Laporan Praktikum I Daun (Folium)

66
LAPORAN PRAKTIKUM I BAGIAN-BAGIAN DAUN (FOLIUM) Oleh : Ending Permata (13222035) Dosen Pembimbing : Riri Novita Sunarti, M. Si.

Transcript of Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Page 1: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

LAPORAN PRAKTIKUM IBAGIAN-BAGIAN DAUN (FOLIUM)

Oleh :

Ending Permata (13222035)

Dosen Pembimbing :

Riri Novita Sunarti, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAHPALEMBANG

2014

Page 2: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daun adalah satu satu organ bagian dari tubuh tumbuhan. Secara

umum, pada tumbuhan harus mempunyai daun, batang, dan akar. Daun

sendiri merupakan organ bagian tumbuhan yang sangat penting, karena

daun adalah tempat pengambilan zat-zat makanan terutama yang berupa zat

gas (CO2), selain itu sebagai pengelolah zat-zat makanan, penguapan air dan

pernafasan bagi tumbuhan itu sendiri. Di lihat dari segi fungsi, daun sangat

penting bagi tumbuhan, karena jika tidak ada daun maka tumbuhan tersebut

akan mati atau tidak akan tumbuh karena pada daun inilah terjadi proses

fotosintesis dan lain sebagainya.

Daun merupakan organ yang amat beragam, baik dari segi morfologi

maupun anatomi. Struktur jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang

daun utama biasanya mirip dengan dalam batang. Ciri paling penting pada

daun adalah bahwa pertumbuhan apeksnya segera terhenti. Pada beberapa

tumbuhan paku, meristem tersebut tetap aktif selama waktu yang cukup

lama. Pada paku lain, seperti Ophioglossum, dan pada Spermatiphyta,

aktivitas meristem apeks daun segera terhenti, sementara bentuk and ukuran

daun ditentukan oleh pertumbuhan interkalar dan marginal (Rosanti, 2011).

Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom. Namun,

dikenal juga istilah daun hijau, katafil, hipsofil, kotiledon (keping biji),

profil dan lain-lain. Daun hijau berfungsi khusus untuk fotosintesis dan

biasanya berbentuk pipih mendatar sehingga mudah memperoleh sinar

matahari dan gas CO2. Katafil dalah sisik pada tunas atau pada batang di

bawah tanah dan berfungsi sebagai pelindung atau tempat menyimpan

cadangan makanan. Daun pertama pada cabang lateral disebut prophyll,

pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada dua helai.

Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan berfungsi

sebagai pelindung. Kadang-kadang hipsofil berwarna cerah dan berfungsi

Page 3: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

serupa dengan mahkota bunga. Kotiledon merupakan daun pertama pada

tumbuhan (Rosanti, 2011).

Bila ditinjau dari jumlah helaian daunnya, daun dibedakan menjadi

daun tunggal dan daun majemuk. Bila setiap satu tangkai daun didukung

oleh satu helaian daun, maka daun tersebut dinamakan daun tunggal. Bila

dalam satu daun didukung oleh lebih dari satu helaian daun, maka daun

tersebut dinamakan sebagai daun majemuk (Rosanti, 2011).

Tumbuhan yang tumbuh di dua macam habitat (lingkungan) yang

berbeda sering menunjukkan struktur yang berbeda pula. Para ahli

menganggap bahwa dalam evolusinya, struktur yang berbeda merupakan

adaptasi terhadap lingkungan. Namun, tumbuhan dengan struktur berbeda-

beda, namun tampak menghuni habitat yang sama mungkin memiliki cara

berbeda dalam menanggulangi kondisi yang mungkin tak menguntungkan

dari lingkungannya itu. Dalam habitat yang kekurangan air, ada tumbuhan

yang membentuk sifat khusus untuk melindunginya terhadap hilangnya air,

yang lain membentuk alat di bawah tanah untuk memperoleh air, atau

memiliki akar yang mampu tumbuh amat dalam ke tanah untuk menyimpan

air dan yang lain lagi mengatur daur hidupnya sehingga hanya tumbuh pada

kurun masa selama air tersedia. Akibat cara yang berbeda-beda dalam

menanggulangi kekurangan air itu tumbuhan dapat mencapai taraf adaptasi

yang sama dengan kombinasi sifat yang berbeda-beda (Rosanti, 2011).

Dengan adanya praktikum ini tentu banyak yang kita ketahui

mengenai daun (folium), diantaranya adalah mengetahui pengertian daun,

fungsi-fungsi daun untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis, macam-

macam daun, bagian-bagian daun baik dari tangkai (petiolus), helaian

(lamina) dan pelepah (vagina). Pada jenis-jenis daun yang diamati juga

dapat diketahui mana daun lengkap dan mana daun yang tidak lengkap,

pertulangan dari jenis-jenis daun tersebut dan lain sebagainya. Oleh sebab

itu, praktikum ini dilaksanakan agar semua praktikan dapat mengetahui

tentang daun (folium) yang menjadi bahan praktikum.

Page 4: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan praktikum yang telah

dilakukan, yakni :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian daun.

2. Mahasiswa dapat mengenal dan membedakan bagian-bagian daun

dengan bagian-bagian tumbuhannya.

3. Mahasiswa dapat mengetahui struktur dan morfologi daun.

4. Mahasiswa mengetahui tata letak daun.

Page 5: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Daun (Folium)

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah

pentingnya dengan akar. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara

umum, daun memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat atau lonjong

dan berwarna hijau. Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi.

Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas.

Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu

daun juga berfungsi sebagai alat transfortasi atau pengangkutan zat makanan

hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan. Dan, yang tak kalah penting

daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi

(pernapasan dan penukaran gas) (Rosanti, 2011).

Menurut Tjitrosoepomo (1985), daun merupakan suatu bagian

tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai

sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak

pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang

tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus)

batang, dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan

daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya

akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Oleh karena itu, daun

biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah

yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh

tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan

meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun

berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang. Jadi

daun yang telah tua, kemudian mati dan runtuh dari batang mempunyai

warna yang berbeda dengan daun yang masih segar. Perbedaan warna ini

kita lihat pula bila kita bandingkan warna antara daun yang masih muda dan

daun yang sudah dewasa. Daun yang muda berwarna hijau mudah keputih-

Page 6: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

putihan, kadang-kadang jadi ungu atau kemerah-merahan. Sedangkan yang

sudah dewasa biasanya berwarna hijau sungguh.

Daun yang runtuh selalu diganti dengan yang baru, dan biasanya

jumlah daun baru yang terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur,

sehingga pada tumbuhan yang semakin besar kita dapati jumlah daun yang

semakin besar pula, sehingga suatu batang pohon nampak makin lama

makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu-waktu tertentu

menggugurkan semua daunnya, sehingga tumbuhan dalam keadaan yang

demikian tadi Nampak gundul dama sekali seperti tumbuhan yang mati.

Peristiwa ini dapat kita lihat dalam musin kemarau oada jenis-jenis

tumbuhan tertentu yang menjelang datangnya musim hijau membentuk

tunas-tunas baru dan dalam musim hujan akan kelihatan hijau kembali.

jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai sifat demikian itu disebut tumbuhan

meranggas (tropophyta) yang banyak pula kita jumpai di Indonesia, seperti

misalnya: pohon jati (Trectona gransis L), kedondong (Spondias dulcis

Forsrt), kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn), pohon para (Hevea

brasiliensis Muell), dan lain-lain lagi (Tjitrosoepomo, 1985).

B. Morfologi Daun (Folium).

Daun dalam arti luas sangat bervariasi, baik strukturnya maupun

fungsinya. Helaian daun biasanya menunjukkan spesialisasi sebagai organ

fotosintesis dengan bentuk melebar yang disebut lamina. Lembaran daun

melekat pada batang dengan adanya tangkai daun (petiole), atau ada pula

daun yang tek bertangkai (daun sesil). Apabila dasar daun sesil atau daun

bertangkai meliputi batang, maka dikatakan daun berpelepah. Tumbuhan

yang mempunyai nodus multilakunae, karakteristik mempunyai pelepah.

Penonjolan dasar daun disebut stipula, sering terdapat pada daun yang

berasosiasi dengan nodus trilakunar. Daun sederhana mempunyai satu helai

daun, daun majemuk mempunyai dua atau lebih anak daun, biasanya

melekat pada sumbu yang disebut rakis. Anak daun ada pula yang majemuk

(Suradinata, 1998).

Page 7: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Menurut Tjitrosoepomo (1985), bentuk daun yang tipis melebar,

warna hijau, dan duduknya pada batang yang menghadap ke atas itu

memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu

sebagai alat untuk :

1. Pengambilan zat-zat makanan (reasorbsi), terutama yang berupa zat

gas (CO2),

2. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)

3. Penguapan air (transpirasi)

4. Pernafasan (resfirasi)

Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat

yang diambil (diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air

beserta garam-garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan. Sedang gas

asamarang (CO2) yang merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil

dari udara melalui celah-celah yang halus yang disebut mulut daun (stoma)

masuk ke dalam daun. Zat-zat itu belum sesuai dengan keperluan tumbuhan,

oleh sebab itu harus diubah, diolah dijadikan zat-zat organik yang sesuai

dengan kepentingan tumbuhan, pengolahan zat anorganik menjadi zat

organic ini dilakukan oleh daun (sesungguhnya zat hijau daun atau klorofil-

nya) dengan bantuan sinar matahari. Pekerjaan ini disebut asimilasi, jadi

daun dapat disamakan dengan dapur bagi tumbuhan. Misalnya gas asam

arang yang berasal dari udara dengan air yang berasal dari tanah di dalam

daun diubah menjadi zat gula, dan zat-zat organic yang terbuka di dalam

daun seterusnya diangkut ke tempat-tempat dalam tubuh tumbuhan yang

memerlukan atau diangkut ke tempat-tempat penimbunan dan di situ

merupakan zat makanan cadangan. Karena untuk tugas daun ini diperlukan

bantuan sinar matahari, maka daun bentuknya pipih lebar dan selalu

menghadap keatas untuk dapat menangkap sinar matahari sebanyak-

banyaknya (Tjitrosoepomo, 1985).

Macam daun lainnya adalah kotiledon, merupakan daun pertama pada

tumbuhan dan katafil (‘cataphyll’). Katafil merupakan braktea untuk

proteksi dan untuk penyimpanan atau sebagai sisik. Katafil lebih sederhana

Page 8: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

dari daun biasa dalam bentuk dan histologinya. Braktea pertama pada pucuk

(tunas) lateral disebut profil (‘prophyll’) (Hidayat, 1995).

Walalupun tumbuhan selalu memerlukan air untuk berbagai macam

keperluan hidupnya, adanya penguapan air tak dapat dihindarkan lagi pula

penguapan air yang terjadi pada tumbuhan itu memang penting pula

baginya. Penguapan air melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh

akar dari tanah itu di dalam tubuh tumbuhan dalam keadaan bergerak,

mengalir dari bawah ke atas. Hal ini penting sekali artinya bagi

pengangkutan zat-zat makanan yang biasanya terdapat dalam bentuk larutan

dan oleh arus air dari bawah ke atas itu zat-zat tadi dapat dampai di daun

untuk diubah menjadi zat-at organik. Demikian pentingnya adanya arus air,

dalam tubuh tumbuhan itu, sehingga kalau udara misalnya udara tempat

tumbuhan itu terdapat telah jenuh dengan uap air tumbuhan lalu

mengeluarkan air dalam bentuk zat cair sehingga dengan demikian dalam

tubuh tumbuhan tetap ada aliran air dari bawah ke atas. Peristiwa itu dapat

kita lihat pada pagi hari dalam musin hujan, misalnya pada tanaman keladi

atau talas yang mencucurkan air ke tanah melalui suatu liang yang terdapat

pada ujung daunnya. Keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes ini dinamakan

penetesan air atau gutasi (Tjitrosoepomo, 1985).

Daun Angiospermae amat beragam struktur anatomi dan

morfologinya. Pada sebagian besar Angiospermae dapat dibedakan dasar

daun, tangkai daun, dan helai daun. Bentuk, struktur, dan ukuran ketiga

bagian tersebut berguna dalam menentukan klasifikasi daun. Di dasar daun

dikotil sering terdapat tonjolan yang disebut daun penumpu atau stipula.

Pasokan jaringan pembuluh bagi stipula sebagai pelindung. Pada

kebanyakan monokotil dan beberapa dikotil, stipula tumbuh mengelilingi

batang menjadi pelepah yang mengelilingi batang. Pada Graminaea, di

tempat pertemuan antara pelepah dengan helaian daun terdapat tonjolan

tipis, bening, dan berambut, dinamakan ligula. Pada beberapa Palmae,

seperti enau (Arenga pinnata), ligula amat besar berbentuk tabung yang

menyelubungi daun muda yang belum kokoh. Biasanya ada hubungan

antara anatomi buku dan stipula pada dikotil atau pelepah pada monokotil.

Page 9: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Kebanyakan tumbuhan yang memiliki buku (nodus) trilakuna juga memiliki

stipula, sedangkan yang bukunya bersifat multilakuna memiliki dasar daun

berupa pelepah (Hidayat, 1995).

C. Bagian-bagian Daun (Folium).

Daun lengkap mempunyai bagian-bagian berikut (Tjitrosoepomo,

1985) :

1. Upih daun atau pelepah daun (vagina).

Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan

yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal

(Monocotyledonae) saja, suku rumput (Gramineae), suku empon-

empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma

(Palmae), dan lain-lain. Upih daun selain merupakan bagian daun

yang melekat atau memeluk batang juga mempunyai fungsi lain, yaitu

(Tjitrosoepomo, 1985) :

a. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti pada

tanaman tebu (Saccharum officinarum L).

b. Member kekuatan pada batang tamanam.

2. Tangkai daun (petiolus).

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung

helaiannnya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada

posisi sedekimian rupa, hingga dapat memperoleh cahaya matahari

yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat

berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pasa satu tumbuhan

ukuran dan bentuknya dapat berbeda.

3. Helaian daun (lamina).

Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu

mempunyai daun yang helainnya berbeda-beda pula, baik mengenai

bentuk, ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menemukan

dua jenis tumbuh-tumbuhan yang helaian daunnya persis dama bentuk

dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun tidak besar nilainya terutana

dalam hal yang meragukan, sering orang membandingkan bentuk

Page 10: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan

yang dihadapi untuk dikenal (Tjitrosoepomo, 1985).

Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian kita ialah

(Tjitrosoepomo, 1985):

1) Bangunnya (sesungguhnya bangun helaiannya (circumscriptio)),

Ujungnya (apex),

Gambar 1. Bangun daun (Sumber : Warnita dkk, 2012)

Keterangan (Warnita dkk, 2012) :

a. Bulat. Contoh : teratai besar

b. Perisai. Contoh : jarak

c. Jorong. Contoh : nangka.

d. Memanjang. Contoh sirsak.

e. Lanset. Contoh : kamboja.

2) Pangkalnya (basis),

Dibedakan atas 2 :

1. pangkal daun tidak bertoreh

Gambar 2. Pangkal daun tidak bertoreh(Sumber : Warnita dkk, 2012)

Page 11: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

2. Pangkal Daun Bertoreh/Berlekuk.

Gambar 3. Pangkal daun bertoreh(Sumber : Warnita dkk, 2012)

a) Susunan tulang-tulangnya (nervatio atau venation),

Gambar 4. Susunan tulang-tulang daun(Sumber : Warnita dkk, 2012)

b) Tepinya (margo),

1) Tepi daun bagian bawah yang terpisah oleh pangkal ibu

tulang.

Gambar 5. Tepi daun bagian bawah yang terpisah pangkal ibu tulang

(Sumber : Warnita dkk, 2012)

Page 12: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

2) Tepi daun bagian bawah yang bertemu dan berdekatan.

Gambar 6. Tepi daun bagian bawah bertemu dan berdekatan(Sumber : Warnita dkk, 2012)

3) Tepi daun berlekuk, bercangap dan berbagi, dibedakan

atas :

Gambar 7. Tepi daun berlekuk(Sumber : Warnita dkk, 2012)

c) Daging daunnya (intervenium).

d) Dan sifat-sifat lain lagi, misalnya : keadaan permukaan atas

maupun bawahnya (gundul, berambut, atau lainnya), warna dan

lain-lain (Tjitrosoepomo, 1985.)

Daun lengkap dapat kita jumpai pada beberapa macam tumbuhan

misalnya, pohon pisang (Musa paradisiacal L), pohon pinang (Areca

catechu L.), bambu (Bambusa sp), dan lain-lain. Tumbuhan yang

mempunyai daun yang lengkap tidak begitu banyak jumlah jenisnya.

Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun yang kehilangan satu atau dua

bagian dari tiga bagian di atas. Daun yang demikian dinamakan daun tidak

lengkap. Mengenal susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa

kemungkinan (Tjitrosoepomo, 1985) :

Page 13: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

a. Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun

bertangkai. Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak

kita temukan. Sebagian besar tumbuhan mempunyai daun yang

demikian tadi, misalnya : nangka (Artocarpus integra Merr), mangga

(Mangifera indica L), dan lain-lain.

b. Daun terdiri atas upih dan helaian daun yang demikian ini disebut

daun berupih atau daun berpelepah seperti lazim kita dapati pada

tumbuhan yang tergolong suku tumput, misalnya : pada (Oryza sativa

L), jagung (Zea mays L) dan lain-lain.

c. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga

helaian langsung melekat atau duduk pada batang. Daun yang

demikian susunannya dinamakan daun duduk (sessilis) seperti dapat

kita lihat pada buduri (Calptropis gigantean R.Br). daun yang hanya

terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang

demikian lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari

batang atau memeluk batang. Oleg sebab itu juga dinamakan daun

memeluk batang, (amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung

(Sorichus oleraceus L). bagian samping pangkal daun yang memeluk

batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut telinga daun.

d. Daun hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi

biasanya lalau menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun. Jadi

merupakan suatu helaian daun semu atau palsu, dinamakan : filodia,

seperti terdapat pada berbagai jenis pohon Aracia yang berasal dari

Australia, misalnya : Acacia auriculiformis A. Cunn (Tjitrosoepomo,

1985.)

Selain bagian-bagian tersebut dan kemungkinan lengkap atau tidaknya

bagian-bagian tadi, daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-

alat tambahan atau pelengkap, antara lain berupa (Tjitrosoepomo, 1985) :

1. Daun penumpu (stipula), yang biasanya berupa dua helai lembaran

serupa daun yang kecil, yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai

daun dan umumnya berguna untuk melindungi kuncup yang masih

muda. Ada kalanya daun penumpu itu besar dan lebar seperti daun

Page 14: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

biada dan berguna pula sebagai alat untuk beramilasi seperti terdapat

pada kacang kapri (Pisum sativum L). daun penumpu ada yang mudah

sekali gugur seperti misalnya pada pohon nangka (Artocarpus integra

Merr), tetapi ada pulayang tinggal lama dan baru gugur bersama-sama

daunnya misalnya pada mawar (Rose sp). Menurut letaknya daun

penumpu dapat dibedakan dalam (Tjitrosoepomo, 1985):

a. Daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal

tangkai daun disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae)

terdapat misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L).

b. Aun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai

daun (stipulae adnatae) pada mawar (Rosa sp).

c. Daun penumpu yang berlekatan menajdi satu dan mengambil

tempat di dalam ketiak daun (stipula axillaris atau stipula

intrapetiolaris).

d. Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu yang mengambil

tempat berhadapan dengan tangkai daun dan biasanya agak lebar

hingga melingkari batang (stipula petiole opposite atau stipula

antidroma).

e. Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara

dua tangkai daun seperti seringkali terjadi pada tumbuhan yang

pada satu buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk

berhadapan, misalnya pada pohon mengkudu (Morinda citrifolia

L). Daun penumpu antar tangkai (stipula interpolaris).

2. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa selaput tipis

yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang. Jadi, terdapat di atas

suatu tangkai daun. Selaput bumbung dianggap sebagai daun

penumpu yang kedua sisinya saling berdekatan dan melingkari batang,

terdapat antara lain pada Plygonum sp.

3. Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada

batas antara upih dan helaian daun pada rumput (Graminaeae). Alat

ini berguna untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak

Page 15: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan

dapat dihindarkan (Tjitrosoepomo, 1985).

D. Struktur Daun (Folium)

Bila kita mengamati satu helai daun, akan terlihat struktur (bagian-

bagian) daun yaitu tangkai daun dengan nama ilmiah petiolus, helaian daun

dengan nama ilmiahnya lamina dan kadang-kadang ditemukan pelepah atau

upih daun dengan nama ilmiahnya vagina. Menurut Rosanti (2011) ada dua

struktur daun :

1. Daun Tunggal (Folium simplex).

Tumbuhan monokotil (Monocotyledonae) biasanya memiliki

daun lengkap, misalnya keladi (Caladium sp), temulawak (Curcuma

xanthorrhiza), lengkuas (Alpinia galangal), kelapa (Cocos nucifera)

dan lain-lain.

Gambar 8. Daun lengkap (Sumber : Rosianti, 2011)

Helaian daun berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis,

respirasi ataupun transpirasi. Besar kecilnya helaian daun merupakan

adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya yang berhubungan dengan

proses transpirasi, agar tumbuhan tidak kehilangan air. Helaian

memiliki warna, bentuk dan ukuran yang beragam yang merupakan

cirri utama dalam mengenal suatu tumbuhan. Pelepah/upih memiliki

fungsi sebagai pelindung juncup yang masih muda dan member

kekuatan pada batang tumbuhan (Rosanti, 2011).

a. Bangun daun (cirsumscriptio).

Bangun aun merupakan bentuk helaian dau secara

keseluruhan.

Page 16: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

1) Bagian terlebar di tengah helaian daun.

Bila letak tangkai daun berada di tengah-tengah

helaian daun, bukan tumbuh dari pangkal daun, maka daun

tersebut dikatakan berbentuk perisai (peltatus). Misalnya

daun kuping gajah dan keladi.

2) Bagian terlebar di bawah helaian daun.

Untuk menentukan bangun daun yang berada di

bawah daun, perlu juga dilihat pangkal daunnya, apakah

berlekuk atau tidak. Untuk pangkal daun yang tidak

berlekuk, bangun daun dibedakan menjadi bulat telur

(ovatus), contohnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis), bangun segitiga (triangularis), berbentuk

segitiga sama kaki, contohnya bunga pukul empat

(Mirabilis jalapa), bangun delta (deltoideus), berbentuk

segitiga sama sisi, contohnya air mata pengantin

(Antigonom leptopus) dan bangun belah ketupat

(rhomboidues), contohnya adalah bengkuang (Pachyrhizuz

erosus).

3) Tidak ada bagian yang terlebar.

Bangun daun seperti ini biasanya dimiliki oleh

tumbuh-tumbuhan berdaun sempit, sehingga bangun daun

dapat dibedakan menjadi :

a) Berbangun garis (linearis), pada jenis rumput-

rumputan.

Gambar 9. Daun berbangun garis pada Cryperus papyrus (Sumber : Rosanti, 2011)

Page 17: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

b) Berbangun pita (ligutatus).

Gambar 10. Daun berbangun pita pada serai (Sumber : Rosanti, 2011)

c) Berbangun pedang (ensiformis).

Gambar 11. Daun berbangun pedang pada Sanseviearia trifasciata (Sumber : Rosanti, 2011)

d) Berbangun paku (subulatus).

Gambar 12. Daun berbangun paku pada Araucaria heterophylla (Sumber : Rosanti, 2011)

e) Berbangun jarum (acerosus).

Page 18: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Gambar 13. Daun berbangun jarum pada Picea glauca (Sumber : Rosanti, 2011)

b. Pangkal daun (basis folii).

Pangkal daun adalah bagian helaian daun yang

berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang

terdapat di kiri aknan tangkai daun, baik berletakan atau tidak

dapat dibedakan menajdi sedikitnya 6 macam, yaitu (Rosanti,

2011) :

1) Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun

memanjang, lanset dan belah ketupat.

2) Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun

bulat telur.

3) Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat

telur.

4) Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur

dan jorong.

5) Romping/rata (truncates), terdapat pada bangun segitiga,

delta dan tombak.

6) Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung,

ginjal, dan anak panah.

Page 19: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Gambar 14. Pangkal daun runcing (a), meruncing (b), tumpul (c), membulat (d), romping (e) dan berlekuk (f).

(Sumber : Rosanti, 2011)c. Ujung daun (apex folii).

Ujung daun merupakan bagian puncak daun, dimana

letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki

bentuk yang beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan

dikenal sedikitnya 7 bentuk daun, yaitu (Rosanti, 2011):

1) Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit di

kiri dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut

kurang lebih 90o.

2) Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung

runcing, namaun titik pertemuan tidak menyempit secara

bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi pada

akhir bagian ujung tersebut.

3) Tumpul (obtusus). Untuk menentukan ujung daun tersebut

berbentuk tumpul, dapat dilihat dari jarak tepi daun yang

jauh dari ibu tulang daun.

4) Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk

sudut sama sekali, contoh bunga teratai (Neulumbo sp).

5) Rompang/rata (truncates).ujung daun seperti garis.

6) Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu

lekukan.

7) Berduri (mucronatus). Ujung daun ditutupi oleh duri.

Gambar 15. Ujung daun yang berbentuk runcing (a), meruncing (b), tumpul (c), membulat (d), romping (e), terbelah (f) dan berduri (g).

(Sumber : Rosanti, 2011).

Page 20: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

d. Tepi daun (margo folii).

Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi

yang rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak

rata disebut tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk.

Contoh daun bertepi rata adalah sirih, keladi, kamboja, oleander,

nangka, lidah mertua, mangga, rambutan, cabe dan sebagainya.

Torehan atau lekukan pada helaian daun bermacam-macam.

Torehan daun bersifat dua macam. Torehan lainnya dapat

menyebabkan hilangnya bentuk asli daun, karena daun

mengalami lekukan yang banyak akibat torehan-torehannya.

Lekukan daun disebut sebagai sinus, sedangkan tepi daun yang

menonjol keluar akibat torehan tersebut disebut sebagai angulus

(Rosanti, 2011).

e. Daging daun (intervenium).

Daging daun merupakan isi dari daun. Bila dilihat secara

mikroksopik daun terdiri dari sel-sel yang membentuk berbagai

jarignan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun,

yang dibatasi oleh permukaan atas dan bawah daun. Daging

daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang

bedaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan

menjadi (Rosanti, 2011) :

1) Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis

ini mudah sekalo robek Karena berbentuk seperti sayap

capung.

2) Tipis seperti kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini

umum dijempai pada kebanyakan tumbuhan.

3) Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging

tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.

4) Kaku (perkamenteus). Daing daun yang kaku umumnya

dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa

digulung dan dibentuk apapun.

Page 21: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

5) Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup

tebal, kaku dank eras tetapi tidak berair.

6) Berdaging (carnosus). Struktur daging buah ini sangat

tebal dan mengandung air, misalnya pda lidah buaya,

cocor bebek, amarilis dan sebagainya.

f. Pertulangan daun (nervetio).

Tulang dau merupakan struktur penguat helaian daun,

sama fungsinya dengan tulang manusia yang member kekuatan

menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun merupakan

jaringan pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil

fotosintesis dari akar dan batang serta menuju batang dan akar.

Struktur tulang daun terdiri atas ibu tulang daun (costa),

tulang cabang (nervus lateralis) dan urat daun (vena).

Keberadaan tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daun

dapat menentukan system pertulangan daun. Berdasarkan posisi

tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem

petulangan daun dibedakan menjadi :

1) Bertulang menyirip (pennivervis).

Gambar 16. Struktur tulang daun bertulang menyirip (penninervis)(Sumber : Rosanti, 2011)

Page 22: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

2) Bertulang menjari (palminervis).

Gambar 17. Daun bertulang menjari (palmanervis) (Sumber : Rosanti, 2011)

3) Bertulang melengkung (cervinervis).

Gambar 18. Daun bertulang melengkung (cervinervisi) (Sumber : Rosanti, 2011)

4) Bertulang lurus/sejajar (rectinervis).

Gambar 19. Daun bertulang sejajar (rectinervisi) (Sumber : Rosanti, 2011)

Pada umumnya, daun berwarna hijau. Namun, tidak jarang

dijumpai daun dengan warna yang berbeda, seperti merah pada

Page 23: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

andong, buntut bajing (Acalypha wilkesiana), keladi (Caladium

sp) dan aglonema (Aglaonema sp). Ada juga yang memiliki

warna campuran seperti hijau bercampur merah pada puring

(Codiaeum variegatum), hijau keputihan pada beberapa jenis

keladi, hijau kekuningan pada beberapa jenis lidah mertua

(Sansevieria sp) (Rosanti, 2011).

Warna pada daun disebabkan kandungan klorofil pada

daun. Pada beberapa tanaman hias, warna pada daun merupakan

hasil persilangan gen. semakin banyak paduan warna yang

dihasilkan, maka semakin tinggi nilai jualnya. Para pebisnis

tanaman hias memanfaatkan ilmu genetika dan kultur jaringan

untuk menghasilkan warna daun yang unik dengan berbagai

corak.

g. Permukaan daun.

Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba

(tangan). Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu (Rosanti,

2011):

1) Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat mengkilat

atau berlapis lilin.

2) Gundul (glaber), bila tidak ditemukan struktur apapun

pada permukaaan daun.

3) Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan

daun.

4) Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan

daun.

5) Bersisik (lepides), terdapat struktur sisik mengkilat di

permukaan daun.

Page 24: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

2. Daun Majemuk (Folium compositum).

a. Daun manjemuk menyirip (pinnatus).

Sesuai dengan konsep ‘menyirip’ daun majemuk menyirip

memiliki anak-anaka daun yang tersusun di kiri kanan ibu

tangkai daun (petiolus commonis). Biasanya daun-daun

majemuk menyirip memiliki ukuran anak daun yang kecil.

Gambar 21. Daun majemuk menyirip pada meniran (kiri) dan asam (kanan)

(Sumber : Rosanti, 2011)

Pada daun majemuk menyirip genap, anak-anak daun

tersusun dalam jumlah genap di kiri kanan ibu tangkai daun,

sehingga tersusun secara berpasangan. Ciri lain untuk daun

majemuk yang memiliki jumlah anak daun sangat banyak dapat

dilihat pada ujung ibu tangkai daun. Bila pada ujung ibu tangkai

daun terputus, maka dapat dipastikan bahwa daun tersebut

merupakan daun majemuk menyirip genap. Contohnya dapat

dilihat pada daun asam (Tamarindus indica), ketepeng ( Casia

tora), lamtoro (Leucaena glauca) dan sebagainya (Rosanti,

2011).

Gambar 22. Daun majemuk menyirip genap pada daun lamtoro (Sumber : Rosanti, 2011)

Page 25: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Pada daun majemuk menyirip ganjil, anak-anak daun

tersusun dalam jumlah ganjil di kiri kanan ibu tangkai daun,

sehingga tersusun tidak berpasangan. Ciri lain untuk jumlah

anka-anak daun sangat banyak dan tidak bisa dihitung dapat

diliaht pada ujung ibu tangkai daun. Bila pada ibu tangkai daun

tidak terputus dan ditemukan satu anak daun, maka dapat

dipastikan bahwa daun tersrbut merupakan daun majemuk

menyirip ganjil. Contohnya dapat dilihat pada daun belimbing

(Averrhoa belimbi), mawar (Rosa sp), katuk (Saoropus

androgynus), angsana (Pterocarpus indicus), ceremai

(Phyllanthus acidus) dan sebagainya (Rosanti, 2011).

Gambar 23. Daun majemuk menyirip ganjil (Sumber : Rosanti, 2011)

b. Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus).

Daun majemuk menjari dapat dibedakan berdasarkan

jumlah anak-anak daunnya. Jika anak daun berjumlah dua, maka

daun majemuk seperti ini dinamakan daun majemuk menjari

beranak daun dua (bifolioatus), dimana pada ujung ibu tangkai

daun terdapat dua anak daun, misalnya daun nam-nam

(Crynomerta cauliflora L) (Rosanti, 2011).

Page 26: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Gambar 24. Daun majemuk menjari beranak dua pada Cynometra cauliflora(Sumber : Rosanti, 2011)

c. Daun majemuk bangun kaki (pedatus).

Susunan daun majemuk bangun kaki hampir sama dengan

susunan daun majemuk menjari. Perbedaan dapat dilihat pada

dua anak daun terakhir, yang biasanya terletak di dekat ibu

tangkai daun, tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada

tangkai anak daun yang disampingnya. Sehingga seolah-olah

memiliki kaki yang menunjang daun disampingnya. Daun

majemuk bangun kaki biasanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan

dari familia Araceae, seperti daun rasberi (Rubus sp), arisema

(Arisaema filiforme) (Rosanti, 2011).

d. Daun majemuk campuran (digitatopinnatus).

Struktur daun majemuk ini merupakan perpaduan dari

daun majemuk menjadri dan daun majemuk menyirip. Pada

ujung ibu tangkai daun tersusun cabang-cabang yang terpencar

seperti jari. Pada cabang-cabang tersebut duduk anak-anak daun

yang tersusun menyirip. Karena itulah daun majemuk seperti ini

disebut sebagai daun majemuk campuran. Contoh tumbuhan

yang memiliki daun majemuk seperti ini adalah daun putri malu

(Mimosa pudica) (Rosanti, 2011).

Page 27: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

E. Tata Letak Daun (Folium).

1. Letak Daun pada Batang.

Tangkai daun, baik pada daun tunggal maupun daun majemuk

melekat pada batang atau cabang-cabang batang. Pada batang terdapat

buku-buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali nampak sebagai

bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai

suatu cincin, yang dapat kita lihat jelas pada tumbuhan monokotil,

terutama dari jenis rumput atau familia Poaceae, seperti bamboo

(Bambusa sp), tebu (Saccharum officinarum L). pada tumbuhan dikotil,

buku batang tidak terlihat jelas, melainkan hanya berbentuk seperti

tonjolan pada batang. Pada buku batang inilah daun-daun melekat.

Bagian batang antara dua buku-buku dinamakan ruas (internodus)

(Rosanti, 2011).

Duduknya daun ada batang dikenal dengan istilah phyllotaxis.

Biasanya satu tangkai daun duduk pada satu buku daun. Namun pada

beberapa tumbuhan, daun-daun duduk berjejal-jejal pada suatu bagian

batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Meskipun

demikian, secara umum daun duduk pada batang secara terpisah-pisah

dengan suatu jarak yang nyata. Tatak letak daun pada batang memiliki

tiga pola. Pola pertama yaitu pada satu buku batang hanya duduk satu

tangkai daun. Pola kedua, pada satu buku batang duduk dua tangkai

daun. Pola ketiga, pada satu buku batang duduk tida atau lebih tangkai

daun. Berdasarkan ketiga pola tersebut, dapat ditentukan jenis-jenis

phyllotaxis tumbuhan (Rosanti, 2011).

2. Jenis-jenis Phyllotaxis.

Jenis-jenis phyllotaxis ditentukan dari pola duduknya daun pada

buku batang, seperti yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan pola

duduknya daun, phyllotaxis dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : folia

sparsa, folia opposite, dan folia verticillata (Rosanti, 2011).

Page 28: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

1. Folia Sparsa.

Pada pola pertama, dimana pada satu buku batang duduk

hanya satu tangkai daun, maka pola seperti ini dikenal sebagai

pola duduk daun tersebar (folia sparsa). Biasanya daun tersusun

berselang-seling. Susunan tangkai daun dapat berselang-seling

teratur atau tidak teratur. Pada prinsipnya, pada setiap satu buku

hanya ada satu tangkai daun. Hampir semua tumbuhan memiliki

duduk daun yang mengikuti pola ini. Tumbuhan yang tergolong

folia sparsa antara lain andong (Cordyline fruitcosa), alang-

alang (Imperata cylindrica), jagung (Zea mays), rumput-

rumputan dan berbagai jenis tumbuhan dari kelas

Monocotyledoneae, jarak (Ricinus sommunis), mangga

(Mangifera indica) dan sebagainya (Rosanti, 2011).

2. Folia Opposite.

Pada pola kedua, setiap buku daun diduduki dua tangkai

daun. Pada pola ini daun duduk berpasang-pasangan atau

berhadap-hadapan sehingga disebut juga folia opposite. Contoh

folia opposite dapat ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan

bakau seperti api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora

mucronata), tunjang (Xylocarpus mekongensis), dan beberapa

jenis tumbuhan suku jambu-jambuan (familia Myrtaceae)

seperti salam (Syzygium polyanthum), jambu air (Eugula

aquatica), jambu biji (Psidium guajava), dan sebagainya. Yang

harus diperhatikan dalam menentukan folia opposite adalah

duduk daunya pada batang, karena beberapa daun majemuk

menyirip berdaun lebar kadang-kadang terlihat seperti folia

opposite (Rosanti, 2011).

3. Folia Verticillata.

Pada pola yang ketiga, pada setiapp buku daun terdapat

tiga atau lebih daun yang duduk disana. Pola seperti ini dikenal

sebagai daun yang berkarang yang disebut folia verticillata.

Pada beberapa buku determinansi tumbuhan, pola berkarang

Page 29: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

sering disebut sebagai karangan daun. Contoh daun berkarang

dengan tiga daun pada satu bukunya dapat ditemukan pada kaca

piring (Gardenia augusta), oleander (Nerium oleander) dan

lain-lain. Sedangkan tumbuhan berkarang dengan lebih dari tiga

daun pada satu bukunya dapat ditemukan pada alamanda

(Allamanda cathartica), pilai (Alstonia schoralis) dan lain-lain

(Rosanti, 2011).

F. Rumus Daun (Folium).

Pada perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegal lurus

atau daun telah berapa pada ortostik, beberapa daun dilewati dalam jumlah

tertentu, setiap sampai pada ortostik daun. Jika untuk mencapai daun yang

tegak lurus dengan daun yang dilewati selama itu adalah Y, maka

perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan X/Y (Rosanti,

2011).

Berdasarkan pecahan X/Y dapat dicari besarnya sudut antara dua daun.

Pecahan X/Y dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½. 1/3. ¼, 2/8, 3/8 san

seterusnya. Angka-angka yang membentuk pecahan-pecahan tadi dikenal

dengan Deret Fibonacci. Deret Fibonacci merupakan rumus daun. Pada

tumbuhan-tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak

dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun yang

demikian dapat pula diperhatikan adanya ostostik-ostostik yang

menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lainnya (Rosanti,

2011).

G. Diagram Daun (Folium).

Dalam membuat diagram daun, harus diketahui dulu rumus daunnya.

Daun-daunnya digambar sebagai penampang melintang helai daun yang

diperkecil, jadi sebagai suatu setitiga dengan dasar lebar yang terlentang

dengan dasarnya yang lebar tadi menghadap ke atas. Jika misalkan

digambarkan tata letak dayn menurut rumus 2/5, langkah pertama yang

harus dilakukan adalah menggambar lima ortostiknya. Daun-daun pada

Page 30: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

setiap bukunya satu sama lain berjarak 2/5 lingkaran. Maka garis spiral

genetic akan melewati lima daun selama melingkari batang dua kali

(Rosanti, 2012).

Untuk membuat diagram daun, batang tumbuhan harus dipandang

sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai

lingkaran-lingkaran yang sempurna. Jika diproyeksikan pada suatu bidang

datar, maka buku-buku batang akan menjadi lingkaran-lingkaran yang

konsentris dan puncak batang akan merupakan titik pusat semua lingkaran

tadi (Rosanti, 2011).

Page 31: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum bagian-bagian daun ini dilaksanakan pada hari Senin, 3

November 2014 pukul 10.30 WIB–12.10 WIB di Laboratorium Biologi

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat Praktikum

a. Lup.

b. Mikroskop binokuler.

c. Pensil warna.

d. Mistar.

e. Buku gambar.

b. Bahan Praktikum

a. Daun bambu (Bambusa sp).

b. Daun jagung (Zea mays L).

c. Daun cemara kipas (Casuarinas aquisetifolia).

d. Daun bawang (Alium vitucolum).

e. Daun kelapa (Cocos nucifera).

f. Talas pelangi (Cucus sp).

g. Solanum lycopersicum (daun terong).

h. Hibiscus rosa-sinensis (daun bunga sepatu).

i. Telor kodok.

j. Eforbia (Eusorbia sp).

`

C. Cara Kerja

a. Mula-mula daun bambu, jagung, cemara kipas, daun bawang,

daun kelapa, talas pelangi, Solanum lycopersicum, Rosa sinensis,

Page 32: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

telor kodok, dan eforbia kita amati terlebih dahulu. Lalu kita

dibandingkan bagian-bagian dari semua jenis daun tersebut.

b. Setelah itu kita gambar daun-daun tersebut dan menunjukan

bagian vagina, pteiolus, dan lamina.

Page 33: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No

.

Gambar Hasil Praktikum Keterangan

1 Daun Cemara Kipas (Casuarina

aquisetifolia)

1. Apeks (ujung daun)

2. Helaian (lamina)

3. Tangkai (petiolus)

2 Daun Kelapa (Cocos nucifera) 1. Apeks (ujung daun)

2. Pelepah (vagina)

3 Daun Bunga Sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis)

1. Tangkai (petiolus)

2. Helaian (lamina)

3. Apeks (ujung daun)

Page 34: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

4 Eforbia (Eusorbia sp) 1. Apeks (ujung daun)

2. Tangkai (petiolus)

3. Helaian (lamina)

5 Daun terong (Solanum

lycopersicum)

1. Helaian (lamina)

2. Apeks (ujung daun)

3. Tangkai (petiolus)

6 Daun jagung (Zea mays L) 1. Apeks (ujung daun)

2. Helaian (lamina)

3. Pelepah (vagina)

7 Daun Bambu (Bambusa sp) 1. Pelepah (vagina)

2. Tangkai (petiolus)

Page 35: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

8 Daun Bawang (Allium vitucolum) 1. Helaian (lamina)

2. Pelepah (vagina)

9 Daun Talas Pelangi (Caladium sp) 1. Tangkai (petiolus)

2. Tulang daun (nervatio)

3. Helaian (lamina)

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, daun yang

digunakan sebagai bahan dalam praktikum Bagian-bagian daun (Folium) ini

menggunakan beberapa jenis daun yang dapat digolongkan mana daun

tunggal (Folium simplex) dan daun majemuk (Folium compositum). Dari

beberapa jenis daun tersebut dapat diketahui bahwa daun majemuk, antara

lain : Daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia), daun kelapa (Cocos

nucifera) dan daun bambu (Bambusa sp). Sedangkan daun tunggal, antara

lain : daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia

Page 36: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

sp), daun terong (Solanum lycopersicum), daun jagung (Zea mays L), daun

bawang (Amilum vitucolum) dan daun talas pelangi (Caladium sp).

Pada daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia) memiliki bangun

120 : 5 cm, kelengkapan bertangkai, ujung daun runcing, tepinya bertoreh,

pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau kekuningan, daging daun

bertulang, permukaannya bersisik, jumlahnya adalah majemuk dan

pertulangan menjari. Pada daun kelapa (Cocos nucifera), memiliki bangun

40 : 2 cm (lanset), kelengkapannya berupih, ujung daunnya meruncing, tepi

daunnya rata, pangkal daunnya romping, warna daunnya hijau tua, daging

daunnya perkamen, permukaannya licin, jumlah daunnya majemuk dan

pertulangan sejajar. Pada daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis),

mempunyai bangun daun 6 : 3 cm (jorong), kelengkapan bertangkai, ujung

daunnya meruncing, tepinya bertoreh, pangkal daunnya membulat, warna

daunnya hijau muda, daging daunnya tipis seperti kertas, permukaannya

licin, jumlah daunnya tunggal, dan pertulangannya menjari.

Pada daun eforbia (Eusorbia sp), mempunyai bangun 13 : 5 cm

(memanjang), kelengkapan bertangkai, ujung daunnya membulat, tepinya

rata, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau tua, daging daunnya

berdaging, permukaannya licin, jumlahnya tunggal dan pertulangannya

sejajar. Pada daun terong (Solanum lycopersicum), mempunyai bangun 12 :

8 cm (jorong), kelengkapannya bertangkai, ujung daunnya meruncing,

tepinya bertoreh, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau tua, daging

daunnya tipis seperti kertas, permukaannya berbulu kasar, jumlah daunnya

tunggal dan pertulangannya menyirip. Pada daun jagung (Zea mays L),

mempunyai bangun 24 : 1 cm (lanset), kelengkapan berupih, ujung daunnya

runcing, tepinya rata, pangkal daunnya rompang, warna daunnya hijau tua,

daging daunnya perkamen, permukaannya gundul, jumlahnya tunggal dan

pertulangan sejajar.

Pada daun bambu (Bambusa sp), bangunnya 8,5 : 1 (lanset),

kelengkapan bertangkai, ujung daunnya runcing, tepinya rata, pangkal

daunnya membulat, warna daunnya hijau tua, permukaannya berbulu,

daging daunnya tipis seperti kertas, jumlah daunnya majemuk dan

Page 37: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

pertulangannya sejajar. Pada daun bawang merah (Alium vitucolum),

mempunyai bangun 30 : 2 cm (lanset), kelengkapannya berupih, ujung

daunnya runcing, tepinya rata, pangkal daunnya kerompang, permukaannya

hijau kekuningan, daging daunnya tipis seperti selaput, permukaannya licin,

jumlah daunnya tunggal dan pertulangannya sejajar. Dan yang terakhir

adalah daun talas pelangi (Caladium sp) , mempunyai bangun 18 : 9 cm

(perisai), ini merupakan daun lengkap, ujung daunnya meruncing, tepinya

rata, pangkal daunnya berukuk, warna daunnya merah berbintik putih

bertepi hijau, daging daunnya tebal berair, permukaannya licin, jumlah

daunnya tunggal dan pertulangannya sejajar.

Menurut Tjitrosoepomo (1985), daun merupakan suatu bagian

tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai

sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak

pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang

tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus)

batang, dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan

daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya

akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Oleh karena itu, daun

biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah

yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh

tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan

meninggalkan bekas pada batang.

Daun lengkap mempunyai bagian-bagian berikut (Rosanti, 2011):

1. Upih daun atau pelepah daun (vagina).

Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan

yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal

(Monocotyledonae) saja, suku rumput (Gramineae), suku empon-

empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma

(Palmae), dan lain-lain. Upih daun selain merupakan bagian daun

yang melekat atau memeluk batang juga mempunyai fungsi lain,

sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti pada tanaman

Page 38: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

tebu (Saccharum officinarum L) dan memberi kekuatan pada batang

tanaman.

2. Tangkai daun (petiolus).

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung

helaiannnya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada

posisi sedekimian rupa, hingga dapat memperoleh cahaya matahari

yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat

berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pasa satu tumbuhan

ukuran dan bentuknya dapat berbeda.

3. Helaian daun (lamina).

Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu

mempunyai daun yang helainnya berbeda-beda pula, baik mengenai

bentuk, ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menemukan

dua jenis tumbuh-tumbuhan yang helaian daunnya persis dama bentuk

dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun tidak besar nilainya terutana

dalam hal yang meragukan, sering orang membandingkan bentuk

helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan

yang dihadapi untuk dikenal (Tjitrosoepomo, 1985). Dari hasil

pengamatan yang telah dilakukan, hanya ada satu daun yang memiliki

kelengkapan yaitu daun talas pelangi (Caladium sp), karena daun ini

mempunyai upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun

(petiolus) dan helaian daun (lamina).

Sedangkan daun yang lainnya adalah daun yang tidak lengkap

karena (Rosanti, 2011):

a. Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu

disebut daun bertangkai. Susunan daun yang demikian itulah

yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar tumbuhan

mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya : nangka

(Artocarpus integra Merr), mangga (Mangifera indica L), dan

lain-lain. Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat

dikatakan daun bertangkai adalah : daun cemara kipas

Page 39: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

(Casuarina aquisetifolia), daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum

lycopersicum) dan daun bambu (Bambusa sp).

b. Daun terdiri atas upih dan helaian daun yang demikian ini

disebut daun berupih atau daun berpelepah seperti lazim kita

dapati pada tumbuhan yang tergolong suku tumput, misalnya :

pada (Oryza sativa L), jagung (Zea mays L) dan lain-lain. Pada

hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dikatan daun

berupih atau daun berpelepah adalah : daun kelapa (Cocos

nucifera), daun jagung (Zea mays L) dan daun bawang (Alium

vitucolum).

c. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai,

sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang.

Daun yang demikian susunannya dinamakan daun duduk

(sessilis) seperti dapat kita lihat pada buduri (Calptropis

gigantean R.Br). daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja

dapat mempunyai pangkal yang demikian lebarnya, hingga

pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk

batang. Oleh sebab itu juga dinamakan daun memeluk batang,

(amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung (Sorichus

oleraceus L). bagian samping pangkal daun yang memeluk

batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut telinga

daun.

d. Daun hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai

tadi biasanya lalau menjadi pipih sehingga menyerupai helaian

daun. Jadi merupakan suatu helaian daun semu atau palsu,

dinamakan : filodia, seperti terdapat pada berbagai jenis pohon

Aracia yang berasal dari Australia, misalnya : Acacia

auriculiformis A. Cunn (Tjitrosoepomo, 1985.)

Daun lengkap dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah

hanya daun talas pelangi (Caladium sp). Daun bertangkai dari hasil

praktikum yang telah dilakukan adalah :

Page 40: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

a. Daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia).

b. Daun bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis).

c. Daun eforbia (Eusorbia sp).

d. Daun terong (Solanum lycopersicum).

e. Daun bambu (Bambusa sp).

Sedangkan, daun berupih dari hasil praktikum yang telah

dilakukan adalah :

a. Daun kelapa (Cocos nucifera).

b. Daun jagung (Zea mays L).

c. Daun bawang merah (Alium vitucolum).

Menurut Rosanti (2012), daging daun merupakan isi dari daun. Bila

dilihat secara mikroksopik daun terdiri dari sel-sel yang membentuk

berbagai jarignan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun, yang

dibatasi oleh permukaan atas dan bawah daun. Daging daun berbeda-beda,

ada yang berdaging tebal dan ada yang bedaging tipis. Karena itulah daging

daun dapat dibedakan menjadi :

1. Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini mudah

sekalo robek Karena berbentuk seperti sayap capung. Pada hasil

pengamatan adalah : daun bawang merah (Alium vitucolum).

2. Tipis seperti kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini umum

dijempai pada kebanyakan tumbuhan. Pada hasil pengamatan adalah :

daun bunga sepatu (Rosa sinensis), daun terong (Solanum

lycopersicum), dan daun bambu (Bambusa sp).

3. Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging tipis lunak

biasanya helaian daun banyak mengandung air.

4. Kaku (perkamenteus). Daing daun yang kaku umumnya dimiliki oleh

daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan dibentuk

apapun. Pada hasil pengamatan adalah : daun jagung (Zea mays L)

dan daun kepala (Cocos nucifera).

5. Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku

dan keras tetapi tidak berair.

Page 41: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

6. Berdaging (carnosus). Struktur daging buah ini sangat tebal dan

mengandung air, misalnya pada lidah buaya, cocor bebek, amarilis

dan sebagainya. Pada hasil pengamatan adalah : eforbia (Eusorbia sp)

dan daun talas pelangi (Caladium sp).

Page 42: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dengan judul praktikum

Bagian-bagian Daun dapat disimpulkan bahwa :

1. Daun memiliki tiga struktur pokok, yaitu : pelepah (vagina), tangkai

(petiolus) dan helaian (lamina).

2. Daun lengkap adalah daun talas pelangi (Caladium sp).

3. Daun bertangkai dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah:

daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia), daun bunga sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong

(Solanum lycopersicum), dan daun bambu (Bambusa sp).

4. Daun berupih dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah: daun

kelapa (Cocos nucifera), daun jagung (Zea mays L), dan daun bawang

merah (Alium vitucolum).

5. Daun tunggal adalah daun talas pelangi (Caladium sp), bunga sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong

(Solanum lycopersicum), daun jagung (Zea mays L), dan daun bawang

merah (Alium vitucolum).

6. Daun majemuk adalah daun bambu (Bambusa sp), daun kelapa (Cocos

nucifera), dan daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia).

Page 43: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : KANISIUS (Anggota IKAPI)

Rosanti, Dewi. 2011. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.

Suradinata, Tatang S. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Gadjah Mada University Press.

Warnita, dkk. 2012. Bahan Ajar Botani. Website : http://faperta.unand.ac.id/ deposit/ BahanAjarBotani.pdf. Diakses Sabtu, 8 November 2014 pukul 14 . 41 WIB.

Page 44: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Lampiran

Gambar 1. Daun Cemara Kipas (Casuarina aquisetifolia)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 2. Daun Kelapa (Cocos nucifera)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 3. Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Page 45: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Gambar 4. Eforbia (Eusorbia sp)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 5. Daun terong (Solanum lycopersicum)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 6. Daun Jagung (Zea mays L)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Page 46: Laporan Praktikum I Daun (Folium)

Gambar 7. Daun bambu (Bambusa sp)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 8. Daun Bawang Merah (Alium vitucolum)(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 9. Daun Talas Pelangi (Caladium sp)(Sumber : Doc. Permata, 2014)