LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

17
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TUMBUHAN DASAR PERCOBAAN ATRAKTAN Kelompok 6 Disusun oleh : Yunian Asih A. A34080020 Rizki Haerunissa A34080024 Rizki PradanaA34080057 Risa Sondari A. A34080065 Idho DwiandriA34080084 Dosen Pengajar: Dr. Ir. Nina Maryana, M.Sc. Dr. Ir. I Wayan Winaya, M.Sc.

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TUMBUHAN DASAR

PERCOBAAN ATRAKTAN

Kelompok 6

Disusun oleh :

Yunian Asih A. A34080020

Rizki Haerunissa A34080024

Rizki Pradana A34080057

Risa Sondari A. A34080065

Idho Dwiandri A34080084

Dosen Pengajar:

Dr. Ir. Nina Maryana, M.Sc.

Dr. Ir. I Wayan Winaya, M.Sc.

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Serangga memiliki cara yang unik untuk berkomunikasi dengan serangga

yang lain. Dengan bau atau senyawa kimia serangga saling memberikan

informasi, dan mengetahui pasangannya. Zat komunikasi anatar serangga ini

adalah feromon dan alelokimia.Feromon adalah zat kimia yang berperan dalam

komunikasi antar oraganisme dari spesies yang sama, sedangkan alelokimia

adalah zat kimia yang berperan dalam komunikasi antar organisme dari spesies

yang berbeda. Alelokimia dibagi menjadi dua yaitu alomon, zat yang

menghasilkan keintungan bagi organisme panghasil, dan khairomon, zat yang

memberikan keuntungan bagi organisme yang menerima.

Feromon yang sering digunakan serangga untuk berkomunikasi dengan

sesama spesiesnya adalah dengan feromon seks, feromon alarm, dan feromon

pelacak. Feromon seks digunakan untuk menarik serangga lain untuk melakukan

proses reproduksi. Feromon ini dihasilkan oleh serangga betina untuk menarik

serangga jantan untuk datang dan melakukan kopulasi. Feromon seks ini dapat

berperan sebagai atraktan atau senyawa pemikat bagi serangga jantan. Dengan

sifat serangga yang seperti ini maka dapat dikembangkan perangkap aroma

dengan menggunakn atraktan yang memiliki aroma yang sama dengan feromon

seks yang dihasilakn oleh serangga (Kusnaedi, 1999).

Metil Eugenol merupakan atraktan yang sering digunakan untuk

mengendalikan lalat buah Bactrocera sp. Metil Eugenol sangat dibutuhkan oleh

lalat jantan untuk dikonsumsi. Zat ini bersifat volatile atau menguap dan

melepaskan aroma wangi dengan radius mencapai 20-100 m, tetapi jika dibantu

oleh angin jangkauan bisa mencapai 3 km. Atraktan sintetik sudah banyak beredar

dipasaran tetapi harganya cukup mahal, dapat menimbulkan iritasi pada kulit, dan

belum tentu berhasil dalam pengaplikasiannya. Selain dari bahan kimia sintetik,

metil eugenol juga dapat dibuat secara langsung dari beberapa tanaman seperti

tanaman cengkeh, kayu putih, daun wangi, dan selasih (Kardinan, 2003).

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

Atraktan nabati sangat dibutuhkan oleh para petani dan praktisi di bidang

hortikultura, khususnya buah-buahan, sehingga teknologi ini sangat dinantikan

oleh mereka. Atraktan nabati dapat digunakan di semua lokasi di mana tanaman

hortikultura dibudidayakan. Hasil pengujian di beberapa daerah menunjukkan

bahwa atraktan nabati ini mampu memerangkap lalat buah per minggunya dalam

satu perangkap berkisar dari puluhan, ratusan hingga ribuan, bergantung pada

komoditas, cuaca, dan lokasi. Atraktan mampu bertahan hingga satu bulan, namun

pada minggu kedua daya tangkapnya sudah mulai menurun, sehingga

penambahan atraktan perlu dilakukan setiap dua minggu.

Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang

ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya

tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh

serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga

penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya

memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari

penggunaannya. Namun ada pula yang berpendapat atraktan kurang baik untuk

upaya pengendalian laalat buah karena hanya menangkap serangga jantan saja

(Primatani, 2006).

Tujuan

Tujuan dari praktikum percobaan atraktan kali ini adalah untuk

mengetahui keefektifan atraktan (Metil eugenol) dalam menarik serangga

khususnya lalat buah di lapangan.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum percobaan atraktan kali ini

antara lain metil eugenol beberapa ml yang akan digunakan sebagai atraktan (zat

penarik). Beberapa ml insektisida untuk mematikan serangga yang masuk. Kapas

untuk tempat dari metil eugenol dan insektisida yang digunakan. Alat suntik,

untuk memasukkan metil eugenol dan insektisisda ke dalam kapas. Alat

perangkap yang terbuat dari wadah plastik yang telah dilubangi kedua ujungnya.

Kawat penggantung, yang akan digunakan untuk menggantungkan perangkap

pada tumbuhan yang diamati. Kertas label untuk menandai alat perangkap. Dan

areal taman koleksi sebagai lokasi pengamatan percobaan atraktan kali ini.

Metode

Pertama-tama yang dilakukan adalah wadah plastik diberi lubang pada sisi

atas dan bawahnya. Pada bagian atas wadah plastik diberi kawat untuk

menempelkan kapas dan kawat penggantung. Pada saat pemakaian, wadah plastik

dimiringkan sehingga lubang terletak pada bagiian kiri dan kanan. Metil eugenol

dimasukkan kedalam kapas dengan menggunakan jarum suntik sebanayak 2 ml ke

dalam kapas. Kemudian masukkan juga 2 ml insektisida kedalam kapas

meenggunakan jarum suntik.

Setiap grup melakukan peccobaan pemerangkapan dengan metil eugenol

kali ini dengan menggunakan 2 alat perangkap yang telah diberi metil eugenol dan

insektisisda. Alat perangkap kemuudian dibawa ke pertanaman dan digantungkan

pada ranting daun yang kokoh untuk memastikan perangkap tidak jatuh. Alat

perangkap dibiarkan di pertanaman selama satu minggu. Pengamatan diliakukan

setiap hari atau minimal dua hari sekali. Setiap pengamatan dilakukan perhitungan

berapa jumlah lalat buah yang ada di dalam perangkap baik yang hidup atau mati.

Setelah satu minggu alat perangkap diambil dari pertanaman.

Pada hari terakhir lalat buah yang terperangkap diambil dan dibungkus

dengan kertas tissue dan dimasukkan kedalam wadah plastik, untuk kemudian

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

lalat buah diidentifikasi spesiesnya. Alat perangkap setelah selesai digunakan

dibersihkan dan kemudian dikembalikan kepada asisten atau laboran. Laporan

hasil pengamatn dibuat per grup dengan menggunakan data kelompok dari

praktikum.

HASIL PENGAMATAN

Tabel Percobaan atraktan 2 hari sekali

Hari Jumlah Lalat Buah

Kamis 21 ekor

Sabtu 25 ekor

Minggu 23 ekor

Selasa 20 ekor

Tabel Percobaan atraktan setiap hari

Hari Jumlah Lalat Buah

Rabu 24 ekor

Kamis 21 ekor

Jumat 27 ekor

Sabtu 25 ekor

Minggu 23 ekor

Senin 21 ekor

Selasa 20 ekor

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

PEMBAHASAN

Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dalam

tiga cara, yaitu: mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah, menarik lalat

buah untuk kemudian dibunuh dengan perangkap, serta mengacaukan lalat buah

dalam perkawinan, berkumpul, dan cara makan. Atraktan nabati dapat di peroleh

dari tanaman yang mengandung bahan aktif yang bersifat paraferomon (sex

feromon), senyawa (bahan aktif) yang memiliki aroma yang sama dihasilkan oleh

serangga betina sehingga mampu menarik serangga jantan untuk datang.

Penggunaan atraktan dengan menggunakan bahan metil eugenol

merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif.

(Kardinan, 2003). Atraktan bisa berupa bahan kimia yang dikenal dengan semio

chemicals. Semio chemicals dapat mempengaruhi tingkah laku serangga, seperti

mencari makanan, peletakkan telur, hubungan seksual dan lainnya. Salah satu dari

semio chemicals adalah kairomones. Sejenis kairomones yang dapat merangsang

olfactory (alat sensor) serangga adalah metil eugenol, yang merupakan atraktan

lalat buah.

Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang

ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya

tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh

serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga

penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya

memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari

penggunaannya.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

Hama lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan hama utama buah. Inangnya

banyak yaitu mangga, jambu air, jambu biji, cabai, papaya, nangka, jeruk, melon,

ketimun, tomat, alpukat, pisang dan belimbing. Kerugian yang ditimbulkan dapat

secara kuantitatif maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya

produksi buah sebagai akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih

muda ataupun buah yang rusak serta busuk yang tidak laku dijual. Kualitatif yaitu

buah yang cacat berupa bercak, busuk berlubang dan berulat yang akhirnya

kurang diminati konsumen. Kerusakan buah dapat mencapai 100% jika tidak

dilakukan pengendalian secara tepat. Di Indonesia lalat ini mempunyai inang lebih

dari 26 jenis yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan. Seekor lalat betina

mampu meletakkan telur pada buah sebanyak 1-10 butir dan dalam sehari mampu

meletakkan telur sampai 40 butir. Telur kemudian menetas menjadi ulat dan

merusak buah, sepanjang hidupnya seekor lalat betina mampu bertelur sampai 800

butir.

Penggunaan metil eugenol sebagai umpan beracun (insektisida) telah diuji

penggunaannya. Senyawa pemikat yaitu metil eugenol yang berasal

dari petrogenol mudah didapatkan di pasaran. Petrogenol dalam

kemasan kecil (5 cc) di pasaran dijual seharga RP. 5.500. Senyawa

pemikat (sex pheromone) bekerja sebagai penghubung antara

individu jantan dan individu betina sehingga keduanya dapat

menjalankan perilaku kawin dan kopulasi. Metil eugenol dikonsumsi oleh

lalat jantan, kemudian di dalam tubuhnya diproses untuk menghasilkan sex

pheromone yang diperlukan untuk menarik lalat betina (HEE dan TAN, 2001).

Keefektifan metal eugenol bergantung pada kondisi peletakan

perangkap, semakin ternaungi sinar matahari semakin tahan lama dan sebaliknya

semakin terbuka terhadap sinar matahari maka semakin cepat habisnya.

Kandungan Metil Eugenol mencapai puncaknya pada pagi hari, dan mulai

menurun sekitar jam 12-14, kemudian menghilang setelah jam 14 (Tan et al.,

2002). Makin lama kandungan senyawa metal eugenol makin menipis karena

terbawa angina. Hal ini terlihat dari grafik hari pertama hingga hari terakhir,

semakin lama semakin berkurang jumlah serangga yang terperangkap.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

Serangga yang terperangkap pada percobaan metal eugenol adalah

Bactrocera sp. jantan. Didominasinya jenis kelamin lalat buah oleh lalat jantan

menunjukkan bahwa memang metil eugenol tersebut merupakan zat pemikat

(atraktan) spesifik terhadap lalat buah berkelamin jantan yang digunakan lalat

jantan sebagai makanan untuk selanjutnya diproses di dalam tubuhnya untuk

menghasilkan zat pemikat terhadap lalat buah betina dalam proses perkawinan.

Sampai saat ini belum ditemukan formula yang efektif untuk memerangkap lalat

buah berkelamin betina (Warthen, 2002).

Perangkap menggunakan senyawa metil eugenol memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain tidak membutuhkan biaya

yang banyak, cara membuatnya mudah, tidak merusak biologis dari serangga yang

terperangkap (Bactrocera sp.), tidak menimbulkan resistensi pada serangga hama

tersebut. Sedangkan kelemahannya yaitu hanya dapat memerangkap Bactrocera

sp. yang jantan saja. Hal ini disebabkan senyawa feromon yang terkandung dalam

metil eugenol sebagai zat pemikat (atraktan) spesifik terhadap lalat buah

berkelamin jantan.

Metil eugenol dapat dihasilkan oleh tanaman, antara lain Melaleuca sp.

dan Ocimum sp. (Kardinan, 2003).

1. Kemangi (Ocimum sp.)

http://istanabenalu.blogspot.com/2009_1...ive.html

Kemangi (Ocimum sp.) merupakan tanaman semak perdu yang tumbuh

liar dan berpenampilan cukup rimbun. Kemangi (Ocimum sp.) memiliki bunga

berwarna putih batang halus dengan daun pada setiap ruas, daun berwarna hijau

muda dengan bentuk oval antara 3-4 cm (panjang). Kemangi (Ocimum sp.)

memiliki aroma yang khas dengan tinggi tanaman antara 60–70 cm dari

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

permukaan tanah, selain memiliki bunga, kemangi juga memiliki biji dengan

ukuran 0,1 mm.

Tanaman kemangi (Ocimum sp.) bersifat polymorphis. Berdasarkan

senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang berasal dari tanaman ocimum,

maka dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu: (1) tipe Eropa (methyl chavicol,

linalool), (2) tipe Reunion (methyl chavicol, camphor), (3) tipe methyl cinnamate,

dan (4) tipe eugenol (eugenol). Ada 11 jenis ocimum yang telah dikenal di dunia,

empat diantaranya ada di Indonesia dengan nama daerah dan kandungan senyawa

kimia yang berbeda-beda.

Senyawa methyl eugenol tertinggi terdapat pada tipe eugenol yang

berfungsi sebagai penarik (atraktan) lalat buah (B. Dorsalis) memiliki senyawa

utama (bahan aktif) yang dapat di gunakan sebagai penarik (atraktan), senyawa

utamanya mampu menarik hama lalat buah jantan masuk ke dalam perangkap.

2. Nilam

http:// arissb.wordpress.com/2009/04/13/nilam/

Minyak nilam merupakan bahan baku terpenting untuk industri karena

minyak nilam mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: sukar tercuci, sukar

menguap dibandingkan minyak atsiri lainnya, dapat larut dalam alcohol dan atsiri

lainnya. Kandungan yang terdapat di dalam minyak nilam meliputi: patchouli

alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehuyde, dan

cadinene. Kandungan nilam berupa eugenol dapat digunakan sebagai pestisida

nabati jenis atraktan yang berfungsi sebagai penarik hama lalat buah.

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

KESIMPULAN

Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dengan

tiga cara, yaitu mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah, menarik lalat buah

untuk kemudian dibunuh dengan perangkap, serta mengacaukan lalat buah dalam

perkawinan, berkumpul, dan cara makan. Penggunaan atraktan dengan

menggunakan bahan metil eugenol dengan dicampur insektisida merupakan cara

pengendalian yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif. Metil eugenol

berupa sex pheromone cukup efektif dalam memerangkap hama, terutama

Bactrocera sp. jantan. Metil eugenol dapat dihasilkan oleh tanaman, antara lain

Melaleuca sp. dan Ocimum sp.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM metil eugenol

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2006. Aplikasi Penggunaan Atraktan Nabati. oleh: Prima Tani.

http://primatani.litbang.deptan.go.id. [4 Mei 2010]

Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah. hal 46. Jakarta: PT

AgroMedia Pustaka.

Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Jakarta: Tanindo Press

Kuswadi, A.N., T. Himawan., Darmawi, M. Indarwatmi dan I.A. Nasution, 1999,

“Pemantauan dan Pengendalian Populasi Lalat Buah Bactrocera

carambolae (Drew & Hancocl) dengan Metil Eugenol dalam Rangka

Penerapan Teknik Serangga Mandul,” Prosiding Seminar Nasional

PEI. Bogor. 293 – 300 pp.

Tan, K.H., R. Nishida and Y.C. Toong. 2002. Floral synomone of a wild orchid

Bulbophyllum cheiri, lures Bactrocera fruit flies for pollination.

Journ. Of Chemical Ecology. XXVIII (6) : 1161-1172.

Warthen, J.R. 2002. Volatile Potential Attractants from Ripe Coffee Fruit for

Fruit Fly. USDA Subtropical Agriculture Research, Weslaco, USA.

6pp.