Laporan Praktikum Fisiologi
-
Upload
nur-amalia-khairiah -
Category
Documents
-
view
450 -
download
8
description
Transcript of Laporan Praktikum Fisiologi
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
I. Latar Belakang
Gerak manusia dihasilkan oleh adanya kontraksi otot. Otot menyebabkan pergerakan
suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut. Jaringan otot
bertanggungjawab untuk pergerakan tubuh, terdiri atas sel-sel otot yang terspesialisasi untuk
melaksanakan konstraksi dan berkonduksi (menghantarkan impuls). Otot sebagai salah satu
komponen yang dapat menghasilkan gerakan melalui kontraksinya membutuhkan suatu
kekuatan untuk menghasilkan performance yang tinggi. Kerja otot yang maksimal dapat
meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi
individu dalam beraktivitas. Performa otot yang tinggi tersebut ditentukan oleh kekuatan dan
daya tahan otot.
Kekuatan otot adalah kemampuan maksimal dari otot untuk berkontraksi. Kekuatan
otot ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, ukuran cross sectional otot, jenis serabut
otot, tipe kontraksi otot, ketersedian energi dalam aliran darah, hubungan antara panjang dan
tegangan otot pada waktu kontraksi dan recruitmen motor unit(footnote).
Kontraksi otot rangka penting untuk aktivitas-aktivitas nonhomeostatik, misalnya
menari atau mengoperasikan computer. Otot polos ditemukan di dinding organ berongga dan
saluran. Kontraksi terkontrol otot polos mengatur gerakan darah melintasi pembuluh,
makanan melintasi saluran cerna, udara melintasi saluran napas, dan urin keluar tubuh. Otot
jantung hanya ditemukan di dinding jantung, yang kontraksinya memompa darah keseluruh
tubuh.
Salah satu otot yang memiliki peran penting dalam beraktifitas olahraga adalah otot
Biceps Brachialis. Otot ini memiliki fungsi utama sebagai pengerak sendi siku untuk gerakan
fleksi. Gerakan fleksi sendiri memiliki peran penting dalam beberapa cabang olah-raga
seperti tenis, bulutangkis, bahkan berlari. Otot yang memiliki dua kaput (kepala) yang
berorigo pada tuberculum supraglenoidalis dan processus coracoideus dan berinsertio pada
tuberositas radii. Otot biceps brachialis adalah otot yang dominan memiliki serabut otot tipe
II atau tipe fast twicth. Otot tipe fast twicth adalah otot yang memiliki serabut otot putih
sehingga memiliki kontraksi otot cepat dan tajam. Sebagai otot tipe I yang merupakan
penggerak sendi maka otot tersebut akan dapat dengan mudah mengalami peningkatan
kekuatan otot bila di berikan latihan khususnya latihan beban.
Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk mengulangi kontraksi dalam jumlah
tertentu. Daya tahan otot sendiri dipengaruhi oleh sistim energi yang digunakan oleh otot
tersebut. Secara umum serabut otot terbagi atas serabut otot cepat dan serabut otot lambat.
Kedua serabut otot tersebut dikenal dengan nama slow twicht muscle dan fast twicht
muscle. Pada otot tipe slow twitch (tipe 1) ketahanan terhadap kelelahan tinggi sehing-ga otot
tersebut relatif memiliki daya tahan yang lebih baik. Sedang otot tipe fast twicth (tipe 2)
memiliki ketahanan terhadap kelelahan rendah sehingga relatif lebih lemah.
II. Tujuan
Menguji konsep bahwa perbedaan sudut sendi akan mengubah panjang otot dan
keuntungan mekanisnya; yang akibatnya adalah berat beban maksimum yang mampu
ditahan akan bervariasi.
III. Alat dan Bahan
1. Karton berukuran 60 x 30 cm dengan gambar busur derajat atau fleksometer.
2. Beban (dumbell) berukuran. 1kg, 2kg, 4kg, dan 10kg.
IV. Cara Kerja
1. Lengan orang percobaan di letakkan di depan karton atau fleksometer, dengan
lengan atas (bahu hingga siku) mendatar dipermukaan alas. Lengan bawah
diangkat sehingga siku fleksi setinggi 200 , berpatokan pada garis di kertas atau
penunjuk fleksometer.
2. Perkirakan berat beban yang akan mampu ditahan oleh OP pada posisi tersebut.
Letakkan dumbell yang sesuai beratnya pada telapak tangannya. OP harus berusaha
menahan beban tersebut sesuai dengan posisi/sudut awalnya.
3. Jika OP masih dapat menahan beban, tambahkan beban sedikit demi sedikit hingga
ia tidak lagi dapat menahan beban tersebut.
4. Catat beban maksimum yang dapt ditahan pada tabel berikut :
Sudut (00) Beban Maksimum Lengan Kanan Beban Maksimum Lengan Kiri
20
45
60
90
120
5. Ulangi langkah 1-4 untuk sudut selanjutnya, serta lengan yang lain.
6. Terapkan nilai yang diperoleh pada grafik xy dengan sumbu x untuk sudut, dan
sumbu y untuk berat beban (lihat contoh grafik). Gambarkan grafik lengan kanan
dengan garis tidak terputus, dan lengan kiri dengan garis terputus.
20 Lengan Kanan
Berat
15
(KG)
10 Lengan Kiri
5
0
15 30 45 60 75 90 105 120
SUDUT (2)
Grafik hubungan beban maksimum yang dapat ditahan oleh lengan pada berbagai
sudut fleksi
7. Berdasarkan hasil percobaan, jawablah pertanyaan berikut :
Pada sudut fleksi berapa otot bisep dapat menahan beban maksimum?
Pada sudut fleksi berapa lengan ada pada keuntungan mekanis yang maksimal?
Mengapa?
Pada sudut fleksi berapa lengan ada pada keuntungan hubungan panjang-
ketegangan otot? Mengapa?
V. Landasan Teori
V. 1. Anatomi Otot Rangka
Otot rangka manusia terbentuk dari kumpulan sel-sel otot dengan rata-rata
panjang 10 cm dan berdiameter 10-100 μm yang berasal secara embrional dari ratusan
sel-sel mesodermal yang melakukan fusi sehingga sebuah sel otot memiliki banyak inti.
Secara mikroskopis sel otot dilapisi oleh struktur membran plasma (sarcolemma) dan
dari sarcolemma ini akan terbentuk lipatan kedalam yang disebut sebagai tubulus T.
Pada bagian dalam sel otot terdapat cairan intraseluler (sarcoplasma) yang berisi
molekul-molekul glikogen, protein myoglobin dan mitokondria yang banyak.
Di dalam sarcoplasma juga terdapat myofibril yang merupakan elemen kontraktil
dari serabut otot. Myofibril tampak seperti diselubungi oleh struktur seperti jaring yang
disebut Sarcoplasmic reticulum yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ion
kalsium yang diperlukan untuk proses kontraksi. Dua buah ujung sarcoplasmic
reticulum yang melebar (terminal cisternae) membelakangi sebuah tubulus T
membentuk struktur yang berperan dalam inisiasi proses kontraksi otot.
Serabut-serabut otot ini akan bergabung dalam suatu kelompok yang lebih besar
yang disebut fasikulus otot. Otot dilindungi oleh jaringan subkutis pada bagian luar dan
fascia pada bagian dalam yang secara umum langsung membungkus otot. Jaringan
subkutis yang terdiri atas sel-sel adiposit berfungi sebagai penghambat panas dan
pelindung otot dari trauma fisik.
Fascia adalah jaringan ikat padat ireguler yang melapisi dan juga
mengelompokkan otot-otot dengan fungsi yang sama. Fascia juga dilewati oleh serabut
saraf, pembuluh darah dan limfe.
Ujung-ujung dari fascia ini akan memanjang membentuk tendon yang berfungsi
untuk melekatkan otot ke tulang dan apabila ujung tersebut membentuk lapisan yang
lebar dan mendatar disebut sebagai aponeurosis. Ada kalanya suatu tendon diselubungi
oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut selubung tendon yang berisis cairan synovial
untuk mengurangi gesekan antara 2 lapis selubung tersebut.
V. 2. Fisiologi Otot
Kontraksi otot melibatkan dua proses pada serabut otot yang terdiri atas:
1) Depolarisasi sarcoplasma karena adanya interaksi asetilkolin dengan
reseptornya.
2) Adanya power stroke (kayuhan bertenaga) dari protein kontraktil otot
Melekatnya asetilkolin dengan reseptornya menyebabkan terbukanya kanal
natrium pada membran plasma sel otot sehingga terjadi aktivitas listrik yang menjalar
hingga ke struktur tubulus T. Adanya aktivitas listrik menyebabkan struktur protein
dihidropiridin yang sensitif terhadap stimulasi elektrik menjadi berubah, sehingga
kanal-kanal kalsium pada ujung lateral reticulum sarcoplasmic yang ditutupinya
menjadi terbuka.
Terbukanya kanal kalsium menyebabkan ion kalsium yang tersimpan pada
reticulum sarcoplasmic keluar menuju ke sarkoplasma dan berikatan pada troponin di
serabut halus. Setelah berikatan, struktur troponin akan berubah sehingga mengekspos
myosin binding space.
Pada saat yang bersamaan, kepala myosin yang sudah teraktivasi melalui energi
yang dihasilkan oleh hidrolisis ATP, akan berikatan pada aktin dan menyebabkan
terjadinya power stroke, yaitu terjadinya penarikan molekul aktin mendekati kepada
garis M pada sarkomer otot.
Hidrolisis ATP yang akan menghasilkan ADP+Pi (fosfat anorganik), dimana
ADP akan melekat pada kepala myosin hingga akhir dari power stroke kemudian
terlepas dan posisinya akan digantikan oleh molekul ATP yang baru.
Melekatnya molekul ATP yang baru akan menyebabkan terjadinya pelepasan
kepala myosin dari aktin dan siklus ini terus berulang pada serabut yang tebal pada otot.
Proses kontraksi otot tidak terjadi secara sinkron, yaitu ketika salah beberapa
kepala myosin berikatan pada aktin, yang lainnya akan terlepas. Hal ini memungkinkan
terjadinya pemendekan sarkomer yang optimal, dimana terdapat beberapa kepala
myosin yang melanjutkan proses power stroke yang telah terjadi sebelumnya, tanpa
menyebabkan pemanjangan kembali dari sarkomer.
Relaksasi otot terjadi ketika tidak adanya ikatan asetilkolin dengan reseptornya,
menyebabkan tidak adanya potensial listrik yang menyebabkan lepasnya kalsium
tambahan dan protein Ca ATPase memompakan kalsium kembali kedalam reticulum
sarcoplasmic. Tidak adanya kalsium menyebabkan troponin kembali pada posisi
awalnya menutupi Myosin binding site pada aktin. Pemendekan sarkomer akibat
adanya ikatan antara myosin dan aktin menyebabkan terjadinya ketegangan pada
serabut otot yang bersangkutan. Ketegangan ini akan diteruskan pada bagian jaringan
ikat yang tidak ikut serta dalam proses kontraksi. Ketegangan dari otot dipengaruhi
oleh:
1. Banyak serabut otot yang ikut berkontraksi
2. Ketegangan dari tiap serabut otot yang berkontraksi
Banyak serabut otot ditentukan oleh seberapa besar kekuatan otot yang
diperlukan, jika semakin besar kekuatan otot yang diperlukan maka akan semakin
banyak motor unit yang akan direkrut untuk ikut serta oleh kontrol persarafan pusat.
Ketegangan tiap serabut otot dipengaruhi oleh:
1) Frekuensi rangsangan saraf pada otot
2) Panjang otot sebelum kontraksi
Otot dapat diaktivasi oleh beberapa potensial aksi karena otot memerlukan waktu
yang lebih lama dalam menyelesaikan satu siklus kontraksinya dimana potensial aksi
dan masa refrakter dari neuron yang memepersarafinya telah lama berakhir.
Ada dua cara frekuensi saraf yang tinggi dapat meningkatkan ketegangan otot,
pertama tembakan potensial aksi kedua yang terjadi sebelum siklus kontraksi otot
selesai akan menambah kembali jumlah kalsium didalam sel. Kadar kalsium yang
tinggi kembali memungkinkan untuk terbukanya myosin binding space yang terdapat
pada aktin. Kedua, otot memiliki sifat elastis yang akan kembali lagi ke bentuk awalnya
setelah kontraksi. Akan tetapi jika mendapat potensial aksi selanjutnya sebelum terjadi
hal itu, maka ketegangan otot akan bertambah dengan adanya tegangan residual dari
kontraksi sebelumnya.
Panjang serabut otot yang optimal memungkinkan terjadi keluaran tenaga yang
maksimal. Hal ini didukung oleh adanya Length-tension Relationship yang menyatakan
bahwa apabila panjang serabut otot menjadi lebih pendek atau panjang dari optimal
maka akan terjadi penurunan dari keluaran tenaga otot tersebut, karena akan terjadi
ikatan antara molekul aktin dan myosin yang tidak maksimal.
Pada serabut otot yang lebih pendek terjadi tumpang tindih antara molekul aktin
yang berdekatan sehingga jumlah ikatan antara aktin-myosin akan menurun dan jarak
antara 2 garis Z yang memendek akan menyebabkan halangan bagi sarkomer untuk
memendek lebih lanjut, sebaliknya serabut otot yang lebih panjang menyebabkan
kurangnya jumlah aktin yang dapat berikatan pada myosin karena terjadi pemanjangan
pita-A dari sarkomer.
V. 3. Anatomi Dan Fisiologi Otot Biceps Brachii
Otot biceps brachii merupakan salah satu skeletal dimana jika dilihat melalui
mikroskop cahaya terdapat serat lintang yaitu adanya pita atau garis gelap dan garis
terang yang tersusun secara bergantian, otot ini merupakan jenis otot volunter dimana
otot ini dipersyarafi oleh sistem saraf somatik dan berada dibawah pengaruh kesadaran
kita. Otot biceps brachii salah satu penggerak tubuh yang fungsi utamanya untuk
melakukan gerakan fleksi siku dan juga membantu dalam melakukan gerakan supinasi
pada pada forearm dimana akan lebih kuat bekerja pada posisi fleksi sendi siku.
Biceps brachii adalah otot yang fasikulusnya berbentuk fusiform dengan 2 kepala.
Kedua kepala tersebut berasal dari prosesus scapulae dan akan bersatu pada bagian
distal dan dihubungkan oleh tendon ke tulang radius.
Dari Supraglenoid tuberculum, tendon dari kepala yang lebih besar akan
melewati kepala humerus dari cavum glomerohumeral. Ketika menuruni intertubular
sulcus dari humerus, tendon ini akan diselubungi oleh membran sinovial. Struktur
ligamentum tranversus humeral berfungsi untuk menahan agar tendon tersebut tetap
berada pada posisinya.
Otot biceps brachii tergabung pada kelompok fleksor lengan atas yang dibatasi
oleh medial dan lateral intermuscular septum yang dibentuk oleh bagian dalam
brachial fascia yang menyelubungi lengan atas dan berbatasan langsung dengan fascia
deltoid, pectoralis, axilary dan infraspinosus
Otot biceps brachii merupakan jenis otot tipe satu(tonic) dimana otot ini
mempunyai fungsi sebagai stabilisasi, bekerja secara aerobic, kontraksinya lambat
landai, aktivitas myosin ATPasenya rendah, tidak mudah lelah, warnanya merah dan
banyak memiliki mitokondria, diameternya 27 mcm, suplai darahnya ekstensif, motor
end platenya kecil, diameter serabut sarafnya kecil jumlah motor unitnya kecil, waktu
kontrak-sinya 85 mili second, kecepatan konduksi sarafnya lambat.
V. 4. Adaptasi Otot
Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah atau plastisitas yang besar
dalam memberi respon terhadap berbagai bentuk perlatihan. Plastisitas ini berupa
adaptasi aktivitas kontraksi yang berbeda akibat bentuk latihan yang berbeda, yang
dalam hal ini adalah latihan kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance). Di tingkat
seluler, adaptasi latihan dapat terlihat sebagai akumulasi sejumlah protein yang
penyebab utamanya adalah perubahan ekspresi gen. Di tingkat organ, perbedaan ini
tampak sebagai otot rangka yang berbeda karakteristiknya. Otot rangka memiliki
plastisitas yang tinggi. Dua jenis perubahan dapat ditimbulkan pada serat otot :
perubahan dalam kemampuan menghasilkan ATP dan perubahan garis tengah.
Dalam suatu latihan otot, beban kerja diberikan dalam bentuk massa yang harus
dilawan atau dipindahkan oleh gaya kontraksi otot. Dengan memperhatikan besar beban
(resistance/intensity) dan ulangan kontraksi otot (repetitions), pembebanan terhadap
otot dapat diatur. Setiap jenis latihan tersebut merupakan rangsang yang sifatnya
spesifik yang akan menghasilkan suatu bentuk adaptasi otot yang juga bersifat spesifik.
Sifat spesifik dari perangsangan ini juga berlaku khusus pada otot/kelompok otot yang
diaktifkan sehingga analisis kerja otot khususnya otot penggerak utama (prime mover)
– pada berbagai bentuk latihan harus diperhatikan agar latihan otot dapat mencapai
tujuan. Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah atau plastisitas yang besar
dalam memberi respon terhadap berbagai bentuk perlatihan.
Pada suatu latihan kekuatan otot, peningkatan kekuatan otot awalnya disebabkan
oleh perbaikan kontrol sistem saraf motorik seperti penyelarasan rekrutmen motor unit,
penurunan penghambatan autogen Golgi tendon organ, koaktivasi otot agonis dan
antagonis serta frekuensi impuls motorik yang menuju motor unit. Perubahan struktur
dapat terjadi sebagai akibat latihan kekuatan, baik di neuromuscular junction maupun
di serat otot. Pembesaran otot, atau disebut juga hipertrofi otot dapat terjadi sebagai
akibat dari latihan kekuatan otot. Ukuran otot yang sebenarnya dapat ditingkatkan
dengan latihan-latihan resistensi anaerob berintensitas tinggi dan durasi singkat,
misalnya angkat beban. Pembesaran otot yang terjadi terutama disebabkan oleh
meningkatnya garis tengah (hipertrofi) serat-serat glikolitik cepat yang diaktifkan
selama kontraksi-kontraksi kuat tersebut. Sebagian besar penebalan serat disebabkan
oleh meningkatnya sintesis filamen aktin dan miosin, yang memungkinkan peningkatan
kesempatan kekuatan kontraktil otot. Stres mekanis yang ditimbulkan latihan resistensi
pada serat-serat otot memicu protein-protein penyalur sinyal, yang mengaktifkan gen-
gen yang mengarahkan sistesis lebih kontraktil ini banyak protein.
Akibat latihan daya tahan, otot juga akan mengalami sedikit hipertrofi namun
adaptasi terbesar terjadi pada proses biokimiawi di dalam otot. Mitokondria otot
meningkat jumlahnya, disertai peningkatan jumlah dan aktivitas enzim oksidatif yang
ditunjang oleh perubahan struktur lain yang menunjang peningkatan kerja otot seperti
peningkatan mikrosirkulasi otot. Penelitian selanjutnya memperlihatkan bahwa otot
yang terlatih daya tahannya (endurance-trained) dapat lebih efektif menggunakan
trigliserida, glukosa dan asam lemak bebas sebagai sumber energi sedemikian rupa
sehingga sumber energi utama otot tersebut pada waktu exercise berubah dari
karbohidrat menjadi lemak.
V. 5. Sistem Pengungkit (Tuas) Tubuh
Sebagian besar otot rangka melekat ke tulang melewati sendi, membentuk sistem
tuas. Tuas adalah struktur kaku yang mampu bergerak mengelilingi suatu titik sumbu
yang disebut fulkrum. Di tubuh, tulang berfungsi sebagai tuas, send sebgai fulkrum,
dan otot rangka menghasilkan gaya untuk menggerakan tulang. Bagian tuas antara
fulkrum dan titik tempat gaya ke atas terbentuk disebut lengan gaya; bagian fulkrum
dan gaya bewah yang ditimbulkan oleh beban dsebut lengan beban.
Sistem tuas yang paling umum di tubuh dicontohkan oleh fleksi sendi siku. Otot-
otot rangka, misalnya biceps yang kontraksinya menekuk sendi siku, terdiri dari banyak
serat penghasil tegangan yang berjalan sejajar (berdampingan) yang dapat
menghasilkan gaya besar di tempat insersi tetapi memendek hanya dalam jarak pendek
dan kecepatan relatif rendah. Sistem tuas sendi siku memperkuat gerakan lambat
pendek biceps menjadi gerakan tangan yang lebih cepat dan jangkauan lebih panjang.
VI. Hasil Praktikum
Sudut ( ͦ ) Beban maksimum lengan kanan
(kg)
Beban maksimum lengan kiri (kg)
20 4 4
45 4 4
60 10 10
90 10 10
120 10 10
Grafik hasil percobaan pada OP
VII. Pembahasan
Menurut pengamatan tersebut dapat dianalisa bahwa kedua lengan OP memiliki
keterbatasan mengangkat beban tertentu. OP mampu mengangkat beban 1 kg, 2 kg, dan 4 kg
pada semua sudut yang telah di tetapkan (20 , 45 , 60 , 90 , 120 ), sedangkan pada beban 10
kg OP hanya mampu mengangkat beban pada sudut 60 , 90 , 120 .
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan berat beban maksimum yang dihasilkan
pada kedua lengan OP berbeda pada setiap sudut, pada sudut 60 otot biceps memegang
beban paling besar, sedangkan pada sudut 120 otot triceps lah yang memegang beban paling
besar.
Secara umum untuk mempertahankan lengan tetap pada posisi sudutnya, dibutuhkan
tenaga otot yang cukup untuk menimbulkan torsi yang paling tidak sama besarnya dengan
torsi yang terjadi karena beban. Telah kita ketahui bahwa diperlukan tegangan otot untuk
mengangkat beban. Tanpa adanya tegangan otot tidak dapat melawan tahanan (beban).
Semakin besar jumlah serat yang berkontraksi, semakin besar tegangan total otot. Otot-otot
bekerja dengan menggunakan tegangan pada tempat insersi di dalam tulang, dan tulang-tlang
kemudian membentuk berbagai jenis sitem pegungkit. Pada sudut fleksi 90º posisi beban
tepat berada di atas titik tumpu. Sehingga beban yang diberikan pada orang percobaan akan
ditahan oleh penumpu. Seperti pada prinsip kerja pengungkit ketika kuasa lebih jauh dari titik
tumpu maka kuasa yang dapat ditahan lebih kecil daripada posisi kuasa lebih mendekati titik
tumpu. Untuk bagian otot biceps, bila lengan bawah berada tepat pada sudut siku-siku (90 )
dengan lengan atas, perlekatan tendo biceps memilki ukuran yang lebih panjang daripada saat
otot melakukan ekstensi (sudut kurang dari 90 ) dan kekuatan/kemampuan yang dihasilkan
pun lebih besar daripada saat ekstensi. Hal ini terbukti dalam percobaan dimana kemapuan
mengangkat beban lebih besar pada sudut 90 , 120 dan semakin mengecil pada sudut
dibawah 90 .
Pada praktikum kali ini kekuatan otot terbesar berada pada posisi 90 , karena pada
sudut ini biceps berada pada panjang optimumnya (50% dari panjang otot sewaktu relaksasi).
Sehingga jumlah jembatan silang yang terbentuk antara aktin dan miosin juga maksimal,
yang akan menghasilkan kontraksi jumlah besar dan kekuatan otot yang lebih besar juga.
Sedangkan pada sudut 20 , 45 dan 60 otot berada pada panjang yang melebihi panjang
optimalnya (I0) sebelumnya berkontraksi, sehingga lebih sedikit tempatnya pengikatan
filamen tipis yang dapat berikatan dengan jembatan silang filamen tebal, karena filamen tipis
tertarik ke luar dari antara filamen-filamen tebal. Akibatnya kekuatan otot yang dihasilkan
lebih kecil daripada panjang optimalnya (I0). Sebaliknya jika sebelum kontraksi otot lebih
pendek daripada panjang otot maksimal (pada fleksi sebesar 1200) maka tegangan yang
terbentuk akan lebih kecil.
Dalam hal ini faktor sudut mempengaruhi kekuatan otot lengan dalam mengangkat
beban. Semakin besar sudut semakin kecil gaya yang diperlukan oleh otot lengan, artinya
semakin besar sudut semakin mudah pula OP utuk mengangkat beban.
Jawaban Pertanyaan :
1. Pada sudut fleksi berapa otot bisep dapat menahan beban maksimum ?
Umumnya, untuk mempertahankan lengan tetap pada posisi sudutnya, dibutuhkan tenaga
otot yang cukup untuk menimbulkan torsi yang paling tidak sama besarnya dengan torsi
yang terjadi karena beban ( simbol sigma tau=0). Gaya otot yang bekerja, dalam hal ini
adalah otot bisep, kecuali pada sudut 120° otot yang berperan dalam menahan beban adalah
otot trisep.
Pada sudut 90°, yang berarti sebenarnya otot tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk
mencegah beban jatuh. Selain itu, beban yang diberikan juga ditahan oleh struktur tulang
sehingga beban semaksimal mungkin dapat ditahan, dapat dikatakan pula OP dapat paling
maksimal karena tidak menghasilkan gaya karena jarak lengan beban dan sendi dibagian
siku menjadi titik tumpu adalah 0 cm .
Untuk sudut 120°, beban tidak ditahan oleh gaya yang dihasilkan oleh otot biseps,
melainkan otot triseps, yang secara vektor akan memberikan gaya putaran searah jarum jam,
sementara beban akan memberikan gaya putaran berlawanan arah jarum jam (kebalikan dari
penahanan beban di sudut yang lebih kecil dari 90 derajat). Dari hasil perhitungan,
didapatkan hasil bahwa nilai cotangen sudut 120° yang bekerja pada sudut ini sama dengan
nilai pada sudut 60°, sehingga gaya yang diperlukan otot triseps untuk menahan beban pada
beban dengan berat tertentu pada sudut 120° tidak jauh berbeda dengan gaya yang
diperlukan otot bisep untuk menahan beban yang sama pada sudut 60° posisi ini juga
memberikan keuntungan biomekanis yang lebih baik daripada sudut 20° maupun 45°.
Sehingga itu juga pada praktikum kali ini OP dapat menahan beban maksimum di fleksi 60°,
90°, dan 120° .
2. Pada sudut fleksi berapa lengan ada pada keuntungan mekanis yang maksimal?
Mengapa ?
Sebagian besar otot rangka melekat ke tulang melewai sendi, membentuk sistem tuas.
Tuas adalah struktur kaku yang mampu bergerak mengelilingi suatu titik umbu yang dikenal
sebagai fulcrum. Di tubuh, tulang berfungsi sebagai tuas, sendi sebagai fulcrum dan otot
rangka menghasilkan gaya untuk menggerakan tulang. Bagian tuas antara fulcrum dan titik
tempat gaya ke atas terbentuk disebut lengan daya, bagian antara fulcrum dan gaya ke bawah
yang ditimbulkan oleh beban disebut sebagai lengan beban.
Gambar 1. Hubungan sistem tuas pada siku
Pada sudut fleksi 90º lengan berada pada keuntungan mekanis maksimal, karena pada
sudut fleksi 90º posisi beban tepat berada di atas titik tumpu. Sehingga beban yang diberikan
pada orang percobaan akan ditahan oleh penumpu. Pada prinsip kerja tuas (pengungkit),
semakin jauh posisi titik kuasa dari titik tumpu, maka gaya ke atas akan lebih kecil sehingga
apabila diberi gaya tekan ke bawah, maka gaya tekan yang dibutuhkan juga kecil. Sebaliknya
jika posisi titik kuasa mendekati titik tumpu maka gaya ke atas akan lebih besar sehingga
gaya tekan yang dibutuhkan juga besar.
Gambar 2. Hubungan beban dan titik tumpu
Seperti pada prinsip kerja pengungkit tersebut, ketika lengan fleksi pada sudut 20º yang
berarti posisi beban (jika pada pengungkit disebut kuasa), lebih jauh dari titik tumpu maka
beban yang dapat ditahan (gaya tekan ke bawah) akan lebih kecil dari ketika lengan fleksi 45º
yang berarti posisi beban lebih mendekati siku (titik tumpu). Sedangkan pada saat lengan
fleksi 90º, maka beban yang diberikan akan di tahan oleh titik tumpu, sehingga lengan dapat
menahan beban maksimal pada fleksi lengan 90º.
3. Pada sudut fleksi berapa lengan ada pada keuntungan hubungan panjang – ketegangan
otot? Mengapa ?
Sudut fleksi lengan sebesar 900 ada pada keuntungan hubungan panjang-ketegangan otot
karena:
a. Pada panjang otot optimal yaitu fleksi lengan sebesar 900, ketika dapat dihasilkan
tegangan maksimal, filamen-filamen tipis secara optimal bertumpang tindih dengan regio-
regio filamen tebal tempat menonjolnya jembatan silang. Pada panjang ini, jembatan
silang yang dapat diakses bagi molekul aktin untuk pengikatan dan penekukan jumlahnya
maksimal. Bagian tengah filamen tebal, di mana tidak terjadi tumpang tindih dengan
filamen tipis pada panjang otot optimal, tidak memiliki jembatan silang; di sini hanya
dijumpai ekor miosin.
b. Pada panjang otot yang lebih besar yaitu fleksi lengan sebesar 200, 450, dan 600,
filamen tipis tertarik dari antara filamen-filamen tebal sehingga jumlah tempat aktin yang
tersedia untuk mengikat jembatan silang berkurang; yaitu, sebagian dari tempat di aktin
dan jembatan silang tidak lagi “berpasangan” sehingga keduanya “tidak terpakai”. Karena
aktivitas jembatan silang yang berlangsung lebih sedikit maka tegangan yang terbentuk
juga lebih kecil. Pada kenyataannya, ketika otot diregangkan menjadi sekitar 70% lebih
panjang daripada panjang otot optimal filamen-filamen tipis tertarik seluruhnya dari
antara filamen-filamen tebal, rnenghambat aktivitas jembatan silang dan karenanya tidak
terjadi kontraksi.
c. Jika sebelum kontraksi otot lebih pendek daripada panjang otot maksimal (pada fleksi
sebesar 1200) maka tegangan yang terbentuk akan lebih kecil karena tiga alasan:
1. Filamen tipis dari sisi sarkomer yang berlawanan menjadi bertumpang tindih dan
membatasi kesempatan interaksi jembatan silang dengan aktin.
2. Ujung-ujung filamen tebal tertekan ke garis Z sehingga tidak terjadi pemendekan
lebih lanjut.
3. Selain kedua faktor mekanis ini, pada panjang otot yang kurang dari 80% dari
panjang otot optimal, tidak banyak Ca2+ yang dibebaskan selama penggabungan
eksitasi-kontraksi oleh sebab-sebab yang belum diketahui. Selain itu, oleh
mekanisme yang belum jelas, kemampuan Ca2+ mengikat troponin dan menarik
kompleks troponin-tropomiosin ke samping berkurang pada panjang otot yang
kecil. Karena itu, lebih sedikit bagian aktin yang terpajan untuk ikut serta dalam
aktivitas jembatan silang.
VIII. Kesimpulan
Menurut hasil pengamatan otot biseps dapat menahan beban maksimum pada sudut
fkelsi 60°, 90°, dan 120°. Pada sudut fleksi 90º lengan berada pada keuntungan mekanis
maksimal, karena pada sudut fleksi 90º posisi beban tepat berada di atas titik tumpu. Pada
keuntungan hubungan panjang-ketegangan otot pada sudut fleksi sebesar 90º karena otot
pada panjang otot optimal dapat dihasilkan tegangan maksimal.
IX. Saran
Sebaiknya praktikum fisiologi mengenai kontraksi otot di coba untuk OP wanita
untuk mengetahui mengenai perbedaan yang terjadi pada kerja otot bicep dan tricep pada
pria maupun wanita.
X. Daftar Pustaka
Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Ed 6. EGC : Jakarta, 2011
Guyton, Hall. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 12. Elsevier Pte.
Ltd. : Singapura, 2011
Diktat Kuliah. Kerja dan Pesawat Sederhana.Universitas Negeri Yogyakarta