LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

39
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah yang dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg) (Guyton & Hall, 2006). Pengukurannya menggunakan alat yang dinamakan sphygmomanometer atau tensimeter. Sphygmomanometer terbagi atas tiga macam, yaitu sphygmomanometer air raksa, sphygmomanometer aneroid, dan sphygmomanometer electronic, namun yang paling sering digunakan adalah sphygmomanometer air raksa (Susilo & Wulandari, 2011). Pengukuran tekanan darah bebas dilaksanakan pada posisi duduk ataupun berbaring, namun yang terpenting lengan tangan harus dapat diletakan dengan santai. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. (Ronny et al., 2010) Hasil dari pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas yang akan dilakukan sebelum pengukuran, tekanan atau stress yang akan dialami, posisi saat pengukuran berdiri atau duduk, serta waktu pengukuran (Yasmine, 2007). Banyak informasi mengenai posisi lengan terhadap tekanan darah namun sedikit sekali informasi yang diberikan dari literatur 1

description

tanda-tanda vital tubuh

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh darah yang dinyatakan dalam milimeter air raksa

(mmHg) (Guyton & Hall, 2006). Pengukurannya menggunakan alat yang dinamakan

sphygmomanometer atau tensimeter. Sphygmomanometer terbagi atas tiga macam,

yaitu sphygmomanometer air raksa, sphygmomanometer aneroid, dan

sphygmomanometer electronic, namun yang paling sering digunakan adalah

sphygmomanometer air raksa (Susilo & Wulandari, 2011). Pengukuran tekanan darah

bebas dilaksanakan pada posisi duduk ataupun berbaring, namun yang terpenting

lengan tangan harus dapat diletakan dengan santai. Peningkatan tekanan darah

disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya,

penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. (Ronny et al., 2010)

Hasil dari pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

aktivitas yang akan dilakukan sebelum pengukuran, tekanan atau stress yang akan

dialami, posisi saat pengukuran berdiri atau duduk, serta waktu pengukuran

(Yasmine, 2007). Banyak informasi mengenai posisi lengan terhadap tekanan darah

namun sedikit sekali informasi yang diberikan dari literatur mengenai pengaruh

posisi tubuh terhadap hasil pengukuran tekanan darah (Eser, 2007). Pengukuran

darah juga sebaiknya dilakukan pada kedua lengan yakni kanan dan kiri karena

apabila ada perbedaan yang sangat mencolok, dikhawatirkan adanya gangguan

vaskuler maupun organis aliran darah. Perbedaan tekanan darah juga ditemukan pada

pria dan wanita dikarenakan hormon-hormon tertentu.

I.2 Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya percobaan pengukuran tekanan darah ini adalah

untuk:

1. Mengetahui cara pengukuran tekanan darah dan denyut nadi dengan berbagai

metode pengukuran

1

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

2. Mengetahui perbedaan pengukuran tekanan darah antara tangan kanan dan

kiri

3. Mengetahui cara pengukuran tekanan darah dengan berbagai macam

sphygmomanometer

4. Mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah dan denyut nadi

5. Mengetahui pengaruh latihan terhadap tekanan darah dan denyut nadi

6. Mengetahui pengaruh stress terhadap tekanan darah dan denyut nadi

2

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BAB II

DASAR TEORI

II.1 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh darah yang dinyatakan dalam milimeter air raksa

(mmHg) (Guyton & Hall, 2006). Pengukurannya menggunakan alat yang dinamakan

sphygmomanometer atau tensimeter. Sphygmomanometer terbagi atas tiga macam,

yaitu sphygmomanometer air raksa, sphygmomanometer aneroid, dan

sphygmomanometer electronic, namun yang paling sering digunakan adalah

sphygmomanometer air raksa (Susilo & Wulandari, 2011)

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam

pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses

ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk

menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan

ketahanan yang kuat. Jantung adalah pompa otot beruang empat yang mendorong

darah mengelilingi sirkulasi. Jantung terutama tersusun dari jaringan otot jantung.

Kedua atria mempunyai dinding yang relatif tipis dan berfungsi sebagai ruangan

penampungan bagi darah yang kembali ke jantung, dan hanya memompa darah

dalam jarak yang sangat dekat menuju ventrikel. Ventrikel mempunyai dinding yang

lebih tebal dan jauh lebih kuat dibandingkan dengan atrium, khususnya ventrikel kiri,

yang harus memompa darah keluar ke seluruh organ tubuh melalui sirkuit sistemik.

Empat katub dalam jantung berfungsi untuk mencegah aliran balik darah (Campbell

dkk, 2000:47).

Tekanan darah dapat digolongkan menjadi tekanan sistolik dan diastolik.

Tekanan darah sistole adalah tekanan darah yang direkam selama kontraksi

ventrikuler. Tekanan darah diastole adalah tekanan darah yang direkam selama

relaksasi ventricular. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan

denyutan adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan denyutan

normal kira-kira 40 mmHg yang memberikan informasi tentang kondisi arteri

(Soewolo dkk, 2005: 261-265).

3

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa

Kategori Sistole Diastole

Hipotensi < 90 mmHg < 60 mmHg

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal Tinggi 130 - 139 mmHg 85 – 89 mmHg

Stadium 1

(Hipertensi Ringan)

140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Stadium 2

(Hipertensi Sedang)

160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg

Stadium 3

(Hipertensi Berat)

180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg

Stadium 4

(Hipertensi Emergensi)

≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

Sumber: WHO – International, European & British Hypertension Society (2004)

Tekanan sistolik adalah tekanan darah tertinggi yang dicapai pada saat

kontraksi ventrikel. Puncak tekanan sistolik di dalam aorta ditentukan oleh volume

sekuncup ventrikel kiri, kecepatan ejeksi dan elastisitas dinding aorta. Tekanan ini

dapat meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Tekanan diastolik adalah tekanan

darah terendah yang dicapai saat ventrikel relaksasi maksimum. Tekanan darah

sebagian tergantung kepada kekuatan dan volume darah yang dipompa oleh jantung

dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriole. Kontraksi ini

dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik

dalam medula oblongata. Pusat vasomotorik berfungsi untuk mengatur bagian

periferi mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan.

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung

seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi.

Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan

struktur dengan ujung-ujung jari. Sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi,

apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara dari dalam tubuh

dengan bantuan stetoskop. Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan

pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis,

4

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical,

arteri tibialis posterior (Saladin, 2003: 94).

II.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah dapat mengalami perubahan bersamaan dengan perubahan-

perubahan gerakan yang fisiologis, seperti saat latihan jasmani, waktu adanya

perubahan mental karena kecemasan dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan.

Karena itu sebaiknya tekanan darah diukur saat orang dalam keadaan tenang,

istirahat dan sebaiknya dalam sikap rebahan (Pearce, 1995: 151).

Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

tekanan darah, diantaranya adalah:

1. Umur

Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan

sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada

orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini

mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat

karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan

tekanan darah.

2. Jenis Kelamin

3. Olahraga

Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.

4. Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan

darah.

5

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

II.3 Cara Mengukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri.

Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya

dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001). Bahaya

yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada

lokasi penusukkan, adanya bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan:

ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung

dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.

Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat

pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini

dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai

dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis

(Smeltzer & Bare, 2001).

Tanda-tanda vital utama yang termasuk dalam pengukuran tekanan darah

meliputi empat tanda utama, yaitu:

1. Tekanan Darah

2. Denyut Nadi (kecepatan, irama, kualitas)

3. Suhu Tubuh

4. Pernafasan (kecepatan, kedalaman, irama)

5. Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)

Cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan

kencang dan lembut pada lengan atas, sejajar jantung dan 2 mm diatas fovea cubity,

kemudian pompa udara ditekan-tekan hingga manset mengembang. Tekanan dalam

manset dinaikkan sampai denyut radial atau brachial menghilang sekitar 20 mmHg

diatas normal tekanan sistolik. Kemudian manset dikempiskan perlahan dengan

melepaskan klep pada pompa udara secara perlahan, dan dilakukan pembacaan

secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur

tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik

dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001). Untuk mengauskultasi

tekanan darah, bagian stetoskop yang berbentuk membran cekung diletakkan pada,

yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul. Bunyi yang pertama kali

6

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

terdengar, menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi

Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar

dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik

dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001). Bunyi

Korotkoff ini terdiri 5 tahap:

1. K-1 yakni saat bising nadi mulai terdengar (Tekanan Sistole)

2. K-2 yakni saat bising nadi mulai melemah dan memanjang

3. K-3 yakni saat bising nadi mulai terdengar kembali

4. K-4 yakni saat bising nadi mulai menjauh (Tekanan Diastole)

5. K-5 yakni saat bising nadi mulai menghilang

Manset dilonggarkan lagi sampai darah mengalir secara bebas melalui arteri,

dan suara di bawah ikatan menjadi tidak terdengar lagi. Tekanan pada titik ini

disebut tekanan diastolik yang masih tersisa dalam arteri ketika jantung berelaksasi.

7

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan Tempat

Hari : Kamis, 29 Oktober 2015

Waktu: 12.20 – 15.05

Tempat: Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Jember

III.2 Alat dan Bahan

1. Stetoskop

2. Metronom

3. Stopwatch

4. Bangku step-test Harvard (wanita 17 inchi, pria 19 inchi)

5. Bak untuk tempat es

6. Sphygmomanometer / tensimeter air raksa, aneroid dan digital

III.3 Prosedur Percobaan

III.3.1 Pengukuran Tekanan Darah

Tahap pemeriksaan:

1. Istirahatkan dulu orang coba selama 5 menit

2. Lakukan pengukuran tekanan darah 2 kali dengan sphygmomanometer

terbuka. Jika berdasar hasil pengukuran tekanan darah terdapat selisih

tekanan darah >10 mmHg pada pengukuran ke-1 dan ke-2 pada sistolik dan

atau pada diastolik, lakukan pengukuran ke-3

3. Naikkan tekanan sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistole normal,

jaga samai nadi A. Brachialis di lengan kanan tidak teraba pada cara palpasi

atau hilangnya suara pada cara auskultasi

4. Ukurlah tekanan sistole dan diastole dengan cara palpasi dan auskultasi.

Turunkan tekanan menset dengan membuka klep pompa secara perlahan.

Perhatikan dengan seksama suara bising nadi (K-1) dan tentukan tingkat-

tingkat suara dari Korotkoff sampai suara melemah/menghilang (K-4 / K-5)

8

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

5. Catat hasil percobaan Anda

Gambar II.1 Pengukuran Tekanan Darah

III.3.2 Pengukuran Tekanan Darah pada Lengan Kiri

1. Ulangi percobaan butir 1 sampai 4 pada 2.3.1 di atas dengan lengan tangan

kiri

2. Catat hasil percobaan Anda

III.3.3 Pengukuran Tekanan Darah dengan Berbagai Tensimeter

1. Ulangi percobaan butir 1 sampai 4 menggunakan tensimeter aneroid da

digital (pada lengan kanan)

2. Catat hasil percobaan Anda

III.3.4 Pengaruh Posisi Tubuh pada Tekanan Darah dan Denyut Nadi

Setiap anggota kelompok memilih satu orang untuk percobaan ini, sesuai

dengan urutan tahap pemeriksaan di atas.

1. Berbaring terlentang,

Ukurlah secara palpasi dan auskultasi tekanan darah dan denyut nadi orang

coba sampai 3 kali berturut-turut dan ambillah nilai rata-ratanya

2. Duduk,

9

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Perintahkan orang coba duduk tenang selama 5 menit, kemudian ukurlah

secara palpasi dan auskultasi tekanan darah dan denyut nadinya 3 kali

berturut-turut dan ambillah nilai rata-ratanya

3. Berdiri,

Perintahkan orang coba berdiri dengan tenang dalam sikap “bersiap” selama

5 menit, kemudian ukurlah tekanan darah dan denyut nadinya 3 kali berturut-

turut dan ambillah nilai rata-ratanya

4. Catat hasil pengukuran

III.3.5 Pengaruh Latihan pada Tekanan Darah dan Denyut Nadi

Pilih salah satu orang coba untuk masing-masing kelompok.

1. Menset tensimeter aneroid dipasang dan tekanan darahnya diukur dalam

keadaan duduk dan mencatat denyut nadinya dengan tensimeter aneroid.

2. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun

bangku dengan kecepatan 10 kali per menit selama 2 menit.

3. Segera setelah naik turun bangku berakhir, ukur tekanan darah dan catat

frekuensi nadinya.

4. Teruskan mengukur tekanan darah dengan interval 3 menit sampai menjadi

normal kembali.

5. Ukur tekanan darah dan denyut nadi sebelum dilakukan percobaan

berikutnya.

6. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun

bangku dengan kecepatan 15 kali per menit selama 2 menit.

7. Segera setelah naik turun bangku berakhir, ukur dan catat tekanan darah

denyut nadinya kembali.

8. Teruskan mengukur tekanan darah dengan interval 3 menit sampai dengan

normal kembali.

9. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun

bangku dengan kecepatan 20 kali per menit selam 2 menit.

10. Masukkan hasil yang diperoleh ke dalam tabel berikut yang meliputi tekanan

sistole dan diastole.

11. Lakukan percobaan 1-10 dengan tensimeter aneroid dan digital.

10

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

12. Masukkan hasil yang diperoleh ke dalam tabel berikut yang meliputi tekanan

sistole dan diastole dan denyut nadi.

13. Gambarkan dalam kertas milimeter grafik hasil pengukuran frekuensi nadi

dengar tekanan sistole dan diastole, masing-masing pada absis dan ordinat.

III.3.6 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test

Masukkan satu tangan ke dalam panci selama waktu tertentu, maka akan

terlihat bahwa suhu berpengaruh terhadap tekanan darah dan denyut nadi. Test ini

merupakan suatu test yang baik untuk menentukan labilitas tekanan darah.

Pilihlah orang coba untuk masing-masing kelompok.

(1) Perintahkan orang coba untuk duduk tenang selama 5 menit, kemudian ukur

tekanan darah dan denyut nadinya dengan tensimeter air raksa sampai

didapatkan hasil yang sama 2 kali berturut-turut.

(2) Perintahkan orang coba memasukkan tangan kirinya ke dalam bak air es

(4oC) sampai 15 cm diatas fovea decubitus, selama 60 detik.

(3) Ukurlah tekanan darah pada detik ke-60 di dalam air es.

(4) Ukurlah tekanan darah dan denyut nadi setelah perendaman dengan interval 2

menit sampai tekanan darah dan denyut nadi menjadi kembali normal.

(5) Catat hasilnya.

11

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. HASIL PENGUKURAN

IV.1.1 Pengukuran Tekanan Darah

OrangParamat

er

Manometer Air Raksa Aneroid

I II III

Rerat

a I II III

Rerat

a

Ke-1

(Pria)

Tangan

kanan

110/8

0

112/7

8

110/8

2

111/8

0

120/9

0

122/9

0

122/9

2

121/8

7

Tangan

Kiri

114/7

5

113/7

4

115/7

5

114/7

5

122/8

0

122/9

0

120/8

8

121/8

6

                   

Ke-2

(Wanita

)

Tangan

Kanan

79//6

280/62 80/60 80/61 91/70 90/70 90/70 90/70

Tangan

Kiri90/70 90/70 92/72 91/71 90/70 90/70 90/70 90/70

Oran

g

Param

ater

Digital

I II III

Rer

ata

Ke-1

(Pria)

Tanga

n

kanan

100/

78

102/

64

103/

56

102/

66

Tanga

n Kiri

112/

94

104/

70

108/

89

108/

84

           

Ke-2

(Wan

ita)

Tanga

n

Kanan

90/5

6

88/5

4

88/5

5

87/5

5

Tanga

n Kiri

80/5

4

80/5

4

82/5

4

81/5

4

12

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

13

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

IV.1.2 Pengaruh Posisi Tubuh

Orang

Berbaring Duduk

I II III

Rerat

a I II III

Rerat

a

Ke-1

(Pria)

110/

75

110/

75

110/

75

110/

75

110/

81

110/

81

110/

81

110/

81

                 

Ke-2

(Wanit

a)

90/6

0

90/6

5

90/6

0

90/6

2

90/7

0

90/7

0

90/7

0

90/7

0

OrangBerdiri

I II III Rerata

Ke-1

(Pria)110/83

110/8

3

110/8

3

110/8

3

         

Ke-2

(Wanita

)

80/54 82/54 82/54100/8

0

14

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

IV.1.3 Pengaruh Latihan

Kecepatan 10 kali/menit

OrangParamet

er

Nadi

(kali/mn

t)

Sistole

(mmHg

)

Diastol

e

(mmHg

)

Ke-1

(Pria)

Pra-test 93 116 78

Post-test 102 122 75

3 menit 93 112 72

6 menit 92 112 69

         

Ke-2

(Wanit

a)

Pra-test 105 93 53

Post-test 113 102 63

3 menit 113 90 57

6 menit 106 93 55

Kecepatan 15 kali/menit

Orang Parameter

Nadi

(kali/mnt

)

Sistole

(mmHg

)

Diastol

e

(mmHg

)

Ke-1

(Pria)

Pra-test 93 116 78

Post-test 109 136 86

3 menit 92 107 74

6 menit 93 123 97

         

Ke-2

(Wanita

)

Pra-test 105 93 53

Post-test 113 102 107

3 menit 113 90 94

6 menit 106 93 52

15

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

16

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

IV.1.4 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test

Orang Parameter

Sistole

(mmHg

)

Diastol

e

(mmHg

)

Ke-1

(Pria)

Pra-stress

dingin 108 80

Post-stress

dingin109 65

2 menit 92 75

4 menit 93 74

       

Ke-2

(Wanita

)

Pra-stress

dingin102 68

Post-stress

dingin116 74

2 menit 97 62

4 menit 99 63

17

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

IV.2 JAWABAN PERTANYAAN PERCOBAAN

1. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan

tensimeter konvensional dan digital?

Ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara termometer

konvensional dan digital karena tensimeter digital lebih akurat

dibandingkan termometer konvensional. Hal ini disebabkan karena

pada tensimeter konvensional masih menggunakan stetoskop untuk

menentukan sistole dan diastole yang masih memungkinkan

terjadinya kekurang telitian selama pengukuran.

2. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan pada lengan

kanan dan kiri?

Ada sedikit perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara

lengan kiri dan lengan kanan. Menurut Bruney dan Mc. Glynn

perbedaan hasil pengukuran antara lengan kiri dan lengan kanan

disebabkan oleh faktor usia, adanya oklusi pembuluh darah,

penyakit pembuluh darah perifer dan adanya gangguan pada

jantung. Pada hasil pengamatan kami perbedaan hasil pengukuran

tekanan darah antara lengan kanan dan lengan kiri sedikit karena

usia orang coba yang masih muda dan tidak adanya oklusi

pembuluh darah, penyakit pembuluh darah perifer maupun

gangguan jantung pada orang coba

3. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan

tensimeter konvensional dan digital?

perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara termometer

konvensional dan digital karena tensimeter digital lebih akurat

dibandingkan termometer konvensional. Hal ini disebabkan karena

pada tensimeter konvensional masih menggunakan stetoskop untuk

menentukan sistole dan diastole yang masih memungkinkan

terjadinya kekurang telitian selama pengukuran.

4. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran A. Radialis dan A. Brachialis?

18

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Ada. Terdapat perbedaan hasil pengukuran pada Arteri Radialis

dan Arteri brakialis. Hal ini disebabkan karena kenaikan tekanan

sistole pada arteri distal lebih tinggi sedangkan kenaikan tekanan

diastolenya lebih rendah. Tekanan arteri dari aorta ke arteri perifer

mengalami penurunan 1 sampai 2 mmhg.

5. Apakah ada perbedaan tekanan darah yang diukur dengan perbedaan

posisi? Jelaskan mengapa?

Ada. Karena saat melakukan pengukuran darah dalam posisi yang

berbeda-beda, kerja darah kembali ke jantung juga mengalami

perbedaan, seperti contohnya melawan gravitasi pada saat berdiri

yang menyebabkan tekanan darah menjadi lebih rendah.

6. Sebutkan faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan darah?

Menurut Kozier et al (2009). Tekanan darah akan meningkat

seiring dengan penambahan usia. Pada orang yang lanjut usia

peningkatan sistole disebabkan karena arteri lebih keras dan kurang

fleksibel terhadap darah sedangkan peningkatan diastole

disebabkan karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi

secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.

a) Jenis kelamin

b) Olahraga

Pergerakan fisik bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah

c) Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang bisa menaikkan atau menurunkan

tekanan darah.

d) Ras

Pria Amerika Afrika yang berusia di atas 35 tahun memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan pria Eropa di usia

yang sama.

e) Obesitas

Obesitas merupakan predisposisi hipertensi.

19

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

7. Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi di bidang kedokteran gigi jika

pada penderita tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital terlebih

dahulu?

Akan timbul komplikasi. 

a. Jika pasien ternyata mengalami hipertensi dan dilakukan

pencabutan gigi maka akan terjadi peningkatan tekanan darah yang

disebabkan oleh obat anestesi lokal yang menyebabkan

vasokonstriktor,sedangkan hipotensi bisa mengakibatkan sinkop.

b. Demam merupakan tanda terjadinya inflamasi. Jika terjadi

inflamasi di jaringan sekitar gigi disertai tanda-tanda infeksi

sistemik maka sebaiknya inflamasi tersebut ditangani dulu sebelum

dilakukan pencabutan gigi. Dokter gigi tidak bisa mengetahui

adanya demam jika tidak dilakukan pengukuran suhu.

c. Takikardi merupakan salah satu tanda penyakit

hipertiroidisme. Penderita hipertiroidisme rentan terhadap penyakit

kardiovaskuler sehingga perlu dikonsultasikan riwayat penyakit

jantung pada dokter yang merawatnya dan tindakan perawatan gigi

ditunda selama 6 bulan sampai 1 tahun. Dokter gigi tidak bisa

mengetahui kemungkinan adanya hipertiroidisme tanpa mengukur

frekuensi nadi.

d. Selain itu penting juga mengukur respirasi untuk mengetahui

apakah pasien menderita asma. Selain dengan pemeriksaan dapat

juga ditanyakan kepada pasien apakah pernah memiliki riwayat

penyakit asma atau tidak. Hal ini penting dilakukan karena

prosedur dental umumnya menimbulkan kecemasan yang bisa

memicu kekambuhan penyakit asma.

8. Mengapa mahasiswa kedokteran gigi harus mengukur denyut nadi sebelum

melakukan tindakan operatif?

Untuk mengetahui adanya kemungkinan pasien menderita penyakit

hipertiroidisme yang merupakan kontraindikasi dalam tindakan

operatif. Hipertiroidisme ditandai dengan takikardia.

9. Faktor apa saja yang mempengaruhi denyut nadi?

20

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Jenis kelamin, usia, berat badan, psikis, aktifitas fisik, sikap tubuh

saat diukur denyut nadinya, suhu, konsumsi obat saat diukur.

10. Apakah ada perbedaan pengukuran denyut nadi pada berbagai posisi

tubuh? Jelaskan mengapa

Karena saat berbagai posisi tubuh, seperti berbaring, duduk dan

berdiri, kerja jantung berbeda dalam melawan gravitasi maupun

memenuhi oksigen yang diperlukan otot.

11. Mengapa saat bekerja denyut nadi meningkat?

Karena saat melakukan aktifitas, kerja jantung memompa darah

lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang telah banyak

terpakai.

12. Bagaimana cara menentukan denyut nadi maksimal dan optimal?

Denyut nadi maksimal: 220 – umur

Denyut nadi optimal: 60 – 100/menit

21

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

IV.3 PEMBAHASAN

IV.3.1 Pengukuran Tekanan Darah

Pada rata-rata hasil pengukuran, ditemukan bahwa pengukuran menunjukkan

hasil yang berbeda-beda dengan berbagai tensimeter yakni tensimeter air raksa,

aneroid dan digital. Pada hasil praktikum didapatkan bahwa pengukuran tekanan

darah pada orang coba pertama dengan menggunakan tensimeter aneroid hasilnya

lebih tinggi daripada dengan tensimeter air raksa dan digital. Sedangkan pada orang

coba kedua, pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil terendah dan tertinggi

dengan menggunakan tensimeter air raksa. Perbedaan pengukuran dengan

menggunakan beberapa tensimeter ini bisa diakibatkan oleh penggunaan yang salah

ataupun pemasangan menset yang kurang tepat, juga bisa diakibatkan oleh kondisi

psikis maupun fisiologis orang coba.

Tekanan darah pada orang coba pertama dan kedua berbeda. Hal ini

disebabkan karena perbedaan jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki (orang coba

pertama) tekanan darahnya lebih besar daripada orang coba kedua (jenis kelamin

perempuan). Sesuai dengan pendapat Evelyn C. Pearce didalam bukunya, dimana

pada wanita tekanan darahnya ialah 5 sampai 10 mmHg lebih rendah daripada pria

(Pearce, 2006). Tekanan darah pada perempuan cenderung lebih rendah karena

dipengaruhi oleh aktivitas hormon, diantaranya hormon estrogen yang berperan

sebagai protektor peningkatan tekanan darah (Khomsan, 2004).

Dan pada parameter tangan kiri dan kanan juga didapatkan hasil tekanan

darah yang berbeda. Menurut Potter & Perry, variasi tekanan darah dapat ditemukan

pada arteri yang berbeda. Variasi normal sering ditemukan pada kedua lengan, tetapi

biasanya 5-10 mmHg. Perbedaan yang lebih dari 10 mmHg merupakan indikasi

terjadinya gangguan vaskuler, dan bila lebih dari 20-30 mmHg pada kedua lengan

tangan, menunjukkan kecurigaan terhadap adanya gangguan organis aliran darah

pada daerah yang tekanan darahnya rendah. Variasi tekanan darah bertambah seiring

dengan bertambahnya tingkat tekanan darah dan usia (Arwani, 2005). Pada orang

coba pertama, dari keseluruhan hasil pengukuran, ditemukan bahwa lengan kanannya

cenderung memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan lengan kirinya.

Ditemukan pula perbedaan pada orang coba pertama, sekitar 0-11 poin pada tekanan

sistolik di hasil pengukuran pada semua jenis tensimeter. Sedangkan pada tekanan

22

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

diastolik orang coba pertama yakni pria dengan menggunakan tensimeter digital,

ditemukan perbedaan 18 poin lebih tinggi pada rata-rata tekanan darah lengan kiri

terhadap lengan kanan.

Pada orang coba pertama (pria) didapatkan hasil keseluruhan rata-rata

tekanan darahnya adalah 113/80 mmHg yang menunjukkan bahwa tekanan darahnya

optimal. Sedangkan pada orang coba kedua (wanita) didapatkan hasil rata-rata

tekanan darahnya adalah 85/64 mmHg hingga dapat dikatakan orang coba kedua

mengalami hipotensi.

IV.1.2 Pengaruh Posisi Tubuh

Pada praktikum yang telah dilakukan, pengukuran tekanan darah dalam

berbagai posisi yakni tidur terlentang, duduk dan berdiri menunjukkan perbedaan.

Perubahan sikap akan mempengaruhi tekanan darah. Hal ini dapat kita lihat pada

praktikum ini, pada hasil percobaan diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik

dan diastolik pada orang coba pertama yakni wanita saat berbaring adalah 90/62

mmHg, pada keadaan duduk adalah 90/70 mmHg, pada saat berdiri menunjukkan

tekanan darah yang tertinggi yakni 100/80 mmHg. Pada orang coba kedua yakni pria,

rata-rata tekanan darah pada keadaan berbaring ialah 110/75 mmHg, pada keadaan

duduk sebesar 110/81 mmHg dan pada keadaan berdiri adalah 110/83 mmHg.

Berbaring Terlentang

Pada saat tubuh berbaring terlentang, kerja darah kembali ke jantung tidak

melawan gravitasi sehingga makin lancar aliran darah yang terjadi, intensitas kerja

jantung pun makin besar. Sehingga tekanan darah dapat meningkat. Namun terjadi

perbedaan antara teori dengan hasil percobaan yang telah didapatkan dimana dalam

posisi berbaring, hasil yang diperoleh yakni tekanan darah paling rendah yang

didapat. Pada orang coba pertama yang berjenis kelamin wanita, hasil pengukuran

rata-rata tekanan darah saat berbaring adalah 90/62 mmHg paling rendah dibanding

hasil pengukuran saat tubuh dalam kondisi berdiri (100/80 mmHg). Pada orang coba

kedua yang berjenis kelamin pria pun ditemukan adanya ketidakcocokan teori

dengan data yang diperoleh, hasil rata-rata pengukuran tekanan darah saat berbaring

adalah 110/75 mmHg, lebih rendah dibanding pada saat berdiri (110/83 mmHg).

Kesalahan dalam tahap praktikum maupun kesalahan dalam melaksanakan

pengukuran tekanan darah mungkin menjadi penyebab dalam ketidakcocokan data

23

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

dengan teori yang ada dimana dalam posisi duduk adalah terjadi tekanan darah yang

lebih tinggi dibandingkan berbaring, sementara saat berdiri memiliki tekanan darah

yang lebih rendah dibanding berbaring.

Duduk

Pada pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka

yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meskipun selisihnya

relatif kecil (Gunawan, 2001). Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah

cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor

simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui

saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan

ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena

cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen

ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa

menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen

(Guyton dan Hall, 2006). Kedua teori ini menunjukkan kecocokan dengan data yang

diperoleh dimana rata-rata tekanan darah pada saat duduk didapat pada orang coba

wanita yakni sebesar 90/70 mmHg dibandingkan saat berbaring 90/62 mmHg. Pada

orang coba kedua, pria, didapatkan hasil rata-rata tekanan darah saat duduk adalah

110/81 mmHg, sedangkan pada saat berbaring 110/75 mmHg.

Berdiri

Tekanan darah tertinggi ditunjukkan saat tubuh dalam keadaan berdiri. Hal

ini bertentangan dengan konsep yang ada, dimana seharusnya tekanan darah saat

berdiri akan berkurang karena kerja jantung melawan gravitasi, tekanan darah yang

berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju.

Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian

selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti

volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung

berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Ketika berdiri darah yang

kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan

tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2006). Perbedaan data hasil percobaan

24

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

dengan teori ini bisa disebabkan oleh pengukuran yang salah atau terjadi kesalahan

prosedur saat melakukan praktikum.

IV.1.3 Pengaruh Latihan

Pada hasil praktikum, didapatkan data orang coba pertama yang berjenis

kelamin perempuan memiliki tekanan darah 93/53 mmHg dan denyut nadi 105

kali/menit dan terus meningkat selama menjalani latihan hingga pada post test

menjadi 102/63 mmHg dan denyut nadi menjadi 113 kali/menit, hasil ini berdasarkan

latihan naik turun bangku post-test Harvard dengan kecepatan 10 kali/menit selama

2 menit, 6 menit setelahnya tekanan darah cenderung kembali ke normal yakni 93/55

mmHg dengan denyut nadi 106 kali/menit. Sedangkan saat melakukan latihan

dengan kecepatan 15 kali/menit selama 2 menit, hasil post test menunjukkan bahwa

tekanan darahnya adalah 143/107 mmHg sedangkan denyut nadinya menjadi 65

kali/menit, lalu setelah 6 menit, tekanan darah menjadi 88/52 mmHg dengan denyut

nadi menjadi 72 kali/menit yang menunjukkan adanya penurunan dibanding pre-test.

Pada orang coba kedua, yakni pria, hasil pre-test menunjukkan bahwa

tekanan darahnya saat pre-test adalah 116/78 mmHg dengan denyut nadi 93

kali/menit, saat mulai menjalani latihan dengan kecepatan 10 kali/menit dalam 2

menit, tekanan darahnya saat post test berubah menjadi 122/75 mmHg dengan

denyut nadi 102 kali/menit, setelah 6 menit, tekanan darah menurun menjadi 112/69

mmHg dengan denyut nadi 92 kali/menit. Saat menjalani latihan dengan kecepatan

15 kali/menit dalam 2 menit, tekanan darahnya saat post test berubah menjadi 136/86

mmHg dengan denyut nadi 109 kali/menit, setelah 6 menit, tekanan darah menurun

menjadi 123/97 mmHg dan denyut nadi menjadi 93 kali/menit.

Percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan konsep bahwa respon tubuh

terhadap olahraga yang melibatkan kontraksi otot dapat berupa peningkatan

kecepatan denyut jantung, selain itu terjadi penurunan retensi perifer total akibat

vasodilatasi dalam otototot yang berolahraga. Akibatnya, tekanan darah sistolik juga

meningkat meskipun hanya dalam peningkatan yang sedang, sementara diastolik

biasanya cenderung tidak berubah atau turun. Selama melakukan latihan-latihan fisik

yang keras, tekanan darah sistolik dapat naik jauh melebihi tekanan sistolik normal.

Sebaliknya, segera setelah latihan selesai, tekanan darah akan turun sampai dibawah

normal. Penurunan ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan

25

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

relaksasi. Penurunan ini akan tampak jelas pada penderita hipertensi. Itulah sebabnya

latihan olahraga secara teratur akan dapat menurunkan tekanan darah

(Kamaruzaman, 2010).

IV.3.4 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test

Percobaan pengaruh stress yang dilakukan dengan menggunakan air es

bersuhu kurang lebih 4 derajat celcius ini membuktikan bahwa stress atau

ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, khususnya

hipertensi, dan stres dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Didalam dinding jantung dan beberapa pembuluh darah terdapat suatu

reseptor yang selalu memantau perubahan reseptor ini akan mengirim sinyal ke otak

agar tekanan darah kembali normal, otak menanggapi sinyal tersebut dengan

dilepaskanya hormon dan enzim yang mempengaruhi kerja jantung, pembuluh darah

dan ginjal (Marliani, 2007). Hubungan antara stres dengan hipertensi di duga melalui

saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila

stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang

menetap (Suyono, 2004).

26

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dan telah memperoleh hasil berupa data-

data pengukuran, maka dapat disimpulkan bahwa:

Cara-cara yang dilakukan untuk pengukuran tekanan darah dan denyut nadi:

a)  Cara palpasi yaitu dengan cara meraba denyut nadi menggunakan jari.

b) Cara auskultasi yaitu dengan cara mendengarkan suara arteri dengan

menggunakan stetoskop.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah diantaranya:

a) Umur

b) Jenis Kelamin

c) Olahraga

d) Obat-obatan

Tekanan darah pria dan wanita memiliki perbedaan, dimana wanita

cenderung memiliki tekanan darah yang rendah sekitar 5-10 mmHg akibat

aktifitas hormon estrogen.

Tekanan darah dan denyut nadi akan meningkat saat melakukan aktifitas

karena jantung berusaha memompa darah yang kaya akan oksigen yang

diperlukan oleh otot-otot selama berkontraksi.

Stress berpengaruh terhadap tekanan darah dimana saraf simpatis

mengirimkan sinyal ke otak saat terjadi stress dan menyebabkan tekanan

darah meningkat.

Pengukuran tekanan darah yang dilakukan di dua lengan yakni kanan dan kiri

bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan vaskuler darah maupun

gangguan organis aliran darah. Selisih yang normal terjadi adalah 5-10

mmHg, apabila selisih yang didapatkan lebih dari 10 mmHg diindikasikan

terjadi gangguan vaskuler darah, lalu apabila lebih dari 20 mmHg

diindikasikan terjadi gangguan organis aliran darah pada bagian yang tekanan

darahnya rendah.

Posisi tubuh juga mempengaruhi tekanan darah, dimana saat duduk tekanan

darah cenderung paling tinggi karena sikap atau posisi duduk membuat

27

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem

vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan

secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh,

terutama otot-otot abdomen. Sedangkan pada posisi berdiri, pengumpulan

darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan

volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang

kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang,

dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Ketika berdiri darah yang

kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke

luar dan tekanan menjadi berkurang. Sedangkan pada saat tubuh berbaring

terlentang, kerja darah kembali ke jantung tidak melawan gravitasi sehingga

makin lancar aliran darah yang terjadi, intensitas kerja jantung pun makin

besar. Sehingga tekanan darah dapat meningkat, namun dibawah tekanan

darah saat duduk.

28

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

29