Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

19
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS Disusun oleh : Golongan / Kelompok : R / E Nama Anggota Kelompok : 1. Yufita Ratnasari Wilianto 2443012038 2. Anggun Steveni 2443012103

description

laporan

Transcript of Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

Page 1: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS

Disusun oleh :

Golongan / Kelompok : R / E

Nama Anggota Kelompok :

1. Yufita Ratnasari Wilianto 2443012038

2. Anggun Steveni 2443012103

3. Siti Istichoma 2443012161

Page 2: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

SENYAWA SULFA

A. DASAR TEORI

Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen

suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana

adalah keperluan selagi gerak yang lain . Di dalam gas chromatography adalah gas

mengangsur suatu cairan atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography

adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau

suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut

diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain (David. 2001)

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis

tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan

komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan

untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi

dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan

basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom

kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny, 2006)

Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua

fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa

campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang

berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai

penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering

disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem

kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap

pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur

Page 3: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

(tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai

dalam KLT (Iskandar, 2007)

Metode kromatografi umumnya digunakan untuk identifikasi dan pemisahan

senyawa dari campuran, baik senyawa organic maupun anorganik. Pemisahannya dengan

cara eluasi. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase diam yaitu silica gel,

yang melekat pada pelat kaca atau aluminium atau pun plastic. Senyawa akan terpisah

pada silica waktu dieluasi berupa noda atau bercak. Metoda KLT ini dapat dilakukan

untuk identifikasi dan penetapan kadar, dengan menggunakan harga Rf :

Rf = jarak yang ditempuh zat dari titik awal

Jarak yang ditempuh eluen dari titik awal

Untuk senyawa yang berwarna, letak noda dapat terlihat pad pelat KLT.

Sedangkan untuk senyawa yang tidak berwarna dapat dilakukan dengan cara :

- Dilakukan pemeriksaan di bawah lampu UV.

- Disemprot atau dicelup dengan pereaksi kimia, sehingga bercak akan berwarna.

B. SIFAT – SIFAT SENYAWA SULFA (SULFONAMIDA)

SULFAMETOKSAZOL ( FI III HAL 586 )

o Pemerian : Serbuk hablur, putih samapi hampir putih, praktis

tidak berbau.

o Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 50

bagian etanol (95%)P, dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam larutan

natrium hidroksida.

o Rumus Kimia : C10H11N3O3S

o BM : 253,28

Page 4: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

o Struktur Kimia :

SULFASETAMIDA

o Pemerian : Serbuk hablur, putih ; tidak berabu; rasa

asam khas. Larutan dalam air peka terhadap cahaya, tidak stabil dalam

suasan asam dan alkali kuat.

o Kelarutan : Sukar latut dalam air dan eter; mudah

larut dalam asam mineral encer, dalam larutan KOH, dan dalam larutan

NaOH; larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam kloroform; praktis

tidak larut dalam benzene.

o Rumus Kimia : C8H10N2O3S

o BM : 214,24

o Struktur Kimia :

Page 5: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

SULFANILAMIDA ( FI III HAL 587 )

o Pemerian : Hablur, serbuk hablur atau butiran; putih;

tidak berbau; rasa agak pahit kemudian manis.

o Kelarutan : Larut dalm 200 bagian air; sangat mudah

larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; sangat

sukar larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P, mudah

larut dalam aseton P, larut alam gliserol P, dalam asam klorida P, dan

dalam alkali hidroksida.

o Rumus Kimia : C6H8N2O2S

o BM : 172,21

o Struktur Kimia :

SULFADIAZIN ( FI III HAL 579 )

o Pemerian : sSerbuk putih; putih kekuninganatau

putih agak merah jambu, hamper tidak berbau; tidak berasa.

Page 6: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

o Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar

larut dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P; mudah larut dalam

mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.

o Rumus Kimia : C10H10N4O2S

o BM : 250,27

o Struktur Kimia :

C. PROSEDUR

PROSEDUR KLT

Penyiapan bejana pengembang

Bejana KLT harus bersih dari lemak, kertas saring dililitkan di bagian

dalam dinding bejana. Campuran eluen yang digunakan dimasukkan

corong pisah dan dikocok kuat-kuat. Lapisan air (kalau ada) dibuang,

lapisan organiknya digunakan sebagai eluen dimasukkan ke dalam bejana

samai kira-kira 1 cm dari dasar bejana. Bejana ditutup rapat beberapa

menit untuk penjenuhan uap eluen.

Penyiapan larutan uji dan pembanding

Sediaan farmasi yang sudah digerus halus dan homogen ditimbang

kemudian diekstraksi dalam tabung reaksi dengan pelarut yang sesuai,

Page 7: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

pindakan ke labu takar secara kuantitatif. Kalau perlu diasamkan atau

dibasakan. Larutan pembanding disiapkan seperti larutan uji.

Penotolan pada lempeng silika

Lemepeng silica yang sudah diaktifkan diberi garis yang berjarak 15 – 2

cm dari tepi bawah lempeng untuk tempat penotolan. Totokan masing-

masing larutan uji, larutan pembanding, dan campurannya dengan jarak

totolan 2 – 3 cm menggunakan pipa kapiler sejumlah 5 – 10 µl.

Eluasi dan penentuan harga Rf dari bercak

Lempeng silica yang telah ditotoli larutan uji dan larutan pembanding

dimasukkan ke dalam bejana yang telah jenuh dengan eluen. Eluasi

dihentikan setelah eluen lebih dari dua per tiga dari lempeng silica, lalu

diangkat dan digaris tanda batas pelarut. Setelah kering, bercak dilihat

dibawah UV, atau disemprot dengan penampak noda yang sesuai. Hitung

harga Rf dan lakukan identifikasi.

PROSEDUR IDENTIFIKASI SULFONAMIDA

Lempeng : Silika Gel GF dengan ketebalan 250 µm.

Fase Gerak : a. Kloroform : Aseton (4 : 1)

b. Kloroform : Metanol (9 : 1)

Senyawa : Sulfometoksazol

Sulfasetamida

Sulfanilamida

Sulfadiazin

Larutan uji dan pembanding dibuat dengan cara melarutkan masing-masing

senyawa dalam aseton.

Penampak Bercak :

a. Lampu Ultraviolet (UV) 254 nm

Page 8: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

b. Pereaksi van Urk : larutan 1 g p-dimetil amino benzaldehida dalam 100 ml

etanol dan 10 ml HCl pekat. (setelah disemprot, panaskan lempeng pada

105⁰C selama 5 menit).

PROSEDUR CARA KERJA PRAKTIKUM

o Penyiapan Plate KLT (Fase Diam)

Plate KLT di sini menggunakan fase diam yang polar, yaitu silica gel.

Ukuran untuk 1 plate KLT nya 5 cm untuk lebarnya dan 10 cm untuk

panjangnya ( 5 x 10 ). Plate KLT yang dibutuhkan dalam praktikum

tersebut sebanyak 2, karena proses eluasinya menggunkan eluen (fase

gerak) yang berbeda. Agar noda tidak tercelup pada eluennya, maka pada

palte tersebut digaris batas atas sebesar 1 cm dan batas bawah sebesar 1

cm. Pada plate KLT tersebut diberi 5 titik penotolan, antara lain sebagai

berikut :

Titik 1 = Sampel

Titik 2 = Sulfonilamida

Titik 3 = Sulfametoksazol

Titik 4 = Sulfadiazin

Titik 5 = Sulfasetamida

o Penyiapan Eluen (Fase Gerak).

Eluen yang digunakan dalam praktikum ini ada 2, yaitu :

a. Kloroform : Aseton (4 : 1)

b. Kloroform : Methanol (9 : 1)

Untuk volume 1 chamber dan untuk 1 parit sebesar 8,5 ml, didapat dari

perhitungan p x l x t = 10,5 cm x 1 cm x 0,5 cm.

Sehingga masing-masing fase gerak yang dibutuhkan sebesar :

a. Kloroform : Aseton ( 4 : 1 )

Kloroform = 4 x 8,5 ml = 6,8 ml

5

Page 9: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

Aseton = 1 x 8,5 ml = 1,7 ml

5

b. Kloroform : Methanol ( 9 : 1 )

Kloroform = 9 x 8,5 ml = 7,65 ml

10

Methanol = 1 x 8,5 ml = 0,85 ml

10

Untuk masing-masig campuran eluen dimasukkan ke dalam

chamber, dan dibiarkan/didiamkan sampai kondisi yang jenuh, kurang

lebih selama 30 menit. Dapat diketahui dengan memberikan kertas saring

di dalam chamber, sampai kertas saring tersebut basah, yang artinya

kondisi chamber sudah jenuh.

o Penyiapan Senyawa Sampel dan Senyawa Pembanding yang akan

ditotolkan

Sampel digerus ad homogen

Ambil sedikit sampel masukkan di dalam tabung reaksi

Tambahkan aseton untuk melarutkannya

Kocok ad larut

Jika larutan sampel keruh maka dilakukan penyaringan.

Cairan hasil saringan dituang di atas kaca arloji, dipipet dengan

pipa kapiler 2 µl.

Lakukan penotolan pada plate KLT (fase diam).

Untuk ke-4 senyawa pembanding (Sulfonilamida,

Sulfametoksazol, Sulfadiazin, Sulfasetamida) juga dilakukan hal

yang sam, yaitu diambil sedikit serbuknya, letakkan di atas kaca

arloji, larutkan dengan aseton secukupnya. Lalu aduk ad homogen,

pipet dengan pipa kapiler 2 µl, dan lakukan penotolan pada plate

KLT.

Page 10: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

o Proses Eluasi

Sesudah selesai dilakukan penotolan pada plate dan kondisi

chamber sudah jenuh, masukkan plate ke dalam chamber, proses

eluasi terjadi. Jika proses eluasinya sudah mencapai batas atas

yang sudah diberikan artinya proses eluasi tersebut sudah selesai

Plate KLT diambil keluar dari chamber, dikeringkan lalu

diamati di bawah lampu sinar UV 254 nm, digambar dan dihitung

harag Rf dari noda yang muncul tersebut.

o Diamati pada sinar UV 254 nm sampel memiliki noda yang hampir sama

dengan senyawa pembanding yang aman dari ke-4 senyawa pembanding

yang ada.

D. HASIL PRAKTIKUM

Hasil penagmatan KLT dengan eluen Kloroform : Methanol (9:1) pada sunar UV

254 nm

Titik penotolan :

1. Sampel

2. Pembanding sulfanilamid

3. pembanding Sulfametoksazol

4. Pembanding Sulfadiazin

5. pembanding sulfasetamid

Page 11: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

1 2 3 4 5

Hasil pengamatan KLT dengan eluen kloroform : aseton (4:1) pada sinar UV 254

nm

Titik penotolan :

1. Sampel

2. Pembanding sulfanilamid

3. pembanding Sulfametoksazol

4. Pembanding Sulfadiazin

5. pembanding sulfasetamid

1 2 3 4 5

No. Titik Penotolan Harga Rf Fase Gerak I

Kloroform : Aseton

(4:1)

Harga RfFase Gerak II

Kloroform : Methanol

(9:1)

1. Sampel

( Titik 1 )

A = 2,8

8

= 0,35

B = 3,9

8

= 0,49

2. Sulfanilamida

( Titik 2 )

A = 1,7

8

= 0,213

B = 1,9

8

= 0,24

Page 12: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

3. Sulfametoksazol

( Titik 3 )

A = 3,2

8

= 0,4

B = 3,4

8

= 0,425

4. Sulfadiazin

( Titik 4 )

A = 2,8

8

= 0,35

B = 3,7

8

= 0,46

5. Sulfasetamida

( Titik 5 )

A = 2,1

8

= 0,26

B = 4,1

8

= 0,51

E. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi suatu senyawa yang terkandung

dalam sampel yang diperoleh secara kromatografi lapis tipis (KLT). Metode kromatografi

ini digunakan untuk memisahkan senyawa campuran baik senyawa organik maupun

anorganik. Kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam silika gel, yang

melekat pada plat kaca atau alumunium. Senyawa akan terpisah pada silika waktu di

eluasi berupa noda atau bercak.

Senyawa yang diidentifikasi merupakan senyawa sulfa. Pembanding yang

digunakan ada 4 yaitu

6. Sulfanilamid

7. Sulfametoksazol

8. Sulfadiazin

9. Sulfasetamid

Eluem yang digunakan ada 2 macam yaitu

1. Kloroform : aseton (4 : 1)

2. Kloroform : metanol (9 : 1)

Page 13: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

Pertama yang dilakukan adalah Pembuatan eluen tersebut sebanyak 8,5 ml untuk

eluen pertama dan 18 ml untuk eluen kedua yang disesuaikan dengan volume bejana KLT

dimana cairan tidak mencelup garis batas penotolan. Sehingga didapatkan pelarut yang

dibutuhkan yaitu eluen pertama kloroform sebanyak 6,8 ml dan aseton 1,7 ml sedangkan

eluen yang kedua kloroform 16,2 ml dan etanol 1,8 ml. Setelah dibuat eluen yang jadi

dimasukkan dalam bejana tunggu hingga jenuh kira-kira 30 menit.

Selanjutnya penyiapan larutan uji dan pmbanding. Larutan uji dan pembanding

dilarutkan kedalam aseton. Menggunakan aseton karena pembanding dan sampel larut

dalam aseton.setelah dilarutkan kemudian ditotolkan pada plat silika gel secara berurutan

yaitu :

1. Totolan pertama, sampel

2. Totolan kedua, pembanding sulfanilamid

3. Totolan ketiga, pembanding sulfametoksazol

4. Totolan keempat, pembanding sulfasetamid

Penotolan dilakukan menggunakan pipa kapiler ukuran 2μl dengan penotolan satu

pipa kapiler. Setelah ditotolkan di eluasi sampai batas garis yang dibuat. Kemudian di

lihat pada sinar UV 254 nm.

Setelah dilihat pada sinar UV 254 nm, dihitung harga Rfnya. Diperoleh harga Rf

dari masing-masing totolan menggunakan eluen kloroform : aseton (4:1) yaitu

1. Sampel, harga Rf nya 0.35

2. Pembanding 1, harga Rf 0,213

3. Pembanding 2, harga Rf 0,4

4. Pembanding 3, harga Rf 0,35

5. Pembanding 4, harga Rf 0,26

Sedangkan harga Rf masing-masing totolan pada eluen kloroform:metanol (9:1)

yaitu

1. Sampel, harga Rf nya 0.49

2. Pembanding 1, harga Rf 0,24

3. Pembanding 2, harga Rf 0, 425

4. Pembanding 3, harga Rf 0,46

5. Pembanding 4, harga Rf 0,51

Page 14: Laporan Praktikum Ka Part 9 (1)

dari hasil pengamatan dan harga Rf sampel yang didapat mempunyai harga Rf

yang sama dengan harga Rf pada pembanding 3. Dimana pembanding 3 ini merupakan

pembanding sulfadiazin. Didapatkan kesimpulan bahwa di dalam sampel tersebut

mengandung sulfadiazin, karna harga Rf sampel hampir sama atau tidak berbeda jauh

dengan harga Rf pembanding sulfadiazin.

F. KESIMPULAN

Sampel yang didapat yaitu sulfadiazin karena harga Rf tidak berbeda jauh dengan

pembanding sulfadiazin

G. DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan

(Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida.FMIPA. Semarang

Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC

Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari

Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan

Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara