LAPORAN PRAKTIKUM LAPBES

14

Click here to load reader

description

LAPORAN PRAKTIKUM LAPBES

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM LAPBES

LAPORAN PRAKTIKUMANALISA MAKANAN DAN MINUMANPENETAPAN KADAR KIO3 DALAM GARAM

Hari/Tanggal Jumat/15 Mei 2015

MateriPenetapan kadar KIO3 dalam garam tanpa merek

Tujuan Untuk mengetahui kadar kaliom iodat dalam garam konsumsi

MetodeIodometri

Prinsip Iodium dan Kalium iodide yang terdapat dalam garam akan dibebaskan oleh asam fosfat, iodium bebas yang terbentuk ditetapkan secara iodometri

Dasar TeoriGaram pada umumnya diperoleh melalui proses penguapan air laut, sehingga kemurniannya sangat tergantung pada kualitas air laut yag digunakan. Bila air laut tercemar limbah pabrik, sampah, tumpahan minyak, dll. Maka sangat besar kemungkinan garam yang dihasilkan mengandung banyak zat-zat yang tidak diinginkan bahkan dapat membahayakan kesehatan manusia. Menurut peneletian yang dilakaukan oleh para ahli kesehatan, orang yang kekurangan iod dalam konsumsi makanannya dapat mengalami penyakit gondok. Sedang pada anak-anak dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat. Oleh karena itu kekurangan iod pada rakyat Indonesia diharapkan tidak ada lagi bila semua garam yang diproduksi sudah mengandung iod. Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam yang telah difortifikasi (ditambah) dengan yodium. Di. Indonesia, yodium ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium yodat (KIO3). Penggunaan garam beryodium dianjurkan oleh WHO untuk digunakan di seluruh dunia dalam menanggulangi GAKY. Cara ini dinilai lebih alami, lebih murah, lebih praktis dan diharapkan dapat lestari di kalangan masyarakat. Hasil Survei Nasional Garam Beryodium yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik terintegrasi dengan SUSENAS (1) menunjukkan bahwa secara nasional persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dengan kandungan cukup sejak tahun 1997-2002 hanya berkisar antara 62-68%. Jika dilihat dari sisi produksi dan distribusi, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa garam yang beredar di masyarakat masih banyak yang tidak/kurang memenuhi syarat kandungan yodium. Hal ini diduga disebabkan karena: Banyak produsen garam yang menggunakan yodium kurang dari jumlah yang dipersyarat-kan (30-80 ppm yodium sebagai KIO3), atau Kandungan yodium hilang / berkurang selama masa penyimpanan atau transportasi. Berdasarkan SNI No. 01-3556 tahun 1994 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995 tentang proses, pengepakan dan pelabelan garam beriodium, iodium yang ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30-80 mg KIO3/ kg garam (30-80 ppm). Dan sampai saat ini mutu garam konsumsi terbagi menjadi dua yaitu : Mutu I: Garam beriodium Mutu II: Garam tidak beriodium

Alat Pipet Volume Erlenmeyer Labu iod Buret Beaker Glass Neraca

Pereaksi Asam Fosfat 85% Kristal KI Amilum 1% Na.tiosulfat 0,005N Kalium bromat 0,005N H2SO4 $N Larutan KI 10%

Sampel Garam tanpa merek

Cara KerjaA. Standarisasi larutan Na.tiosulfat dengan larutan Kalium bromat1. Memipet 10,0 ml larutan kalium bromat ke dalam erlenmeyer2. Menambahkan 100 ml aquades3. Menambahkan 5 ml H2SO4 4N dan 10 ml KI 10%, menutup4. Menitrasi dengan larutan Na.tiosulfat sampai kuning jerami5. Menambah 1 ml amilum 1%6. Menitrasi kembali hingga warna biru menghilang B. Penetapan Kadar1. Menimbang teliti 25 gr sampel garam dalam beker Glass2. Melarutkan dengan aquades 125 ml3. Memasukkan ke dalam labu ion secara kuantitatif4. Menambahkan 2 nl asam fosfat 85%, 0,1 gr kristal KI dan 2 ml amilum 1%5. Menitrasi dengan larutan Na.tiosulfat 0,005N sampai warna biru tepat hilang

Data Pengamatan Baku Primer (KBrO3)B = 0,0870 grBE = 27,8 gr/ekV = 0,25 LV.dipipet = 5,0 ml Baku Sekunder (Na2SO3)V.titrasi = 10,2 ml Sampel GaramB = 25,03 grV.titrasi = 0,6 mlBE.KIO3 = 35,67 gr/ek

Perhitungan Standarisasi Na2S2)3 dengan KBrO3N.KBrO3 = = = 0,0125 N ()

( N x V ) Na2SO3 = ( N x V ) KBrO3 N.Na2SO3 x 10,2mL = 0,0125N x 5,0mLN.Na2SO3 = 0,00612N

Penetapan kadarKadar KIO3 = = = 5,23 ppm

Hasil Kadar KIO3 pada garam tanpa merek = 5,23 ppm

Pembahasan Dalam praktikum kali ini Metode yang digunakan adalah metode iodometri, yaitu iodat yang ada dalam contoh garam direaksikan dengan KI dalam suasana asam sehingga akan dihasilkan I2. I2 yang terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3 menggunakan indicator amylum. Dan rumus persamaannya sebagai berikut: IO32- + 6 H+ + 5 I- 3 I2 + 3 H2O I2 + 2 S2O3 2 I- + S4O62- Pada standarisasi natrium thyosulfat digunakan kalium dikromat sebagai standar primernya karena sifatnya stabil, mudah diperoleh dalam kemurnian tinggi, dan inert tehadap asam. Dan digunakan natrium thiosulfat sebagai larutan standarnya karena mudah diperoleh dalam keadaan murni, higroskopis, dan murah harganya. Lalu ditambahkan HCl untuk memberikan suasana asam dan sebagai reduktor. Lalu ditambahkan larutan KI 20% dan indicator amylum sebagai peruduksi dan katalisator. Lalu pada penetapan kadar KIO3, garam sampel yang telah dilarutkan ditambah HCl, lalu indicator amylum dan larutan KI. Fungsinya sama seperti pada tahap standarisasi. Dalam praktikum, kami terlebih dulu menggunakan H2SO4 dan Kristal KI, namun ternyata larutan sama sekali tidak berubah warna menjadi biru. Lalu kami mengganti H2SO4 dan Kristal KI dengan HCl dan larutan KI 20%. Setelah itu baru larutan bisa berwarna biru. Hal ini dapat dikarenakan fungsi dari H2SO4 adalah untuk memberi suasana asam, padahal seharusnya pemberian larutan asam disini adalah untuk mengendapkan larutan. Dan penggunaan krital KI terlalu pekat sehingga perlu dibuat yang lebih rendah konsentrasinya. Lalu untuk indicator kami menggunakan amylum, karena warna yang terjadi dalam larutan tersebut akan lebih sensitive dengan menggunakan larutan amylum sebagai katalisatornya. Amylum dengan I2 dalam larutan KI bereaksi menjadi suatu kompleks Iodium yang berwarna biru meskupun konsentrasi I2 sangat kecil. Hal yang dapat menyebabkan keselahan dalam praktikum ini , antara lain: 1. Hilangnya sebagian karena sifat volatilnya 2. Terjadinya oksidasi udara terhadap larutan iodida 3. Kesalahan praktikan 4. Banyaknya zat-zat pengotor yang bersifat higroskopis

KesimpulanDari hasil praktikum Penetapan kadar KIO3 dalam garam tanpa merek dengan metode iodometri didapat kadar sebesar 5,23 ppm

Daftar Pustaka

LAPORAN PRAKTIKUMANALISA MAKANAN DAN MINUMANPENETAPAN KADAR VITAMIN C DALAM MINUMAN

Hari/Tanggal Jumat/15 Mei 2015

MateriPenetapan kadar vitamin C dalam minuman bermerek

Tujuan Untuk mengetahui kadar vitamin C dalam minuman

MetodeIodimetri

Prinsip Asam askarbat dalam contoh larutan dioksidasi oleh larutan iodium membentuk dehidro asam askorbat, menggunakan indikator amilum tanda akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna biru

Dasar TeoriVitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering.Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran berwarna hijau, dan kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan perbaikan jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun, serum level vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan diekskresi tanpa mengubah apapun.Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, TB, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi.

Alat Pipet Volume Erlenmeyer Gelas Ukur Buret Beaker Glass

Pereaksi HCL Kristal KI Amilum 0,5% Iodium 0,01/0,001N Na.tiosulfat 0,01/0,1N Kalium Bromat 0,01/0,1N H2SO4 4N Larutan KI 10%

Sampel Nutrisari Jeruk

Cara KerjaA. Standarisasi larutan Na.tiosulfat dengan larutan Kalium bromat1. Memipet 10,0 ml larutan kalium bromat ke dalam erlenmeyer2. Menambahkan 100 ml aquades3. Menambahkan 5 ml H2SO4 4N dan 10 ml KI 10%, menutup4. Menitrasi dengan larutan Na.tiosulfat sampai kuning jerami5. Menambah 1 ml amilum 1%6. Menitrasi kembali hingga warna biru menghilang B. Standarisasi larutan iodium dengan larutan Na.tiosulfat1. Memipet larutan Na.tiosulfat (Normalitas sudah diketahui) sebanyak 10,0 ml ke dalam erlenmeyer2. Menambahkan 100 ml aquades dan 1 ml HCL3. Menambahkan 1 ml indikator amilum 0,5%4. Menitrasi dengan menggunakan larutan baku iodium sampai terbentuk warna biruC. Penetapan Kadar1. Menimbang 10 gr sampel dengan teliti, memasukkan ke dalam erlenmeyer2. Mengencerkan dengan 75 ml aquades3. Menambahkan 1 ml amilum 0,5%4. Menitrasi dengan iodium 0,1/0,01N hingga terbentuk warna biru

Data Pengamatan Baku Primer (KBrO3)B = 0,0870 grBE = 27,8 gr/ekV = 0,25 LV.dipipet = 5,0 ml Baku Sekunder (Na2SO3)V.titrasi= 9,3 mlV.dipipet= 10,0 ml

Baku Tersier(Iodium)V.titrasi= 10,3 ml Sampel GaramB = 10,02 grV.titrasi= 108,9 mlBE = 88,06 gr/ek

Perhitungan Standarisasi Na2S2O3 dengan KBrO3N.KBrO3 = = = 0,0125 N ()

( N x V ) Na2SO3 = ( N x V ) KBrO3 N.Na2SO3 x 9,3mL = 0,0125N x 5,0mLN.Na2SO3 = 0,0067N

Standarisasi iodium dengan Na2S2O3( N x V ) Iodium = ( N x V ) Na2S2O3 N.Iodium x 10,3mL = 0,0067N x 5,0mLN.Iodium = 0,0065N

Penetapan kadarKadar Vit. C = = = 0,622%

Hasil Kadar vitamin C pada sampel Nutrisari = 0,622%

Pembahasan

KesimpulanDari hasil praktikum Penetapan kadar vitamin C pada Nutrisari Jeruk dengan metode iodimetri didapat kadar sebesar 0,622%

Daftar Pustaka