PPT ekologi Tumbuhan spesies dan komunitas sebagai unit ekologi
Laporan praktikum ekologi umum -Klimatik Kel 5
-
Upload
lea-juliana -
Category
Documents
-
view
358 -
download
27
description
Transcript of Laporan praktikum ekologi umum -Klimatik Kel 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi suatu lingkungan memiliki peranan penting terhadap kehidupan yang berada di dalamnya. Perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup bergantung pada faktor klimatik lingkungan. Makhluk hidup memerlukan tempat untuk ditinggali dengan kondisi lingkungan yang kondusif untuk dapat mencapai kesintasan. Oleh karena itu, informasi berkenaan faktor klimatik suatu tempat merupakan hal yang penting untuk diketahui.
Klimatik merupakan kondisi suatu tempat atau daerah pada waktu tertentu, misalnya suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, tekanan udara, dan lain-lain. Klimatik satu tempat dengan tempat yang lainnya dapat berbeda-beda dan memiliki karakteristik klimatik tersendiri, karena terdapat banyak faktor yang saling berhubungan dan mempengaruhi kondisi klimatik suatu tempat. Menyadari kondisi klimatik sangat penting dalam ekosistem, maka pengamatan klimatik suatu tempat merupakan hal yang sangat penting.
Karena klimatik satu tempat dengan tempat lainnya dapat berbeda-beda, maka perlu juga diketahui sejauh mana perbedaan tersebut. Meskipun terdapat dua tempat yang saling berdekatan tetapi memiliki karakteristik yang berbeda, maka sangat memungkinkan bahwa klimatik kedua tempat tersebut berbeda pula. Hutan pinus (Pinus sp.) dan kebun teh (Camelia sp.) yang letaknya di samping gerbang menuju lokasi wisata Tangkuban Perahu memiliki jarak yang berdekatan dan ketinggian tempat yang sama. Dengan melakukan pengamatan klimatik di kedua tempat tersebut, maka dapat diketahui apakah terdapat perbedaan klimatik di kedua tempat yang berdekatan tersebut dengan ketinggian yang sama, namun dengan perbedaan vegetasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat diambil rumusan masalah yaitu:
Bagaimana Perbedaan Faktor Klimatik pada Vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
C. Hipotesis
H0 = Tidak ada perbedaan pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
H1 = Ada perbedaan pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana perbedaan kecepatan angin pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
2. Bagaimana perbedaan intensitas cahaya pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
3. Bagaimana perbedaan kelembaban pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
4. Bagaimana perbedaan suhu pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.?
E. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan kecepatan angin pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
2. Mengetahui perbedaan intensitas cahaya pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
3. Mengetahui perbedaan kelembaban pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
4. Mengetahui perbedaan suhu pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp.
F. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan faktor klimatik pada vegetasi Pinus sp. dan Camelia sp. melalui parameter perbedaan kecepatan angin, intensitas cahaya, kelembaban, dan suhu. Sehingga, dapat menambah pengetahuan mengenai perbedaan faktor klimatik berdasarkan perbedaan vegetasi yang dimiliki oleh Pinus sp. dan Camelia sp.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vegetasi
Vegetasi ialah kumpulan komunitas tumbuhan pada suatu areal lahan tertentu yang didominasi oleh pepohonan. Vegetasi yang berbentuk hutan merupakan hasil akhir dari proses alami sebagai hasil dari adanya interaksi antar berbagai faktor lingkungan. Interaksi tersebut adalah interaksi antara lingkungan abiotik, seperti faktor klimatik, edafik, fisiografik dan faktor biotik baik antar tumbuhan itu sendiri ataupun tumbuhan dengan hewan dan mikroorganisme.
B. Faktor Lingkungan Abiotik
Faktor lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan fisika dari lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan dan tumbuhan. Udara dan tanah adalah faktor abiotik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan organism-organisme terisrial. Selain pengukran pada kondisi fisika kimia sebagai faktor lingkungan habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama dapat mempengaruhi kondisi udara dan tanah. Mikroklimat merupakan kondisi udara yang berpengaruh dan berhubungan langsung dengan tumbuhan. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil, mikrolimat dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikrolimat tersebut antara lain temperatur udara (suhu), kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Pada beberapa jenis organisme, yang ada yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam ekosistem karena pengaruhnya pada proses fisiologis organisme penghuni ekosistem (Odum, 1971).
C. Faktor Klimatik
Faktor-faktor klimatik merupakan komponen abiotik yang berpengaruh terhadap persebaran, pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Diantara faktor-faktor klimatik tersebut adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya.
1. Suhu
Derajat panas atau dingin suatu zat disebut suhu (temperatur). Suhu biasa di nyatakan dalam Celsius (C) dan Fahrenheit (F). Faktor klimatik ini memengaruhi semua proses pertumbuhan tanaman, seperti pada proses fotosintesis, respirasi, transpirasi, perkecambahan, sintesis protein, dan translokasi. (Bareja, 2011)
Pada umumnya, tanaman dapat bertahan pada rentang suhu 0-50C. aktivitas enzim dan reaksi-reaksi kimia secara umum meningkat pada peningkatan suhu. Namun, pada suhu yang sangat tinggi dapat menimbulkan denaturasi enzim dan protein. Suhu yang terlalu rendah dapat pula menyebabkan penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Contohnya, absorpsi air dapat terhambat saat temperatur tanah rendah karena protoplasma lebih sedikit permeable. (Bareja, 2011)
Bagi tumbuhan yang berkembang di daerah tropis, diperlukan variasi suhu untuk proses perkembangbiakan, berbunga, berbuah, dan untuk tumbuh daun-daun baru. Begitu pula tumbuhan didaerah dingin dan kering, memerlukan pola cuaca yang bervariasi untuk melangsungkan serangkaian proses regenerasinya.
Berdasarkan faktor suhu, maka kita mengenal dua kelompok vegetasi, yaitu :
a. Kelompok vegetasi annual
Kelompok tumbuhan yang hanya berkembang pada saat-saat tertentu saja terutama pada musim panas. Sedangkan dimusim dingin, tumbuhan jenis ini tidur karena berada dibawah lapisan es yang ketebalannya bervariasi. Umumnya tumbuhan annual adalah tumbuhan kecil atau bunga-bungaan di daerah beriklim dingin.
b. Kelompok vegetasi perennial
Kelompok tumbuhan yang mempunyai mekanisme melindungi diri dari suhu yang sangat rendah di musim dingin secara bergantian, sehingga dapat berkembang terus-menerus. Kemampuan inilah menyebabkan kelompok vegetasi perennial dapat berumur lebih dari satu tahun.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah jumlah uap air pada udara yang ditunjukan dalam persen sebagai jumlah maksimum uap air di udara pada suhu tertentu. banyaknya uap air di udara berkisar pada 0,01% pada daerah kutub hingga 5% pada daerah tropis. Kelembaban udara memengaruhi pengaturan terbuka dan tertutupnya stomata pada saat transpirasi maupun fotosintesis. (Bareja, 2011)
Kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya (Tatang, 2006). Kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan tumbuhan budi daya.
Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Kelembaban udara memiliki satuan persen yang merupakan persentase kandungan uap air dalam udara (Hardjodinomo, 1975). Angka persentase kelembaban diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik (Hardjodinomo, 1975). Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air. jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering (Hardjodinomo, 1975).
Kelembaban relatif yang merupakan ukuran bagi kemampuan udara pada suhu yang ada untuk menampung uap lebih lanjut (Prasasti, 2005). Kelembaban relatif diukur dengan menggunakan 2 buah termometer yang dibiarkan di udara terbuka, salah satu termometer dibungkus dengan kain basah pada ujungnya dan yang lainnya kering.
Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air. Tinggi rendahnya kelembaban sangat bervariasi di suatu tempat karena sangat bergantung pada beberapa faktor, seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran vegetasi, dan ketersediaan air di suatu tempat (air tanah, perairan) (Linsley, 1989). Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh. Faktor lain yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif adalah evaporasi. Jika kelembaban relatif naik maka kemampuan udara untuk menyerap air akan berkurang (Prasasti, 2005)
Berdasarkan tingkat adaptasi terhadap kelembaban lingkungannya, dunia tumbuhan dibedakan menjadi empat yaitu :
a. Xerofit
Berasal dari kata xero yang artinya kering dan phytos yang berarti tumbuhan. Jadi xerofit merupakan kelompok tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang kekurangan air atau kering. Daerah persebarannya terutama dikawasan gurun (kawasan arid). Contohnya kaktus.
b. Hidrofit
Berasal dari kata hydros yang artinya basah atau berair. Jadi hidrofit adalah kelompok tumbuhan yang khusus beradaptasi pada lingkungan yang berair atau basah. Ciri khas vegetasi ini adalah cenderung mempunyai sistem perakaran yang dangkal, namun daunnya lebar-lebar mempunyai lapisan-lapisan kulit luar dan daun-daunnya mengarah ke arah datangnya sinar matahari. Contohnya teratai, enceng gondok, paku-pakuan, selada air, kangkung dan sebagainya.
c. Mesofit
Berasal dari kata meso yang artinya antara atau pertengahan. Jadi mesofit merupakan kelompok vegetasi yang hidup pada daerah-daerah lembab tetapi tidak sampai tergenang air. Tumbuhan kelompok ini banyak terdapat di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi dan relatif merata sepanjang tahun, Contohnya anggrek dan beberapa jenis jamur.
d. Tropofit
Merupakan kelompok tanaman yang mampu beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi yang berubah-ubah. Vegetasi kelompok ini dapat hidup dengan perubahan musim yang jelas yaitu musim panas dan musim dingin. Pada umumnya tumbuhan tropofit berupa tumbuhan yang besar-besar, berdaun lebat dengan cabang-cabang yang banyak dan dikategorikan sebagai belukar atau pohon-pohon. Berdasarkan ciri tersebut, maka kelompok vegetasi ini merupakan vegetasi khas daerah tropis.
3. Intensitas cahaya
Cahaya merupakan faktor klimatik yang esensial pada produksi klorofil dan pada proses fotosintesis. Tiga faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah kualitas cahaya, intensitas cahaya, dan fotoperiodik. Kualitas cahaya merujuk pada panjang gelombang spesifik pada cahaya; intensitas cahaya adalah tingkat kecerahan yang diterima oleh tanaman; dan fotoperiodik merupakan waktu penyinaran pada siang dan malam hari. (Bareja, 2011)
Tumbuh-tumbuhan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Energi ini khususnya dipergunakan untuk mengubah karbondioksida (CO2) dan air menjadi glukosa dengan membentuk oksigen (O2) di atmosfer sebagai hasil lainnya. Dengan demikian sinar matahari yang sampai kepermukaan bumi merupakan sumber energi bagi tumbuh-tumbuhan dalam rangka melangsungkan kehidupannya.
4. Kecepatan Angin
Adanya perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Anemometer merupakan alat pengukur kecepatan angin. Alat ini berbentuk seperti kipas angin memiliki baling-baling sebagai pengukur kecepatan angin yang berhembus pada lingkungan sekitar. Alat ini memiliki layar skala kecepatan. Untuk ke akuratan data lakukan pengulangan pada pengujian data sebanyak tiga kali. Skala 2 m/s menunjukkan data bahwa pada disuatu daerah atau lingkungan tersebut memiliki angin yang kuat. Menurut Irshady (2011), angin yang kuat berkisar antara 2-3 m/s. Hal ini dapat dibuktikan dengan kecepatan baling-baling anemometer berputar dalam jangka 30 detik. Alat ini biasanya diletakkan dalam keadaan tergantung.
Menurut Hanum (2009), kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara persatuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter perdetik (m/s), kilometer perjam (km/jam) dan mil perjam (mi/j). Satuan mil (mil laut) perjam disebut juga knot (kn) ; 1 kn=1,85 km/jam=1,151mi/j=0,514 m/d atau 1 m/d= 2,237 mi/j=1,944 kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian tanah sehingga dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer.
Faktor-faktor klimatik tersebut dapat meningkatkan dan menghambat proses pertumbuhan pada tanaman. Namun faktor-faktor klimatik dapat pula saling berkaitan dalam kondisi alami.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Pelaksanaan
Hari, Tanggal: Minggu, 22 Februari 2015
Pukul: Kebun Teh Jalan Raya Subang (11.00-12.00 WIB)
Hutan Pinus Tangkuban Perahu (12.15-13.00 WIB)
Tempat: Kebun Teh Jalan Raya Subang (1250 mdpl)
Hutan Pinus Tangkuban Perahu (1250 mdpl)
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Meteran
b. Termohigrometer
c. Lux meter
d. Anemometer digital
e. Altimeter
f. Alat tulis
g. Kamera
2. Bahan
a. Air (secukupnya)
C. Cara kerja
1. Dibuat denah tempat pengamatan
a. Luas populasi : 25 m x 25 m = 625 m2
b. Luas area sampling: 40% x 625 m2 = 250 m2
c. Jumlah data yang diperlukan: 30
d. Jumlah data dalam 1x sampling: 3 data
e. Jumlah titik sampling: 30 / 3 = 10
f. Luas per titik sample = 5 x 5 = 25 m2
(Gambar 1. Denah titik sampling(Sumber : Pribadi, 2015))
(Gambar 2. Peta tempat pengamatan(Sumber : Pribadi, 2015))
2. Persiapan daerah sampling
(Bagan 1. Persiapan daerah sampling)
3. Mengukur kelembaban dan suhu
(Bagan 2. Mengukur kelembaban dan suhu)
4. Mengukur penetrasi/intensitas cahaya
(Bagan 3. Mengukur penetrasi/intensitas cahaya)
5. Mengukur kecepatan angin
(Bagan 4. Mengukur kecepatan angin)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan Klimatik
1. Tabel Pengukuran Intensitas Cahaya
a. Lokasi di Kebun Camelia sp.
No.
Area
Intensitas Cahaya (lux)
Uji 1
Uji 2
Uji 3
Rata-rata
1
A
133200
129900
131500
131533.3
2
B
119800
113300
116300
116466.6
3
C
142600
110500
100000
117700
4
D
115700
123300
124400
121133.3
5
E
116600
113000
124600
118066.6
6
F
124800
120300
120600
121900
7
G
122800
120200
122300
121766.6
8
H
129600
119600
122100
123766.6
9
I
132500
118600
125500
125533.3
10
J
126800
114400
103800
115000
Rata-rata
121286.6
b. Lokasi di Hutan Pinus
No.
Area
Intensitas Cahaya (lux)
Uji 1
Uji 2
Uji 3
Rata-rata
1
A
7160
6750
7670
7193.3
2
B
7710
8620
7150
7826.6
3
C
19300
17000
16600
17633.3
4
D
11800
12600
13700
12700
5
E
13100
14600
18600
15433.3
6
F
35600
43500
38300
39133.3
7
G
30800
32500
29600
30966.6
8
H
9310
9050
9400
9253.3
9
I
13800
14600
16600
15000
10
J
8960
9530
10680
9723.3
Rata-rata
16486.3
c. Tabel Hasil Uji T perbandingan Intensitas Cahaya
2. Tabel Pengukuran Kecepatan Angin
a. Lokasi di Kebun Camelia
No.
Area
Kecepatan Angin (m/s)
Uji 1
Uji 2
Uji 3
Rata-rata
1
A
1.02
0.66
1.74
1.14
2
B
2.38
2.95
2.44
2.59
3
C
1.23
1.96
2.95
2.04
4
D
2.32
3.56
1.80
2.56
5
E
1.27
1.58
2.53
1.79
6
F
2.49
2.83
2.69
2.67
7
G
2.31
2.55
2.32
2.39
8
H
1.64
1.40
2.20
1.74
9
I
1.45
1.68
1.75
1.62
10
J
1.44
1.64
2.50
1.86
Rata-rata
2.04
b. Lokasi di Hutan Pinus
No.
Area
Kecepatan Angin (m/s)
Uji 1
Uji 2
Uji 3
Rata-rata
1
A
0.15
0.64
1.05
0.62
2
B
1.03
1.00
1.02
1.01
3
C
0.83
0.62
1.34
0.93
4
D
0.48
0.85
0.72
0.68
5
E
0.54
0.76
0.85
0.71
6
F
0.15
1.22
1.11
0.82
7
G
1.69
1.42
1.82
1.64
8
H
1.27
0.83
1.00
1.03
9
I
0.01
1.92
1.46
1.13
10
J
0.62
1.01
0.89
0.84
Rata-rata
0.90
c. Tabel Hasil Uji T dalam Perbandingan Kecepatan angin
d. Tabel Pengukuran Suhu dan Kelembaban
No.
Lokasi
Parameter
Uji 1
Uji 2
Rata-rata
1
Kebun Camelia
Dry
32
26
29
Wet
26
22
23
Kelembaban
61%
66%
63.5%
2
Hutan Pinus
Dry
22
23
22.5
Wet
19
20
19.5
Kelembaban
74%
75%
74.5%
e. Grafik Perbandingan Intensitas Cahaya, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Suhu antara Kebun Camelia dan Hutan Pinus
Grafik 1. Perbandingan Intensitas Cahaya Grafik 2. Perbandingan Kecepatan Angin
Grafik 3. Perbandingan Kelembaban Grafik 4. Perbandingan Suhu Udara
B. Pembahasan
Dari tabel hasil pengamatan dapat dilihat jika pada hutan dengan vegetasi Pinus sp. memiliki faktor klimatik intensitas cahaya, kecepatan angin, dan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan keadaan di kebun Camelia sp. Namun, lain halnya dengan faktor kelembaban pada hutan Pinus sp. memiliki nilai lebih tinggi dibanding kebun Camelia sp..
Intensitas cahaya pada vegetasi Pinus sp. (16.486,3326 lux) lebih rendah dibandingkan vegetasi Camelia sp. yang memiliki intensitas cahaya sekitar 118.200 lux. Dapat diketahui bahwa pada hutan Pinus sp. memiliki penetrasi cahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan kebun Camelia sp., karena pada hutan Pinus sp. memiliki kanopi yang lebih besar dan tinggi sehingga cahaya terhalang untuk sampai ke permukaan tanah. Sedangkan pada kebun Camelia sp. kanopi yang dimilikinya jauh lebih rendah dan habitusnya berupa semak-semak yang rendah sehingga dengan mudah cahaya dapat sampai ke permukaan tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kecepatan angin pada vegetasi Pinus sp. memiliki rata-rata 0,884 m/s. Kecepatan angin ini lebih rendah bila dibandingkan dengan vegetasi Camelia sp. dengan rata-rata 2,04 m/s. Kecepatan angin pada hutan Pinus sp. lebih rendah, karena pinus memiliki habitus pohon yang tinggi dan jarak antar pohonnya rapat sehingga angin yang datang dapat dengan mudah terbagi/terpecah dan kecepatan angin pun menjadi lebih rendah. Pada kebun Camelia sp. dengan habitus semak yang pendek menyebabkan angin yang berhembus tidak terbagi/terpecah sehingga kecepatan anginnya cukup tinggi.
Suhu udara pada hutan Pinus sp. lebih rendah, hal ini disebabkan kombinasi beberapa faktor seperti intensitas cahaya yang rendah dan juga kecepatan angin yang rendah. Intensitas cahaya yang tinggi dapat menghantarkan energi panas lebih besar sehingga suhu udara pun meningkat. Pada hutan Pinus sp. dengan intensitas cahaya yang rendah, maka hutan Pinus sp. hanya mendapatkan sedikit panas dari matahari dan suhunya pun rendah. Sebaliknya, dengan intensitas cahaya yang lebih besar, pada kebun Camelia sp. energi panas yang didapatkan pun relative lebih besar. Oleh karena itu, suhu udara pada kebun Camelia sp. lebih tinggi dibandingkan dengan hutan Pinus sp.
Kelembaban pada vegetasi Pinus sp. berkisar antara 74% hingga 75% dengan rata-rata kelembaban 74,5%. Kelembaban ini lebih tinggi dibandingkan kelembaban pada vegetasi Camelia sp. yang berkisar antara 61% hingga 66% dengan rata-rata 63,5%.Kelembaban yang tinggi di hutan Pinus sp. disebabkan oleh hasil transpirasi dari daun berupa uap air yang tertahan di udara sekitar. Karena besar dan rapatnya kanopi, serta rendahnya kecepatan angin menyebabkan uap air tersebut tertahan dan lebih sulit untuk bergerak. Sedangkan, pada kebun Camelia sp. uap air hasil transpirasi dari daun dapat dengan mudah bergerak karena tidak adanya penghalang seperti kanopi pada hutan Pinus sp. dan kecepatan anginnya pun lebih tinggi, sehingga memudahkan uap air untuk bergerak dan menyebabkan kelembabannya lebih rendah.
Selain itu, berdasarkan hasil dari uji T membuktikan bahwa secara statistika H0 ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa pada vegetasi Camelia sp. dan Pinus sp. dalam hal parameter intensitas cahaya dan kecepatan angin yang ada pada ke dua parameter tersebut berbeda.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kecepatan angin pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih lambat daripada kebun Camelia sp., karena jarak tumbuhan pada hutan Pinus sp. lebih rapat dibandingkan kebun Camelia sp., sehingga angin dapat dipecah.
2. Intensitas cahaya pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih rendah daripada kebun Camelia sp., karena kanopi pada hutan Pinus sp. lebih besar dibandingkan kebun Camelia sp., sehingga penetrasi cahaya lebih rendah.
3. Kelembaban udara pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih tinggi daripada kebun Camelia sp., karena intensitas cahaya dan kecepatan angin pada hutan Pinus sp. lebih rendah dibandingkan kebun Camelia sp., sehingga uap air pada udara dapat tertahan.
4. Suhu udara pada vegetasi hutan Pinus sp. lebih rendah daripada kebun Camelia sp., karena penetrasi cahaya pada hutan Pinus sp. lebih rendah dibandingkan kebun Camelia sp. sehingga suhunya pun lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Bareja, Ben G. 2011. Climatic Factors Promote or Inhibit Plant Growth and Development. [Online] tersedia : http://www.cropsreview.com/climatic-factors.html. [25 Februari 2015]
Hanum, W. 2009.Ekologi. Erlangga. Jakarta
Hardjodinomo, 1975. Klimatologi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Irshady. 2011. Ekologi. UGM Press.Yogyakarta
Kesehatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1, No.2,Januari 2005.
Linsley K.,. 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Saunder Com. Phildelphia 125. Pp
Prasasti, I., 2005. Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber Ac Terhadap Gangguan
Tatang, 2006.Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta, Bandung
PERBEDAAN FAKTOR KLIMATIK PADA VEGETASI Pinus sp. dan Camelia sp.
LAPORAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Umum yang diampu oleh
Drs. H. Yusuf Hilmi Andisendjaja, M.Sc., Drs. Amprasto, M.Si., dan Hj. Tina Safarina, M.Si.
oleh:
Biologi C 2012
Kelompok 5
Lea Juliana Yosnata
(1202267)
Linda Tri Wulandari
(1202528)
Muhammad Rizky Fauzi
(1204908)
Novi Dewi K. J.
Rahmi Maulidia
(1204683)
(1202536)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Diisi air pada bagian botol di termohigrometer
Termohigrometer digantungkan pada dahan di sekitar titik lokasi pengambilan sampling
Dicatat hasilnya
Dibuka bagian sensor cahayanya
Dinyalakan tombol on
Diatur range
Sensor cahaya diarahkan ke arah datangnya cahaya
Dicatat hasilnya
Dinyalakan anemometer
Diarahkan ke arah datangnya angin
Ditekan tombol hold
Dicatat hasilnya
Dibuat denah dalam kertas
Diukur panjang dan lebar denah
Ditentukan jumlah titik pengambilan sampling
Diukur lokasi menggunakan meteran
Ditempatkan penanda pada lokasi pengambilan sampling
Kebun CameliaKecepatan Angin2.04Hutan PinusKecepatan Angin0.88400000000000012
Satuan m/s
Kebun CameliaIntensitas Cahaya118200Hutan PinusIntensitas Cahaya16486.332600000002
Satuan lux
Kebun CameliaSuhu29Hutan PinusSuhu22.5
Satuan OC
Kebun CameliaKelembaban63.5Hutan PinusKelembaban74.5
Satuan persen (%)