Laporan Pendataan dan Monitoring 11

Page 12: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

1. Akomodasi peserta

Peserta dan narasumber di berikan akomodasi di Hotel d”Maleo, menyatu

dengan tempat pelaksanaan Konsinyasi Pendataan dan Monitoring. Aula

tempat pelaksanaan sosialisasi terletak di lantai 2 Hotel d”Maleo. Suasana

hotel, baik kamar peserta maupun aula tempat Konsinyasi begitu tenang

karena aulanya menghadap ke pantai Mamuju, yang jalan disekitarnya

jarang dilalui kendaraan, sehingga suasananya tenang dan tidak ribut.

Kondisi kamar hotel yang ditempati para peserta juga memadai dilihat dari

fasilitas dan furniture yang ada di kamar.. Akomodasi narasumber

2. Peserta Konsinyasi Pendataan dan monitoring

Karena kegiatan ini adalah Konsinyasi pendataan dan monitoring di bidang

perumahan, maka yang diundang adalah para pejabat yang menjadi anggota

Tim Pendataan & Monitoring Provinsi dan Kabupaten sesuai SK Kepala

Bappeda Sulbar No 06. C / IV / Bappeda tanggal 19 April 2010.

3. Acara pembukaan dan Penutupan

Seremoni pembukaan dilaksanakan oleh Sekertaris Bappeda Provinsi

Sulawesi Barat, dan Penutupan dilakukan oleh Sekretaris Bappeda Provinsi

Sulawesi Barat. Acara Pembukaan dan Penutupan dapat dilaksanakan

dengan baik dan lancar.

4. Pelaksanaan Pemaparan hasil pendataan Tiap–tiap kabupaten hari

pertama. Pemaparan di hari pertama dilaksanakan setelah acara

pembukaanmalam hari tgl 25 November 2010 dan pagi hari tgl 26 November

2010 Dimulai sesi pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai sore hari.

Pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar.

5. Pelaksanaan kesepakatan hasil pendataan hari kedua

Kesepakatan hasil pendataan di hari kedua juga dapat dilaksanakan dengan

baik dan lancar dimulai dari pagi sampai siang hari, sampai acara

penutupan.

6. Narasumber

Seluruh Narasumber Konsinyasi pendataan dan perumahan ini berasal dari

Kementerian Perumahan Rakyat. Sangat dirasakan oleh Peserta, baik yang

berasal dari Provinsi maupun dari Kabupaten, bahwa para Narasumber

sangat memahami dan menguasai tujuan dari pemaparan tiap-tiap

kabupaten dari hasil pendataan daerahnya yang dibawakan. Wawasan para

narasumber juga cukup luas dalam memberi keterangan, penjelasan

maupun contoh-contoh terhadap hasil pendataan & monitoring yang

dibawakan. Sehingga para peserta dapat memahami dengan baik masukan

yang dibawakan oleh para narasumber.

Laporan Pendataan dan Monitoring 12

Page 13: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

7. Moderator

Para moderator yang terdiri dari tiga orang, berasal dari Pejabat Bappeda

Provinsi Sulawesi Barat. Keseluruhan moderator dapat menjalankan

tugasnya dengan baik, sehingga pelaksanaan pemberian materi dari sesi ke

sesi dapat berjalan dengan lancar. Kerjasama juga terjalin dengan baik

diantara moderator. Sehingga pelaksanaan keseluruhan kegiatan ini dapat

berjalan dengan baik dan lancar.

8. Pelaksanaan Diskusi dan tanya jawab.

Diakhir setiap sesi para narasumber memberi ruang dan waktu yang cukup

bagi para peserta, untuk mengajukan pendapat mengenai hal–hal yang

kurang jelas atau bentuk-bentuk kasus yang terjadi daerah masing-masing

peserta, untuk di konfirmasi atau minta penjelasan berdasarkan sudut

pandang kebijakan. Para peserta juga relatif dapat memanfaatkan waktu

diskusi ini dengan baik. Moderator dan narasumber juga dapat mengatur

pemberian waktu bertanya kepada para peserta dengan baik.

9. Administrasi peserta

Administrasi peserta baik berupa perlengkapan maupun pengaturan lainnya

seperti pengaturan kamar, registrasi, daftar hadir, uang saku, dan lainnya

dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini karena telah dipersiapkan dengan

baik jauh hari sebelumnya dalam beberapa rapat kerja dan dimantapkan

persiapannya dalam rapat koordinasi.

10. Konsumsi

Para peserta dan narasumber selama kegiatan berlangsung mendapatkan

konsumsi yang merupakan satu kesatuan anggaran kegiatan. para

narasumber dan para peserta memberikan apresiasi yang positif terhadap

konsumsi yang disiapkan oleh pihak hotel. Selama pelaksanaan berlangsung

tidak ada keluhan terhadap penyediaan konsumsi ini. Hal ini dikarenakan

penyediaan konsumsi dapat dilaksanakan tepat waktu, dengan menu variatif.

Laporan Pendataan dan Monitoring 13

Page 14: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

BAB IV

HASIL ANALISIS PENDATAAN DAN MONITORING

4.1 Provinsi Sulawesi Barat

Berdasarkan hasil pendataan & monitoring yg dilaksanakan di tingkat Provinsi

Sulawesi Barat, dapat disampaikan beberapa hal :

Pembangunan Perumahan memanfaatkan dana APBD/APBN

Belum pernah dilakukan survey kebutuhan rumah

Sulitnya penyediaan lahan bagi kawasan perumahan

Kurangnya kordinasi antara kelembagaan yang terkait

Belum adanya perangkat hukum yang mengatur pelaksanaan pembangunan

perumahan bagi para stakeholders

Pemerintah Provinsi belum pernah melakukan survai kependudukan untuk

mengetahui kebutuhan akan perumahan?

kondisi penyediaan infrastruktur jaringan sarana dan prasarana umum (air

bersih, listrik, akses jalan) pada kawasan perumahan dan permukiman belum

memadai.

4.2 Kabupaten Mamuju

Analisis Program BSP2S

Untuk memenuhi kebutuhan pambangunan perumahan layak huni

tersebut, dalam RPJM Nasional 2004–2009 pemerintah menargetkan fasilistas

paembangunan rumah secara swadaya sebesar 3.600.000 unit. Untuk

membantu Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar dapat memenuhi

kebutuhan rumah yang sehat dan layak huni, melalui kegiatan pembangunan

rumah baru (PB), Peningkatan kwalitas (PK) serta kegiatan peningkatan kwalitas

Prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU), Badan usaha Milik negara /Daerah

(BUMN/BUMD), swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)

dan Development (CD) lainya serta swadaya masyarakat sendiri.

Pemerintah melalui Kementerian perumahan rakyat memiliki komitmen untuk

memberikan bantuan stimulan melalui program Bantuan Stimulan pembanguana

perumahan swadaya (BSP2S) dan peningkatan kwalitas perumahan (PKP).

Pada tahun 2009 kegiatannya dilaksanakan di 32 provinsi ,201 kabupaten/kota.

Kabupaten Mamuju telah menerima BSP2S sejak tahun 2008 sampai saat ini

(2010), namun demikian beberapa kendala yg di hadapi antara lain:

Alokasi anggaran pusat yang diluncurkan ke daerah (Kab.Mamuju) sangat

kecil di banding kebutuhan ,sementara alokasi APBD terbatas,

Laporan Pendataan dan Monitoring 14

Page 15: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

Kemandirian masyarakat masih kurang atau pola pikir masyarakat masih

tradisional

Bimnbingan teknis aparat terkait dan masyarakat masih kurang

LKM kurang profesional

Keterlambatan pencairan anggaran dari pusat

Bimbingan Konsultan Pendamping masih kurang Optimal

Pokja kurang Optimal karna tidak didukung anggaran biaya operasional yang

memadai

Analisis Pendataan Perumahan

Dewasa ini kebutuhan akan (rumah) semakin meningkat, sehingga antara

permintaan (supplay) dan ketersediaan (Demand) sudah tidak seimbang,

Sementara nilai propety semakin naik akibat perkembangan dan tuntutan

ekonomi yang semakin meningkat .Sehingga konsikuensinya adalah munculnya

rumah–rumah sewa (rent haouse) dan pemukiman kumuh yang memiliki

timbulan sampah yang cukup tinggi dan pemanfaatan ruang yang tidak teratur.

Bebarapa hal yang menjadi kendala dalam pemenuhan tuntutan kebutuhan

tempat tinggal (rumah) di bidang perumahan, antara lain ;

1. RTRW belum ada saat ini masih dalam pembahasan tingkat provinsi

2. Akibat belum terselesainya RTRWP yang menjadi turunan RTRW Kabupaten,

maka semua dokumen perencanaan menyangkut penataan ruang dan

pemukiman belum ada, seperti RP4D, RUTRK, RDTR, RTR, SPPIP dan

sebagainya.

3. Belum ada lembaga/badan/dinas/SKPD tersendiri yang menangani bidang

perumahan.

4. Alokasi anggaran perumahan dalam APBD sangat minim karna terplot ke

infrastruktur dasar,seperti jalan,jembatan, drenaise dll.

5. Rasio perkembangan penduduk yang sangat tinggi (diatas 2,0% atau hampir

sama dengan rata–rata pertumbuhan penduduk kota–kota metropolis di

Indonesia) tiap tahuntidak berbanding dengan perkembangan bidang

perumahan.

4.3 Kabupaten Majene

Beradasarkan hasil analisis

Permasalahan sektor perumahan dan pemukiman Kabupaten Majene

yang ada pada saat ini adalah sebagai berikut:

a. Sistem penyelenggaraan di bidang perumahan dan pemukiman masih belu

sejalan dengan tujuan yang ada di tinjau dari segi dukungan prasarana serta

sarananya

Laporan Pendataan dan Monitoring 15

Page 16: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

b. Akses terhadap tanah ,Belum mantapnya pelayanan dan akses taerhadap

hak atas tanah untuk perumahan khususnya bagi kelompok masyarakat

miskin dan berpendapatan rendah (MBR) .

c. Tingkat kebutuhan perumahan tingginya kebutuhan perumahan yang layak

dan terjangkau masih belum dapat di imbangi karna terbatasnya kemampuan

penyediaan baik oleh masyarakat,dunia usaha pemerintah.Secara nasional

kebutuhan perumahan masih relatif besar sebagai gambaran status

keebutuhan perumahan pada tahu 2000 meliputi : kebutuhan rumah yang

belum terpenuhi (backlog) sekitar 4,3 juta unit rumah : pertumbuhan

kebutuhan rumah baru setiap tahunnya sekitar 800 ribu unit rumah serta

kebutuhan peningkatan kualitas perumahan yang tidak memenuhi

persyaratan layak huni sekitar 13 juta unit rumah (25 %)

d. Kemampuan ekonomi warga MBR, ketidak mampuan masyarakat miskin dan

berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau

serta memenuhi standar lingkungan pemukiman yang responsif (Sehat,

Aman, Harmonis dan Berkelanjutan).

e. Pembiayaan pengadaan perumahan, belum tersedianya dana jangka panjang

bagi pembiayaan perumahan yang menyebabkan terjadinya mismatch

pendanaan dalam pengadaan perumahan

f. Prasarana pemukiman, sebagian besar kualitas perumahan dan pemukiman

masih tebatas dan belum memenuhi standar pelayanan yang memadai

sesuai skala kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan

maupun sebagai kawasan pemukiman yang berkelanjutan.

g. Kepadatan dan kapasitas daya tampung, masih banyak ditemui kawasan

perumahan dan pemukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya

dikung lingkungan.

h. Kondisi fisik lingkungan, terdapat kecenderungan yang kurang positif bahwa

sebagian kawasan permahan dan pemukiman telah mulai bergeser menjadi

lebih tidak teratur, kurang berjati diri dan kurang memperhatikan nilai-nilai

kontekstual sesuai sosial budaya setempat serta nilai-nilai arsitektural yang

baik dan benar.

4.4 Kabupaten Polman

Kebutuhan rumah di kabupaten Polewali Mandar masih sangat tinggi

Hasil analisis sebagai berikut :

1. Jumlah kepala rumah tangga tahun 2009 sebanyak 90.496 KK

2. Jumlah yang memiliki rumah sebesar 51.571 KK atau sebesar 56,98% dan

yang belum memiliki sebesar 38,925 KK atau sebesar 43,02%, Jumlah

Laporan Pendataan dan Monitoring 16

Page 17: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

tersebut termaksuk di dalamnya ± 9,122 rumah yang tidak layak huni

menurut kondisi bangunan fisik (hasil olah data PDKBM tahun 2008).

3. Pada Tahun 2009 kabupaten polewali mandar telah menetapkan kawasan

siap bangun/lingkungan siap bangun untuk pemukiman sebesar 52 hektar di

kecamatan tinambung dan kecamatan binuang.

4. Kawasan Siap bangun kelurahan madette, kelurahan Darma dan Kelurahan

Manding, tahun 2011 direncanakan akan di bangun 200 unit rumah sehat

sederhana dan rusunawa untuk mahasiswa di kawasan pemukiman siap

bangun NUSSP Plus–NSD.

5. Khusus pemukiman yang terletak di kawasan perumahan nelayan

Tangngantanga dan kawasan relokasi korban bencana masih membutuhkan

fasilitas berupa pembangunan jalan lingkungan, Drainase, Air bersih, Listrik

dan MCK.

4.5. Kabupaten Mamasa

Permasalahan Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Wilayah Kabupaten Mamasa pada umumnya merupakan daerah

dataran tinggi/pegunungan, rawan longsor, dan dominan hutan sehingga

relatif sulit dijangkau oleh jaringan transportasi maupun komunikasi.

Kabupaten Mamasa merupakan wilayah yang masih sangat tertinggal

dalam berbagai bidang pembangunan. Tingkat kesejahteraan masyarakat

masih sangat rendah sehingga memerlukan perhatian dan keberpihakan

pembangunan yang besar dari Pemerintah. Permasalahan umum yang

dihadapi pemerintah daerah dalam usaha pengembangan wilayah termasuk

pembangunan perumahan adalah, antara lain;

(1) terbatasnya akses transportasi antar wilayah baik dalam Kabupaten

Mamasa maupun ke kabupaten lain disekitarnya;

(2) Aksesibilitas penduduk terhadap pembangunan dan sumber-sumber

ekonomi masih sangat rendah;

(3) Kapasitas sumberdaya manusia relatif masih rendah;

(4) Infrastruktur dasar seperti jalan, energi listrik, pos dan telekomunikasi,

sanitasi dan air bersih, serta lembaga keuangan masih sangat sulit;

(5) Prsarana perekonomian berupa pasar belum memadai termasuk pasar

kabupaten (Pasar Mamasa),

(6) Akses terhadap pendidikan dan kesehatan masih sangat sulit,

(7) Revitalisasi pertanian belum berjalan dengan baik, dan berbagai

permasalahan lainnya yang secara simultan menghimpit tumbuh dan

berkembangnnya kesejahteraan masyarakat.

Laporan Pendataan dan Monitoring 17

Page 18: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

Permasalahan khusus yang dihadapi dalam pembangunan perumahan

adalah:

a. Belum rampungnya RTRW Kabupaten Mamasa

b. Belum adanya Dokumen RP4D Kabupaten Mamasa

c. Belum adanya investor yang berminat menamkan modal di bidang

perumahan

d. Masih banyaknya Kepala Keluarga (KK) yang belum memiliki rumah

sehingga dalam satu rumah tinggal lebih dari satu KK.

e. Masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.

f. Fasilitas permukiman masyarakat masih jauh dari memadai baik dari

kesehatan maupun dari segi aksesibilitas.

g. Berdasarkan data tahun 2009 bahwa di kabupaten Mamasa terdapat

30.911 KK, sedangkan rumah yang tersedia hanya sekitar 24.460 unit

atau hanya mencukupi 79,13 % KK. Sehingga terjadi Backlog perumahan

mencapai sekitar 6.451 unit atau sekitar 20,87 %. Selain permasalahan

kekurangan rumah masih banyak rumah masyakat yang tidak layak huni,

yakni sekitar 11.801 unit atau sekitar 48, 25 %. Selain kondisi rumah

yang tidak layak huni juga fasilitas lingkungan tidak sehat/kumuh.

Usulan Pemecahan Masalah

1. Kabupaten Mamasa

a. Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan perumahan dan

permukiman

b. Penyediaan lokasi pembangunan perumahan

c. Bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang syarat rumah

sehat

d. Penyediaan dana untuk pembangunan perumahan dan permukiman

2. Provinsi Sulawesi Barat

a. Fasilitasi Pembangunan perumahan dan permukiman di kab. Mamasa

b. Penyediaan Dana Dekon pembangunan perumahan dan permukiman

c. Bantuan perbaikan rumah tidak layak huni

3. Pusat/ Kementerian Perumahan Rakyat

a. Bantuan pembangunan perumahan dan permukiman

b. Dukungan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman

c. Fasilitasi Pembangunan perumahan dan permukiman di kab. Mamasa

Laporan Pendataan dan Monitoring 18

Page 19: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

4.6. Kabupaten Matra

Perumusan mengenai potensi dan kendala pembangunan kawasan

didasari oleh : Hasil analisis kawasan yang meliputi analisis kependudukan,

sektor potensi daya dukung lingkungan kebutuhan prasarana dan sarana.

Sebagai kabupaten termuda di Provinsi Sulawesi Barat yang berumur 5

tahun kami menyadari bahwa masih banyak permasalahan yang kami hadapi

seperti sumber daya manusia yang belum tercukupi sementara kami akan kaya

sumber daya alam, kemudian jumlah toko material (buatan) bangunan yang

terbatas di daerah kami membuat harga menjadi mahal dan harga mobilisasi

material (alam) bangunan juga tinggi akibat terbatasnya jumlah armada

pengankut material bangunan. Untuk memberikan hasil yang terbaik pada

pendataan dan monitoring ini dilakukan pendekatan perencanaan wilayah

sebagai daerah hunian, dengan mempertimbangkan beberapa aspek

perencanaan antara lain dari segi aksebilitas, kondisi topografi, kesetrategian

lokasi, kondisi kontur tanah, kebisingan dan potensi alam dan buatan.

Pendekatan participatory digunakan untuk memperoleh urutan proritas

pengembangan dan masukan–masukan dari berbagai stekholder untuk

melengkapi peta potensi yang sudah di hasilkan. Selain melalui penyebaran

kosioner dan wawancara, pendekatan participactory ini juga di lakukan dengan

melalui pembahasan–pembahasan untuk mengkaji lebih lanjut hasil analisis

yang di buat.

Pertimbangan menggunakan participatory approach adalah, bahwa saat

ini pemaksaan kehendak dan perencanaan dari atas sudah tidak relevan lagi. Di

era reformasi perlu melibatkan berbagai pihak dalam setiap kegiatan

pembangunan. Manfaat penggunaan pendekatan tersebut adalah untuk

meminimalkan konflik berbagai kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil

akhir yang menguntungkan untuk semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan

di peroleh adalah jaminan kelancaran implementasi hasil kajian ini di kemudian

hari.

Penggunaan participatory approach akan menimbulkan berbagai

persoalan dalam prosesnya, terutama masalah keterbatasan waktu. Masalah ini

akan di coba di minimalkan melalui persiapan materi dan pelaksanaan seminar

yang matang,sehingga kesepakatan dapat dengan segera dicapai tanpa

mengurangi kebebasan stakeholders untuk mengeluarkan pendapatnya.

Laporan Pendataan dan Monitoring 19

Page 20: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

BAB VREKOMENDASI

Evaluasi yang dilaksanakan di atas, telah memberikan catatan kepada Tim

Pelaksana beberapa rekomendasi bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan untuk

berikutnya. Beberapa rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Waktu yang dibutuhkan lebih baik ditambah untuk pendataan bagi tim pedataan

kabupaten sehingga data yang dihasilkan dari kegiatan pendataan lengkap,

representatif dan sesuai yang diharapkan.

2. Para Peserta yang terlibat dalam kegiatan pendataan dan sosialisasi bidang

perumahan sebaiknya diupayakan berasal dari para Pejabat yang lingkup tugas

pokoknya berhubungan erat dengan bidang perumahan dan permukiman, atau

para pejabat yang dapat merumuskan atau mempengaruhi kebijakan di tingkat

Provinsi dan Kabupaten, serta tidak diwakilkan kepada Staf maupun pegawai baru.

3. Untuk lebih memperkaya wawasan dan sharing pengalaman para Peserta,

sebaiknya dihadirkan pula narasumber yang berasal dari praktisi atau pihak

developer. Sehingga pengalaman, permasalahan dan solusi yang mereka temui

dan tawarkan selama ini dapat mereka sharing dengan para peserta yang notabene

adalah para pejabat pengambil kebijakan.

4. Dana dari APBN di usahakan 100% dan sudah tidak ada dana pendamping dari

APBD.

5. Pendataan di daerah di perlukan beberapa tenaga sehingga dana untuk

pendataan di daerah di perbasar mengingat lokasi pendataan sulit di jangkau.

Laporan Pendataan dan Monitoring 20

Page 21: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

BAB VIPENUTUP

Demikian Laporan Pelaksanaan kegiatan Pendataan dan monitoring Bidang

Perumahan Rakyat ini dibuat, sebagai bahan untuk diketahui dan dipergunakan

sebagaimana mestinya. Semoga dapat memberikan gambaran menyeluruh terhadap

pelaksanaan kegiatan tersebut, dan guna perbaikan maupun peningkatan

pelaksanaan selanjutnya, terima kasih.

Mamuju, Desember 2010

Pejabat Pembuat Komitmen

Ir. H. Muh. Akhsan, MT

Laporan Pendataan dan Monitoring 21

Page 22: Laporan Profil PKP Sulbar 2010 (Pendataan II)

Lampiran – Lampiran :

Lampiran A – SK Tim Pelaksana Pendataan & Monitoring

Lampiran B – Surat undangan Rapat dan Absensi Rapat

Lampiran C – Surat Tugas Asistensi /Konsultasi

Lampiran D – Surat –Surat Terkait Pelaksanaan Pendataan

Lampiran E – Surat – surat terkait Pelaksanaan Konsinyasi

Lampiran F – Dokumentasi

Lampiran G – Hal – hal lain yang dianggap perlu

Laporan Pendataan dan Monitoring 22