LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL
-
Upload
nuril-aviciena -
Category
Documents
-
view
651 -
download
7
description
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:Nuril Choiriyah123 20 4239
Pendidikan Biologi B
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa
difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Contohmya pada saat
kita menyeduh teh celup dalam kemasan kantong, warna dari teh tersebut akan
menyebar. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi teh dalam gelas lebih kecil
dibandingkan dengan konsentrasi teh yang ada di dalam kantong teh tersebut.
Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi.
Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang diperlukan
dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi. Peristiwa tersebut
dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan tekanan potensial air yang
sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan dengan larutan di dalam sel tumbuhan
Tunbuhan mempunyai membran plasma yang jika dimasukkan dalam larutan
dengan konsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu tearlepasnya membran
plasma dari dinding sel akibat tekanan osmotik. Pada praktikum kali ini kita akan
mencoba mencari pada konsentrasi berapakah sel akan mengalami plasmolisis dengan
prosentase jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Selain itu kita juga akan
menghitung tekanan osmotik dari sel tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis?
2. Pada konsentrasi larutan sukrosa berapakah yang dapat menyebabkan sel
epidermis Rhoe discolor mengalami plasmolisis sebesar 50%?
3. Berapakah tekanan osmisis cairan sel epidermis Rhoe discolor tersebut?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel
epidemis Rhoe discolor yang terplasmolisis.
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah
sel epidermis Rhoe discolor mengalami plasmolisis.
3. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran
plasma.Selaput ini merupakan membran dwi lapis membran yang mampu mengatur
secara selektif,aliran cairan dari lingkungan suatu sel (keluar masuknya cairan).
Pada dasarnya pengangkutan melalui membran sel dapat terjadi secara aktif
maupun pasif. Pengangkutan pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi,
artinya larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang konsentrasinya
rendah. Proses ini tidak memerlukan energi hasil metabolisme. Sedangkan
pengangkutan secara aktif memerlukan energi hasil metabolisme. Karena prosesnya
melawan gradien konsentrasi.
Proses difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutan secara
pasif. Osmosis adalah proses perpindahan partikel air dari konsentrasi tinggi ke
konsntrasi rendah melalui membran semipermeabel. Sedangkan difusi adalah proses
perpindaham partikel dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dengan tenaga
kinetiknya sendiri. Tenaga yang mendorong masuknya air kedalam sel adalah aktifitas
molekul,t ekanan hidrostatik, dan tekanan osmosis. Bila isi sel menyerap larutan maka
terjadilah tekanan turgor yang menekan membran plasma keluar kearah dinding sel.
Karena dinding sel merupakan massa yang kaku, maka akan terjadi tekanan yang
melawan arah teakanan turgor.
Proses osmosis sangat berperan dalam proses pengangkutan tumbuhan.
Memungkinkan terjadinya penyerapan air dan ion-ion dari dalam tanah yang nanti
akan diedarkan keseluruh bagian tumbuhan. Terjadinya pengangkutan itu akan
menyababkan tekanan turgor sel, sehingga mampu membesar dan mempunyai bentuk
tertentu. Osmosis juga memungkinkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata.
Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan
hidrostatik yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis. Tekanan yang
diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi bebas, sehingga PA
meningkat dan juga meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan. Tekanan yang
diberikan atau sering disebut PT yang disebut juga tekanan turgor. Dari ketiga
potensial tersebutdapat dilihat adanya hubungan yang dapat dituliskan rumus sebagai
berikut :
PA = PO + PT
Dari rumus tersebut terlihat, apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO
Dengan : PA = Potensial air
PO = Potensial osmotic
PT = Potensial tekanan
Plasmolisis merupakan suatu proses terlepasnnya membrane plasma dari
dinding sel. Hal tersebut dapat terjadi bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan
hipertonik (larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi isi sel) maka
terjadilah eksosmosis yaitu, keluarnya air dari isi sel keluar membran. Karena volume
isi berkurang dan dinding plasma bersifat permeable, maka antar membrane plasma
dan dinding sel terisi oleh larutan dari luar.
Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik, turgor sel akan
meningkat. Bila berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama
dengan konsentrasi isi sel, maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,
sebagian sel tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel
dengan meletakkan pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan
osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang terplasmolisis. Jika konsentrasi
larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan
osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4 x M x T
273
Dengan : TO = Tekanan Osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar
sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel
sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam
suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan
berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini
disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang
hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali
mengembang hal ini disebut deplasmolisis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan
beberapa variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon.
B. VARIABEL PENELITIAN
a) Variabel kontrol:
- Jenis sel sama, yaitu sel epidermis Rhoe discolor.
- Jumlah sayatan epidermis Rhoe discolor yaitu selapis sayatan.
- Perbesaran mikroskop 10x
- Waktu perendaman sayatan epidermis dalam larutan sukrosa yaitu 30
menit.
b) Variabel manipulasi: konsentrasi larutan sukrosa.
c) Variabel respons:
- Jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang terlihat.
- Jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang terplasmolisis.
- Jumlah prosentase sel epidermis Rhoe discolor yang terplasmolisis.
- Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel epidermis
Rhoe discolor terplasmolisis.
- Teknan osmosis
C. ALAT DAN BAHAN
1. Daun Rhoe discolor yang jaringan epidermisnya mengndung cairan sel yang
berwarna.
2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M ; 0,26 M ; 0,24 M ; 0,22 M ; 0,20 M ;
0,18 M ; 0,16 M ; 0,14 M.
3. Mikroskop.
4. Kaca arloji atau cawan petri 8 buah.
5. Kaca benda dan kaca objek.
6. Pisau atau silet.
7. Gelas beaker 100 ml.
8. Pipet.
D. LANGKAH KERJA
1. Membuat larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar yaitu 0,28 M dengan cara
melarutkan kristal sukrosa yang telah ditimbang sebanyak 95,76 gram ke dalam
aquades sehingga volumenya menjadi 1 liter. Sedangkan untuk membuat larutan
sukrosa dengan konsentrasi yang lebih rendah, dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
V1.M1 = V2.M2
Dengan : V1 = volume awal; M1 = konsentrasi awal;
V2 = volume akhir; M2 = konsentrasi akhir.
2. Menyiapkan 8 buah cawan petri dan mengisinya masing-masing dengan 5 mL
larutan sukrosa yang telah disediakan dan memberi label pada masing-masing
cawan petri berdasarkan konsentrasinya.
3. Mengambil epidermis Rhoe discolor, kemudian menyayat atau mengiris lapisan
epidermisnya yang berwarna ungu dengan pisau atau silet dan mengusahakan
hanya menyayat selapis sel.
4. Merendam sayatan-sayatan epidermis tersebut pada cawan petri yang sudah berisi
larutan sukrosa konsentrasi tertentu dengan jumlah sayatan yang sama dan
memberi selang waktu beberapa menit di antara memasukkan sayatan pada cawan
petri satu ke cawan petri yang lain dan mencatat waktu mulai perendamannya.
5. Setelah 30 menit, mengambil sayatan yang telah direndam pada cawan petri dan
memeriksanya dengan menggunakan mikroskop.
6. Menghitung jumlah seluruh sel yang pada satu bidang lapang pandang, jumlah sel
yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap
jumlah sel seluruhnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Tabel pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
Sel Epidermis Rhoe discolor
Konsentrasi
Sukrosa (M)
Jumlah Seluruh
Sel
Jumlah Sel
Terplasmolisis
Persentase Sel
Terplasmolisis (%)
0,14 460 33 7
0,16 300 27 9
0,18 312 60 19
0,20 126 30 24
0,22 128 64 50
0,24 208 109 52
0,26 136 84 62
0,28 153 104 68
0,14 0,16 0,18 0,20 0,22 0,24 0,26 0,280
10
20
30
40
50
60
70
80
7 9
1924
50 52
6268
konsentrasi sukrosa (M)
pers
enta
se se
l ter
plas
mol
isis (
%)
Grafik pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
Sel Epidermis Rhoe discolor
B. ANALISIS DATA
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat dianalisa sebagai berikut:
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 460 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 33 sel dengan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 7%.
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 300 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 27 sel dengan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 9%.
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 312 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 60 sel dengan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 19%.
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 126 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 30 sel dengan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 24 %.
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 128 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 64 sel dengan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 50%.
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 208 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 109 sel dengan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 52%.
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 136 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 84 sel dengan prosentase
sel terplasmolisis sebesar 62%.
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat
sebanyak 153 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 104 sel dengan
prosentase sel terplasmolisis sebesar 68%.
Berdasarkan grafik diatas, dapat diperoleh dapat dianalisa sebagai berikut:
- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M, sel epidermis Rhoe discolor yang
terplasmolisis mencapai 50% dari jumlah sel epidermis.
- Semakin tinggi konsentrasi sukrosa, semakin tinggi prosentase sel yang
terplasmolisis.
M = 0,22
TO sel = 22,4 x M x T
273
= 22,4 x 0,22 x (273+28)
273
= 1483,3
273
= 5,4 atm
C. PEMBAHASAN
Dari hasil analisa di atas maka dapat diperoleh bahwa semakin pekat
konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis Rhoe
discolor maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis. Hal tersebut
dapat terjadi akibat dari perbedaan potensial air di dalam dan di luar sel. Potensial air
yang ada di dalam sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Oleh
karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmosis, maka potensial
osmosis yang ada di dalam sel juga lebih besar dari pada potensial osmosis yang ada
di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan berpindahnya molekul air di dalam sel
menuju ke luar sel yang dalam praktikum kali ini molekul air berpindah dari sel
epidermis Rhoe discolor menuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas
sel epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan
akhirnya terlepas dari dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Rhoe
discolor ini biasa disebut dengan Plasmolisis.
Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M jumlah sel yang mengalami
plasmolisis telah mencapai 50%. Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi
tersebut merupakan kondisi yang isotonic, dimana dalam kondisi tersebut potential air
yang ada di dalam sel epidermis Rhoe discolor maupun di luar sel (pada larutan
sukrosa) menjadi sama, sehingga tidak terjadi lagi difusi air karena air yang masuk ke
dalam sel epidermis Rhoe discolor dan air yang keluar meninggalkannya terdapat
dalam jumlah yang sama atau dapat dikatakan terjadi keseimbangan dinamis. Jika
potensial di dalam sel dan di luar sel sama, maka besarnya potensial osmosis yang ada
di dalam dan di luar sel juga akan sebanding atau sama.
Setelah diketahui bahwa pada konsentrasi M, jumlah sel epidermis Rhoe
discolor mencapai 50%, maka dapat dihitung nilai tekanan osmosis yang ada pada sel
epidermis Rhoe discolor:
TO sel = 22,4 x M x T
273
= 22,4 x 0,22 x (273+28)
273
= 1483,3
273
= 5,4 atm
D. DISKUSI
Plasmolisis dapat terjadi karena terlepasnya membran sel dari dinding sel
akibat air yang ada di dalam dinding sel terus keluar sampai terjadi keseimbangan
antara potensial air yang ada di dalam dan di luar sel. Berdasarkan data yang telah
diperoleh maka dapat diketahui bahwa dengan semakin pekat atau tingginya
konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak pula sel yang mengalami
plasmolisis. Hal tersebut dise-babkan oleh potensial air yang ada di dalam sel
epidermis Rhoe discolor lebih besar dari pada di luar sel (larutan sukrosa), dan oleh
karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmotiknya, maka potensial
yang ada di dalam sel epidermis Rhoe discolor juga akan lebih besar dibandingkan
dengan potensial osmosis yang ada di luar sel.
Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah keseluruhan
sel yang tampak pada satu lapang pandang jika konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M,
karena pada kondisi tersebut potensial air yang ada di dalam sel epidermis Rhoe
discolor maupun di luar selnya menjadi sama atau bias disebut dalam keadaan yang
isotonic.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Suatu sel akan mengalami plasmolisis apabila potensial air yang ada di dalam
sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Hal tersebut juga berarti
bahwa potensial osmosis yang ada di dalam sel lebih besar daripada di luar sel.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang mengalami plasmolisis juga semakin besar
jumlahnya. Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah sel yang
yang tampak pada satu lapang pandang, jika konsentrasi larutan 0,22 M dan tekanan
osmosis yang didapat ialah 5,4 atm.
B. SARAN
Sebaiknya waktu praktikum lebih diperpanjang, agar kegiatan yang dilakukan
tidak terburu-buru, sehingga hasil yang didapatkan juga maksimal.
Selain itu, sebaiknya disediakan alat yang cukup sehingga tidak perlu berebut
dan menunggu peralatan dengan kelompok lain.
DAFTAR PUSTAKA
Dandelion. (2013, 03 Maret). [Laporan Praktikum Anatomi & Fisiologi Tumbuhan]
TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN POTENSIAL AIR. Diakses tanggal 18
februari 2014, dari http://summervina.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-
anatomi-fisiologi_6485.html
Tya_Nag_Bio. (2010, 02 November). PRAKTIKUM I, TEKANAN OSMOSIS CAIRAN
DALAM SEL. Diakses tanggal 18 Februari 2014, dari
http://tyanagbio.blogspot.com/2010/11/praktikum-i-tekanan-osmosis-cairan.html
Benny Morigan. (2008, 07 Maret). PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN
SEL. Diakses tanggal 18 Februari 2014, dari
http://bennymorigan.blogspot.com/2008/03/penentuan-tekanan-osmosis-cairan-
sel.html
About Biologi . (2011, 11 September). LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
TUMBUHAN Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel. Diakses tanggal 18 Februari
2014, dari http://merinasafitri-knowledge.blogspot.com/2011/09/laporan-praktikum-
fisiologi-tumbuhan.html
Yuliani dan Yuni Sri R. 2014. Panduan Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Surabaya: FMIPA Unesa
Yuliani, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Surabaya: FMIPA Unesa
LAMPIRAN
5 ml sukrosa 0,14 M + Rhoe discolor
7% terplasmolisis
5 ml sukrosa 0,16 M + Rhoe discolor
9% terplasmolisis
5 ml sukrosa 0,18 M + Rhoe discolor
19% terplasmolisis
5 ml sukrosa 0,20 M + Rhoe discolor
24% terplasmolisis
5 ml sukrosa 0,22 M + Rhoe discolor
50% terplasmolisis
5 ml sukrosa 0,24 M + Rhoe discolor
52% terplasmolisis
5 ml sukrosa 0,26 M + Rhoe discolor
62% terplasmolisis
5 ml sukrosa 0,28 M + Rhoe discolor
68% terplasmolisis