PT-2-4 FINAL Juknis Pengoperasian & Pemeliharaan 2013__Ref.pdf
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Dan Pemeliharaan IPL
description
Transcript of Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Dan Pemeliharaan IPL
LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN, PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH
Tanggal Pengumpulan : 26 September 2013
Kelas / Kelompok : 3A / A2-2
Anggota :
1. Denis Waprita E 116061
2. Derrian Alexander 116063
3. Dida Abdivia P 116080
4. Hesty Dwi R 116118
5. Rizkiyah Dwi S 116224
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
AKADEMI KIMIA ANALISIS
BOGOR
2013
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 1 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan ini tepat pada
waktunya. Laporan ini membahas “Perencanaan, Pengoperasian dan Pemeliharaan
Instalasi Pengolahan Limbah”.
Berkat bantuan dan tuntunan dari Tuhan Yang Maha Esa serta tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis
dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang
mendukung guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Bogor, September 2013
Penulis
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 2 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 3
1.2. Tujuan Penulisan ................................................................................ 3
1.3. Manfaat Penulisan .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1. Pengelolaan Limbah ........................................................................... 4
2.1.1. Implementasi Produksi Bersih dan Minimasi Limbah ............... 4
2.1.2. Pengolahan Limbah .................................................................. 5
2.2. Pengolahan Air Limbah ...................................................................... 6
2.2.1. Tahapan Pengolahan Air Limbah .............................................. 6
2.2.2. Teknik Pengolahan Air Limbah ................................................ 8
2.2.3. Manajemen IPAL ................................................................... 11
2.3. Desain IPAL ..................................................................................... 12
2.3.1. Pengumpulan Data .................................................................. 12
2.3.2. Teknik dan Metode Pengujian Sampel .................................... 14
2.3.3. Penentuan Desain IPAL .......................................................... 17
BAB III Metode Percobaan ............................................................................. 23
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 23
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................. 23
3.3. Cara Kerja (Pengukuran dan Perhitungan) ........................................ 23
BAB IV Hasil Pengamatan dan Pembahasan ................................................... 32
4.1. Hasil Pengamatan ............................................................................. 32
4.2 Pembahasan...................................................................................... 34
BAB V Kesimpulan ........................................................................................ 36
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37
LAMPIRAN
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 3 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap kegiatan di masing-masing laboratorium Akademi Kimia Analisis
Bogor membutuhkan berbagai bahan, air dan energi dimana dari kegiatan tersebut
menghasilkan jumlah dan jenis limbah cair yang sangat beragam dan berbeda.
Limbah dapat didefinisikan sebagai sisa hasil proses produksi yang tidak
dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan. Sedangkan air limbah didefinisikan sebagai sisa
hasil proses produksi yang berbentuk cairan yang tidak dimanfaatkan lagi dan
harus dikelola. Air limbah ini perlu dilakukan pengolahan agar tidak
menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Dengan demikian,
setiap limbah cair yang dihasilkan harus dikelola dengan baik berdasarkan
karakteristiknya agar dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang
terkandung didalamnya dan aman untuk dibuang ke lingkungan.
Dengan karakteristik seperti itu maka pengelolaan dan pengolahan limbah
yang dilakukan juga perlu dirancang secara khusus meliputi upaya minimasi
limbah dan pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan laporan praktikum perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan
instalasi pengolahan limbah bertujuan untuk melakukan perencanaan,
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi pengolahan limbah sebagai bagian dari
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
1.3. Manfaat Penulisan
Penulisan laporan praktikum perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan
instalasi pengolahan limbah bermanfaat untuk memberikan informasi kepada
pembaca mengenai perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan instalasi
pengolahan limbah sebagai bagian dari pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 4 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan
pengurangan (minimization), segregasi (segregration), penanganan (handling),
pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mecapai hasil yang
optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan
dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja.
Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah
maka beban kegiatan Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat berat,
membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan yang lebih banyak, teknologi dan
biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah akan sangat
membantu mengutangi beban pengolahan limbah di IPAL.
2.1.1.Implementasi Produksi Bersih dan Minimasi Limbah
Secara prinsip, konsep produksi bersih dan minimasi limbah mengupayakan
dihasilkannya jumlah limbah yang sedikit dan tingkat pencemaran yang
minimum. Namun, terdapat beberapa penekanan yang berbeda dari kedua konsep
tersebut yaitu produksi bersih memulai implementasi dan optimasi proses
produksi, sedangkan minimasi limbah memulai implementasi dari upaya
pengurangan dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan.
Produksi Bersih
Produksi bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim
bahan pencemar, limbah, minim air dan energi. Bahan pencemar atau bahan
berbahaya diminimalkan dengan pemilihan bahan baku yang baik, tingkat
kemurnian yang tinggi atau bersih.
Selain itu, diupayakan menggunakan peralatan yang hemat air dan
hemat energi. Dengan kombinasi seperti itu maka limbah yang dihasilkan
akan lebih sedikit dan tingkat cemarannya juga lebih rendah. Selanjutnya
limbah tersebut diolah agar memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 5 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Minimasi Limbah
Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah
dan tingkat cemaran yang dihasilkan dari suatau proses dengan cara
pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan limbah.
Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau optimasi
efisiensi alat pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan seperti
sistem perpipaan, meniadakan kebocoran, ceceran dan terbuangnya bahan
serta limbah. Pemanfaatan ditujukan pada bahan atau air yang telah
digunakan dalam proses untuk digunakan kembali dalam proses yang sama
atau proses lainnya.
Setelah dilakukan penguarangan dan pemanfaatan limbah, maka
limbah yang dihasilkan akan sangat minimal untuk selanjutnya diolah dalam
instalasi pengolahan limbah.
2.1.2.Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah merupakan upaya terakhir dalam sistem pengelolaan
limbah stelah sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi untuk menurunkan
tingkat cemaran yang terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke
lingkungan. Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume
limbah dan kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari unsur fisik, biologi,
kimia dan radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar untuk menentukan
proses dan alat yang digunakan untuk mengolah air limbah.
Untuk mengolah air limbah dapat ditentukan tahapan prosesnya, jenis proses
dan alat yang digunakan sebagai berikut :
a. Tahapan Proses
Pengolahan air limbah biasanya menerapkan tiga tahapan proses yaitu
pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary
treatment) dan pengolahan akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan
ditujukan untuk mengkondisikan aliran, beban limbah dan karakter lainnya
agar sesuai untuk masuk ke pengolahan utama. Pengolahan utama adalah
proses yang dipilih untuk menurunkan pencemar utama dalam air limbah.
Selanjutnya pada pengolahan akhir dilakukan proses lanjutan untuk
mengolah limbah agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 6 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
b. Jenis Proses dan Alat Pengolahan
Terdapat tiga jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air limbah
yaitu proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan
cara memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring,
mengendapkan atau mengatur suhu proses dengan menggunakan alat
screening, grit chamber, settling tank atau settling pond. Proses biologi
dilakukan dengan cara memberikan perlakuan biologi pada air limbah
seperti penguraian subtansi biologi dengan lumpur aktif, proses aerobik dan
proses anaerobik. Proses kimia dilakukan dengan cara memberikan
perlakuan kimia pada air limbah.
Pilihan mengenai teknologi pengolahan dan alat yang digunakan seharusnya
dapat mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan pengelolaannya.
2.2. Pengolahan Air Limbah
2.2.1.Tahapan Pengolahan Air Limbah
Pada prinsipnya pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi enam
tahapan pengolahan. Namun hal ini juga bergantung pada jenis air limbah dan
tujuan pengolahan tersebut. Keenam tahapan pengolahan air limbah tersebut,
antara lain :
Pengolahan Pendahuluan (pre-treatment)
Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk menyaring benda terapung dan
mengendapkan benda yang berukuran besar seperti sampah, lemak, kerikil
atau pasir. Tahap selanjutnya adalah melakukan penyeragaman kondisi air
limbah (equalization) yang meliputi debit dan keasaman air limbah.
Pengolahan Primer (primary treatment)
Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan zat padat karena
partikel-partikel yang ada diendapkan dengan cara gravitasi. Bahan kimia
dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan tersebut.
Pengendapan biasanya dilakukan pada bak atau kolam pengendapan yang
secara periodik dibersihkan endapannya. Proses pengapungan dilakukan
dengan menghembuskan udara dari bawah sehingga partikel akan
mengapung kemudian dipisahkan dari cairan.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 7 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Pengolahan Sekunder (secondary treatment)
Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik
dalam air limbah dengan menggunakan proses biologi seperti lumpur aktif,
trickling filter, anaerobic digester, biogas. Terdapat dua hal penting dalam
proses ini adalah penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri.
Pengolahan Tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier dilakukan setelah pengolahan pertama dan kedua masih
banyak bahan polutan yang terdapat dalam air imbah. Pengolahan ini
dilakukan secara khusus tergantung jenis bahan polutan yang ada. Beberapa
alat yang biasa digunakan untuk pengolahan tersier adalah saringan pasir,
saringan multimedia, vacuum filter, penyerapan.
Pembunuhan Kuman (desinfection)
Pembunuhan kuman bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Bahan kimia
biasanya digunakan dalam proses ini seperti klorin.
Pembuangan lanjutan (ultimate disposal)
Dari pengolahan air limbah biasanya dihasilkan lumpur. Lumpur tersebut
perlu diolah lebih lanjut untuk menghilangkan tingkat polutannya dan
kemudian dapat dimanfaatkan atau dibuang ke lingkungan. Beberapa proses
pengolahan lumpur adalah pemekatan, penstabilan, pengurangan air dan
pengeringan.
Dari beberapa jenis pengolahan tersebut dapat dipilih gabungan pengolahan
yang efektif untuk mengolah air limbah yang ada. Selain itu, untuk mengolah air
limbah tidak selalu harus mengikuti tahapan-tahapan seperti diatas, akan tetapi
perlu dilakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan
demikian setiap unit bangunan atau instalasi pengolahan air limbah akan ada
perbedaan tahapan dan jenis proses yang dipilih.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 8 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
2.2.2.Teknik Pengolahan Air Limbah
Teknologi pengolahan air limbah merupakan salah satu teknik untuk
menurunkan tingkat pencemaran dan bahaya dari air limbah bagi lingkungan dan
manusia. Terdapat beragam teknologi pengolahan air limbah yang dapat
diterapkan namun perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain :
Harus dapat diterapkan dan dipelihara.
Harus dapat menurunkan pencemaran dalam air limbah ke tingkat yang
sesuai atau lebih rendah dari baku mutu yang ditetapkan.
Harus layak secara ekonomi dalam pembangunan (konstruksi), operasional
dan pemeliharaannya.
Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk mengurangi bahan polutan
didalmnya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Pengolahan air limbah
yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi atas tiga teknik
pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Untuk mengolah
suatu jenis air limbah tertentu, ketiga teknik pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri, kombinasi dari dua teknik atau ketiganya.
a. Pengolahan secara fisika
Sebelum dilanjutkan pengolahan terhadap air limbah, bahan-bahan
tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung disisihkan terlebih dahulu. Terdapat lima cara untuk melakukan
pemisahan bahan-bahan cemaran tersebut dalam air limbah yaitu dengan
penyaringan, presipitasi, flotasi, filtrasi dan sentrifugasi.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Sedangkan bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan
proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 9 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air limbah, biasanya dilakukan
untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari
dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran
yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik
terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air
limbah tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya
diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan
ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan
operasinya sangat mahal.
b. Pengolahan secara kimia
Pengolahan air limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan cara
membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-
bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-
bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan
(flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan
juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan
dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan
dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut,
sehingga akhirnya dapat diendapkan.
Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk
endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.
Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk
hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 10 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi
menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau
Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida
pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan
klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada
dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara
kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan
bahan kimia.
c. Pengolahan secara biologi
Semua air limbah yang mengandung bahan organik dapat diolah secara
biologi (biodegradable). Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara
biologi banyak diterapkan karena merupakan pengolahan yang murah,
efisien dan lebih ramah lingkungan.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas
dua jenis, yaitu :
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor)
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor)
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh
dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang
banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif
terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation
ditch dan kontak stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu
efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-
85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi
mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolisis total lebih
pendek (4-6 jam). Proses kontak stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD
tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak
diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 11 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak,
juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim
tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolisis selama 12-18 hari di dalam
kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk
mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan.
Dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya.
Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain
trickling filter, cakram biologi, filter terendam dan reaktor fludisasi.
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD
sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses
penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air limbah tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih
dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari
4.000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
2.2.3.Manajemen IPAL
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) perlu dikelola dengan baik agar
dapat beroperasi secara optimum sehingga air limbah yang diolah dapat sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan
beberapa perangkat manajemen dan pembiayaan seperti kelembagaan pengelolaa
IPAL, sumber daya manusia yang memadai, dan dukungan pembiayaan.
Kelembagaan pengelola IPAL perlu dibentuk agar pengelolaan IPAL dapat
ditangani dengan baik dan terstruktur. Dalam kelembagaan tersebut dibuat standar
operasi pengolahan air limbah, tata cara perawatan dan perbaikan IPAL,
pengambilan sampel dan melakukan pelaporan secara berkala.
Sumber daya manusia menjadi aspek penting lainnya dalam pengelolaan
IPAL. Perlu adanya SDM yang memahami secara teknis operasional IPAL, teknik
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 12 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
pengambilan sampel dan memahami aspek administrasi pelaporan dan evaluasi
kinerja IPAL.
Pembiayaan operasional IPAL perlu direncanakan dan diangarkan oleh
perusahaan. Pada pengoperasiannya, IPAL membutuhkan perawatan rutin,
penggunaan bahan kimia, melakukan uji kualitas air limbah dan perbaikan ringan
lainnya. Adanya dukungan pembiayaan yang memadai dari perusahaan untuk
operasional IPAL akan membuat kinerja IPAL tetap optimal.
2.3. Desain IPAL
2.3.1.Pengumpulan Data
Untuk menentukan teknik pengolahan dan desain Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) diperlukan beberapa informasi terkait proses produksi atau
pengolahan yang dilakukan, karakteristik air limbah yang dihasilkan dan baku
mutu air limbah yang menjadi acuan penaatan.
1. Proses Produksi
Proses produksi akan menentukan karakteristik limbah yang
dihasilkan. Dengan bahan baku yang sama, proses produksi yang berlainan,
maka akan dihasilkan limbah yang berlainan pula. Dengan demikian, proses
produksi menjadi informasi awal mengenai potensi limbah yang dihasilkan.
Secara prinsip proses produksi menggunakan bahan baku, bahan
tambahan, dan air yang diproses menggunakan teknik dan peralatan tertentu.
Pada proses produksi terdapat bagian-bagian proses tertentu yang juga
memungkinkan dihasilkannya limbah. Informasi mengenai potensi dan jenis
limbah dari masing-masing tahapan proses selanjutnya perlu dianalisa untuk
mengetahui karakteristik fisik, kimia atau biologinya.
Identifikasi sumber-sumber limbah di dalam industri pengolahan
memberikan informasi untuk pemisahan air limbah, penggunaan kembali air
yang sedikit terkontaminasi, dan utnuk pengaturan konsisi proses yang
menghasilkan limbah dalam jumalah yang besar atau pekat.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat limbah akan sangat membantu dalam
penetapan metode penanganan dan atau pembuangan limbah yang efektif.
Penanganan biologi misalnya cocok dilakukan pada limbah cair yang
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 13 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
mengandung bahan padatan organik terlarut. Limbah padat dengan kadar
organik tinggi cocok untuk pembakaran atau pemupukan.
2. Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan
cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup.
Secara garis besar karakteristik air limbah yang diperlukan untuk mendesain
IPAL meliputi karakterisitik fisik, biologis dan bakteriologis, kimia dan
debit.
Karakteristik Fisik
Air limbah sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari
bahan-bahan padat dan suspensi. Karakterisitik fisik dalam air limbah
yang diperlukan untuk pengelolaan dan pengolahan air limbah meliputi
suhu, pH, padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan warna.
Karakteristik Biologis dan Bakteriologis
Kandungan biologi dan bakteriologis terdapat juga dalam air limbah
tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan
dalam proses pengolahan air limbah. Mikroorganisme dan bakteri pada
air limbah dapat berupa eucaryotes (tanaman biji, spora, lumut),
eubacteria, dan archaebacteria. Yang paling berbahaya adalah bakteri
colli (E-colli dan Streptococci). Baktericolli berasal dari usus manusia
dan makluk hidup lain (ayam, sapi, itik, babi). Selain itu pada air
limbah juga ditemukan ganggang (fitoplankton) yang hidup dengan
memanfaatkan nutrien serta jamur yang bermanfaat dalam
menguraikan senyawa karbon.
Karakteristik Kimiawi
Kandungan bahan kimia yang terdapat dalam air limbah dapat
merugikan lingkungan. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan
oksigen dalam imbah serta menimbulkan rasa dan bau yang tidak
sedap. Pada umumnya, dalam air limbah pengolahan pangan, bahan
kimia yang membutuhkan oksigen berada dalam bentuk terlarut,
sedangkan dalam limbah peternakan sebagian besar terdapat dalam
bentuk partikulat.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 14 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Debit
Karakteristik lainnya yang digunakan untuk pengolahan air limbah
adalah debit atau jumlah aliran air per satuan waktu. Satuan waktu
dalam penghitungan aliran air yang digunakan dapat dalam hitungan
detik, menit atau jam dan juga dapat berupa debit sasaat, harian atau
mingguan. Informasi mengenai debit dan mutu limbah yang
dikeluarkan diperlukan untuk merancang fasilitas yang diperlukan
untuk mengelola pengeluaran yang konstan atau sewaktu-waktu.
2.3.2.Teknik dan Metode Pengujian Sampel
Semua air limbah perlu diketahui karakteristiknya terlebih dahulu sebelum
rancangan proses pengolahan pengolahannya dimulai. Sifat air limbah yang perlu
diketahui adalah volume aliran, konsentrasi organik, sifat-sifat karakteristik dan
toksisitas.
Laju aliran dan keragaman laju aliran merupakan faktor penting dalam
rancangan proses. Sejumlah unit dalam kebanyakan sistem penanganan harus
dirancang berdasarkan proses. Sejumlah unit dalam kebanyakan sistem
penanganan harus dirancang berdasarkan puncak laju aliran. Hal ini
membutuhkan studi laju aliran dan memberikan pertimbangan untuk
meminimumkan keragaman laju aliran bilamana mungkin.
Teknik dan pengujian sampel untuk beberapa parameter penting dalam
menentukan teknik pengolahan dan desain IPAL adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand = BOD)
Uji BOD adalah salah satu metode analisis yang paling banyak
digunakan dalam penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini
mencoba menentukan kekuatan polusi dari suatu limbah dalam pengertian
kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran tak langsung dari
bahan organik dalam air limbah.
Uji BOD distandarisasi pada periode 5 hari, suhu 20oC. Sampel
disimpan dalam botol yang kedap udara. Stabilisasi yang sempurna dapat
membutuhkan waktu lebih dari 100 hari pada suhu 20oC. Periode inkubasi
yang lama ini tidak praktis untuk penentuan rutin.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 15 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Oleh karena itu prosedur yang disarankan oleh AOAC (Association of
Official Analytical Chemists) adalah periode inkubasi 5 hari dan disebut
BOD5. Nilai ini hanya merupakan indeks jumlah bahan organik yang dapat
dipecah secara biologi bukan ukuran sebenarnya dari limbah organik. Air
limbah domestik yang tidak mengandung limbah industri mempunyai BOD
kira-kira 200 ppm. Limbah pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan
seringkali lebih dari 1000 ppm.
Walaupun BOD5 merupakan pengukuran umum untuk polusi air, uji
BOD memakan waktu dan reprodusibilitasnya rendah. Uji-uji seperti
kebutuhan oksigen secara kimia (COD) dan karbon organik total (TOC)
lebih cepat, lebih andal dan lebih reprodusibel.
b. Kebutuhan Oksigen Secara Kimia (Chemical Oxygen Demand = COD)
Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan
organik dalam sampel. Larutan asam dikromat (K2Cr2O7) digunakan untuk
mengoksidasi bahan organik pada suhu tinggi. Berbagai prosedur COD yang
menggunakan waktu reaksi dari 5 menit sampai 2 jam dapat digunakan.
Metode ini dapat dilakukan lebih cepat dari uji BOD. Oleh karena uji
COD merupakan analisis kimia, uji ini juga mengukur senyawa-senyawa
organik yang tidak dapat dipecah seperti pelarut pembersih dan bahan yang
dapat dipecah secara biologik seperti yang diukur dalam uji BOD.
Penggunaan dua katalis perak sulfat dan merkuri sulfat diperlukan
masing-masing untuk mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin
oksidasi senyawa-senyawa organik kuat menjadi teroksidasi. Limbah hewan
dan limbah pengolahan pangan seperti pengolahan saurkraut, pikel dan
zaitun dapat mengandung konsentrasi klorida yang tinggi dan akan
membutuhkan merkuri sulfat dalam analisis COD atau faktor koreksi
klorida.
Senyawa-senyawa benzena dan ammonia tidak diukur oleh uji ini.
Prosedur COD tidak mengoksidasi ammonia walaupun mengoksidasi nitrit.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 16 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
c. Karbon Organik Total (Total Organic Carbon =TOC)
Karbon organik total (TOC) mengukur semua bahan yang bersifat
organik. TOC diukur dengan konversi karbon organik dalam air limbah
secara oksidasi katalitik pada suhu 9000 C menjadi karbon dioksida. Metode
pengukuran polusi ini cepat (5-10 menit) dan dapat diulang, memberikan
perkiraan kadar karbon organik dari air limbah secara cepat.
Nilai TOC sangat berkorelasi dengan uji-uji BOD5 standar dan COD,
bila limbah relatif seragam. Uji BOD dan COD menggunakan pendekatan
oksigen, TOC menggunakan pendekatan karbon. Senyawa-senyawa yang
dianalisis dalam uji TOC, seperti selulosa, hanya memecah secara lambat
dalam lingkungan alamiah. Nilai TOC akan berubah bila limbah diberi
penanganan dengan berbagai metode.
d. Kebutuhan Oksigen Total (Total Oxygen Demand = TOD)
Kebutuhan oksigen total (TOD) dari suatu bahan didefinisikan sebagai
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran semua bahan pada suhu
900oC menggunakan katalis Platinum. Proses mengoksidasi semua bahan
organik dan bahan anorganik yang tidak teroksidasi sempurna. Kebutuhan
oksigen dari karbon, hidrogen, nitrogen dan sulfur dalam suatu contoh air
limbah diukur dengan metode ini.
e. Residu Dalam Limbah Cair
Residu dalam air limbah dapat berupa padatan terendapkan dan
padatan tersuspensi total. Padatan terendapkan adalah padatan dalam limbah
cair yang mengendap pada dasar dalam limbah cair yang mengendap pada
dasar dalam waktu 1 jam. Padatan ini biasanya diukur dalam kerucut Imhoff
berskala dan dilaporkan sebagai ml padatan terendap per liter.
Padatan terendap merupakan indikator jumlah padatan limbah yang
akan mengendap dalam alat penjernih dan kolam pengendapan. Penetapan
endapan ini mudah dilakukan dan berguna bila akan merancang sistem
penanganan pengendapan.
Padatan tersuspensi total kadang-kadang disebut residu yang tidak
dapat disaring, ditetapkan dengan cara menyaring sejumlah volume air
limbah melalui filter membran. (tikar gelas fiber) dalam cawan gouch. Berat
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 17 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
kering dari padatan tersuspensi total diperoleh setelah satu jam pada suhu
103-105oC.
f. Padatan Terlarut Total
Padatan terlarut total ditetapkan dalam berat contoh yang telah disaring
dan dievaporasi atau sebagai perbedaan antara berat residu setelah evaporasi
dan berat padatan tersuspensi total. Oleh karena larutan ini sulit dihilangkan
dari air limbah, maka pengetahuan mengenai padatan terlarut total adalah
penting bila menangani air limbah.
2.3.3.Penentuan Desain IPAL
Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain :
a. Debit Air Limbah
Desain IPAL dipengaruhi oleh debit air limbah yang dihasilkan, karena
debit digunakan sebagai penentuan volume unit-unit pengolahan air limbah.
Bila debitnya besar maka volume unit pengolahannya harus dibuat besar
untuk dapat menampung air limbah tersebut. Terlebih lagi bila akan
digunakan unit pengolahan yang membutuhkan waktu tinggal, maka
perhitungan volume unit pengolahannya dikalikan dengan waktu tinggalnya.
b. Aliran Air Limbah
Aliran air limbah dapat bersifat kontinyu (terus menerus) atau sesaat
ditentukan oleh proses produksi yang dilakukan. Ada industri yang
melakukan pengolahan atau beroperasi sepanjang hari dan beroperasi hanya
pada waktu-waktu tertentu saja semisal pagi hingga sore atau sore hingga
pagi hari.
Industri yang beroperasi sepanjang waktu akan menghasilkan aliran air
limbah yang terus menerus. Biasanya air limbah berasal dari setiap unit
produksi dalam jumlah yang beragam. Untuk jenis aliran seperti ini dapat
didesain bak pengatur aliran dan keseragaman kualitas air limbah sebelum
masuk ke unit pengolahan utama. Bak ini disebut bak equalisasi yang dapat
pula dilengkapi dengan pembubuh bahan kimia untuk mengkondisikan sifat
air limbah yang diinginkan.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 18 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan
menghasilkan air limbah hanya pada waktu tersebut. Biasanya air limbah
yang dihasilkan hanya sesaat namun dalam jumlah yang besar. Untuk
industri seperti ini maka desain IPALnya dipilih yang dapat menerima aliran
sesaat atau shock loading seperti pengolahan fisik (penyaringan dan
pengendapan), pengolahan kimia (koagulasi dan flokulasi) dan pengolahan
biologi (anaerobic digester).
c. Parameter Pencemar (karakteristik) Air Limbah
Setiap industri memiliki parameter pencemar yang berlainan hal ini
terkait dengan penggunaan bahan baku dan proses produksi yang juga
berlainan. Bahkan, industri sejenispun dapat memiliki karakteristik air
limbah yang tidak sama karena penanganan bahan dan penggunaan air yang
tidak serupa.
Secara umum parameter pencemar atau karakteristik air limbah
ditentukan oleh jenis bahan baku yang digunakan dan proses yang
dilakukan. Bila bahan baku yang digunakan adalah bahan organik maka
limbah yang digunakan akan memiliki kandungan bahan organik, demikian
juga bila industri tersebut menggunakan bahan kimia dalam proses
produksinya, maka dalam air limbahnya akan ditemukan kandungan bahan
kimia tersebut dalam ikatan aslinya atau ikatan dengan bahan kimia lainnya.
Jenis parameter pencemar utama dalam air limbah adalah bahan
organik, bahan anorganik, minyak dan lemak, mikroorgsnisme, warna dan
bahan padatan. Untuk masing-masing jenis parameter pencemar tersebut
dapat digunakan unit pengolahan tertentu agar dapat dikurangi
konsentrasinya atau tingkat bahayanya. Unit-unit pengolahan air limbah
tersebut ada yang secara khusus untuk mengolah pencemar tertentu, namun
ada juga yang berfungsi untuk mengolah secara bersama-sama beberapa
jenis bahan pencemar.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 19 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Beberapa jenis unit atau alat pengolahan air limbah yang dapat
digunakan untuk mengurangi bahan pencemar pada air limbah, yaitu :
Bahan Organik
Bahan organik dapat diolah pada unit pengolahan biologi yang bersifat
aerobik ataupun anaerobik seperti kolam aerasi, kolam lumpur aktif,
trickling filter, dan biogas.
Bahan Anorganik
Bahan anorganik dapat diolah pada unit pengolahan kimia dan biologi
seperti pengendapan, pembubuhan bahan kimia dan koagulasi-
flokulasi.
Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak dapat diolah pada unit penangkap minyak secara
konvensional ataupun menggunakan pembubuhan udara (floating
system).
Mikroorganisme
Cemaran mikroorganisme dapat dihilangkan pada unit pengolahan
biologi maupun kimia seperti kolam fakultatif atau clarifier-tickener.
Warna
Warna pada air limbah dapat dihilangkan dengan proses biologi untuk
warna yang berasal dari bahan organik atau menggunakan proses kimia
untuk warna yang berasal dari bahan sintetik. Proses biologi yang
dapat digunakan adalah kolam lumpur aktif atau proses kimia berupa
clarifier-tickener.
Padatan
Padatan dalam air limbah dapat terdiri dari padatan besar, padatan
tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan besar dapat dihilangkan
menggunakan alat penyaring dengan ukuran yang tertentu disesuaikan
dengan besarnya padatan yang ada, atau dapat juga menggunakan bak
pengendap. Padatan tersuspensi dapat dihilangkan dengan proses kimia
dan dilanjutkan dengan proses pengendapan. Sedangkan padatan
terlarut dapat dihilangkan dengan menggunakan proses kimia.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 20 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
d. Baku Mutu Air Limbah
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha
dan/atau kegiatan.
Pada baku mutu air limbah diatur beberapa hal terkait kadar bahan
pencemar, kuantitas dan beban pencemaran daam air limbah yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Penjelasan masing-masing item
tersebut adalah sebagai berikut :
Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar
dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air,
dinyatakan dalam satuan milligram per liter (mg/l).
Kuantitas air limbah maksimum adalah volume air limbah terbanyak
yang diperbolehkan dibuang ke sumber air dalam setiap satuan bahan
baku, dinyatakan dalam satuan meter kubik per ton produk (m3/ton
produk).
Beban pencemaran maksimum adalah jumlah tertinggi suatu unsur
pencemar yang terkandung dalam air limbah, dinyatakan dalam satuan
kilogram per ton (kg/ton).
Baku mutu air limbah untuk masing-masing jenis usaha atau kegiatan
memiliki perbedaan parameter bahan pencemar, kualitas dan beban
pencemarannya. Untuk itu dalam merancang desain IPAL perlu diperhatikan
baku mutu air limbah yang dipersyaratkan untuk usaha atau kegiatan
tersebut.
e. Ketersediaan Lahan atau Ruang
Besarnya lahan atau ruang bagi instalasi pengolahan air limbah
ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: volume limbah yang
dihasilkan, kadar dan keragaman bahan pencemaran air limbah dan pilihan
jenis unit pengolahan air limbah.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 21 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Volume Limbah Yang Dihasilkan
Semakin besar volume limbah yang dihasilkan maka semakin besar
peralatan atau unit pengolahan yang diperlukan. Hal ini berbanding lurus
dengan kebutuhan lahan untuk menempatkan peralatan atau unit pengolahan
tersebut.
Upaya minimasi volume limbah dapat dilakukan dengan cara efisiensi
penggunaan air, mencegah kebocoran air pada saluran air bersih dan air
selama proses berlangsung (air proses), menggunakan air bertekanan dalam
proses pembersihan, dan pemanfaatan kembali air untuk proses yang sesuai.
Kadar dan Keragaman Bahan Pencemaran Air Limbah
Kadar pencemar yang tinggi menyebabkan waktu proses semakin lama
sehingga dibutuhkan peralatan yang besar. Sebagai contoh, bila kadar total
padatan tersuspensi (total suspended solid) dalam air limbah tinggi maka
membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengendapannya yang
menyebabkan dibutuhkannya alat pengendapan yang lebih besar.
Upaya meminimalkan kadar dan keragaman bahan pencemar dalam air
limbah menjadi aspek yang penting untuk menekan kebutuhan jumlah dan
jenis peralatan. Upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan bahan
baku yang bersih dan memiliki tingkat kemurnian tinggi, meniadakan
kebocoran bahan dan air selama proses, dan menerapkan segregasi limbah.
Pilihan Jenis Unit Pengolahan Air Limbah
Beberapa unit pengolahan biologi seperti kolam oksidasi dan kolam
fakultatif membutuhkan lahan yang besar karena sistem pengolahannya
memerlukan permukaan kontak dengan udara yang besar.
f. Ketersediaan Biaya
Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL
membutuhkan pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit
pengolahan yang terbuat dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan,
biogas, bak kontrol, bak pengering lumpur), terbuat dari besi (trickling filter,
RBC, anaerobik digester) dan terbuat dari plastik atau fiber (biogas).
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 22 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Selain itu terdapat unit pengolahan yang tidak membutuhkan peralatan
penunjang, namun ada pula yang membutuhkan peralatan penunjang
mekanik dan elektrik. Peralatan penunjang ini membutuhkan pembiayaan
dalam pembangunan, operasional dan perawatannya.
Biaya operasional dapat berupa biaya untuk membeli bahan yang
diperlukan dalam proses IPAL (koagulan, kapur, aktivator), membayar biaya
energi (listrik atau energi lainnya), membayar tenaga kerja dan biaya uji
laboratorium.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 23 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu untuk melaksanakan praktikum perencanaan, pengoperasian
dan pemeliharaan instalasi pengolahan limbah adalah tanggal 19 September 2013
bertempat di halaman belakang laboratorium terapan II, Akademi Kimia Analisis
Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum perencanaan, pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi pengolahan limbah, antara lain :
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Meteran
4. Stopwatch
5. pH meter
6. pH universal
7. Botol winkler 250 ml
8. Alat jartest
9. Peralatan gelas laboratorium
10. Turbidimeter
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum perencanaan, pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi pengolahan limbah, antara lain :
1. Serbuk K2Cr2O7
2. Larutan Na2S2O3 0,025 N
3. Sampel air limbah
4. Air suling
5. Kanji
6. KI 20%
7. HCL 4N
8. NaOH 4N
9. MnSO4 10%
10. Alkali Iod Azida 10%
11. PAC
12. H2SO4 pekat
3.3. Cara Kerja
Cara kerja perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan instalasi
pengolahan limbah, sebagai berikut :
A. Pengoperasian dan Pemantauan Instalasi Pengolahan Air Limbah
1. Operasikan IPAL selama 30 menit. Setelah itu sampel air limbah baru
dapat diambil untuk diuji lebih lanjut.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 25 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
2. Debit diukur dengan menggunakan gelas piala 500 ml dan stopwatch.
Nyalakan stopwatch saat air pertama mengalir dan matikan stopwatch
setelah mencapai volume yang diinginkan. Hitung debit dengan
menggunakan rumus berikut : Q = Volume
Waktu .
3. Volume masing-masing IPAL diukur, lalu dihitung volume total
seluruh unit IPAL.
4. Hitung waktu tinggal limbah dalam IPAL dengan menggunakan rumus
berikut : waktu tinggal = Volume
debit .
B. Jartest
Penentuan pH optimum (pH variasi dan dosis PAC tetap)
1. Cek pH awal dengan pH meter.
2. Siapkan enam buah gelas piala 500 ml, atur pH dengan menambahkan
HCl atau NaOH lalu cek dengan kertas lakmus dan dosis PAC 2 tetes.
3. Pasangkan pada alat jartest :
Pengadukan cepat 80 rpm selama 1 menit
Pengadukan lambat 20 rpm selama 20 menit
Hentikan putaran, angkat pengaduk, diamkan selama 20 menit
0 rpm
4. Amati larutan yang paling jernih itulah pH optimum. Jika terdapat
lebih dari satu larutan yang paling jernih cek dengan turbidimeter.
Penentuan dosis optimum (pH tetap dan dosis PAC variasi)
1. Siapkan enam buah gelas piala 500 ml, atur pH dengan menambahkan
HCl atau NaOH lalu cek dengan kertas lakmus dan dosis PAC variasi
(1,2,3,4,5,6 tetes).
2. Pasangkan pada alat jartest :
Pengadukan cepat 80 rpm selama 1 menit
Pengadukan lambat 20 rpm selama 20 menit
Hentikan putaran, angkat pengaduk, diamkan selama 20 menit
0 rpm
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 26 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
3. Amati larutan yang paling jernih itulah dosis optimum. Jika terdapat
lebih dari satu larutan yang paling jernih cek dengan turbidimeter.
C. Penetapan Derajat Keasaman (pH)
a. Hubungkan steker alat dengan sumber arus listrik.
b. Tekan tombol “On” dan akan muncul tulisan “In it” pada layar.
c. Bilas elektroda dengan air suling, lalu keringkan dengan kertas tissue.
d. Kalibrasi alat dengan larutan buffer standar 4 dan 7 dengan cara
sebagai berikut :
1. Masukkan elektroda ke dalam larutan buffer standar pH 7, lalu
tekan tombol “pH Cal”.
2. Lakukan kalibrasi sampai “tanda panah” ke atas dan ke bawah
hilang.
3. Angkat elektroda, lalu bilas dengan air suling, kemudian
keringkan dengan kertas tissue.
4. Masukkan elektroda ke dalam larutan buffer standar pH 4, lalu
tekan tombol “pH Cal”.
5. Lakukan kembali kalibrasi sampai “tanda panah” ke atas dan ke
bawah hilang.
e. Angkat elektroda lalu bilas dengan air suling, kemudian keringkan
dengan kertas tissue.
f. Masukkan elektroda ke dalam larutan contoh.
g. Lakukan pembacaan sampai “tanda panah” ke atas dan ke bawah
hilang.
h. Setelah selesai, angkat elektroda bilas dengan air suling, lalu keringkan
dengan kertas tissue.
i. Tekan tombol “Off” dan cabut steker alat.
D. Penetapan DO0
1. Sampel dimasukkan ke dalam botol winkler sampai meluap dan
ditutup dengan hati-hati (jangan sampai terdapat gelembung).
2. Tambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml AIA dengan pipet mohr tercelup
dalam sampel.
3. Botol ditutup dan dikocok dengan membolak-balikan botol.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 27 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
4. Biarkan mengendap selama 10 menit dan tambahkan 2 ml H2SO4 pekat
lewat dinding sampai endapan larut sempurna membentuk larutan
berwarna kuning.
5. Pipet 50 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml.
6. Lalu titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N yang telah distandardisasi.
7. Tambahkan kanji lalu titrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0,025 N
dengan titik akhir titrasi berupa larutan tak berwarna.
Standardisasi larutan Na2S2O3 0,025 N
1. Timbang serbuk K2Cr2O7 sebanyak 0,0306 gram dalam erlenmeyer
250 ml.
2. Tambahkan air suling, kocok hingga larut. Tambahkan 7,5 ml H2SO4
4N dan 10 ml KI 20%.
3. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampai terbentuk larutan
berwarna kuning.
4. Tambahkan kanji hingga terbentuk larutan berwarna biru.
5. Lalu titrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0,025 N hingga terbentuk
larutan berwarna hijau.
E. Penetapan Kekeruhan
1. Kalibrasi alat turbidimeter dengan beberapa larutan standar kekeruhan.
2. Masukkan sampel ke dalam gelas contoh, kocok, biarkan gelembung
udara naik dan baca nilai kekeruhannya pada skala yang terdapat pada
alat turbidimeter.
3. Bandingkan hasil analisis dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
Equalisasi Koagulasi Netralisasi Aerasi Sedimentasi
Outlet
Debit
Waktu
tinggal
Jartest
pH DO
pH
Turbidity
pH
DO
Turbidity
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 28 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Perhitungan :
Penetapan DO0
Bobot K2Cr2O7 yang harus ditimbang untuk standarisasi Na2S2O3 0,025 N
mg K2Cr2O7 = N Na2S2O3 x BE K2Cr2O7 x Volume Na2S2O3
= 0,025 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑚𝐿 x 49
𝑚𝑔
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 x 25 mL
= 30,625 mg
= 0,0306 gram
Standardisasi Na2S2O3
N = mg K2Cr 2O7
BE K2Cr 2O7 x mL Na 2S2O3
N1 = 31,1 mg
49 mg
mgrekx 25,80 mL
= 0,0246 mgrek/mL
N2 = 32,0 mg
49 mg
mgrekx 26,03 mL
= 0,0250 mgrek/mL
N rerata = N1+N2
2 =
0,0246 mgrek
mL+0,0250
mgrek
mL
2 = 0,0248 mgrek/mL
Penetapan BOD contoh
DO0 = mL Na 2S2O3 𝑥 𝑁 Na 2S2O3 x BE O2 X 1000
𝑉 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ 𝑥 250 𝑚𝐿
250−4 𝑚𝐿
Botol 1
DO0(1) = 1,20 mL 𝑥 0,0248
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑚𝐿 x 8
mg
mgrek X 1000
𝑚𝐿
𝐿
50 𝑚𝐿 𝑥 250 𝑚𝐿
250−4 𝑚𝐿
= 4,6854 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿
DO0(2) = 1,20 mL 𝑥 0,0248
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑚𝐿 x 8
mg
mgrek X 1000
𝑚𝐿
𝐿
50 𝑚𝐿 𝑥 250 𝑚𝐿
250−4 𝑚𝐿
= 4,6854 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿
DO rerata = DO (1)+DO (2)
2
= 4,6854
mgram
L+ 4,6854
mgram
L
2 = 4,6854 mgram/L
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 29 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Botol 2
DO0(1) = 1,23 mL 𝑥 0,0248
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑚𝐿 x 8
mg
mgrek X 1000
𝑚𝐿
𝐿
50 𝑚𝐿 𝑥 250 𝑚𝐿
250−4 𝑚𝐿
= 4,8025 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿
DO0(2) = 1,25 mL 𝑥 0,0248
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑚𝐿 x 8
mg
mgrek X 1000
𝑚𝐿
𝐿
50 𝑚𝐿 𝑥 250 𝑚𝐿
250−4 𝑚𝐿
= 4,8806 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿
DO rerata= DO (1)+DO (2)
2
=4,8025
mgram
L+ 4,8806
mgram
2 = 4,8416 mgram/L
Jartest
Kebutuhan PAC/hari = Debit x Dosis optimum
= (52,27 m3/detik x 10
3 dm
3/m
3) x (
3 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
500 𝑚𝐿 𝑥
500 𝑚𝐿
𝐿 )
=52,27 dm3/detik x 3 tetes/L
= 156,81 tetes/detik
Jika diasumsikan 1 mL = 20 tetes, maka :
= 156,81 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
20 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠 /𝑚𝐿
= 7,8405 mL/detik
= 677419,2 mL/hari
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Bak Equalisasi
Volume 1 = πr2t
= 22
7 x (50,5 cm)
2 x 157,80 cm
= 1264778,271 cm3
= 1,26 m3
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 30 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Volume 2 = πr2t
= 22
7 x (50,15cm)
2 x 175,90 cm
= 1390376,296 cm3
= 1,39 m
3
Volume Bak = V1 + V2
= (1,26+1,39) m3
= 2,65 m3
Bak Koagulasi
Volume Bak = p x l x t
= 270,43 cm x 127,00 cm x 153,85 cm
= 5283918,249 cm3
= 5,28 m
3
Bak Netralisasi
Volume Bak I = p x l x t
= 105,25 cm x 130,23 cm x 125,60 cm
= 1721562,462 cm3
= 1,72 m3
Volume Bak II = p x l x t
= 106,87 cm x 131,50 cm x 125,60 cm
= 1765107,668 cm3
= 1,76 m3
Volume Total = V1 + V2
= (1,72 + 1,76) m3
= 3,48 m
3
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 31 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Bak Aerasi
Volume Bak = p x l x t
= 143,40 cm x 125,70 cm x 132,00 cm
= 2379350,16 cm3
= 2,38 m3
Bak Sedimentasi
Volume 1 = p x l x t
= 372,20 cm x 116,47 cm x 103,53 cm
= 4488039,373 cm3
= 4,49 m
3
Volume 2 =1
2 x Lalas x t
= 1
2 x (372,20 cm x 116,47 cm) x (144,27-103,53) cm
= 883042,2296 cm3
= 0,88 m3
Volume Bak = V1+V2
= (4,49 + 0,88 ) m3
= 5,37 m3
Bak Penampung Outlet
Volume Bak = p x l x t
= 118,17 cm x 51,75 cm x 20,43 cm
= 124935,5279 cm3
= 0,12 m3
Volume Total IPAL = Vequalisasi + Vkoagulasi + Vnetralisasi + Vaerasi + Vsedimentasi +
Voutlet
= (2,65 + 5,28 + 3,48 + 2,38 + 5,37 + 0,12) m3 = 19,28 m
3
Waktu tinggal = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡
= 19,28 𝑚3
52,27 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 0,37 detik
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 32 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Data Pengamatan Penetapan DO0
Tabel 1. Data Percobaan Standardisasi Na2S2O3 0,025 N
No Bahan Baku
Primer
Bobot Bahan
Baku Primer
(gram)
Volume
Na2S2O3
0,025 N (mL)
Indikator Konsentrasi Na2S2O3 Hasil
standardisasi
1 K2Cr2O7 0,0311 25,80 Kanji
N = mg K2Cr2O7
BE K2Cr2O7 x mL Na2S2O3
N = 31,1 mg
49 mg
mgrekx 25,80 mL
= 0,0246 mgrek/mL
2 K2Cr2O7 0,0320 26,03 Kanji
N = 32,0 mg
49 mg
mgrekx 26,03 mL
= 0,0250 mgrek/mL
Titik Akhir Titrasi :
Larutan berwarna cokelat Larutan berwarna kuning + kanji Larutan
berwarna biru dititar dengan Na2S2O3 0,025 N Larutan berwarna hijau
Tabel 2. Data Percobaan Penetapan Contoh Air Limbah
No
Volume
Contoh
(mL)
Volume
Na2S2O3
0,025 N (mL)
Indikator Perubahan Warna
Botol
1 50
1,20
1,20 Kanji
Larutan berwarna cokelat Larutan
berwarna kuning + kanji Larutan
berwarna biru dititar dengan Na2S2O3
0,025 N Larutan tidak berwarna
Botol
2 50
1,23
1,25 Kanji
Data Pengamatan Sampel Jartest
pH awal (diukur dengan pH meter) : 6,19
pH optimum : 5
pH 4 : 10,1 NTU
pH 5 : 4,64 NTU
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 33 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Dosis optimum : 3 tetes
2 tetes : 7,35 NTU
3 tetes : 1,98 NTU
5 tetes : 2,67 NTU
pH akhir (diukur dengan pH meter) : 4,03
Data Pengamatan Pengukuran Instalasi Pengolahan Air Limbah
Bak Equalisasi
Diameter : 101,00 cm
Tinggi : 157,80 cm
Volume : 1000 mL = 1000 m3
Waktu (t) : 19,13 detik
Debit (Q) : Volume
Waktu =
1000 m3
19,13 detik = 52,27 m
3/detik
Diameter : 100,30 cm
Tinggi : 175,90 cm
Bak Koagulasi
Panjang : 270,43 cm
Lebar : 127,00 cm
Tinggi : 153,85 cm
Bak Netralisasi
Bak I Bak II
Panjang : 105,25 cm Panjang : 106,87 cm
Lebar : 130, 23 cm Lebar : 131,50 cm
Tinggi : 125, 60 cm Tinggi : 125,60 cm
pH : 6,31
I II
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 34 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Bak Aerasi
Panjang : 143,40 cm
Lebar : 125,70 cm
Tinggi : 132,00 cm
Bak Sedimentasi
Panjang : 372,20 cm
Lebar : 116,47 cm
Tinggi 1 : 144,27 cm Tinggi 2 : 103,53 cm
pH : 6,24
Turbidity : 25,9
Bak Outlet
Panjang : 118,17 cm
Lebar : 51,75 cm
Tinggi : 20,43 cm
4.2. Pembahasan
Limbah merupakan sisa atau output yang sudah tidak dapat digunakan lagi
namun harus diolah agar tidak merusak lingkungan dikemudian harinya.
Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan membuat Instalasi Pengelolaan Air
Limbah jika limbah yang dihasilkan berupa cairan. Pada praktikum ini, limbah
yang digunakan adalah limbah cair.
Limbah cair memiliki sifat fisik, kimia, maupun biologis. Ketiga sifat ini
dianalisis pada pengolahan air limbah. Sifat fisik dapat ditentukan dengan
mengukur kekeruhan pada air limbah, sifat kimia ditentukan dengan menentukan
bahan organic ataupun anorganik, sifat biologis ditentukan dengan menentukan
keberadaan bakteri bakteri pathogen dalam air limbah.
Pada praktikum, dilakukan pengukuran volume bak pengolahan IPAL dan
menentukan beberapa parameter pada IPAL. Hasil yang didapat dengan volume
total IPAL 19,28 m3 dengan debit 52,27 m
3/detik dimana didapat waktu tinggal
limbah 0,37 detik. Penentuan debit dan waktu tinggal dilakukan di Bak Equalisasi.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 35 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
Bak Koagulasi menentukan Dosis optimum dari koagulan yang akan digunakan,
pada bak ini dosis optimum didapat 3 tetes dimana koagulan akan bekerja secara
optimal pada pH 5. Bak Netralisasi, diukur pH jika limbah asam maka
ditambahkan basa dan sebaliknya. Bak Aerasi dilakukan menentuan DO, dimana
bakteri akan mengunakan oksigen untuk memecahkan bahan organic dan pada
praktikum ini DO yang di dapat pada botol winkler pertama adalah 4,6854
mgram/L, botol winkler kedua adalah 4,8416 mgram/L. Setelah Bak Aerasi, Bak
sedimentasi dan terakhir Bak Penampung Outlet. Jika pada Bak Penampung Outlet
mengeluarkan air limbah dari Bak sebelumnya yaitu Bak sedimentasi, maka di Bak
Penampung Outlet harus diukur pH, kekeruhan dan DO.
Tahapan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah limbah yang
dihasilkan pertama masuk ke Bak Equalisasi, di Bak ini akan diukur debit untuk
menentukan waktu tinggal dan mengetahui kebutuhan bahan kimia, lalu setelah di
Bak Equalisasi, limbah dialirkan ke Bak Koagulasi, di Bak ini bertujuan
menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan. Bahan kimia dapat
digunakan untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari
partikel kecil yang bercampur. Selanjutnya limbah mengalir ke Bak Netralisasi, di
Bak ini menetralkan limbah yang pH nya asam maupun basa menjadi netral
dengan penambahan bahan kimia. Limbah yang telah netral dialirkan ke Bak
Aerasi, di Bak ini bertujuan mengurangi bahan bahan organic melalui
mikroorganisme yang ada di dalamnya.
Pada Bak ini, parameter yang dilakukan adalah menentukan COD maupun
BOD guna mengetahui jumlah oksigen yang digunakan mikroorganisme untuk
mendekomposisi senyawa organic yang terkandung dalam limbah. Limbah
selanjutnya akan masuk ke Bak Sedimentasi, dimana pada Bak ini dilakukan
pengendapan lebih sempurna untuk partikel partikel besar maupun kecil yang
terkandung dalam limbah, pada Bak ini dikuur pH dan kekeruhan. Selanjutnya
limbah dialirkan ke Bak Penampung Outlet, jika limbah dari Bak sedimentasi
mengalir ke Bak Penampung Outlet maka pada Bak ini harus ditentukan pH,
Kekeruhan dan BOD sebelum dibuang ke lingkungan. Setiap Parameter yang
diujikan harus memenuhi syarat Baku Mutu Lingkungan.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 36 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
- Air limbah dapat dibuang ke lingkungan, karena DO yang dihasilkan > 5
ppm dan pH limbah berkisar 6-9
- Hasil praktikum didapat DO = 4,6854 dan 4,8416 mgram/L
- Volume IPAL = 19,28 m3
dengan debit 52,27 m3/detik dimana didapat
waktu tinggal limbah 0,37 detik
- Kebutuhan PAC/hari = 677419,2 mL/hari
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 37 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
DAFTAR PUSTAKA
Musanif, Jamil. 2009. Pedoman Desain Teknik IPAL Agroindustri. Departemen
Pertanian.
Potter, Clitton, M. Suparwadi dan Aulia Gani. 1994. Limbah Cair Berbagai
Industri di Indonesia. Sumber : Pengendalian dan Baku Mutu, Kementerian
Negara Lingkungan.
Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi pengolahan Air Limbah ; Menuntaskan
Pengenalan Alat-alat dan Sistem Pengolahan Air Limbah. Kanisius:
Yogyakarta.
Sugiharto. 1987. Dasar Dasar Pengelolaan Air Limbah. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta
Wijana, Susinggih. 2012. Perancangan Pabrik IPAL. Universitas Brawijaya:
Malang.
Laporan Praktikum Perencanaan, Pengoperasian Page 38 dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah
LAMPIRAN