Laporan Praktikum Feses.pdf

download Laporan Praktikum Feses.pdf

of 11

Transcript of Laporan Praktikum Feses.pdf

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    1/11

    1

    Laporan Praktikum

    Pemeriksaan Feses

    oleh:

    YOS AKBAR IRMANSYAH

    H1A 010 057

    LABORATORIUM PARASITOLOGI

    MEDICAL FACULTY OF MATARAM UNIVERSITY

    2012

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    2/11

    2

    A. Landasan Teori Praktikum

    Pemeriksaan feses merupakan pemeriksaan laboratorium yang dapat dan sering

    digunakan dalam membantu menegakkan diagnosis, terutama pada kasus penyakit yang

    berkaitan dengan gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus

    peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi.

    Dalam pemeriksaan feses, terdapat dua pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu

    pemeriksaan makroskopis yang terdiri dari pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan

    konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah, pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan

    pemeriksaan adanya sisa makanan. Sedangkan pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari

    pemeriksaan terhadap ada atau tidaknya parasit seperti protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit,

    epitel, kristal, makrofag, sel ragi, dan jamur.

    PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

    Warna

    a. Tinja normal biasanya berwarna kuning kecoklatan. Warna dapat dipengaruhi oleh kadar

    sterkobilin yang dipecah di dalam usus.

    b. Selain itu warna tinja juga dipengaruhi oleh bahan-bahan yang kita makan, seperti tinggi

    karoten yang terkandung dalam wortel, ataupun bahan-bahan aktif yang terkandung

    dalam obat-obatan.

    c. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil atau

    pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

    d. Warna kelabu atau putih seperti dempul, mungkin disebabkan oleh karena tidak ada

    urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja

    tersebut disebut akholis.

    e. Warna coklat hingga kehitaman mungkin disebabkan oleh perdarahan yang tedapat pada

    dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan yang mengandung pearnaan

    cokelat seperti pada coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang

    berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat

    yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    3/11

    3

    Bau

    a.

    Bau seperti bau indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.

    b. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan

    dirombak oleh kuman.

    c. Bau asam, dapat disebabkan oleh hasil pembusukkan oleh glukosa. Biasanya tinja

    tersebut berbau tengik atau asam akibat terjadinya fermentasi glukosa yang tidak dicerna

    seperti pada diare osmotic.

    Konsistensi

    a. Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk.

    b. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang

    keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Yang diakibatkan oleh disregulasi dariabsorbs cairan pada lumen usus.

    c. Fermentasi karbohidrat (glukosa) dalam usus juga dapat menghasilkan tinja yang lunak

    dan bercampur gas.

    Lendir

    a. Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja yang berfungsi dalam

    melumasi tinja pada lumen usus.

    b.

    Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usu

    c. Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.

    d. Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis .

    e. Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous

    colitis pada anxietas.

    f. Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal

    anal.

    g. Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis,

    disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

    h. Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    4/11

    4

    Darah dan Nanah

    a.

    darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin

    terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

    b. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan

    warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam

    oesophagus.

    c. Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja

    yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.

    Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

    d. Adanya darah dalam tinja menandakan keadaan patologis. Pada keadaan normal tubuh

    kehilangan darah 0,52 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah smear positif

    (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari

    e.

    Pemeriksaan Nanah. Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat

    pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, abses lokal.

    f. Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

    g. Pada pemeriksaanfecal occult blood test, sering terjadi positif palsu pada kondisi berikut:

    Sisa makanan

    a.

    Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, sebagai akibat batas

    kemampuan absorbs yang disebabkan oleh tubuh.

    b. Untuk identifikasi lebih lanjut tentang komposisi zat sisa pada feses, dapat digunakan

    lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru

    atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70%

    menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

    PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

    Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit,

    sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi.

    Protozoa biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan

    bentuk trofozoit. Namun hal ini bida dilakukan ketika tinja masih dala keadaan segar.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    5/11

    5

    Telur cacing. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator

    americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan

    sebagainya.

    Preparat yang digunakan pada pemeriksaan feses merupakan preparat basah digunakan untuk

    mendeteksi telur atau larva, tropozoit protozoa dan kista, sel darah merah dan sel darah putih.

    Sementara preparat basah iodin digunakan untuk mewarnai glikogen dan nukleus kista. Jika

    ingin melihat tropozoit, spesimen harus dibawa cepat ke laboratorium untuk mencegah

    disintegrasi tropozoit. Feses harus diperiksa dalam 30 menit.

    HELMINTES (Trichuris trichura)

    Trichuris trichura merupakan penyakit endemic yang sering ditemukan pada daerah tropis

    dan sub tropis. Trichuris trichura juga merupakan infeksi dengan prevalensi tertinggi pada soil-

    transmitted helmintes sejak tahun 1970. Prevalensi infeksi cacing ini berkisar 65.4% pada tahun

    1971, namun berkurang sebesar 0.02% pada tahun 2004 sebagai akibat kegiatan pengontrolan

    terhadap parasit ini.

    Trichuris trichura lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karena bentuknya yang

    meneyerupai cambuk dan biasanya disertai dengan infeksi cacing ascaris. Cacing ini dapat

    menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia dan mengnfeksi tubuh manusia dengan jumlah

    yang banyak. Itulah sebabnya apabila jumlah parasit di dalam tubuh sedikit, pasien biasanya

    tidak akan terpengaruh dengan adanya cacing ini. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini

    disebut tichuriasis atau trichocephaliasis.

    Siklus hidup dimulai ketika seseorang menelan telung cacing ini yang telah fertile di

    dalam tanah. Telur yang tertelan kemudian akan menetas di usus kecil dan akhirnya melekat

    pada mukosa usus besar. Cacing dewasa akan menjadi matur kira-kira dalam 3 bulan dan mulai

    memproduksi telur. Cacing ini akan membenamkan anteriornya di mukosa usus dan mulai

    memproduksi telur sebanyak 2000-7000 telur/hari, dan dikeluarkan beberapa melalui tinja. Bila

    telur ditempat yang mendukung untuk dapat hidup, maka akan berubah menjadi bentuk infektif,

    dan akan mengulani siklus hidup jika kembai tertelan oleh manusia.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    6/11

    6

    Gambar 1, Siklus Hidup Cacing Cambuk

    Morfologi telur pada trichuris trichura ialah:

    - Ukuran 50x22 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan kedua ujung telur yang

    menonjol, berdinding tebal dan berisi larva. Kulit bagian luar berwarna kekuning-kuningan

    dan bagian dalamnya jernih.

    Gambar 2. Morfologi Telur Trichuris trichura

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    7/11

    7

    Secara umum, morfologi cacing cambuk seperti ditunjuk pada tabel berikut:

    Tabel 1. Summary

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    8/11

    8

    B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Waktu :Jumat, 2 November2012

    Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

    Mataram

    C. Alat dan Bahan

    a. Alat

    - Mikroskop

    - Kaca Objek

    - Cover Glass

    - Masker

    - Handscoon

    - Pipet

    -

    Ose/tusuk gigi

    b. Bahan

    - Spesimen feses dalam wadah tabung plastic kecil.

    - Larutan eosin 1-2% dan larutan lugol

    D. Langkah Kerja

    a.

    Gunakan masker dan sarung tangan sebagai pencegahan umum.

    b. Mempersiapkan kaca objek di atas meja.

    c. Mengambil larutan eosin dan lugol dengan menggunakan pipet, kemudian teteskan

    pada kedua sisi gelas objek untuk masing-masing larutan (1 tetes).

    d. Mengambil wadah yang berisikan feses kemudian mengambil sekitar 1 mg

    menggunakan ose/tusuk gigi kemudian menaruh di atas kaca objek dengan meratakan

    dengan larutan yang sudah ditetesi sebelumnya (eosin dan lugol).

    e.

    Setelah campuran dirasa homogen, kemudian campuran feses dan larutan ditutupdengan menggunakan cover glass.

    f. Letakkan kaca objek di atas mikroskop.

    g. Amati dan catat hasil temuan parasit di bawah mikroskop.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    9/11

    9

    E. Hasil Pengamatan

    a. Pada specimen No. 23, didapatkan telur Trichuris Trichura, dengan morfologi telur

    berbentuk barrel shape, dan pada ujung-ujung telur terdiri atas mucoid plaque.

    Pemeriksaan ini menggunakan larutan lugol. Diperiksa dengan perbesaran mikroskop

    sebesar 40x.

    Gambar:

    b. Sedangkan pada specimen dengan menggunakan larutan eosin

    Sampel

    Nama : Yos Akbar Irmansyah

    Tanggal Periksa : 2 November 2012

    Pukul : 15.00

    Makroskopik

    Warna : Kuning Kecokelatan

    Bau : Seperti bau sulfur dan ammonia.

    Konsistensi : Lunak, berbentuk.

    Lendir : -

    Darah : -

    Mikroskopik : Pada sampel ini, tidak ditemukan adanya parasit.

    Gelembung udara

    Telur Trihuris trichura

    Mucoid plaque

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    10/11

    10

    F. Pembahasan

    Pada pemeriksaan spesemien no. 23 didapatkan adanya 1 telur Trichuris trichura pada 1

    lapangan pandang. Hal ini diakbatkan kemungkinan pada saat pengambilan sampel,

    komposisi telur pada sampel kemungkinan sedikit, dan pada saat pengolahan specimen, tidak

    merata antara komposisi feses dengan laurutan pewarnaan. Gelembung yang muncul,

    diakibatkan oleh pada saat menutup cover glass kemungkinan menyebabkan adanya disperse

    larutan (feses + pewarnaan).

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Feses.pdf

    11/11

    11

    G. Daftar Pustaka

    a. Adnan. A practical guide to diagnostic medical paraistology. Gaza: Islamic

    University of Gaza. 2009.

    b. Kyung et al. Trichuris trichura infection diagnosed by Colonoscopy: Case reports and

    Review of Literature. Korea: Korean J Parasitol. 2009; 47(3):275-77.

    c. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi dan penyakit

    tropis. Jakarta: IDAI. 2008.

    d. Safar, Rosdiana. Parasitologi Kedokteran. Bandung: Yrama Widya. 2010.

    e. Setiyani, Endang. Trichuris trichura. Banjarnegara: Litbang P2B2 Banjarnegara.

    2008; 7(2):21-22.