Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

28
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN PERCOBAAN III KLORIDA OLEH : NAMA : AYU MAULIDA PUTRI NIM : H1E107001 KELOMPOK : 1 (SATU) ASISTEN : NURHIKMAH

Transcript of Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

Page 1: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERCOBAAN III

KLORIDA

OLEH :

NAMA : AYU MAULIDA PUTRI

NIM : H1E107001

KELOMPOK : 1 (SATU)

ASISTEN : NURHIKMAH

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009

Page 2: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

LAPORAN PRAKTIKUM

PERCOBAAN III

KLORIDA

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini aalah untuk mengetahui kandungan klorida pada

sampel air.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus

dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi

sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian

sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).

Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang

menyebabkan rasa asin dalam air bersih ( air sumur ). Persyaratan kualitas air

minum yang sesuai dengan Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002,

menyebutkan kadar maksimal klorida yang diperbolehkan untuk air minum

adalah 250 mg/l (Santoso, 2009).

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia seperti berikut

(Kusnaedi,2002) :

a. pH netral

Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam atau basa.

Contoh air yang terasa asam adalah air gambut. Air murni mempunyai pH 7.

apabila pH di bawah 7 air bersifat asam, sedangkan di atas 7 berarti bersifat

basa (rasanya pahit).

b. Tidak mengandung zat kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti

sianida, sulfida, fenolik. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti

Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr dan lain-lain.

Page 3: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

c. Kesadahan rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di

dalam air terutama Ca dan Mg.

d. Tidak mengandung bahan organik

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang

berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organnik itu seperti NH4, H2S, SO42-

dan NO3- (Prihatmoko, 2009).

Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar

tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas

tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm

berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-

1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah

tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air

drainase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan. Oleh karena itu, hara Cl

kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah

keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman,

meningkatkan osmosis sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang,

memperbaiki penyerapan ion lain, untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit

dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari

proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen (Prihatmoko 2009).

Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%),

natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan

sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak,

strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah

pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang

hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam (Agusset, 2005).

Semua perairan alami mengandung klorida yang kadarnya sangat

bervariasi mulai dari beberapa milligram sampai puluhan ribu milligram (air

laut). Namun suatu perairan baik itu airtanah, air artesis, danau atau sungai

biasanya memiliki kadar klorida yang relatif tetap. Perubahan kadar klorida

dalam suatu perairan berhubungan dengan lokasi maupun waktu tertentu yang

menunjukkan adanya percampuran dengan perairan lain maupun pencemaran

Page 4: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

terhadap perairan tersebut. Keberadaa ion Cl- dalam air akan berpengaruh

terhadap tingkat keasinan air. Semakin tinggi konsentrasi Cl-, berarti semakin

asin air dan semakin rendah kualitasnya. Besarnya kadar klorida dalam perairan

sangat penting dalam berbagai aspek seperti dalam penelitian-penelitian tenaga

panas bumi, irigasi, industri, hidrologi, dll. Pada umumnya adanya klorida

dalam air menyebabkan air tersebut memiliki rasa asin (air seni mengandung ±

400 mg/liter) (Karmono, 1978).

Klorida menjadikan air terasa asin. Dalam kadar konsentrasi apapun, ini

menjadi terasa dan tergantung dari individu masing-masing. Dalam konsentrasi

tinggi, klorida menyebabkan air menjadi payau, rasa asin yang sama sekali tidak

diinginkan. Walaupun klorida sangat larut, klorida memiliki stabilitas. Stabilitas

ini memungkinkan mereka bertahan dari perubahan dan tetap konstan dalam air

apapun, kecuali air yang dicemari oleh industri dan kotoran manusia (Buhor,

2009).

Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman

dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk

mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan

dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan

klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada

satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini

mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida

(Agusset, 2005).

Analisa klorida secara kualitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara,

diantaranya:

a. Dengan larutan Perak Nitrat

Jika larutan encer suatu senyawa klorida direaksikan dengan  larutan perak

nitrat, akan terjadi endapan putih bergumpal yang tidak larut dalam asam nitrt

encer dan mudah larut dalam amonia, dengan mengasamkan larutan

amoniakal ini dengan asam nitrat encer akan terbentuk endapan

kembali.endapan putih yang terjadi berupa perak klorida yang tidak akan larut

kembali dalam asam nitrat encer. Dengan penambahan amonia, terjadi

Page 5: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

komplek perak diamonium yang larut. Jika larutan yang mengandung ion klor

ini diasamkan, perak klorida akan terbentuk kembali dan akan mengendap.

b. Dengan Kalium Permanganat atau Mangan Dioksida

Jika suatu senyawa klorida dipanaskan dengan kalium permanganat atau

mangan dioksida, akan terjadi uap yang berwarna hijau pucat dan

menyebabkan kertas kanji-kalium iodida berwarna biru. Dengan

mengoksidasi kalium permanganat atau mangan dioksida akan terjadi klor

yang akan mengoksidasi iodida dalam kertas kalium menjadi iod, yang

kemudian dengan amilum memberikan warna biru (Santoso, 2009).

Analisa klorida secara kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara,

diantaranya analisa secara titrimetri dengan menggunakan metode argentometri.

Metode yang sering digunakan pada penetapan klorida adalah metode

argentometri. Metode argentometri (titrasi pengendapan) yang tergolong pada

pemeriksaan kimia secara titrimetri / volumetri. Titrimetri atau analisa volumetri

adalah salah satu cara pemerikasaan jumlah zat kimia yang luas penggunaannya.

Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,

ketelitian dan ketepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menentukan

kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Prinsipnya dalam

larutan netral atau sedikit basa, kalium kromat dapat menunjukan titik akhir

titrasi klorida dengan perak nitrat. Perak klorida yang terbentuk diendapkan

secara kuantitatif sebelum warna merah perak kromat terbentuk. 

Reaksi yang dibentuk

AgNO3  +  NaCl        AgCl  +  NaNO3

AgNO3  +  KCl          AgCl   +  KNO3 (Santoso, 2009)

Dalam titrasi pengendapan zat yang ditentukan bereaksi dengan zat pentiter

membentuk senyawa yang sukar larut dalam air, syarat-syaratnya:

1) Terjadinya kesetimbangan serbaneka harus berlangsung cukup cepat

2) Empat zat yang akan ditentukan akan bereaksi secara stoikiometri dengan zat

pentiter;

3) Endapan yang terbentuk harus sukar larut sehingga terjamin Harus tersedia

cara penentuan  titik akhir yang sesuai.

4) Kesempurnaan reaksi sampai 99,9%;

Page 6: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

Beberapa cara titrasi pengendapan yang melibatkan ion perak, diantaranya

adalah cara mohr, cara volhard dan cara fajans. Pada cara mohr ion-ion halida

(Cl-, Br-, I-) ditentukan dengan larutan baku perak nitrat, dengan memakai ion

kromat atau peralatan  yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi. Titrasi

larutan ion klorida 0,1 M dengan cara mohr, reaksinya sebagai berikut:

Ag -             +        Cl-         AgCl (Santoso, 2009)

Cara titrasi volhard dapat pula digunakan untuk menetukan ion-ion halida

dengan cara titrasi kembali. Penentuan ion klorida agak rumit dengan titrasi ini,

lantaran kelarutan AgCl lebih tinggi daripada kelarutan AgSCN, maka pada

penentuan ion klorida dengan cara volhard, titrasi harus dihentikan pada saat

timbulnya warna merah pertama kali, atau titrasi kembali dilakukan setelah  

AgCl dipisahakan terlebih dahulu (Santoso, 2009).

Pada umumnya titrasi pengendapan didasarkan pada penggunaan larutan

baku perak nitrat sehingga cara titrasi ini sering dinamakan titrasi argentometri.

ada titrasi ini biasanya digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 M dan larutan

baku Kalium Tiosianat 0,1 M. Kedua pereaksi ini dapat diperoleh sebagai zat

baku utama, namun kalium tiosianat agak mudah menyerap air sehingga

larutannya perlu dibakukan dengan larutan perak nitrat. Kedua larutan baku ini

cukup mantap selama dalam penyimpanan asalkan disimpan dalam wadah

kedap udara dan terlindung dari cahaya (Santoso, 2009).

Metode pengujian penentuan kadar klorida dalam air mencakup penentuan

ion klorida dalam air, air limbah, dan air laut. Standar ini memuat 3 metode

pengujian: 1) Metode pengujian A ( Titrasi dengan merkuri) untuk menentukan

ion klorida dalam air bila tidak terdapat zat pengganggu, berlaku untuk

konsentrassi ion klorida 8,0 sampai 250 mg/L; 2) Metode pengujian B (Titrasi

dengan perak nitrat) untuk air yang mengandung kadar klorida 5 mg/L atau

lebih, berlaku untuk rentang konsentrasi ion klorida 8,0 sampai 250 mg/L; 3)

Metode pengujian C (Elektroda selektif ion) untuk mengukur ion klorida dalam

air alam, air minum, dan air limbah, berlaku untuk contoh-contoh uji yang

mengamdung 2 sampai 1000 mg/l ion klorida (Prihatmoko, 2009).

Page 7: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

III.ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat yang digunakan meliputi labu erlenmeyer, pipet tetes, buret, gelas

ukur, statip, gelas beker, corong.

B. Bahan

Bahan yang digunakan meliputi larutan AgNO3 1/35.45 N, larutan

standar NaCl 0,1 N, HNO3 pekat, larutan indikator K2CrO4 10 %, sampel air,

aquadest.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Standarisasi Larutan AgNO3

1. Mengambil 10 ml larutan standar NaCl 0,1 N.

2. Memasukkan ke dalam labu Erlenmeyer

3. Menambahkan 3 tetes HNO3 pekat

4. Menambahkan 3 tetes larutan indikator K2CrO4 10%

5. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1/35,45 sampai membentuk endapan

putih

6. Mencatat volume AgNO3 yang digunakan

7. Mengulangi langkah untuk nilai standarisasi kedua

B. Pengukuran Klorida

1. Mengambil 100 ml sampel air

2. Memasukkan ke dalam labu erlenmeyer

3. Menambahkan 3 tetes HNO3 pekat

4. Menambahkan 3 tetes K2CrO4 10%

5. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna

menjadi putih

6. Mengulangi langkah untuk sampel air yang lain

Page 8: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Standarisasi larutan AgNO3

No Langkah Percobaan Hasil I Hasil II

1 Mengambil 10 ml larutan standar

NaCl 0,1 N, Memasukkan ke

dalam labu erlenmayer.

Warna bening Warna Bening

2Menambahkan 3 tetes HNO3

pekat

3 Menambahkan 3 tetes larutan

indikator K2CrO4 10 %

Kuning

kehijauan

Kuning

kehijauan

4 Mengisi buret dengan larutan

AgNO3, pembacaan awal pada

buret dicatat volume awal.

Volume awal 0 ml 8,8 ml

5 Menitrasi larutan larutan AgNO3

1/35,45 N hingga terjadi endapan

dan mencatat volume akhir.

Volume akhir

Volume titrasi

Warna = putih

keruh dan terjadi

endapan

1,6 ml

1,6 ml

Warna = putih

keruh dan

terjadi endapan

10,2 ml

1,4 ml

6. Mencatat volume titrasi rata-rata

Volume titrasi rata-rata V titrasi rata-rata = (V1+V2) / 2

=(1,6+1,4)/2

= 1,5 ml

Page 9: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

Tabel 2. Konsentrasi klorida pada sampel air

No Langkah Percobaan

Air

gambut

Air sumur

Martapura

Air

sumur

Cempaka

Air

irigasi

1 Mengambil 100 ml 100 ml

Warna

bening

100 ml

Warna

bening

100 ml

Warna

bening

100 ml

Warna

bening

2 Memasukkan sampel

ke dalam erlenmeyer

3 Menambahkan 3 tetes

HNO3 pekat

4 Menambahkan 3 tetes

larutan indikator

K2CrO4 10 %

Warna =

kuning

bening

Warna =

kuning

bening

Warna =

kuning

bening

Warna =

kuning

bening

5 Mengisi buret dengan

larutan AgNO3,

pembacaan awal pada

buret dicatat volume

awal.

Volume awal 13,2 ml 14,2 ml 14,6 ml 15,3 ml

6 Menitrasi larutan

larutan AgNO3

1/35,45 N hingga

terjadi perubahan

warna. Dicatat volume

akhir.

Volume akhir

Volume titrasi

Warna =

putih

keruh

14,2 ml

1 ml

Warna =

putih

keruh

14,6 ml

0,4 ml

Warna =

putih

keruh

15,3 ml

0,7 ml

Warna =

putih

keruh

15,65 ml

0,35 ml

Page 10: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

Perhitungan

1. Standarisasi larutan AgNO3

Diket : Volume larutan NaCl = 10 ml 0,1 N

Volume titrasi AgNO3 = 1,5 ml

Ditanya : Normalitas AgNO3 =…?

Jawab:

Normalitas AgNO3 =

vol . NaClxMNaClvol . titrasi AgNO3

=

10 x0,11,5

= 0,67 N

2. Konsentrasi klorida pada sampel air

a. Faktor ketelitian

Diket : Volume titrasi AgNO3 = 1,5 ml

Ditanya : faktor ketelitian = …?

Jawab :

Faktor ketelitian = 10

ml Ag NO3

=

101,5

= 6,67

b. Konsentrasi klorida

Diket : Vol. masing-masing sampel = 100 ml

Vol. titrasi AgNO3 pada air gambut = 1 ml

Vol. titrasi AgNO3 pada air sumur Martapura = 0,4 ml

Vol. titrasi AgNO3 pada air sumur Cempaka = 0,7 ml

Vol. titrasi AgNO3 pada air irigasi = 0,35 ml

Faktor ketelitian = 6,67

Ditanya : Konsentrasi klorida pada masing-masing sampel = …?

Jawab :

Page 11: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

1) Air gambut

Kons. Cl- = (1000100 ) x (mlAgNO3−0,3 ) xF . telitix 1/35 ,45 x35 ,45

= 10 x (1 – 0,3) x 6,67 x 1

= 46,69 mg/l

2) Air sumur Martapura

Kons. Cl- = (1000100 ) x (mlAgNO3−0,3 ) xF . telitix 1/35 , 45 x35 , 45

= 10 x (0,4 – 0,3) x 6,67 x 1

= 6,67 mg/l

3) Air sumur cempaka

Kons. Cl- = (1000100 ) x (mlAgNO3−0,3 ) xF . telitix 1/35 ,45 x35 ,45

= 10 x (0,7 – 0,3) x 6,67 x 1

= 26,68 mg/l

4) Air irigasi

Kons. Cl- = (1000100 ) x (mlAgNO3−0,3 ) xF . telitix 1/35 , 45 x35 , 45

= 10 x (0,35 – 0,3) x 6,67 x 1

= 3,335 mg/l

Page 12: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

B. Pembahasan

1. Standarisasi Larutan AgNO3

Percobaan kali ini pertama-tama dilakukan standarisasi larutan

AgNO3. Standarisasi dilakukan karena larutan AgNO3 ini digunakan

sebagai larutan dalam proses titrasi untuk mengetahui kandungan klorida

dalam sampel air yang digunakan pada percobaan ini. Metode yang

digunakan untuk mengetahui kandungan klorida ini adalah metode Mohr,

yang merupakan titrasi dengan larutan AgNO3.

Proses standarisasi ini dilakukan sebanyak dua kali untuk lebih

memastikan bahwa larutan tersebut memang sudah standar. Untuk

menstandarisasi larutan AgNO3 digunakan larutan standar NaCl sebanyak

10 ml, HNO3 pekat dan K2CrO4 10% yang masing-masing diteteskan

sebanyak 3 tetes ke dalam larutan NaCl tersebut.

Penambahan HNO3 dan K2CrO4 tadi menyebabkan larutan berwarna

putih keruh. Hal ini disebabkan tidak ditambahkannya serbuk ZnO atau

MgO ke dalam larutan tersebut. Sehingga dari hasil semula yang

diharapkan akan membentuk endapan merah bata ketika dititrasi dengan

larutan AgNO3 dengan penambahan serbuk ZnO dan MgO tersebut tidak

tercapai. Hanya cukup dengan penambahan HNO3 dan K2CrO4 yang

menyebabkan terbentuknya endapan putih dan larutan menjadi berwarna

putih keruh. Ketika terbentuk endapan putih ini lah titrasi dengan larutan

AgNO3 dihentikan dan dicatat volume akhir titrasi.

Dari hasil percobaan standarisasi yang pertama volume awal AgNO3

adalah 0 ml, dan volume akhirnya adalah 1,6 ml. Didapatkan untuk

volume titrasi AgNO3 yang pertama sebanyak 1,6 ml. Standarisasi yang

kedua menggunakaan volume awal AgNO3 sebanyak 8,8 ml, dititrasi

hingga membentuk endapan putih dengan volume akhir adalah 10,2 ml.

Didapatkan untuk volume titrasi AgNO3 yang kedua adalah 1,4 ml.

Dengan mengetahui volume titrasi dari kedua standarisasi yang dilakukan

maka diambil rata-rata volume titrasi AgNO3 yaitu sebesar 1,5 ml.

Perhitungan nilai normalitas dari larutan AgNO3 menggunakan

volume rata-rata titrasinya. Didapatkan dari hasil perhitungan antara

Page 13: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

volume NaCl yang digunakan dengan molaritas NaCl dibagi dengan

volume titrasi rata-rata AgNO3 bahwa nilai normalitas dari AgNO3 adalah

0,67 N.

2. Konsentrasi Klorida pada Sampel Air

Praktikum kali ini ditujukan untuk mengetahui kandungan klorida

dari beberapa sampel air. Sampel air yang digunakan pada percobaan ini

adalah sampel air gambut, air sumur martapura, air sumur cempaka, dan

air irigasi.

Untuk menguji kandungan klorida yang terdapat dalam sampel air

ini diperlukanlah larutan AgNO3 karena percobaan ini menggunakan

metode Mohr. Larutan AgNO3 yang digunakan adalah larutan yang sudah

distandarisasi pada tahap sebelumnya.

Selain mengetahui nilai volume AgNO3 yang digunakan ketika

mentitrasi sampel air tersebut diperlukan pula nilai faktor ketelitian.

Dimana nilai faktor ketelitian ini didapat dari perhitungan di atas yaitu

sebesar 6,67.

Klorida pada Sampel Air Gambut

Kandungan klorida pada sampel air gambut bisa didapatkan

dengan mentitrasi sampel air dengan larutan AgNO3 hingga warna

berubah dari warna awal menjadi putih keruh yang sebelum dititrasi

diteteskan dengan HNO3 pekat dan K2CrO4 10% masing-masing

sebanyak 3 tetes. Larutan AgNO3 yang digunakan memiliki volume

awal 13,2 ml dan volume akhir 14,2 ml sehingga dari sini didapatkan

bahwa volume titrasi AgNO3 sebanyak 1 ml. Dengan mengetahui

volume titrasi AgNO3 maka dapat dihitung dan akhirnya diketahui

kandungan klorida yang ada di dalam sampel air gambut tersebut.

Kandungan klorida pada sampel air gambut yang didapat dari

hasil perhitungan di atas adalah sebanyak 46,69 mg/l. Dari sini

ternyata kandungan klorida pada sampel air gambut masih dalam

batas normal dimana masih di bawah standar maksimal kandungan

klorida untuk air minum yaitu 250 mg/l. Penggunaan standar ini

dengan alasan walaupun air gambut tidak di minum dan tidak

Page 14: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

dijadikan air baku untuk pengolahan air minum, tetapi bisa saja hal ini

terjadi dengan treatment-treatment pengolahan air seperti penggunaan

membran Reverse Osmosis.

Klorida pada Sampel Air Sumur Martapura

Kandungan klorida pada sampel air sumur martapura didapatkan

dengan cara mentitrasi sampel air sumur martapura dengan larutan

AgNO3 hingga warna berubah dari warna awal menjadi putih keruh.

Dimana warna awal dari sampel air ini adalah bening.

Titrasi dilakukan dengan volume awal dari larutan AgNO3 adalah

sebesar 14,2 ml. Sebelum dititrasi sampel air diambil sebanyak 100 ml

dan ditetesi dengan HNO3 dan K2CrO4 10% masing-masing sebanyak

3 tetes. Dengan penambahan K2CrO4 10% ini warna air berubah

sedikit menjadi kuning bening. Ketika warna air sudah berubah

menjadi putih keruh ketika mentitrasi, maka titrasi pun dihentikan.

Volume akhir dari titrasi pun diketahui, yaitu sebesar 14,6 ml. Dari

sini dapat dihitung dan diketahui bahwa volume titrasi atau banyaknya

AgNO3 yang diperlukan adalah sebanyak 0,4 ml.

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa kandungan klorida yang

terdapat pada sampel air sumur martapura sebesar 6,67 mg/l, dimana

perhitungan didapat dengan mengetahui volume AgNO3 yang

diperlukan, disamping data-data yang lain. Kecilnya nilai kandungan

klorida dari sampel air ini menunjukkan bahwa air sumur martapura

tersebut aman untuk digunakan sebagai air minum karena masih

berada di bawah standar maksimal kandungan klorida dalam air yaitu

sebesar 250 mg/l.

Klorida pada Sampel Air Sumur Cempaka

Pengujian kandungan klorida pada sampel air sumur cempaka

menggunakan air sumur cempaka sebanyak 100 ml. Dimana nantinya

sampel air ini akan dititrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah

distandarisasi. Sebelum melakukan titrasi terlebih dahulu diteteskan

dengan HNO3 pekat dan K2CrO4 10% sebanyak masing-masing 3

tetes.

Page 15: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

Dari hasil percobaan didapatkan volume titrasi awal adalah 14,6

ml volume titrasi akhirnya 15,3 ml. Didapatkan bahwa volume titrasi

dari AgNO3 untuk sampel air sumur cempaka sebanyak 0,7 ml. Untuk

mengetahui kandungan klorida dalam sampel air sumur cempaka,

diperlukan perhitungan. Dengan mengetahui nilai dari volume titrasi

AgNO3 yang digunakan, nilai faktor ketelitian dan data-data yang lain

maka dari perhitungan didapatkan nilai kandungan atau konsentrasi

klorida dari air sumur cempaka sebesar 26,68 mg/l. Dapat dikatakan

air sumur cempaka tersebut bisa untuk dimanfaatkan sebagai air

minum.

Klorida pada Sampel Air Irigasi

Pengujian kandungan klorida pada sampel air irigasi

menggunakan air irigasi sebanyak 100 ml. Dalam pengujian ini juga

menggunakan larutan AgNO3 yang sudah distandarisasi untuk proses

titrasi. Sebelumnya ditambahkan dengan HNO3 pekat dan K2CrO4

10% sebanyak 3 tetes.

Titrasi dilakukan hingga larutan berubah warna menjadi putih

keruh. Volume awal pembacaan buret untuk titrasi adalah 15,3 ml,

dan volume akhir adalah 15,6 ml. Didapatkan volume titrasi untuk

sampel air irigasi sebanyak 0,3 ml.

Dari hasil perhitungan konsentrasi klorida didapatkan nilai

konsentrasi klorida pada air irigasi sebanyak 3,335 mg/l. Dengan

melihat nilai konsentrasi klorida pada sampel air irigasi sebanyak

3,335 mg/l maka air irigasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan sehari-hari, selain itu pula bisa digunakan untuk air baku atau

air minum.

Dalam percobaan ini didapatkan bahwa sampel air gambut memilki

kandungan klorida yang paling tinggi di antara yang lainnya. Hal ini

mungkin disebabkan oleh kesalahan pada proses pengerjaan atau terdapat

faktor-faktor lain yang menyebabkan hal ini, karena sampel air gambut

memiliki kandungan besi dan asam yang tinggi bukan kandungan klorida.

Page 16: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

VI. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Metode yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi klorida pada sampel

air adalah metode mohr.

2. Metode mohr adalah metode titrasi dengan larutan AgNO3.

3. Persyaratan kualitas air minum yang sesuai dengan Permenkes, RI No 907/

Menkes/ SK/ VII/ 2002, kadar maksimal klorida yang diperbolehkan untuk

air minum adalah 250 mg/l.

4. Normalitas AgNO3 yang digunakan adalah 0,67 N.

5. Kandungan klorida pada sampel air gambut adalah 46,69 mg/l, sampel air

sumur martapura 6,67 mg/l, sampel air sumur cempaka 26,68 mg/l, dan

sampel air irigasi

Page 17: Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Percobaan III Klorida

DAFTAR PUSTAKA

Agusset. 2005. Salinitas Air Laut.http://oseanografi.blogspot.com/. Diakses tanggal 20 Oktober 2009.

Buhor, Muhammad Iqbal. 2009. Cara Mengatasi Rasa Asin dan Pahit di Air Minumhttp://www.purewatercare.com. Diakses tanggal 20 Oktober 2009.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Karmono, dan Cahyono, J., 1978. Pengantar Penentuan Kwalitas Air. Yogyakarta:Laboratorium Hidrologi, Universitas Gadjah Mada.

Prihatmoko, Angkit Daru. 2009. Pengujian Kadar Khlorida.

http://neffo-lovers.blogspot.com/2009/03/pengujian-kadar-khlorida-

metode.html

Diakses 22 oktober 2009

Santoso, Prof. Ir. Urip. 2009. Pengaruh Kadar Klorida pada Air Sumur   Gali .

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/12/pengaruh-kadar-klorida-

pada-air-sumur-gali/

Diakses tanggal 20 Oktober 2009.