LAPORAN PRAKTIKUM RJP

30
LAPORAN PRAKTIKUM Kegawat Daruratan Medik Dental OLEH : ANGGUN OCTAVIEARLY P. 121610101042 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

description

lprn

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM RJP

LAPORAN PRAKTIKUM

Kegawat Daruratan Medik Dental

OLEH :

ANGGUN OCTAVIEARLY P.

121610101042

LABORATORIUM FISIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

BAB I

DASAR TEORI

Latar Belakang B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha

pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka

menyelamatkan pasien dari kematian. Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah

banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang awam khusus, namun

sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia. Melalui

artikel ini, saya ingin sedikit memperkenalkan PPGD kepada pembaca sekalian.

Prinsip Utama Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari

kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time

Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat

kondisi gawat darurat haruslah benar- benar efektif dan efisien, karena pada kondisi

tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja ( henti nafas

selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)

Langkah-langkah Dasar Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan

singkatan A-B-C-D ( Airway - Breathing - Circulation - Disability ). Keempat poin

tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan

pasien dalam kondisi gawat darurat

Algortima Dasar PPGD

1.Ada pasien tidak sadar

2.Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong

3.Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong

4.Cek kesadaran pasien

a.Lakukan dengan metode AVPU

b.A –> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V

2

c. V –> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di

telinga korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau

menyentuh pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P

d.P –> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah

menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga

dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata

(supra orbital)

e.U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi

maka pasien berada dalam keadaan unresponsive

5.Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon

ambulans (118) dengan memberitahukan :

a.Jumlah korban

b.Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)

c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)

d.Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)

6.Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas

agar dada terlihat

7.Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala

sejajar dengan bahu pasien

8.Cek apakah ada tanda-tanda berikut :

a.Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)

b.Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda

motor)

c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher

9.Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada

tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya

karena disini tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas,

denyut jantung)

a.Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.

3

Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu

(bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu

menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan

untuk membebaskan jalan napas

b.Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala

pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi)

dan lakukanlah Jaw Thrust

Gerakan ini dilakukan untuk

menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan

napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.

4

11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel

5

Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut

simetris ?

Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas

tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

a.Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan

napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah

pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut

(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk

chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang

bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan

korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang

disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas),

lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah

dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).

6

c.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan

(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt

and chin lift atau jaw thrust saja

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka

dapat dilakukan :

1. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak

tangan daerah diantara tulang scapula di punggung.

2. Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu

menarik tangan ke arah belakang atas.

3. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara

memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam

atas.

7

Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?

12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi

pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali

permenit)

13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan

Look Listen and Feel

14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang

nafas bantuan dibawah).

15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas

buatan dibawah).

16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang

terletak di leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah

tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher

(sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik.

8

17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F

pada bayi), diikuti dengan nafas buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus

pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung

9

18. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba

lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin

nomer 17.

19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika

a.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi

b.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)

c.Bantuan sudah datang

d.Teraba denyut nadi karotis

20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada

pasien : a.Denyut nadi >100 kali per menit

b.Telapak tangan basah dingin dan pucat

c.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung

kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu

yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)

21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat

kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke

jantung

22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock

menghilang

23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara

menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat

mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)

10

24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look

Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Nafas Bantuan Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien

untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi

napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas

spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali). Prosedurnya

:

1. Posisikan diri di samping pasien

2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain

sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan

penyakit2

3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi digunakan untuk head

tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat

hidung).

4. Mata memperhatikan dada pasien

5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong

11

6. Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah dada

pasien mengembang)

7. Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien

menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)

8. Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali

normal

Nafas Buatan Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya

nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali

efektif (dada mengembang )

Pijat Jantung Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan

darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis

yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti

dijelaskan pada algortima di atas)

Prosedur pijat jantung :

1. Posisikan diri di samping pasien.

2. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah

dada)

12

3. . Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar

4.Tekanlah dada korban

menggunakan tenaga yang

diperoleh dari sendi panggul

(hip joint)

5.Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)

6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal

(seperti gambar kanan atas)

7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan

menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :

Satu Dua Tiga Empat SATU

Satu Dua Tiga Empat DUA

13

Satu Dua Tiga Empat TIGA

Satu Dua Tiga Empat EMPAT

Satu Dua Tiga Empat LIMA

Satu Dua Tiga Empat ENAM

8. Prinsip pijat jantung adalah :

1. Push deep

2. Push hard

3. Push fast

4. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)

5. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak

boleh diinterupsi)

14

Perlindungan Diri Penolong Dalam melakukan pertolongan pada kondisi

gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya

sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena

bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.

Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :

1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan

penolong dan pasien

2. Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam

memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau

kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat

ditularkan oleh korban

3. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan

pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan

dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

15

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

1. Periksa Pernafasan

Orang coba : Lili

Hasil percobaan : - Terlihat pergerakan dada

1. Kecepatan nafas orang coba yaitu 15 x/menit.

Pada percobaan periksa pernafasan, kecepatan nafas orang coba

diperiksa dengan menggunakan metode Look, Listen, and Feel. Pada

metode ini, look merupakan suatu tindakan dimana kita harus melihat

apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), listen yang artinya

mendengarkan apakah ada suara nafas normal dan suara nafas tambahan,

dan feel yang berarti merasakan adanya suara nafas. Orang coba memiliki

kecepatan nafas yaitu 15 x/menit. Ini berarti pernafasan pada orang coba

normal, karena jumlah respirasi normal pada orang dewasa adalah 15-20

x/menit. Pernafasan pada umumnya mempunyai kecepatan yang lebih

rendah dan tidak teratur dibandingkan denyut nadi, oleh sebab itu

perhitungan frekuensi nafas dilakukan dalam satu menit untuk

menghindari kesalahan.

2. Pemeriksaan Nadi Karotis

Orang coba : Lili

Hasil percobaan : - Kecepatan denyut nadi orang coba yaitu 111 x/menit.

16

Percobaan pemeriksaan nadi karotis dilakukan dengan menghitung

kecepatan denyut nadi orang coba tersebut pada cekungan bagian pinggir

leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm

disamping jakun pada laki-laki ) bagian leher. Denyut nadi pada orang

dewasa muda normalnya 60 – 100 x/menit. Sedangkan pada orang coba,

kecepatan denyut nadinya yaitu 111 x/menit yang berarti bisa saja pada

saat pemeriksaan terdapat respon normal terhadap kegembiraan, stres,

kecemasan, mengkonsumsi kafein atau olahraga. Namun, bisa juga semua

ini disebabkan oleh gejala abnormal karena mempunyai penyakit tiroid,

demam, atau efek dari obat-obatan tertentu (terutama asma dan obat

alergi).

3. Pemberian Pijat Jantung

Orang coba : Viga

Hasil percobaan : - Pada hentakan ke-27 mulai terasa sesak akan batuk.

Pada percobaan kali ini, sebenarnya dilakukan pada pasien yang

mengalami henti nafas dan henti jantung, sehingga dengan pemberian pijat

jantung ini dapat menjadikan pasien tersebut pulih kembali. Oleh karena

itu, dalam prosedur percobaan. Orang coba harus tidak bernafas selama

beberapa saat. Kemudian dilakukan pemijatan pada daerah sternum atau

tulang dada. Sehingga, pada hentakan ke-27 akan didapatkan orang coba

yang merasa sesak dan batuk akibat pemijatan tersebut. Pada saat dia

mulai merasa sesak dan batuk, sebenarnya telah terjadi gerakan refleks

jantung, dimana gerakan refleks tersebut berguna untuk memompa darah

ke seluruh bagian tubuh. Namun, sebenarnya tindakan ini harus dilakukan

pada pasien yang telah ditemukan tidak adanya pernafasan (untuk

menentukan pernafasan ditinjau dengan metode look, listen, and feel).

Selain itu, dilihat tidak ada denyut jantung karotis.

17

4. Heimlich Maneuver

Orang coba : Arum

Hasil percobaan : - Terasa gerakan nafas spontan yang keluar dari

hidung dan mulut.

Pada percobaan heimlich maneuver, sebenarnya dilakukan untuk

membebaskan jalan nafas pada orang yang tersedak atau jalan nafasnya

terhambat. Sehingga orang coba tidak boleh bernafas dan menahan nafas

tersebut. Setelah dilakukan penekanan pada daerah abdomen, orang coba

merasakan gerakan nafas secara spontan yang lewat dari hidung dan

mulut. Ini semua disebabkan karena adanya tekanan pada bagian abdomen

dan secara tidak langsung juga menekan pada bagian tulang rusuk

sehingga udara yang ada di dalam dada tersebut dapat keluar.

5. Chest Thrust Manuever

Orang coba : Viga

Hasil percobaan : - Terasa nafas spontan yang cepat.

6. Timbul rasa nyeri dan sesak pada bagian dada.

Chest thrust manuever juga hampir sama dengan percobaan

Heimlich Maneuver namun, perbedaannya terletak pada orang coba. Pada

percobaan kali ini, orang coba harus ibu hamil, anak bayi, atau obesitas.

Karena ibu hamil dan anak bayi tidak ada, kita memakai orang coba yang 18

ketiga yaitu obesitas. Dan juga perbedaan kedua yaitu bagian yang ditekan

adalah dada bagian atas karena ditinjau dari perbedaan orang coba, dapat

disimpulkan bahwa ibu hamil, anak bayi, dan obesitas tidak dapat ditekan

pada bagian atas abdomen. Pada ibu hamil, jika ditekan pada bagian ini

akan menyebabkan cidera pada janin yang dikandungnya. Pada anak bayi,

daerah diatas abdomen masih rentan. Sedangkan pada orang obesitas

bagian tersebut terdapat banyak lemak sehingga jika terjadi penekanan

akan sulit mencapai daerah pernafasan. Pada orang coba rasa nyeri

diakibatkan karena penekanan yang terlalu keras dan nafas yang terjadi

secara spontan akibat dari penekanan pada dada bagian atas.

19

BAB III

PERTANYAAN DAN JAWABAN

PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan

pengetahuan PPGD dan RJP ?

2. Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda

tertelan ?

3. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi ?

4. Apa gunanya metode Heimlich Manuever di bidang kedokteran gigi ?

5. Apa gunanya metode Chest thrust di bidang kedokteran gigi ?

6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai seseorang mengalami

pingsan setelah kecelakaan lalulintas ? Jelaskan.

JAWABAN

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi memerlukan pengetahuan PPGD

dan RJP agar mahasiswa tersebut dapat memberikan pertolongan pertama

apabila terdapat kejadian yang tak terduga seperti pada saat ada pasien

20

yang akan dilakukan tindakan perawatan gigi namun tiba-tiba tidak

sadarkan diri , pada saat itu otomatis kita akan melakukan tindakakan

PPGD dan RJP , sehingga dapat memberikan pertolongan agar dapat

mengembalikan fungsi jantung dan sistem pernafasan secara sementara

sampai adanya pertolongan lanjutan yang lebih intensif untuk pasien

tersebut.

2. Yang harus saya lakukan ketika saya menemukan gigi tiruan pasien yang

tertelan, maka saya akan melakukan tindakan pengecekan langsung

dengan cara cross-finger untuk membuka mulut ,menggunakan 2 jari,

yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakanuntuk chinlift, ibu

jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke

bawah. Kemudian lihatlah benda yang tersangkut tersebut, aabila masih

dapat dijangkau dengan jari maka boleh diambil sebisanya saja, namun

bila sulit untuk diambil maka gunakan metode lain yang sekiranya dapat

lebih aman daripada metode ini.

3. Metode Back Blow diperlukan dalam dunia Kedokteran Gigi jika tiba-tiba

terdapat seorang pasien yang tersedak (gigi tiruan tertelan dan lain

sebagainya), sehingga jalan nafas dapat terbuka kembali setelah dilakukan

metode tersebut.

4. Hemlich Manuever dilakukan jika Back Blow Manuever tidak berhasil

mengeluarkan benda yang tertelan. Sehingga fungsi Hemlich Manuever

dan Back Blow manuever sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun bagian

yang ditekan ialah ulu haiti, sehingga dilakukan jika benda yang tertelan

sudah mencapai perut.

5. Metode Chest Trust hampir sama dengan metode Hemlich, namun dari

metode ini terdapat perbedaan pada bagian penekanan dada yaitu pada

bagian atas, dan tindakan ini hanya dilakukan pada orang hamil, obesitas

dan anak bayi. Perlakuan ini untuk dapat membuka jalan nafas yang

tadinya terdapat hambatan tertentu.

21

6. Jika diketahui terdapat orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas pada

langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengecek kesadaran orang

tersebut dengan menggunakan metode AV-PU. Kemudian jika pasien

tersebut positif tidak sadarkan diri maka dilakukan tindakan lanjutan yaitu

RJP (Resositasi Jantung Paru). Kemudian jika pasien tidak sadar dan tak

dapat bernafan maka dapat dilakukan prosedur pernafasan buatan atau

pernafasan bantuan atau prosedur lainnya. Namun sebelum melakukan hal

tersebut, perlu diketahui bahwa kita harus meminta ijin terlebih dahulu

pada keluarga yang ada ditempat.

BAB IV

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kita lakukan, kita telah dapat menyimpulkan

bahwa Kegawat Daruratan Medik Dental dapat dilakukan dalam berbagai macam

prosedur metode yang telah kita lakukan, sehingga kita dapat paham dan mengerti

bagaimana cara memberikan pertolongan bagi seseorang dalam keadaan yang

darurat. Prosedur tersebut namun memiliki fungsi yang berbeda, namun ada juga

yang memiliki fungsi sama namun caranya saja yang agak sedikit berbeda dan

juga orang coba yang digunakan berbeda kondisi pula. Oleh karena itu dalam

mengambil tindakan haruslah tepat penanganannya, karena hal tersebut

menyangkut nyawa seseorang.

22

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall.2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran

EGC

Parnaadji,Rahardyan,dkk.2012.PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK

SISTEM TUBUH III EDISI II.Jember : FKG Universitas Jember

Indriana,Tecky,dkk.2012. PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK SISTEM

TUBUH II EDISI V.Jember : FKG Universitas Jember

23