Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

45
Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oseanografi dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi perpaduan dari berbagai macam ilmu yang lain. Kimia oseanografi berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar lautan dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri (Stewart, 2008). Menurut Dharma (2010), oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi da pat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum Oseanografi Kimia ini adalah untuk mengetahui tingkat dan kadar kandungan bahan-bahan Kimia perairan yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Tujuan dari praktikum Oseanografi Kimia ini adalah untuk memberikan kemampuan dalam pengukuran kadar bahan-bahan kimia perairan untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu laut.

description

laporan ini mempelajari sifat-sifat kimia di perairan

Transcript of Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Page 1: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Oseanografi dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang

mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang

murni, tetapi perpaduan dari berbagai macam ilmu yang lain. Kimia oseanografi

berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar

lautan dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri (Stewart, 2008).

Menurut Dharma (2010), oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian

atau earth sciences yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang

berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi

da pat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi

oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika

oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus,

gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang

mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi

oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora

dan fauna atau biota di laut.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Oseanografi Kimia ini adalah untuk mengetahui

tingkat dan kadar kandungan bahan-bahan Kimia perairan yang dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan.

Tujuan dari praktikum Oseanografi Kimia ini adalah untuk memberikan

kemampuan dalam pengukuran kadar bahan-bahan kimia perairan untuk

mengetahui tingkat pencemaran suatu laut.

Page 2: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 2

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum lapang Oseanografi Kimia dilaksanakan pada hari Sabtu dan

Minggu, 19-20 November 2011 di Pantai Sendang Biru, Kecamatan

Sumbermanjing Wetan, Desa Tambak Rejo, Kabupaten Malang

Praktikum laboratorium Oseanografi Kimia dilaksanakan pada hari Senin,

21 November 2011 pada pukul 10.50- 11.50 WIB, di Laboratorium Ilmu Kelautan,

Gedung A lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,

Malang.

Page 3: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parameter Kimia Perairan

2.1.1 DO

Dilapisan permukaan laut konsentrasi gas oksigen sangat

bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu makin

berkurang tingkat kelarutan oksigen. Tapi anehnya semakin dalam pada

beberapa ratus meter di bawah permukaan air laut, walaupun suhu makin

menurun ternyata kadar oksigennya jua semakin berkurang sehingga bisa

di temukan lapisan air laut dengan kadar oksigen minimum. Di laut

oksigen terlarut (dissolved oxygen) berasal dari dua sumber yakni dari

atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis

tanaman lain. Keberadaan oksigen dalam air laut sangat diperlukan baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam pemanfaatan bagi

kebanyakan organism untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi

di mana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan

organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2

dan H2O (Wibisono, 2005).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua

jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat

yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.

Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan

organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen

dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas

dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor,

seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara

seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).

Page 4: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 4

2.1.2 CO2

Energi kimia diturunkan dari fotosintesis melalui fiksasi karbon

anorganik dari air laut yang mengandung bikarbonat yang tinggi,

serta dari karbondioksida yang dihasilkan oleh hewan inang. Karbon

terikat ini kemudian digunakan untuk mensintesis zooxhantellae baru,

untuk respirasi, dan translokasi. Karbon yang telah ditranslokasi ini

kemudian digunakan untuk respirasi hewan, untuk mensintesis

biomassa hewan baru, dan dilepaskan dari hewan dalam bentuk

partikulat atau karbon organik terlarut, seperti lendir, matriks organik.

Telah diperkirakan bahwa sekitar 91% dari energi hasil fotosintesis

pada karang scleractinian ditranslokasikan; alokasi utama dari energi

adalah untuk respirasi bagi jaringan hewan, dengan hanya sedikit saja

penggunaan untuk pertumbuhan dan reproduksi (Nganro, 2009).

Menurut Purba dan Khan (2010), kandungan karbondioksida di

atmosfer sangat kecil yakni 0,03%, sedangkan di perairan adalah 15%

dari semua gas-gas yang terlarut. Karbondioksida terabsorbsi dengan

cepat dari udara ke perairan tetapi sangat lambat dari perairan ke

atmosfer. Hal ini disebabkan di perairan karbondioksida membentuk

ikatan karbonat (CaCO3) yang digunakan oleh organisme akuatik untuk

membentuk skeleton. Selanjutnya, kadar oksigen terlarut berkisar 36%

dari gas-gas yang terlarut di perairan. Oksigen ini digunakan oleh

organisme ataupun tumbuhan laut untuk melakukan aktivitas

metabolismenya. Perhitungan karbondioksida dapat dihitung dengan

menggunakan winkler titration, dimana titrasi ini adalah metode tidak

langsung dengan serangkaian reaksi redoks.

2.1.3 Nitrat

Menurut Effendi (2003), nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen

di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan

tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat

stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa

nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia

menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen

dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi nitrit menjadi ammonia

Page 5: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 5

ditunjukan dalam persamaan berikut (a). Sedangkan oksidasi nitrit

menjadi nitrat ditujukan dalam persamaan (b).

2NH3 + 3O2 nitromonas 2NO2– + 2H+ + 2H2O (a)

2NO2-- + O2 nitrobakter 2NO3

-- (b)

Nitrat menyebabkan kualitas air menurun, menurunkan oksigen

terlarut, penurunan populasi ikan, bau busuk, rasa tidak enak. Nitrat

adalah ancaman bagi kesehatan manusia terutama untuk bayi,

menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai methemoglobinemia, yang

juga disebut "sindrom bayi biru". Air tanah yang digunakan untuk

membuat susu bayi yang mengandung nitrat, saat nitrat masuk kedalam

tubuh bayi nitrat dikonversikan dalam usus menjadi nitrit, yang kemudian

berikatan dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin, sehingga

mengurangi daya angkut oksigen oleh darah (Tresna, 2000).

2.1.4 Phospat

Phospat mengandung phosfor dan oksigen, dan semua itu

terdapat pada semua makhluk hidup. Penambahan phospat d perairan

merupakan variasi alam secara biologis. Penambhan phospat justru

membuat penambahan alga di perairan (Firmansyah, 2006).

Menurut Haekal (2008), phospat adalah senyawa phosphor yang

anionnya mempunyai atom phosphor yang di lingkupi oleh empat atom

oksigen yang terletak pada sudut-sudut tetrahedron. Asam phospat atau

yang sering disebut asam orthophospat dengan rumus kimia H3PO4

adalah asam berbasa tiga deret garam, yaitu orthophospat primer, misal

NaH2PO4; orthophospat sekunder, misal Na2HPO4; dan orthophospat

tersier, misal Na3PO4.

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat

organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada

air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati

diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat

anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan

mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di

batu karang dan fosil (Titha, 2011).

Page 6: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 6

2.1.5 Amonia

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya

senyawa ini di dapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut

bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi

keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan

dapat merusak kesehatan. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi

tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian.

Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat.

Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena

amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam

tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor

penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung

reaksi biasa di dalam sungkup asap. Amonia diproduksi dengan

mereaksikan gas Hydrogen (H2) dan Nitrogen (N2) dengan rasio H2 : N2 =

3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

gas-gas yang dibatasi kandungannya, seperti Argon (Ar) dan Methan

(CH4) (Rutbeyta, 2009).

Adanya amonia dalam air akan mempengaruhi pertumbuhan biota

budi daya. Pengaruh langsung dari kadar ammonia tinggi yang belum

mematikan adalah rusaknya jaringan insang, diman lempeng insang

membengkak sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan

terganggu. Sebagai akibat lanjut, dalam keadaan kronis biota budi daya

tidak lagi hidup normal. Penyebab timbulnya amonia dalam air

tambak/kolam adalah sisa-sisa ganggang yang mati, sisa pakan, dan

kotoran budi daya sendiri. Ada beberapa prosedur yang dikenal untuk

menentukan amonia dalam air, yaitu metode Nessler, metode phenate,

metode elektroda Ammonia-Selective, metode gas khormatografi dan

metode titrasi (Ghufran dan Andy, 2011).

2.1.6 pH

Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar

terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan air, sehingga sering

dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya

keadaan air sebagai lingkungan hidup, walaupun baik buruknya suatu

Page 7: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 7

perairan masih tergantung pula pada faktor-faktor yang lain. Untuk

menciptakan suasana yang bagus dalam suatu perairan, pH air harus

sudah agak mantap atau tidak terlalu bergoncang, karena ikan hanya

tahan terhadap penggoncangan pH antara 5 sampai 8. Jika keadaan ini

terpenuhi, ikan-ikan dapat hidup normal. Walaupun penggoncangan pH

suatu perairan kecil tetapi kalau penggoncangan terjadi dalam waktu

yang sangat singkat (mendadak), ikan tetap tidak dapat hidup normal,

bahkan kadang-kadang ikan akan mati (Sriharti, 1992).

Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam

larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l)

pada suhu tertentu atau pH = -log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi

tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jazad renik.

Perairan yang asam cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini

disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga, aktifitas

pernapasan tinggi dan selera makan berkurang (Kangkan, 2006).

2.1.7 Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh

dari dalam air laut. Salinitas sangat berpengaruh pada tekanan osmotik

air. Semakin tinggi salinitasnya maka akan semakin tinggi pula tekanan

osmotiknya. Biota yang hidup di dalam air harus mampu menyesuaikan

terhadap tekanan osmotiknya yang ada di lingkungannya. Pada umunya

salinitas air laut normal berkisar antara 32‰-35‰ (Ghufran, 2005).

Menurut Dharma (2010), salinitas adalah tingkat keasinan atau

kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada

kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian

besar danau,sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di

tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya

pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air

dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3

sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

Page 8: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 8

Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas:

1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu

wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah

yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu

rendah kadar garamnya.

2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah

laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin

sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.

Salinitas Air Berdasarkan Persentase Garam Terlarut

Air Tawar Air Payau Air Saline Brine

< 0.05 % 0.05 – 3 % 3 – 5 % > 5 %

Tabel 1. Salinitas Air

2.2 Baku Mutu Parameter Kimia Dalam Perairan

Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu,

oksigen terlarut, dan kandungan garam-garam ionik suatu perairan. Kebanyakan

perairan alami memiliki pH berkisar antara 6-9. Sebagian besar biota perairan

sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7–8,5 (Effendi,

2003 dalam Wijaya, 2009).

Air laut mempunyai kemampuan sebagai penyangga untuk mencegah

penambahan pH dimana penambahan nilai pH yang sedikit saja dapat

menunjukkan terganggunya sistem penyangga. Nilai pH di Perairan Indonesia

pada umumnya berkisar antara 6,0-8,5. Perairan dengan nilai pH kurang dari 4

merupakan perairan yang bersifat asam dan akan mengakibatkan kematian

organisme akuatik, sedangkan bila pH lebih dari 9,5 perairan tersebut tidak

produktif (Wardoyo, 1975 dalam Simanjutak, 1994).

Menurut Lumbantobing (1996) dalam Wijaya (2009), menggolongkan

kualitas air di perairan mengalir menjadi lima golongan berdasarkan kandungan

oksigen terlarut seperti yang terlihat dalam Tabel.

Page 9: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 9

Tabel 2. Kualitas Air Berdasarkan Kandungan O2 Terlarut.

Menurut Efendi (2003) dalam Wijaya (2009), kadar nitrat di perairan alami

hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/liter

menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas

manusia.

Menurut Andriani (1999) dalam Erliani, et al (2007) menyatakan bahwa

kadar oksigen terlarut minimum dalam perairan disarankan tidak kurang dari 4

mg/L dan dalam kondisi tidak terdapat senyawa beracun, konsentrasi 2 mg/L

sudah cukup mendukung kehidupan perairan. Senyawa yang diperlukan oleh

organisme autotrofik sebagai zat hara adalah nitrat dan fosfat menunjukkan

kisaran N antara 0,036-0,163 mg/L dan kisaran fosfat 0,034-0,102 mg/L.

Menurut Kangkan (2006), salinitas air laut bebas mempunyai kisaran 30-

36 ppt. Sedangkan daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang lebih besar.

Semua organisme dalam perairan dapat hidup pada perairan yang mempunyai

perubahan salinitas kecil.

Amonia di perairan bersumber dari pemecahan nitrogen organik (protein

dan urea) dan nitrogen anorganik (tumbuhan dan biota perairan yang telah mati)

oleh mikroba jamur (proses amonifikasi). Amonia jarang ditemukan pada perairan

yang mendapat cukup pasokan oksigen. Kadar amonia di perairan alami

biasanya tidak lebih dari 0,1 mg/liter (Effendi, 2003 dalam Wijaya, 2009).

2.3 Pengaruh Parameter Kimia pada Biota Laut

2.3.1 Pengaruh Negatif

Menurut Alaerst dan Sartika (1987), senyawa ammonia, nitrit,

nitrat dan bentuk senyawa lainnya berasal dari limbah pertanian,

pemukiman dan industri. Secara alami senyawa ammonia di perairan

berasal dari hasil metabolisme hewan dan hasil proses dekomposisi

Page 10: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 10

bahan organik oleh bakteri. Jika kadar ammonia di perairan terdapat

dalam jumlah yang terlalu tinggi (lebih besar dari 1,1 mg/l pada suhu 25

0C dan pH 7,5) dapat diduga adanya pencemaran.

Sumber ammonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen

organic (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam

tanah dan air, juga berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan

dan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur

yang dikenal dengan istilah ammonifikasi (Effendi, 2003).

2.3.2 Pengaruh Positif

Menurut Welch (1980), nitrogen merupakan salah satu unsur

penting bagi pertumbuhan organisme dan proses pembentukan

protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentukan

protein. Diperairan nitrogen biasanya ditemukan dalam bentuk amonia,

amonium, nitrit dan nitrat serta beberapa senyawa nitrogen organik

lainnya. Pada umumnya nitrogen diabsorbsi oleh fitoplankton dalam

bentuk nitrat (NO3 – N) dan ammonia (NH3 – N). Fitoplankton lebih

banyak menyerap NH3 – N dibandingkan dengan NO3 – N karena lebih

banyak dijumpai diperairan baik dala kondisi aerobik maupun anaerobik.

Senyawa-senyawa nitrogen ini sangat dipengaruhi oleh kandungan

oksigen dalam air, pada saat kandungan oksigen rendah nitrogen

berubah menjadi Amonia (NH3) dan saat kandungan oksigen tinggi

nitrogen berubah menjadi nitrat (NO3-).

Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat

merupakan salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa

protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan

dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan

apabila didukung oleh ketersediaan nutrien. Konsentrasi ammonia untuk

keperluan budidaya laut adalah” 0,3 mg/l (KLH, 2004). Sedangkan untuk

nitrat adalah berkisar antara 0,9 – 3,2 mg/l (KLH, 2004; DKP, 2002).

Page 11: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 11

2.4 Siklus O2

Menurut Suhendro (2007), keberadaan oksigen dalam kehidupan di muka

bumi sangat penting. Oksigen merupakan senyawa yang berperan pada reaksi

pembakaran untuk menghasilkan panas/energi. Selain itu, oksigen juga menjadi

salah satu dari tiga unsur utama penyusun organ makhluk hidup. Oksigen

dikonsumsi makhluk hidup untuk membangkitkan energi dari energi kimia.

Makhluk hidup kemudian menghembuskan CO2 yang akan dimanfaatkan oleh

tumbuhan berklorofil untuk proses fotosintesis. Salah satu produk fotosintesis

adalah oksigen.

Menurut Suhendro (2007), mineral alam banyak yang mengandung unsur

oksida, misalnya Fe2O3, MnO2, ZnO, dll. Setelah ditambang dan dimurnikan,

oksigen sering dihasilkan sebagai produk samping industri pengolahan bijih.

Kawah gunung berapi selain menghasilkan gas sulfur juga mengeluarkan gas

oksigen berupa SO2, SO3, NO2, CO2 dan CO. Gas CO yang dihasilkan akan

berikatan dengan oksigen bebas di angkasa membentuk CO2, CO2 kemudian

dimanfaatkan oleh tumbuhan.

Gambar 1. Siklus Oksigen

Page 12: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 12

Menurut Nasution (2010), konsentrasi oksigen terlarut dapat diukur dengan

Winkler DO test, cara pengukuran ini berdasarkan atas reaksi kimia yaitu:

1. Ion magnesium ditambahkan pada sampel dan mengikat oksigen dan

terjadi endapan MnO2.

2. Kemudian iodide ditambahkan dan bereaksi dengan magnesium oksida

membentuk iodide.

3. Konsentrasi iodide diukur melelui titrasi dengan sodium thiosulfat.

2.5 Siklus Karbon

Menurut David (2007) dalam Aar (2011), pelepasan karbon baru hasil dari

pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi tidak semuanya berada di

atmosfir, melainkan terbawa ke biosfer dan laut. Kondisi ini membuktikan, alam

dapat menyerap lebih dari setengah emisi karbon. Meski demikian, perubahan

iklim menyebabkan alam memperlambat penyerapan karbon, atau bahkan mulai

melepaskan karbon, yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dan

deforestasi.

Kebanyakan CO2 di udara dipergunakan oleh tanaman selama

fotosintesis dan memasuki ekosistem melalui serasah tanaman yang jatuh dan

akumulasi C dalam biomasa (tajuk) tanaman. Separuh dari jumlah C yang

diserap dari udara bebas tersebut diangkut ke bagian akar berupa karbohidrat

dan masuk ke dalam tanah melaui akar-akar yang mati (Hairiah, 2002).

Gambar 2. Siklus Karbon

Page 13: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 13

Siklus karbon mengalami perputaran dari satu ‘gudang’ (reservoir) ke

‘gudang’ yang lain melalu proses fisika, kimia, dan biologi. ‘Gudang-gudang’

tersebut adalah atmosfer, vegetasi terestrial, bahan bakar fosil (minyak bumi dan

batubara), tanah, danau, sungai dan laut (Yaya, 2010).

Secara skematik siklus karbon di zona pesisr ditampilkan pada gambar.

Karbon tersimpan di dalam ‘gudang-gudang’ (reservoir) atau ‘kolam-kolam’

(pool), yaitu atmosfer, vegetasi terestrial, serasah dan perairan. Karbon

berpindah-pindah dari satu ‘gudang’ ke ‘gudang‘ yang lain melalui proses

fotosintesis , gugur serasah, dekomposisi dan outwelling (Yaya, 2010).

Gambar 3. Siklus Karbon di Zona Pesisir

2.6 Siklus Phospat

Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut

di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar

tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. Di alam, fosfor terdapat dalam

dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan

senyawa fosfay an organik (semua itu ada pada air dan tanah di seluruh muka

bumi ini). Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua

makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat),

sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Fosfor juga ditemukan sebagai

komponen utama dalam pembentukan gigi dan tulang vertebrata. Daur fosfor

tidak melalui komponen atmosfer. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion

Page 14: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 14

fosfat (fosfor yang berikatan dengan oksigen). Ion fosfat terdapat dalam

bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa

menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi

menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan dan

akhirnya phospat meningkat. Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang

dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya.

Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur

mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan fosfor

kemudian diambil oleh tumbuhan. Siklus fosfor sangat mudah terganggu oleh

kultivasi tanah yang intensif. Fosfor masuk ke laut melalui sungai. Pelapukan

kontinen dari materi kerak bumi, yang mengandung rata-rata 0,1% P2O4

merupakan sumber utama dari fosfor sungai (Karmana, 2007).

Gambar 4. Siklus Phospat

Phosfor di alam terdapat dalam bentuk ion (PO43-), Ion phospat di alam

sendir terdapat di bebatuan maupun tanah. Ion phospat akan terbawa ke

perairan melalui prosesn sedimentasi, pelapukan batuan, dan erosi. Di perairan

melaui proses sedimentasi akhirnya timbul endapan dan karena pergerakan bumi

tidak stabil maka phospat muncul ke permukaan. Adapun di darat,ion phospat di

tanah diserap oleh tumbuhan, kemudian tumbuhan tersebut dimakan herbivora

dan lalu dimakan oleh karnivora herbivora tersebut. Pada karnivora phospat

dikeluarkan melaui urine maupun feses. Oleh dekomposer ion phosphat

anorganik tersebut diuraikan menjadi (P) Phosfor. Dan ion ini di ambil lagi oleh

tumbuhan, begitu pula seterusnya (Kuncoro, 2004).

Page 15: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 15

2.7 Siklus Nitrogen

Menurut Defishery (2011), sebuah proses biologis yang disebut siklus

nitrogen menghilangkan amonia dari air dengan mengubahnya menjadi lain,

kurang senyawa beracun. Ikan mengekskresikan amonia dikonversi menjadi

sebuah senyawa yang disebut nitrit (NO2) oleh beberapa genera bakteri,

termasuk Nitrosospira dan Nitrosomonas. Kelompok lain bakteri, termasuk

Nitrospira dan Nitrobacter, mengkonversi nitrit ke nitrat (NO3). Di kolam, proses

ini terjadi pada lapisan permukaan lumpur, dan pada tanaman atau struktur

lainnya. Dalam tank atau aquaria, filter biologis, atau biofilter, harus disediakan

sebagai tempat di mana bakteri dapat hidup dan berkembang. Biofilter baru

membutuhkan enam sampai delapan minggu untuk membangun bakteri cukup

efektif mengurangi kadar amonia dan nitrite. Poin penting lainnya untuk

menyebutkan tentang siklus nitrogen adalah bahwa kedua kelompok bakteri

nitrifying membutuhkan oksigen dan alkalinitas berfungsi. Jika kadar oksigen

tidak cukup, proses dapat mematahkan, dan amonia dan nitrite level akan

meningkat. Alkalinitas (bikarbonat dan karbonat) juga digunakan oleh nitrifying

bakteri. Jika alkalinitas kurang dari 20 ����� , bakteri nitrifying tidak akan dapat

berfungsi. Juga penting untuk dicatat bahwa nitrit adalah racun bagi ikan pada

tingkat serendah 0,10 ����� . Jika belum matang atau biofilter terganggu,

menambahkan klorida dalam bentuk garam (natrium klorida) atau kalsium klorida

pada tingkat 10 ����� klorida untuk setiap 1 ��

��� nitrit akan mengurangi efek

racun dari nitrit pada ikan. Nitrat, produk akhir dari siklus nitrogen, dianggap tidak

berbahaya bagi ikan di sistem-sistem alam dan kolam seperti itu digunakan

sebagai pupuk oleh tanaman, termasuk fitoplankton. Dalam sistem tertutup

dengan sedikit atau tanpa air pertukaran Namun, nitrat akan terakumulasi dan

mungkin berbahaya jika lebih tinggi dari 250 ����� .

Page 16: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 16

Gambar 5. Siklus Nitrogen

Nitrifying bakteri menggunakan oksigen dan alkalinitas untuk mengkonversi

amonia dan nitrite ke kurang beracun produk sampingan, nitrat, yang kemudian

digunakan oleh tanaman atau kembali ke atmosfer.

Nitrogen dalam air terjadi dalam berbagai bentuk senyawa. Nitrogen yang

terbanyak dalam bentuk N-molekuler (N2) yang berlipat ganda jumlahnya

daripada nitrit (NO2) atau nitrat (NO3), tetapi tidak dalam bentuk yang berguna

bagi jasad hidup. Nitrogen memegang peranan kritis dalam siklus organic dalam

menghasilkan asam-asam amino yang membuat protein. Dalam siklus nitrogen,

tumbuh-tumbuhan menyerap N-anorganik dalam salah satu gabungan atau

sebagai nitrogen molekuler. Tumbuh-tumbuhan ini membuat protein yang

kemudian dimakan hewan dan diubah menjadi protein hewan.Jaringan organic

yang mati diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasukdidalamnya bakteri

pengikat nitrogen yang mengikat nitrogen molekulermenjadi bentuk-bentuk

gabungan (NO2, NO3, NH4) dan bakteri denitrifikasi yang melakukan hal

sebaliknya. Nitrogen lepas ke udara dan diserap dari udara selama siklus

berlangsung. Jumlah nitrogen yang tergabung dalam mineral dan mengendap di

dasar laut tidak seberapa besar (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Pola

sebaran nitrogen di Samudera Atlantik, Pasifik dan Samudera India tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sebaran menegak dari bentuk-bentuk

gabungan nitrogen berbeda di laut. Nitrat terbanyak terdapat di lapisan

permukaan, ammonium tersebar secara seragam, dan nitrit terpusat dekat

termoklin. Interaksi-interkasi antara berbagai tingkat nitrogen organic dan bakteri

sedemikian rupa sehingga pada saat nitrogen diubah menjadi berbagai senyawa

anorganik, zat-zat ini sudah tenggelam di bawah termoklin. Hal ini menimbulkan

masalah bagi penyediaan nitrogen karena termoklin merupakan penghalang bagi

Page 17: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 17

migrasi menegak unsur-unsur ini dan kenyataannya persediaan nitrogen akan

menjadi faktor pembatas bagi produktivitas di laut (Erghimuhammadnur's, 2010).

2.8 Siklus Amonia

Gambar 6. Siklus Amonia

Menurut Sitorus (2009), amonifikasi nitrogen organik untuk menghasilkan

ammonia selama proses dekomposisi bahan organik. Proses ini banyak

dilakukan oleh mikroba dan jamur yang membutuhkan oksigen untuk mengubah

senyawaan organic menjadi karbondioksida. Selain itu autoisolasi atau pecahnya

sel dan ekskresi ammonia oleh zooplankton dan ikan juga berperan sebagai

pemasok ammonia.

Amonia dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja; juga dari

oksidasi zat organis (HaObCcNd) secara mikrobiologis yang berasal dari air alam

atau air buangan industri dan penduduk sesuai reaksi sebagai berikut:

HaObCcNd + �� � �

� � �� � � O2 bakteri cCO2 + �

� � �� �� H2O + dNH3

Dapat dikatakan bahwa amonia berada dimana-mana, dari kadar beberapa ��

��� pada air permukaan dan air tanah, sampai kira-kira 30 ����� lebih, pada

air buangan. Kadar amonia yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan

Page 18: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 18

adanya pencemaran. Rasa NH3 kurang enak, sehingga kadar NH3 harus rendah;

pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus di bawah 0,5 ��

��� (syarat mutu air sungai di Indonesia). NH3 tersebut dapat dihilangkan

sebagai gas melalui aerasi atau reaksi dengan asam hipoklorik HOCl atau kaporit

dan sebagainya, hingga menjadi kloramin yang tidak berbahaya atau sampai

menjadi N2 (Al-Nuri, 2010).

2.9 Spektrofotometer

Menurut Pudjaatmaka (2002), spektrofotometer adalah alat untuk

mengukur intensitas sinar pada berbagai panjang gelombang setelah sinar itu

diserap oleh suatu cuplikan; biasanya langsung terbaca absorbans pada panjang

gelombang itu; pada alat tak otomatis diperoleh spektrum serapan dari zat yang

diperiksa.

Gambar 7. Spektrofotometer

Spektrofotometer merupakan salah satu peralatan penelitian yang paling

banyak digunakan dalam bidang biologi. Spektrofotometer mengukur jumlah

relatif cahaya dari panjang gelombang berbeda yang diserap dan diteruskan oleh

larutan pigmen. Cahaya putih dipisahkan menjadi sejumlah warna (panjang

gelombang) oleh prisma. Kemudian, satu demi satu, warna cahaya yang berbeda

itu dilewatkan melalui sampel. Cahaya yang diteruskan menabrak tabung

Page 19: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 19

fotolistrik, yang mengubah energi cahaya menjadi listrik, dan arus listriknya

diukur dengan suatu alat ukur. Setiap kali panjang gelombang cahaya berubah,

alat ukur akan mengidikasikan fraksi cahaya yang diteruskan melalui sampelnya,

atau sebaliknya, fraksi cahaya yang diserap (Campbell, 2002).

Page 20: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 20

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi

3.1.1 DO (Dissolved Oxygen)

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai

Dissolved Oxygen (DO) antara lain:

• Botol DO : Sebagai wadah air sampel

• Pipet tetes : Untuk membantu memindahkan larutan dalam

skala kecil

• Statif : Untuk menyangga biuret

• Corong : Untuk membantu memindahkan cairan agar

terbuang

• Biuret : Sebagai wadah larutan titran

3.1.2 Pengukuran pH

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai

Pengukuran pH antara lain:

• pH meter : Untuk mengukur kadar pH suatu perairan

• Beaker glass : Untuk membantu memindahkan larutan

dalam skala kecil

• Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)

3.1.3 Salinitas

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai

Salinitas antara lain:

• Salinometer : Untuk mengukur kadar salinitas suatu

perairan

• Pipet tetes : Untuk membantu memindahkan larutan

dalam skala kecil

• Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)

Page 21: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 21

3.1.4 Nitrat

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai

Nitrat antara lain:

• Beaker glass : Sebagai wadah larutan yang akan diuji

• Hot plate : Untuk memanaskan cairan saat

membentuk kerak

• Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan dalam skala

kecil

• Spatula : Untuk membantu menghomogenkan

larutan

• Cuvet : Sebagai wadah penyimpanan larutan

• Spektofotometer : Untuk mengukur panjang gelombang

warna

• Rak tabung reaksi : Sebagai wadah Cuvet

• Crustable tank : Untuk mengambil beaker glass yang

dipanaskan

• Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)

3.1.5 Fosfat

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai

Fosfat antara lain:

• Spatula : Untuk membantu menghomogenkan

larutan

• Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan dalam skala

kecil

• Beaker glass : Sebagai wadah larutan yang akan diuji

• Rak tabung reaksi : Sebagai wadah penyimpanan tabung

reaksi

• Cuvet : Sebagai wadah penyimpanan larutan

• Spektofotometer : Untuk mengukur panjang gelombang

warna

• Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)

Page 22: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 22

3.1.6 Amonia

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai

Amonia antara lain:

• Gelas ukur : Sebagai wadah larutan dalam volume

tertentu

• Beaker glass : Sebagai wadah larutan

• Spatula : Untuk membantu menghomogenkan

larutan

• Cuvet : Sebagai wadah penyimpanan larutan

• Spektofotometer : Untuk mengukur panjang gelombang

warna

• Rak tabung reaksi : Sebagai wadah cuvet

• Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)

3.1.7 Analisa Karbondioksida (CO2) Bebas

Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai

Analisa Karbondioksida Bebas CO2 antara lain:

• Beaker glass : Sebagai wadah larutan

• Pipet tetes : Untuk membantu memindahkan larutan

dalam skala kecil

• Statif : Sebagai penyangga biuret

• Biuret : Sebagai wadah larutan yang akan

diteteskan pada proses titrasi

• Corong : Untuk memasukkan larutan kedalam

wadah yang lubangnya kecil

• Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)

3.2 Bahan dan Fungsi

3.2.1 DO (Dissolved Oxygen)

Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia

mengenai Dissolved Oxygen (DO) antara lain:

• MnSO4 : Untuk mengikat O2 dalam larutan

Page 23: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 23

• NaOH + KI : Untuk mengikat I2 dan melarutkan endapan

cokelat

• Na2S2O3 : Sebagai titran

• Amilum : Sebagai indikator suasana basa dan indikator

warna ungu

• Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar oksigen

terlarutnya

• H2SO4 : Sebagai pelarut endapan coklat dan melepaskan

ikatan I2

• Tissue : Untuk membersihkan alat-alat

3.2.2 Pengukuran pH

Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia

mengenai Pengukuran pH antara lain:

• Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar oksigen

terlarutnya

• Tissue : Untuk membersihkan alat-alat

3.2.3 Salinitas

Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia

mengenai Salinitas antara lain:

• Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar oksigen

terlarutnya

• Tissue : Untuk membersihkan alat-alat

3.2.4 Nitrat

Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia

mengenai Nitrat antara lain:

• Asam fenol disulfonik : Untuk melarutkan kerak

• Aquades : Sebagai pelarut universal

• NH4OH : Untuk membuat lapisan minyak

• Kertas label : Sebagai penanda pada cuvet

• Tissue : Untuk membersihkan alat-alat

• Kertas saring : Untuk menyaring larutan

Page 24: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 24

3.2.5 Fosfat

Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia

mengenai Fosfat antara lain:

• Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar

fosfatnya

• Kertas label : Sebagai penanda pada cuvet

• Alumunium foil : Untuk menutup cuvet agar kedap udara

• Amonium molybdate : Untuk mengikat fosfat menjadi amonium

fosfor molybdet

• SnCl2 : Sebagai indikator basa

• Tissue : Untuk membersihkan alat-alat

3.2.6 Amonia

Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia

mengenai Amonia antara lain:

• Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar

Amonianya

• Nessler : Untuk mengikat Amonia

• Tissue : Untuk membersihkan alat-alat

• Kertas saring : Untuk menyaring larutan

• Kertas label : Sebagai penanda pada cuvet

3.2.7 Analisa Karbondioksida (CO2) Bebas

Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia

mengenai Analisa Karbondioksida Bebas CO2 antara lain:

• Kertas label : Untuk menandai pipet tetes dan water sampler

• Larutan pp : Sebagai indikator warna pink

• Na2CO3 : Sebagai titran

• NaOH : Sebagai titran

• Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar CO2 nya

• Tissue : Untuk membersihkan alat-alat

• Kertas label : Sebagai penanda pada cuvet

Page 25: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 25

3.3 Skema Kerja (Flowchart)

3.3.1 DO (Dissolved Oxygen)

Dicatat volume botol DO

Diambil air sampel di kedalaman 40 cm (1/2 dari nilai kecerahan) dari permukaan

Ditutup botol DO di dalam air hingga tidak terjadi gelembung

Ditambahkan 2 ml NaOH+KI lalu dihomogenkan hingga berwarna coklat

Ditambahkan 2 ml MnSO4

Dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N hingga tidak berwarna pertama kali

Dicatat volume Na2S2O3 0,025 N yang terpakai

Ditambahkan 3 tetes amylum

Dihitung dengan rumus

Dibuang air bening di atas endapan coklat

Dibiarkan hingga mengendap

Ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat lalu dihomogenkan

Dicatat hasilnya

Page 26: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 26

3.3.2 Pengukuran pH

3.3.3 Salinitas

diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr

dikalibrasi salinometer dengan menggunakan 2 tetes aquades

dikeringkan sensor salinometer menggunakan tissue

ditekan tombol “on” hingga keluar angka “AAAA”

ditetesi sensor salinometer dengan air sampel

kemudian ditekan tombol “start” hingga keluar nilai digital salinitas

dicatat hasilnya

Diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr

Dituangkan air smpel ke dalam beaker glass

Dimasukkan pH meter kedalam air sampel selama 2 menit

Ditekan “hold” apabila angka telah tertera dengan tenang,angka yang

ditunjukkan merupakan nilai pH

Dihidupkan pH meter didalam air sampel dengan menekan tombol ON-OFF

Dicatat hasilnya

Page 27: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 27

3.3.4 Nitrat

dikalikan nilai x dengan 4,43

diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr

diambil 12,5 ml dengan gelas ukur

disaring menggunakan kertas saring di beaker glass

ditunggu hingga dingin

dipanaskan di atas hot plate hingga menjadi kerak

diencerkan dengan aquadest hingga volume 12,5 ml

diukur dengan menggunakan spektrofotometer

ditambahkan NH4OH hingga terbentuk warna kuning

dihitung dengan persamaan : Y = 0,4747x - 0,0073

diratakan menggunakan spatula

ditambahkan 0,5 ml asam fenol disulfonik

diencerkan dengan 2,5 ml aquadest

dicatat hasilnya

Page 28: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 28

3.3.5 Fosfat

Diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr

diukur air sampel 25 ml menggunakan gelas ukur

dimasukkan ke dalam beaker glass 50 ml

ditambahkan 3 tetes SnCl3 lalu dihomogenkan

ditambahkan 2 ml amonium molybdate menggunakan pipet tetes

diukur dengan menggunakan spektrofotometer

dipindahkan ke dalam cuvet

dihitung dengan persamaan : Y = 0,9127x - 0,0074

dicatat hasilnya

Page 29: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 29

3.3.6 Amonia

diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr

diukur air sampel 25 ml menggunakan gelas ukur

disaring dengan kertas saring di beaker glass 50 ml

dihomogenkan menggunakan spatula

ditambahkan 2 ml Nessler

dicatat hasilnya

diukur kadarnya menggunakan spektrofotometer

diambil air bening di atasnya

dibiarkan hingga terbentuk warna dengan sempurna

dipindahkan ke dalam cuvet

Page 30: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 30

3.3.7 Analisa Karbondioksida (CO2) Bebas

diambil air sampel di kedalaman 40cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr

diambil air sampel 25 ml menggunakan pipet 50 ml

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan hati-hati

jika berwarna pink maka

tidak ada CO2

ditambahkan 3-4 tetes phenolphthalein

dicatat volume titran yang terpakai

dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga berwarna pink stabil selama 30 detik

dihitung kandungan CO2 dengan rumus :

jika tidak berwarna maka

dilanjutkan dengan titrasi

dicatat hasilnya

Page 31: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 31

4 PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur

4.1.1 Dissolved Oxygen (DO)

Pertama-tama disiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat-alat yang digunakan antara lain botol DO untuk

mengambil air sample dari laut pada kedalaman tertentu dan untuk

pengukuran DO, statif untuk menyangga biuret, pipet tetes untuk

mengambil larutan dalam jumlah kecil, corong untuk membantu dalam

pemindahan larutan agar tidak ada yang terbuang, dan biuret untuk

wadah larutan titran. Sedangkan bahan bahan yang digunakan antara lain

MnSO4 untuk mengikat O2 dalam larutan, NaOH + Kl untuk mengikat I2

dan membentuk endapan coklat, Na2S2O3 0,025N sebagai titran, amylum

sebagai indikator basa dan H2SO4 untuk indikator asam serta air sample

sebagai bahan yang digunakan untuk oksigen terlarutnya.

Kemudian diukur dan dicatat volume botol DO. Di ambil botol DO

dan dimasukan kedalam perairan. kemudian tunggu hingga terdengar

suara “blub” yang menandakan botol DO penuh. Dengan segera tutup

botot DO agar tidak terkontaminasi udara bebas, kemudian diangkat dan

pastikan tidak ada gelembung udara. Lalu tambahkan 2ml larutan MnSO4

untuk mengikat O2 dan 2ml NaOH + Kl untuk mengikat I2 dan membentuk

endapan coklat, tutup botol DO dan di bolak-balik hinggal larutan

homogen karena agar merata larutannya serta biarkan beberapa menit

hingga timbulnya endapan coklat.

Page 32: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 32

Terakhir dibuang air bening yang ada di atas endapan coklat

hingga habis karena yang dipakai hanya endapan coklat, kemudian

ditambahkan 2ml H2SO4 untuk indikator asam secara perlahan dengan

pipet tetes dan ditambahkan pula 3-4 tetes amilum untuk indicator basa.

Dititrasi secara perlahan dengan larutan Na2S2O3 0,025N dengan

menggunakan biuret hingga berubah menjadi bening pertama kali dan

dicatat volume titran yang digunakan saat larutan menjadi bening.

Kemudian hitung kadar DO dengan rumus:

DO = ������� � ������� � � � ����

������ ! – �

4.1.2 Pengukuran pH

Pertama-tama disiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat-alat yang digunakan antara lain pH meter untuk

mengukur pH air laut dan beaker glass sebagai wadah larutan sementara,

sedangkan bahan yang digunakan antara lain tissue untuk membersihkan

pH meter, dan air laut sebagai objek pengukuran pH.

Terakhir pada saat melakukan praktikum pengukuran pH, pH

meter dimasukan atau dicelupkan ke dalam gelas ukur yang sudah terisi

air laut agar pH meter dapat membaca pH sample air laut. Kemudian

dipastikan sensor pH meter telah tercelup semua dan tekan tombol ON.

Tunggu hingga angka pada pH meter stabil dan dicatat suhu air laut yang

terletak di bagian bawah. Tekan tombol Hold dan dicatat nilai pH yang

berada di bagian atas.

4.1.3 Salinitas

Pertama-tama disiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat-alat yang digunakan antara lain salinometer untuk

mengukur salintas suatu perairan, pipet tetes untuk mengambil larutan

dalam jumlah kecil, washing bottle sebagai wadah aquades, dan beaker

glass sebagai wadah larutan sementara, sedangkan bahan yang

digunakan antara lain tissue untuk membersihkan lubang pada

Page 33: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 33

salinometer, dan air laut sebagai objek pengukuran salinitas, dan

aquades sebagai kalibrasi salinometer.

Terakhir kalibrasi sensor salinometer dengan menggunakan

aquades untuk memastikan bahwa sensor salinometer steril. Lalu di

keringkan dengan menggunakan tissue agar air sample yang digunakan

tidak tercampur aquades. Kemudian diambil sample air laut

menggunakan pipet tetes dan teteskan pada sensor yang ada

disalinometer dan nyalakan salinometer dengan menekan tombol start

dan lihat nilai salinitasnya serta di catat hasil pengukuran pada

salinometer.

4.1.4 Nitrat

Pertama-tama disiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat-alat yang digunakan antara lain gelas ukur untuk

mengukur volume suatu larutan, pipet tetes untuk mengambil larutan

dalam jumlah kecil, beaker glass sebagai wadah larutan sementara, hot

plate untuk memanaskan sample, spatula untuk menghomogenkan

larutan, crushable tank untuk mengambil beaker glass panas dan

spektofotomoteri untuk mengukur panjang sinar gelombang, sedangkan

bahan yang digunakan antara lain air laut sebagai bahan yang diuji asam,

fenol disulfonik untuk melarutkan kerak, NH4OH untuk membuat lapisan

minyak, aquades sebagai pelarut universal, kertas saring untuk mengukur

larutan dan kertas label untuk menandai beaker glass.

Kemudian disiapkan air laut dan diukur sebanyak 12,5 ml dengan

gelas ukur, lalu dituangkan ke dalam beaker glass sambil disaring dengan

kertas saring agar hanya kandungan nitrat yang terambil dengan bantuan

corong, setelah di saring beaker glass di panaskan di atas hotplate

dengan suhu 200oC agar kita mendapatkan kerak dari sample yang diuji.

Ditunggu hingga menjadi kerak lalu di ambil oleh gunting penjepit dan

ditunggu hingga benar-benar dingin. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml

asam fenol disulfonik untuk melarutkan kerak dan diratakan dengan

spatula serta diencerkan dengan aquades sebanyak 2,5 ml dengan

bantuan pipet tetes agar tidak tumpah. Lalu di tambahkan NH4OH untuk

membuat lapisan minyak hingga terbentuk warna kuning, kemudian

Page 34: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 34

diencerkan dengan aquades sebanyak 12,5 ml agar tidak terlalu pekat

kadar nitratnya dan dimasukan ke dalam cuvet. selanjutnya di ukur nilai

panjang gelombang (y) dengan spektofotometer dan dihitung nilai x

dengan rumus y = 0,4747x - 0,0073. Setelah diketahui nilai x, kemudian

dikalikan 4,43 untuk mengetahui kadar nitrat yang terkandung pada air

sample.

4.1.5 Fosfat

Pertama-tama disiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat-alat yang digunakan antara lain gelas ukur untuk

mengukur volume suatu larutan, pipet tetes untuk mengambil larutan

dalam jumlah kecil, beaker glass sebagai wadah larutan sementara, hot

plate untuk memanaskan, spatula untuk menghomogenkan larutan dan

spektofotomoteri untuk mengukur panjang sinar gelombang, sedangkan

bahan yang digunakan antara lain air laut sebagai bahan yang diuji,

larutan SnCl2 sebagai indikator basa, kertas label untuk menandai beaker

glass, aluminium foil untuk mencegah terjadinya penguapan dan

amonium molybdate untuk mengikat fosfat menjadi amonium fosfor

molybdate.

Kemudian diukur air sample sebanyak 25 ml menggunakan gelas

ukur dan dimasukan ke dalam beaker glass. Kemudian diteteskan 2 ml

larutan amonium molybdate untuk mengikat fosfat menjadi amonium

fosfor molybdate dengan pipet tetes, ditambahkan 3 tetes SnCl2 untuk

mengetahui kondidi basa dan dihomogenkan agar larutan tercampur

secara merata lalu dipindahkan kedalam cuvet serta ditutup dengan

aluminium foil. Selanjutnya di ukur nilai panjang gelombang (y) dengan

spektofotometer dan dihitung nilai x dengan rumus: y = 0,9127x - 0,0074.

Dicatat hasil yang diperoleh.

4.1.6 Amonia

Pertama-tama disiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat-alat yang digunakan antara lain gelas ukur untuk

mengukur volume suatu larutan, pipet tetes untuk mengambil larutan

Page 35: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 35

dalam jumlah kecil, corong untuk membantu dalam pemindahan larutan

agar tidak ada yang terbuang, beaker glass sebagai wadah larutan

sementara, cuvet sebagai tempat wadah larutan sementara dan

spektofotomoteri untuk mengukur nilainya dengan parameter sinar

gelombang, sedangkan bahan yang digunakan antara lain air laut sebagai

bahan yang diuji, kertas label untuk menandai beaker glass, aluminium

foil untuk mencegah terjadinya penguapan dan Nessler untuk mengikat

Amonia.

Terakhir diukur air sample sebanyak 25 ml menggunakan gelas

ukur dan di masukan kedalam beaker glass. Kemudian disaring dengan

kertas saring agar hanya kandungan amonia yang terambil dan dibantu

oleh corong, setelah itu ditambahkan 2 ml Nessler untuk mengikat

Amonia dan dihomogenkan dengan spatula agar larutan tercampur

secara merata. Ditunggu hingga berubah warna dan mengendap.

Selanjutnya diambil larutan bening yang ada di bagian atas dan

dimasukan kedalam cuvet dan ditutup dengan aluminium foil agar tidak

terkontaminasi oleh udara bebas dan diukur kadarnya kadarnya dengan

spektofotometer. Dicatat hasil nilai yang diperoleh.

4.1.7 Karbondioksida Bebas (CO2)

Pertama-tama disiapkan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan. Alat-alat yang digunakan antara lain statif untuk menyangga

biuret, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil, corong

untuk membantu dalam pemindahan larutan agar tidak ada yang

terbuang, dan biuret untuk wadah larutan titran. beaker glass sebagai

wadah larutan sementar. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain

air laut sebagai bahan yang diuji, kertas label untuk menandai beaker

glass, larutan phenolphthalein sebagai indikator asam, Na2CO3 sebagai

titran, dan air laut sebagai bahan yang diukur kadar CO2-nya.

Kemudian diukur volume air laut sebanyak 50 ml dengan

menggunakan gelas ukur dan diambil air laut sebanyak 25 ml dan di

letakan di beaker glass. Selanjutnya diteteskan 3-4 larutan

phenolphthalein agar mengetahui kandungan CO2-nya dan diamati

perubahannya. Apabila air laut berubah menjadi pink maka praktikum ini

Page 36: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 36

selesai tetapi jika tetap berwarna bening, maka di lanjutkan dengan titrasi

menggunakan Na2CO3 atau NaOH, jika menggunakan Na2CO3 digunakan

rumus: CO2 = ������� � ������� � �� �� � ����

�#�$%�& , tetapi jika menggunakan NaOH

digunakan rumus: CO2 = ������� � ������� � �� � ����

�#�$%�& . Kemudian di catat kadar

CO2 yang tedapat pada air sample.

4.2 Analisa Hasil

4.2.1 Dissolved Oksigen

Pada pratikum Oseanografi Kimia mengenai Oksigen Terlarut

diperoleh hasil Vtitran awal adalah 25 ml dan Vtitran sisa adalah 14,5 ml. Jadi

Vtitran yang digunakan adalah 25 – 14,5 = 10,5 ml, kemudian Ntitran adalah

0,025 N dan volume botol DO adalah 250 ml. Jadi jumlah kadar DO dapat

dihitung dengan rumus:

DO = ������� � ������� � � � ����

������ ! – �

= ��,( � �,��( � � � ����

�(� – �

= ������)

= 8,54 �����

Menurut Wardana (1995), oksigen diperlukan oleh organism air

untuk menghasilkan energy yang sangat penting bagi proses pencernaan

dan asimilasi makanan pemeliharaan keseimbangan osmotik, dan

aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen terlarut di perairan sangat

sedikit maka perairan tersebut tidak baik bagi ikan, makhluk hidup lain

yang hidup di perairan, karena akan mempengaruhi kecepatan

pertumbuhan organism air tersebut. Kandungan oksigen terlarut minimum

2 ����� sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara

normal.

Page 37: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 37

4.2.2 Pengukuran pH

Pada pratikum Oseanografi Kimia tentang Pengukuran pH, pada

perairan diperoleh hasil bahwa nilai pH adalah 7,95 dan menunjukkan

sifat basa, suhu di perairan tersebut 31,60 C.

pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion Hidrogen (H+)

di dalam air. Biasanya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi

ion H, pH sangat penting sebagai parameter kualitas air, karena ia

mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air.

Selain itu ikan dan makhluk-makhluk akuatik lainnya hidup pada selang

pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu

apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan

organisme air (Sitorus, 2009).

4.2.3 Salinitas

Pada pratikum Oseanografi Kimia tentang Salinitas, diperoleh

salinitas sebesar 340/00.

Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat diperairan. Salinitas

menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi

menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida dan

semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas air laut bebas mempunyai

kisaran 30-36 ppt (Brotowidjoyo et al, 1995).

Page 38: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 38

4.2.4 Nitrat

Pada pratikum Oseanografi Kimia mengenai Nitrat, pada perairan

diperoleh hasil panjang gelombang sebesar 0,076. Kemudian untuk

mendapatkan kadar nitrat dihitung dengan rumus:

y = 0,4747x – 0,0073

Maka: y = 0,4747x – 0,0073

0,0076 = 0,4747x – 0,0073

0,0833 = 0,4747x

x = �,�����,�*�*

x = 0,1755 �����

Kemudian nilai x dikalikan dengan 4,43 sehingga diketahui kadar

nitratnya sebesar 0,7774 ����� .

Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat

merupakan salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa

protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan

dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan

apabila didukung oleh ketersediaan nutrient (Alaerst dan Sartika, 1987).

4.2.5 Fosfat

Pada pratikum Oseanografi Kimia kali ini tentang Fosfat diperoleh

hasil panjang gelombang sebesar 0,004. Kemudian untuk mendapatkan

kadar fosfat dihitung dengan rumus:

y = 0,9127x – 0,0074

Maka: y = 0,9127x – 0,0074

0,004 = 0,9127x – 0,0074

0,0114 = 0,9127x

x = �,�����,+��*

x = 0,0125 �����

Page 39: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 39

Keberadaan fosfor di perairan adalah sangat penting terutama

berfungsi dalam pembentukan protein dan proses metabolism bagi

organism. Fosfat juga berperan dalam transfer energy di dalam sel

misalnya adenosine triphosfate (ATP) dan adenosine diphosfate (ADP).

Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah

bentuk yang paling sederhana di perairan (Boyd, 1982).

4.2.6 Amonia

Pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai Amonia diperoleh

hasil panjang gelombang sebesar 0,12. Berarti kadar amonia yang

terkandung di air laut itu 0,12 ����� .

Menurut Brown (1957) dalam Pescod (1973), mengemukakan

bahwa kadar amonia yang rendah baik untuk kehidupan ikan. Tetapi

kadar amonia 2 sampai 7 ppm dapat mematikan beberapa jenis ikan.

Kadar amonia yang baik untuk kehidupan ikan dan organism perairan

lainnya adalah kurang dari 1 ppm.

4.2.7 Analisa Karbondioiksida Bebas CO2

Pada praktikum Oseanografi Kimia kali ini tentang Analisa

Karbondioksida Bebas CO2 diperoleh hasil bahwa air sampel berwarna

pink setelah diberi 3 hingga 4 tetes pp. Hal ini menunjukkan bahwa

kandungan CO2 dalam perairan tersebut sedikit.

Menurut Brown (1957), kadar CO2 sebesar 50 sampai 100 ppm

akan membunuh ikan dalam jangka waktu yang relative lama. Untuk itu

perlu kita menentukan apakah suatu perairan mengandung CO2 yang

cukup untuk tumbuh-tumbuhan air, tetapi masih belum berbahaya bagi

kehidupan ikan.

Page 40: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 40

4.3 Data Hasil Pengamatan

No. Materi Hasil

1

Dissolved Oxygen (DO)

8,54 �����

2

Pengukuran pH

7,95

3

Salinitas

34‰

4

Nitrat

0,7774 �����

5

Fosfat

0,0125 �����

6

Amonia

0,12 �����

7

Analisa Karbondioksida Terlarut

Kandungan CO2 sedikit.

Page 41: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 41

5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Oseanografi Kimia kali ini antara

lain adalah:

- Parameter kimia yang diuji adalah oksigen terlarut, pH, salinitas,

kandungan nitrat, kandungan fosfat, kandungan amonia dan kandungan

karbondioksida dalam perairan.

- Kadar oksigen terlarut di Perairan Sendang Biru pada Pos 2 mempunyai

nilai sebesar 8,54 ����� . Ini menandakan bahwa kondisi Perairan di

Sendang Biru dalam keadaan baik karena kadar oksigen terlarut di

Perairan Indonesia yang baik pada umumnya lebih dari 5 ����� .

- Nilai pH di Perairan Sendang Biru pada Pos 2 mempunyai nilai sebesar

7,95. Ini menandakan bahwa kondisi Perairan di Sendang Biru masih

dalam keadaan baik karena pH di Perairan Indonesia yang baik pada

umumnya berkisar antara 6,0-8,5.

- Salinitas air laut bebas di Perairan Sendang Biru pada Pos 2 mempunyai

nilai sebesar 34 ppt. Ini menandakan bahwa kondisi Perairan di Sendang

Biru masih dalam keadaan baik karena salinitas di Perairan Indonesia

yang baik pada umumnya berkisar antara 30-36 ppt.

- Kadar nitrat di Perairan Sendang Biru pada Pos 7 mempunyai nilai

sebesar 0,7774����� . Ini menandakan bahwa kondisi Perairan di

Sendang Biru dalam keadaan buruk karena kadar nitrat di Perairan

Indonesia yang baik pada umumnya berkisar antara 0,036-0,163 ����� .

- Kadar fosfat di Perairan Sendang Biru pada Pos 7 mempunyai nilai

sebesar 0,012 ����� . Ini menandakan bahwa kondisi Perairan di

Sendang Biru dalam keadaan cukup baik karena kadar fosfat di Perairan

Indonesia yang baik pada umumnya berkisar antara 0,034-0,102 ����� .

- Kadar amonia di Perairan Sendang Biru pada Pos 7 mempunyai nilai

sebesar 0,12 ����� . Ini menandakan bahwa kondisi Perairan di Sendang

Biru dalam keadaan buruk karena kadar amonia di Perairan Indonesia

yang baik pada umumnya tidak mengandung ammonia terlarut.

Page 42: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 42

- Kadar karbodioksida terlarut di Perairan Sendang Biru pada Pos 2

mempunyai kadar yang sedikit. Ini menandakan bahwa kondisi Perairan

di Sendang Biru masih dalam keadaan baik karena kadar karbondioksida

terlarut yang baik adalah karbondioksida terlarut yang sedikit.

5.2 Saran

Disarankan kepada para asisten agar teliti dalam memilih koordinator

kelompok, pililhlah yang kiranya dapat membimbing para anggotanya. Serta

diharapkan pula untuk membagi kelompok dengan adil agar dapat bekerjasama

dengan baik.

Page 43: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 43

DAFTAR PUSTAKA

Al-Nuri, M. 2010. Air. Medan: Universitas Sumatera Utara

Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Alabama: Auburn

University Agricultural Experimenta Satation

Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan

Perairan dan Budidaya Air. Yogyakarta: Penerbit Liberty

Campbell, Neil A. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga

Deshifery. 2009. Siklus Nitrogen. http://defishery.files.wordpress.com/2009/11/

sistem-ammonia-di-perairan.pdf Diakses tanggal 1 Desember 2011

Effendie. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Jogjakarta: Kanisius

Erghimuhammadnur. 2010. Siklus Nitrogen di Laut. http://erghimuhammadnur241

2.wordpress.com/2010/05/22/siklus-nitrogen-di-laut Diakses tanggal 1

Desember 2011

Erliani, et al. 2007. Kualitas Perairan Di Sekitar Bbpbap Jepara Ditinjau Dari

Aspek Produktivitas Primer Sebagai Landasan Operasional

Pengembangan Budidaya Udang Dan Ikan. Jurnal Pasir Laut, Volume

2, Nomor 2, Halaman 1-17

Kangkan, Alexander Leonidas. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk

Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia

Dan Biologi Di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Semarang:

Universitas Diponegoro

Nasution, M. 2010. Analisa Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB) dan Oksigen

Terlarut (OT) Pada Air Sungai Denai Buangan Limbah Pabrik.

Makalah. Medan: Universitas Sumatera Utara

Nganro, Noorsalam R. 2009. Metoda Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu

Karang. Monograf. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka

Purba, Noir P. dan Khan, A. M. A. 2010. Karakateristik Fisika-Kimia Perairan

Pantai Dumai Pada Musim Peralihan. Jurnal Akuatika, Volume I,

Nomor 1

Page 44: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 44

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.

Jurnal Oseana, Volume XXX, Nomor 3, Halaman 21-26.

Simanjutak, Marojahan. 1994. Kondisi Kimia Oseanografi Di Perairan Hutan

Mangrove. Jakarta: LIPI. Halaman 9

SITH ITB. 2011. Bakteri Nitrifikasi. http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_

jaringan/bahankuliah/%28Pertemuan4%29_Teknologi_Pengelolaan_

Kualitas_Air_KUALITAS_AIR_BIOLOGIS_dan_MANIPU%20%20%20

%20%20%20%20%20%20%20%20%20LASI_Bakteri_Nitrifikasi.pdf

Diakses tanggal 1 Desember 2011

Sriharti. 1992. Budidaya Ikan. Jakarta: LIPI

Suhendro. 2007. Teknik Konservasi Lingkungan. Tugas. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada

Wardana. W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi

Offset.

Wibisono. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UIPress)

Wijaya, Habib Krisna. 2009. Komunitas Perifiton Dan Fitoplankton Serta

Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air Di

Bagian Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian

Bogor

Page 45: Laporan Praktikum Oseanografi Kimiawi

Oseanografi Kimia Kelompok 13 Page 45

LAMPIRAN