Laporan Praktikum Lapangan 17

27
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT Disusun oleh: Kelompok XVII Fitria Febriansyah PT/06661 Nurfitroh Lewa PT/06686 Muhammad Mirza Legawa PT/06702 Rifky Khifni PT/ Rafika Fauzia PT/06791 Asisten Taufik Ismail LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT 1

description

nnknk

Transcript of Laporan Praktikum Lapangan 17

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Disusun oleh: Kelompok XVIIFitria Febriansyah PT/06661Nurfitroh Lewa PT/06686Muhammad Mirza Legawa PT/06702Rifky Khifni PT/Rafika Fauzia PT/06791 Asisten Taufik Ismail

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN MASYARAKATBAGIAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2015

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Pembangunan Masyarakat ini disusun untuk memenuhi tugas laporan praktikum terikait kunjungan mahasiswa angkatan 2014 ke Kelompok XVII Ternak Ngudi Lestari dan Kelompok Ternak serta Pertanian Tanam Tuwuh pada matakuliah Manajemen Pembangunan Masyarakat pada semester dua di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada tahun ajaran 2014/2015.

Yogyakarta, Mei 2015Dosen Pengampu Mengetahui Mata Kuliah Asisten Laboratorium

Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D Taufik Ismail

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. 1HALAMAN PENGESAHAN.. 2DAFTAR ISI......................................................................................... 3 DAFTAR GAMBAR. 4BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 7Latar Belakang. 7 Tujuan Praktikum......................................................................... 7 Manfaat Praktikum......................................................................... 7BAB II. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PERTANIAN........... 10BAB III. GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PETERNAKAN .... 12BAB IV. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN .............................. 16Permasalahan...................................................................................... 16Pemecahan.......................................................................................... 16BAB V. PENUTUP.. 9DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10LAMPIRAN 11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengarahan sebelum terjun ke lapangan

Gambar 2. Ternak sapi di Peternakan Tanam Tuwuh

Gambar 3. Ternak sapi di Peternakan Ngudi Lestari

Gambar 4. Struktur organisasi kelompok kandang

Gambar 5. Hasil kotoran sapi

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan masyarakat, menurut Dirjen Bangdes pada hakekatnya merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari masyarakat untuk mewujudkan keinginan dan harapan hidup yang lebih sejahtera dengan strategi menghindari kemungkinan tersudutnya masyarakat desa sebagai penanggung ekses dari pembangunan regional/daerah atau nasional. Secara teoritis, pembangunan masyarakat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pekerjan social yang dikembangkan dari dua perspektif yang berlawanan yakni aliran kiri (sosialis-Marxis) dan aliran kanan (kapitalis-demokratis) dalam spectrum politik.Pembangunan masyarakat semakin menekankan pentingnya swadaya dan keterlibatan informal dalam mendukung strstegi penanganan kemiskinan dan penindasan, maupun dalam memfasilitasi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (Guntoroetall.,2011)Masyarakat Indonesia telah mengembangkan mekanisme dalam upaya memenuhi kebutuhan, menjangkau sumberdaya, dan pelayanan serta berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Mekanisme tersebut dilembagakan dalam sebuah wahana berupa organisasi berlandaskan pada peningkatan tarif perekonomian masyarakat lokal dalam bidang kewirausahaan. Organisasi yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat lokal tersebut telah menjadi alternatif mekanisme pemecahan masalah. Organisasi yang ada di masyarakat memiliki ciri-ciri seperti penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi , keterbukaan partisipasi bagi seluruh anggota, penegak hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta mengembangkan masyarakat. Ciri-ciri organisasi lokal ini telah mengakomodasi unsur hak asasi manusia dan demokratisasi pada tingkat lokal. Sehubungan dengan itu, organisasi dan kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat lokal perlu diberikan ruang gerak yang luas untuk mengekspresikan dan mengartikulasikan berbagai kebutuhan masyarakat lokal. Jadi , keswadayaan dan peran aktif masyarakat berkembang dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Korten (1982) bahwa pembangunan akan mampu mengembangkan keswadayaan masyarakat apabila pembangunan itu berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Jadi, pembangunan yang berpusat pada masyarakat itu dapat direalisasikan apabila organisasi lokal yang ada di masyarakat dimanfaatkan (Tim dosen, 2012).Desa ialah wilayah yang ditempati sejumlah penduduk.Merupakan organisasi pemerintahan terendah dan terdiri atas beberapa dusun atau kampung.Kecamatan merupakan suatu wilayah gabungan dari beberapa desa/kelurahan.Wilayah kecamatan lebih luas dari pada wilayah kelurahan/desa (Ekowinarto, 2009).Pengertian Kelurahan adalah suatu wilayah administratif yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Tugas Pemerintahan Kelurahan jadinya berlandaskan asas dekonsentrasi, yang tentu saja tidak menghalanginya melaksanakan tugas-tugas di bidang desentralisasi melalui saluran Camat, Bupati, Walikota, dan gubernur kepala daerah(Susanto, 1993).Kabupaten Sleman berbatasan dengan ProvinsiJawa Tengahdi utara dan timur,Kabupaten Gunung Kidul,Kabupaten Bantul, danKota Yogyakartadi selatan, sertaKabupaten Kulon Progodi barat. Pusat pemerintahan di KecamatanSleman, yang berada di jalur utama antaraYogyakarta-Semarang. Bagian utara kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknyaGunung Merapidi perbatasan denganJawa Tengah, salah satugunung berapiaktif yang paling berbahaya di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur. Di antara sungai-sungai besar yang melintasi kabupaten ini adalahKali Progo(membatasi kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo),kali Code,kali Kuning,kali OpakdanKali Tapus.Lokasi yang dikunjungi pada praktikum ini adalah padukuhan ketingan yang berada di Sumberadi, Mlati, Sleman Yogyakarta. Terdapat 15 pedukuhan yang ada di Sumberadi,Mlati,Sleman. Padukuhan Ketingan salah satunya, yang terkenal dengan fauna burung kuntul.terdapat 2 kelompok ternak pada padukuhan tersebut diantaranya Kelompok Ternak Ngudi Lestari dan Kelompok Ternak Tanam Tuwuh..

Tujuan Praktek LapanganTujuan dari praktek lapangan adalah agar mahasiswa dapat melihat secara langsungdi lapangan bagaimana kondisi peternakan rakyat yang ada terutama peternakan dengan sistem kelompok. Mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh kelompok ternak di DusunSulang Kiduldalam melaksanakan kegiatan peternakan.

Manfaat Praktek LapanganManfaat dari praktek lapangan ini adalah sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk lebih mendalami secara langsung bagaimana Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat dalam pembangunan masyarakat khususnya pembangunan peternakan.

BAB IIGAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PERTANIAN

Arti dari pembangunan pertanian secara umum adalah proses pengembangan yang berlangsung kini untuk mengubah keadaan sekarang menjadi keadaan lain yang lebih baik untuk masa depan (Notohadiprawiro, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi dari pembangunan pertanian. Beberapa kunci dari pembangunan pertanian adalah keadaan lingkungan dan ketahanan pangan.Kunci dari pembangunan pertanian yang hingga sekarang masih banyak menghadapi tantangan adalah usaha mempertahankan kesehatan tanah, melindungi lingkungan, dan mempertahankan produktivitas berkelanjutan serta memenuhi kebutuhan masa depan sesuai dengan pertumbuhan penduduk (Sutanto, 2002). Kesehatan tanah merupakan salah satu aspek penting dari pertanian. Kesehatan tanah salah satunya disebabkan oleh kecenderungan semakin intensifnya penggunaan pupuk anorganik terutama urea dan terangkutnya jerami padi keluar areal pertanaman menyebabkan turunnya kualitas lahan yang dicirikan dengan turunnya bahan organik tanah dan kemampuan tanah menyimpan dan melepaskan hara dan air bagi tanaman (Danapriatna et al., 2012). Lingkungan dapat tercemar dari berbagai macam polusi, salah satunya adalah polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bemotor yang semakin banyak di jalanan.Dalam pembangunan pertanian nasional, ketahanan pangan mempunyai peran yang sangat strategis. Las et al. (2006) menyatakan bahwa pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis karena: 1) akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak yang paling azasi bagi manusia, 2) kecukupan pangan berperan penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, dan 3) ketahanan pangan menjadi salah satu pilar utama dalam menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, ketersediaan pangan yang cukup dari segi kuantitas, kualitas, mutu, gizi, keamanan maupun keragaman, dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat harus dipenuhi. Hal ini diatur dalam UU No. 7/1996 tentang pangan dan PP No. 68/2002 tentang ketahanan pangan.Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman pangan, khususnya padi. Di tingkat makro nasional, peran lembaga pembangunan pertanian sangat menonjol dalam program dan proyek intensifikasi dan peningkatan produksi pangan. Kegiatan pembangunan pertanian dituangkan dalam bentuk program dan proyek dengan membangun kelembagaan koersif (kelembagaan yang dipaksakan), seperti Padi Sentra, Demonstrasi Massal (Demas), Bimbingan Massal (Bimas), Bimas Gotong Royong, Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD), Insus, dan Supra Insus (Nasrul, 2012).Peluang keberhasilan pembanguna pertanian semakin besar apabila inisiatif pembangunan pertanian dilaksanakan oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di mana individu-individu yang memiliki jiwa berorganisasi menggabungkan pengetahuannya dalam tahap perencanaan dan implementasi inisiatif (Nasrul, 2012).Desa Wisata Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu desa yang warganya rata-rata berprofesi sebagai peternak-petani.

BAB IIIGAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PETERNAKAN

Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelesatarian lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara (Gatutkaca, 2007). Dusun ketilang mempunyai dua kelompok peternak yaitu Kelompok Ternak Ngudi Lestari dan Tanam Tuwuh, padukuhan Kentingan yang terdiri dari 4 Rt dan 2 Rw dipimpin oleh ibu kepala dusun yaitu ibu Supartinah. Perkumpulan peternak ini berdiri pada tahun 2002. Latar belakang dari pendirian perkumpulan ini berawal dari masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani selalu memiliki rumput sisa untuk disiangi. Agar rumput dapat digunakan dengan sebaik baiknya, maka kelompok tani berinisiatif membangun peternakan yang pakanya berasal dari pertanian mereka. Selain itu, tujuan dari penyatuan ternak di dusun ini yaitu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat Kentingan terutama dari sektor peternakan, mempermudah dalam mengontrol keadaan ternak masing-masing, sebagai tabungan untuk keadaan mendesak seperti biaya sekolah anak anak mereka, mempererat hubungan antar warga, dan membangun kerukunan. Peternakan Tanam Tuwuh diketuai oleh pak Sarjimin. Peternakan ini terletak disebelah selatan dusun. Peternakan Tanam Tuwuh diketahui berdiri pada 15 Februari 2003 dengan lahan selus 17 hektar. Pak Sarjimin merupakan generasi ketiga sejak peternakan ini didirikan yang dipercaya sebagai ketua. Sampai saat ini Peternakan Tanam Tuwuh berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. Hal ini dapat terjadi karena adanya sikap saling memiliki dan peduli terhadap peternakan mereka. Kelompok Tani Tanam Tuwuh selalu mengajukan proposal untuk memajukan peternakanya.Hal ini terbukti pada Tahun 2012 kelompok kandang Tanam Tuwuh diberi kepercayaan bantuan dari kementrian pertanian Republik Indonesia unit pengolahan pupuk organik sebesar Rp340.000.000,-. Bantuan ini diberikan dengan pertimbangan merupakan kelompok paling aktif pertumbuhan dan pertanian berjalan dengan baik sehingga memperoleh bantuan untuk mengembangkan kelompok kandang Ternak Tuwuh.

Jenis sapi potong yang dipelihara di kelompok ternak Tanam Tuwuh adalah sapi PO. Sapi-sapi tersebut dipilih untuk dipelihara dengan tujuan diambil kotoranya untuk pupuk organik yang sedang dikembangkan pemerintah. Kandang-kandang tersebut rata-rata dibangun dari beton.Kebersihan kandang merupakan tanggung jawab dari pemilik sapi masing-masing. Pembangunan kandang baru biasanya dilakukan oleh pemerintah sebagai penyedia fasilitas.Dana yang diberikan oleh pemerintah digunakan untuk pembangunan kandang yang dianggarkan Rp74.340.000,- ternyata menghabiskan Rp81.748.000,- upah tenaga kerja kurang lebih Rp42.000.000,- biaya konsumsi Rp13.000.000,- biaya sarana transportasi Rp18.000.000,- biaya mesin apo Rp20.000.000,- biaya sapi 46 ekor kurang lebih Rp282.000.000,-. Keseluruhan biaya total yang dibutuhkan untuk membangun peternakan kurang lebih Rp456.000.000,- sehingga biaya yang diberikan pemerintah tidak mencukupi untuk menyelesaikan pembangunan tersebut. Oleh karena itu kekurangan biaya untuk pembangunan kelompok kandang Tanam Tuwuh sebesar Rp116.000.000,- ditanggung swadaya dari masyarakat desa Kentingan. Selain itu kelompok ini juga mendapatkan bantuan intensif sapi bunting putih minimal umur 5 bulan mendapatkan bantuan sebesar Rp600.000,-/sapi pada saat itu diketuai oleh Pak Woto sejumlah 135 ekor. Ternak Ngudi Lestari terletak di sebelah utara padukuhan Kentingan. Kelompok ini diketuai oleh Pak Seno dan berdiri pada tahun 2002 dengan anggota sebanyak 33 anggota. lahan yang digunakan adalah lahan perseorangan milik mantan lurah yang bernama pak Sumartono. Peternakan tersebut memiliki sistem tanah sewaan dengan kepemilikan ternak pribadi dan hasil produksi pun menjadi laba pribadi. Lahan peternakan Ngudi Lestari akan diperbarui setiap dua tahun sekali. Ternak yang dikembangbiakkan di peternakan Ngudi Lestari ini adalah sapi Limosin dan Simmental. Sapi betina di peternakan ini memakai sistem kawin suntik. Peternakan Ngudi Lestari pernah mendapatkan bantuan lunak dari pemerintah sebanyak 2x yang meringankan beban modal para peternak. Peternakan ini juga seringkali mewakili lomba peternakan di tingkat kecamatan dan kabupaten dan selalu membawa pulang kemenangan dengan rata-rata kemenangan juara 2. Kedua kelompok ini merupakan kelompok peternakan yang aktif dan terlihat hasilnya yang menguntungkan sehingga sering diperhatikan oleh pemerintah dan mendapatkan berbagai macam pinjaman dan bantuan dana. Pinjaman dan bantuan dana tersebut sangat bermanfaat bagi para peternak untuk mengembangkan usahanya tersebut. Sebagian besar anggotanya beternak sapi sebagai tabungan apabila kelak membutuhkan dana. Kunci keberhasilan peternak dalam mengelola ternak mereka adalah kerja keras yang gigih dan koordinasi yang baik antar anggotanya agar tidak terputus.Untuk masalah kesehatan ternak, kedua peternakan ini mempercayakanya pada dokter hewan yang jaraknya lebih dekat. Untuk dana, peternak membayar sendiri dan belum ada bantuan pemerintah. System kawin sapi betinanya menggunakan inseminasi buatan dengan tujuan agar lebih steril dan aman dari serangan penyakit.Struktur pemeliharaan ternak dan kandang dilakukan secara perseorangan. Mulai dari penyediaan pakan, pemeliharaan ternak, kebersihan kandang, pengolahan hasil, hingga pengolahan sisa pembuangan ternak. Pembangunan peternakan di dusun Kentingan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena dengan adanya pembangunan tersebut masyarakat jadi lebih bisa memelihara ternaknya dengan cara yang efektif dan efisien. Sistem pemeliharaan yang efektif dan efisien dapat meningkatkan kualitas ternak, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta turut menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar. Program pembangunan peternakan cukup membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat karena masyarakat dapat memperbaiki sarana dan prasarana, meningkatkan produksi ternak, meningkatkan harga jual ternak, dan menangani penyakit yang melanda peternak Sido Rejo.Kedua peternakan tersebut memiliki rapat yang merupakan agenda penting dan wajid diadakan setiap bulannya. Kelompok ternak Tanam Tuwuh mengadakan rapat setiap malam rabu pahing dan tidak pernah putus sekalipun, sedangkan kelompok ternak Ngudi Lestari mengadakan rapat setiap malam minggu pahing setelah shalat magrib. Musyawarah yang diadakan membahas tentang perkembangan peternakan masing-masing kelompok, permasalah yang dihadapi selama sebulan, setoran iuran wajib sebesar Rp5.000,- untuk operasional Rb5.000,- untuk penerangan dan Rp25.000,- setiap ada undangan.Struktur pengurus kedua kelompok ternak tersebut telah disusun sejak berdirinya kelompok ternak tersebut dan belum pernah ada pembaruan.Penentuan atau pemilihan ketua dan pengurus lainnya dilakukan secara musyawarah, namunkepengurusan kelompok ternak hingga saat ini belum mengalami regenerasi atau pergantian pengurus. Hal ini masih menjadi kendala dikedua kelompok ternak karena peternakan dianggap sebgai pekerjaan sampingan dan pekerjaan utamanya adalah bertani atau mungkin juga ada beberapa warga yang memiliki pekerjaan lainya.Seharusnya beternak dijadikan sebagai pekerjaan pokok yang dikelola secara berkelanjutan untuk mendapatkan hasil dan keuntungan yang maksimal, agar nantinya tidak hanya sebagai keuntungan sendiri namun juga bisa memenuhi kebutuhan pasar. Beternak merupakan usaha yang apabila dikelola dengan baik dapat menghasilkan keuntungan yang besar karena semua komponen dari peternakan dapat dimanfaatkan seperti halnya kotorannya.

BAB IVPERMASALAHAN dan PEMECAHAN

PermasalahanPermasalahan yang terjadi di kelompok ternak Ngudi Lestari dan Tanam Tuwuh yaitutidak adanya pergantian pengurus kelompok peternakan. Kurangnya partisipasi masyarakat sekitar di kampung ternak. Beternak merupakan pekerjaan sampingan, sehingga pembangunan peternakan terhambat. Pemasaran hewan ternak masih dalam taraf lokal, kurang perhatian peternak terhadap pupuk kompos yang lebih ramah lingkungan daripada menggunakan pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan, pengolahan pupuk kompos yang masih tradisional dan kurangnya lahan untuk mengolahan, tidak adanya wc sekitar kandang yang menyebabkan bau tidak sedap dan menjadi polusi udara.

PemecahanLangkah awal penduduk dusun Kentingan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul tersebut yakni sebagai berikut . Solusi dari tidak adanya pergantian pengurus dan kurangnya partisipasi masyarakat yaitu dilakukan pendekatan kepada para pemuda dan warga yang kurang berminat untuk beternak, training motivasi, penyuluhan bimbingan, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran mereka untuk ikut serta bertanggung jawab melestarikan adanya Kelompok Ternak di Dusun Ketilang. Seluruh anggota kelompok peternak masih membutuhkan pelatihan serta pendampingan pengembangan sumber daya manusia hal tersebut ditujukan agar seluruh anggota kelompok dapat berkembang dan secara periodik ada regenerasi untukmenjadi pengurus dan bukanya stagnan disatu kepengurusanMemberikan kepahaman tentang kelebihan-kelebihan dan keuntungan yang didapat apabila peternakan dikelola dengan baik, memberikan bantuan sapi kepada warga untuk dikelola dan kemudahan-kemudahan dalam mengembangkan peternakan agar nantinya para warga tertarik dan ikut untuk bergabung menjadi kelompok ternak.Pengelolaan limbah dari kotoran ternak menjadi biogas belum bisa terealisasikan hal ini disebabkan kurangnya fasilitas teknologi yang mendukung serta kurangnya wawasan dalam segi pengolahan. Tindakan penyelesaian yang harus dilakukan yakni dengan adanya pelatihan yang dilaksanakan oleh seluruh para peternak melalui bimbingan dari penyuluh yang ahli dalam bidang tersebut. Segi fasilitas yang belum memadai menjadikan penduduk tersebut harus berperan aktif untuk melakukan koordinasi dengan Badan Penyuluhan Peternakan dan Pertanian, dan pemerintah Kab. Sleman. Koordinasi tersebut untuk ketersediaan teknologi yang memadai guna terealisasinya program tersebut. Selama ini pengolahan limbah kotoran ternak dimanfaatkan menjadi bahan utama pupuk organik. Pemanfaatan ini merupakan pengolahan yang bagus untuk memanfaatkan bahan yang awalnya tidak terpakai menjadi barang yang berguna. Pemakaian pupuk organik juga sekaligus memperbaiki struktur tanah yang sudah rusak. Pemakaian pupuk kimia yang berlebihan secara terus menerus menyebabkan kerusakan pada tanah masyarakat sehingga dengan pemakaian pupuk organik akan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat pemakaian pupuk kimia. Untuk masalah beternak sebagai pekerjaan sampingan, solusi yang dapat diberikan yaitu dengan menggerakkan para pemuda dan warga untuk menjadikan pekerjaan beternak sebagai pekerjaan utama, memberikan keterampilan dan manajemen pengelolaan ternak secara modern dan bukan lagi dengan cara tradisional yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang sehingga dapat memberikan hasil dan keuntungan yang banyak bagi para peternak, memanfaatkan hasil samping dan kotoran sapi yang bisa menambah keuntungan. Dengan bisa memperoleh keuntungan yang banyak, warga akan terdorong kemudian menjadikan beternak sebagai pekerjaan pokok yang menghasilkan keuntungan banyak tanpa perlu mencari tambahan pekerjaan lain. Peran pemerintah juga sangat peting untuk memberikan kemudahan-kemudahan dalam beternak, seperti bantuan bantuan untuk meringankan biaya pengolahan peternakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal sehingga masyarakat mengerti bahwa peternakan tidak lagi dianggap sebagai pekerjaan sampingan atau hanya sekedar tabungan, tetapi mampu menjadikan peternakan sebagai salah satu industri pokok yang mampu menghasilkan pendapatan yang besar.

BAB VKESIMPULANBerdasarkan hasil prakikum lapangan yang telah terlaksana disimpulkan bahwa Peternakan Tani Tanam Tuwuh dan Ngudi Lestari mengacu pada sektor pertanian dan sektor peternakan. Sektor pertanian mencakup tanaman padi, sedangkan sektor peternakan mencakupi sapi potong. Pemecahaan masalah yang ada pada kelompok ini yaitu dengan meningkatkan partisipasi untuk warga terutama pemuda untuk ikut aktif sehingga ada pergantian kepengurusan dan penyuluhan dari pemerintah dan dinas terkait untuk mengubah pemikiran peternak bahwa peternakan hanya digunakan sebagai sambilan. Serta adanya pengolahan yang lebih baik baik dari kandang, kepengurusan serta pemasaran pupuk kompos agar lebih efisien dan menguntungkan.

Daftar Pustaka

Danapriatna, N., T. Simarmata, I. Z. Nursinah. 2012. Pemulihan kesehatan tanah sawah melalui aplikasi pupuk hayati penambat n dan kompos jerami padi. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. 3 (2) : 1-8.Ekowinarto. 2009.Pemerintahan Kecamatan. Available athttp://ekowinarto.files.wordpress.com/2009/03/bab-22.pdf./Diakses pada 10 Mei 2015 pukul 08.37Gatutkaca. 2007.Masa Depan Peternakan Indonesia. Available athttp://wongbagoes.blogspot.com/2007/06/masa-depan-peternakan-indonesia.htmlDiakses pada 10 Mei 2015 pukul 07.00Guntoro, B., T. Haryadi., E. Sulastri., S. Andarwati.2011.Manajemen Pembangunan Masyarakat.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Las, I., K. Subagyono, dan A.P. Setiyanto. 2006. Isu dan pengelolaan lingkungan dalam revitalisasi pertanian. Jurnal Litbang Pertanian. 25 (3) : 106-114.Nasrul, W. 2012. Pengembangan kelembagaan pertanian untuk peningkatan kapasitas petani terhadap pembangunan pertanian. Menara Imu. 3 (29) : 166-174.Notohadiprawiro, T. 2006. Sistem Informasi Pengertian dan Kepentingannya. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.Susanto, A. 1993.Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bina Cipta. Jakarta.Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

.

1