Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

48
LABORATORIUM KIMIA FISIKA Percobaan : TIMBAL BALIK FENOL-AIR Kelompok : XA Nama : 1. Davi Khoirun Najib NRP. 2313 030 009 2. Zandhika Alfi Pratama NRP. 2313 030 035 3. Rizuana Nadifatul Mukhoyada NRP. 2313 030 043 4. Thea Prastiwi Soedarmodjo NRP. 2313 030 095 Tanggal Percobaan : 18 Nopember 2013 Tanggal Penyerahan : 25 Nopember 2013 Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T. Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

description

Laporan Praktikum Kimia Fisika 2013

Transcript of Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

Page 1: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

LABORATORIUMKIMIA FISIKA

Percobaan : TIMBAL BALIK FENOL-AIR

Kelompok : X A

Nama :1. Davi Khoirun Najib NRP. 2313 030 0092. Zandhika Alfi Pratama NRP. 2313 030 0353. Rizuana Nadifatul Mukhoyada NRP. 2313 030 0434. Thea Prastiwi Soedarmodjo NRP. 2313 030 095

Tanggal Percobaan : 18 Nopember 2013

Tanggal Penyerahan : 25 Nopember 2013

Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T.

Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2013

Page 2: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

i

ABSTRAK

Percobaan Timbal Balik Fenol Air ini bertujuan untuk menentukan temperatur kritis padakelarutan fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram.

Prosedur pada praktikum timbal balik fenol air ini tahap pertama yang dilakukan adalahdengan mencari temperatur kritis yaitu menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkannya dalam tabungreaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk, kemudian menambahkan 1 mlaquadest dan memasukkannya dalam waterbath. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulaijernih, setelah itu mengangkatnya dari waterbath. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulaikeruh. Mengulangi tahap percobaan dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5ml. Mengulangi tahap percobaan dengan variabel jenis pelarut HCl 0,09 N dan dengan variabel beratfenol 3 gram. Pada tahap kedua adalah menghitung persentase berat fenol. Pertama adalahMenimbang 1,5 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapidengan termometer dan pengaduk, lalu menambahkan 1 ml aquadest dan kemudian menghitungpersentase berat fenol dalam larutan fenol-air. Mengulangi tahap percoobaan dengan variabelpenambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml. Mengulangi tahap percobaan dengan memakaiHCl 0,09 N dan dengan variabel berat fenol 3 gram.

Dari percobaan timbal balik fenol- air dengan berat fenol 1,5 gram ini dapat diambilkesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-air adalah 72,5°C dengan komposisi beratfenol sebesar 27,27 %. Percobaan timbal balik fenol- air dengan berat fenol 3 gram ini dapat diambilkesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-air adalah 70°C dengan komposisi beratfenol sebesar 37,50 %. Percobaan timbal balik fenol- HCl 0,09 N dengan berat fenol 1,5 gram inidapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-HCl 0,09 N adalah 74,5°Cdengan komposisi berat fenol sebesar 20,13 %. Percobaan timbal balik fenol- HCl 0,09 N denganberat fenol 3 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-HCl0,09 N adalah 70°C dengan komposisi berat fenol sebesar 33,52 %. Faktor – faktor kelarutan padapercobaan ini antara lain massa, konsentrasi, ion senama, temperatur, pengadukan, dan luaspenampang. Analisa yang digunakan dalam percobaan ini yaitu analisa kualitatif dan kuantitatif.

Kata kunci: fenol, temperatur kritis, kelarutan, fenol-air, fenol-HCl 0,09 N

Page 3: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................... v

DAFTAR GRAFIK..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang.............................................................................................. I-1

I.2 Rumusan Masalah......................................................................................... I-2

I.3 Tujuan Percobaan.......................................................................................... I-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori.................................................................................................. II-1

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan.................................................................................... III-1

III.2 Bahan yang Digunakan.............................................................................. III-1

III.3 Alat yang Digunakan................................................................................. III-1

III.4 Prosedur Percobaan.................................................................................... III-1

III.5 Diagram Alir Percobaan............................................................................. III-2

III.6 Gambar Alat Percobaan............................................................................. III-4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan.......................................................................................... IV-1

IV.2 Pembahasan................................................................................................ IV-2

BAB V KESIMPULAN.............................................................................................. V-1

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. vii

DAFTAR NOTASI...................................................................................................... viii

APPENDIKS................................................................................................................ ix

LAMPIRAN

Laporan Sementara

Fotokopi Literatur

Lembar Revisi

Page 4: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Daerah Satu dan Dua Fasa.................................................................. II-2

Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol....................................................................... II-8

Gambar II.3 Padatan Fenol...................................................................................... II-9

Gambar II.4 Struktur Molekul Air........................................................................... II-11

Gambar II.5 Perbedaan Polar Fenol dan Air............................................................ II-13

Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan..................................................................... II-13

Page 5: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

iv

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1.1 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air 1.............................................. IV-1

Tabel IV.1.2 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air 2.............................................. IV-1

Tabel IV.1.3 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 1............................................. IV-1

Tabel IV.1.4 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 2............................................. IV-2

Page 6: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik IV.2.1 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram....................... IV-2

Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram.......................... IV-3

Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan

3gram................................................................................................. IV-4

Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram.......... IV-5

Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram............. IV-6

Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan

3gram................................................................................................. IV-7

Page 7: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangDalam praktikum Kimia Fisika, salah satu modul yang akan dipelajari adalah

kelarutan. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat

terlarut (solute) untuk dapat larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan tersebut dapat

bercampur secara sempurna (etanol dalam air), bercampur sebagian (fenol dalam air),

ataupun tidak bercampur sama sekali. Tingkat kelarutan tersebut dipengaruhi oleh

perubahan suhu. Suatu fasa dapat mengalami perubahan menjadi dua fasa bila suhu

berubah, begitu pun sebaliknya. Contohnya pada keadaan larut sebagian, larutan tersebut

dapat mencapai keadaan larutan kritis. Larutan kritis merupakan larutan yang memiliki

komposisi larutan yang berada dalam keadaan kesetimbangan. Larutan kritis dapat

ditemukan melalui percobaan kelarutan timbal balik fenol-air.

Kelarutan timbal balik fenol-air adalah kelarutan dari larutan fenol dengan air yang

bercampur sebagian bila temperaturnya dibawah temperatur kritis. Temperatur kritis

adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi yang berada dalam

kesetimbangan. Tempratur kritis pada percobaan timbal balik fenol dapat diperoleh

melalui suhu rata-rata maksimum pada saat keadaan jernih dan keruh. Pada saat larutan

tersebut mencapai temperatur kritis maka larutan tersebut mencapai larutan kritis. Oleh

karena itu praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui

kelarutan dua jenis zat yang tidak saling campur ketika dicampurkan pada saat mencapai

titik kritis maupun sebelum mencapai titik kritis.

Aplikasi kelarutan dalam bidang industri dapat dimanfaatkan untuk memurnikan zat

dari kotoran–kotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat.

Pada cara ini zat yang masih bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut

panas, dimana pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah

larutan dingin kotoran akan tertinggal dalam larutan zat murni akan memisah sebagai

endapan. Kristal murni yang dihasilkan lalu disaring dan dikeringkan.

I.2. Rumusan Masalah1. Bagaimana hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan

fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

Page 8: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

I-2

Bab I Pendahuluan

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali ?

2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl

0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan

aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan

sebanyak 5 kali ?

I.3. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan

fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali.

2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-

HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali.

I-2

Bab I Pendahuluan

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali ?

2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl

0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan

aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan

sebanyak 5 kali ?

I.3. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan

fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali.

2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-

HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali.

I-2

Bab I Pendahuluan

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali ?

2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl

0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan

aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan

sebanyak 5 kali ?

I.3. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan

fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali.

2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-

HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan

penambahan sebanyak 5 kali.

Page 9: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal

balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah

kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solut), untuk larut dalam suatu pelarut

(solven). Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut

di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut

dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan

jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta

(part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan

sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). Molekul komponen-

komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan,

tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut

dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk

suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat

terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke

dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi.

Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik

padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam

larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik

tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti

temperature, tekanan, dan kontaminasi (Isnaeni, 2013).

Secara umum, kelarutan suatu zat yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam

pelarut tertentu sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun

ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka

terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air

umumnya berbanding terbalik terhadap suhu (Wikipedia, 2013).

Di dalam larutan terdapat juga yang disebut larutan ideal. Bila interaksi antarmolekul

komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul komponen-

komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan

ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)

Page 10: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-2

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal

tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas

tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri

lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-

komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan

pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013).

Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat.

2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran.

3. Volume total adalah jumlah volume komponennya.

4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap.

5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun.

( Sukardjo,1989)

Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu

pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air.

Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan

suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Rizhwandy, 2011).

Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupa pada

kondisi tertentu. Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen

diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem yang

lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling

bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase

karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra SK dan

Dogra S, 2008).

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian

bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan

tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati

temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur

sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air

yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap

perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis (Indah, 2011).

II-2

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal

tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas

tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri

lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-

komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan

pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013).

Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat.

2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran.

3. Volume total adalah jumlah volume komponennya.

4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap.

5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun.

( Sukardjo,1989)

Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu

pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air.

Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan

suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Rizhwandy, 2011).

Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupa pada

kondisi tertentu. Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen

diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem yang

lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling

bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase

karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra SK dan

Dogra S, 2008).

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian

bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan

tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati

temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur

sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air

yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap

perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis (Indah, 2011).

II-2

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal

tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas

tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri

lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-

komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan

pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013).

Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat.

2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran.

3. Volume total adalah jumlah volume komponennya.

4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap.

5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun.

( Sukardjo,1989)

Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu

pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air.

Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan

suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Rizhwandy, 2011).

Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupa pada

kondisi tertentu. Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen

diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem yang

lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling

bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase

karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra SK dan

Dogra S, 2008).

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian

bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan

tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati

temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur

sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air

yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap

perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis (Indah, 2011).

Page 11: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-3

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.1 Daerah Satu dan Dua Fasa

L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing

adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis

(TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada

saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan

komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2,

sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu

kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Rizhwandy, 2011).

Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadestt dinaikkan di atas 50°C maka

komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk

lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan

berkurang (kurang dari 62,6 %).Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi

sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan

sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh

komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan (Hougen, 2002).

Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah :

1. Sifat dari solut dan solvent

Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar pula. Misalnya garam-garam

anorganik larut dalam air. Solut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.

Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

II-3

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.1 Daerah Satu dan Dua Fasa

L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing

adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis

(TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada

saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan

komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2,

sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu

kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Rizhwandy, 2011).

Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadestt dinaikkan di atas 50°C maka

komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk

lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan

berkurang (kurang dari 62,6 %).Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi

sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan

sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh

komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan (Hougen, 2002).

Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah :

1. Sifat dari solut dan solvent

Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar pula. Misalnya garam-garam

anorganik larut dalam air. Solut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.

Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

II-3

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.1 Daerah Satu dan Dua Fasa

L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing

adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis

(TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada

saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan

komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2,

sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu

kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Rizhwandy, 2011).

Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadestt dinaikkan di atas 50°C maka

komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk

lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan

berkurang (kurang dari 62,6 %).Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi

sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan

sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh

komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan (Hougen, 2002).

Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah :

1. Sifat dari solut dan solvent

Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar pula. Misalnya garam-garam

anorganik larut dalam air. Solut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.

Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

Page 12: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-4

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

2. Cosolvensi

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan

pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam campuran air dan gliserin atau solution petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut

memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi

umumnya adalah :

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut

kecuali nitrat base.Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan

hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak

larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan

bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

5. Salting Out

Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih

besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau

terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam

air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam

solven menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam

larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut

dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya Iodium larut

dalam larutan KI atau NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :

a.Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel makin luas permukaan

solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

II-4

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

2. Cosolvensi

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan

pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam campuran air dan gliserin atau solution petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut

memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi

umumnya adalah :

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut

kecuali nitrat base.Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan

hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak

larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan

bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

5. Salting Out

Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih

besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau

terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam

air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam

solven menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam

larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut

dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya Iodium larut

dalam larutan KI atau NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :

a.Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel makin luas permukaan

solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

II-4

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

2. Cosolvensi

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan

pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam campuran air dan gliserin atau solution petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut

memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi

umumnya adalah :

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut

kecuali nitrat base.Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan

hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak

larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan

bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

5. Salting Out

Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih

besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau

terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam

air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam

solven menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam

larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut

dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya Iodium larut

dalam larutan KI atau NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :

a.Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel makin luas permukaan

solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

Page 13: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-5

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

c. Pengadukan.

8. Tekanan

Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh

pada daya larut gas.

(Sukardjo, 2002)

Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh :

a. Jenis pelarut dan zat terlarut.

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang

yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely

misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama

sekali tidak bercampur (completely immiscible).

b. Temperatur

Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur

dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat

yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air

dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam cairan kelarutan suatu gas dalam suatu cairan

biasanya menurun dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap

daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.

(Sukardjo, 2002)

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Ukuran Partikel

Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang

kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

2. Suhu

Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

3. Pengadukan

Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar.

(Sogay, 2011).

Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :

a. Larutan gas dalam gas Gas dengan gas selalu bercampursempurna membentuk larutan.

Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.

b. Larutan gas dalam cair. Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur.

II-5

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

c. Pengadukan.

8. Tekanan

Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh

pada daya larut gas.

(Sukardjo, 2002)

Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh :

a. Jenis pelarut dan zat terlarut.

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang

yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely

misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama

sekali tidak bercampur (completely immiscible).

b. Temperatur

Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur

dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat

yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air

dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam cairan kelarutan suatu gas dalam suatu cairan

biasanya menurun dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap

daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.

(Sukardjo, 2002)

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Ukuran Partikel

Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang

kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

2. Suhu

Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

3. Pengadukan

Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar.

(Sogay, 2011).

Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :

a. Larutan gas dalam gas Gas dengan gas selalu bercampursempurna membentuk larutan.

Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.

b. Larutan gas dalam cair. Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur.

II-5

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

c. Pengadukan.

8. Tekanan

Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh

pada daya larut gas.

(Sukardjo, 2002)

Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh :

a. Jenis pelarut dan zat terlarut.

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang

yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely

misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama

sekali tidak bercampur (completely immiscible).

b. Temperatur

Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur

dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat

yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air

dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam cairan kelarutan suatu gas dalam suatu cairan

biasanya menurun dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap

daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.

(Sukardjo, 2002)

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Ukuran Partikel

Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang

kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

2. Suhu

Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

3. Pengadukan

Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar.

(Sogay, 2011).

Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :

a. Larutan gas dalam gas Gas dengan gas selalu bercampursempurna membentuk larutan.

Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.

b. Larutan gas dalam cair. Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur.

Page 14: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-6

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat

besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan

gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida.

Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih mudah larut dalam alkohol

daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.

c. Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna,

bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan

tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh : Zat-zat yang mirip daya larutnya

besar. Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat

bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena.

d. Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat

terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah

konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air

sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air

lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah

dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.

(Sukardjo, 2002)

Ada dua macam larutan, yaitu :

a. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang

susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang

berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat

bercampur secara seragam (miscible).

b. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat

permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase

yang terpisah. Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut

dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air.

2. Immisable,yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air.

(Anonim, 2013)

Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut :

1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini

dibedakan menjadi :

II-6

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat

besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan

gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida.

Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih mudah larut dalam alkohol

daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.

c. Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna,

bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan

tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh : Zat-zat yang mirip daya larutnya

besar. Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat

bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena.

d. Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat

terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah

konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air

sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air

lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah

dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.

(Sukardjo, 2002)

Ada dua macam larutan, yaitu :

a. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang

susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang

berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat

bercampur secara seragam (miscible).

b. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat

permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase

yang terpisah. Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut

dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air.

2. Immisable,yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air.

(Anonim, 2013)

Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut :

1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini

dibedakan menjadi :

II-6

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat

besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan

gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida.

Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih mudah larut dalam alkohol

daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.

c. Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna,

bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan

tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh : Zat-zat yang mirip daya larutnya

besar. Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat

bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena.

d. Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat

terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah

konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air

sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air

lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah

dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.

(Sukardjo, 2002)

Ada dua macam larutan, yaitu :

a. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang

susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang

berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat

bercampur secara seragam (miscible).

b. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat

permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase

yang terpisah. Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut

dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air.

2. Immisable,yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air.

(Anonim, 2013)

Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut :

1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini

dibedakan menjadi :

Page 15: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-7

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

A. Elektrolit Kuat

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,

karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion

(alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.

b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,

Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.

c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

B. Elektrolit Lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga

derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah adalah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.

b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.

c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena

zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).

Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya:

- Larutan urea

- Larutan sukrosa

- Larutan glukosa

- Larutan alkohol dan lain-lain

(Chemistnidu, 2011).

Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut

untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut). Campuran terdiri dari

beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran

yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem

yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar

terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau

dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran

gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase

adalah P (Wikipedia, 2013).

Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut

(solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna

II-7

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

A. Elektrolit Kuat

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,

karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion

(alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.

b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,

Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.

c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

B. Elektrolit Lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga

derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah adalah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.

b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.

c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena

zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).

Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya:

- Larutan urea

- Larutan sukrosa

- Larutan glukosa

- Larutan alkohol dan lain-lain

(Chemistnidu, 2011).

Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut

untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut). Campuran terdiri dari

beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran

yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem

yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar

terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau

dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran

gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase

adalah P (Wikipedia, 2013).

Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut

(solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna

II-7

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

A. Elektrolit Kuat

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,

karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion

(alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.

b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,

Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.

c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

B. Elektrolit Lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga

derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah adalah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.

b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.

c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena

zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).

Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya:

- Larutan urea

- Larutan sukrosa

- Larutan glukosa

- Larutan alkohol dan lain-lain

(Chemistnidu, 2011).

Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut

untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut). Campuran terdiri dari

beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran

yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem

yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar

terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau

dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran

gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase

adalah P (Wikipedia, 2013).

Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut

(solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna

Page 16: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-8

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus hidroksil (-OH)

yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).

Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol

Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang

berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3

gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+

dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O- yang

dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini

dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.

Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan

ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem

aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan

anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat

dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara

(Wikipedia, 2013).

II-8

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus hidroksil (-OH)

yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).

Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol

Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang

berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3

gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+

dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O- yang

dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini

dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.

Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan

ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem

aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan

anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat

dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara

(Wikipedia, 2013).

II-8

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus hidroksil (-OH)

yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).

Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol

Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang

berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3

gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+

dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O- yang

dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini

dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.

Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan

ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem

aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan

anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat

dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara

(Wikipedia, 2013).

Page 17: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-9

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.3 Padatan Fenol

Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat

mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik

dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga merupakan bagian

komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Wikipedia, 2013).

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin,

pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa

aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi

secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa

fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh (Wikipedia, 2013).

Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang

terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering

digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di

kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh

dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat

mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).

Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu :

A. Berdasarkan jalur pembuatannya :

1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.

2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat.

II-9

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.3 Padatan Fenol

Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat

mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik

dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga merupakan bagian

komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Wikipedia, 2013).

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin,

pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa

aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi

secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa

fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh (Wikipedia, 2013).

Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang

terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering

digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di

kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh

dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat

mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).

Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu :

A. Berdasarkan jalur pembuatannya :

1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.

2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat.

II-9

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.3 Padatan Fenol

Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat

mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik

dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga merupakan bagian

komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Wikipedia, 2013).

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin,

pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa

aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi

secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa

fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh (Wikipedia, 2013).

Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang

terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering

digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di

kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh

dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat

mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).

Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu :

A. Berdasarkan jalur pembuatannya :

1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.

2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat.

Page 18: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-10

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesadari

senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan senyawafenol

yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.

B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada tiga

golongan senyawa fenol yaitu :

1. Fenol monovalen

Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH atau bisa disebut

dengan fenol yang hanya mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, o-

Chorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid.

2. Fenol divalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.

3. Fenol trifalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan tiga gugus hidroksil.

(Saputri, 2010).

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai

saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.

Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar

terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),

akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air,

dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:

melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai,

muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013).

Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah

besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada

bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap

air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam

ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan

kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah

memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang

Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Wikipedia, 2013).

II-10

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesadari

senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan senyawafenol

yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.

B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada tiga

golongan senyawa fenol yaitu :

1. Fenol monovalen

Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH atau bisa disebut

dengan fenol yang hanya mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, o-

Chorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid.

2. Fenol divalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.

3. Fenol trifalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan tiga gugus hidroksil.

(Saputri, 2010).

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai

saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.

Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar

terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),

akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air,

dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:

melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai,

muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013).

Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah

besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada

bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap

air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam

ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan

kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah

memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang

Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Wikipedia, 2013).

II-10

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesadari

senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan senyawafenol

yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.

B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada tiga

golongan senyawa fenol yaitu :

1. Fenol monovalen

Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH atau bisa disebut

dengan fenol yang hanya mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, o-

Chorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid.

2. Fenol divalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.

3. Fenol trifalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan tiga gugus hidroksil.

(Saputri, 2010).

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai

saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.

Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar

terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),

akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air,

dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:

melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai,

muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013).

Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah

besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada

bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap

air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam

ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan

kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah

memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang

Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Wikipedia, 2013).

Page 19: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-11

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.4 Struktur Molekul Air

Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : Satu

molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu

pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu

pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,

seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik

(Wikipedia, 2013).

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam

kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang

mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya

berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat

bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor.

Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada

temperature dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen

membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif

dibandingkan elemen-elemen lain tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013).

Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang

dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom

hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom

tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik

II-11

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.4 Struktur Molekul Air

Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : Satu

molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu

pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu

pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,

seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik

(Wikipedia, 2013).

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam

kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang

mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya

berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat

bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor.

Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada

temperature dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen

membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif

dibandingkan elemen-elemen lain tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013).

Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang

dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom

hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom

tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik

II-11

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Gambar II.4 Struktur Molekul Air

Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : Satu

molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu

pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu

pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,

seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik

(Wikipedia, 2013).

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam

kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang

mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya

berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat

bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor.

Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada

temperature dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen

membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif

dibandingkan elemen-elemen lain tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013).

Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang

dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom

hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom

tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik

Page 20: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-12

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling

berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih

air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen (Wikipedia, 2013).

Air sering disebut sebaga pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.

Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan

temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen

(H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Tingginya konsentrasi

kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat berwarna turquoise

(Wikipedia, 2013).

Berikut adalah perbedaan antara sifat-sifat fenol dan sifat air antara lain:

Sifat-sifat fenol :

a. Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida

b. Mempunyai titik didih yang tinggi

c. Mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH

d. Fenol larut dalam pelarut organik

e. Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna

f. Mempunyai massa molar 94,11 gr/mol

g. Mempunyai titik didih 181,9°C

h. Mempunyai titik beku 40,9°C

(Anonim, 2012)

i. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat

yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Pengeluaran ion tersebut menjadikan anionfenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam

air.

j. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat

mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada

anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol).Fenol juga

merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.

g. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi

rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis

yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara

alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa

fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh.

II-12

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling

berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih

air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen (Wikipedia, 2013).

Air sering disebut sebaga pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.

Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan

temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen

(H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Tingginya konsentrasi

kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat berwarna turquoise

(Wikipedia, 2013).

Berikut adalah perbedaan antara sifat-sifat fenol dan sifat air antara lain:

Sifat-sifat fenol :

a. Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida

b. Mempunyai titik didih yang tinggi

c. Mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH

d. Fenol larut dalam pelarut organik

e. Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna

f. Mempunyai massa molar 94,11 gr/mol

g. Mempunyai titik didih 181,9°C

h. Mempunyai titik beku 40,9°C

(Anonim, 2012)

i. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat

yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Pengeluaran ion tersebut menjadikan anionfenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam

air.

j. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat

mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada

anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol).Fenol juga

merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.

g. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi

rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis

yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara

alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa

fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh.

II-12

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling

berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih

air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen (Wikipedia, 2013).

Air sering disebut sebaga pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.

Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan

temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen

(H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Tingginya konsentrasi

kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat berwarna turquoise

(Wikipedia, 2013).

Berikut adalah perbedaan antara sifat-sifat fenol dan sifat air antara lain:

Sifat-sifat fenol :

a. Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida

b. Mempunyai titik didih yang tinggi

c. Mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH

d. Fenol larut dalam pelarut organik

e. Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna

f. Mempunyai massa molar 94,11 gr/mol

g. Mempunyai titik didih 181,9°C

h. Mempunyai titik beku 40,9°C

(Anonim, 2012)

i. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat

yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Pengeluaran ion tersebut menjadikan anionfenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam

air.

j. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat

mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada

anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol).Fenol juga

merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.

g. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi

rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis

yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara

alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa

fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh.

Page 21: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-13

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

h. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang

terbuka.

(Wikipedia, 2013)

Sifat-sifat air, yaitu :

a. Dua molekul hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.

b. Air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar,yaitu pada

tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C).

c. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan

banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak

macam pelarut organik.

d. Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air juga mempunyai sifat

adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.

e. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkanoleh kuatnya sifat kohesi

antar molekul-molekul air.

f. Mempunyai massa molar:18,0153 gr/mol. Air mempunyai densitas 0,998 gr/cm3 (berupa

fase cairan pada 20°C), dan mempunyai densitas 0,92 gr/cm3 (berupa fase padatan).

Mempunyai titik lebur: 0°C, 273,15 K, 32°F. Mempunyai titik didih: 100°C, 373,15 K,

212°F. Kalor jenis air yaitu 4184 J/(kg.K) berupa cairan pada 20°C.

(Wikipedia, 2013)

Gambar II.5 Perbedaan Polar Fenol dan Air

Untuk memperoleh temperatur kritis, maka diperlukan suhu rata-rata dan persen berat

dari setiap percobaan yaitu:

℃ = ℃+ ℃

II-13

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

h. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang

terbuka.

(Wikipedia, 2013)

Sifat-sifat air, yaitu :

a. Dua molekul hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.

b. Air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar,yaitu pada

tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C).

c. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan

banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak

macam pelarut organik.

d. Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air juga mempunyai sifat

adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.

e. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkanoleh kuatnya sifat kohesi

antar molekul-molekul air.

f. Mempunyai massa molar:18,0153 gr/mol. Air mempunyai densitas 0,998 gr/cm3 (berupa

fase cairan pada 20°C), dan mempunyai densitas 0,92 gr/cm3 (berupa fase padatan).

Mempunyai titik lebur: 0°C, 273,15 K, 32°F. Mempunyai titik didih: 100°C, 373,15 K,

212°F. Kalor jenis air yaitu 4184 J/(kg.K) berupa cairan pada 20°C.

(Wikipedia, 2013)

Gambar II.5 Perbedaan Polar Fenol dan Air

Untuk memperoleh temperatur kritis, maka diperlukan suhu rata-rata dan persen berat

dari setiap percobaan yaitu:

℃ = ℃+ ℃

II-13

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

h. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang

terbuka.

(Wikipedia, 2013)

Sifat-sifat air, yaitu :

a. Dua molekul hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.

b. Air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar,yaitu pada

tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C).

c. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan

banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak

macam pelarut organik.

d. Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air juga mempunyai sifat

adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.

e. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkanoleh kuatnya sifat kohesi

antar molekul-molekul air.

f. Mempunyai massa molar:18,0153 gr/mol. Air mempunyai densitas 0,998 gr/cm3 (berupa

fase cairan pada 20°C), dan mempunyai densitas 0,92 gr/cm3 (berupa fase padatan).

Mempunyai titik lebur: 0°C, 273,15 K, 32°F. Mempunyai titik didih: 100°C, 373,15 K,

212°F. Kalor jenis air yaitu 4184 J/(kg.K) berupa cairan pada 20°C.

(Wikipedia, 2013)

Gambar II.5 Perbedaan Polar Fenol dan Air

Untuk memperoleh temperatur kritis, maka diperlukan suhu rata-rata dan persen berat

dari setiap percobaan yaitu:

℃ = ℃+ ℃

Page 22: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-14

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Keterangan :

T0C = Temperatur rata-rata

T10C = Temperatur pada saat larutan jernih

T20C = Temperatur pada saat larutan keruh

Keterangan :

% BP = Persen berat

BM Terlarut = Massa (gram)

BM Larutan = Massa + Massa Air/Massa HCl (gram)

Campuran liquid-liquid partially miscible dibagi menjadi beberapa tipe,yaitu:

1. Tipe suhu kritis maksimum

Jenis ini terdapat dalam campuran air anilin. Bila sedikit air ditambahkan pada anilin

diperoleh campuran air dalam anilin. Bila air ditambahkan terus maka terdapat dua

lapisan yaitu air dalam anilin dan anilin dalam air. Jika penambahan air diteruskan maka

akan diperoleh Larutan anilin dalam air. Selama terjadi dua lapisan, susunan tetap tetapi

banyaknya masing-masing lapisan berubah. Pada pemanasan campuran, suatu saat (titik

B) kedua lapisan hilang membentuk campuran homogen. Titik B disebut titik temperatur

pelarutan kritis atau temperatur consolute.

2. Tipe suhu kritis minimum

Campuran jenis ini terdapat pada campuran air-trietil amin, dengan temperatur pelarutan

kritis minimal 18,50C. Selama temperatur tetap (18,50C) susunan campuran (air dengan

trietil amin) selalu tetap tidak mengalami perubahan. Pada saat suhu mencapai 500C

campuran memiliki komposisi kira-kira antara 18,89 % sampai dengan 62,69% berat.

3. Tipe suhu kritis minimum maksimum

Campuran ini terdapat pada air-nikotin. Temperatur kritis terdapat pada 208 0C dan

minimal terdapat pada 60,8 0C. Pada titik C dan C’ terdapat pada 34% nikotin. Titik A

terdapat pada 94-95 0C dan titik B pada 121-130 0C. Bila tekanan dikenakan pada cairan,

titik C dan C’ mendekat dan akhirnya menjadi homogen.

4. Tipe tanpa suhu kritis larutan

Air dan eter bercampur sebagian dalam segala perbandingan, jadi tidak mempunyai

temperatur pelarutan kritis, baik maksimal maupun minimal. Untuk campuran 1 ,2, dan 3

%BP = BM TerlarutBM Larutan x 100%

II-14

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Keterangan :

T0C = Temperatur rata-rata

T10C = Temperatur pada saat larutan jernih

T20C = Temperatur pada saat larutan keruh

Keterangan :

% BP = Persen berat

BM Terlarut = Massa (gram)

BM Larutan = Massa + Massa Air/Massa HCl (gram)

Campuran liquid-liquid partially miscible dibagi menjadi beberapa tipe,yaitu:

1. Tipe suhu kritis maksimum

Jenis ini terdapat dalam campuran air anilin. Bila sedikit air ditambahkan pada anilin

diperoleh campuran air dalam anilin. Bila air ditambahkan terus maka terdapat dua

lapisan yaitu air dalam anilin dan anilin dalam air. Jika penambahan air diteruskan maka

akan diperoleh Larutan anilin dalam air. Selama terjadi dua lapisan, susunan tetap tetapi

banyaknya masing-masing lapisan berubah. Pada pemanasan campuran, suatu saat (titik

B) kedua lapisan hilang membentuk campuran homogen. Titik B disebut titik temperatur

pelarutan kritis atau temperatur consolute.

2. Tipe suhu kritis minimum

Campuran jenis ini terdapat pada campuran air-trietil amin, dengan temperatur pelarutan

kritis minimal 18,50C. Selama temperatur tetap (18,50C) susunan campuran (air dengan

trietil amin) selalu tetap tidak mengalami perubahan. Pada saat suhu mencapai 500C

campuran memiliki komposisi kira-kira antara 18,89 % sampai dengan 62,69% berat.

3. Tipe suhu kritis minimum maksimum

Campuran ini terdapat pada air-nikotin. Temperatur kritis terdapat pada 208 0C dan

minimal terdapat pada 60,8 0C. Pada titik C dan C’ terdapat pada 34% nikotin. Titik A

terdapat pada 94-95 0C dan titik B pada 121-130 0C. Bila tekanan dikenakan pada cairan,

titik C dan C’ mendekat dan akhirnya menjadi homogen.

4. Tipe tanpa suhu kritis larutan

Air dan eter bercampur sebagian dalam segala perbandingan, jadi tidak mempunyai

temperatur pelarutan kritis, baik maksimal maupun minimal. Untuk campuran 1 ,2, dan 3

%BP = BM TerlarutBM Larutan x 100%

II-14

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Keterangan :

T0C = Temperatur rata-rata

T10C = Temperatur pada saat larutan jernih

T20C = Temperatur pada saat larutan keruh

Keterangan :

% BP = Persen berat

BM Terlarut = Massa (gram)

BM Larutan = Massa + Massa Air/Massa HCl (gram)

Campuran liquid-liquid partially miscible dibagi menjadi beberapa tipe,yaitu:

1. Tipe suhu kritis maksimum

Jenis ini terdapat dalam campuran air anilin. Bila sedikit air ditambahkan pada anilin

diperoleh campuran air dalam anilin. Bila air ditambahkan terus maka terdapat dua

lapisan yaitu air dalam anilin dan anilin dalam air. Jika penambahan air diteruskan maka

akan diperoleh Larutan anilin dalam air. Selama terjadi dua lapisan, susunan tetap tetapi

banyaknya masing-masing lapisan berubah. Pada pemanasan campuran, suatu saat (titik

B) kedua lapisan hilang membentuk campuran homogen. Titik B disebut titik temperatur

pelarutan kritis atau temperatur consolute.

2. Tipe suhu kritis minimum

Campuran jenis ini terdapat pada campuran air-trietil amin, dengan temperatur pelarutan

kritis minimal 18,50C. Selama temperatur tetap (18,50C) susunan campuran (air dengan

trietil amin) selalu tetap tidak mengalami perubahan. Pada saat suhu mencapai 500C

campuran memiliki komposisi kira-kira antara 18,89 % sampai dengan 62,69% berat.

3. Tipe suhu kritis minimum maksimum

Campuran ini terdapat pada air-nikotin. Temperatur kritis terdapat pada 208 0C dan

minimal terdapat pada 60,8 0C. Pada titik C dan C’ terdapat pada 34% nikotin. Titik A

terdapat pada 94-95 0C dan titik B pada 121-130 0C. Bila tekanan dikenakan pada cairan,

titik C dan C’ mendekat dan akhirnya menjadi homogen.

4. Tipe tanpa suhu kritis larutan

Air dan eter bercampur sebagian dalam segala perbandingan, jadi tidak mempunyai

temperatur pelarutan kritis, baik maksimal maupun minimal. Untuk campuran 1 ,2, dan 3

%BP = BM TerlarutBM Larutan x 100%

Page 23: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

II-15

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

berat masing-masing larutan dapat dicari dengan kaidah campuran. Misalkan pada 50 0C

dicampurkan 40 gram anilin dan 60 gram air sehingga diperoleh 100 gram campuran.

( Sukardjo, 2002)

II-15

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

berat masing-masing larutan dapat dicari dengan kaidah campuran. Misalkan pada 50 0C

dicampurkan 40 gram anilin dan 60 gram air sehingga diperoleh 100 gram campuran.

( Sukardjo, 2002)

II-15

Bab II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia FisikaProgram Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

berat masing-masing larutan dapat dicari dengan kaidah campuran. Misalkan pada 50 0C

dicampurkan 40 gram anilin dan 60 gram air sehingga diperoleh 100 gram campuran.

( Sukardjo, 2002)

Page 24: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

III-1

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan

1. Variabel Bebas : volume 1-5 ml aquadest dan HCl 0,09 N dengan kelipatan

penambahan 1 ml

2. Variabel Terikat : 1,5 gram dan 3 gram fenol

3. Variabel Kontrol : Temperatur, tekanan, jenis zat terlarut dan zat pelarut

III.2 Bahan yang Digunakan

1. Fenol (C6H5OH)

2. Aquadest (H2O)

III.3 Alat yang Digunakan

1. Batang Pengaduk

2. Beaker Glass

3. Kaca Arloji

4. Kompor Listrik

5. Pipet Tetes

6. Tabung Reaksi

7. Termometer

III.4 Prosedur Percobaan

III.4.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis

1. Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkannya dalam tabung reaksi besar yang

telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

2. Menambahkan 1 ml aquadest.

3. Memasukkannya dalam waterbath.

4. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai jernih.

5. Mengangkatnya dari waterbath.

6. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai keruh.

7. Mengulangi tahap 1 sampai 6 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga

mencapai 5 ml.

8. Mengulangi tahap 1 sampai 7 dengan variabel berat fenol 3 gram.

Page 25: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

III-2

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

9. Mengulangi tahap 1 sampai 8 dengan variabel jenis pelarut HCl 0,09 N.

III.4.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol

1. Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang

telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

2. Menambahkan 1 ml aquadest.

3. Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air.

4. Mengulangi tahap 1 sampai 3 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga

mencapai 5 ml.

5. Mengulangi tahap 1 sampai 4 dengan variabel berat fenol 3 gram.

6. Mengulangi tahap 1 sampai 5 dengan memakai HCl 0,09 N.

III.5 Diagram Alir Percobaan

III.5.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis

8.

9.

Menambahkan 1 ml aquadest.

Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkannya dalam tabung reaksi besar

yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

Memasukkannya dalam waterbath.

.

Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai jernih.

Mulai

A

Page 26: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

III-3

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

III.5.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol

Mengulangi tahap 1 sampai 7 dengan variabel berat fenol 3 gram.

Selesai

Mengangkatnya dari waterbath.

Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulia keruh.

Mengulangi tahap 1 sampai 6 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga

mencapai 5 ml.

Mengulangi tahap 1 sampai 8 dengan variabel jenis pelarut HCl 0,09 N.

Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah

dilengkapi dengan thermometer dan pengaduk.

Mulai

Menambahkan 1 ml aquadest.

Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air.

A

A

Page 27: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

III-4

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

A

Mengulangi tahap 1 sampai 3 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga

mencapai 5 ml.

Mengulangi tahap 1 sampai 4 dengan variabel berat fenol 3 gram.

Mengulangi tahap 1 sampai 5 dengan memakai HCl 0,09 N.

Selesai

Page 28: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

III-5

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

III.6 Gambar Alat Percobaan

Batang Pengaduk

Beaker Glass

Kaca Arloji

Kompor Listrik

Pipet Tetes

Tabung Reaksi

Termome

Termometer

Page 29: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

IV-1

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I Hasil PercobaanTabel IV.1.1 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram

Volume

Aquadest

(ml)

% Bobot

Fenol

Suhu (oC)

Jernih Keruh Rata-rata

12345

6042,8033,3327,2723,07

7073747675

6666686968

6869,50

7172,5071,50

Tabel IV.1.2 Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram

Volume

Aquadest

(ml)

% Bobot

Fenol

Suhu (oC)

Jernih Keruh Rata-rata

12345

756050

42,8637,50

6368697071

5263676869

57,5065,50

686970

Tabel IV.1.3 Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram

Volume

HCl 0,09 N

(ml)

% Bobot

Fenol

Suhu (oC)

Jernih Keruh Rata-rata

12345

55,7638,6629,5823,9620,13

7374757577

6671727372

69,572,573,574

74,5

Page 30: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

IV-2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Tabel IV.1.3 Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram

Volume

HCl 0,09 N

(ml)

% Bobot

Fenol

Suhu (oC)

Jernih Keruh Rata-rata

12345

71,6055,7645,6638,6633,52

6970717173

6264656667

65,567686870

IV.2 PembahasanKelarutan timbal balik fenol-air merupakan percampuran antara air dan fenol yang

membentuk larutan biner tidak menyatu, dimana air berada di lapisan atas dan fenol berada

dilapisan bawah. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih rendah dari massa jenis fenol.

Jika larutan fenol-air dipanaskan dan mencapai temperatur kritis, maka larutan akan

menjadi satu fasa atau dapat disebut homogen. Namun jika larutan fenol-air telah melewati

temperatur kritis, maka akan membentuk dua fasa atau dapat disebut heterogen, sama

seperti sebelum dipanaskan (Yistika, 2012).

Grafik IV.2.1 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram

Pada Grafik IV.2.1, dapat dilihat bahwa pada saat persen berat fenol 23,07%

memiliki temperatur 71,50oC, 27,27% temperatur sebesar 72,50oC, 33,33% memiliki

temperatur 71oC, 42,80% memiliki temperatur 69,50oC, dan 60% memiliki temperatur

68oC. Grafik IV.2.1 memiliki bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Pada grafik

IV.2.1 dapat dilihat bahwa puncak kurva tersebut berada pada temperatur 72,50oC dengan

10

20

30

40

50

60

70

80

23.07

Tem

pera

tur

oC

IV-2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Tabel IV.1.3 Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram

Volume

HCl 0,09 N

(ml)

% Bobot

Fenol

Suhu (oC)

Jernih Keruh Rata-rata

12345

71,6055,7645,6638,6633,52

6970717173

6264656667

65,567686870

IV.2 PembahasanKelarutan timbal balik fenol-air merupakan percampuran antara air dan fenol yang

membentuk larutan biner tidak menyatu, dimana air berada di lapisan atas dan fenol berada

dilapisan bawah. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih rendah dari massa jenis fenol.

Jika larutan fenol-air dipanaskan dan mencapai temperatur kritis, maka larutan akan

menjadi satu fasa atau dapat disebut homogen. Namun jika larutan fenol-air telah melewati

temperatur kritis, maka akan membentuk dua fasa atau dapat disebut heterogen, sama

seperti sebelum dipanaskan (Yistika, 2012).

Grafik IV.2.1 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram

Pada Grafik IV.2.1, dapat dilihat bahwa pada saat persen berat fenol 23,07%

memiliki temperatur 71,50oC, 27,27% temperatur sebesar 72,50oC, 33,33% memiliki

temperatur 71oC, 42,80% memiliki temperatur 69,50oC, dan 60% memiliki temperatur

68oC. Grafik IV.2.1 memiliki bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Pada grafik

IV.2.1 dapat dilihat bahwa puncak kurva tersebut berada pada temperatur 72,50oC dengan

23.07 27.27 33.33 42.8 60

Persentase Berat Fenol (%)

IV-2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Tabel IV.1.3 Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram

Volume

HCl 0,09 N

(ml)

% Bobot

Fenol

Suhu (oC)

Jernih Keruh Rata-rata

12345

71,6055,7645,6638,6633,52

6970717173

6264656667

65,567686870

IV.2 PembahasanKelarutan timbal balik fenol-air merupakan percampuran antara air dan fenol yang

membentuk larutan biner tidak menyatu, dimana air berada di lapisan atas dan fenol berada

dilapisan bawah. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih rendah dari massa jenis fenol.

Jika larutan fenol-air dipanaskan dan mencapai temperatur kritis, maka larutan akan

menjadi satu fasa atau dapat disebut homogen. Namun jika larutan fenol-air telah melewati

temperatur kritis, maka akan membentuk dua fasa atau dapat disebut heterogen, sama

seperti sebelum dipanaskan (Yistika, 2012).

Grafik IV.2.1 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram

Pada Grafik IV.2.1, dapat dilihat bahwa pada saat persen berat fenol 23,07%

memiliki temperatur 71,50oC, 27,27% temperatur sebesar 72,50oC, 33,33% memiliki

temperatur 71oC, 42,80% memiliki temperatur 69,50oC, dan 60% memiliki temperatur

68oC. Grafik IV.2.1 memiliki bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Pada grafik

IV.2.1 dapat dilihat bahwa puncak kurva tersebut berada pada temperatur 72,50oC dengan

60

Page 31: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

IV-3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

persentase berat fenol 27,27%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis.

Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang

dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik

fenol-air meningkat (Yistika, 2012).

Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik

temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik

temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi

mol yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen

berat fenol. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variabel

1,5gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik

timbal balik fenol air berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam

percobaan timbal balik fenol-air ini adalah 72,50ºC dengan persentase berat 27,27%

(Yistika, 2012).

Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 37,50% memiliki

temperatur 70oC, 42,86% temperatur sebesar 69oC, 50% memiliki temperatur 68oC, 60%

memiliki temperatur 65,50oC, dan 75% memiliki temperatur 57,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat

percobaan (PW Atkins, 1968).

10

20

30

40

50

60

70

80

37.5

Tem

pera

tur

o C

IV-3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

persentase berat fenol 27,27%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis.

Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang

dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik

fenol-air meningkat (Yistika, 2012).

Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik

temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik

temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi

mol yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen

berat fenol. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variabel

1,5gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik

timbal balik fenol air berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam

percobaan timbal balik fenol-air ini adalah 72,50ºC dengan persentase berat 27,27%

(Yistika, 2012).

Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 37,50% memiliki

temperatur 70oC, 42,86% temperatur sebesar 69oC, 50% memiliki temperatur 68oC, 60%

memiliki temperatur 65,50oC, dan 75% memiliki temperatur 57,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat

percobaan (PW Atkins, 1968).

37.5 42.86 50 60 75

Persentase Berat Fenol (%)

IV-3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

persentase berat fenol 27,27%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis.

Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang

dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik

fenol-air meningkat (Yistika, 2012).

Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik

temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik

temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi

mol yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen

berat fenol. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variabel

1,5gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik

timbal balik fenol air berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam

percobaan timbal balik fenol-air ini adalah 72,50ºC dengan persentase berat 27,27%

(Yistika, 2012).

Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 37,50% memiliki

temperatur 70oC, 42,86% temperatur sebesar 69oC, 50% memiliki temperatur 68oC, 60%

memiliki temperatur 65,50oC, dan 75% memiliki temperatur 57,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat

percobaan (PW Atkins, 1968).

75

Page 32: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

IV-4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram

Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksamaan antara kurva timbal

balik fenol-air dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel

3gram, dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5 gram berbentuk

parabola sedangkan pada kurva timbal-balik fenol-air dengan 3gram tidak berbentuk

parabola. Selain itu perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih

rendah dibandingkan dengan 3gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol

dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air

3gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5gram.

Sehingga, semakin kecil berat zat terlarut maka semakin cepat larutan tersebut mendidih

sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun

mempengaruhi temperatur larutan (Yistika, 2012).

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik

fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan

salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh

menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan

kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Berdasarkan literatur dari Hougen

dalam Chemical Process Principles halaman 168 yang menyatakan bahwa temperatur

kritis larutan fenol-Air berada pada temperatur 66 0C dengan persen berat fenol sebesar 34

%. Ketidaksesuaian pada percobaan ini terjadi dikarenakan, penambahan volume air

20

30

40

50

60

70

80

0 10 20

Tem

pera

tur (

o C)

Presentase Berat Fenol (%)

IV-4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram

Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksamaan antara kurva timbal

balik fenol-air dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel

3gram, dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5 gram berbentuk

parabola sedangkan pada kurva timbal-balik fenol-air dengan 3gram tidak berbentuk

parabola. Selain itu perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih

rendah dibandingkan dengan 3gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol

dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air

3gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5gram.

Sehingga, semakin kecil berat zat terlarut maka semakin cepat larutan tersebut mendidih

sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun

mempengaruhi temperatur larutan (Yistika, 2012).

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik

fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan

salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh

menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan

kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Berdasarkan literatur dari Hougen

dalam Chemical Process Principles halaman 168 yang menyatakan bahwa temperatur

kritis larutan fenol-Air berada pada temperatur 66 0C dengan persen berat fenol sebesar 34

%. Ketidaksesuaian pada percobaan ini terjadi dikarenakan, penambahan volume air

20 30 40 50 60 70 80

Presentase Berat Fenol (%)

IV-4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram

Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksamaan antara kurva timbal

balik fenol-air dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel

3gram, dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5 gram berbentuk

parabola sedangkan pada kurva timbal-balik fenol-air dengan 3gram tidak berbentuk

parabola. Selain itu perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih

rendah dibandingkan dengan 3gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol

dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air

3gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5gram.

Sehingga, semakin kecil berat zat terlarut maka semakin cepat larutan tersebut mendidih

sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun

mempengaruhi temperatur larutan (Yistika, 2012).

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik

fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan

salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh

menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan

kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Berdasarkan literatur dari Hougen

dalam Chemical Process Principles halaman 168 yang menyatakan bahwa temperatur

kritis larutan fenol-Air berada pada temperatur 66 0C dengan persen berat fenol sebesar 34

%. Ketidaksesuaian pada percobaan ini terjadi dikarenakan, penambahan volume air

1,5gram Fenol

3gram Fenol

Page 33: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

IV-5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

sebagai pelarut. Berdasarkan literatur larutan fenol dengan air dapat larut dengan sempurna

pada penambahan volume air sebesar 5,82 ml. Sedangkan pada percobaan, larutan fenol

dengan air dapat larut sempurna pada penambahan volume air sebesar 4 ml. Hal ini yang

mempengaruhi kelarutan fenol air tidak sesuai dengan literatur (Hougen, 2006).

Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 20,13% memiliki

temperatur 74,50oC, 23,96% temperatur sebesar 74oC, 29,58% memiliki temperatur

73,50oC, 38,66% memiliki temperatur 72,50oC, 55,76% memiliki temperatur 69,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat

percobaan (Yistika, 2012).

10

20

30

40

50

60

70

80

20.13

Tem

pera

tur

o C

IV-5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

sebagai pelarut. Berdasarkan literatur larutan fenol dengan air dapat larut dengan sempurna

pada penambahan volume air sebesar 5,82 ml. Sedangkan pada percobaan, larutan fenol

dengan air dapat larut sempurna pada penambahan volume air sebesar 4 ml. Hal ini yang

mempengaruhi kelarutan fenol air tidak sesuai dengan literatur (Hougen, 2006).

Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 20,13% memiliki

temperatur 74,50oC, 23,96% temperatur sebesar 74oC, 29,58% memiliki temperatur

73,50oC, 38,66% memiliki temperatur 72,50oC, 55,76% memiliki temperatur 69,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat

percobaan (Yistika, 2012).

20.13 23.96 29.58 38.66 55.76

Persentase Berat Fenol (%)

IV-5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

sebagai pelarut. Berdasarkan literatur larutan fenol dengan air dapat larut dengan sempurna

pada penambahan volume air sebesar 5,82 ml. Sedangkan pada percobaan, larutan fenol

dengan air dapat larut sempurna pada penambahan volume air sebesar 4 ml. Hal ini yang

mempengaruhi kelarutan fenol air tidak sesuai dengan literatur (Hougen, 2006).

Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 20,13% memiliki

temperatur 74,50oC, 23,96% temperatur sebesar 74oC, 29,58% memiliki temperatur

73,50oC, 38,66% memiliki temperatur 72,50oC, 55,76% memiliki temperatur 69,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat

percobaan (Yistika, 2012).

55.76

Page 34: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

IV-6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 33,52% memiliki

temperatur 70oC, 38,66% temperatur sebesar 68oC, 45,66% memiliki temperatur 68oC,

55,76% memiliki temperatur 67oC, 71,60% memiliki temperatur 65,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Faktor ketidakakuratan pengambilan fenol yang disebabkan

oleh ketelitian timbangan yang kurang baik. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam

pengukuran suhu saat percobaan (PW Atkins, 1968).

10

20

30

40

50

60

70

80

33.52

Tem

pera

tur o

C

IV-6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 33,52% memiliki

temperatur 70oC, 38,66% temperatur sebesar 68oC, 45,66% memiliki temperatur 68oC,

55,76% memiliki temperatur 67oC, 71,60% memiliki temperatur 65,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Faktor ketidakakuratan pengambilan fenol yang disebabkan

oleh ketelitian timbangan yang kurang baik. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam

pengukuran suhu saat percobaan (PW Atkins, 1968).

33.52 38.66 45.66 55.76 71.6

Persentase Berat Fenol (%)

IV-6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram

Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 33,52% memiliki

temperatur 70oC, 38,66% temperatur sebesar 68oC, 45,66% memiliki temperatur 68oC,

55,76% memiliki temperatur 67oC, 71,60% memiliki temperatur 65,50oC.

Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh

faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi

temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur

ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal

dari sistem larutan tersebut. Faktor ketidakakuratan pengambilan fenol yang disebabkan

oleh ketelitian timbangan yang kurang baik. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam

pengukuran suhu saat percobaan (PW Atkins, 1968).

71.6

Page 35: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

IV-7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N pada Variabel 1,5gram dan

3gram

Pada grafik IV.2.6, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik

fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N

dengan variabel 3gram. Perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram

lebih tinggi dibandingkan dengan 3gram. Penambahan HCl untuk membuktikan adanya

faktor salting out, yaitu Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan

lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau

terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Penambahan HCl menyebabkan penurunan

kelarutan fenol-air dikarenakan nilai kelarutan HCl dalam air lebih besar dibandingkan

dengan kelarutan fenol dengan air. Sehingga menyebakan penurunan kelarutan antara fenol

dengan air. Hal ini mempengaruhi temperatur kritis yang diperoleh. Dikarenakan

terjadinya penurunan kelarutan fenol dengan air, mempengaruhi penurunan temperatur

kritis yang diperoleh (Yistika, 2012).

20

30

40

50

60

70

80

0 10 20

Tem

pera

tur (

o C)

Presentase Berat Fenol (%)

IV-7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N pada Variabel 1,5gram dan

3gram

Pada grafik IV.2.6, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik

fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N

dengan variabel 3gram. Perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram

lebih tinggi dibandingkan dengan 3gram. Penambahan HCl untuk membuktikan adanya

faktor salting out, yaitu Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan

lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau

terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Penambahan HCl menyebabkan penurunan

kelarutan fenol-air dikarenakan nilai kelarutan HCl dalam air lebih besar dibandingkan

dengan kelarutan fenol dengan air. Sehingga menyebakan penurunan kelarutan antara fenol

dengan air. Hal ini mempengaruhi temperatur kritis yang diperoleh. Dikarenakan

terjadinya penurunan kelarutan fenol dengan air, mempengaruhi penurunan temperatur

kritis yang diperoleh (Yistika, 2012).

20 30 40 50 60 70 80

Presentase Berat Fenol (%)

IV-7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKAPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N pada Variabel 1,5gram dan

3gram

Pada grafik IV.2.6, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik

fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N

dengan variabel 3gram. Perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram

lebih tinggi dibandingkan dengan 3gram. Penambahan HCl untuk membuktikan adanya

faktor salting out, yaitu Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan

lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau

terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Penambahan HCl menyebabkan penurunan

kelarutan fenol-air dikarenakan nilai kelarutan HCl dalam air lebih besar dibandingkan

dengan kelarutan fenol dengan air. Sehingga menyebakan penurunan kelarutan antara fenol

dengan air. Hal ini mempengaruhi temperatur kritis yang diperoleh. Dikarenakan

terjadinya penurunan kelarutan fenol dengan air, mempengaruhi penurunan temperatur

kritis yang diperoleh (Yistika, 2012).

1,5gram Fenol

3gram Fenol

Page 36: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

V-1

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 1,5 gram memiliki

grafik bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut merupakan

temperatur kritis yaitu saat persen berat fenol 27,27% dan temperaturnya 72,5oC.

2. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 3 gram memiliki

grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol

37,5% dan temperaturnya 70oC.

3. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 1,5 gram memiliki

grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol

20,13% dan temperaturnya 74,5oC.

4. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 3 gram memiliki

grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol

33,52% dan temperaturnya 70oC.

5. Temperatur fenol dengan variabel berat 3 gram lebih tinggi dibandingkan dengan

1,5gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat

terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 3 gram lebih

banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5 gram. Sehingga,

semakin besar berat zat terlarut maka semakin secepat larutan tersebut mendidih

sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun

mempengaruhi temperatur larutan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan pada percobaan timbal balik fenol-air

antara lain jenis zat, konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta luas

permukaan. Zat yang memiliki kepolaran yang sejenis dapat saling melarutkan.

Pengaturan suhu yang disesuaikan dengan titik didih zat yang digunakan akan

mempercepat kelarutan. Semakin kecil luas permukaan zat maka semakin cepat zat

tersebut bereaksi agar dapat melarut.

Page 37: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

vii

DAFTAR PUSTAKA

Chemistnidu. (2011, Juni 11). Diakses di WordPress:

http://blajarkimia.wordpress.com/larutan/ pada tanggal 31 Nopember 2013

Friskaiga.2013. menentukansuhukritik fenol-air, kelarutan timbal balik. Diakses di

(http://friskaiga.blogspot.com/) pada tanggal 24 Nopember 2013

Indah. 2011. LaporanPraktikum Kimia FisikaKelarutanTimbalBalikSistemBinerFenol –

Air. Diakses di (http://ezzamogy.blogspot.com/2011/11/laporanpraktikum-kimia-

fisika.html) pada tanggal 24 Nopember 2013

Maron, H. Samuel and Jerome B. Lando. 1944. Fundamentals of Physical

Prokim09. (2011, Februari 24). PROKIM09. Diakses di Blogger:

http://prokim09.wordpress.com/2010/06/02/campuran-homogen-dan-campuran-

heterogen/ pada tanggal 31 Nopember 2013

Rizhwandy.2013. LaporanPraktikum Kimia FisikaKelarutanTimbalBalikSistemBinerFenol-Air.

Diakses di

(http://www.academia.edu/4911376/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_FISIK

KELARUTAN_TIMBAL_BALIK_SISTEM_BINER_FENOL_-_AIR) pada tanggal

24 Nopember 2013

Saputri, f. (2010, Nopember 10). Fatmakyoshiuzumaki's Blog. Diakses di

Fatmakyoshiuzumaki's Blog:

http://fatmakyoshiuzumaki.wordpress.com/2010/10/18/15/ pada tanggal 31

Nopember 2013

Sogay. (2011, Juni 07). Ilmu Pendidikan Jow. Diakses di Blogger:

http://ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html pada tanggal 31

Nopember 2013

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika 1. Jakarta: Rineka Cipta

Wikipedia. (2013, juli 23). wikipedia. Diakses di wikipedia website:

http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan pada tanggal 31 Nopember 2013

Wikipedia. (2013, september 22). wikipedia. Diakses di wikipedia website:

http://id.wikipedia.org/wiki/Air pada tanggal 31 Nopember 2013

Wikipedia.Fenol. Diakses di (http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol) pada tanggal 24

Nopember 2013 pada tanggal 31 Nopember 2013

Page 38: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

viii

DAFTAR NOTASI

Notasi Satuan Keterangan

e - Ekuivalen

m Gram Massa

ρ Gram/ml Massa jenis

M Molar Molaritas

N Normal Normalitas

V ml Volume

T °C Suhu

Page 39: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

APENDIKS

1. Suhu rata-rata fenol-air dan % berat fenol dalam fenol aira. Berat phenol = 1,5 gram

Volume aquadest = 1 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

1m = 1 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 1

= 60 %

Trata-rata =

=70℃ + 60℃

2

= 68℃b. Berat phenol = 1,5 gram

Volume aquadest = 2 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

2m = 2 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 2

= 42,8 %

Trata-rata =

=73℃ + 66℃

2

= 69,5℃

Page 40: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

c. Berat phenol = 1,5 gramVolume aquadest = 3 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

3m = 3 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 3

= 33,33 %

Trata-rata =

=74℃ + 68℃

2

= 71℃d. Berat phenol = 1,5 gram

Volume aquadest = 4 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

4m = 4 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 4

= 27,27 %

Trata-rata =

=76℃ + 69℃

2

= 72,5℃

Page 41: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

e. Berat phenol = 1,5 gramVolume aquadest = 5 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

5m = 5 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 5

= 23,07 %

Trata-rata =

=75℃ + 68℃

2

= 71,5℃f. Berat phenol = 3 gram

Volume aquadest = 1 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

1m = 1 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 1

= 75 %

Trata-rata =

=63℃ + 52℃

2

= 57,5℃

Page 42: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

g. Berat phenol = 3 gramVolume aquadest = 2 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

2m = 2 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 2

= 60 %

Trata-rata =

=68℃ + 63℃

2

= 65,5℃h. Berat phenol = 3 gram

Volume aquadest = 3 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

3m = 3 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 3

= 50 %

Trata-rata =

=69℃ + 67℃

2

= 68℃

Page 43: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

i. Berat phenol = 3 gramVolume aquadest = 4 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

4m = 4 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 4

= 42,86 %

Trata-rata =

=70℃ + 68℃

2

= 69℃j. Berat phenol = 3 gram

Volume aquadest = 5 ml

Massa aquadestρ = m

v1 = m

5m = 5 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 5

= 37,5 %

Trata-rata =

=71℃ + 69℃

2

= 70℃

Page 44: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

2. Suhu rata-rata fenol-HCl dan % berat fenol dalam fenol- HCla. Berat phenol = 1,5 gram

Volume HCl = 1 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

1m = 1,19 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 1,19

= 57,76 %

Trata-rata =

=73℃ + 66℃

2

= 69,5℃b. Berat phenol = 1,5 gram

Volume HCl = 2 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

2m = 2,38 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 2,38

= 38,66 %

Trata-rata =

=74℃ + 71℃

2

= 72,5℃

Page 45: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

c. Berat phenol = 1,5 gramVolume HCl = 3 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

3m = 3,57 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 3,57

= 29,58 %

Trata-rata =

=75℃ + 72℃

2

= 73,5℃d. Berat phenol = 1,5 gram

Volume HCl = 4 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

4m = 4,76 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 4,76

= 23,96 %

Trata-rata =

=75℃ + 73℃

2

= 74℃

Page 46: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

e. Berat phenol = 1,5 gramVolume HCl = 5 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

5m = 5,95 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 1,5 x 100 %1,5 + 5,95

= 20,13 %

Trata-rata =

=77℃ + 72℃

2

= 74,5℃f. Berat phenol = 3 gram

Volume HCl = 1 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

1m = 1,19 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 1,19

= 71,599 %

Trata-rata =

=69℃ + 62℃

2

= 65,5℃

Page 47: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

g. Berat phenol = 3 gramVolume HCl = 2 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

2m = 2,38 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 2,38

= 55,76 %

Trata-rata =

=70℃ + 64℃

2

= 67℃h. Berat phenol = 3 gram

Volume HCl = 3 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

3m = 3,57 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 3,57

= 45,66 %

Trata-rata =

=71℃ + 65℃

2

= 68℃

Page 48: Laporan Praktikum Kimia Fisika Timbal Balik Fenol Air Zandhika Alfi Pratama

ix

i. Berat phenol = 3 gramVolume HCl = 4 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

4m = 4,76 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 4,76

= 38,66 %

Trata-rata =

=71℃ + 66℃

2

= 68℃j. Berat phenol = 3 gram

Volume HCl = 5 ml

Massa aquadestρ = m

v1,19 = m

5m = 5,95 gram

% berat = massa fenol x 100 %massa total

= 3 x 100 %3 + 5,95

= 33,52 %

Trata-rata =

=73℃ + 67℃

2

= 70℃