Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

108
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Geologi merupakan ilmu yang mempelajari, menyelediki dan menganalisa struktur lapisan yang berada di permukaan bumi. Selain itu geologi juga mempelajari tentang, sifat fisik bumi, proses-proses yang terjadi dipermukaan dan di kerak bumi, tentang evolusi dan benda ruang angkasa. Dalam peranannya sebagai ilmu bumi, pastilah mengetahui seluk beluk aktivitas bumi dimana bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen, yang berpotensi besar merubah bentang-bentang alam dan roman muka bumi. Dengan begitu kompleksnya ilmu yang dipelajari dalam geologi mengenai bumi hendaknya seorang geologis mampu menganalasis secara detail mengenai dinamika bumi yang begitu kompleks dan selalu berubah-ubah tidak menentu. Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta 2012 1

Transcript of Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Page 1: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Geologi merupakan ilmu yang mempelajari, menyelediki dan menganalisa

struktur lapisan yang berada di permukaan bumi.

Selain itu geologi juga mempelajari tentang, sifat fisik bumi, proses-proses yang

terjadi dipermukaan dan di kerak bumi, tentang evolusi dan benda ruang angkasa.

Dalam peranannya sebagai ilmu bumi, pastilah mengetahui seluk beluk aktivitas

bumi dimana bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga endogen dan

tenaga eksogen, yang berpotensi besar merubah bentang-bentang alam dan roman muka

bumi.

Dengan begitu kompleksnya ilmu yang dipelajari dalam geologi mengenai bumi

hendaknya seorang geologis mampu menganalasis secara detail mengenai dinamika

bumi yang begitu kompleks dan selalu berubah-ubah tidak menentu.

II. Maksud dan Tujuan

Maksud :

Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geologi Dasar di Jurusan Teknik Geologi,

Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta.

Tujuan :

Agar para mahasiswa dapat memahami, menghayati kemudian dapat menerapkan ilmu

geologi secara baik dan benar di berbagai aspek disiplin ilmu kebumian.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 1

Page 2: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

BAB II

DASAR TEORI PRAKTIKUM

II. 1. Pendahuluan

Geologi dasar adalah salah  Ilmu yang mempelajari tentang bumi,

komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.

Dalam peranannya dapat pula mengetahui seluk-beluk aktivitas bumi, dimana

bumi selalu dikontrol oleh dua tenaga besar yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen

yang berpotensi besar dalam merubah bentang alam serta roman muka bumi.

II. 2. Pengenalan Mineral dan Batuan

Mineral merupakan benda padat yang terbentuk secara alamiah (anorganik),

homogen, dan mempumyai komposisi kimia terntentu. Batuan adalah sekumpulan

mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan

lithosphere di bumi terdiri dari batuan.

Berdasarkan klasifikasinya mineral dibagi menjadi dua yaitu sifat fisik dan

kimia.

Klasifikasi sifat fisik mineral, meliputi:

Kilap

Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat

terkena cahaya (Sapiie, 2006)

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 2

Page 3: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:

a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau

kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam: Gelena,

Pirit, Magnetit, Kalkopirit, Grafit, Hematit

b.    Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.

Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.

Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya

terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes,

alkanolit, dan gips.

Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada

spharelit.

Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada

serpentin,opal dan nepelin.

Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit

dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat

dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan

membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 3

Page 4: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas

(Danisworo 1994).

Warna

Warna penting untuk membedakan warna untuk mineral akibat pengotoran

dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut. Warna

mineral yang tetap dan tertentu karena elemen – elemen utama pada mineral disebut

Idiochromatic.

Misal : Sulfur warna kuning

Magnetite warna hitam

Pyrite warna kuning loyang

Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga

membuat warna berubah – ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama

Allochromatic.

Misal : Halite, warna dapat berubah – ubah :

- Abu – abu

- Biru bervariasi

- Kuning

- Coklat gelap

Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah –

ubah menjadi :

- Violet (amethyst)

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 4

Page 5: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

- Merah muda

- Coklat hitam

Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral

disebut dengan nama Chromophores.

Misal : ion – ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophores dalam

mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :

a. Komposisi kimia

Misal : Chlorite – hijau.........................chloro (greek)

Albite – putih............................albus (latin)

Melanite – melas.......................melas (greek)

Erythrite – merah......................erythrite (greek)(sel darah merah)

Rhodonite – merah jambu.........radon (greek)

Warna di atas berdasarkan warna mineral.

b. Struktur kristal dan ikatan atom

Misal : Polymorph dari Carbon – C

Intan – tak berwarna – isometrik

Graphite – hitam – hexagonal

c. Pengotoran dari mineral

Misal : Silika tak berwarna

Jasper – merah

Chalsedon – coklat hitam

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 5

Page 6: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Agate – asap/putih

Kekerasan

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral

dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard.

Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan

mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat

oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10

skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

Skala Kekerasan Mohs

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc H2Mg3 (SiO3)4

2 Gypsum CaSO4. 2H2O

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 6

Page 7: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2

6 Orthoklase K Al Si3 O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO3O8

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 7

Page 8: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan

kekerasan dari alat penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan

Mohs

Kuku manusia 2,5

Kawat Tembaga 3

Paku 5,5

Pecahan Kaca 5,5 – 6

Pisau Baja 5,5 – 6

Kikir Baja 6,5 – 7

Kuarsa 7

Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat

diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 8

Page 9: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama

dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya

tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :

Pirit :  Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan

jejak berwarna hitam.

Hematit :  Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan

jejak berwarna merah kecoklatan.

Augite :  Ceratnya abu-abu kehijauan

Biotite :  Ceratnya tidak berwarna

Orthoklase  :  Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,

sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).

Belahan

Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih

arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang

oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi

bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai

istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat

atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila

terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 9

Page 10: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang

tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan

teratur (Danisworo, 1994).

Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah

belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan.  Berikut contoh mineralnya:

a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.

b. Belahan dua arah, contoh   : feldspar.

c. Belahan tiga arah, contoh    : halit dan kalsit.

Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak

teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari

sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak

halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan

memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan

pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.

Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,

hipersten

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 10

Page 11: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,

contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.

Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang

kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.

Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan

runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan

oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut

mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf

(Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

a. Bangun kubus : galena, pirit.

b. Bangun pimatik                  : piroksen, ampibole.

c. Bangun doecahedon         : garnet

d. Mineral amorf misalnya : chert, flint.

Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering

mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi

sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 11

Page 12: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral

dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:

Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang

mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya

dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan

mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut

mempunyai sakaroidal.

Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut

begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur

berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-

jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.

Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-

individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran

dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.

Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.

Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.

Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk

pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 12

Page 13: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

BERAT JENIS

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang

umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut

terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam

keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di

dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama

dengan volume butir mineral tersebut.

SIFAT DALAM

Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,

menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah

Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,

kalsit, pirit.

Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas,

tembaga.

Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh

gypsum.

Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan

sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.

Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah

dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 13

Page 14: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

KEMAGNITAN

Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan

sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti

magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic,

dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral

mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah

magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila

benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita

lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis

vertical.

KELISTRIKAN

Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus

atau londuktor dan tidak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi

istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-

batas tertentu.

DAYA LEBUR MINERAL

Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan

dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat

keleburan.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 14

Page 15: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

II.3 PENGENALAN BATUAN BEKU

A. Pengertian

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair, pijar, yang

dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada ketiga patokan

utama yaitu berdasarkan genetik batuan, senyawa kimia yang terkandung, dan susunan

mineraloginya.

Pembagian yang didasarkan pada genetik atau tempat terjadinya batuan beku dapat

dibagi atas :

a. Batuan ekstrusif, terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi

baik didarat maupun dibawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat,

ada yang bersifat encer atau bersifat kental dan panas, bisa disebut lava.

b. Batuan intrusif sangat berbeda dengan batuan ekstrusif. Tiga prinsip tipe bentuk

intrusif batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :

Bentuk tidak beraturan pada umumnya diskordan dan biasanya memiliki bentuk

yang jelas dipermukaan (batholite dan stock).

Intrusi berbentuk tabular, terdiri dari dua bentuk berbeda yang mempunyai

bentuk diskordan dan disebut korok/dyke, dan yang berbentuk konkordan

diantaranya sill dan lakolit.

Tipe ketiga dari intrusif relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas dari

group ini adalah intrusif silinder atau pipa.

A.1. Pengertian Magma

Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat

mobile, bersuhu antara 900°-1200° atau lebih dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 15

Page 16: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

selubung bumi bagian atas (F.F.Grotus, 1974; Tumer dan Verhoogen 1960, H. Williams,

1962).

Bunsen (1951, W.T. Huang) mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis magma primer

yaitu basaltis dan granites, dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini

yang kemudian mempunyai komposisi lain.

Dally 1933, Winkler (Vide W.T. Huang, 1962) berpendapat lain yaitu magma asli

(primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi

magma bersifat lain. Magma basa bersifat encer (viskositas rendah) kandungan unsur kimia

berat, kadar H+, OH- dan gas tinggi sedangkan magma asam sebaliknya.

A.2. Evolusi Magma

Sekurang-kurangnya genesa batuan beku, vulkanik maupun plutonik ditinjau dari tiga

aspek yaitu :

Faktor yang memerikan bagaimana dan dimana larutan bergenerasi didalam selubung

atau pada kerak bumi bagian bawah.

Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik ke permukaan.

Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi.

Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai

berikut :

Hibridisasi adalah pembentukan magma yang baru karena percampuran dua magma

yang berlainan jenisnya.

Sinteksis adalah pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan

samping.

Anateksis adalah proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman

yang sangat besar.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 16

Page 17: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami diferensiasi magmatik.

Diferensiasi magmatik ini meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal

yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi yang berbeda.

A.3. Reaksi Bowen seri dari mineral utama pembentuk batuan beku

Seri reaksi bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan kristalisasi dari

mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian. Mineral-mineral tersebut dapat

digolongkan dalan dua golongan besar yaitu :

Golongan mineral hitam atau mafic mineral.

Golongan mineral putih atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana itu tidak langsung semua membeku, tetapi

mengalami penurunan temperature secara perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan

temperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu

yang sesuai dengan temperaturnya. Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan

temperatur telah disusun oleh Bowen. Bowen telah membuat sebuah tabel pembentukan

mineral dan tabel tersebut sangat berguna sekali dalam menginterpretasikan mineral-mineral

tersebut.

Sebelah kiri mewakili mineral mafic, yang pertama kali terbentuk dalam temperature

sangat tinggi adalah olivine. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2, maka

piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivine dan piroksen adalah pasangan

Ingcongruant Melting dimana setelah pembentukannya olivine akan bereaksi dengan larutan

sisa membentuk piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan

sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah biotite, ia terbentuk

dalam temperatur yang rendah.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 17

Page 18: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok plagioklas, karena mineral ini

paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali

terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro

atau Basalt. Andesite terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit

atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albite, mineral ini

banyak tersebar pada batuan asam seperti Granit atau Ryolite. Reaksi berubahnya komposisi

Plagioklas ini merupakan deret Solid-Solution yang merupakan reaksi kontinu, artinya

kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam

hal ini anorthite adalah jenis plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Calcic Plagioklas,

sedangkan albite adalah Plahioklas kaya Na (Sodic plagioklas/Alkali Plagioklas). Lihat tabel

W.T. Huang bagian bawah.

Mineral sebelah kanan dan kiri bertemu pada mineral potassium Feldspar dan mineral-

mineral Muscovite dan terakhir sekali mineral Kwarsa, maka mineral kwarsa merupakan

mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau Mafic dan sebaliknya mineral

yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali

berubah menjadi mineral lain.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 18

Page 19: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 19

Page 20: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

(Gambar 1)Skema yang menunjukkan seri reaksi Bowen (vide H. Williams, 1982)

II.4 BATUAN SEDIMEN

A. Pengertian

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi bahan rombakan asal,

maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme. Batuan

sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan dari beberapa

centimeter sampai kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan

beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Dibanding

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 20

Page 21: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan

sedimen hanya merupakan 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari

jumlah 5% ini, batu gamping adalah 80%, batu pasir 5% dan batu lempung kira-kira 80%.

Penggolongan dan Penamaan

Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para

ahli, baik berdasarkan genetik maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan

(Pettijohn 1975 dan W.T. Huang, 1962) :

a. Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan

kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,

metamorf dan sedimen itu sendiri. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari

pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju

suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen mengalami

diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah

suatu sedimen, selama dan sesudah lithifikasi ini merupakan proses yang mengubah suatu

sedimen menjadi batuan keras.

Kompaksi sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat

beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu

dengan yang lain menjadi rapat.

Sementasi

Yaitu turunnya material-material diruang antar sedimen dan secara mengikat butir-

butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan

larutan (permeabilitas relative) pada ruang antar butir makin besar.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 21

Page 22: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari

pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya. Rekristalisasi

umumnya terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

Autigenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik, sehingga adanya mineral

tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum

diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorite, illite dan lain-lain.

Metasomatisme

Yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan

volume asal. Contoh : dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat

atau fosil.

b. Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil

kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi

organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang

terpresipitasi dan replacement).

B. Pemerian Batuan Sedimen Klastik

Pemerian batuan sedimen klastik terutama disasarkan pada tekstur, komposisi mineral

dan struktur.

b.1 Tekstur

Adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta

susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen dan masih adanya

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 22

Page 23: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

rongga diantara butirnya. Pembentukannya dikontrol oleh media dan cara transportasinya

(Jackson, 1970, Reineck dan Singh, 1975). Pembahasan tekstur meliputi :

1. Ukuran butir

Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth, 1922 adalah sebagai berikut :

Nama butir Besar butir (mm)

Bongkah 256-64

Brakal 64-4

Krakal 4-2

Pasir sangat kasar 2-1

Pasir sedang 1-1/2

Pasir halus 1/2 -1/4

Pasir sangat halus 1/4 -1/8

Lanau 1/16-1/256

Lempung 1/256

2. Pemilahan

Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun sedimen, artinya bila

semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin baik. Dalam

pemilahan dipakai batasan-batasan sebagai berikut :

Pemilahan baik (well sorted)

Pemilahan sedang (moderate sorted)

Pemilahan buruk (poorly sorted)

3. Kebundaran

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 23

Page 24: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingya butiran dimana sifat ini hanya

bisa diamati pada batuan sedimen klasik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk

batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari

bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut :

1) Well rounded (membulat baik) : semua permukaan konveks hampir

equidimensional, spheroidal.

2) Rounded : pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi-

tepi butiran bundar.

3) Subrounded : permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang

membundar.

4) Sunangula : permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.

5) Angular : permukaan konkal dengan ujungnya yang tajam.

4. Kemas (Fabric)

Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :

a. Kemas terbuka : butiran tidak saling bersentuhan (mengambang didalam matriks).

b. Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lainnya.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 24

Page 25: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

(gambar 2) Sortasi batuan sedimen

b.2 Struktur

Struktur sedimen meripakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan sedimen

yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentukannya.

Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses

pengendapan (Pettijohn & Potter, 1964; koesoemadinata, 1981). Dengan kata lain, struktur

sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar. Studi struktur

paling baik dilakukan dilapangan (Pettijohn, 1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen

yang terbentuk dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :

a. Struktur sedimen primer.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 25

Page 26: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Terbentuk karena proses sedimentasi, dengan demikian dapat merefleksikan

mekanisasi pengendapannya, antara lain : perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan

silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.

b. Struktur sedimen sekunder.

Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga

merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan

lingkungan organisnya, antara lain : cetak beban, rekah kerut, jejak binatang dan lain-

lain.

c. Struktur organik.

Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau

binatang lainnya, antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.

Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat dari contoh-

contoh batuan dilaboratorium.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :

Adanya perbedaan warna mineral.

Adanya perbedaan ukuran besar butir.

Adanya perbedaan komposisi mineral.

Adanya perubahan macam batuan

Adanya perubahan struktr sedimen.

Adanya perubahan kekompakan.

Macam-macam perlapisan :

Massif, bila menunjukkan struktur dalam, atau ketebalan lebih dari 120 cm (Mc. Kee

7 Weir, 1953).

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 26

Page 27: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Perlapisan sejajar, bila bidang perlapisan saling sejajar.

Laminasi, perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari lem.

Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.

Perlapisan pilihan, bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus

ke kasar pada arah vertikal terbentuk dari arus pekat.

Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang perlapisan

yang berada diatas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk

akibat intensitas arus yang berubah-ubah.

b.3 Komposisi Mineral.

Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :

Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa

pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang fosil atau zat organik

lainnya.

Matriks adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan terletak

diantara fragmen massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral atau fosil.

Semen, bukan butir tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan pengikat

diantara fragmen dan matriks. Biasanya berbentuk amorf atau kristalin. Bahan-bahan

semen yang lazim adalah :

o Semen karbonat (kalsit, dolomit).

o Semen silika (kalsedon, kwarsa).

o Semen oksida besi (limonit, hematite, siderite).

C. Pemerian Batuan Sedimen Non-Klastik

Pemerian batuan sedimen non-klastik didasarkan pada :

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 27

Page 28: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

c.1 Tekstur

Tekstur dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Kristalin

Terdiri dari kristal-kristal saling mengunci satu sama lain. Pemerian menggunakan

skala Wentworth dengan modifikasi berikut :

Nama butir Besar butir (mm)

Berbutir kasar > 2

Berbutir sedang 1/16-2

Berbutir halus 1/256-1/16

Berbutir sangat halus < 1/256

b. Amorf

Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non kristalin).

c.2 Struktur

Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun kegiatan

organik. Macam-macam struktur antara lain :

a. Fossiliferous, struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari

fosil.

b. Oolitik, struktur dimana suatu fragmen klasik diselubungi oleh mineral non klastik,

bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm.

c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya > 2 mm.

d. Konkresi, kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak

menunjukkan adanya sifat konsentris.

e. Cone in cone, struktur oleh organisme murni dan bersifat insitu.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 28

Page 29: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

c.3 Komposisi mineral

Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam menentukan

penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya komposisi mineralnya

sederhana yaitu bisa terdiri dari satu atau dua macam mineral. Sebagai contoh :

a. Batugamping : kalsit, dolomit

b. Chert : kalsedon

c. Gypsum : mineral gypsum

d. Anhidrit : mineral anhidrit

c.4 Pemerian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan dedimen dengan komposisi yang dominan (> 50%)

terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum

meliputi batugamping dan dolomite. Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu

berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun biokimia dimana organisme turut

berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik

dan diendapkan ditempat lain. Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut,

jadi praktis berbeda detritus asal darat.

1. Pemerian batu gamping klastik

Sistematika deskripsi pada hakikatnya sama dengan sedimen klastik, yaitu meliputi

tekstur, komposisi mineral dan struktur.

a. Tekstur, sama dengan pemerian batuan sedimen klastik, hanya berbeda istilahnya

saja meliputi :

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 29

Page 30: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Nama butir Besar butir (mm)

Rudite > 1

Arenit 0.062 – 1

Lutite < 0.062

b. Struktur, pemeriannya hampir sama dengan batuan sedimen klastik.

c. Komposisi, juga terdapat pemerian fragmen, matriks, semen, hanya berbeda istilah

saja. (Folk, 1954), komposisi meliputi :

Allochem merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau butiran-

butiran klastik dari hasil abrasi batugamping yang sebelumnya ada.

Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan kristal-

kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi berlangsung

dari prespitasi air laut dan mengisi rongga antar butir.

Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan

berukuran butir halus (0.02 – 0.1 mm), dapat terbentuk langsung dari

sedimen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.

2. Pemerian batu gamping non klastik

Pemerian sama dengan batuan sedimen non klastik lainnya.

II.5 BATUAN METAMORF

A. Pengertian

Metamorfosa adalah proses rekristalisasi didalam kerak bumi (3-20 km) yang

keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 30

Page 31: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

cair, sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru pengaruh temperatur T (200-650C)

dan tekanan (P) yang tinggi.

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, batuan sedimen,

maupun metamorf sendiri yang mengalami metamorphose.

Menurut H.G.F. Winkler, 1967; Metamorfisme adalah proses-proses yang mengubah

mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respon terhadap kondisi fisik dan

kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi kimia dan fisika tersebut berbeda dengan kondisi

sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.

B. Tipe-tipe Metamorfosa

Tipe metamorfosa berdasarkan kejadiannya dan sejarah pembentukannya banyak

dibahas oleh para ahli sehingga banyak pula macam-macam nama metamorfosa tetapi pada

dasarnya dapat digolongkan menjadi :

1. Tipe metamorfosa lokal

Disebut lokal karena penyebaran metamorfosa ini sangat terbatas sekali (beberapa

meter – beberapa puluh meter). Tipe metamorfosa ini meliputi :

a. Metamorfosa kontak atau thermal

Metamorfosa kontak disebabkan oleh adanya kenaikan temperatur pada batuan

tertentu. Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada batuan sekitarnya

mengakibatkan metamorfosa kontak. Zona metamorfosa kontak yang efeknya

terutama terlihat pada batuan sekitarnya. Pada metamorfosa kontak batuan

disekitarnya berubah menjadi hornfel (batu tanduk) yang susunannya

tergantung pada batuan sedimen aslinya.

b. Metamorfosa dislokasi/kataklastik/Dinamo

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 31

Page 32: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Batuan metamorf ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, misal

pada daerah sesar besar. Proses metamorfosanya terjadi pada lokasi dimana

batuan ini mengalami proses secara mekanin yang disebabkan oleh faktor

penekanan (kompresional) baik tegak maupun mendatar. Batuan metamorf

kataklastik khususnya dijumpai dijalur-jalur orogenesa proses pengangkatan

diikuti oleh fase perlipatan dan pematangan batuan.

2. Tipe metamorfosa regional

Tipe metamorfosa ini meliputi :

a. Metamorfosa regional/Dinamo thermal

Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor yang

berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi. Secara

geografis dan genetik penyebaran batuan metamorf ini sangat erat kaitannya

dengan aktivitas orogenesa atau proses pembentukan pegununganlipatan

gunung api, meliputi daerah yang luas dan selalu dalam bentuk sabuk

pegunungan yakni dalam daerah geosinklin.

b. Metamorfosa beban/Burial

Batuan metamorf ini terbentuk oleh proses pembebanan suatu massa

sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang sangat luas atau

dikenal dengan sebutan cekungan geosinklin. Proses kejadiannya hampir tidak

berkaitan sama sekali dengan aktivitas orogenesa maupun intrusi tetapi lebih

merupakan suatu yang bersifat regional atau lebih dikenal dengan proses

epirogenesa.

C. Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf terbagi atas dua golongan besar yaitu :

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 32

Page 33: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

1. Struktur Foliasi

Yaitu struktur yang ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun

batuan metamorf. Struktur ini meliputi :

a. Struktur Slatycleavage.

Peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf, merupakan derajat rendah dari

lempung, mineral-mineralnya berukuran halus dan kesan kesejajarannya halus sekali,

dengan memperlihatkan belahan-belahan yang rapat dimana terdapat daun-daun mika

halus.

b. Struktur filitik

Struktur ini hampir mirip dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan

kesejajarannya sudah mulai agak kasar. Derajat metamorfosa lebih tinggi dari

slatycleavage, dimana daun-daun mika dan klorit sudah cukup besar, berkilap sutera

pada pecahan-pecahannya.

c. Struktur skistosa

Adalah suatu struktur dimana mineral pipih (Biotite, Muskovitr, Feldspar) lebih

dominan dibanding mineral butiran. Struktur ini biasanya dihasilkan oleh proses

metamorfosa regional, sangat khas adalah kepingan-kepingan yang jelas dari mineral-

mineral pipih seperti mika, talk, klorit dari mineral-mineral yang bersifat serabut.

Derajat metamorfosa lebih tinggi dari filit, karena mulai adanya mineral-mineral yang

bersifat serabut. Derajat metamorfosa lebih tinggi dari filit, karena mulai adanya

mineral-mineral lain dismping mika.

d. Struktur gnesosa

Struktur dimana jumlah mineral-mineral yang granular lebih banyak dari mineral-

mineral pipih, mempunyai sifat banded dan mewakili metamorfosa regional derajat

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 33

Page 34: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

tinggi. Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan pada batuan beku seperti

kwarsa, feldspar dan mafik mineral.

2. Struktur Non Foliasi

Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan

metamorf. Yang termasuk dalam struktur ini adalah :

a. Struktur Hornfelsik

Dicirikan adanya butiran-butiran yang seragam terbentuk pada bagian dalam

daerahkontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan rekristalisasi

batuan asal, tidak ada foliasi, tetapi batuan halus dan padat.

b. Struktur Milonitik

Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang mengalami

metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan liniasinya ditunjukkan oleh

adanyaorientasi mineral yang berbentuk lentikuler terkadng masih menyimpan lensa

batuan asalnya.

c. Struktur Kataklastik

Struktur ini hampir sama dengan struktur milonit hanya butirannya yang lebih kasar.

d. Struktur Pilonitik

Struktur ini menyerupai milonit tetapi butiran relatif lebih kasar dan strukturnya

mendekati tipe filitik.

e. Struktur Flaser

Seperti strutur kataklastik dimana struktur batuan asal yang terbentuk lensa tertanam

pada massa dasar milonit.

f. Struktur Augen

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 34

Page 35: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Seperti struktur flaser hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar dalam

massa dasar yang lebih halus.

g. Struktur Glanulose

Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik hanya butirannya mempunyai ukuran

yang tidak sama besar.

h. Struktur Liniasi

Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang terbentuk seperti

jarum (fibrous)

D. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan ini digolongkan menjadi :

1. Tekstur Kristoblastik.

Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan

asalnya tidak nampak lagi) dan bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu kristal yang

terjadi disebut biato dan teksturnya meliputi :

a. Lepidoblastik

Tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih dan

memperlihatkan orientasi sejajar, seperti biotite, muskovit dan sebagainya.

b. Granoblastik

Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang membentuk

butiran yang seragam seperti kwarsa, kalsit, garnet dan lain-lain.

c. Nematoblastik

Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatik menjarum yang memperlihatkan

orientasi sejajar seperti mineral amphibol, piroksen dan lain-lain.

d. Porfiriblastik

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 35

Page 36: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam

massa dasar yang relative halus. Identik dengan porfiritik pada batuan beku.

e. Idioblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral peyusunnya euhedral.

f. Xenoblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya

berbentuk anhedral.

2. Tekstur palimpsest.

Merupakan tekstur sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf. Tekstur

ini meliputi :

a. Blastoporfiritik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.

b. Blastopsefit, suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukurannya lebih besar dari

pasir.

c. Blastopsamit, sama dengan blastopsefit, hanya saja disini ukuran butirnya sama

dengan pasir.

d. Blastopellite, tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran butir laempung.

E. Komposisi Mineral Batuan Metamorf

Secara megaskopis, sulit untuk mendeskripsikan atau menentukan komposisi mineral

batuan metamorf, namun kita tetap dituntut untuk dapat menentukan komposisi mineralnya,

yang dapat dipelajari dari buku atau petunjuk langsung dilaboratorium. Pada hakekatnya,

komposisi batuan metamorf dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :

1. Mineral Stress

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 36

Page 37: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral ini dapat

berbentuk pipih atau tabular, prismatik, maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus

terhadap arah gaya. Sebagai contoh :

Mika

Tremolit-Actinolit

Hornblende

Serpentin

Silimanit

Kyanit, dan lain-lain.

2. Mineral Anti Stress

Adalah suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk

equidimensional. Sebagai contoh :

Kwarsa

Feldspar

Garnet

Kalsit

Koordierit

Selain mineral stress dan anti stress, ada juga mineral yang khas dijumpai pada batuan

metamorf antara lain :

a. Mineral khas dari metamorfisme regional : silimanit, Andalusit, Talk dll.

b. Mineral khas dari metamorfisme termal : Korundum, Grafit.

c. Mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia : Epidut, Chlorite dan

Wollastonite.

F. Dasar Klasifikasi Batuan Metamorf.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 37

Page 38: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

a. Berdasarkan Kompisisi Kimia

Berdasarkan komposisi kimia batuan metamorf dibagi menjadi :

a. Calcic metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kaya unsur Al,

umumnya terdiri atas batu lempung dan serpih. Contoh : Batusabik, Fillit.

b. Quatrz feldspatic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kwarsa dan

feldspar. Batuan sel umumnya terdiri atas batu pasir, batuan beku bas dan lain-lain.

Contoh : gneiss.

c. Calcareous metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batu gamping dan dolomite. Contoh :

marmer.

d. Basic metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi basa dan

menengah, serta tuffa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan

unsur-unsur K, Al,Fe, Mg.

e. Magnesia metamorphic rock

Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku yang kaya akan unsur Mg.

contoh : serpentin, skiss klorit.

b. Berdasarkan Komposisi Mineral

Didasarkan pada fasies metamorfosa sehingga setiap batuan metamorf akan mempunyai

komposisi mineral spesifik. Hal ini disebabkan karena bila batuan asal mempunyai komposisi

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 38

Page 39: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

mineral yang khas, maka akan menghasilkan batuan metamorf dengan komposisi mineral

yang khas pula (H.G.F. Winkler, 1965).

II. 6. Pengenalan Fosil

a. Pengertian

Fosil adalah sisa atau jejak atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup

dimassa lampau yang terawetkan / tertimbung secara alamiah. Menurut defenisi

tersebut, maka orang mesir tidak dapat dipandang sebagai fosil. Demikian pula

dengan peralatan-peralatan hidup manusia purba.

Batas antara massa lampau dan massa kini adalah pada awal holosen atau kira-

kira 11:000 tahun yang lalu.

b. Pengawetan Fosil

Paleontologi adalah bagian dari ilmu geologi yang menguraikan penyelidikan

dan interpretasi fosil. Ada dua penggunaan fosil yang sangat penting, yaitu :

1. Untuk menentukan umur relatif batuan.

2. Untuk menentukan keadaan lingkungan batuan dan ekologi yang ada ketiga

batuan yang mengandung fosil tersebut terbentuk.

c. Jenis-jenis Fosil

Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

yaitu :

1. Fosil tidak berubah

Semua bagian organisme atau hewan terawetkan baik yang lunak maupun yang

keras, misalnya : mammoth yang terawetkan dalam es di Siberia.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 39

Page 40: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

2. Fosil yang mengalami perubahan, meliputi :

a Permineralisasi.

Bagian keras yang porous yang asli terawetkan tetapi beberapa unsur

mineral sekunder mengisi ruang antar sel.

b Replacement (pengantian)

Mineral sekunder menganti semua material fosil asli, contohnya kayu yang

seluruhnya terganti oleh silika di daerah wonosari.

c Rekristalisasi

Dalam proses ini setiap butiran yang sangat halus dari material asli, bagian

keras mengalami reorganisasi (penyusunan kembali).

d. Fosil Berupa Fragmen

Fosil berupa fragmen-fragmen, dan fragmen-fragmen tersebut dapat terubah

maupun tak terubah.

e. Fosil Berupa Jejak / Bekas.

Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk yang siap dikenal, sering hanya bukti-

bukti tidak langsung dari jejak fosil yang ada untuk di interpretasikan. Contoh bukti

tidak langsung :

1. Mold, Cast dan Imprint

2. Track, Trail dan Burrow

3. Coprolite

4. Fosil Kimia.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 40

Page 41: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

II. 7. Pengenalan Peralatan Geologi Lapangan

Dalam melakukan kegiatan geologi lapangan kita memerlukan alat yang menunjang

pekerjaan tersebut. peralatan tersebut digunakan untuk mempelajari, mengumpulkan data,

dan mengambil sampelnya. peralatan tersebut antara lain :

A. Kompas Geologi

Kompas adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah

penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi

secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu

dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan,

timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka

kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah.

Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat

perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman

pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.

Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak

menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap

sebagai kompas.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 41

Page 42: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 42

Page 43: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

(Gambar 3) kompas geologi

1.1.1. Bagian Utama Kompas

Bagian utama kompas geologi adalah :

1. 1.JarumKompas

Ujung jarum kompas selalu mengarah ke kutub utara megnetik bumi biasanya diberi

tanda warna kuning.

2. Lingkaran Pembagian Derajat

Dibagi dua, yaitu kompas azimuth dan kompas kwardan.

- Kompas azimuth, mempunyai pembagian derajat, mulai dari 0 derajat (utara) sampai

360 derajat (kembali ke utara) yang ditulis berlawanan arah

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 43

Page 44: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

jarum jam, dan pembacaannya juga demikian Kompas kwardan, mempunyai

pembagian derajat mulai dari derajat pada arah utara dan selatan sampai 90 derajat

pada arah timur dan barat. pembacaan dimulai dari arah utara atau selatan kea rah

timur atau barat sesuai kedudukan jarum kompas.

3. Klinometer

Merupakan rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur besarnya kemiringan

bidang. rangkaian alat tersebut terdiri dari Nivo tabung, penunjuk skala, busur

setengah lingkaran berskala. pada bagian atas busur bernilai 00 di tengahnya. pada

bagian tepinya bernilai 900. pada bagian bawah busur, skala bernilai 0% dan di

tengah dan 100% tepat pada 450 (tan 45=1=100%). klinometer dapat digerakkan

dengan menggerakkan tangkai di belakang kompas.

4. Pengatur Horizontal

Alatnya adalah sebuah nivo bulat yang bergandengan dengan klinometer. kedudukan

kompas horizontal bila gelembung udara tepat di tengah lingkaran.

5. Pengatur Arah

Rangkaian alatnya terdiri dari sighting arm, peep sigh, axial line, felding sight, dan

sight window. alat-alat tersebut dibantu dengan cermin. bila kompas ditembakkan ke

sasaran, semua rangkaian alat tersebut harus bearada di garis sasaran.

1.1 Peta Dasar (Base Map).

Peta dasar berguna untuk mengetahui gambaran secara garis besar terhadap daerah yang

akan kita selidiki, sehingga memudahkan penelitian lapangan baik litologi, morfologi,

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 44

Page 45: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

struktur, dan lain-lain. Selain itu, peta dasar digunakan juga untuk menentukan lokasi dan

pengeplotan data. Umumnya peta dasar yang digunakan adalah peta topografi/ kontur.

1.2 Palu Batuan Beku

Atau disebut juga pick point, yaitu jenis palu yang berujung runcing dan umumnya

dipakai untuk jenis batuan keras. Selain digunakan untuk batuan beku, palu ini juga bias

digunakan untuk batuan metamorf.

(Gambar 4) Palu Beku

1.3 Palu Batuan Sedimen

Disebut juga chisel point, yaitu jenis yang berujung lebar seperti pahat umumnya

dipakai untuk batuan berlapis seperti sedimen.

(Gambar 5) Palu Sedimen

1.4 Lup

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 45

Page 46: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Lup atau kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai titik fokus

yang dekat dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di dalam titik fokus lup itu

atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil dibandingkan jarak titik fokus lup ke lensa

lup tersebut. Bayangan yang dihasilkan bersifat tegak, nyata, dan diperbesar. Lup ditemukan

oleh seorang dari Arab bernama Abu Ali al-Hasan Ibn Al-Haitham. Lup digunakan untuk

membantu mengamati batuan. lupa yang umumnya dipakai di lapangan adalah yang

pembessarannya 8 sampai 20 kali.

1.5.1 Menghitung Jarak Titik Fokus Lup

Titik fokus suatu lup menentukan perbesaran yang dihasilkan, oleh karena itu titik fokusnya

adalah besaran yang perlu diketahui (lihat juga dibawah). Dalam penggunaan sehari-hari

jarak titik fokus dari sebuah lup dapat ditentukan dengan percobaan sederhana cahaya dapat

dikumpulkan di satu titik yang berjarak tertentu dari lensa lup. Apabila cahaya mencapai

tingkat energi yang tinggi maka kertas, serpih kayu, atau lainnya dapat terbakar ketika

diletakkan di bawah lup tersebut.

Dalam hal ini cahaya dikumpulkan di sebuah titik yang disebut titik fokus atau titik api yang

sifatnya maya atau semu bukan nyata atau di belakang lensa tersebut. Metode lain yang lebih

nyata untuk menentukan jarak titik fokus atau disebut juga Autoklimasi dapat menggunakan :

persamaan gambar Newtonschen (juga dapat diturunkan dari persamaan lensa) • Metode

Bessel

• Metode Abbe

1.6 Alat Ukur

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 46

Page 47: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Biasanya yang dipakai adalah tali ukur atau meter (roll meter atau lipat). berukuran

dengan skala cm atau ukuran standar lainnya. dipakai untuk mengukur ketebalan lapisan,

lebar singkapan, dan lain-lain.

1.4.1 HCl

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat,

dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara

luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat

karena merupakan cairan yang sangat korosif.

Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal

sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun

800.

Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya

mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber,

Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.

Pada saat di lapangan, HCl digunakan untuk menguji kadar karbonat pada batuan. HCl yang

digunakan sebaiknya tidak terlalu pekat, umumnya yang dipakai adalah yang 0,1 N.

1.8 Kantong sampel

kantong sampel atau kantong contoh batuan dapat digunakan kantong plastik yang

kuat atau kantong jenis lainnya asal kuat yang dapat dipakai untuk membungkus contoh-

contoh batuan dengan alat yang baik, yaitu dengan ukuran kurang lebih 13 x 9 x 3 cm.

II.8 PENGENALAN PETA TOPOGRAFI

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 47

Page 48: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya

menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta topografi biasanya terdiri

dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis

kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak

berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi.

(Gambar 6) Peta topografi dengan kontur

garis.

Pusat Informasi Peta Topografi Kanada memberikan definisi untuk peta topografi sebagai

berikut:

Sebuah peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai

keadaan alam di suatu daratan.

Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan mereka dengan jenis lain

dari peta, mereka dibedakan dari skala kecil "peta sorografi" yang mencakup daerah

besar, "peta planimetric" yang tidak menunjukkan elevasi, dan "peta tematik" yang terfokus

pada topik tertentu 

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 48

Page 49: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini

menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan,

sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka

peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta

kebanyakan.

Sejarah

Secara historis, perkembangan peta topografi sebagian besar didorong oleh

kebutuhan militer. Saat ini, operasi taktis dan kegiatan tentara sedemikian kompleks sehingga

sangat penting bagi semua prajurit untuk dapat membaca dan menafsirkan peta, agar dapat

bergerak cepat dan efektif di medan perang. Pengenalan medan dapat memberikan perbedaan

nyata dalam medan pertempuran. Kemampuan membaca peta sangat di butuhkan jika ingin

memenangkan pertempuran. Tidak hanya dalam medan pertempuran, hal ini juga berlaku

untuk keperluan sipil seperti berburu, menempuh rimba, menyusur rawa, hiking,

mendaki gunung, bukit atau penggunaan lainnya dimana ketepatan navigasi darat diperlukan.

Definisi

Peta topografi adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala,

seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur

yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap

fitur dari daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat

dimengerti, peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala

1:250.000, simbol yang ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter

persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di

tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api sekitar 1.000

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 49

Page 50: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

kaki pada tanah. Pemilihan fitur yang akan ditampilkan, serta penggambaran legenda harus

sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Badan Pemetaan.

Tujuan

Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi, dan jarak,

seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan

variasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan vegetasi. Dengan kekuatan militer yang

tersebar di seluruh dunia, maka militer bergantung pada peta untuk memberikan informasi

terhadap unsur-unsur tempur dan untuk menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan

material yang harus diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan

tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan dengan menggunakan peta.

Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan peta, namun meskipun kita memiliki

peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali pengguna peta tahu bagaimana cara

membacanya.

Kebanyakan unit militer yang berwenang memiliki proyek pembuatan peta. Seperti

Direktorat Topografi Angkatan Darat di Indonesia. Kita dapat memesan peta topografi

dengan mengisi formulir untuk setiap satu lembar petanya. Misi Direktorat Topografi adalah

untuk menyediakan pemetaan, charting, dan semua dukungan geodesi untuk angkatan

bersenjata dan semua operasi keamanan nasional lainnya. Selain peta topografi, DiTopAD

juga memproduksi produk lain seperti peta tematik, peta tiga dimensi, peta foto, mozaik foto

udara dan peta yuridiksi. Semua peta topografi harus dianggap sebagai dokumen yang

memerlukan penanganan khusus. Jika peta jatuh ke tangan yang tidak sah, dapat

membahayakan.

“Peta tidak boleh jatuh ke tangan yang tidak sah.”

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 50

Page 51: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Peta yang dicetak di atas kertas memerlukan perlindungan dari air, lumpur, dan robek.

Bila memungkinkan, peta harus diletakkan dalam tempat yang tahan air, atau di beberapa

tempat terlindungi yang mudah digapai. Agar peta mampu bertahan lama, perawatan wajib

dilakukan. Jika kita harus menandai peta, sebaiknya menggunakan pensil. Sehingga tanda dan

garis yang kita buat dapat terhapus dengan mudah tanpa merusak, atau meninggalkan noda

dan tanda yang dapat menyebabkan kebingungan di kemudian hari. Jika margin tepi peta

harus dipotong untuk alasan apapun, maka kita wajib untuk mencatat informasi marginal

yang mungkin diperlukan kemudian, seperti data grid dan deklinasi magnetis. Perhatian

khusus harus diambil pada peta yang digunakan dalam misi taktis, terutama dalam unit kecil,

misi mungkin tergantung pada peta itu. Semua anggota dari unit tersebut harus akrab dengan

lokasi peta di setiap saat.

Kategori

Peta topografi dikategorikan berdasarkan skala dan jenis. Dan skala peta topografi

dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala kecil, menengah dan besar.

Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk perencanaan umum

dan untuk studi strategis. Peta skala kecil standar memiliki skala 1:1.000.000. Peta ini

meliputi area yang sangat besar dengan mengorbankan detail.

Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari 1:75.000

digunakan untuk perencanaan operasional. Peta ini mengandung detail dengan jumlah

sedang. Peta skala menengah standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala

1:100.000.

Besar. Peta dengan skala 1:75.000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan taktis,

administrasi, dan logistik. Peta jenis inilah yang sering ditemukan dan digunakan pihak

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 51

Page 52: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

militer. Peta skala besar standar 1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan skala

1:25.000.

Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika beroperasi di

tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-produk peta belum diproduksi

untuk mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi kita, atau mungkin tidak tersedia untuk

unit kita ketika kita membutuhkannya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan

peta yang diproduksi oleh pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk

akurasi yang ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan

yang ditemukan pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat berbeda.

Standar akurasi peta topografi adalah derajat yang sesuai dengan posisi horizontal dan

vertikal yang mewakili nilai-nilai di peta dengan suatu standar yang ditetapkan. Standar ini

ditentukan direktorat terkait berdasarkan kebutuhan pengguna.

II.9 PENGENALAN GEOLOGI STRUKTUR

Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan

permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.

Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada

studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga

dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan

geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu

dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu

pembentukan struktur tersebut.

Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses

geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur

internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 52

Page 53: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Struktur geologi dibagi menjadi dua yaitu :

1. Struktur primer, adalah struktur yang dibentuk bersamaan dengan terbentuknya

batuan tersebut.

Contoh

- Struktur pelapisan, misalnya laminasi, columnar joint, gradded bedding, cross

bedding, planar bedding, riple maks.

- Struktur sedimen, misalnya load cast, flute cash, mud crack, bioturbasi, dan

sebagainya.

2. Struktur sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah terjadi pengendapan batuan.

Struktur ini merupakan deformasi akibat adanya gaya – gaya yang berasal dari dalam

bumi yang menimpa batuan, sehingga batuan menjadi retak – retak, terlipat, bergeser

dari kedudukan semula.

Hal ini sipengaruhi oleh :

a. Arah dan kekuatan yang bekerja pada batuan

b. Sifat fisik batuan, misalnya kekompakan, kekerasan, plastisitas

c. Perubahan batuan oleh pengaruh kimia.

Struktur geologi yang banyak diungkap berperan pada bencana geologi adalah kekar

dan sesar. Kekar (joint) secara sederhana dikatakan sebagai rekahan berbentuk teratur pada

masa batuan yang tidak menampakkan (dilihat dengan mata telanjang) telah terjadi

pergeseran pada kedua sisi-sisinya.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 53

Page 54: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

(Gambar 7) Kekar dan sesar dari wikipedia

Secara umum dibedakan menjadi empat (McClay, 1987), yaitu kekar tarik (rekahan yang

membuka akibat gaya ekstensi yang berarah tegak lurus terhadap arah rekahan), kekar gerus

(biasanya berpasangan merupakan suatu set dan lurus, terdapat pergeseran yang diakibatkan

oleh gaya kompresi), kekar hibrid (berkenampakan sebagai kekar gerus yang membuka,

kombinasi antara kekar gerus dan kekar tarik), dan kekar tarik tak beraturan (arah kekar tak

beraturan, sering merupakan akibat hydraulic fracturing). Kehadiran kekar pada batuan dapat

meningkatkan porositas batuan, sehingga mampu menyimpan air (sebagai aquifer) ataupun

hidrokarbon (seabagai reservoir), sebaliknya juga memperlemah kekuatan batuan.

Kehadiran kekar di dekat permukaan juga dapat mempercepat proses pelapukan batuan.

Sesar / patahan (fault) yang dikenal juga sebagai patahan adalah rekahan pada masa batuan

yang telah memperlihatkan gejala pergeseran pada ke dua belah sisi bidang rekahan

(Simpson, 1968). Berdasar kinematikanya, secara garis besar, dibedakan menjadi sesar turun,

sesar naik, dan sesar geser. Sesar yang dimaksud adalah pergeseran yang disebabkan oleh

gaya tektonik.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 54

Page 55: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

(Gambar 8) sesar,

wikipedia indonesia

Jenis sesar berdasarkan aktivitasnya Berkaitan dengan dinamika kerak bumi dan rentang

waktu geologi yang panjang, kehadiran sesar dapat dibedakan menjadi sesar mati dan sesar

aktif. Sesar mati adalah sesar yang sudah tidak (akan) bergerak lagi, sedangkan sesar

aktif adalah sesar yang pernah bergeser selama 11.000 tahun terakhir dan berpotensi akan

bergerak di waktu yang akan datang (Yeats, Sieh & Allen, 1997). Sesar aktif dikenal pula

sebagai bagian dari peristiwa gempa bumi. Peristiwa gempa bumi bisa menimbulkan sesar di

permukaan (surface faulting) sebagai kemenerusan apa yang terjadi di dalam kerak bumi

(Scholz, 1990) ataupun tidak menghasilkan sesar di permukaan. Hal ini tampak jelas seperti

apa yang terjadi pada gempa bumi di Liwa pada tahun 1994 yang memberikan sesar di

permukaan (Pramumijoyo & Natawidjaja, 1994) dan di Yogyakarta tahun 2006 yang tidak

jelas kenampakannya di permukaan, yang keduanya merupakan sesar geser. Demikian juga

peristiwa gempa bumi di Aceh tahun 2004, telah terjadi pensesaran naik di dasar laut,

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 55

Page 56: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

sehingga mampu membangkitkan gelombang pasang tsunami yang mengakibatkan ratusan

ribu korban jiwa dan kehancuran pemukiman di beberapa kota.

Panjang, lebar dan pergeseran suatu sesar tektonik saat gempa bumi sangat bervariasi. Di

Amerika dilaporkan bahwa pergeseran sesar bisa mencapai lebih dari 20 kaki, panjang

pensesaran bisa mencapai lebih dari 200 mil dengan lebar zona pensesaran bervariasi dari 6

sampai dengan 1000 kaki dan zona pensesaran ini bisa mencapai jarak 3 mil dari sesar

utamanya (Hays, 1981).

Saat gempa bumi Liwa 1994, ditemui beberapa kerusakan rumah akibat tanah

longsor sebagai peristiwa penyerta gempa bumi. Di samping itu dilaporkan bahwa

sebuah rumahyang dilewati suatu rekahan/sesar sepanjang 300 m dengan pergeseran kurang

dari 5 cm, telah roboh, sedangkan bangunan di sampingnya dengan bahan dan konstruksi

serupa yang tidak dilewati rekahan tidak mengalami kerusakan sama sekali (Pramumijoyo &

Natawidjaja, 1994).

II.10 PENGENALAN GEOMORFOLOGI DAN FOTO UDARA

Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi

sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-

material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan

pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara

vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh

pergerakanpergerakan pada kerak bumi. Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak

diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau

bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur,

proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai strukturstruktur yang

diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Proses-proses

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 56

Page 57: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan,

dan sifat-sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui

tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age).

Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap

dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan

jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak

lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang

mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian

muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan)

geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus

Geomorfik. Gambar Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan bumi

(landform). Dari (As/dD) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai dengan tua

Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme,

uniformiaterianisme, dan evolusi.

1. Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi

terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.

2. Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup

berjalan

sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang sekarang,

bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa

sekarang, dan seterusnya (JamesHutton dan John Playfair, 1802).

3.Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan

membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 57

Page 58: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

A. PROSES-PROSES GEOMORFIK

Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-

proses perubahan muka bumi.Secara umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :

1) Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk

transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.

2) Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk

transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.

3) Akibat organisme (termasuk manusia)

b. Proses-proses hipogen (endogenetik)

1. Diastrophisme (tektonisme)

2. Vulkanisme

c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.

A.1. Proses Gradasional

stilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury (1904)

yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir menjadi level yang

baru.Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan

level yang lebih rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi). Tiga proses

utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :

1. Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi

di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis.Dalam proses ini belum termasuk

transportasi.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 58

Page 59: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

2. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu massa

batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air mempunyai

peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media transportasi.

3. Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh

suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi sebagai

bagian dari proses transportasi. Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional

sebagai berikut landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang

besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods,

slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada

ukuran halus dengan slope yang kecil).

A.1.1. PelapukanBatuan

Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis dan akan

tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses destruktif, antara

lain :

1. Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan; kerja

tumbuh – tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya

2. Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi,

karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh

suhu dan kelembaban yangtinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :

1. Jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 59

Page 60: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

2.Kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau

berubah-ubah.

3.Kehadiran dan kelebatan vegetasi

4.Kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan

A.1.2. Perpindahan massa (mass wasting)

Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris (material

hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah dapat berjalan sangat

lambat hingga cepat. Menurut olehSharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan

terjadinya perpindahan masa adalah :

Faktor-faktor pasif

1. Faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material

2. Faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau

permeabel- impermeabelnya lapisan

- Faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi

- Faktor topografi : slope dan dinding (tebing)

- Faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan

- Faktor organik : vegetasi

- Faktor-faktor aktif :

1. Proses perombakan

2. Pengikisan lereng oleh aliran air

3. Tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 60

Page 61: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

A.2. ProsesDiastromisme dan Vulkanisme

Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau endapan karena

gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi. Proses-proses diastropik

dapat dikelompokkan

menjadi 2 tipe yaitu :

1. Orogenik (pembentukkan pegunungan)

2. Epirogenik (proses pengangkatan secara regional). Vulkanisme termasuk pergerakan dari

larutan batuan (magma) yang menerobos ke permukaan bumi. Akibat dari pergerakan (atau

penerobosan) magma tersebut akan memberikan kenampakan yang muncul di permukaan

berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds (lipatan berbentuk dome) akibat

terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada batuan di atasnya menjadi tidak

tampak lagi atau telah terubah.

PENERAPAN GEOMORFOLOGI SEBAGAI SALAH SATU ALAT

DALAM EKSPLORASI

Sebelum pelaksanaan kegiatan (survei) lapangan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu

pengenalan bentang alam (landform) melalui analisis foto udara atau analisis peta topografi

(berdasarkan pola kontur). Kegiatan ini akan sangat membantu untuk memberikan gambaran

(interpretasi awal) tentang sejarah geologi, struktur, dan litologi regional daerah yang akan

diobservasi. McKinstry (1948) dalam tulisannya membahas tentang penggunaan petunjuk

geomorfik dalam

pekerjaan eksplorasi, dan mengelompokkan tiga petunjuk dalam pencarian endapan

mineral, yaitu :

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 61

Page 62: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

1. Beberapa endapan mineral akan memperlihatkan suatu bentuk topografi yang khas.

2. Topografi suatu daerah dapat memberikan suatu struktur geologi dimana suatu endapan

mineral dapat terakumulasi.

3. Dengan mempelajari sejarah geomorfik suatu daerah memungkinkan untuk dapat

memperkirakan kondisi-kondisi fisik dimana mineral-mineral terakumulasi atau terkayakan.

Tidak semua tubuh bijih mempunyai ekspresi permukaan (topografi) yang khas, namun ada

beberapa diantaranya dapat diprediksikan dari kenampakan permukaan (topografi) seperti

singkapan bijih, gossan, atau mineral-mineral residual, serta kenampakan struktur geologi

seperti fractures, sesar, dan zona-zona breksiasi. Sebagai contoh : sebaran Pb-Zn di Broken

Hill Australia membentuk suatu punggungan yang menyolok, urat-urat kuarsa masif

diSantaBarbaraMeksiko memperlihatkan bentuk

yang menyolok karena cenderung lebih resistan terhadap pelapukan dari batuan-batuan di

sekitarnya. Menurut Schmitt (1939), ekspresi topografi merupakan suatu akibat dari laju

oksidasi, termasuk daya tahannya terhadap pelapukan dan erosi.

Pada endapan residual, konsep-konsep geomorfologi yang dapat diterapkan antara lain

:

- Pelapukan dan erosi merupakan proses yang mutlak dan selalu terjadi di muka bumi.

- 3.Hasil pelapukan suatu batuan mungkin dapat menghasilkan suatu konsentrasi

endapan mineral ekonomis.

- Produk dari tahap akhir siklus morfologi pada umumnya tertinggal membentuk suatu

endapan residual yang insitu.

- Tahapan-tahapan awal dari siklus geomorfik pada umumnya bersifat mengikis,

mengerosi, tertransport, dan terendapkan pada suatu tempat. Sedangkan pada endapan

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 62

Page 63: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

placers (residual, kolovial, eluvial, aluvial, dan endapan pantai), konepkonsep

geomorfologi yang dapat diterapkan antara lain ; masing-masing tipe endapan placers

merupakan hasil dari siklus geomorfik yang terbatas, dan diendapkan pada kondisi

topografi tertentu, dan mempunyai ekspresi topografi yang khas.

PENGENALAN FOTO UDARA

A. Pendahuluan

Foto udara merupakan foto permukaan bumi (termasuk obyek benda yang berada di

permukaannya), yang diperoleh dari pesawat udara, termasuk disini pesawat terbang,

balon dan satelit. Geologi citra pengindraan jauh (remote sensing geology adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari geologi dengan menggunakan citra (image) hasil dari

penginderaan jarak jauh (remote sensing). Termasuk dalam pengertian ini adalah

mempelajari geologi dengan menggunakan foto udara.

Keuntungan menggunakan citra penginderaan jauh dalam bidang pekerjaan geologi antara

lain :

1. Menghemat biaya

2. Penggunaan waktu lebih efisien

3. Foto udara memberikan pandangan tiga dimensi secara langsung dari permukaan

bumi, sehingga memberikan kenampakan yang lebih baik mengenai kondisi geologi,

yaitu mengenai struktur geologi, penyebaran batuan, geomorfologi serta tataguna lahan

suatu daerah penelitian.

B. Macam – macam Citra Penginderaan Jauh

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 63

Page 64: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Macam penginderaan jauh dibagi menjadi dua yaitu foto dan citra non foto.

1. Citra foto, yaitu citra yang diperoleh dengan menggunakan alat penginderaan berupa

kamera. Citra foto dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan : spektrum

elektromagnetik, kedudukan sumbu kamera, sudut medan pandang kamera dan jumlah

lensa atau jumlah kameranya.

2. Citra non foto, yaitu citra yang telah diperoleh dengan menggunakan alat

penginderaan bukan kamera dan umumnya menggunakan spektrum radar, bagian

spektrum tampak mata dan merah infra thermal. Dalam bidang geologi, citra

penginderaan jauh non foto yang umumnya digunakan misal : Citra SLAR, citra

LANDSAT, citra merah Infra Thermal, citra SIR-A dan SIR-B.

C. Pencitraan Foto Udara

Merupakan pencitraan suatu daerah yang dilakukan dari dua kedudukan pesawat yang

berlainan akan menghasilkan dua foto yang saling bertampalan (overlap). Apabila sepasang

foto yang bertampilan (foto pair) tersebut terlihat dengan streoskop, maka akan tampak citra

daerah yang bersangkutan dalam bentuk dimensi. Kenampakan tiga dimensi ini dikenal

istilah stereomodel. Setereomodel sangat penting untuk tujuan pemetaan geologi maupun

penelitian lainnya yang mempergunakan foto udara. Pertampalan depan biasanya dibuat

sebesar ± 60%. Bila tampalan dari 50%, maka terdapat daerah yang tidak terfoto dua kali.

Sehingga tidak dapat terlihat meruang atau tiga dimensi. Bila pertampalan depan lebih dari

60% maka terlalu banyak foto yang dihasilkan untuk suatu daerah tertentu, sehingga terlalu

boros dalam pembiayaan pencitraan.pertampalan samping umumnya dibuat ± 20 – 30%

sehingga tidak ada daerah yang tidak terekam serta berfungsi untuk pembuatan mosaik.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 64

Page 65: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

D. Faktor – faktor Interpretasi Foto Udara

Ada dua faktor interpretasi, yaitu :

1. Unsur dasar pengenalan citra, adalah tanda – tanda yang karateristik untuk benda –

benda tertentu, sehingga memumngkinkan pengamat mengenal benda tersebut,

yang meliputi :

a. Rona

b. Tekstur

c. Pola

d. Hubungan dengan keadaan sekitar

e. Bentuk

f. Ukuran

g. Bayangan

2. Unsur – unsur penafsiran geologi, adalah gejala alam yang terlihat pada foto udara,

yang memberikan kemungkinan kepada orang untuk mengetahui keadaan geologi

suatu daerah. Gejala alam ini akan memberikan keterangan geologi yang berlainan

pada setiap orang, dan penafsiran ini bersifat subyektif. Makanya banyak orang

lihat makin banyak yang diungkapkan, dan keterangan geologi akan makin

obyektif. Unsur ini dibagi menjadi :

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 65

Page 66: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

a. Relief

b. Pola penyaluran

c. Tumbuhan tertutup

d. Kebudayaan

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 66

Page 67: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

BAB III

PRAKTIKUM LAPANGAN

III.1 LOKASI, WAKTU, DAN DAERAH

Lokasi Praktikum Lapangan

Daerah : Bayat

Desa : Tanjung

Kecamatan : Gedang Sari (Bayat)

Kabupaten : Gunung Kidul

Provinsi : DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Waktu Pelaksanaan Praktikum

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Desember 2011

III.2 GEOLOGI REGIONAL

Kondisi Umum Kecamatan Bayat

Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara

umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus

Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area

Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan

wilayah Pegunungan Selatan (Southern Mountains).

Kondisi Statigrafi Regional

Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa

filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk batuan malihan hingga

saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah

didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 67

Page 68: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

konglomerat yang menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang

menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping Eosen),

maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks.

Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir yang tidak

garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di atasnya tertutup oleh

batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang melimpah dan bagian atasnya

diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina, menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan

forminifera besar ini bersarna dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan

di dalam batu lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas.

Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya,

batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku menengah

bertipe dioritik.

Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang terletak di

bagJn timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike. Singkapan batuan beku di

Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke

arah selatan. Batuan beku ini secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping

yang masih mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike!

intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta

tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang menfsirkan

bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/ neck dari gunung api Oligosen.

Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di Perbukitan Jiwo masih

memerlukan kajian yang lebih hati-hati.

Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan

oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir oligosen. Proses erosi

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 68

Page 69: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

terse but telah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode

transgresi dan menghasilkan pengendapan batu garnping dimulai pada kala Miosen Tengah.

Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo

yang tersingkap lenih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan

sekitarnya).

Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi Wungkal-

Gampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan Pegunungan Baturagung

di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastik-marin yang dicirikan turbidit dan

sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-

perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah

Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah.

Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir. Pengangkatan

yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan Jiwo berubah menjadi

daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari gunung api Merapi yang masih

aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan aluvial terutama di sebelah utara dan barat

laut dari Perbukitan Jiwo.

Keadaan stratigrafi Pegunugan Selatan, dari tua ke muda yaitu :

Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur Oligosen

(N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.

Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian bawah (N4), terdiri

dari breksi polomik, batu pasir dan serpih.

Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan lempung dan batu

pasir vulkanik. Umur N5-N9. Bagian tengah meJ1iari dengan Formasi Nglanggran.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 69

Page 70: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan breksi aliran. Dari

puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari akan dijumpai Formasi

Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan Formasi Kepek.

III.3 HASIL DESKRIPSI BATUAN, MORFOLOGI, DAN STRUKTUR GEOLOGI

Pos 2

Di desa Tanjung, Kec.Gedang Sari, Kab.Gunung Kidul, Bayat, Prov DIY

Tujuan : Geomorfologi

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Desember 2011

Cuaca : cerah berawan

Vegetasii : sedang (mangga, pisang, jati)

Morfologi : perbukitan (bergelombang kuat)

Litologi : Batuan sedimen

Lokasi : Desa Tegal Rejo (Bukit Jabalkat 3230)

Pos 3

Di desa Tanjung, Kec.Gedang Sari, Kab.Gunung Kidul, Bayat, Prov DIY

Tujuan : Petrologi

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Desember 2011

Cuaca : Cerah berawan

Waktu : 15:00 WIB

Vegetasi : Sedang (bambu, jati, mindi)

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 70

Page 71: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

Litologi : Batu Sedimen (Klastik)

Hasil deskripsi Batuan

Warna segar : abu – abu

Warna lapuk : coklat kekuningan

Struktur

Perlapisan : >1cm bentuk tebal beda

Laminasi : <1cm bentuk tebal sama

Masif : kompak padat

Tekstur

Bentuk butir : menyudut, menyudut tanggung

Ukuran butir : membulat tanggung

Sortasi : keseragaman butir (baik) = tertutup, (buruk) = terbuka

Kemas : tertutup

Komposisi

Fragmen lebih besar daripada matrik

Matrik lebih kecil daripada fragmen

Semen : karbonat, silika(cerah), oksida(gelap)

Genesa : Batu yang sudah tertransport jauh dari sumber sehingga butiran halus

Nama batuan : batu lempung

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 71

Page 72: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 KESIMPULAN

Geologi adalah studi tentang bagian bumi yang bisa diakses secara langsung melalui

suatu observasi maupun secara hipotesis guna rekonstruksi sejarah bumi, termasuk

didalamnya studi proses – proses yang bekerja (Foucault dan Baoult, 1988).

Studi batuan : - Petrologi

- Mineralogi

Proses : - Sedimentologi

- Struktur geologi

- Stratigrafi

- Geomorfologi

Geologi struktur : mempelajari bagian kulit bumi atau batuan sebagai hasil proses

deformasi (terjadi karena gaya dan pergerakan didalam bumi).

Tektonik : mempelajari tentang bangun yang lebih luas, gabungan

kenampakan struktur atau deformasi secara regional evolusinya (misal :

proses pembentukan cekungan, rangkaian pegunungan, lautan, samudra,

dll).

Bagian – bagian penyusun bumi :

- inti bumi (core)

- Mantel (mantle)

- Kerak (crush)

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 72

Page 73: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

IV.2 SARAN

Diharapkan untuk lebih sering dilakukannya proses praktikum lapangan agar praktika

lebih mengenal lapangan geologi sesungguhnya, karena seorang geologis sejatinya lebih

banyak berada dilapangan karena itu dibutuhkan banyak pengalaman praktik daripada teori,

juga diharapkan peningkatan mutu pembelajaran dengan metode yang bervariasi agar tidak

bosan saat proses pembelajaran.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 73

Page 74: Laporan Praktikum Geologi Dasar Alex

DAFTAR PUSTAKA

Asikin sukendar,1978,Dasar-dasar geologi struktur,Departemen teknik Geologi,ITB

Bandung

Geologi Fisik (Buku Petunjuk Praktikum).Penerbit : Fakultas Teknik Geologi IST

“AKPRIND”Yogyakarta.

Geologi Dasar (Buku Petunjuk Praktikum).Penerbit : Fakultas Teknik Geologi UPN

“Veteran” Yogyakarta.

http://id.wekipedia.org/wiki/Geologi _Lapangan

http://id.wekipedia.org/wiki/Batuan _Metamorf

http://id.wekipedia.org/wiki/Batuan _Asal Sedimentasi

http://id.wekipedia.org/wiki/Peta _Topografi

http://id.wekipedia.org/wiki/Bivalvia

http://id.wekipedia.org/wiki/Struktur _Geologi

http://id.subscripe.org/scr/Jenis _Mineral

Ir. Suprapto, Dr. Ir. C. Daniswara, Msc dan Ir. Firdaus, M., 1994, Kristalografi dan

Mineralogi, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Mulyo Agung, 2004. Pengantar ilmu kebumian.CV.Pustaka Setia Bandung

Suharwanto,1993.Buku Panduan Praktikum Petrografi, Laboratorium

Petrologi,UPN“Veteran”Yogyakarta.

Mulyo, Agung, 2004. “ Pengantar Ilmu Kebumian “, Penerbit CV. Pustaka Setia Bandung.

Sukandarrumidi, 1995. Bahan baku batu mulia.

Laboratorium Geologi Dinamik

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi “AKPRIND” Yogyakarta

2012 74