Laporan Preparasi Bahan Galian

download Laporan Preparasi Bahan Galian

of 28

Transcript of Laporan Preparasi Bahan Galian

LAPORAN PREPARASI BAHAN GALIAN

i

OLEH : 1. Adhi Wijayanta 2. Daniel Christomean A. 3. Dika Maknalia P. 4. Erfan Septanto 5. Fajar Sulistyo

KELAS : XI GPA

PROGRAM KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011-2012

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini kami susun sebagai bukti pertanggungjawaban atas praktikum Geologi Pertambangan Mata Pelajaran Bahan Galian, untuk materi Preparasi Bahan Galian SMK N 2 Depok kelas 11 yang telah kami laksanakan pada tanggal 12 Oktober 2011,. Untuk itu kami mohon kepada pihak yang bersangkutan, untuk mengesahkan laporan ini sebagai bahan pertimbangan sesuai standar laporan Geologi Pertambangan. Disahkan Tempat : : Mengesahkan : Oktober 2011

Guru Pembimbing,

Guru Pembimbing,

Bambang Haryono BE, SE NIP : 19601217 199303 1002 Guru Pembimbing

Sarjudi ST. MT NIP :

Himawati ST.MT NIP : Mengetahui : Ketua Jurusan Geologi Pertambangan

Drs.Agung Widiyatmoko, M.Pd NIP : 19611006 198803 1 004

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wbPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, kasih, ridho dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Preparasi Bahan Galian dengan baik dan lancar. Laporan ini kami susun sebagai hasil dari praktikum kami di Laboratorium Paleontologi . Dengan laporan ini yang kami susun berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum mengenai Preparasi Bahan Galian Dari Praktek Lapangan ini kami menerapkan Teori Learning by doing , melalui teori ini kami memperoleh ilmu tidak hanya melalui media buku, pengetahuan tentang Preparasi, tetapi kami dapat juga menerapkan ilmu yang kami peroleh dari buku dengan menerapkanya langsung di Laboratorium Paleontologi sehingga kami dapat merasakan pekerjaan kami kelak. Praktikum tersebut dapat menambah wawasan kami di dalam mata pelajaran Bahan Galian, sehingga kami dapat mengolah data yang didapat dari praktikum kami di bengkel kami, kerjasama tiap individu, menyiapkan diri guna praktek sesungguhnya di Dunia Kerja. Semoga laporan ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan memenuhi standar Laporan yang ada, dan hasil kerja keras kami dapat digunakan demi kepentingan bersama dan sebaik mungkin. Tak ada gading yang tak retak, laporan ini sungguh jauh dari kesempurnaan Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan laporan praktikum ini, apabila msih banyak kekurangan kami mengharapkan bagi para pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kemajuan dan kelancaran ilmu pengetahuan kami , karena laporan ini jauh dari kesempurnaan.

Wassalamualaikum wr.wb

Sleman,

Oktober 2011

Penyusun

UCAPAN TERIMAKASIHDalam penyusunan laporan ini, kamipun tidak hanya mengandalkan usaha dan daya kami sendiri. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu terselesaikanya Laporan Preparasi Bahan Galian, yaitu : 1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmatnya yang berkelimpahan sehingga kami dapat melaksanakan Preparasi dan mengerjakan laporan, serta menyelesaikan dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti. 2. Orang tua kami, yang selalu dan tak pernah lelah memberikan dorongan (support), doa, motivasi, daya, serta financial bagi kami untuk terus menuntut ilmu . 3. Guru-guru Geologi Pertambangan SMKN 2 DEPOK , yang telah kami anggap sebagai guru dan kakak kami di sekolah. Dan yang selalu membimbing kami dengan sikap professional dalam memberikan tuntunan disetiap pembelajaran kami kami ucapkan banyak terimakasih khususnya Guru-guru Pengampu Bahan Galian. 4. Teman-teman satu angkatan kami yang selalu mengisi kekurangan dan mengingatkan kesalahan satu sama lain, dan yang telah memberikan arti persahabatan yang sesungguhnya. 5. Dan setiap pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Semoga dari setiap keringat dan hasil pemikiran pihak-pihak yang telah membantu praktikum dan pembuatan laporan ini dapat diterima sebagai amal baik oleh Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. Halaman Pengesahan......................................................................................... Kata Pengantar.................................................................................................. Ucapan Terima Kasih........................................................................................ Daftar Isi............................................................................................................ BAB I (Pendahuluan)a. Latar

Belakang

.................................................................... ...................................................

b. Rincian

Pelaksanaan Praktikum

Lokasi dan Akses Kesampaianc.

...................................................

Dasar Teori pelaksanaan Praktikum ................................................... dan Tujuan ................................................... ................................................... ................................................... ...................................................

d. Maksud e. f.

Manfaat Pelaksanaan Praktikum Rincian Alat Praktikum Preparasi Praktikum Preparasi

g. Bahan

BAB II (Geologi Regional Kulon Progo)

a.Stratigrafi Geologi Daerah Kulon Progo ................................................. b. Struktur Geologi Daerah Kulon Progo ................................................... BAB III (Hasil Preparasi)a. Mineral

Yang Terkandung dalam Sample Bahan Galian .....................

b. Hasil Pengamatan dan perhitungan kadar serta derajat liberasi ........... BAB IV (Penutup) a. Kesimpulan.......................................................................................... Daftar Pustaka ................................................................................................. Lampiran foto .................................................................................................

BAB IPENDAHULUANa. Latar BelakangPraktikum yang telah kami laksanakan pada tanggal 12 Oktober 2011 di Laboratorium Paleontologi merupakan pendalaman ilmu dan penambahan wawasan serta pengetahuan kami mengenai Pelajaran Bab Preparasi. Pratikum tersebut kami laksanakan agar dapat menerapkan ilmu yang kami dapatkan berdasarkan teori yang kami laksanakan di laboratorium paleontolgi SMK N 2 Depok, Sleman. Preparasi bahan Galian sendiri adalah memisahkan endapan bahan galian dengan pengotornya bahkan tailingnya. Dalam preparasi ini kami menggunakan Metode Quartering. Metode Quartering sendiri adalah Melakukan Pengamatan dibawah Mikroskop untuk mengamati mineral apa saja yang dapat dijadikan Bahan Galian, dengan membagi satu pengamatan menjadi empat atau sebesar Lensa objektif pada Mikroskop. Praktikum ini diantaranya : mempunyai tujuan dan maksud dalam pelaksanaannya,

Menambah wawasan dan pengetahuan siswa tentang Preparasi bahan galian.

Melatih Kemandirian dan kerja individu dalam Praktikum. Melatih keuletan dan ketelitian tiap siswa dalam praktikum ini. Meningkatkan etos kerja tiap individu. Kami juga dapat bertukar pikir melalui Praktikum Preparasi ini sehingga wawasan kami menjadi luas serta dapat mempraktekan Preparasi tanpa bergantung pada Teorinya saja.

b. Rincian Pelaksanaan Praktikum1. Pengambilan sample : Hari/ tanggal Tempat : Minggu, 9 Oktober 2011 : Plampang, Kokap, Kulon Progo Yogyakarta

2. Praktikum preparasi : Hari/ tanggal Tempat : Rabu, 12 Oktober 2011 : Laboratorium Perpetaan dan Paleontologi

Lokasi dan Akses Kesampaian Lokasi area sampling terletak pada Dusun Plampang kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, propinsi Daearah Istimewa Yogyakarta. Dengan jarak kira-kira 67 kilometer ke arah barat dari STM Pembangunan Yogyakarta. Lokasi pengambilan sample dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat, setelah sampai jalan utama Dusun Plampang II tepatnya masjid Al-Huda, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki kearah utara selama 15 menit untuk mencapai lokasi sampling .

c.

Dasar Teori pelaksanaan Praktikum

Mencari Derajat Liberasi : Rumus : bebas_________________________

X 100 %

bebas + terikat

Mencari Kadar Bahan Galian : Rumus : (bebas + terikat)_____________________________

X 100 %

(bebas+terikat x skala mosh)

Kadar X Berat Rumus : Kadar X berat (gram)

Sampling Sampling adalah cara mengambil contoh bahan galian yang mewakili suatu daerah. Sebelum pengambilan sample maka terlebih dahulu dilakukan survey (penelitian pendahuluan) yang mencakup daerah yang cukup luas. Tahap penanganan Sample : 1. Tahap penerimaan sample Tahap ini menerima sample dari lapangan dilengkapi dengan data mendasar: nomor lokasi sample jenis sample/ bahan galian, jumlah sample dan keterangan sample secara lengkap. 2. Tahap Penanganan Sample Pada tahap ini adalah tahap pemrosesan sample yang telah diambil dari kanan, kiri, tengah, untuk sample diproses menjadi butiran dengan menggunakan crusher (palu,bila tidak ada) hingga menjadi butiran yang mudah diamati mineralnya dibawah Mikroskop untuk dilakukan proses Preparasi. 3. Tahap Pengamatan Sample Setelah bahan galian yang akan diamati telah berbentuk butiran halus, maka proses yang selanjutnya adalah mengamati mineral yang berasosiasi dengan bahan galian tersebut. Dengan metode quartering (membagi butiran menjadi sebesar lubang lensa objektif). 4. Tahap pengumpulan Data

Tahapan selanjutnya setelah Pengamatan sample dibawah mikroskop maka tahapan selanjutnya adalah memproses data yang telah diperoleh menjadi Laporan Bahan Galian. Terdapatnya emas Emas dikatakan sebagai logam mulia karena secara kimia emas atau aurum (Au) tergolong dalam kelompok logam Inert (Ag, Au, Pt) yaitu logam yang sulit bereaksi. Emas juga dikatakan logam mulia karena keterdapatannya di bumi sangat langka dan memiliki genesis yang spesifik. Emas pada umumnya terdapat pada suatu zona hidrotermal dimana pada umunya zona hidrotermal merupakan daerah vulkanis. Genesis emas sendiri dikatakan bahwa emas berasal dari suatu reservoar yaitu intibumi dimana kemudian air magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida, dan ion tio kompleks mengangkut logam emas ke permukaan bumi. Arah aliran dari larutan kimia yang mengandung emas ini pada umumnya seara dengan saluran magma pada gunungapi membentuk uraturat (vein) emas. Saat larutan emas terendapkan pada saluran magma yang telah membeku proses hidrotermal yang merupakan kegiatan pos vulkanis terjadi dari kontak air meteorik dengan batuan yang panas atau gerakan air magmatik ke atas dimana keduanya membawa dan melarutkan ion sulfida-klorida-tio kompleks yang menyebabkan emas semakin terendapkan di permukaan bumi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka analisis keterdapatan emas dapat dilacak dari adanya jejak proses sirkulasi hidrotermal atau umum disebut epitermal dalam dunia tambang di suatu area, Pyrite (Fe2S) yang disebut Fool Gold juga sering dijumpai bersama dengan emas. Kandungan emas sebagai inklusi juga kadang dapat ditemui dalam perak dan batuan yang mengandung tembaga. Endapan emas juga dapat terbentuk melalui proses pelapukan batuan beku dan urat emas yang dapat mengikis dan memindahkan mineral emas dimana mineral emas akan tersedimentasi dalam material yang berbutir sangat halus yaitu material lempung. Jika tidak terjadi intrusi, mineral emas bisa saja ada pada batugamping yaitu mineral emas dari hasil pelapukan batuan beku yang mengalami proses hidrotermal di tempat yang jauh, namun kemunginannya sangat kecil sekali terdapat kandungan emas yang besar dan menguntungkan secara ekonomis dalam batugamping karena sifat batugamping yang sangat porus sehingga mineral emas tidak mungkin tersedimentasi dalam batugamping.

Bentuk utama Mineralisasi Emas dan Tembaga di IndonesiaSecara umum, bentuk mineralisasi emas dan tembaga di Indonesia berupa :

a) Porfiri b) Endapan ephitermal sulfidasi tinggi c) Endapan ephitermal sulfidasi rendah d) Mineralisasi Au-Ag-Cu base metals e) Skarn f) Sediment Hosted Berdasarkan aktivitas tektonik yang terjadi di sepanjang busur magmatik, daerah bagian timur Indonesia didominasi oleh bentukan porfiri dan skarn, serta sebagian kecil endapan hidrotermal sulfidasi tinggi dan sediment hosted. Daerah barat Indonesia memiliki mineralisasi cenderung berupa endapan epitermal sulfidasi rendah yang terjadi di daerah paparan Sunda yang relatif dangkal. Aktivitas busur magmatik dan bentuk mineralisasi memiliki hubungan yang menunjukkan identifikasi perbedaan antara lingkungan tektonik selama pembentukan porfiri emas-tembaga, skarn dan deposit sulfidasi tinggi. Pembentukan mineralisasi Au-Ag-Cu base metals terjadi di lingkungan submarine dangkal saat larutan sulfida yang hasilnya juga menghasilkan mineralisasi sulfidasi tinggi di sekitar sub-aerial batuan vulkanik, dan daerah lantai samudera. Kontrol Regional terhadap Mineralisasi Mineralisasi endapan Au-Ag-Cu base metals dipengaruhi oleh kontrol regional terhadap kondisi tektonik yang ada. Kontrol yang terjadi dibagi menjadi hubungannya mineralisasi dengan busur magmatik, asal kerak dan umur busur, serta berhubungan syn-mineralization regional. Terhadap hubungan dengan busur magmatik, deposit di Indonesia berhubungan dengan busur magmatik andesitik yang terbentuk selama dan secara cepat dalam aktivitas magma. Ini menunjukkan bahwa mineralisasi yang terjadi berkaitan dengan subduksi lantai samudera. Deposit epithermal Indonesia terbentuk di sepanjang busur benua yang merupakan busur kepulauan yang bergabung dengan Sundaland selama masa mineralisasi karena penebalan kerak dan pemanjangan intensif. Porfiri emas terjadi baik pada kondisi busur kepulauan dan benua. Kebanyakan mineralisasi terjadi pada masa Neogen yang mengindikasikan bahwa mineralisasi juga sebenarnya tidak bergantung pada umur kerak yang tersubduksi. Hubungan antara usia busur dijelaskan dengan erosi sebagai akibat pengangkatan selama aktivitas vulkanik dan erosi yang berhubungan dengan kegiatan orogenik yang pengaruhi selama pasca mineralisasi saat perubahan polaritas busur. Syn-mineralization regional berkaitan dengan perbedaan jenis mineralisasi di daerah timur dan barat Indonesia karena perbedaan aktivitas lempeng yang mendominasi

Tujuan Pengambilan sample adalah sebagai berikut : a. Untuk menentukan kadar bahan galian yang dicari. b. Menentukan cadangan deposit bahan galian di lapangan c. Menentukan unsure- unsure lain yang ada di dalam bahan galian.

d. Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dilaksanakannya praktikum laboratorium pada kesempatan kali ini adalah sebagai berikut : Tujuan : - Melatih kemampuan siswa dalam mengolah data yang diperoleh hasil melakukan Praktikum Preparasi Quartering. - Mengetahui cara kerja menganalisa Bahan galian. - Meningkatkan kerjasama dalam praktikum. - Meningkatkan dan melatih kerja kemampuan Analisa tiap individu. - Pengembangan kemampuan individu . -

Maksud : - Siswa dapat mengetahui obyek langsung secara detail dibandingkan dengan obyek maya dalam pelajaran teori. - Sebagai pembelajaran pokok disamping pembelajaran teori yang sebelumnya telah diberikan oleh bidang kejuruan. - Siswa dapat melakukan pekerjaan analisa Laboratory sebagai pelaksanaan teori sekolah. - Siswa dapat melaksanakan praktek lapangan dengan melatih kemandirian siswa dalam pembuatan Laporan ditiap kelompok.

e. Manfaat Pelaksanaan PraktikumPraktikum ini tidak akan terlaksana dengan lancar tanpa bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak. Bantuan materil atau moril dari orang tua serta yang

paling utama adalah Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga praktek lapangan yang kami laksanakan tidak mengalamai halangan yang cukup berarti. Kendala maupun permasalahan yang kami alami setidaknya tidak mengurangi semangat kami dalam melaksanakan praktek analisa laboratory, banyak hal yang telah kami alami dan telah memberikan kesan tersendiri pada praktek lapangan kali ini, dan diantaranya kesan-kesan tersebut adalah sebagai berikut :

*Manfaat individu ( Pribadi ):1. Meningkatkan semangat dan tali persaudaraan antar anggota team 2. Menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu teori 3. Mengembangkan kemampuan individu maupun kerjasama kelompok 4. Melatih ketrampilan dalam mencari dan mengolah data lapangan serta langkah selanjutnya dalam kegiatan pembuatan laporan. 5. Melatih kekompakan tiap individu untuk berbagi pengetahuan dan tempat bertukar pendapat mengenai hal-hal baru. 6. Melatih kemampuan dalam mengatasi masalah tiap individu. 7. Dapat mengetahui masing masing kemampuan atau kelebihan dalam setiap diri individu.

f.

Rincian Alat Praktikum Preparasi

1.

Mikroskop

Merupakan komponen utama dalam proses analisis mineral bahan galian dan digunakan untuk memperbesar obyek yang akan diamati.

2.

Modul Physical Characteristic of Mineral

Modul ini berfungsi membantu para siswa untuk mengamati mineral yang telah berubah sifat fisiknya, sehingga siswa dapat lebih terbantu dengan adanya modul ini.

3.

Mesh (Saringan)

Alat ini sangat penting untuk prose preparasi dimana alat ini digunakan untuk menyaring mineral-mineral endapan bahan galian yang bergantung pada besarnya ukuran mesh atau saringan.

4.

Pingset

Digunakan untuk mengambil dan meratakan atau menunjuk mineral endapan bahan galian yang sedang diamati, dan mempermudah dalam pengamatan mineral endapan bahan galian tersebut.

5.

Nampan

Digunakan meletakan bahan galian yang telah berupa butiran yang nantinya akan diamati menggunakan mikroskop.

6.

Palu

Peralatan ini digunakan untuk memperkecil ukuran butir mineral yang akan diamati.

g.

Bahan Praktikum Preparasi

Bahan yang digunakan untuk proses preparasi adalah : Bahan Galian yang akan di amati dan melakukan proses Quartering dalam preparasi, yang telah disepakati oleh anggota kelompok.

BAB IIGeologi Regional Daerah Kulon Progo

A. STRATIGRAFI DAERAH KULONPROGO Daerah penelitian yang merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan Serayu Selatan, secara stratigrafis termasuk ke dalam stratigrafis Pegunungan Kulon Progo. Unit stratigrafis yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal dengan Formasi nanggula, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan batuan-batuan dari Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo, yang menurut Van Bemmmelen (1949, hal.598), kedua formasi terakhir ini mempunyai umur yang sama, keduanya hanya berbeda faises. 1. Formasi Nanggulan Formasi Nanggulan merupakan formasi yang paling tua di daerah pegunungan Kulon Progo. Singkapan batuan batuan penyusun dari Formasi Naggulan dijumpai di sekitar desa Nanggulan, yang merupakn kaki sebelah timur dari Pegunungan Kulon Progo. Penyusun batuan dari formasi ini menurut Wartono Raharjo dkk (1977) terdiri dari Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan konkresi Limonit, sisipan Napa dan Batugamping, Batupasir dan Tuf serta kaya akan fosil foraminifera dan Moluska. Diperkirakan ketebalan formasi ini adalah 30 meter. Marks (1957, hal.101) menyebutkan bahwa berdasarkan beberapa studi yang dilakukan olh Martin (1915 dan 31 ), Douville (1912), Oppernorth & Gerth (1928), maka formasi Nanggulan ini dibagai menjadi 3 bagian secara strtigrafis dari bawah ke atas adalah sebagai berikut a) Anggota ( Axinea Berds), marupakan bagian yang paling bawah dari formasi Nanggulan. Ini terdiri dari Batupasir dengan interkalasi Lignit, kemudian tertutup oleh batupasir yang banyak mengandung fosil Pelcypoda, dengan Axinea dunkeri Boetgetter yang dominan. Ketebalan anggota Axinea ini mencapai 40 m. b) Anggota Djogjakartae (Djokjakarta). Batuan penyususn dari bagian ini adalh Napal pasiran, Batuan dan Lempung dengan banyak konkresi yang bersifat gampingan. Anggota Djokjakartae ini kaya akan Foraminifera besar dan Gastropoda. Fosil yang khas adalah Nummulites djokjakartae MARTIN, bagian ini mempunyai ketenalan sekitar 60 m. Anggota Discocyclina (Discocylina Beds), Batuan penyususn dari bagian ini adalah Napal pasiran, Batupasir arkose sebagi sisipan yang semakin ke atas sering dijumpai. Discocyciina omphalus, merupakan fosil penciri dari bagian ini.Ketebalan dari anggota ini mencapai 200 m. Berdasarkan pada studi fosil yang diketemukan, Formasi Nanggulan mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Atas (Hartono, 1969, vide Wartono Raharjo dkk, 1977). 2. Formasi Andesit Tua

Batuan penyusun dari formasi ini terdiri atas Breksi andesit, Tuf, Tuf Tapili, Aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Lava, terutama terdiri dari Andesit hiperstein dan Andesit augit hornblende (Wartono Raharjo dkk, 1977). Formasi Andesit Tua ini dengan ketebalan mencapai 500 meter mempunyai kedudukan yang tidak selaras di atas formasi Nanggulan. Batuan penyusun formasi ini berasal dari kegiatan vulaknisme di daerah tersebut, yaitu dari beberapa gunung api tua di daerah Pegunungan Kulon Progo yang oleh Van Bemmelen (1949) disebut sebagai Gunung Api Andesit Tua. Gunung api yang dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian tengah pegunungan, Gunung Ijo di bagian selatan, serta Gunung Menoreh di bagian utara Pegunungan Kulon Progo. Aktivitas dari Gunung Gajah di bagian tengah mengahsilkan aliran-aliran lava dan breksi dari andesit piroksen basaltic. Aktivitas ini kemudian diikuti Gunung Ijo di bagian selatan Pegunungan Kulon Progo, yang menghasilkan Andesit piroksen basaltic, kemudian Andesit augit hornblende dan kegiatan paling akhir adalah intrusi Dasit. Setelah denudasi yang kuat, sedikit anggota dari Gunung Gajah telah tersingkap, di bagian utara, Gunung Menoreh ini menghasilkan batuan breksi Andesit augithornblende, yang disusul oleh intrusi Dasit dan Trakhiandesit. Purnamaningsih (1974, vide warttono rahardjo, dkk, 1977) menyebutkan telah menemukan kepingan Tuff napalan yang merupakan fragmen Breksi. Kepingan Tuff napalan ini merupakan hasil dari rombakan lapisan yang lebih tua, dijumpai di kaki gunun Mujil. Dari hasil penelitian, kepingan Tuff itu merupakan fosil Foraminifera plantonik yang dikenal sebagai Globigerina ciperoensis bolli, Globigerina geguaensis weinzrel; dan applin serta Globigerina praebulloides blow. Fosil-fosil ini menunjukkan umur Oligosen atas. Formasi Andesit Tua secara stratrigrafis berada di bawah Formasi Sentolo. Harsono Pringgoprawiro (1968, hal.8) dan Darwin Kadar (1975, hal.2) menyimpulkan bahwa umur Formasi Sentolo berdasarkan penelitian terhadap Foraminifera plantonik adalah berkisar antara Awal Meiosen sampai Pliosen. Formasi Nanggulan, yang terletak di bawah Formasi Andesit Tua mempunyai kisaran umur Eosen Tengah hingga Oligosen Atas (hartono, 1969, vide Wartono Rahardjo, dkk, 1977). Jika kisaran umur itu dipakai, maka Formasi Andesit Tua diperkirakan berumur Oligosen Atas sampai Meiosen Bawah. Menurut Purbaningsih (1974, vide wartono Rahardjo, dkk, 1977) umur Formasi Tua ini adalah Oligosen.

3. Formasi Jonggrangan Litologi dari Formasi Jonggrangan ini tersingkap baik di sekitar desa Jonggrangan, suatu desa yang ketinggiannya di atas 700 meter dari muka air laut dan disebut sebagai Plato Jonggrangan.

Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari Konglomerat yang ditumpangi oleh Napal tufan dan Batupasir gampingan dengan sisipan Lignit. Batuan ini semakin ke atas berubah menjadi Batugamping koral (Wartono rahardjo, dkk, 1977) Formasi Jonggrangan ini terletak secara tidak selaras di atas Formasi Andesit Tua. Ketebalan dari Formasi Jonggrangan ini mencapai sekitar 250 meter (van Bemmelen, 1949, hal.598). koolhoven (vide van Bemmelen, 1949, hal.598) menyebutkan bahwa formasi Jonggrangan dan Formasi SEntolo keduanya merupakan Formasi Kulon Progo (Westopo Beds) ini diduga berumur Miosen Tengah. 4. Formasi Sentolo Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian bawah, terdiri dari Aglomerat dan Napal, semakin ke atas berubah menjadi Batugamping berlapis dengan fasies neritik. Batugamping koral dijumpai secara lokal, menunjukkan umur yang sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa tempat umur Formasi Sentolo adalah lebih muda (Harsono Pringgoprawiro, 1968, hal.9). Berdasarkan penelitian fosil Foraminifera yang dilakukan Darwin kadar (1975) dijumpai beberapa spesies yang khas, seperti : Globigerina insueta CUSHMAN & STAINFORTH, dijumpai pada bagian bawah dari Formasi Sentolo. Fosil-fosil tersebut menurut Darwin Kadar (1975, vide Wartono Rahardjo, dkk, 1977) mewakili zona N8 (Blow, 1969) atau berumur Miosen bawah. Menurut Harsono Pringgoprawiro (1968) umur Formasi Sentolo ini berdasarkan penelitian terhadap fosil Foraminifera Plantonik, adalh berkisar antara Miosen Awal sampai Pliosen (zona N7 hingga N21). Formasi Sentolo ini mempunyai ketebalan sekitar 950 meter ( wartono rahardjo, dkk, 1977). Dari uraian di atas terlihat stratigrafi daerah Pegunungan Kulon Progo, baik itu perbedaan hubungan stratigrafis antara formasi, maupun perbedaan umur dari masing-masing formasi. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan data fosil yang digunakan untuk penentuan umur, karena sebagian ahli mempergunakan fosil Moluska dan Foraminifera besar sebagai dasar penelitian, sedangkan ahli lain mempergunakan Foraminifera kecil plantonik sebagai penelitian. Tidak lengkapnya data merupakan penyebab utama adanya perbedaan tersebut. Untuk lebih jelasnya perbedaan tentang susunan stratigrafi di daerah pegunungan Kulon Progo tersebut.

B. STRUKTUR REGIONAL DAERAH KULON PROGO

Seperti yang sudah dibahas pada geomorfologi regional, pegunungan Kulon Progo oleh Van Bemmelen (1949, hal.596) dilukiskan sebagai kubah besar memanjang ke arah barat daya-timur laut, sepanjang 32 km, dan melebar kea rah ternggara-barat laut, selebar 15-20 km. Pada kaki-kaki pegunungan di sekekliling kubah tersebut banyak dijumpai sesar-sesar yang membentuk pola radial. Gambar Skema blok diagram dome pegunungan Kulon Progo, yang digambarkan Van Bemmelen (1945,halaman 156)

Pada kaki selatan gunung Menoreh dijumpai adanya sinklinal dan sebuah sesar dengan arah barat-timur, yang memisahkan gunung Menoreh dengan gunung ijo serta pada sekitar zona sesar.

BAB IIIISI LAPORAN1.MINERAL YANG TERKANDUNG DALAM BAHAN GALIAN

a.) Emas (Au)Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai logam mulia dan komoditas yang sangat berharga sepanjang sejarah manusia. Elemen ini memiliki nomor atom 79 dan nama kimia aurum atau Au. Emas termasuk golongan native element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs. Bentuk kristal isometric octahedron atau dodecahedron. Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin besar kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan. Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan atau placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas native terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya thermal atau adanya panas di dalam bumi, tempat tembentukan emas primer, sedangkan sekudernya merupakan hasil transportasi dari endapan primer umum disebut dengan emas endapan flaser, sedangkan asosiasi emas atau emas bersamaan hadir dengan mineral silikat, perak, platina, pirit dan lainnya Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak, berat jenis tinggi, dan ceratnya yang keemasan. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak. Sifat fisik unsur ini sangat stabil, tidak korosif ataupun lapuk dan jarang bersenyawa dengan unsur kimia lain. Konduktivitas elektrik dan termalnya sangat baik, malleable sehingga dapat dibentuk dan juga bersifat ductile. Emas adalah logam yang paling tinggi densitasnya.

Pirit ( FeS2 )Dengan rumus kimia FeS2, merupakan salah satu dari jenis mineral sulfide yang umumnya dijumpai di alam, entah sebagai hasil sampingan suatau endapan Hidrotermal ataupun sebagai mineral aksesoris dalam beberapa jenis batuan. Tidak ada penciri mineralisasi tertentu jika menjumpai pirit, apalagi sedikit. Secara Deskriptif Pirit mempunyai warna kuning Keemasan, dengan Kilap Logam. Jadi kalau tidak bisa dengan mineral mineral logam atau sering menganggapnya sebagai emas secara struktur Kristal, baik pirit dan emas sama Kubis, namun sifat dalam yang berbeda. Emas lebih mudah ditempa daripada pirit, kalau dipukul pirit akan hancur berkeping keeping sedangkan emas tidak mudah hancur karena lebih mudah ditempa (mallable). Cara yang cukup mudah untuk memudahkan membedakan emas dengan pirit adalah dengan melihat asahan polesnya dibawa Mikroskop. Biasanya dibawah Mikroskop Pantul emas tampak berbentuk takj beraturan dibandingkan pirit yang kadang bentuk kubisnya masih tampak, meskipun sama sama Isometrik tetapi kecermelangan emas tidak dapat ditandingi oleh Pirit, begitu juga bentuknya. Cara lain yang leebih cabggih adalah dengan menganalisis kandunga kimianya. Emas ini biasanya hadir bersama sama Arsen (Arsenian Phyrite atau arsenopyrite)

Kuarsa ( SiO2 )Kuarsa adalah salah satu mineral yang umumnya ditemukan dikerak lontinen bumi. Mineral ini memiliki struktur Kristal heksagonal yang terbuat dari silica trigonal terkristalisasi (silicon dioksida, SiO2) dengan skala kekerasan Mosh 7 dan skala densitas 2,65 gr/cm3. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segi enam yang memiliki ujung piramida segi enam. Bila terbentuk pada temperature diatas 573 derajat C. atau

memiliki bentuk setangkap piramida yang 12 buah jumlah bidangnya pada temperature tinggi. Sifat dalam kuarsa adalah rapuh (britle), sehingga bila digores menjadi tepung /bubuk dan mudah hancur jika diberi gaya. Kuarsa bersifat diamagnetic, sehingga tidak dapat ditarik oleh magnet. Kemunculan kuarsa pada semua batuan beku asam sampai pada Intermediet, batuan sedimen dan pada batuan methamorf sering dijumpai pada bentuk urat kuarsa. Mineral kuarsa banyak dijumpai pada kebanyakan daerah geologi , tetapi pada umunya terbentuk pada batuan sedimen seperti batu pasir dan pada batuan beku tertentu seperti granite. Pada batuan granite butiran kuarsa biasanya muncul berwarna abu-abu. Mineral ini bersifat tembus cahaya, tak berwarna atau bila terdapat ion renikdapat berwarna jingga, atau ungu yang dapat digunakan oleh industry industry, salah satunya sebagai bahan pembuat kaca, kaca ini dibuat dari bahan bakupasir kuarsa yang kemudian diproses menjadi bahan baku kaca. Kuarsa memliki banyak variasi nama dibandingkan dengan lain mineral chalcedon, contohnya adalah salah satu varietas dari kuarsa. Contohnya adalah salah satu varietas dari kuarsa.

Perak (Ag)Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama sama dengan logam emas yang mempunyai warna putih. Mineral mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak Alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16Sb2 S11), Prousite (Ag2 As S3) dan Pyragyrite (Ag3 Sb S3) mempunyai gores garis berwarna cokelat samapai abu-abu kehitaman. kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan Hidrotermal yang mengisi rongga rongga. Kegunaany adalah untuk perhiasan, cindra mata, logam campuran, dll. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainya seperti emas, dan tembaga. Sifat perak adalah lunak dan lentur sehingga mudah untuk ditempa.

Mempunyai system Kristal Isometrik, dengan kekerasan 2,5 3 (skala Mosh). Genesa perak sebagian kecil dijumpai dalam zona oksidasi pada suatu deposit bijih atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada tiga jenis deposit primer yaitu a. Barosiasi dengan sulfide, zeolite, kalsit, barit, flurit, dan kuarsa. b. Barosiasi dengan arsenide dan sulfide kobalt, nikel dan perak dan bismuth native c. Berasosiasi dengan Uraninit dan mineral mineral kobalt. Manfaat sumber logam perak dipakai untuk membuar perhiasan, alat makan minum, barang- barang kerajinan tangan, alat- alat elektronik , dll

Tembaga (Cu)Mempunyai system Kristal seperti perak yaitu Isometrik, dengan warna merah tembaga, atau merah mawar terang. Juga mempunyai gores garis berwarna Merah metalik, tidak mempunyai belahan maupun pecahan. Tembaga dalam skala mosh mempunyai kekerasan 2,5 3 . Terbentuknya tembaga dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit, dan azurite. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga native terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal, dan mineral mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini tembaga berasosiasi dengan khalkhosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khorilite, zeolite dan sejumlah kecil perak. Tembaga dimanfaatkan sebagai sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat dan untuk membuat logam logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng)

1. Derajat Liberasi Emas :

50 +

=

0 X 100 % =0%

______________

0,5 80 + = 0 X 100 % =0%

______________

0,25 100 + = 1 X 100 % = 100 %

______________

1 120 + = 1 X 100 % = 80 %

______________

1,25 200 + = 1 X 100 % = 89,2 %

______________

1,12 200= 2

______________

X 100 %

= 80 %

2,5

2.

Derajat Liberasi SiO2 :

50 +

=

5 X 100 % = 86,95 %

______________

80

+

=

5,75 4 X 100 % = 86,95 % 4,75

______________

100 + =

6 X 100 % = 82,75 % 7,25

______________

120 + =

4 X 100 % = 72,72 %

______________

5,5

200 + =+

11 X 100 % = 83 %

______________

200

11,35 = 15______________

X 100 %

= 69,76 %

21,5 - Derajat Liberasi Pbs :

50 +

=

2 X 100 % = 80 % 2,5 0 X 100 % =0% 0,5 3

______________

80

+

=

______________

100

+

=

______________

X 100 %

= 92,30 %

120

+

=

3,25 1 X 100 % = 57,14 % 1,75 4 X 100 % = 93 % 4,3 3 X 100 % = 85,71 % 3,5

______________

200 + =

______________

200-

=

______________

- Derajat Liberasi Phyrite : 50 + = 2 X 100 % = 80 % 2,5 7 X 100 % = 92,1 % 7,6______________

80

+

=

______________

100 + =

0 X 100 % =0% 0,5 4 X 100 % = 72,72 % 5,5

______________

120

+

=

______________

200 + =

3 X 100 % = 92,3 % 3,25 5 X 100 % = 85,71 % 8,35

______________

200

-

=

______________

BAB VI PENUTUPA. Kesimpulan :

Pada dunia pertambangan terutama tahap ekonomi dimana pekerjaan sampling, preparasi , dan perhitungan mutu atau kadar bahan galian mutlak diperlukan, dan hasil dari praktikum ini adalah :-

Keberadaan ore bahan galian emas berasosiasi dengan ore timbal & tembaga Ore emas terlihat pada mesh yang sangat kecil, dengan kondisi yang sudah monomineral.

- Kadar & derajat liberasi bahan galian paling berharga (emas) adalah sebagai berikut :

Lampiran Foto :

Endapan hipogen ore tembaga, galena & emas

Proses pembelahan sample bijih

Singkapan endapan bijih di zona oksidasi.