Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

8
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI Stimulasi Sistem Saraf Pusat dan Antiepileptika  KELOMPOK 6 Vishilpy Dimalia (111310200 0040) Ummum Nada (111310200 0044) Batari Wulaning D. (1113102000001) Isra Maulida Arifa (111310200006 1) Haka Asada (1113102000074) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA APRIL/2015

description

Laporan Praktikum Farmakologi-SSP

Transcript of Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

Page 1: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 1/8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“Stimulasi Sistem Saraf Pusat dan Antiepileptika” 

KELOMPOK 6

Vishilpy Dimalia (1113102000040)

Ummum Nada (1113102000044)

Batari Wulaning D. (1113102000001)

Isra Maulida Arifa (1113102000061)

Haka As’ada (1113102000074)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

APRIL/2015

Page 2: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 2/8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tubuh makhluk hidup tersusun atas sel dan jaringan yang meliputi organ-organ dan

sistem yang mengendalikan kerja fisiologis tubuh, dimana hal ini menjadi sangat vital

 bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu sistem yang sangat berpengaruh dalam

kerja fisiologi tubuh manusia adalah sistem saraf.

Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf

lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga

disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya.

Sistem saraf pusat manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat

khusus dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf pusat ini dibagi menjadi dua

yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).

Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik

misalnya hipnotik sedatif. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi

obat depresan saraf pusat yaitu anastetik umum, hipnotik sedatif, psikotropik,

antikonvulsi, analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf pusat.

Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsi berkat khasiat

antikonvulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang klonus hebat).

Pengetahuan tentang sistem saraf pusat dalam dunia kefarmasian sangat penting untuk

dapat mempelajari karakteristik obat secara efisien, akurat, dan dapat memberikan efek

terapi dengan mengetahui efek fisiologis obat yang dihasilkan ketika masuk kedalamtubuh. Melalui pengetahuan sistem saraf pusat, mahasiswa farmasi pun dapat mengetahui

 bagaimana manifestasi stimulasi sistem saraf pusat secara berlebihan dan bagaiman cara

mengatasinya.

Maka dari ituhal yang melatarbelakangi percobaan ini, yaitu untuk mengetahui dan

melihat secara langsung efek stimulasi sistem saraf pusat dan antiepileptika dengan

menggunakan hewan coba mencit ( Mus musculus) dengan pemberian secara

intramuscular.

1.2.Tujuan Praktikum

  Mengerti dan memahami manifestasi stimulasi sistem saraf pusat secara berlebihan

 pada makhluk hidup.

  Memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulasi berlebihan dapat diatasi

  Mampu mendiagnosa sebab kematian hewan coba.

Page 3: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 3/8

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIAZEPAM

Dizepam 2 mg/tab. 5 mg/ml inj

Indikasi: Psiko neurosis dan kejang otot

AMINOPILIN

Aminofilin 200 mg

Indikasi: Meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial

Ds dewasa sehari 3 x 1 tab. Ds Anak 6  –  12 thsehari 3 x ½ tab

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas.Obat

tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas susunan pusat secara spesifik atau

secara umum. Alcohol adalah penghambat susunan saraf pusat tetapi dapat memperlihatkan

efek perangsangan, sebaliknya perangsangan susunan saraf pusat dosis besar selalu disertai

depresi peasca perangsangan.

Obat yang efek utamanya terhadap susunan saraf pusat yaitu sitmulan susunan saraf pusat

dan antiepileptikum

1.  StimulanSusunanSarafPusat

Beberapaobaatmemperlihatkanefekperangsangansusunansarafpusat yang nyata dalam

dosis toksik, sedangkan obat lain memperlihatkan efek perangsangan SSP sebagai

efek samping

2.  Antie ilaptikum

Epilepsi adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya

dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari

sekelompok besarsel-sel saraf di otak. Epilepsi dikelompokkan menjadi 2 kelompok

 besar:a)  Parsial

Parsial sederhana : tidak kehilangan kesadaran, hanya menunjukkan

aktivitas abmormal dari bagian badan atau kelompok otot trtentu saja

Parsial kelompok : halusinasi kompleks, gangguan mendatldan hilangnya

kesadaran, gangguan fungsi motoric gerakan mengunyah, diare, urinasi

 b)  Generalisata

Tonik Klonik (Grand mal) : serangan menyebabkan hilangnya kesadaran,

terjadinya kejang tonik yang diikuti kejang klonik, memeprlihatkan mata yang

kebingungan dan kelelahan

Page 4: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 4/8

Absence (Petit mal) : serangan yang menyebabkan hilangnya

kesadaran yang pendek dan tiba-tiba, memperlihatkan mata berkedip-kedip

cepat yang berlangsung hingga 5 detik

Contoh salah satu obatnya ialah Pentetrazol yang bersifat menstimulasi system saraf

 pusat, sampai batas-batas tertentu sifat ini dapat ditertapkan untukmengatasi depresi sitemsaraf pusat yang berlebihan. Pemberian pentetrazol dalam dosis tinggi pada makhluk hidup

mengakibatkan kejang tonik dan klonik. Kematian dapat terjadi kejang antonik yang

melibputi keseluruhan otot kerangka, termasuk otot pernafasan berlangung lama, sehingga

kematian dapat terjadi akibat tidak bias bernafas.

Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substansial kimia yang

membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis teofilin yang diberikan

dalam bentuk injeksi namun sangat perih dan iritasi jika diberikan melalui suntikan

intramuscular. Indikasi obat ini ialah untuk obstruksi saluran nafas yang reversible, serang

anas maberat. Kontra inikasi dari obat ini yaitu penggunaan pada pasien dengan penyakit

 jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkuslambung, epilepsy, lanjutusia, gangguanhati, kehamilan

dan menyusui. Dosis melalui intravena untuk serangan asma berat diberikan 250 -250 mg

dengan perlahan, dan 5 mg/kg untuk anak. Sedangankan pada pemakaian untuk serangan akut

 pada penyakit paru obstruktif kronik yaiut 500 mikrogram/kg per jam, untu anak 6 bulan  –  9

tahun diberikan 1 mg/kg per jam, dan anak 10 -16 tahun 800 mikrogram/kg per jam

Diazepam, salahsatu benzodiazepine, realsanotot yang bekerja sentral khususnya

reflex polisinaptik di susunan tulang belakang dan mengurangai aktivitas neuron sistem

reticular di mesensefalon, hingga diazepam dapat digunakan untuk mengatasi kejangan yang

disebabkan oelh efek toksik dari aminofilin. Indikasi dari obat ini adalah untuk status

epileptikus, kejang berulang, kejagn demam, sebagai tamabahan pada gejala putus alcohol.

Kontra indikasi dari obat ini adalah depresi napas, napas berhenti saat tidur, gangguan hati

 berat. Dosis yang digunakan untuk status epileptikusataukejang epilepsy berulang,

denganinjeksiintravenalambat (dengankecepatan rata-rata 5 mg/menit), dewasa 10 -20 mg,

diulang jika perlu setelah 30  –   60 menit, dapat diikuti dengan infuse intravena samapai

maksimal 3 mg/kg dalam 24 jam, untuk anak-anak digunakan dosis 200  –  300 mikrogram/kg

(atau 1 mg/tahunusia)

Diazepam mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai obat premedikasi dansedasi untuk tindakan oreasi jangka pendek, anti kejang atau antiepilepsi, obat utnuk

gangguan cemas dan gangguan tidur.Sebagai obat antiepilepsi digunakan injeksi diazepam 5

mg/ml pada status epileptikus.

Epilepsi adalah istilah untuk cetusan listrik local pada substansi agresea otak yang

terjadi sewaktu-waktu, mendadak, dan sangat cepat. Secara klinis, epilepsy merupakan

gangguan paroksi s mal dimana cetusan neuron kertoks serebri mengakibatkan serangan

 penurunan kesadara, perubahan fungsi motoric atau sensorik, perilaku atau emosional yang

intermiten dan stereotipik

Page 5: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 5/8

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum

Tempat : Laboratorium Farmakologi lantai 1

Tanggal : 16 Mei 2015, Kamis

3.2 Alat dan Bahan

  Mencit 4 ekor

  Obat : Diazepam dan Aminophyllin

 

Timbangan hewan  Alat suntik

  Stopwatch

3.3 Prosedur Kerja

1. Timbang masing-masing hewan mencit, beri nomor, dan catat

2. Mencit I dan II disuntikkan Diazepam. Mencit III dan IV disuntikkan Aminophyllin

3. Catat tingkah laku mencit

4. Tepat setelah 15 menit pemberian diazepam pada mencit I dan II lalu disuntikkan

Aminophyllin

5. Catat tingkah laku dan perhatikan kejang yang ditimbulkan oleh obat Aminophyllin

dan yang ditahan oleh Diazepam.

6. Catat juga waktu onset yang ditimbulkan oleh kedua obat tersebut pada ke-empat

mencit

7. Amati juga tipe kejang yang ditimbulkan sampai menimbulkan kematian.

Page 6: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 6/8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Praktikum

Dosis Diazepam

  Manusia = 10mg/60kgBB 

  Mencit = 2,05mg/kgBB 

Dosis Aminofilin

  Manusia = 25mg/kgBB 

  Mencit = 307,5mg/kgBB 

Konsentrasi

  Diazepam = 5ml/kg 

  Aminofilin = 24ml/kg 

Tabel VAO Diazepam dan Aminofilin

Mencit Bobot VAO Diazepam VAO Aminopilin

1. 0,059kg 0,024ml 0,755ml

2. 0,053kg 0,021ml 0,679ml

3. 0,046kg - 0,589ml

4. 0,054kg - 0,704ml

Tabel Pengamatan Mencit Pemberian Diazepam dan Aminofilin

Mencit Rute Pemberian Pengaatan

Waktu Respon1. i.m. 3’-7’  Kejang dan mengalami

kelumpuhan pada kaki kanan

14’  Diare dan Ekor menjadi kaku.

Laju respirasi meningkat

2. i.m. 10’  Kejang

3. i.p. 12’-14’  Kejang biasa

41’  Mulai Kejang

42’  Mati

4. i.p. 10’-12’  Mati

Page 7: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 7/8

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini digunakan 4 ekor mencit dengan dua perlakuan berbeda. Dimana mencit

 pertama dan mencit kedua diberikan obat diazepam terlebih dahulu kemudian diberikan obat

aminofilin kemudian secara intramuskular. Mencit ketiga dan keempat diberi perlakuan

hanya diberikan obat aminofilin secara intraperitoneal. Dosis aminofilin yang diberikan

kepada mencit adalah dosis aminofilin yang dapat memberikan respon kejang pada manusia.

Pemberian Diazepam pada mencit pertama dan kedua berfungsi menahan efek kejang

terhadap aminofilin.

Hasil praktikum menunjukan bahwa mencit pertama dan kedua dapat bertahan hidup, namun

mengalami kejang-kejang ringan. Ini menandakan bahwa diazepam yang diberikan pada

mencit bekerja dengan baik, yaitu mampu menahan efek dari aminofilin. Pada mencit ke tiga

dan keempat mengalami kematian, dimana respon yang ditimbulkan yaitu berupa kejang,

henti nafas pada mencit tersebut.

Diazepam pada percobaan ini berfungsi menhan efek dari aminofilin sedangkan aminofilin

 pada percobaan ini berfungsi sebagai penginduksi kejang. Dimana pada percobaan kali ini

kita dapat mengamati dan membandingkan respon diazepam yang diberikan kepada mencit

terhadap aminofilin.

Diketahui bahwa diazepam merupakan muskular relaksan yang bekerja denga mengikat

reseptor alfa sehingga dapat meningkatkan konsentrasi Cl- yang berfungsi sebagai inhibitor.

Aminofilin merupakan jenis obat yang digunakan pada penderita asma, namun aminofilin

yang diberikan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kejang, yaitu stimulasi dari sistem

saraf pusat. Stimulasi saraf pusat oleh aminofilin ini dihambat oleh diazepam aktivitasnya.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

  Mencit kesatu dan kedua yang diberikan diazepam dan aminofilin dapat bertahan

hidup 

  Mencit ketiga dan keempat yang hanya diberikan aminofilin mengalami kejang dan

kemudian mati. 

  Diazepam pada praktikum ini dapat menahan kerja dari aminofilin pada mencit. 

Page 8: Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

7/18/2019 Laporan Praktikum Farmakologi Ssp & Antiepileptik

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-farmakologi-ssp-antiepileptik 8/8

 

DAFTAR PUSTAKA

Informasi Spesialite Obat

http://milissehat.web.id/?p=104 diakses pada 22 April 2015 pukul 16.00 WIB

http://milissehat.web.id/?p=340 diakses pada 22 April 2015 pukul 16.00 WIB