Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

31
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN LIMBAH PADAT ANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH PASAR INDUK OSOWILANGUN (PIOS) SURABAYA KELOMPOK 1 PANDU ADITYA (080911002) FEBRI EKO W. (080911910) RAMZUL MUTHAHARI A. (080911018) HANDITO PURWO AJI (080911022) ERY BAGUS KUSUMA (080911036) ASDI FITRI MUSLIM (080911043) NIZAM ALIF R. (080911047)

Transcript of Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

Page 1: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN LIMBAH PADATANALISIS TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH PASAR INDUK

OSOWILANGUN (PIOS) SURABAYA

KELOMPOK 1PANDU ADITYA (080911002)FEBRI EKO W. (080911910)RAMZUL MUTHAHARI A. (080911018)HANDITO PURWO AJI (080911022)ERY BAGUS KUSUMA (080911036)ASDI FITRI MUSLIM (080911043)NIZAM ALIF R. (080911047)

PROGRAM STUDI S1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGANDEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS AIRLANGGA

MEI 2012

Page 2: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sampah merupakan salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan manusia,

dan saat ini tingginya aktivitas manusia merupakan salah satu faktor utama dari semakin

bertambahnya jumlah sampah yang ada. Dan Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang

tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007 dalam anonim, -). Dari

definisi tersebut mencerminkan bahwa sampah harus ditangani secara prosedural dan sesuai

dengan standart – standart penanganan sampah.

Menurut Alfathoni, (2006) saat ini penanganan sampah masih sebatas pada penanganan

yang konvensional yaitu sampah ditaruh ditempat terbuka untuk dibiarkan membusuk dengan

sendirinya. Walaupun sudah diusahakan bahwa tempat pembuangan ini disentralisasi disatu

kawasan tertentu dengan metode sanitary landfill. Namun kenyataannya permasalahan

sampah masih tidak kunjung selesai, artinya bahwa sampah yang masih terkondisi seperti di

atas, masih menjadikan sumber polusi udara karena baunya, dan polusi air yang dikarenakan

penanganan air lindinya (leacheate) kurang bagus sehingga meresap kemana - mana, serta

menjadi penyebab terjadinya wabah penyakit dan juga sebagai salah satu penyebab terjadinya

banjir. Inilah salah satu bentuk masalah yang ditimbulkan apabila penanganannya tarlambat

dan tidak sistematis.

Surabaya merupakan kota terbesar ke-dua di Indonesia dan untuk masalah

penanganan sampah, Surabaya memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Benowo.

Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya, pada akhir tahun 2005 lahan

TPA Benowo sudah terisi 70% dari total 26 Ha lahan yang tersedia, sehingga untuk

mengatasi kekurangan lahan, TPA Benowo diperluas 7,3 Ha ke arah selatan. Salah satu

penyebab terjadi percepatan perluasan lahan TPA adalah sampah yang masuk volumenya

cukup besar. Data DKP Surabaya, sampah yang masuk TPA Benowo pada tahun 2010 rata-

rata sebesar 1.200 ton/hari sehingga untuk mengurangi jumlah volume yang masuk,

pemerintah kota Surabaya mengupayakan kegiatan pereduksian sampah dari sumber agar

nantinya sampah yang masuk TPA volumenya relatif kecil dan berdampak pada umur TPA

yang lebih panjang (Anonim, 2011 dalam Arif, 20121).

Umumnya sampah kota di Indonesia terdiri dari 60 % sampah organik dan 40 %

sampah anorganik. Dan rata-rata sampah pada setiap pasar sebesar 64 m3/hari. Komposisi

Page 3: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

sampah pasar rata-rata 92% bahan organik dan 8% anorganik (Saputra, 2006 dalam Arif,

20122) Sampai saat ini Indonesia belum memiliki sistem pengolahan sampah terpadu. Sistem

pengolahan sampah hanya mengolah sampah menjadi pupuk kompos padat dan sanitary

landfill di suatu TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Sistem sanitary landfill

berbahaya, karena selain menyebabkan polusi juga dapat menimbulkan ledakan lokal

(Agustin, 2008). Sehingga perlu adanya penanganan sampah pada sumber (on-site) agar

mengurangi jumlah sampah yang masuk ke dalam TPA Benowo.

Dari data DKP tersebut menunjukkan bahwa sampah pasar merupakan penyumbang

terbesar kedua timbulan sampah organik, dan pengelolahannya belum secara baik dan terpadu

sehingga timbulan sampah yang dihasilkan dari pasar nantinya akan dibuang menuju TPA.

Salah satu solusi terhadap permasalahan sampah yang ada di Pasar yaitu dengan

menggunakan sistem Material Recovery Facilities (MRFs). MRFs merupakan fasilitas

pereduksian timbulan sampah yang dilengkapi dengan fasilitas komposting dan gudang

penyimpanan sampah bernilai ekonomi. Dengan dibangunnya MRFs di pasar, diharapkan

dapat memanfaatkan kembali sampah yang bernilai ekonomis dan mengurangi timbulan.

Perencanaan MRFs ini dilakukan di Pasar Induk Osowilangun (PIOS) karena Pasar

Induk Osowilangun Surabaya (PIOS) merupakan pusat grosir sayur dan buah terbesar di

Surabaya. Pasar ini berlokasi hanya 300 meter dari rencana pembangunan pelabuhan Teluk

Lamong. Kedekatan dengan pelabuhan akan sangat efisien untuk memfasilitasi perdagangan

antar pulau sehingga pasar induk ini akan melayani kebutuhan komoditi pertanian di

Surabaya dan sekitarnya dan juga wilayah Indonesia Timur. Pasar induk ini dibangun

bertujuan untuk menertibkan pembangunan di Surabaya yang tidak sesuai RTRW kota

Surabaya. Sesuai dengan perencanaan perusahaan Pasar Komoditi Nasional (PASKOMNAS),

selaku pengelola pasar induk nasional, PIOS direncanakan dapat menyediakan 822 lapak

untuk pedagang dan mampu menampung kapasitas perdagangan sebesar 3.000 ton/hari

(Anonim, 2010 dalam Arif, 20123) sehingga jika PIOS telah beroperasi secara maksimal

maka akan diperkirakan PIOS menghasilkan sampah pasar dalam jumlah yang besar.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi pengelolaan sampah PIOS ?

2. Bagaimana laju timbulan, komposisi, dan densitas sampah PIOS ?

Page 4: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

1.3 Tujuan Perencanaan

Tujuan yang hendak dicapai pada proposal skripsi ini adalah:

1. Mengetahui kondisi pengelolaan sampah PIOS.

2. Mengetahui laju timbulan, komposisi, dan densitas sampah PIOS.

1.4 Manfaat Perencanaan

Manfaat yang diharapkan pada proposal skripsi perencanaan MRFs ini adalah

membantu pemerintah kota dalam menyelesaikan permasalahan pengolahan sampah pasar,

memberikan gambaran manfaat dari penerapan MRFs dari segi sosial dan ekonomi, serta

mengurangi volume sampah pasar yang masuk ke TPA Benowo.

Page 5: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

Sampah adalah bahan buangan dalam bentuk padat atau semi padat yang dihasilkan

dari aktivitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau digunakan lagi

(Tchobanoglous dkk., 1993). Menurut Undang-Undang RI No. 18 tahun 2008 tentang

pengolahan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam

yang berbentuk padatan (Anonim, 2008) sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia No.

19-2454-2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari atas zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan

lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Anonim, 2002).

2.2 Jenis dan Sumber Sampah

Menurut Tchobanoglous dkk. (1993), sampah dapat digolongkan sesuai jenis dan

sumbernya. Sampah berdasarkan jenisnyadiklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sampah

organik dan sampah anorganik. Menurut Nadiasa dkk. (2009), sampah organik merupakan

jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari

alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah organik

mudah diuraikan dengan proses alami, contohnya daun-daun kering, sayur-sayuran busuk,

dan buah-buahan busuk. Sedangkan sampah anorganik merupakan jenis sampah yang berasal

dari sumber daya alam tidak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dihasilkan dari

proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak terdapat di alam, yaitu plastik dan

aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam,

sedang sebagian yang lain hanya diuraikan secara lambat.

Berdasarkan sumber sampah menurut Tchobanoglous dkk. (1993), sumber sampah

dapat digolongkan menjadi delapan golongan. Pertama adalah sampah daerah permukiman

(lapak tangga),contoh sampah yang dihasilkan adalah sampah sisa makanan, kertas, plastik,

tekstil, kayu, dan gelas. Kedua adalah daerah komersial seperti toko, swalayan, dan pasar,

contoh sampah daerah komersial adalah sisa makanan, sisa tumbuhan, kertas, kardus, plastik,

kayu, dan kaca. Ketiga adalah daerah instansi seperti perkantoran, sekolah, dan institut

pendidikan, contoh sampah daerah instansi adalah kertas, kardus, kaca, plastik, dan kayu.

Keempat adalah kawasan konstruksi seperti kawasan pembangunan gedung-gedung

bertingkat, kawasan proyek jalan tol, dan pembongkaran gedung, contoh sampah kawasan

Page 6: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

konstruksi adalah kayu, besi, dan material lumpur. Kelima adalah sampah dari industri,

contoh sampah yang dihasilkan adalah limbah B3 dan material yang tidak digunakan lagi.

Keenam adalah sampah pelayanan kota seperti aktivitas pembersihan jalan, pembersihan

saluran, taman, dan area rekreasi, contoh sampah pelayanan kota adalah daun-daun dan

plastik. Ketujuh adalah sampah instalasi pengolahan limbah berasal dari kegiatan pengolahan

limbah cair dan pengolahan limbah padat. Sampah instalasi pengolahan berupa sampah padat

atau semi padat yang mempunyai karakteristik bermacam-macam tergantung dari bahan dan

proses instalasinya, contoh sampah yang dihasilkan adalah debu, aki, alat-alat instalasi yang

rusak, dan lumpur. Kedelapan adalah sampah dari aktivitas pertanian, contoh sampah yang

dihasilkan adalah jerami, dan sisa pertanian lainnya.

2.3 Timbulan sampah

Dalam Standar Nasional Indonesia nomor 19-2454-2002, jumlah sampah yang lebih

dikenal dengan timbulan sampah diberikan pengertian yaitu banyaknya sampah yang timbul

dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau per luas

bangunan, atau per panjang jalan (Anonim, 2002). Besarnya timbulan sampah perlu

diketahui, agar pengelolaan persampahan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

Menurut Pandebesie (2005), faktor yang mempengaruhi jumlah timbulan sampah ada

lima. Pertama adalah reduksi di sumber sampah contohnya pada sumber sampah terdapat

kegiatan komposting. Kedua adalah kegiatan recycling, yaitu kegiatan berupa

pemanfaatansampah menjadi barang yang bermanfaat seperti contoh kegiatan daur ulang

sampah menjadi kerajinan tangan. Ketiga adalah kebiasaan masyarakat, contohnya

masyarakat yang menerapkan gerakan anti plastik maka secara tidak langsung mempengaruhi

timbulan sampah plastik pada lingkungannya. Keempat yaitu peraturan (undang-undang),

adanya undang-undang tentang pengelolaan sampah berpengaruh terhadap budaya

masyarakat dalam membuang sampah. Kelima adalah fisik dan geografi (musim, iklim, dan

dataran tinggi), Kondisi diatas mempengaruhi aktivitas mahluk hidup, karena aktivitas pada

tiap kondisi berbeda.

Timbulan sampah pada tiap pulau di Indonesia memiliki perbedaan jumlahnya. Kondisi

timbulan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Page 7: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

Tabel 2.1 Jumlah sampah tiap pulau di Indonesia tahun 2008

Pulau Jumlah sampah kota

(ribu ton)

Sumatra 8,7

Jawa 21,2

Bali dan pulau-pulau

Nusa Tenggara

1,3

Kalimantan 2,3

Sulawesi, Maluku,

Papua

5,0

Total 38,5

Sumber: Damanhuri dan Padmi (2010)

Pada Tabel 2.1 menujukkan bahwa pulau Jawa memiliki jumlah sampah kota paling

besar di Indonesia, kemudian Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan, Bali, dan

pulau-pulau Nusa Tenggara. Menurut Wardhana (2007), timbulan sampah bergantung pada

jumlah penduduk disertai tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya, semakin

banyak jumlah penduduk yang berada pada suatu tempat, maka semakin besar pula laju

timbulan sampahnya. Pulau Jawa di Indonesia memiliki jumlah terpadat sehingga

menghasilkan sampah yang besar dibandingkan dengan pulau lainnya.

2.4 KomposisiSampah

Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang

terdapatpada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk mengevaluasi peralatan

yangdiperlukan, sistem, pengolahan sampah dan rencana manajemen persampahan suatu

kota.Pengelompokkan sampah yang paling sering dilakukan adalah berdasarkan

komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, kulit,

karet, plastik,logam, kaca, kain, makanan, dan sampah lain-lain (Damanhuri, 2004dalam).

Semakin sederhana pola hidup masyarakat semakin banyak komponen sampahorganik

(sisa makanan dll). Dan semakin besar serta beragam aktivitas suatu kota, semakinkecil

proporsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.

1. Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Tchobanoglous, 1993):

Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin tinggi tumpukan

Page 8: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering lainnya akan tetap bertambah, tetapi

sampah organik akan berkurang karena terdekomposisi.

2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.

3. Kondisi Ekonomi. Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah

dengankomponen yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat,

produksi sampah kering seperti kertas, plastik, dan kaleng cenderung tinggi, sedangkan

sampah makanannya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat

ekonomi tinggi yang lebih praktis dan bersih.

4. Cuaca. Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban sampahnya juga akan

cukup tinggi;

5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi

komposisi sampah. Negara maju seperti Amerika banyak menggunakan kertas sebagai

pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik

sebagai pengemas.

2.5 KarakteristikSampah

Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisik, kimia, dan

biologi.Karakteristik sampah sangat penting dalam pengembangan dan desain sistem

manajemenpersampahan. Karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

yaitupendapatan masyarakat (low, medium, dan high income), pertumbuhan penduduk,

produksipertanian, pertumbuhan industri dan konsumsi serta perubahan musim

(Tchobanoglous,1993).

1. Karakteristik Fisika

a. Berat Jenis

Berat jenis merupakan berat material per unit volume (satuan lb/ft3, lb/yd3 atau kg/m3).

Data ini diperlukan untuk menghitung beban massa dan volume total sampah yang harus

dikelola.Berat jenis ini dipengaruhi oleh:

● Komposisi sampah;

● Musim;

● Lamanya penyimpanan.

Page 9: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

b. Kelembapan

Menentukan kelembapan dalam sampah dapat digunakan dua cara yaitu dengan ukuran

berat basah dan berat kering. Ukuran kelembapan yang umum digunakan dalam

manajemen persampahan adalah % berat basah (wet weight). Data kelembapan sampah

berguna dalam perencanaan bahan wadah, periodisasi pengumpulan, dan desain sistem

pengolahan. Kelembapan sampah dipengaruhi oleh:

● Komposisi sampah;

● Musim;

● Kadar humus;

● Curah hujan.

c. Ukuran dan distribusi partikel

Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah digunakan untuk menentukan jenis

fasilitas pengolahan sampah, terutama untuk memisahkan partikel besar dengan partikel

kecil. Ukuran komponen rata-rata yang ditemukan dalam sampah kota berkisar antara 7-8

inchi.

d. Field Capacity

Field capacity adalah jumlah kelembapan yang dapat ditahan dalam sampah akibat gaya

gravitasi. Field capacity sangat penting dalam menentukan aliran leachate dalam

landfill.Biasanya field capacity sebesar 30% dari volume sampah total.

e. Permeabilitas sampah yang dipadatkan

Permeabilitas sampah yang dipadatkan diperlukan untuk mengetahui gerakan cairan dan

gas dalam landfill.

2. Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia sampah diperlukan untuk mengevaluasi alternatif suatu proses dan

sistem recovery pengolahan sampah.

a. Proximate Analysis

Proximate analysis terhadap komponen Municipal Solid Waste (MSW) mudah terbakar

meliputi (Tchobanoglous, 1993):

● Kelembapan (kadar air berkurang pada suhu 105C, t = 1 jam);

● Volatile combustible matter (berat sampah yang berkurang pada pemanasan 950C);

● Fixed carbon (sisa material setelah volatil hilang);

● Ash (sisa pembakaran).

Page 10: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

b. Titik Lebur Abu

Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran menghasilkan abu, berkisar

antara 1100 - 1200'C (2000-2200'F).

c. Ultimate Analysis

Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),

Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini dapat ditentukan rasio

C/N sampah (Tchobanoglous, 1993). Ultimate Analysis masing-masing komponen dalam

sampah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.2, dimana kadar karbon tertinggi dimiliki oleh

komponen karet (78 %), kadar hidrogen tertinggi dimiliki oleh sampah karet (10 %), kadar

oksigen tertinggi dimiliki oleh sampah kertas (44 %), kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh

sampah kulit (10 %) dan kadar sulfur tertinggi dimiliki oleh sampah makanan dan kulit

( 0,4 %).

d. Kandungan Energi Komponen Sampah

Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung dengan cara

menggunakan alat calorimeter atau bomb calorimeter, dan dengan perhitungan.

3. Karakteristik Biologi

Penentuan karakteristik biologi digunakan untuk menentukan karakteristik sampah

organik di luar plastik, karet dan kulit. 

Parameter-parameter yang umumnya dianalisis untuk menentukan karakteristik biologi

sampah organik terdiri atas (Tchobanoglous, 1993):

1. Parameter yang larut dalam air terdiri atas gula, zat tepung, asam amino, dan lain-lain;

2. Hemiselulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon;

3. Selulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon;

4. Lemak, minyak, lilin;

5. Lignin yaitu senyawa polimer dengan cincin aromatik;

6. Lignoselulosa merupakan kombinasi lignin dengan selulosa; dan

7. Protein terdiri atas rantai asam amino.

Page 11: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat

Tempat kegiatan ini berada di Pasar Induk Osowilangun Surabaya

(PIOS) beralamat di Jalan Raya Osowilangun 236 Surabaya.

3.1.2 Waktu

Waktu kegiatan dilakukan selama 1 hari , yaitu pada Hari Rabu 29

Februari 2012.

3.2 Bahan dan Alat Perencanaan

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sampah PIOS dari

tempat sampling yang telah ditentukan.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah 100 keranjang tempat

sampah, alat pengukur volume sampah contoh bak berbentuk kotak

dengan ukuran 20x20x100 cm, timbangan 100 kg, meteran, terpal, alat

pemindah sampah berupa sekop, alat tulis,motor pengangkut sampah

(Dorkas).

3.3 Cara Kerja Perencanaan

3.3.1 Pengumpulan data primer

Data primer yang diperlukan untuk perencanaan ini, yaitu data

densitas sampah, data timbulan sampah, dan data komposisi sampah.

Cara memperoleh data densitas sampah, data timbulan sampah, dan data

komposisi sampah pada lahan terpilih sebagai berikut (Anonim, 1994 dan

Pandebesie, 2005):

1. Penentuan jumlah lahan sampling

Diketahui pada PIOS jenis produk yang dijual hanya jenis sayur-

sayuran dan buah-buahan sehingga diasumsikan jenis sampah yang

dihasilkan tiap lapak adalah sama. Menurut Pandebesie, (2005), banyaknya

Page 12: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

jumlah sampel sampah yang representatif dari jumlah sampah yan

besar adalah berjumlah 100 titik sampel. Jadi untuk pengambilan

contoh timbulan sampah pada kegiatan ini akan digunakan sampel

acak sebanyak 100 lapak pada PIOS.

2. Waktu pengambilan sampel

Waktu pengambilan sampel yaitu pada hari Rabu 28 Februari 2012

3. Penimbangan berat total dan per lapak sampah

Pengambilan contoh timbulan sampah dari lahan dilakukan dengan

cara: (1). Informasi umum berupa tanggal pengambilan, daerah, dan

lahan dicatat pada saat sampling, (2). Tempat pengukuran sampah

ditentukan berdekatan dengan lahan TPS, (3). Keranjang Sampah

dibagikan pada 100 lapak yang terpilih pada pukul 23.00 WIB (sehari

sebelum dikumpulkan), (4). Keranjang yang telah terisi sampah diambil

dari 100 lapak yang terpilih pada pukul 23.00 WIB hari berikutnya

(sehingga pengumpulan sampah terhitung selama 24 jam). (5).

Keranjang yang telah terisi sampah pada tiap lapak ditimbang untuk

diketahui berat total sampah. Berat sampah total didapat dari

penjumlahan seluruh keranjang sampah dari 100 lapak terpilih

sehingga didapatkan berat total sampah dari 100 lapak. Berat sampah

tiap lapak per hari dihitung dengan rumus:

Berat sampah = Berat sampah total ( kg

hari)

Jumlah lapak yang disampling(lapak ) (1)

= .... kg /lapak /hari

Keranjang selanjutnya diangkut ke tempat pengukuran yang telah

ditentukan untuk dilakukan analisis densitas, timbulan sampah, dan

komposisi sampah.

4. Pengukuran densitas sampah

Pada kegiatan ini Pengukuran densitas sampah dilakukan dengan

cara kotak pengukur dari kayu yang berukuran 20x20x100 cm

disiapkan dan ditimbang sehingga didapatkan berat kotak pengukur

kosong kemudian sampah dari 100 lapak dicampur menjadi satu baik

sampah basah maupun sampah kering yang telah dikomposisi. Setelah

itu, sampah yang telah dicampur dimasukkan pada kotak pengukur

Page 13: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

hingga penuh dan kotak pengukur berisi sampah tersebut diketuk 3 kali

dengan cara menjatuhkannya dari ketinggian 20 cm sebanyak 3 kali.

Kemudian kotak tersebut ditimbang sehingga didapatkan berat kotak

pengukur dengan sampah lalu berat sampah setelah diketuk 3 kali

dihitung dengan menggunakan rumus:

Berat sampah setelah diketuk (kg) = Berat kotak isi sampah (kg)–Berat

kosong kotak (kg) (2)

Setelah itu, volume sampah dihitung setelah pengetukan dengan

tsampah (tinggi yang dicapai sampah di dalam kotak pengukur setelah

diketuk), dengan rumus (Anonim, 1994):

Volume sampah = p x l x tsampah

(3)

= 0,4 m x 0,2 m x tsampah

=......m3

Selanjutnya densitas sampah dihitung dengan menggunakan rumus

(Anonim, 1994):

Densitas sampah = Berat sampah setelah diketuk

Volume sampah

(4)

= .........kg/m3

5. Penghitungan timbulan sampah

Penghitungan timbulan sampah adalah kegiatan perhitungan untuk

mengetahui volume sampah. Volume sampah dapat diketahui dengan

rumus:

Volume sampah rata-rata = Berat sampah rata−rata

Densitas rata−rata

(5)

=........kg/hari: kg/m3

=........m3/hari

Page 14: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

Volume timbulan sampah = Volumesampah rata−rata

Jumlah lapak yang disampling

(6)

=........m3/hari: ......lapak

=........ m3/lapak/hari

Volume sampah di PIOS =

= Jumlah lapak yang direncanakan x Volume timbulan sampah

(7)

= 822 lapak x ...... m3/lapak/hari

=....... m3/ lapak/hari

Page 15: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sampah PIOS, diperoleh

data telah yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan

Berat sampah

(kg)

Sampah organik

(kg)

Sampah karung

(kg)

Sampah plastik

(kg)

Sampah botol(kg)

Sampah kardus

(kg)

Berat sampah di kotak volume

(kg)

Volume sampah

pada kotak

volume(m3)

1895 1880 5 2 2 6 6 0,0188

Page 16: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

BAB 5

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data

Dalam penelitian ini, nilai variabel dari data primer yang akan ditentukan yang terdiri

dari data timbulan sampah, data komposisi sampah, dan data berat jenis

(densitas) sampah. Setelah melakukan berbagai tahapan prosedur

penelitian dan diperoleh data-data mentah yang dibutuhkan, maka nilai

dari variabel-variabel tersebut di atas dapat dihitung dengan

mempergunakan formulasi yang telah disediakan.

5.1.1 Berat Sampah

Berat sampah tiap lapak per hari dihitung dengan rumus:

Berat sampah = Berat sampah total ( kg

hari)

Jumlah lapak yang disampling(lapak )

Berat sampah total diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh berat

sampah yang telah ditimbang dikurangi dengan berat seluruh keranjang

sampah.

Berat sampah total = 1986 kg – (91 keranjang x 1 kg)

= 1895 kg/hari

Berat sampah = 1895( kg

hari)

100 (lapak)

= 18,95 kg/lapak/hari

5.1.2 Komposisi Sampah

Komposisi sampah dalam penelitian ini terdiri dari sampah organik

berupa jenis sampah sayur-sayuran dan buah-buahan, serta sampah

anorganik berupa botol plastik, kardus, plastik, dan karung. Perhitungan

komposisi sampah dilakukan menggunakan rumus:

Komposisi sampah = Berat satu komponen sampah

Berat total sampah(kg )× 100%

Page 17: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

a) Komposisi sampah organik = 1880(kg)1895(kg)

× 100 % = 99,20%

b) Komposisi sampah karung= 5(kg)

1895(kg)× 100 % = 0,26%

c) Komposisi sampah plastik = 2(kg)

1895(kg)× 100 % = 0,10%

d) Komposisi sampah botol = 2(kg)

1895(kg)× 100 % = 0,10%

e) Komposisi sampah kardus= 6(kg )

1895(kg)× 100 % = 0,31%

5.1.3 Densitas Sampah

Untuk menghitung densitas sampah, terlebih dahulu harus dihitung

berat sampah dalam kotak yang telah diketukkan berikut volume

sampahnya.

Berat sampah setelah diketuk (kg) = Berat kotak isi sampah (kg) – Berat

kosong kotak (kg)

= 9 kg – 3 kg

= 6 kg

Volume sampah = p x l x tsampah

= 0,2 m x 0,2 m x 0,47 m

= 0,0188 m3

Densitas sampah = Berat sampah setelah diketuk

Volume sampah

= 6 kg

0,0188 m3

= 319,14 kg/m3

5.1.4 Timbulan Sampah

Timbulan sampah merupakan jumlah atau berat sampah yang

dihasilkan tiap lapak di PIOS dalam satuan waktu. Oleh karena penelitian

hanya dilakukan selama satu hari, maka data volume sampah dan volume

Page 18: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

sampah yang digunakan dalam perhitungan adalah data dalam satu hari

tersebut (tidak dirata-rata).

Volume sampah dalam 1 hari = Berat sampah

Densitas sampah

= 1895 kg/hari

319,14 kg /m3

= 5,93 m3/hari

Volume timbulan sampah = Volume sampah

Jumlah lapak yang disampling

= 5,93 m3/hari100 lapak

= 0,0593 m3/lapak/hari

Volume sampah di PIOS = Jumlah lapak yang direncanakan x Volume

timbulan sampah

= 822 lapak x 0,0593 m3/lapak/hari

= 48,74 m3/ lapak/hari

5.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai timbulan, berat

jenis (densitas) dan komposisi sampah. Praktikum dilakukan dengan mengambil sampel

berbagai jenis sampah yang dihasilkan dari sejumlah lapak di Pasar Induk Osowilangun

(PIOS), Surabaya. Jumlah lapak yang akan diambil sampel sampahnya adalah 100 lapak

dengan asumsi masing-masing lapak menghasilkan 1 kg sampah. Dengan demikian, maka

dapat diperoleh berat sampah sebanyak 100 kg sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam

SNI.

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan berat total sampah sebesar 1895 kg atau

1,895 ton dalam satu hari tersebut. Berdasarkan komposisinya, diketahui bahwa

komposisi sampah terbesar di PIOS adalah sampah organik yaitu sebesar

99,20%, sedangkan komposisi terendahnya adalah sampah plastik dan

botol sebesar 0,10%. Jika dibentuk ke dalam diagram, maka hasilnya

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 19: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

99.2

Komposisi Sampah PIOS

Sampah organikSampah karungSampah plastikSampah botolSampah kardus

Gambar 5.1 Komposisi sampah PIOS

Sampel sampah yang diperoleh dari hasil penelitian di PIOS

sebagian besar didominasi oleh sampah organik. Hal tersebut

dikarenakan pada praktikum ini dilakukan pada lapak pedagang sayur di

PIOS. Sampah organik tersebut terdiri dari sawi dan kubis yang

mendominasi. Selains sawi dan kubis juga terdapat sebagian kecil tomat,

bawang merah, dan yang lainnya. Sementara itu, sampah anorganik

seperti sampah karung, plastik, botol, dan kardus diduga dihasilkan dari

bekas pewadahan atau kemasan sayur dan buah-buahan yang dijual di

pasar terseebut. Botol diduga berasal dari tempat minum dari pembeli

maupun penjual di PIOS.

Sampah yang didapatkan juga dihitung densitas dari sampah

tersebut. Penghitungan ini digunakan untuk merancang alat pengangkut

maupun pengolah sampah. Densitas dapat dihitung dengan memasukkan

sejumlah sampel sampah kedalam kotak berukuran alas 20 cm x 20 cm

dengan tinggi 100 cm. Kemudian kotak tersebut diangkat dan dijatuhkan

dari ketinggian ± 30 cm beberapa kali sehingga sampah memadat,

kemudian dihitung tinggi sampah setelah pemadatan dan dilakukan

penimbangan sampah tersebut. Nilai densitas diperoleh dari membagi

berat sampah terhadap volume sampah. Sehingga didapatkan nilai

Page 20: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

densitas sebesar 319,14 kg/m3. Sehingga dengan nilai densitas tersebut

dapat ditentukan nilai volume sampah total di PIOS yang disampling yaitu

dengan membagi berat sampah dengan nilai densitas sampah yang telah

dihitung. Dengan demikian kita dapat menentukan berapa cotainer yang

dibutuhkan untuk menampung sampah tersebut dan besarnya unit

pengolahan yang ada.

Page 21: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Praktikum dilakukan dengan mengambil sampel berbagai jenis sampah yang

dihasilkan dari sejumlah lapak di Pasar Induk Osowilangun (PIOS), Surabaya. Jumlah lapak

yang akan diambil sampel sampahnya adalah 100 lapak dengan asumsi masing-masing lapak

menghasilkan 1 kg sampah. Dengan demikian, maka dapat diperoleh berat sampah sebanyak

100 kg sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam SNI. Setelah dilakukan perhitungan,

didapatkan berat total sampah sebesar 1895 kg atau 1,895 ton dalam satu hari tersebut.

Sampah yang berasal dari tiap lapak di kumpulkan di container pengumpul sampah yang

akan di buang ke tempat pembuangan akhir sesuai jadwal pengambilan sampah.

Setelah dilakukan perhitungan diketahui volume sampah dalam 1

hari adalah 5,93 m3/hari, volume timbulan sampah sebesar 0,0593

m3/lapak/hari, kemudian didapatkan volume sampah di PIOS dengan

mengalikan jumlah lapak yang direncanakan dengan volume timbulan

sampah sebesar 48,74 m3/ lapak/hari. Berdasarkan komposisinya,

diketahui bahwa komposisi sampah terbesar di PIOS adalah sampah

organik yaitu sebesar 99,20%, sedangkan komposisi terendahnya adalah

sampah plastik dan botol sebesar 0,10%. Untuk densitas sampah diketahui dengan

cara membagi berat sampah yang sudah diketuk dengan volume sampah didapatkan hasil

sebesar 319,14 kg/m3.

6.2 Saran

Melihat dari komposisi sampah PIOS yang mana didominasi oleh sampah organik

dalam jumlah yang besar, maka sebaiknya pembangunan MRFs dirasa perlu untuk

direalisasikan terutama pengolahan sampah pengomposan. Dengan demikian, sampah

tersebut dapat dijadikan produk baru, yaitu pupuk kompos yang memiliki nilai jual sehingga

dapat menambah masukan pendapatan bagi pihak pengelola PIOS untuk pemeliharaan sarana

dan prasarana pasar.

Page 22: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, -. Universitas Sumatera Utara

Alfathoni, G. 2006. Pengolahan Sampah Terpadu.Yogyakarta

Anonim, 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Standar

Nasional Indonesia No. 19-2454-2002. Badan Standardisasi Nasional. 1-4.

Anonim, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008 tentang Pengolahan

Sampah. 1-3.

Damanhuri, E. dan Padmi, T., 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat kuliah TL-

3104. Program Studi Teknil Kingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan

Lingkungan. ITB. Bandung. 2-5.

Nadiasa, M., Sudarsono, D. K. dan Yasmara, I. N., 2009. Manajemen Pengangkutan Sampah

di Kota Amlapura. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13, No. 2, Juli 2009. Surabaya. 3.

Pandebesie, E. S., 2005. Teknik Pengelolaan Sampah. Buku Ajar. Jurusan Teknik

Lingkungan ITS. Surabaya. V-3 – VII-5.

Tchobanoglous, G., Theisen, H., dan Vigil, S. A., 1993. Integrated Solid waste Management

Engineering pinciples and management issues. Mc Graw-Hill Inc. New York. 3-684.

Wardhana, I. W., 2007. Rencana Pengembangan Teknik Operasional Sistem Pengelolaan

Sampah Kota Juwana. Jurnal Presipitasi, Vol. 3, No.2, September 2007, ISSN 1907-

187X. Semarang. 102.

Page 23: Laporan Praktikum Limbah Padat Kel 1

_zet_. 2011. Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah.

http://my.opera.com/MaRph0amat0nte/blog/timbulan-komposisi-dan-karakteristik-

sampah.

Diaksestanggal 13 Mei 2012