Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex
-
Upload
alexander-yulianto -
Category
Documents
-
view
831 -
download
25
Transcript of Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari, menyelediki dan menganalisa
struktur lapisan yang berada di permukaan bumi.
Selain itu geologi juga mempelajari tentang, sifat fisik bumi, proses-proses yang
terjadi dipermukaan dan di kerak bumi, tentang evolusi dan benda ruang angkasa.
Dalam peranannya sebagai ilmu bumi, pastilah mengetahui seluk beluk aktivitas
bumi dimana bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga endogen dan
tenaga eksogen, yang berpotensi besar merubah bentang-bentang alam dan roman muka
bumi.
Dengan begitu kompleksnya ilmu yang dipelajari dalam geologi mengenai bumi
hendaknya seorang geologis mampu menganalasis secara detail mengenai dinamika
bumi yang begitu kompleks dan selalu berubah-ubah tidak menentu.
II. Maksud dan Tujuan
Maksud :
Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geologi Dasar di Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta.
Tujuan :
Agar para mahasiswa dapat memahami, menghayati kemudian dapat menerapkan ilmu
geologi secara baik dan benar di berbagai aspek disiplin ilmu kebumian.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 1
BAB II
DASAR TEORI PRAKTIKUM
II. 1. Pendahuluan
Geologi dasar adalah salah Ilmu yang mempelajari tentang bumi,
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
Dalam peranannya dapat pula mengetahui seluk-beluk aktivitas bumi, dimana
bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen
yang berpotensi besar dalam merubah bentang alam serta roman muka bumi.
II. 2. Pengenalan Mineral dan Batuan
Mineral merupakan benda padat yang terbentuk secara alamiah (anorganik),
homogen, dan mempumyai komposisi kimia terntentu. Batuan adalah sekumpulan
mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan
lithosphere di bumi terdiri dari batuan.
Berdasarkan klasifikasinya mineral dibagi menjadi dua yaitu sifat fisik dan
kimia.
Klasifikasi sifat fisik mineral, meliputi:
Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat
terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 2
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam: Gelena,
Pirit, Magnetit, Kalkopirit, Grafit, Hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes,
alkanolit, dan gips.
Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada
spharelit.
Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.
Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit
dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 3
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas
(Danisworo 1994).
Warna
Warna penting untuk membedakan warna untuk mineral akibat pengotoran
dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut. Warna
mineral yang tetap dan tertentu karena elemen – elemen utama pada mineral disebut
Idiochromatic.
Misal : Sulfur warna kuning
Magnetite warna hitam
Pyrite warna kuning loyang
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
membuat warna berubah – ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama
Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah – ubah :
- Abu – abu
- Biru bervariasi
- Kuning
- Coklat gelap
Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah –
ubah menjadi :
- Violet (amethyst)
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 4
- Merah muda
- Coklat hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral
disebut dengan nama Chromophores.
Misal : ion – ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophores dalam
mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
Misal : Chlorite – hijau.........................chloro (greek)
Albite – putih............................albus (latin)
Melanite – melas.......................melas (greek)
Erythrite – merah......................erythrite (greek)(sel darah merah)
Rhodonite – merah jambu.........radon (greek)
Warna di atas berdasarkan warna mineral.
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Misal : Polymorph dari Carbon – C
Intan – tak berwarna – isometrik
Graphite – hitam – hexagonal
c. Pengotoran dari mineral
Misal : Silika tak berwarna
Jasper – merah
Chalsedon – coklat hitam
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 5
Agate – asap/putih
Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral
dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard.
Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan
mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat
oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10
skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala Kekerasan Mohs
Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 6
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 7
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan
kekerasan dari alat penguji standar :
Alat Penguji Derajat Kekerasan
Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7
Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 8
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama
dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya
tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna hitam.
Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna merah kecoklatan.
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
Orthoklase : Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,
sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).
Belahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang
oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi
bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai
istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat
atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila
terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 9
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang
tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan
teratur (Danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah
belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya:
a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.
Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari
sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak
halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan
pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,
hipersten
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 10
Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,
contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang
kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut
mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf
(Danisworo, 1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a. Bangun kubus : galena, pirit.
b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : garnet
d. Mineral amorf misalnya : chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering
mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi
sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 11
sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral
dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya
dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan
mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut
mempunyai sakaroidal.
Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut
begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur
berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-
jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-
individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran
dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.
Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 12
BERAT JENIS
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam
keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di
dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume butir mineral tersebut.
SIFAT DALAM
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,
menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah
Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,
kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas,
tembaga.
Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh
gypsum.
Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan
sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah
dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 13
KEMAGNITAN
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic,
dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral
mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah
magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila
benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita
lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis
vertical.
KELISTRIKAN
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus
atau londuktor dan tidak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi
istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-
batas tertentu.
DAYA LEBUR MINERAL
Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan
dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat
keleburan.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 14
II.3 PENGENALAN BATUAN BEKU
A. Pengertian
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair, pijar, yang
dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada ketiga patokan
utama yaitu berdasarkan genetik batuan, senyawa kimia yang terkandung, dan susunan
mineraloginya.
Pembagian yang didasarkan pada genetik atau tempat terjadinya batuan beku dapat
dibagi atas :
a. Batuan ekstrusif, terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi
baik didarat maupun dibawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat,
ada yang bersifat encer atau bersifat kental dan panas, bisa disebut lava.
b. Batuan intrusif sangat berbeda dengan batuan ekstrusif. Tiga prinsip tipe bentuk
intrusif batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :
Bentuk tidak beraturan pada umumnya diskordan dan biasanya memiliki bentuk
yang jelas dipermukaan (batholite dan stock).
Intrusi berbentuk tabular, terdiri dari dua bentuk berbeda yang mempunyai
bentuk diskordan dan disebut korok/dyke, dan yang berbentuk konkordan
diantaranya sill dan lakolit.
Tipe ketiga dari intrusif relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas dari
group ini adalah intrusif silinder atau pipa.
A.1. Pengertian Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat
mobile, bersuhu antara 900°-1200° atau lebih dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 15
selubung bumi bagian atas (F.F.Grotus, 1974; Tumer dan Verhoogen 1960, H. Williams,
1962).
Bunsen (1951, W.T. Huang) mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis magma primer
yaitu basaltis dan granites, dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini
yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Dally 1933, Winkler (Vide W.T. Huang, 1962) berpendapat lain yaitu magma asli
(primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi
magma bersifat lain. Magma basa bersifat encer (viskositas rendah) kandungan unsur kimia
berat, kadar H+, OH- dan gas tinggi sedangkan magma asam sebaliknya.
A.2. Evolusi Magma
Sekurang-kurangnya genesa batuan beku, vulkanik maupun plutonik ditinjau dari tiga
aspek yaitu :
Faktor yang memerikan bagaimana dan dimana larutan bergenerasi didalam selubung
atau pada kerak bumi bagian bawah.
Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik ke permukaan.
Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi.
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai
berikut :
Hibridisasi adalah pembentukan magma yang baru karena percampuran dua magma
yang berlainan jenisnya.
Sinteksis adalah pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
samping.
Anateksis adalah proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat besar.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 16
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami diferensiasi magmatik.
Diferensiasi magmatik ini meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal
yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi yang berbeda.
A.3. Reaksi Bowen seri dari mineral utama pembentuk batuan beku
Seri reaksi bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan kristalisasi dari
mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian. Mineral-mineral tersebut dapat
digolongkan dalan dua golongan besar yaitu :
Golongan mineral hitam atau mafic mineral.
Golongan mineral putih atau felsik mineral.
Dalam proses pendinginan magma dimana itu tidak langsung semua membeku, tetapi
mengalami penurunan temperature secara perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan
temperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu
yang sesuai dengan temperaturnya. Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan
temperatur telah disusun oleh Bowen. Bowen telah membuat sebuah tabel pembentukan
mineral dan tabel tersebut sangat berguna sekali dalam menginterpretasikan mineral-mineral
tersebut.
Sebelah kiri mewakili mineral mafic, yang pertama kali terbentuk dalam temperature
sangat tinggi adalah olivine. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2, maka
piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivine dan piroksen adalah pasangan
Ingcongruant Melting dimana setelah pembentukannya olivine akan bereaksi dengan larutan
sisa membentuk piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan
sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah biotite, ia terbentuk
dalam temperatur yang rendah.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 17
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali
terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro
atau Basalt. Andesite terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit
atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albite, mineral ini
banyak tersebar pada batuan asam seperti Granit atau Ryolite. Reaksi berubahnya komposisi
Plagioklas ini merupakan deret Solid-Solution yang merupakan reaksi kontinu, artinya
kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam
hal ini anorthite adalah jenis plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Calcic Plagioklas,
sedangkan albite adalah Plahioklas kaya Na (Sodic plagioklas/Alkali Plagioklas). Lihat tabel
W.T. Huang bagian bawah.
Mineral sebelah kanan dan kiri bertemu pada mineral potassium Feldspar dan mineral-
mineral Muscovite dan terakhir sekali mineral Kwarsa, maka mineral kwarsa merupakan
mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau Mafic dan sebaliknya mineral
yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali
berubah menjadi mineral lain.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 18
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 19
(Gambar 1)Skema yang menunjukkan seri reaksi Bowen (vide H. Williams, 1982)
II.4 BATUAN SEDIMEN
A. Pengertian
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi bahan rombakan asal,
maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme. Batuan
sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan dari beberapa
centimeter sampai kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Dibanding
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 20
dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan
sedimen hanya merupakan 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari
jumlah 5% ini, batu gamping adalah 80%, batu pasir 5% dan batu lempung kira-kira 80%.
Penggolongan dan Penamaan
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para
ahli, baik berdasarkan genetik maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan
(Pettijohn 1975 dan W.T. Huang, 1962) :
a. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,
metamorf dan sedimen itu sendiri. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju
suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen mengalami
diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah
suatu sedimen, selama dan sesudah lithifikasi ini merupakan proses yang mengubah suatu
sedimen menjadi batuan keras.
Kompaksi sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat
beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu
dengan yang lain menjadi rapat.
Sementasi
Yaitu turunnya material-material diruang antar sedimen dan secara mengikat butir-
butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan
larutan (permeabilitas relative) pada ruang antar butir makin besar.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 21
Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari
pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya. Rekristalisasi
umumnya terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik, sehingga adanya mineral
tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum
diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorite, illite dan lain-lain.
Metasomatisme
Yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan
volume asal. Contoh : dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat
atau fosil.
b. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi
organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang
terpresipitasi dan replacement).
B. Pemerian Batuan Sedimen Klastik
Pemerian batuan sedimen klastik terutama disasarkan pada tekstur, komposisi mineral
dan struktur.
b.1 Tekstur
Adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen dan masih adanya
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 22
rongga diantara butirnya. Pembentukannya dikontrol oleh media dan cara transportasinya
(Jackson, 1970, Reineck dan Singh, 1975). Pembahasan tekstur meliputi :
1. Ukuran butir
Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth, 1922 adalah sebagai berikut :
Nama butir Besar butir (mm)
Bongkah 256-64
Brakal 64-4
Krakal 4-2
Pasir sangat kasar 2-1
Pasir sedang 1-1/2
Pasir halus 1/2 -1/4
Pasir sangat halus 1/4 -1/8
Lanau 1/16-1/256
Lempung 1/256
2. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun sedimen, artinya bila
semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin baik. Dalam
pemilahan dipakai batasan-batasan sebagai berikut :
Pemilahan baik (well sorted)
Pemilahan sedang (moderate sorted)
Pemilahan buruk (poorly sorted)
3. Kebundaran
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 23
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingya butiran dimana sifat ini hanya
bisa diamati pada batuan sedimen klasik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk
batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari
bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut :
1) Well rounded (membulat baik) : semua permukaan konveks hampir
equidimensional, spheroidal.
2) Rounded : pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi-
tepi butiran bundar.
3) Subrounded : permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang
membundar.
4) Sunangula : permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
5) Angular : permukaan konkal dengan ujungnya yang tajam.
4. Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
a. Kemas terbuka : butiran tidak saling bersentuhan (mengambang didalam matriks).
b. Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lainnya.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 24
(gambar 2) Sortasi batuan sedimen
b.2 Struktur
Struktur sedimen meripakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan sedimen
yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentukannya.
Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses
pengendapan (Pettijohn & Potter, 1964; koesoemadinata, 1981). Dengan kata lain, struktur
sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar. Studi struktur
paling baik dilakukan dilapangan (Pettijohn, 1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen
yang terbentuk dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :
a. Struktur sedimen primer.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 25
Terbentuk karena proses sedimentasi, dengan demikian dapat merefleksikan
mekanisasi pengendapannya, antara lain : perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan
silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
b. Struktur sedimen sekunder.
Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga
merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan
lingkungan organisnya, antara lain : cetak beban, rekah kerut, jejak binatang dan lain-
lain.
c. Struktur organik.
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya, antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.
Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat dari contoh-
contoh batuan dilaboratorium.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
Adanya perbedaan warna mineral.
Adanya perbedaan ukuran besar butir.
Adanya perbedaan komposisi mineral.
Adanya perubahan macam batuan
Adanya perubahan struktr sedimen.
Adanya perubahan kekompakan.
Macam-macam perlapisan :
Massif, bila menunjukkan struktur dalam, atau ketebalan lebih dari 120 cm (Mc. Kee
7 Weir, 1953).
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 26
Perlapisan sejajar, bila bidang perlapisan saling sejajar.
Laminasi, perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari lem.
Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
Perlapisan pilihan, bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus
ke kasar pada arah vertikal terbentuk dari arus pekat.
Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang perlapisan
yang berada diatas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk
akibat intensitas arus yang berubah-ubah.
b.3 Komposisi Mineral.
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :
Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang fosil atau zat organik
lainnya.
Matriks adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantara fragmen massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral atau fosil.
Semen, bukan butir tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan pengikat
diantara fragmen dan matriks. Biasanya berbentuk amorf atau kristalin. Bahan-bahan
semen yang lazim adalah :
o Semen karbonat (kalsit, dolomit).
o Semen silika (kalsedon, kwarsa).
o Semen oksida besi (limonit, hematite, siderite).
C. Pemerian Batuan Sedimen Non-Klastik
Pemerian batuan sedimen non-klastik didasarkan pada :
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 27
c.1 Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal saling mengunci satu sama lain. Pemerian menggunakan
skala Wentworth dengan modifikasi berikut :
Nama butir Besar butir (mm)
Berbutir kasar > 2
Berbutir sedang 1/16-2
Berbutir halus 1/256-1/16
Berbutir sangat halus < 1/256
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non kristalin).
c.2 Struktur
Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun kegiatan
organik. Macam-macam struktur antara lain :
a. Fossiliferous, struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari
fosil.
b. Oolitik, struktur dimana suatu fragmen klasik diselubungi oleh mineral non klastik,
bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya > 2 mm.
d. Konkresi, kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak
menunjukkan adanya sifat konsentris.
e. Cone in cone, struktur oleh organisme murni dan bersifat insitu.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 28
c.3 Komposisi mineral
Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam menentukan
penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya komposisi mineralnya
sederhana yaitu bisa terdiri dari satu atau dua macam mineral. Sebagai contoh :
a. Batugamping : kalsit, dolomit
b. Chert : kalsedon
c. Gypsum : mineral gypsum
d. Anhidrit : mineral anhidrit
c.4 Pemerian Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan dedimen dengan komposisi yang dominan (> 50%)
terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum
meliputi batugamping dan dolomite. Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu
berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun biokimia dimana organisme turut
berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik
dan diendapkan ditempat lain. Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut,
jadi praktis berbeda detritus asal darat.
1. Pemerian batu gamping klastik
Sistematika deskripsi pada hakikatnya sama dengan sedimen klastik, yaitu meliputi
tekstur, komposisi mineral dan struktur.
a. Tekstur, sama dengan pemerian batuan sedimen klastik, hanya berbeda istilahnya
saja meliputi :
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 29
Nama butir Besar butir (mm)
Rudite > 1
Arenit 0.062 – 1
Lutite < 0.062
b. Struktur, pemeriannya hampir sama dengan batuan sedimen klastik.
c. Komposisi, juga terdapat pemerian fragmen, matriks, semen, hanya berbeda istilah
saja. (Folk, 1954), komposisi meliputi :
Allochem merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau butiran-
butiran klastik dari hasil abrasi batugamping yang sebelumnya ada.
Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan kristal-
kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi berlangsung
dari prespitasi air laut dan mengisi rongga antar butir.
Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan
berukuran butir halus (0.02 – 0.1 mm), dapat terbentuk langsung dari
sedimen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.
2. Pemerian batu gamping non klastik
Pemerian sama dengan batuan sedimen non klastik lainnya.
II.5 BATUAN METAMORF
A. Pengertian
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi didalam kerak bumi (3-20 km) yang
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 30
cair, sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru pengaruh temperatur T (200-650C)
dan tekanan (P) yang tinggi.
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, batuan sedimen,
maupun metamorf sendiri yang mengalami metamorphose.
Menurut H.G.F. Winkler, 1967; Metamorfisme adalah proses-proses yang mengubah
mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respon terhadap kondisi fisik dan
kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi kimia dan fisika tersebut berbeda dengan kondisi
sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
B. Tipe-tipe Metamorfosa
Tipe metamorfosa berdasarkan kejadiannya dan sejarah pembentukannya banyak
dibahas oleh para ahli sehingga banyak pula macam-macam nama metamorfosa tetapi pada
dasarnya dapat digolongkan menjadi :
1. Tipe metamorfosa lokal
Disebut lokal karena penyebaran metamorfosa ini sangat terbatas sekali (beberapa
meter – beberapa puluh meter). Tipe metamorfosa ini meliputi :
a. Metamorfosa kontak atau thermal
Metamorfosa kontak disebabkan oleh adanya kenaikan temperatur pada batuan
tertentu. Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada batuan sekitarnya
mengakibatkan metamorfosa kontak. Zona metamorfosa kontak yang efeknya
terutama terlihat pada batuan sekitarnya. Pada metamorfosa kontak batuan
disekitarnya berubah menjadi hornfel (batu tanduk) yang susunannya
tergantung pada batuan sedimen aslinya.
b. Metamorfosa dislokasi/kataklastik/Dinamo
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 31
Batuan metamorf ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, misal
pada daerah sesar besar. Proses metamorfosanya terjadi pada lokasi dimana
batuan ini mengalami proses secara mekanin yang disebabkan oleh faktor
penekanan (kompresional) baik tegak maupun mendatar. Batuan metamorf
kataklastik khususnya dijumpai dijalur-jalur orogenesa proses pengangkatan
diikuti oleh fase perlipatan dan pematangan batuan.
2. Tipe metamorfosa regional
Tipe metamorfosa ini meliputi :
a. Metamorfosa regional/Dinamo thermal
Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor yang
berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi. Secara
geografis dan genetik penyebaran batuan metamorf ini sangat erat kaitannya
dengan aktivitas orogenesa atau proses pembentukan pegununganlipatan
gunung api, meliputi daerah yang luas dan selalu dalam bentuk sabuk
pegunungan yakni dalam daerah geosinklin.
b. Metamorfosa beban/Burial
Batuan metamorf ini terbentuk oleh proses pembebanan suatu massa
sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang sangat luas atau
dikenal dengan sebutan cekungan geosinklin. Proses kejadiannya hampir tidak
berkaitan sama sekali dengan aktivitas orogenesa maupun intrusi tetapi lebih
merupakan suatu yang bersifat regional atau lebih dikenal dengan proses
epirogenesa.
C. Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf terbagi atas dua golongan besar yaitu :
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 32
1. Struktur Foliasi
Yaitu struktur yang ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun
batuan metamorf. Struktur ini meliputi :
a. Struktur Slatycleavage.
Peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf, merupakan derajat rendah dari
lempung, mineral-mineralnya berukuran halus dan kesan kesejajarannya halus sekali,
dengan memperlihatkan belahan-belahan yang rapat dimana terdapat daun-daun mika
halus.
b. Struktur filitik
Struktur ini hampir mirip dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar. Derajat metamorfosa lebih tinggi dari
slatycleavage, dimana daun-daun mika dan klorit sudah cukup besar, berkilap sutera
pada pecahan-pecahannya.
c. Struktur skistosa
Adalah suatu struktur dimana mineral pipih (Biotite, Muskovitr, Feldspar) lebih
dominan dibanding mineral butiran. Struktur ini biasanya dihasilkan oleh proses
metamorfosa regional, sangat khas adalah kepingan-kepingan yang jelas dari mineral-
mineral pipih seperti mika, talk, klorit dari mineral-mineral yang bersifat serabut.
Derajat metamorfosa lebih tinggi dari filit, karena mulai adanya mineral-mineral yang
bersifat serabut. Derajat metamorfosa lebih tinggi dari filit, karena mulai adanya
mineral-mineral lain dismping mika.
d. Struktur gnesosa
Struktur dimana jumlah mineral-mineral yang granular lebih banyak dari mineral-
mineral pipih, mempunyai sifat banded dan mewakili metamorfosa regional derajat
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 33
tinggi. Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan pada batuan beku seperti
kwarsa, feldspar dan mafik mineral.
2. Struktur Non Foliasi
Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan
metamorf. Yang termasuk dalam struktur ini adalah :
a. Struktur Hornfelsik
Dicirikan adanya butiran-butiran yang seragam terbentuk pada bagian dalam
daerahkontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan rekristalisasi
batuan asal, tidak ada foliasi, tetapi batuan halus dan padat.
b. Struktur Milonitik
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang mengalami
metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan liniasinya ditunjukkan oleh
adanyaorientasi mineral yang berbentuk lentikuler terkadng masih menyimpan lensa
batuan asalnya.
c. Struktur Kataklastik
Struktur ini hampir sama dengan struktur milonit hanya butirannya yang lebih kasar.
d. Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butiran relatif lebih kasar dan strukturnya
mendekati tipe filitik.
e. Struktur Flaser
Seperti strutur kataklastik dimana struktur batuan asal yang terbentuk lensa tertanam
pada massa dasar milonit.
f. Struktur Augen
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 34
Seperti struktur flaser hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar dalam
massa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Glanulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik hanya butirannya mempunyai ukuran
yang tidak sama besar.
h. Struktur Liniasi
Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang terbentuk seperti
jarum (fibrous)
D. Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan ini digolongkan menjadi :
1. Tekstur Kristoblastik.
Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan
asalnya tidak nampak lagi) dan bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu kristal yang
terjadi disebut biato dan teksturnya meliputi :
a. Lepidoblastik
Tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih dan
memperlihatkan orientasi sejajar, seperti biotite, muskovit dan sebagainya.
b. Granoblastik
Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang membentuk
butiran yang seragam seperti kwarsa, kalsit, garnet dan lain-lain.
c. Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatik menjarum yang memperlihatkan
orientasi sejajar seperti mineral amphibol, piroksen dan lain-lain.
d. Porfiriblastik
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 35
Tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam
massa dasar yang relative halus. Identik dengan porfiritik pada batuan beku.
e. Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral peyusunnya euhedral.
f. Xenoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya
berbentuk anhedral.
2. Tekstur palimpsest.
Merupakan tekstur sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf. Tekstur
ini meliputi :
a. Blastoporfiritik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
b. Blastopsefit, suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukurannya lebih besar dari
pasir.
c. Blastopsamit, sama dengan blastopsefit, hanya saja disini ukuran butirnya sama
dengan pasir.
d. Blastopellite, tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran butir laempung.
E. Komposisi Mineral Batuan Metamorf
Secara megaskopis, sulit untuk mendeskripsikan atau menentukan komposisi mineral
batuan metamorf, namun kita tetap dituntut untuk dapat menentukan komposisi mineralnya,
yang dapat dipelajari dari buku atau petunjuk langsung dilaboratorium. Pada hakekatnya,
komposisi batuan metamorf dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :
1. Mineral Stress
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 36
Adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral ini dapat
berbentuk pipih atau tabular, prismatik, maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus
terhadap arah gaya. Sebagai contoh :
Mika
Tremolit-Actinolit
Hornblende
Serpentin
Silimanit
Kyanit, dan lain-lain.
2. Mineral Anti Stress
Adalah suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk
equidimensional. Sebagai contoh :
Kwarsa
Feldspar
Garnet
Kalsit
Koordierit
Selain mineral stress dan anti stress, ada juga mineral yang khas dijumpai pada batuan
metamorf antara lain :
a. Mineral khas dari metamorfisme regional : silimanit, Andalusit, Talk dll.
b. Mineral khas dari metamorfisme termal : Korundum, Grafit.
c. Mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia : Epidut, Chlorite dan
Wollastonite.
F. Dasar Klasifikasi Batuan Metamorf.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 37
a. Berdasarkan Kompisisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimia batuan metamorf dibagi menjadi :
a. Calcic metamorphic rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kaya unsur Al,
umumnya terdiri atas batu lempung dan serpih. Contoh : Batusabik, Fillit.
b. Quatrz feldspatic rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kwarsa dan
feldspar. Batuan sel umumnya terdiri atas batu pasir, batuan beku bas dan lain-lain.
Contoh : gneiss.
c. Calcareous metamorphic rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batu gamping dan dolomite. Contoh :
marmer.
d. Basic metamorphic rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi basa dan
menengah, serta tuffa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan
unsur-unsur K, Al,Fe, Mg.
e. Magnesia metamorphic rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku yang kaya akan unsur Mg.
contoh : serpentin, skiss klorit.
b. Berdasarkan Komposisi Mineral
Didasarkan pada fasies metamorfosa sehingga setiap batuan metamorf akan mempunyai
komposisi mineral spesifik. Hal ini disebabkan karena bila batuan asal mempunyai komposisi
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 38
mineral yang khas, maka akan menghasilkan batuan metamorf dengan komposisi mineral
yang khas pula (H.G.F. Winkler, 1965).
II. 6. Pengenalan Fosil
a. Pengertian
Fosil adalah sisa atau jejak atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup
dimassa lampau yang terawetkan / tertimbung secara alamiah. Menurut defenisi
tersebut, maka orang mesir tidak dapat dipandang sebagai fosil. Demikian pula
dengan peralatan-peralatan hidup manusia purba.
Batas antara massa lampau dan massa kini adalah pada awal holosen atau kira-
kira 11:000 tahun yang lalu.
b. Pengawetan Fosil
Paleontologi adalah bagian dari ilmu geologi yang menguraikan penyelidikan
dan interpretasi fosil. Ada dua penggunaan fosil yang sangat penting, yaitu :
1. Untuk menentukan umur relatif batuan.
2. Untuk menentukan keadaan lingkungan batuan dan ekologi yang ada ketiga
batuan yang mengandung fosil tersebut terbentuk.
c. Jenis-jenis Fosil
Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu :
1. Fosil tidak berubah
Semua bagian organisme atau hewan terawetkan baik yang lunak maupun yang
keras, misalnya : mammoth yang terawetkan dalam es di Siberia.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 39
2. Fosil yang mengalami perubahan, meliputi :
a Permineralisasi.
Bagian keras yang porous yang asli terawetkan tetapi beberapa unsur
mineral sekunder mengisi ruang antar sel.
b Replacement (pengantian)
Mineral sekunder menganti semua material fosil asli, contohnya kayu yang
seluruhnya terganti oleh silika di daerah wonosari.
c Rekristalisasi
Dalam proses ini setiap butiran yang sangat halus dari material asli, bagian
keras mengalami reorganisasi (penyusunan kembali).
d. Fosil Berupa Fragmen
Fosil berupa fragmen-fragmen, dan fragmen-fragmen tersebut dapat terubah
maupun tak terubah.
e. Fosil Berupa Jejak / Bekas.
Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk yang siap dikenal, sering hanya bukti-
bukti tidak langsung dari jejak fosil yang ada untuk di interpretasikan. Contoh bukti
tidak langsung :
1. Mold, Cast dan Imprint
2. Track, Trail dan Burrow
3. Coprolite
4. Fosil Kimia.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 40
II. 7. Pengenalan Peralatan Geologi Lapangan
Dalam melakukan kegiatan geologi lapangan kita memerlukan alat yang menunjang
pekerjaan tersebut. peralatan tersebut digunakan untuk mempelajari, mengumpulkan data,
dan mengambil sampelnya. peralatan tersebut antara lain :
A. Kompas Geologi
Kompas adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah
penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi
secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu
dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan,
timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka
kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah.
Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat
perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman
pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak
menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap
sebagai kompas.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 41
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 42
(Gambar 3) kompas geologi
1.1.1. Bagian Utama Kompas
Bagian utama kompas geologi adalah :
1. 1.JarumKompas
Ujung jarum kompas selalu mengarah ke kutub utara megnetik bumi biasanya diberi
tanda warna kuning.
2. Lingkaran Pembagian Derajat
Dibagi dua, yaitu kompas azimuth dan kompas kwardan.
- Kompas azimuth, mempunyai pembagian derajat, mulai dari 0 derajat (utara) sampai
360 derajat (kembali ke utara) yang ditulis berlawanan arah
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 43
jarum jam, dan pembacaannya juga demikian Kompas kwardan, mempunyai
pembagian derajat mulai dari derajat pada arah utara dan selatan sampai 90 derajat
pada arah timur dan barat. pembacaan dimulai dari arah utara atau selatan kea rah
timur atau barat sesuai kedudukan jarum kompas.
3. Klinometer
Merupakan rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur besarnya kemiringan
bidang. rangkaian alat tersebut terdiri dari Nivo tabung, penunjuk skala, busur
setengah lingkaran berskala. pada bagian atas busur bernilai 00 di tengahnya. pada
bagian tepinya bernilai 900. pada bagian bawah busur, skala bernilai 0% dan di
tengah dan 100% tepat pada 450 (tan 45=1=100%). klinometer dapat digerakkan
dengan menggerakkan tangkai di belakang kompas.
4. Pengatur Horizontal
Alatnya adalah sebuah nivo bulat yang bergandengan dengan klinometer. kedudukan
kompas horizontal bila gelembung udara tepat di tengah lingkaran.
5. Pengatur Arah
Rangkaian alatnya terdiri dari sighting arm, peep sigh, axial line, felding sight, dan
sight window. alat-alat tersebut dibantu dengan cermin. bila kompas ditembakkan ke
sasaran, semua rangkaian alat tersebut harus bearada di garis sasaran.
1.1 Peta Dasar (Base Map).
Peta dasar berguna untuk mengetahui gambaran secara garis besar terhadap daerah yang
akan kita selidiki, sehingga memudahkan penelitian lapangan baik litologi, morfologi,
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 44
struktur, dan lain-lain. Selain itu, peta dasar digunakan juga untuk menentukan lokasi dan
pengeplotan data. Umumnya peta dasar yang digunakan adalah peta topografi/ kontur.
1.2 Palu Batuan Beku
Atau disebut juga pick point, yaitu jenis palu yang berujung runcing dan umumnya
dipakai untuk jenis batuan keras. Selain digunakan untuk batuan beku, palu ini juga bias
digunakan untuk batuan metamorf.
(Gambar 4) Palu Beku
1.3 Palu Batuan Sedimen
Disebut juga chisel point, yaitu jenis yang berujung lebar seperti pahat umumnya
dipakai untuk batuan berlapis seperti sedimen.
(Gambar 5) Palu Sedimen
1.4 Lup
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 45
Lup atau kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai titik fokus
yang dekat dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di dalam titik fokus lup itu
atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil dibandingkan jarak titik fokus lup ke lensa
lup tersebut. Bayangan yang dihasilkan bersifat tegak, nyata, dan diperbesar. Lup ditemukan
oleh seorang dari Arab bernama Abu Ali al-Hasan Ibn Al-Haitham. Lup digunakan untuk
membantu mengamati batuan. lupa yang umumnya dipakai di lapangan adalah yang
pembessarannya 8 sampai 20 kali.
1.5.1 Menghitung Jarak Titik Fokus Lup
Titik fokus suatu lup menentukan perbesaran yang dihasilkan, oleh karena itu titik fokusnya
adalah besaran yang perlu diketahui (lihat juga dibawah). Dalam penggunaan sehari-hari
jarak titik fokus dari sebuah lup dapat ditentukan dengan percobaan sederhana cahaya dapat
dikumpulkan di satu titik yang berjarak tertentu dari lensa lup. Apabila cahaya mencapai
tingkat energi yang tinggi maka kertas, serpih kayu, atau lainnya dapat terbakar ketika
diletakkan di bawah lup tersebut.
Dalam hal ini cahaya dikumpulkan di sebuah titik yang disebut titik fokus atau titik api yang
sifatnya maya atau semu bukan nyata atau di belakang lensa tersebut. Metode lain yang lebih
nyata untuk menentukan jarak titik fokus atau disebut juga Autoklimasi dapat menggunakan :
persamaan gambar Newtonschen (juga dapat diturunkan dari persamaan lensa) • Metode
Bessel
• Metode Abbe
1.6 Alat Ukur
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 46
Biasanya yang dipakai adalah tali ukur atau meter (roll meter atau lipat). berukuran
dengan skala cm atau ukuran standar lainnya. dipakai untuk mengukur ketebalan lapisan,
lebar singkapan, dan lain-lain.
1.4.1 HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat,
dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara
luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat
karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal
sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun
800.
Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya
mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber,
Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.
Pada saat di lapangan, HCl digunakan untuk menguji kadar karbonat pada batuan. HCl yang
digunakan sebaiknya tidak terlalu pekat, umumnya yang dipakai adalah yang 0,1 N.
1.8 Kantong sampel
kantong sampel atau kantong contoh batuan dapat digunakan kantong plastik yang
kuat atau kantong jenis lainnya asal kuat yang dapat dipakai untuk membungkus contoh-
contoh batuan dengan alat yang baik, yaitu dengan ukuran kurang lebih 13 x 9 x 3 cm.
II.8 PENGENALAN PETA TOPOGRAFI
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 47
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya
menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta topografi biasanya terdiri
dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis
kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak
berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi.
(Gambar 6) Peta topografi dengan kontur
garis.
Pusat Informasi Peta Topografi Kanada memberikan definisi untuk peta topografi sebagai
berikut:
Sebuah peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai
keadaan alam di suatu daratan.
Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan mereka dengan jenis lain
dari peta, mereka dibedakan dari skala kecil "peta sorografi" yang mencakup daerah
besar, "peta planimetric" yang tidak menunjukkan elevasi, dan "peta tematik" yang terfokus
pada topik tertentu
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 48
Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini
menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan,
sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka
peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta
kebanyakan.
Sejarah
Secara historis, perkembangan peta topografi sebagian besar didorong oleh
kebutuhan militer. Saat ini, operasi taktis dan kegiatan tentara sedemikian kompleks sehingga
sangat penting bagi semua prajurit untuk dapat membaca dan menafsirkan peta, agar dapat
bergerak cepat dan efektif di medan perang. Pengenalan medan dapat memberikan perbedaan
nyata dalam medan pertempuran. Kemampuan membaca peta sangat di butuhkan jika ingin
memenangkan pertempuran. Tidak hanya dalam medan pertempuran, hal ini juga berlaku
untuk keperluan sipil seperti berburu, menempuh rimba, menyusur rawa, hiking,
mendaki gunung, bukit atau penggunaan lainnya dimana ketepatan navigasi darat diperlukan.
Definisi
Peta topografi adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala,
seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur
yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap
fitur dari daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat
dimengerti, peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala
1:250.000, simbol yang ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter
persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di
tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api sekitar 1.000
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 49
kaki pada tanah. Pemilihan fitur yang akan ditampilkan, serta penggambaran legenda harus
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Badan Pemetaan.
Tujuan
Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi, dan jarak,
seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan
variasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan vegetasi. Dengan kekuatan militer yang
tersebar di seluruh dunia, maka militer bergantung pada peta untuk memberikan informasi
terhadap unsur-unsur tempur dan untuk menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan
material yang harus diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan
tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan dengan menggunakan peta.
Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan peta, namun meskipun kita memiliki
peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali pengguna peta tahu bagaimana cara
membacanya.
Kebanyakan unit militer yang berwenang memiliki proyek pembuatan peta. Seperti
Direktorat Topografi Angkatan Darat di Indonesia. Kita dapat memesan peta topografi
dengan mengisi formulir untuk setiap satu lembar petanya. Misi Direktorat Topografi adalah
untuk menyediakan pemetaan, charting, dan semua dukungan geodesi untuk angkatan
bersenjata dan semua operasi keamanan nasional lainnya. Selain peta topografi, DiTopAD
juga memproduksi produk lain seperti peta tematik, peta tiga dimensi, peta foto, mozaik foto
udara dan peta yuridiksi. Semua peta topografi harus dianggap sebagai dokumen yang
memerlukan penanganan khusus. Jika peta jatuh ke tangan yang tidak sah, dapat
membahayakan.
“Peta tidak boleh jatuh ke tangan yang tidak sah.”
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 50
Peta yang dicetak di atas kertas memerlukan perlindungan dari air, lumpur, dan robek.
Bila memungkinkan, peta harus diletakkan dalam tempat yang tahan air, atau di beberapa
tempat terlindungi yang mudah digapai. Agar peta mampu bertahan lama, perawatan wajib
dilakukan. Jika kita harus menandai peta, sebaiknya menggunakan pensil. Sehingga tanda dan
garis yang kita buat dapat terhapus dengan mudah tanpa merusak, atau meninggalkan noda
dan tanda yang dapat menyebabkan kebingungan di kemudian hari. Jika margin tepi peta
harus dipotong untuk alasan apapun, maka kita wajib untuk mencatat informasi marginal
yang mungkin diperlukan kemudian, seperti data grid dan deklinasi magnetis. Perhatian
khusus harus diambil pada peta yang digunakan dalam misi taktis, terutama dalam unit kecil,
misi mungkin tergantung pada peta itu. Semua anggota dari unit tersebut harus akrab dengan
lokasi peta di setiap saat.
Kategori
Peta topografi dikategorikan berdasarkan skala dan jenis. Dan skala peta topografi
dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala kecil, menengah dan besar.
Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk perencanaan umum
dan untuk studi strategis. Peta skala kecil standar memiliki skala 1:1.000.000. Peta ini
meliputi area yang sangat besar dengan mengorbankan detail.
Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari 1:75.000
digunakan untuk perencanaan operasional. Peta ini mengandung detail dengan jumlah
sedang. Peta skala menengah standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala
1:100.000.
Besar. Peta dengan skala 1:75.000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan taktis,
administrasi, dan logistik. Peta jenis inilah yang sering ditemukan dan digunakan pihak
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 51
militer. Peta skala besar standar 1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan skala
1:25.000.
Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika beroperasi di
tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-produk peta belum diproduksi
untuk mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi kita, atau mungkin tidak tersedia untuk
unit kita ketika kita membutuhkannya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan
peta yang diproduksi oleh pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk
akurasi yang ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan
yang ditemukan pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat berbeda.
Standar akurasi peta topografi adalah derajat yang sesuai dengan posisi horizontal dan
vertikal yang mewakili nilai-nilai di peta dengan suatu standar yang ditetapkan. Standar ini
ditentukan direktorat terkait berdasarkan kebutuhan pengguna.
II.9 PENGENALAN GEOLOGI STRUKTUR
Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan
permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.
Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada
studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga
dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan
geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu
dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu
pembentukan struktur tersebut.
Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses
geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur
internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 52
Struktur geologi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Struktur primer, adalah struktur yang dibentuk bersamaan dengan terbentuknya
batuan tersebut.
Contoh
- Struktur pelapisan, misalnya laminasi, columnar joint, gradded bedding, cross
bedding, planar bedding, riple maks.
- Struktur sedimen, misalnya load cast, flute cash, mud crack, bioturbasi, dan
sebagainya.
2. Struktur sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah terjadi pengendapan batuan.
Struktur ini merupakan deformasi akibat adanya gaya – gaya yang berasal dari dalam
bumi yang menimpa batuan, sehingga batuan menjadi retak – retak, terlipat, bergeser
dari kedudukan semula.
Hal ini sipengaruhi oleh :
a. Arah dan kekuatan yang bekerja pada batuan
b. Sifat fisik batuan, misalnya kekompakan, kekerasan, plastisitas
c. Perubahan batuan oleh pengaruh kimia.
Struktur geologi yang banyak diungkap berperan pada bencana geologi adalah kekar
dan sesar. Kekar (joint) secara sederhana dikatakan sebagai rekahan berbentuk teratur pada
masa batuan yang tidak menampakkan (dilihat dengan mata telanjang) telah terjadi
pergeseran pada kedua sisi-sisinya.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 53
(Gambar 7) Kekar dan sesar dari wikipedia
Secara umum dibedakan menjadi empat (McClay, 1987), yaitu kekar tarik (rekahan yang
membuka akibat gaya ekstensi yang berarah tegak lurus terhadap arah rekahan), kekar gerus
(biasanya berpasangan merupakan suatu set dan lurus, terdapat pergeseran yang diakibatkan
oleh gaya kompresi), kekar hibrid (berkenampakan sebagai kekar gerus yang membuka,
kombinasi antara kekar gerus dan kekar tarik), dan kekar tarik tak beraturan (arah kekar tak
beraturan, sering merupakan akibat hydraulic fracturing). Kehadiran kekar pada batuan dapat
meningkatkan porositas batuan, sehingga mampu menyimpan air (sebagai aquifer) ataupun
hidrokarbon (seabagai reservoir), sebaliknya juga memperlemah kekuatan batuan.
Kehadiran kekar di dekat permukaan juga dapat mempercepat proses pelapukan batuan.
Sesar / patahan (fault) yang dikenal juga sebagai patahan adalah rekahan pada masa batuan
yang telah memperlihatkan gejala pergeseran pada ke dua belah sisi bidang rekahan
(Simpson, 1968). Berdasar kinematikanya, secara garis besar, dibedakan menjadi sesar turun,
sesar naik, dan sesar geser. Sesar yang dimaksud adalah pergeseran yang disebabkan oleh
gaya tektonik.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 54
(Gambar 8) sesar,
wikipedia indonesia
Jenis sesar berdasarkan aktivitasnya Berkaitan dengan dinamika kerak bumi dan rentang
waktu geologi yang panjang, kehadiran sesar dapat dibedakan menjadi sesar mati dan sesar
aktif. Sesar mati adalah sesar yang sudah tidak (akan) bergerak lagi, sedangkan sesar
aktif adalah sesar yang pernah bergeser selama 11.000 tahun terakhir dan berpotensi akan
bergerak di waktu yang akan datang (Yeats, Sieh & Allen, 1997). Sesar aktif dikenal pula
sebagai bagian dari peristiwa gempa bumi. Peristiwa gempa bumi bisa menimbulkan sesar di
permukaan (surface faulting) sebagai kemenerusan apa yang terjadi di dalam kerak bumi
(Scholz, 1990) ataupun tidak menghasilkan sesar di permukaan. Hal ini tampak jelas seperti
apa yang terjadi pada gempa bumi di Liwa pada tahun 1994 yang memberikan sesar di
permukaan (Pramumijoyo & Natawidjaja, 1994) dan di Yogyakarta tahun 2006 yang tidak
jelas kenampakannya di permukaan, yang keduanya merupakan sesar geser. Demikian juga
peristiwa gempa bumi di Aceh tahun 2004, telah terjadi pensesaran naik di dasar laut,
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 55
sehingga mampu membangkitkan gelombang pasang tsunami yang mengakibatkan ratusan
ribu korban jiwa dan kehancuran pemukiman di beberapa kota.
Panjang, lebar dan pergeseran suatu sesar tektonik saat gempa bumi sangat bervariasi. Di
Amerika dilaporkan bahwa pergeseran sesar bisa mencapai lebih dari 20 kaki, panjang
pensesaran bisa mencapai lebih dari 200 mil dengan lebar zona pensesaran bervariasi dari 6
sampai dengan 1000 kaki dan zona pensesaran ini bisa mencapai jarak 3 mil dari sesar
utamanya (Hays, 1981).
Saat gempa bumi Liwa 1994, ditemui beberapa kerusakan rumah akibat tanah
longsor sebagai peristiwa penyerta gempa bumi. Di samping itu dilaporkan bahwa
sebuah rumahyang dilewati suatu rekahan/sesar sepanjang 300 m dengan pergeseran kurang
dari 5 cm, telah roboh, sedangkan bangunan di sampingnya dengan bahan dan konstruksi
serupa yang tidak dilewati rekahan tidak mengalami kerusakan sama sekali (Pramumijoyo &
Natawidjaja, 1994).
II.10 PENGENALAN GEOMORFOLOGI DAN FOTO UDARA
Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi
sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-
material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan
pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara
vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh
pergerakanpergerakan pada kerak bumi. Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak
diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau
bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur,
proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai strukturstruktur yang
diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Proses-proses
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 56
yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan,
dan sifat-sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui
tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age).
Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap
dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan
jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak
lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang
mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian
muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan)
geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus
Geomorfik. Gambar Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan bumi
(landform). Dari (As/dD) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai dengan tua
Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme,
uniformiaterianisme, dan evolusi.
1. Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi
terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.
2. Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup
berjalan
sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang sekarang,
bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa
sekarang, dan seterusnya (JamesHutton dan John Playfair, 1802).
3.Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan
membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 57
A. PROSES-PROSES GEOMORFIK
Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-
proses perubahan muka bumi.Secara umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :
1) Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.
2) Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.
3) Akibat organisme (termasuk manusia)
b. Proses-proses hipogen (endogenetik)
1. Diastrophisme (tektonisme)
2. Vulkanisme
c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.
A.1. Proses Gradasional
stilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury (1904)
yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir menjadi level yang
baru.Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan
level yang lebih rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi). Tiga proses
utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :
1. Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi
di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis.Dalam proses ini belum termasuk
transportasi.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 58
2. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu massa
batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air mempunyai
peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media transportasi.
3. Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh
suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi sebagai
bagian dari proses transportasi. Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional
sebagai berikut landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang
besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods,
slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada
ukuran halus dengan slope yang kecil).
A.1.1. PelapukanBatuan
Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis dan akan
tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses destruktif, antara
lain :
1. Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan; kerja
tumbuh – tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya
2. Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi,
karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh
suhu dan kelembaban yangtinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :
1. Jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 59
2.Kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau
berubah-ubah.
3.Kehadiran dan kelebatan vegetasi
4.Kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan
A.1.2. Perpindahan massa (mass wasting)
Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris (material
hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah dapat berjalan sangat
lambat hingga cepat. Menurut olehSharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan
terjadinya perpindahan masa adalah :
Faktor-faktor pasif
1. Faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material
2. Faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau
permeabel- impermeabelnya lapisan
- Faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi
- Faktor topografi : slope dan dinding (tebing)
- Faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan
- Faktor organik : vegetasi
- Faktor-faktor aktif :
1. Proses perombakan
2. Pengikisan lereng oleh aliran air
3. Tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 60
A.2. ProsesDiastromisme dan Vulkanisme
Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau endapan karena
gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi. Proses-proses diastropik
dapat dikelompokkan
menjadi 2 tipe yaitu :
1. Orogenik (pembentukkan pegunungan)
2. Epirogenik (proses pengangkatan secara regional). Vulkanisme termasuk pergerakan dari
larutan batuan (magma) yang menerobos ke permukaan bumi. Akibat dari pergerakan (atau
penerobosan) magma tersebut akan memberikan kenampakan yang muncul di permukaan
berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds (lipatan berbentuk dome) akibat
terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada batuan di atasnya menjadi tidak
tampak lagi atau telah terubah.
PENERAPAN GEOMORFOLOGI SEBAGAI SALAH SATU ALAT
DALAM EKSPLORASI
Sebelum pelaksanaan kegiatan (survei) lapangan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu
pengenalan bentang alam (landform) melalui analisis foto udara atau analisis peta topografi
(berdasarkan pola kontur). Kegiatan ini akan sangat membantu untuk memberikan gambaran
(interpretasi awal) tentang sejarah geologi, struktur, dan litologi regional daerah yang akan
diobservasi. McKinstry (1948) dalam tulisannya membahas tentang penggunaan petunjuk
geomorfik dalam
pekerjaan eksplorasi, dan mengelompokkan tiga petunjuk dalam pencarian endapan
mineral, yaitu :
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 61
1. Beberapa endapan mineral akan memperlihatkan suatu bentuk topografi yang khas.
2. Topografi suatu daerah dapat memberikan suatu struktur geologi dimana suatu endapan
mineral dapat terakumulasi.
3. Dengan mempelajari sejarah geomorfik suatu daerah memungkinkan untuk dapat
memperkirakan kondisi-kondisi fisik dimana mineral-mineral terakumulasi atau terkayakan.
Tidak semua tubuh bijih mempunyai ekspresi permukaan (topografi) yang khas, namun ada
beberapa diantaranya dapat diprediksikan dari kenampakan permukaan (topografi) seperti
singkapan bijih, gossan, atau mineral-mineral residual, serta kenampakan struktur geologi
seperti fractures, sesar, dan zona-zona breksiasi. Sebagai contoh : sebaran Pb-Zn di Broken
Hill Australia membentuk suatu punggungan yang menyolok, urat-urat kuarsa masif
diSantaBarbaraMeksiko memperlihatkan bentuk
yang menyolok karena cenderung lebih resistan terhadap pelapukan dari batuan-batuan di
sekitarnya. Menurut Schmitt (1939), ekspresi topografi merupakan suatu akibat dari laju
oksidasi, termasuk daya tahannya terhadap pelapukan dan erosi.
Pada endapan residual, konsep-konsep geomorfologi yang dapat diterapkan antara lain
:
- Pelapukan dan erosi merupakan proses yang mutlak dan selalu terjadi di muka bumi.
- 3.Hasil pelapukan suatu batuan mungkin dapat menghasilkan suatu konsentrasi
endapan mineral ekonomis.
- Produk dari tahap akhir siklus morfologi pada umumnya tertinggal membentuk suatu
endapan residual yang insitu.
- Tahapan-tahapan awal dari siklus geomorfik pada umumnya bersifat mengikis,
mengerosi, tertransport, dan terendapkan pada suatu tempat. Sedangkan pada endapan
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 62
placers (residual, kolovial, eluvial, aluvial, dan endapan pantai), konepkonsep
geomorfologi yang dapat diterapkan antara lain ; masing-masing tipe endapan placers
merupakan hasil dari siklus geomorfik yang terbatas, dan diendapkan pada kondisi
topografi tertentu, dan mempunyai ekspresi topografi yang khas.
PENGENALAN FOTO UDARA
A. Pendahuluan
Foto udara merupakan foto permukaan bumi (termasuk obyek benda yang berada di
permukaannya), yang diperoleh dari pesawat udara, termasuk disini pesawat terbang,
balon dan satelit. Geologi citra pengindraan jauh (remote sensing geology adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari geologi dengan menggunakan citra (image) hasil dari
penginderaan jarak jauh (remote sensing). Termasuk dalam pengertian ini adalah
mempelajari geologi dengan menggunakan foto udara.
Keuntungan menggunakan citra penginderaan jauh dalam bidang pekerjaan geologi antara
lain :
1. Menghemat biaya
2. Penggunaan waktu lebih efisien
3. Foto udara memberikan pandangan tiga dimensi secara langsung dari permukaan
bumi, sehingga memberikan kenampakan yang lebih baik mengenai kondisi geologi,
yaitu mengenai struktur geologi, penyebaran batuan, geomorfologi serta tataguna lahan
suatu daerah penelitian.
B. Macam – macam Citra Penginderaan Jauh
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 63
Macam penginderaan jauh dibagi menjadi dua yaitu foto dan citra non foto.
1. Citra foto, yaitu citra yang diperoleh dengan menggunakan alat penginderaan berupa
kamera. Citra foto dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan : spektrum
elektromagnetik, kedudukan sumbu kamera, sudut medan pandang kamera dan jumlah
lensa atau jumlah kameranya.
2. Citra non foto, yaitu citra yang telah diperoleh dengan menggunakan alat
penginderaan bukan kamera dan umumnya menggunakan spektrum radar, bagian
spektrum tampak mata dan merah infra thermal. Dalam bidang geologi, citra
penginderaan jauh non foto yang umumnya digunakan misal : Citra SLAR, citra
LANDSAT, citra merah Infra Thermal, citra SIR-A dan SIR-B.
C. Pencitraan Foto Udara
Merupakan pencitraan suatu daerah yang dilakukan dari dua kedudukan pesawat yang
berlainan akan menghasilkan dua foto yang saling bertampalan (overlap). Apabila sepasang
foto yang bertampilan (foto pair) tersebut terlihat dengan streoskop, maka akan tampak citra
daerah yang bersangkutan dalam bentuk dimensi. Kenampakan tiga dimensi ini dikenal
istilah stereomodel. Setereomodel sangat penting untuk tujuan pemetaan geologi maupun
penelitian lainnya yang mempergunakan foto udara. Pertampalan depan biasanya dibuat
sebesar ± 60%. Bila tampalan dari 50%, maka terdapat daerah yang tidak terfoto dua kali.
Sehingga tidak dapat terlihat meruang atau tiga dimensi. Bila pertampalan depan lebih dari
60% maka terlalu banyak foto yang dihasilkan untuk suatu daerah tertentu, sehingga terlalu
boros dalam pembiayaan pencitraan.pertampalan samping umumnya dibuat ± 20 – 30%
sehingga tidak ada daerah yang tidak terekam serta berfungsi untuk pembuatan mosaik.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 64
D. Faktor – faktor Interpretasi Foto Udara
Ada dua faktor interpretasi, yaitu :
1. Unsur dasar pengenalan citra, adalah tanda – tanda yang karateristik untuk benda –
benda tertentu, sehingga memumngkinkan pengamat mengenal benda tersebut,
yang meliputi :
a. Rona
b. Tekstur
c. Pola
d. Hubungan dengan keadaan sekitar
e. Bentuk
f. Ukuran
g. Bayangan
2. Unsur – unsur penafsiran geologi, adalah gejala alam yang terlihat pada foto udara,
yang memberikan kemungkinan kepada orang untuk mengetahui keadaan geologi
suatu daerah. Gejala alam ini akan memberikan keterangan geologi yang berlainan
pada setiap orang, dan penafsiran ini bersifat subyektif. Makanya banyak orang
lihat makin banyak yang diungkapkan, dan keterangan geologi akan makin
obyektif. Unsur ini dibagi menjadi :
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 65
a. Relief
b. Pola penyaluran
c. Tumbuhan tertutup
d. Kebudayaan
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 66
BAB III
PRAKTIKUM LAPANGAN
III.1 LOKASI, WAKTU, DAN DAERAH
Lokasi Praktikum Lapangan
Daerah : Bayat
Desa : Tanjung
Kecamatan : Gedang Sari (Bayat)
Kabupaten : Gunung Kidul
Provinsi : DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta)
Waktu Pelaksanaan Praktikum
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 Desember 2011
III.2 GEOLOGI REGIONAL
Kondisi Umum Kecamatan Bayat
Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara
umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus
Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area
Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan
wilayah Pegunungan Selatan (Southern Mountains).
Kondisi Statigrafi Regional
Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa
filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk batuan malihan hingga
saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah
didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 67
konglomerat yang menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang
menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping Eosen),
maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.
Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir yang tidak
garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di atasnya tertutup oleh
batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang melimpah dan bagian atasnya
diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina, menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan
forminifera besar ini bersarna dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan
di dalam batu lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas.
Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya,
batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku menengah
bertipe dioritik.
Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang terletak di
bagJn timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike. Singkapan batuan beku di
Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke
arah selatan. Batuan beku ini secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping
yang masih mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike!
intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta
tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang menfsirkan
bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/ neck dari gunung api Oligosen.
Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di Perbukitan Jiwo masih
memerlukan kajian yang lebih hati-hati.
Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan
oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir oligosen. Proses erosi
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 68
terse but telah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode
transgresi dan menghasilkan pengendapan batu garnping dimulai pada kala Miosen Tengah.
Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo
yang tersingkap lenih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan
sekitarnya).
Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi Wungkal-
Gampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan Pegunungan Baturagung
di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastik-marin yang dicirikan turbidit dan
sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-
perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah
Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.
Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir. Pengangkatan
yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan Jiwo berubah menjadi
daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari gunung api Merapi yang masih
aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan aluvial terutama di sebelah utara dan barat
laut dari Perbukitan Jiwo.
Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :
Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur Oligosen
(N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.
Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian bawah (N4), terdiri
dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.
Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan lempung dan batu
pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah meJ1iari dengan Formasi Nglanggran.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 69
Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan breksi aliran. Dari
puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari akan dijumpai Formasi
Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan Formasi Kepek.
III.3 HASIL DESKRIPSI BATUAN, MORFOLOGI, DAN STRUKTUR GEOLOGI
Pos 2
Di desa Tanjung, Kec.Gedang Sari, Kab.Gunung Kidul, Bayat, Prov DIY
Tujuan : Geomorfologi
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 Desember 2011
Cuaca : cerah berawan
Vegetasii : sedang (mangga, pisang, jati)
Morfologi : perbukitan (bergelombang kuat)
Litologi : Batuan sedimen
Lokasi : Desa Tegal Rejo (Bukit Jabalkat 3230)
Pos 3
Di desa Tanjung, Kec.Gedang Sari, Kab.Gunung Kidul, Bayat, Prov DIY
Tujuan : Petrologi
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 Desember 2011
Cuaca : Cerah berawan
Waktu : 15:00 WIB
Vegetasi : Sedang (bambu, jati, mindi)
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 70
Litologi : Batu Sedimen (Klastik)
Hasil deskripsi Batuan
Warna segar : abu – abu
Warna lapuk : coklat kekuningan
Struktur
Perlapisan : >1cm bentuk tebal beda
Laminasi : <1cm bentuk tebal sama
Masif : kompak padat
Tekstur
Bentuk butir : menyudut, menyudut tanggung
Ukuran butir : membulat tanggung
Sortasi : keseragaman butir (baik) = tertutup, (buruk) = terbuka
Kemas : tertutup
Komposisi
Fragmen lebih besar daripada matrik
Matrik lebih kecil daripada fragmen
Semen : karbonat, silika(cerah), oksida(gelap)
Genesa : Batu yang sudah tertransport jauh dari sumber sehingga butiran halus
Nama batuan : batu lempung
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 71
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 KESIMPULAN
Geologi adalah studi tentang bagian bumi yang bisa diakses secara langsung melalui
suatu observasi maupun secara hipotesis guna rekonstruksi sejarah bumi, termasuk
didalamnya studi proses – proses yang bekerja (Foucault dan Baoult, 1988).
Studi batuan : - Petrologi
- Mineralogi
Proses : - Sedimentologi
- Struktur geologi
- Stratigrafi
- Geomorfologi
Geologi struktur : mempelajari bagian kulit bumi atau batuan sebagai hasil proses
deformasi (terjadi karena gaya dan pergerakan didalam bumi).
Tektonik : mempelajari tentang bangun yang lebih luas, gabungan
kenampakan struktur atau deformasi secara regional evolusinya (misal :
proses pembentukan cekungan, rangkaian pegunungan, lautan, samudra,
dll).
Bagian – bagian penyusun bumi :
- inti bumi (core)
- Mantel (mantle)
- Kerak (crush)
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 72
IV.2 SARAN
Diharapkan untuk lebih sering dilakukannya proses praktikum lapangan agar praktika
lebih mengenal lapangan geologi sesungguhnya, karena seorang geologis sejatinya lebih
banyak berada dilapangan karena itu dibutuhkan banyak pengalaman praktik daripada teori,
juga diharapkan peningkatan mutu pembelajaran dengan metode yang bervariasi agar tidak
bosan saat proses pembelajaran.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 73
DAFTAR PUSTAKA
Asikin sukendar,1978,Dasar-dasar geologi struktur,Departemen teknik Geologi,ITB
Bandung
Geologi Fisik (Buku Petunjuk Praktikum).Penerbit : Fakultas Teknik Geologi IST
“AKPRIND”Yogyakarta.
Geologi Dasar (Buku Petunjuk Praktikum).Penerbit : Fakultas Teknik Geologi UPN
“Veteran” Yogyakarta.
http://id.wekipedia.org/wiki/Geologi _Lapangan
http://id.wekipedia.org/wiki/Batuan _Metamorf
http://id.wekipedia.org/wiki/Batuan _Asal Sedimentasi
http://id.wekipedia.org/wiki/Peta _Topografi
http://id.wekipedia.org/wiki/Bivalvia
http://id.wekipedia.org/wiki/Struktur _Geologi
http://id.subscripe.org/scr/Jenis _Mineral
Ir. Suprapto, Dr. Ir. C. Daniswara, Msc dan Ir. Firdaus, M., 1994, Kristalografi dan
Mineralogi, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Mulyo Agung, 2004. Pengantar ilmu kebumian.CV.Pustaka Setia Bandung
Suharwanto,1993.Buku Panduan Praktikum Petrografi, Laboratorium
Petrologi,UPN“Veteran”Yogyakarta.
Mulyo, Agung, 2004. “ Pengantar Ilmu Kebumian “, Penerbit CV. Pustaka Setia Bandung.
Sukandarrumidi, 1995. Bahan baku batu mulia.
Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta
2012 74