Laporan Praktikum Elektronika Dasar Unit 1 Furqon Aji Yudhistira 42594

39
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA UNIT 1 PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIS Nama : Furqon Aji Yudhistira NIM : 14/368850/TK/42594 Hari : Jumat, 6 Maret 2015 Waktu : 13.00

description

elektronika dasar

Transcript of Laporan Praktikum Elektronika Dasar Unit 1 Furqon Aji Yudhistira 42594

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

UNIT 1

PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIS

Nama : Furqon Aji Yudhistira

NIM : 14/368850/TK/42594

Hari : Jumat, 6 Maret 2015

Waktu : 13.00

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

A. Pendahuluan

1. Tujuan Praktikum

a. Mengetahui cara melakukan pengukuran pada komponen elektronika.

b. Menyimpulkan sifat komponen yang diukur dari hasil pengukuran.

c. Mampu merangkai komponen elektronika setelah melihat gambar rangkaian.

d. Mengetahui jenis-jenis komponen elektronika.

2. Landasan Teori

Dalam praktikum ini, komponen-komponen yang digunakan adalah alat ukur

elektronis (multimeter), resistor, potensio, light dependent resistor (LDR),

transformator (trafo), negative temperature coefficient (NTC), positive temperature

coefficient (PTC), diode, transistor, relay, catu daya, direct current motor (motor DC).

a. Multimeter

Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti : arus, tegangan

(baik AC maupun DC), dan hambatan. Multimeter sering disebut AVO meter

(Ampere Volt Ohm) karena dirancang untuk mengukur tiga besaran tersebut

sehingga multimeter adalah gabungan antara amperemeter, voltameter, dan

ohmmeter. Prinsip kerja amperemeter, voltameter, dan ohmmeter dalam

multimeter sama dengan prinsip kerjanya ketika ketiga pengukur tersbut tidak

menjadi satu.

Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter

analog (menggunakan jarum putar) dan AVO meter digital (menggunakan

tampilan digital). Pada AVO meter analog, hasil yang ditampilkan menggunakan

pergerakan jarum untuk menunjukkan skala, sedangkan pada AVO meter digital,

hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka.

1) Amperemeter

a) Prinsip Kerja

Bagian terpenting dari amperemeter adalah galvanometer.

Galvanometer bekerja menggunakan prinsip gaya antara medan magnet

dan kumparan berarus. Galvanometer dapat digunakan langsung untuk

mengukur kuat arus searah yang kecil. Semakin besar arus yang melewati

kumparan semakin besar simpangan pada galvanometer. Amperemeter

terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor yang

mempunyai hambatan rendah dengan tujuan menaikan batas ukur

amperemeter. Prinsip kerja amperemeter didasarkan pada prinsip gaya

magnetik (Gaya Lorentz). Ketika arus mengalir melalui kumparan yang

dilingkupi oleh medan magnet, maka akan timbul Gaya Lorentz yang

menggerakan jarum penunjuk. Apabila arus yang melewati kumparan

besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga

penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian

sebaliknya, ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan

dikembalikan ke posisi semula oleh pegas. Resistansi internal amperemeter

didesain sekecil mungkin (idealnya resistansinya nol) supaya pengukuran

arus sangat akurat.

b) Cara Penggunaan

Amperemeter maka harus dipasang seri dengan cara memutuskan

penghantar agar arus dapat mengalir melewati amperemeter dan karena

besar arus yang melewati rangkaian seri adalah sama. Jika amperemeter

dihubungkan secara paralel, maka amperemeter tersebut tidak akan

mengukur arus dengan benar bahkan menyebabkan kerusakan. Meskipun

amperemeter telah dirangkai dengan hambatan mendekati nol,

amperemeter tetap mempunyai resistansi, sehingga ketika dihubungkan

paralel, arus akan terbagi (satu ke hambatan dan satu lagi ke amperemeter)

sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat. Selain itu, amperemeter dapat

rusak karena arus yang mengalir pada amperemeter sangat besar (untuk

amperemeter yang hampir ideal, arus yang mengalir mendekati tak hingga

karena R ≈ 0, maka I=VR

≈V0=) jauh lebih besar dibandingkan dengan

kapasitas amperemeter tersebut.

2) Voltameter

a) Prinsip Kerja

Prinsip kerja voltameter hampir sama dengan amperemeter karena

desainnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier.

Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi

pada galvanometer tidak melebihi kapasitas maksimumnya, sehingga

sebagian tegangan akan berkumpul pada multiplier sehingga kemampuan

voltameter untuk mengukur tegangan menjadi lebih besar. Hambatan

dalam voltameter harus besar sekali (idealnya tak hingga) supaya

pengukuran tegangan sangat akurat.

b) Cara Penggunaan

Voltameter harus dipasang paralel terhadap komponen untuk

mengukur beda potensialnya, artinya tidak perlu dilakukan pemutusan

penghantar seperti pada amperemeter karena tegangan dalam suatu

rangkaian yang disusun secara paralel adalah sama. Jika voltameter

dipasang secara seri, maka arus yang mengalir akan tertahan oleh hambatan

voltameter yang sangat besar sehingga menyebabkan rangkaian listrik tidak

berfungsi sama sekali sehingga arus yang mengalir pada voltmeter adalah

nol. Karena komponen V=IR, ketika I-nya nol, maka V -nya juga nol,

3) Ohmmeter

a) Prinsip Kerja

Ohmmeter dapat bekerja sesuai dengan fungsinya jika pada alat

tersebut terdapat sumber tegangan. Ohmmeter juga mempunyai

galvanometer sebagai pengukur arusnya, sehingga ketika ohmmeter

dihubungkan pada komponen yang akan diukur hambatannya, maka arus

dari sumber tegangan ohmmeter tersebut akan mengalir pada komponen

tersebut. Karena sumber tegangan ohmmeter tetap, maka yang diukur

adalah arus yang mengalir atau penurunan tegangan pada komponen. Nilai

hambatan yang muncul merupakan perbandingan antara tegangan dan arus

yang mengalir dalam resistor tersebut.

b) Cara Penggunaan

Ohmmeter harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan

supaya hasil yang diukur benar-benar akurat seperti pada kenyatannya. Hal

ini dikarenakan semakin lama digunakan, ketegangan fisik ohmmeter akan

menurun, sehingga akan kehilangan kemampuan untuk memberikan

pengukuran yang akurat. Hilangnya kemampuan ini tidak bisa dicegah,

tetapi kemampuan pengukuran bisa dipulihkan kembali dengan cara

kalibrasi.

Sebelum mengukur hambatan, sebuah rangkaian harus benar-benar

netral dari sumber tegangan maupun sumber arus, karena ohmmeter sudah

mempunyai sumber tegangan sendiri, sehingga tidak diperlukan sumber

tegangan lain untuk mencari hambatan suatu komponen. Selain itu, hasil

yang diperoleh jika rangkaian yang diukur teraliri arus selain dari sumber

tegangan ohmmeter adalah tidak akuratnya hasil pengukuran bahkan

menyebabkan rusaknya ohmmeter itu sendiri, rangkaian, dan

membahayakan pengguna karena dapat menyebabkan hubungan singkat

arus listrik. Setelah rangkaian benar-benar netral, hubungkan suatu probe

pada satu titik pado komponen dan hubungkan probe lain pada titik yang

lain untuk mengukur hambatan.

b. Resistor adalah suatu konduktor yang mempunyai fungsi untuk memberikan

hambatan pada suatu rangkaian. Fungsi utamanya adalah membatasi aliran arus

listrik, sedangkan fungsi lain dari resistor adalah untuk membagi tegangan dan

arus yang melewati suatu komponen. Besarnya ukuran resistor pada dua titik yang

berbeda ditentukan dengan cara memberikan suatu beda potensial V di antara titik

yang berbeda, kemudian mengukur arus yang mengalir ( I) ketika beda potensial

dikenakan. Besarnya hambatan yang dimiliki resistor (R)merupakan perbandingan

antara tegangan yang diberikan dan arus yang mengalir pada resistor tersebut.

Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut :

VI=R

Pada suatu resistor terdapat kode warna yang dapat menyatakan besar resistor

tersebut. Setiap warna mempunyai kode angka tertentu, yaitu :

Warna Angka Faktor Pengali Toleransi

Hitam 0 100

Cokelat 1 101 1 %

Merah 2 102 2 %

Jingga 3 103

Kuning 4 104

Hijau 5 105 0,5 %

Biru 6 106 0,25 %

Nila/Ungu 7 107 0,1 %

Abu-abu 8 108 0,05 %

Putih 9 109

Emas 10−1 5 %

Perak 10−2 10 %

Polos 20 %

Resistor dapat mempunyai 4, 5, atau 6 warna. Cara pembacaan ketiga jenis

resistor itu sama, yaitu dengan cara sebagai berikut :

1) Warna resistor dilihat dari kiri ke kanan.

2) Warna paling kanan merupakan nilai toleransi resistor. Toleransi resistor

berarti bahwa resistor tidak mempunyai nilai yang benar-benar tepat sesuai

dengan warna yang tertera pada resistor tersebut.

3) Warna kedua dari kanan merupakan factor pengali resistor.

4) Warna sisanya, merupakan indeks angka resistor tersebut. Untuk resistor 4

warna, 2 warna pertama menyatakan puluhan dan satuan. Untuk resistor 5

warna, 3 warna pertama menyatakan ratusan, puluhan, dan satuan. Untuk

resistor 6 warna, 4 warna pertama menyatakan ribuan, ratusan, puluhan, dan

satuan.

Sebagai contoh :

Suatu resistor mempunyai warna : Ungu – Merah – Jingga – Kuning – Emas. Nilai

resistansi resistor tersebut adalah 723 ×104=7,23 M Ω dengan toleransi 5 % (

0,3615 M Ω). Nilai resistor tersebut berada di rentang 7,23 MΩ± 0,3615 Ω yaitu

6 ,8685 MΩ≤ R ≤7,5915 MΩ.

Jika sekumpulan resistor disusun dalam suatu rangkaian secara seri, maka

besar arus yang melewati resistor tersebut adalah sama. Jika sekumpulan resistor

disusun dalam suatu rangkaian secara parallel, maka besar beda potensial masing-

masing resistor adalah sama. Berdasarkan pernyataan tersebut kita dapat

menghitung besarnya resistansi gabungan yang terdapat dalam suatu rangkaian.

Untuk rangkaian seri :

V=I R1+ I R2+…+ IRn=I ( R1+R2+…+Rn )VI=R1+ R2+…+Rn=Rseri

Untuk rangkaian paralel :

I=VR1

+VR2

+…+VRn

=V ( 1R1

+1R2

+…+1Rn

)IV

=( 1R1

+1R2

+…+1Rn

)= 1Rparalel

c. Potensio

Potensio merupakan resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang

membentuk pembagi tegangan yang dapat diatur. Potensio yang sering dijumpai

memiliki konstruksi wirewound yang isinya berupa lilitan kawat yang dibuat

melingkar sesuai dengan jejak kaki penggeser yang dibuat di dalamnya. Jumlah

dari lilitan kawat pada konstruksi tersebut merupakan faktor penentu besaran

maksimal hambatan pada potensio. Faktor yang mempengaruhi lainnya adalah

jenis kawat yang dipergunakan dan panjang lintasan geser yang dibuat. Perubahan

dapat diaur sesuai dengan pergerakan dari poros pemutar yang juga berfungsi

sebagai kaki tengah potensio. Potensio menggunakan prinsip pembagi tegangan di

mana perbandingan tahanan dengan pergerakan bersifat linier, sehingga putaran

maksimum pada potensio akan menghasilkan hambatan terbesar atau terkecil.

d. Light Dependent Resistor (LDR)

LDR adalah komponen elektronika yang besar resistansinya berubah-ubah

sesuai dengan intensitas cahaya. Karena berubah-ubah sesuai intensitas cahaya,

maka LDR sering disebut sebagai fotoresistor. Dalam keadaan normal (tanpa

cahaya) LDR mempunyai resistansi yang sangat besar dan akan semakin

berkurang dengan banyaknya intensitas cahaya yang masuk.

LDR terbuat dari semikonduktor yang mempunyai resistansi yang sangat

tinggi. Dalam penerapannya, cahaya akan diserap oleh semokonduktor tersebut,

sehingga jika cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi,

maka akan menyebabkan electron memiliki energy yang cukup untuk meloncat ke

pita induksi. Electron bebas yang dihasilkan akan megalirkan listrik, sehingga

menurunkan resistansinya.

e. Transformator (trafo)

Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah

energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Prinsip dasar suatu trafo adalah induksi bersama (mutual induction) antara

dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang

sederhana, trafo terdiri dari dua buah kumparan induksi yang secara listrik terpisah

tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu penghubung yang mempunyai

relaktansi yang rendah. Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual induction

yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan AC,

fluks akan timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain

menyebabkan atau menimbulkan gaya gerak listrik (GGL) induksi (sesuai dengan

induksi elektromagnet) dari Hukum Faraday, Bila arus AC mengalir pada

induktor, maka akan timbul gaya gerak listrik (GGL).

Ada dua jenis trafo, yaitu step up dan step down. Trafo step up berfungsi

untuk menaikkan tegangan sedangkan trafo step down berfungsi untuk

menurunkan tegangan. Trafo step up mempunyai lilitan sekunder yang lebih besar

daripada lilitan primer sedangkan trafo step down mempunyai lilitan primer yang

lebih besar daripada lilitan sekunder.

f. Negative Temperature Coefficient (NTC)

NTC adalah resistor yang sensitif terhadap suhu dan terbuat dari unsur-

unsur Mn, Ni, Co, Cu, dan Fe oksida. Pencampuran, penekanan, pemanasan, dan

metalisasi dari unsur-unsur tersebut akan mempengaruhi kualitas NTC. Bahan

semi konduktor akan bereaksi sebagai NTC di mana resistansinya berkurang

dengan meningkatnya suhu. NTC mempunyai resistansi nominal yaitu resistansi

awal pada suhu tertentu (biasanya 25 °). Resistansi nominal ini harus diukur tanpa

perubahan suhu dan harus dipastikan tidak ada sumber tegangan karena akan

menganggu ketepatan penghitungan.

g. Positive Temperature Coefficient (PTC)

PTC adalah resistor yang mempunyai sifat kebalikan dari NTC. Resistansi

PTC akan naik jika dirangsang dengan kenaikan suhu, sehingga semakin tinggi

suhu yang diberikan semakin besar juga resistansinya. PTC juga mempunyai

resistansi nominal seperti NTC.

h. Diode

Diode adalah suatu semiconductor yang didesain untuk mengalirkan arus ke satu

arah saja, artinya diode merupakan penyearah arus. Diode dirancang untuk

mengalirkan arus dari anode ke katode.

Jika suatu tegangan diberikan kepada diode searah dengan anode dan

katode, maka arus yang besar akan mengalir, tetapi jika tegangan diberikan

berbeda arah dengan anode ke katode, maka arus yang mengalir akan menjadi

sangat kecil. Jika tegangan yang melawan diode tersebut mempunyai nilai yang

cukup besar hingga melewati batas diode tersebut menahan arus, maka diode akan

rusak dan akan mengalirkan arus ke arah yang berlawanan (bukan lagi penyearah

arus).

i. Transistor

Transistor adalah salah satu komponen semikonductor yang terdiri dari tiga

bagian yaitu emitter (emitor), base (basis), dan collector (kolektor). Secara umum

transistor terdiri dari dua jenis yaitu transistor tipe npn dan transistor tipe pnp.

Perbedaan dari kedua jenis transistor tersebut adalah pada tipe semikonduktor

penyusunnya.

Transistor memiliki tiga jenis penguatan yaitu: penguat emitor ditanahkan

(common emitter), penguat kolektor ditanahkan (common collector), dan penguat

basis ditanahkan (common base). Transistor dapat digunakan sebagai saklar,

penguat arus, dan menguatkan sinyal AC.

j. Relay

Relay adalah saklar elektromekanik sederhana yang menggunakan prinsip

elektromagnet dan kontak listrik. Relay terdiri dari dua komponen independen.

Bagian satu mengatur komponen elektromagnetik dan bagian lain mengatur

komponen kontak listriknya. Ketika elektromagnet dialiri arus, maka

elektromagnet akan aktif dan bagian armature (komponen pada relay yang terbuat

dari bahan yang dapat ditarik magnet) akan tertarik ke elektromagnet tersebut.

Pada ujung amarture, terdapat komponen yang mengalirkan listrik ke komponen

di luar relay, sehingga dengan tertariknya armature ke bagian elektromagnet,

maka akan mengaktifkan saklar sehingga arus listrik mengalir. Ketika

elektromagnet tidak lagi dialiri arus, maka amarture tersebut akan kembali ke

posisi semua sehingga tidak mengalirkan arus lagi.

k. Catu Daya

Catu daya adalah sebuah peralatan penyedia tegangan atau sumber daya

untuk peralatan elektronika dengan prinsip mengubah tegangan listrik yang

tersediadari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang diinginkan sehingga

berimplikasi pada pengubahan daya listrik dalam sistem pengubahan daya.

Pada perubahan daya terdapat empat jenis proses yang telah dikenal yaitu

sistem pengubahan daya AC ke DC, DC ke DC, DC ke AC, dan AC ke AC.

Masing-masing sistem pengubahan memiliki keunikan aplikasi tersendiri, tetapi

ada dua yang implementasinya kemudian berkembang pesat dan luas yaitu sistem

pengubahan AC ke DC (DC catu daya) dan DC ke DC (DC-DC converter).

l. Dirrect-Current Motor (Motor DC)

Motor DC dapat berfungsi sebagai motor apabila didalam motor listrik

tersebut terjadi proses konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik. Motor

DC itu sendiri memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan jangkar

dan kumparan medan untuk diubah menjadi energy mekanik. Pada motor DC

kumparan medan disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan

jangkar disebut rotor (bagian yang berputar).

Apabila motor beroperasi secara terus menerus maka temperatur dari motor

juga akan terus meningkat. Apabila motor telah mencapai temperatur yang tinggi

dan motor terus digunakan maka akan membuat kinerja kecepatan motor akan

menurun dan tidak efektif lagi serta dapat menimbulkan kerusakan.

Daerah kumparan medan yang yang dialiri arus listrik akan menghasilkan

medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi

dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung

melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi

sebagai tempat untuk menyimpan energi, sekaligus berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya proses perubahan energi.

B. Alat dan Bahan Praktikum

1. Agilent HP 34401A Digital Multimeter

2. Resistor

3. Papan ECC 474

4. Papan ECC 470

5. Potensio

6. LDR

7. Mini Trafo

8. NTC

9. PTC

10. Diode

11. Transistor PNP 2SA 671

12. Transistor NPN 2SA 1061

13. Transistor NPN 2SC 3055

14. Relay DC 12 V

15. Catu Daya DC 5 Volt

16. Motor DC 12 Volt

17. Jepit Buaya

18. DC 12V SPDT 5 Pin Power Relay Blue SRD-12VDC-SL-C

C. Analisa Gambar Rangkaian

1. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri

Pada rangkaian ini, terdapat 5 buah resistor yang dirangkai secara seri dengan

resistor pertama dan kedua secara vertikal, resistor ketiga secara horizontal, dan

resistor keempat dan kelima secara vertikal sejajar dengan resistor pertama dan kedua.

2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel

Pada rangkaian ini, terdapat 8 buah resistor yang dirangkai secara paralel.

resistor pertama dan keempat sejajar dan dibuat paralel, kemudian dipasangkan

konektor pada sisi kanan dan kirinya. Kemudian di bagian kanan resistor pertama

dipasangkan resistor kedua secara horizontal dan paralel bersama konektor. Di sebelah

kanan resistor kedua dipasang konektor secara vertikal. Di sebelah kanan konektor

tersebut dipasang resistor ketiga dan kelima secara paralel dengan dipasang konektor

secara vertikal. Kemudian di bagian bawah dipasang konektor secara vertikal dan

horizontal (sejajar dengan resistor kelima). Di sebalah kiri dipasang lagi resistor

keenam dan ketujuh dengan bagian kanan dan kirinya dipasang konektor. Terakhir, di

sebelah kiri resistor keenam dan ketujuh dipasang resistor kedelepan.

3. Rangkaian Relay

Pada rangkaian ini, catu daya 12 Volt (sudah di-ground-kan) dihubungkan

dengan sekring kemudian dari sekring tersebut dihubungkan kembali dengan saklar.

Dari saklar ini dihubungkan dengan bagian positif dari relay. Bagian A pada relay

dihubungkan dengan catu daya DC 5 Volt, dan bagian NO dihubungkan dengan motor

DC 12 Volt dan motor DC tersebut di-ground-kan. Bagian NC dibiarkan tidak

terhubung. Bagian negatif relay di-ground-kan.

D. Hasil Pengujian

1. Pengujian Resistor

Tabel Pengujian

No

.Kode warna

Nilai

Terbaca

(Ω)

Nilai

Terukur

(Ω)

Toleransi

Nilai

Susut

(Ω)

1 Kuning-Ungu-Jingga-Emas 47000 46350 5% 650

2 Merah-Merah-Merah-Emas 2200 2161.5 5% 38.5

3 Coklat-hitam-jingga-emas 10000 9888 5% 112

4 Kuning-Ungu-merah-emas 4700 4666 5% 34

5 Coklat-Hitam-Hijau-emas 1000000 987500 5% 12500

6 Putih 20W 100 Ω 100 99.45 20% 0.55

7 Putih 5W 47000 Ω 47000 48630 20% 370

2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri

R1=2200 Ω

R2=10000 Ω

R3=47000 Ω

R4=2200 Ω

R5=1000000 Ω

Tabel Pengujian

A-B B-C A-C C-D D-E

2,1645 K Ω 9,893 K Ω 12,051 K Ω 46,39 K Ω 2,164 K Ω

3. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel

R1=2200 Ω

R2=10000 Ω

R3=47000 Ω

R4=1000000 Ω

R5=2200Ω

R6=10000Ω

R7=100000Ω

R5=4700 Ω

A-B B-C A-C C-D D-E A-F

2,1564 kΩ 0,45 Ω 2,1566 KΩ 2,1636 kΩ 0 Ω 13,217 KΩ

4. Pengujian Potensio

Posisi 45 ° = 13,583 k Ω

Posisi 90 ° = 41,49 Ω

Posisi 135 ° = 54,77 Ω

Posisi max = 107,10 Ω

5. Pengujian LDR

a. Keadaan terbuka = 38,15 k Ω

b. Keadaan terhalang telapak tangan = 54,55 kΩ

c. Keadaan tertutup jari secara rapat = 27,8 MΩ

6. Pengujian Transformator pada Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder

No Kumparan primer Resistansi Kumparan sekunder Resistansi

1 0 dengan 100 274 Ω CT dengan 12 6,02 Ω

2 0 dengan 220 0.5720 kΩ CT dengan 15 7,65 Ω

3 110 dengan 220 0.2980 kΩ 15 dengan 15 14,77 Ω

4 18 dengan 18 17,83 Ω

7. Pengujian NTC dan PTC

Posisi Netral NTC = 12,7 Ω

Posisi Netral PTC = 26,2 Ω

Posisi Dipanasi NTC = 7,4 Ω

Posisi Dipanasi PTC = 70,5 Ω

8. Pengujian Diode

Merah dengan Anoda,

Hitam dengan Katoda

Hitam dengan Anoda,

Merah dengan Katoda

2,0435 MΩ Over Load

9. Pengujian Transistor

a. Transistor PNP 2SA 671

Merah ke Basis

Hitam ke Kolektor

Merah ke Basis

Hitam ke Emitor

Merah ke Kolektor

Hitam ke Emitor

Over Load Over Load Over Load

Hitam ke Basis

Merah ke Kolektor

Hitam ke Basis

Merah ke Emitor

Hitam ke Kolektor

Merah ke Emitor

3,1716 mΩ 1,316 mΩ Over Load

b. Transistor NPN 2SC 1061

Merah ke Basis

Hitam ke Kolektor

Merah ke Basis Hitam ke

Emitor

Merah ke Kolektor

Hitam ke Emitor

3,0514 mΩ 3,1407 mΩ Over Load

Hitam ke Basis

Merah ke Kolektor

Hitam ke Basis

Merah ke Emitor

Hitam ke Kolektor

Merah ke Emitor

Over Load Over Load Over Load

c. Transistor NPN 2SC 3055

Merah ke Basis

Hitam ke Kolektor

Merah ke Basis Hitam ke

Emitor

Merah ke Kolektor

Hitam ke Emitor

2,1850 mΩ 2,3176 mΩ Over Load

Hitam ke Basis

Merah ke Kolektor

Hitam ke Basis

Merah ke Emitor

Hitam ke Kolektor

Merah ke Emitor

Over Load Over Load Over Load

10. Pengujian Relay

a. Keadaan normal

Titik A dengan titik NO = Over Load

Titik A dengan titik NC = 0,2 ohm

b. Keadaan aktif dengan beban motor DC

Ground dengan NO = 1.13 mV

Ground dengan NC = 5.049 mV

Arus pada motor = 43 mA

c. Keadaan aktif dengan tanpa beban

Ground dengan titik NO = -0.384 V

Ground dengan titik NC = 5.061 V

E. Analisa Hasil Pengujian

1. Pengujian Resistor

Pada resistor pertama, warna-warnanya menunjukkan menunjukan besar nilai

47000 Ω dengan toleransi 5% (± 2350Ω). Pada kenyatannya, nilai resistor tersebut

pada ohmmeter adalah 46350 Ω yang berarti mempunyai nilai susut sebesar 650 Ω.

Karena nilai susutnya masih bisa ditoleransi, artinya resistor tersebut masih bisa

dipakai dan dalam keadaan baik.

Pada resistor kedua, warna-warnanya menunjukkan menunjukan besar nilai

2200 Ω dengan toleransi 5% (± 220 Ω). Pada kenyatannya, nilai resistor tersebut pada

ohmmeter adalah 2161,5 Ω yang berarti mempunyai nilai susut sebesar 38,5 Ω.

Karena nilai susutnya masih bisa ditoleransi, artinya resistor tersebut masih bisa

dipakai dan dalam keadaan baik.

Pada resistor ketiga, warna-warnanya menunjukkan menunjukan besar nilai

16000 Ω dengan toleransi 5% (± 800 Ω). Pada kenyatannya, nilai resistor tersebut pada

ohmmeter adalah 9888 Ω yang berarti mempunyai nilai susut sebesar 112 Ω. Karena

nilai susutnya masih bisa ditoleransi, artinya resistor tersebut masih bisa dipakai dan

dalam keadaan baik.

Pada resistor keempat, warna-warnanya menunjukkan menunjukan besar nilai

4700 Ω dengan toleransi 5% (± 235 Ω). Pada kenyatannya, nilai resistor tersebut pada

ohmmeter adalah 4666 Ω yang berarti mempunyai nilai susut sebesar 34 Ω. Karena

nilai susutnya masih bisa ditoleransi, artinya resistor tersebut masih bisa dipakai dan

dalam keadaan baik.

Pada resistor kelima, warna-warnanya menunjukkan menunjukan besar nilai

1000000 Ω dengan toleransi 5% (± 5 0000Ω). Pada kenyatannya, nilai resistor tersebut

pada ohmmeter adalah 987500 Ω yang berarti mempunyai nilai susut sebesar 12500

Ω. Karena nilai susutnya masih bisa ditoleransi, artinya resistor tersebut masih bisa

dipakai dan dalam keadaan baik.

Pada resistor keenam, warna-warnanya menunjukkan menunjukan besar nilai

100 Ω dengan toleransi 20% (± 80 Ω). Pada kenyatannya, nilai resistor tersebut pada

ohmmeter adalah 99,45 Ω yang berarti mempunyai nilai susut sebesar 0,55 Ω. Karena

nilai susutnya masih bisa ditoleransi, artinya resistor tersebut masih bisa dipakai dan

dalam keadaan baik.

Pada resistor ketujuh, warna-warnanya menunjukkan menunjukan besar nilai

47000 Ω dengan toleransi 5% (± 2350Ω). Pada kenyatannya, nilai resistor tersebut

pada ohmmeter adalah 48630 Ω yang berarti mempunyai nilai susut sebesar 370 Ω.

Karena nilai susutnya masih bisa ditoleransi, artinya resistor tersebut masih bisa

dipakai dan dalam keadaan baik.

Dilihat dari hasil di atas, hingga saat ini setiap resistor mempunyai toleransi

karena untuk mendapatkan hasil yang benar-benar tepat sangat sulit. Semakin kecil

toleransi maka semakin baik resistor tersebut yang mengakibatkan pembuatannya

semakin rumit dan mahal.

2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri

Pada titik A – B didapatkan hasil 2,1645 kΩ sedangkan di titik tersebut

terdapat satu buah resistor dengan nilai baca 2,200 kΩ dengan toleransi 5% (110 Ω).

Hasil yang didapat masih bisa ditoleransi.

Pada titik B – C didapatkan hasil 9,893 kΩ sedangkan di titik tersebut terdapat

satu buah resistor dengan nilai baca 10 kΩ dengan toleransi 5% (500 Ω). Hasil yang

didapat masih bisa ditoleransi.

Pada titik A – C didapatkan hasil 12051 Ω sedangkan di titik tersebut terdapat

dua buah resistor yang diseri. Dengan menyusunnya secara seri, maka total resistansi

tersebut dirumuskan sebagai berikut :

RAC=R1+R2=2200 Ω+10 k Ω=12200 Ω

Hasil yang diperoleh adalah 12051 Ω artinya sesuai dengan perumusan matematis

rangkaian seri.

Pada titik C – D didapatkan hasil 46390 kΩ sedangkan di titik tersebut terdapat

satu buah resistor dengan nilai baca 47 kΩ dengan toleransi 5% (2350 Ω). Hasil yang

masih bisa ditoleransi. Penyusunan secara vertikal tidak mempengaruhi besar resistor

tersebut.

Pada titik D – E didapatkan hasil 2,164 kΩ sedangkan di titik tersebut terdapat

satu buah resistor dengan nilai baca 2,200 kΩ dengan toleransi 5% (110 Ω). Hasil

yang masih bisa ditoleransi.

Pada titik A – F didapatkan hasil 1,0525 MΩ sedangkan di titik tersebut

terdapat 5 buah resistor yang dirangkai secara seri dengan setiap nilainya masih

normal dan sesuai dengan batas toleransi. Karena dirangkai secara seri, maka nilai

resistansinya dirumuskan sebagai berikut :

RA F=R1+R2+R3+R4+R5=2 , 2 kΩ+10 kΩ+47 k Ω+2,2k Ω+100 0 kΩ

RAF=10 61,4k Ω=1,062 M Ω

Dengan toleransi 5% berarti maksimal kesalahan adalah 53,1 kΩ sedangkan

1,062 M Ω−1 ,0525 M Ω=0,0092 M Ω=9,2 k Ω artinya masih bisa ditoleransi sehigga

hasil yang diperoleh yaitu 1,0525 MΩ sesuai dengan perumusan matematis rangkaian

seri.

3. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel

a. Pada titik A – B didapatkan hasil 2,1564 kΩ sedangkan di titik tersebut terdapat

satu buah resistor dengan nilai baca 2,200 kΩ dengan toleransi 5% (110 Ω). Hasil

yang didapat masih bisa ditoleransi.

b. Pada titik B – C didapatkan hasil 0,45 kΩ sedangkan di titik tersebut terdapat satu

buah resistor dengan nilai baca 10 kΩ dengan toleransi 5% (500 Ω). Hasil yang

didapat ternyata tidak seusi dengan seharusnya, hal ini dikarenakan resistor

diparalelkan dengan konektor dan pengukuran dilakukan terhadap percabangan

antara jumper dengan resistor sehingga membuat arus yang mengalir pada resistor

tersebut sangat kecil karena sebagian besar arus mengalir pada konektor. Oleh

karena itu tidak ada cukup arus yang melewati resistor sehingga perbandingan

antara tegangan dan arus tidak menghasilkan hambatan yang diharapkan.

c. Pada titik A – C didapatkan hasil yang hampir sama dengan A – B karena

hambatan pada resistor kedua dianggap tidak ada karena paralel dengan konektor.

Sehingga hambatan pada titik A – C sama dengan hambatan A – B.

d. Pada titik C – D didapatkan hasil yang tidak bisa ditoleransi, karena pengukuran

dilakukan pada percabangan dan arus yang mengalir ada dua cabang. Selain itu

resistor juga diparalelkan dengan resistor lain sehingga perbandingan antara

tegangan dan arus pada titik C – D tidak sempurna.

e. Pada titik D – E didaat hasil 0 karena tidak terapat resistor atau hambatan pada

rangkaian tersebut.

f. Pada titik A – F analisisnya adalah sebagai berikut :

R s=RP+RP+RP

R14=R1 × R4

R1+R4

=2195 ,17 Ω

R35=R3 × R5

R3+R5

=2101 , 62Ω

R67=R1 × R4

R1+R4

=9090 ,01Ω

R s=13386.78 Ω

Hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan nilai yang diukur yaitu R s=13 ,217 k Ω

4. Pengujian Potensio

Pada percobaan kali membuktikan bahwa putaran dari potensi tersebut

mempengaruhi besarnya hambatan. Idealnya sebuah sudut potensio berbanding linier

dengan hambatannya. Pada percobaan kali ini ketidaklinieran tersebut terjadi karena

putaran potensio meter yang tidak sempurna pada sudut 90°. Pada putaran 45°, nilai

resistansinya adalah 13,583 Ω dan pada putaran 135° yang besar sudutnya 3 kali lebih

besar dari 45°, menghasilkan resistansi 54,77Ω yang besarnya mendekati tiga kalinya.

Apabila diperhatikan, nilai sudut maksimum potensio tersebut adalah 270 ° dengan

resistansi 107,10 Ω yang besarnya dua kalinya dari angka 135° dan 54,77Ω. Artinya

putaran sekecil apa pun dalam potensio sanat berpengaruh terhadap besarnya

resistansi.

5. Pada percobaan ini terbukti bahwa LDR sangat dipengaruhi oleh cahaya di mana

semakin sedikit intensitas cahaya yang mengenai LDR tersebut maka resistansinya

akan semakin besar. Pada saat terbuka, resistansinya sebesar 38,15 kΩ, ketika

setengah tertutup, resistansinya sebesar 54,55 kΩ, dan ketika benar-benar tertutup

resistansinya 27,800 MΩ.

6. Pengujian trafo

Pada pengujian trafo tanpa tegangan hanya dihitung hambatan pada setiap

kumparan primer dan sekunder, pada kumparan primer hambatan yang diperoleh lebih

besar dari pada sisi sekunder. Hal ini disebabkan tegangan yang akan dihasilkan pada

kumparan sekunder jauh lebih besar.

7. Pengujian NTC dan PTC

Dari hasil pengukuran terbukti bahwa resistansi NTC akan semakin kecil jika

dipanasi dan resistansi PTC akan semakin besar jika dipanasi. Besarnya resistansi

yang berubah tergantung pada besarnya suhu yang dikenakan.

8. Pengujian diode

Dari hasil, dapat dibuktikan bahwa ketika pencolok merah positif dihubungkan

ke anoda, dan pencolok ke hitam negative ke katoda, maka arus yang terjadi adalah

bertipe forward dan hambatan diode tersebut dapat dihitung. Ketika dibalik, maka arus

akan menabrak arah anode ke katode sehingga tidak terlewati arus maka hambatannya

overload. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa diode benar-benar dapat

menyearahkan arus.

9. Pengujian transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai

sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal

atau sebagai fungsi lainnya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan

Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk

mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada

keluaran tegangan dan arus output Kolektor.

Untuk pengujian transistor PNP; komponen tersebut akan menunjukkan

resistansinya apabila probe hitam dihubung ke kaki basis dan merah ke kaki kolektor.

Dan juga apabila probe hitam dihubung ke kaki basis dan probe merah ke kaki emitor.

Untuk pengujian transistor NPN; komponen tersebut akan menunjukkan

resistansinya apabila probe merah di hubungkan ke basis dan probe hitam ke kolektor.

Dan juga apabila probe merah di hubungkan ke kaki basis dan probe hitam ke kaki

emitor.

Pada transistor PNP, basis terhubung dengan material kutub negatif, sedangkan

kolektor dan emiter terhubung dengan material kutub positif. Karena arus hanya dapat

mengalir dari material kutub positif ke material kutub negatif (pada pengujian ini),

maka arus dapat mengalir dari basis ke kolektor atau emiter, namun tidak sebaliknya.

Arus juga tidak dapat mengalir dari kolektor ke emiter atau sebaliknya.

Pada transistor NPN, basis terhubung dengan material kutub positif, sedangkan

kolektor dan emiter terhubung dengan material kutub negatif. Sehingga arus dapat

mengalir dari kolektor atau emiter ke basis namun tidak sebaliknya. Arus juga tidak

dapat mengalir dari kolektor ke emiter atau sebaliknya.

a. PNP 2SA 671

Dari hasil pengujian didapat bahwa transistor jenis PNP dapat mengalirkan

arus hanya pada saat probe merah (+) dihubungkan ke emitor atau ke kolektor dan

probe hitam (-) dihubungkan ke basis. Sedangkan pada keadaan lain tidak

didapatkan suatu nilai ( Over Load). Transistor di bentuk dari 2 buah dioda yang

dibentuk sedemikian rupa untuk masing-masing fungsi. Misalnya ada arus dari

probe merah (+) masuk lewat basis menuju ke kolektor, maka arus itu akan

terblokir oleh dioda pada kolektor, hal ini sesuai dengan apa yang telah diuji coba

sebelumnya.

b. PNP 2SC 1061

Berbeda dengan jenis transistor PNP, jika pada NPN arus akan selalu

mengalir jika probe merah (+) selalu dihubungkan ke basis dan probe hitam (-)

dihubungkan ke kolektor ataupun emitor. Misalnya ada arus dari probe merah (+)

masuk lewat kolektor ataupun emitor menuju ke basis, maka arus itu akan terblokir

oleh dioda, hal ini sesuai dengan apa yang telah diuji coba sebelumnya

c. PNP 2SC 3055

Sifat hasil yang didapat sama dengan PNP 2SC 1061 tetapi dengan nilai

lebih rendah.

10. Pengujian Relay

Relay adalah sebuah saklar elektronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian

elektronik lainnya. Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:

a. koil : lilitan dari relay

b. common : bagian yang tersambung dengan NC(dlm keadaan normal)

c. kontak : terdiri dari NC dan NO

Dalam keadaaan normal (tidak diberi tegangan), rangkaian akan on jika

common dihubungkan dengan NC. Sedangkan dalam keadaan aktif (diberi tegangan),

rangkaian akan on saat common dihubungkan dengan NO.

F. Kesimpulan

1. Pengujian resistor

Pada pengujian resistor dapat dilihat bahwa sebenarnya nilai resistansi suatu

resistor tidak selalu sesuai dengan spesifikasi warna gelang resistor tersebut, masih

ada selisih antara nilai terbaca pada gelang dan nilai resistor itu sendiri yang telah

diukur oleh multimeter. Resistor memiliki nilai toleransi yang dapat memberikan nilai

kerja resistansi minimal dan maksimal.

Setiap resistor memiliki nilai yang berbeda-beda yang dapat kita ukur secara

langsung dengan mengartikan setiap gelang yang terdapat pada badan resistor. Jumlah

gelang yang terdapat pada resistor yang diujikan pada percobaan kali ini menggunakan

4 gelang. Selain itu resistor yang diukur dengan multimeter nilai resistornya tidak

sama persis dengan ukuran sebenarnya dalam perhitungan. Ini dikarenakan resistor

mempunyai toleransi, yang artinya bahwa nilai resistor tersebut bisa berukuran lebih

besar atau lebih kecil dari ukuran sebenarnya. Selama resistor masih dalam batas

toleransi, maka resistor tersebut masih wajar dan layak digunakan

2. Pengujian Potensio

Pada pengujian potensio, semain besar susut yang kita putar, semakin besar

pula nilai hambatannya. Potensio yang dipakai pada percobaan ini merupakan jenis

potensiometer, yaitu yang pengaturannya dengan cara memutar secara langsung pada

porosnya. Nilai hambatan potensio linear dengan putaran.

3. Pengujian LDR

Dalam pengujian LDR, hambatan LDR pada keadaan penampang terbuka lebih

kecil dibandingkan dengan keadaan penampang yang tertutup oleh tangan. Oleh

karana itu LDR sangat di pengaruhi oleh cahaya. Bila cahaya gelap nilai tahanannya

semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil.

4. Pengujian Trafo

5. NTC

Resistansinya akan turun (negatif atau berlawanan) jika suhu meningkat.

6. PTC

Resistansinya akan naik (positif atau sebanding) jika suhu meningkat.

7. Diode

Agar memberikan hasil pengukuran yang diinginkan, maka pemasangan kaki

diode dengan probe harus tepat, yaitu probe positif (merah) dengan anoda dan pribe

negative (hitam) dengan katoda. Apabila tidak dilakukan secara demikian maka hasil

pengukurannya akan overload (tak terhingga) karena diode merupakan penyearah

arus.

8. Transistor

Jika transistor merupakan diode dengan dua sambungan, sehingga konsep yang

bekerja pada diode juga bekerja pada transistor.Oleh karena itu hanya ada dua

kemungkinan agar terjadi forward bias.

Pada PNP :

a. Arus juga terjadi saat tegangan kolektor lebih positif dari basis. Oleh karena itu,

dalam percobaan ini basis dihubungkan dengan kutub negative (pencolok warna

hitam) dan kolektor dihubungkan dengan kutub positif (pencolok warna merah).

b. Arus terjadi bila tegangan emitor lebih positif dari tegangan basis. Oleh karena itu,

dalam percobaan ini arus mengalir saat basis dihubungkan dengan kutub negative

(pencolok warna hitam) dan emitor dihubungkan dengan kutub positif (pencolok

warna merah).

c. Apabila pencolok kabel tidak sesuai dengan di atas maka pada multimeter terdapat

nilai overload (OL)

Pada NPN :

a. Arus terjadi saat tegangan basis lebih positif dari kolektor. Oleh karena itu, dalam

percobaan ini basis dihubungkan dengan kutub positif (pencolok warna merah)

dan kolektor dihubungkan dengan kutub negative (pencolok warna hitam).

b. Arus juga terjadi bila tegangan basis lebih positif dari tegangan emitor. Oleh

karena itu, dalam percobaan ini arus mengalir saat basis dihubungkan dengan

kutub positif (pencolok warna merah) dan emitor dihubungkan dengan kutub

negative (pencolok warna hitam).

c. Apabila pencolok kabel tidak sesuai dengan di atas maka pada multimeter terdapat

nilai overload (OL)

9. Relay

Dalam keadaaan normal (tidak diberi tegangan), rangkaian akan on jika

common dihubungkan dengan NC. Sedangkan dalam keadaan aktif (diberi tegangan),

rangkaian akan on saat common dihubungkan dengan NO.

G. Lampiran

1. Jawaban Pertanyaan

Jenis-jenis diode :

a. Light Emiting Diode (Dioda Emisi Cahaya)

Dioda yang sering disingkat LED ini merupakan salah satu piranti

elektronik yang menggabungkan dua unsur yaitu optik dan elektronik yang disebut

juga sebagai Opteolotronic.dengan masing-masing elektrodanya berupa anoda (+)

dan katroda (-), dioda jenis ini dikategorikan berdasarkan arah bias dan diameter

cahaya yang dihasilkan, dan warna nya.

b. Diode Photo (Dioda Cahaya)

Dioda jenis ini merupakan dioda yang peka terhadap cahaya, yang bekerja

pada pada daerah-daerah reverse tertentu sehingga arus cahaya tertentu saja yang

dapat melewatinya, dioda ini biasa dibuat dengan menggunakan bahan dasar

silikon dan geranium. Dioda cahaya saat ini banyak digunakan untuk alarm, pita

data berlubang yang berguna sebagai sensor, dan alat pengukur cahaya (Lux

Meter).

c. Diode Varactor (Dioda Kapasitas)

Dioda jenis ini merupakan dioda yang unik, karena dioda ini memiliki

kapasitas yang dapat berubah-ubah sesuai dengan besar kecilnya tegangan yang

diberikan kepada dioda ini, contohnya jika tegangan yang diberikan besar, maka

kapasitasnya akan menurun,berbanding terbalik jika diberikan tegangan yang

rendah akan semakin besar kapasitasnya, pembiasan dioda ini secara reverse.

Dioda jenis ini banyak digunakan sebagai pengaturan suara pada televisi, dan

pesawat penerima radio.

d. Diode Rectifier (Dioda Penyearah)

Dioda jenis ini merupakan dioda penyearah arus atau tegangan yang

diberikan, contohnya seperti arus berlawanan (AC) disearahkan sehingga

menghasilkan arus searah (DC). Dioda jenis ini memiliki karakteristik yang

berbeda-beda sesuai dengan kapasitas tegangan yang dimiliki.

e. Diode Zener

Dioda jenis ini merupakan dioda yang memiliki kegunaan sebagai

penyelaras tegangan baik yang diterima maupun yang dikeluarkan, sesuai dengan

kapasitas dari dioda tersebut, contohnya jika dioda tersebut memiliki kapasitas 5,1

V, maka jika tegangan yang diterima lebih besar dari kapasitasnya, maka tegangan

yang dihasilkan akan tetap 5,1 tetapi jika tegangan yang diterima lebih kecil dari

kapasitasnya yaitu 5,1, dioda ini tetap mengeluarkan tegangan sesuai dengan

inputnya.

2. Cara kerja Transistor

Transistor dapat mengalirkan arus listrik atau menguatkan tegangan karena

peran dari ketiga elektroda tersebut. Fungsi lainnya, transistor merupakan saklar

pemutus serta penyambung aliran listrik ketika pada dasar atau basis diberikan arus

yang sangat besar. Dan mengenai cara kerja dari transistor sendiri, semuanya

tergantung pada transistor jenis apa yang digunakan.

Terdapat dua jenis transistor. Yang pertama ada transistor bipolar junction

transistor (BJT) dan transistor field effect atau yang lebih dikenal dengan nama FET.

Cara kerja transistor BJT, yaitu sesuai dengan namanya, transistor ini

menggunakan dua polaritas yang membawa muatan untuk membawa arus listrik pada

kanal produksinya. Pada cara kerja transistor BJT pula, terdapat suatu lapisan

pembatas yang dibe nama sebagai depletion zone. Yang nanti pada akhirnya, setiap

arus listrik akan masuk melewati pembatas tersebut dan terbagi karena keberadaan

dari depletion zone ini.

Sedangkan untuk cara kerja dari transistor FET, agak sedikit berbeda dengan

transistor BJT. Transistor FET hanya menggunakan satu jenis polaritas atau pembawa

muatan arus listrik. Hal ini pastinya berbeda dengan transistor bipolar yang memiliki

dua jenis polaritas pembawa muatan.

Sedangkan pada transistor FET, arus yang masuk tidak terbagi menjadi dua

aliran seperti pada transistor bipolar. Hal ini disebabkan karena posisi depletion zone

dari resistor effect terdapat di kedua sisi bukan berada di tengah-tengah. Tetapi untuk

kedua tipe transistor, memiliki fungis yang sama. Tetapi semuanya dibedakan dengan

cara kerjanya saja.

3. Komponen Aktif dan komponen Pasif

Komponen aktif adalah komponen elektronis yang dapat berfungsi apabila

mendapat aliran arus . Contoh : IC , transistor

Komponen pasif adalah komponen elektronis yang dapat berfungsi tanpa

mendapat aliran arus

Contoh : resistor ,inductor, kapasitor

4. Menghitung resistansi

Jika terdapat resistor yang diparalelkan dengan konektor tanpa hambatan, maka

hambatan resistor tersebut jika diukut pada ujung-ujung rangkaian adalah nol.

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, D., R. Resnick, J. Walker, 2013, Fundamentals of Physics Extended, 10th Edition,

John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.

Halliday D., R. Resnick, 1988, Fundamentals of Physics Extended, 3rd Edition, John Wiley &

Sons Inc., New Jersey.

Waluyanti, Sri, Djoko S., Slamet, Umi R., 2008, Alat Ukur dan Teknik Pengukuran untuk

Sekolah Menengah Kejuruan, Jilid 3, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan

Nasional, Jakarta.

Tampubolon, Andokristi, Menguasai Alat Ukur Listrik dan Elektronika,

http://www.geocities.ws/nerdi/menguasai_alat_ukur_listrik_dan_elektronika.html, diakses

tanggal 12 Maret 2015.

K., Adarsh, Prashanth S, Radha Malini M G, 2004, Line Following Robot, Presentation,

Indian Institute of Technology, New Delhi.

Supatmi, Sri, Pengaruh Sensor Ldr Terhadap Pengontrolan Lampu, Majalah Ilmiah

UNIKOM, Nomor 2, Volume 8, halaman 175 – 180,

http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v08-n02/volume-82-artikel-5.pdf/pdf/volume-82-

artikel-5.pdf diakses tanggal 13 Maret 2015.

Prayoga, Aditya, Benson Marnatha S., Edison Marulitua S., M. Nahar, 2010,

TRANSFORMER, Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia, Depok.

Anonim, NTC Thermistors, Version 11.4, AVX, Greenville.

Suprapto, 2014, Karakteristik Transistor, Sekolah Teknik Elektro dan Informatik Insitut

Teknologi Bandung, Bandung.

Bullock, Madeline. "How Relays Work" 01 April 2000. HowStuffWorks.com.

http://electronics.howstuffworks.com/relay.htm, diakses tanggal 13 March 2015.

Anonim, 2013, Catu Daya, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Abdullah, 2010, Studi Pengontrol Temperatur Motor Dc untuk Mempertahankan Kestabilan

Kecepatan Motor Berbasis Mikrokontroler AT89S52, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

R., Pradipta, 2010, Instrumen Penghitung Nilai Koefisien Pemuaian Linear Logam Berbasis

Mikrokontroler, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia,

Depok.