Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
-
Upload
biology-education -
Category
Education
-
view
6.848 -
download
9
Transcript of Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
LATIHAN V
APLIKASI METODE PENGUKURAN VEGETASI
Disusun oleh :
Nama : Anna Argiyanti
NIM : A420120039
Kelompok : 6
Korektor : Desti Trisnaningsih
Nilai :
LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
BAB I
PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau
komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi
yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret
dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang
ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan
struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002).
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari
tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,
dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh
ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan atau keanekaragaman jenis serta
kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat.
Sementara analisa vegetasi adalah cara untuk mempelajari susunan (komponen jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan
di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan maupun
keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang
akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini.
Diantaranya dengan menggunakan metode petak, metode jalur, metode garis berpetak,
metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak,metode garis, metode
tanpa plot, dan metode jarak. Pada praktikum latihan V ini analisa vegatasi menggunakan
metode petak dengan cara membuat petak yang sudah ditentukan ukurannya dengan
menggunakan tali rapia.
Untuk memahami lebih lanjut tentang analisa vegetasi maka dilakukan pengkajian
lebih dalam dengan melalukan Praktikum Latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran
Vegetasi”.
B. PERMASALAHAN
a. Populasi dan komunitas apa saja yang berada di lokasi pengamatan ?
b. Apa yang sebut dengan metode perhitungan populasi tanaman ?
c. Bagaimana penerapan metode perhitungan populasi tanaman ?
d. Bagaimana cara menghitung indeks keanekaragaman, dominansi spesies dari suatu
vegetasi ?
C. TUJUAN
a. Praktikan mampu mengidentifikasi populasi dan komunitas yang ada pada lokasi
pengamatan.
b. Praktikan dapat mengetahui metode perhitungan populasi tanaman.
c. Praktikan dapat menerapkan metode perhitungan populasi tanaman.
d. Praktikan dapat menghitung indeks keanekaragaman, dominansi spesies dari suatu
vegetasi.
D. MANFAAT
a. Praktikan dapat mengindentifikasi populasi dan komunitas yang ada di lokasi
pengamatan.
b. Praktikan dapat memahami metode perhitungan populasi tanaman.
c. Praktikum dapat menerapkan metode perhitungan populasi tanaman.
d. Praktikan dapat mengetahui keanekaragaman, dominansi spesies dari suatu vegetasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Syafei (1990), menyatakan bahwa dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai
metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan
pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus
diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Gould (2000), said that understanding mesoscale patterns of ecosystem properties is
important if we are to effectively monitor ecosystem change due to land use and climate change.
Remote sensing provides the best tool for looking at large areas of the earth's surface to analyze,
map, and monitor ecosystem patterns and processes. Patterns of vegetation and variation in
biodiversity are important ecosystem properties, with strong relationships to important
ecosystem functions. Species richness is the most widely used measure of biodiversity, and
mapping patterns of species richness within a landscape can provide a basis for future monitoring
and an ecological basis for land management and conservation decisions.
Tjitrosoepomo (2002), menyatakan bahwa analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu
cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi
hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh
karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui
komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari.
Dachlan (2013), menyatakan bahwa dalam penelitian data vegetasi yang paling
diperlukan adalah mengenai vegetasi dengan informasi variabelnya, misalnya pengelompokan
vegetasi (masyarakat tumbuh-tumbuhan) pada ekosistem hutan. Keberadaan hutan sangatlah
penting dan tidak lepas dari tipenya. Untuk tujuan penetapan dampak ekologi diperlukan cara
mengetahui kendala habitat (habitat constrain). Salah satu pendekatan untuk mengevaluasi aspek
habitat yaitu dengan pengamatan pendahuluan (reconnaissance) dan analisis vegetasi.
Pengamatan pendahuluan dilakukan untuk mempelajari habitat secara umum dan menyeluruh
agar dapat diperoleh gambaran tentang keadaan habitat dan vegetasinya. Misalnya tentang luas
habitat, keadaan topografi, dan pola vegetasi utama seperti bentuk pertumbuhan (fisiognomi dan
jenis tumbuhan dominan), korelasi antara masyarakat tumbuhan dengan lingkungannya atau
pengaruh manusia terhadap tumbuh -tumbuhan pada masa sekarang maupun masa yang lalu.
Sucipto (2008), menyatakan bahwa luas area tempat pengambilan contoh komunitas
tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai adalah seluas papaun
percontohan diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan.
Percontohan yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis
tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas terkecil
yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit ditentukan luas
terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau komunitas
tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) 1 gulung Rafia
2) 20 buah Pathok
3) 1 set Alat tulis
4) 1 buah Tabel pengamatan
b. Bahan
1) Vegetasi Hutan Wanagama Yogyakarta
B. CARA KERJA
Pada praktikum latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi” dilaksanakan
pada :
Hari dan Tanggal : Minggu, 8 Desember 2013
Waktu : 09.30 – 11.00 WIB
Tempat : Hutan Wanagama Yogyakarta
1. Memilih satu lingkungan untuk aplikasi perhitungan vegetasi yang berada dikawasan atau
lokasi di Hutan Wanagama Yogyakarta menentukan batas-batasnya.
2. Ditengah komunitas tersebut menentukan petak contoh 1, permulaan petak 1 contoh
seluas 0,5 m × 0,5 m.
3. Mencatat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh di data tabel lembar pengamatan.
4. Memperluas petak menjadi dua kali lipatnya (petak contoh 2) dan mencatat pertambahan
jenis yang terdapat pada petak contoh 2.
5. Memperluas petak 2 contoh menjadi dua kali lipatnya (petak contok 3) dan mencatat
pertambahan jenisnya yang terdapat pada petak.
6. Petak dibuat sesuai dengan jumlah anggota kelompok masing-masing.
C. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
1 Pengumpulan Data
Pada praktikum latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi”
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan metode
eksperimen.
a. Metode observasi adalah cara memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan
langsung terhadap objek percobaan. Pada praktikum kali ini dengan melakukan
pengamatan langsung ke Hutan Wanagama Yogyakarta dan menghitung jumlah
spesies yang berada pada vegetasi Hutan Wanagama Yogyakarta.
b. Metode eksperimen adalah cara memperoleh data dengan uji coba atau percobaan
secara langsung terhadap vegetasi yang berada di Hutan Wanagama Yogyakarta.
Dengan melalukan perhitungan terhadap spesies tanaman yang ditemukan pada
vegetasi yang sudah ditentukan batasannya.
2 Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada praktikum latihan V tentang ”Aplikasi Metode
Pengukuran Vegetasi” mengunakan analisa data deskriptif.
a. Metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
secara aktual dan terperinci. Pada praktikum kali ini menjelaskan bagaimana
keanekaragaman dan dominansi spesies yang ada pada Hutan Wanagama
Yogyakarata.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tabel
No Nama Spesies
Petak Jumlah
Populasi I II III IV V
1 Rumput Teki 15 107 193 243 377 935
2 Spesies A 1 1
3 Mahoni 5 7 2 14
4 Spesies B 1 1
5 Spesies C 2 1 3
6 Lamtoro 2 2
7 Spesies D 1 1
8 Spesies E 1 1
Jumlah Total Populasi 958
Perhitungan Vegetasi Hutan Wanagama Yogyakarta
Luas Area = 2,5 × 2,5 = 6,25 m2
1. Kerapatan Populasi
a. Spesies Rumput Teki
2
Jadi kerapatan populasi spesies rumput teki 150 individu/m2
b. Spesies A
2
Jadi kerapatan populasi spesies A 1 individu/ m2
c. Mahoni
2
Jadi kerapatan populasi spesies mahoni 3 individu/m2
d. Spesies B
2
Jadi kerapatan populasi spesies B 1 individu/m2
e. Spesies C
2
Jadi kerapatan populasi spesies C 1 individu/m2
f. Spesies Lamtoro
2
Jadi kerapatan populasi spesies lamtoro 1 individu/m2
g. Spesies D
2
Jadi kerapatan populasi spesies D 1 individu/m2
h. Spesies E
2
Jadi kerapatan populasi spesies E 1 individu/m2
2. Kerapatan Populasi Relatif
a. Spesies Rumput Teki
b. Spesies A
c. Spesies Mahoni
d. Spesies B
e. Spesies C
f. Spesies Lamtoro
g. Spesies D
h. Spesies E
3. Indeks Keanekaragaman
Keterangan
Ds : indeks keanekaragaman
n : Total Jenis Individu ke-i pada semua
petak.
N : Total semua jenis individu pada
semua petak.
Kesimpulan
0<Ds<0,5 maka indeks
keanekaragaman jenis rendah.
0,5<Ds<1 maka indeks
keanekaragaman jenis tinggi.
a. Spesies Rumput Teki
Kesimpulan
0<0,05<0,5 maka indeks
keanekaragaman rendah.
b. Spesies A
Kesimpulan
0<1<1 maka indeks
keanekaragaman tinggi.
c. Spesies Mahoni
Kesimpulan
0<0,99<1 maka indeks
keanekaragaman tinggi.
d. Spesies B
Kesimpulan
0<1<1 maka indeks
keanekaragaman tinggi
e. .Spesies C
Kesimpulan
0<0,99<01 maka indeks
keanekaragaman tinggi.
f. Spesies Lamtoro
Kesimpulan
0<0,99<1 maka indeks
keanekaragaman tinggi.
g. Spesies D
Kesimpulan
0<1<1 maka indeks
keanekaragaman tinggi.
h. Spesies E
Kesimpulan
0<1<1 maka indeks
keanekaragaman tinggi.
4. Indeks Dominan (Shanon dan Odum)
Keterangan :
C : Indeks Dominan
ni : Jumlah Individu
N : Jumlah Total Individu
a. Spesies Rumput Teki
Kesimpulan C = 0,95, maka 0,61 ≥
indeks dominan tinggi.
b. Spesies A
Kesimpulan C = 0,000001, maka 0
– 0,3 indeks dominan rendah.
c. Spesies Mahoni
Kesimpulan C = maka 0 –
0,3 indeks dominan rendah.
d. Spesies B
Kesimpulan C = 0,000001, maka 0
– 0,3 indeks dominan rendah.
e. Spesies C
Kesimpulan C = , maka
0 – 0,3 indeks dominan rendah.
f. Spesies Lamtoro
Kesimpulan C = , maka 0
– 0,3 indeks dominan rendah.
g. Spesies D
Kesimpulan C = 0,000001, maka 0
– 0,3 indeks dominan rendah.
h. Spesies E
Kesimpulan C = 0,000001, maka 0
– 0,3 indeks dominan rendah.
Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis
No Jenis Tanaman Ds Kesimpulan
1 Spesies Rumput Teki 0,05 Rendah
2 Spesies Mahoni 0,99 Tinggi
3 Spesies C 0,99 Tinggi
4 Spesies Lamtoro 0,99 Tinggi
5 Spesies A 1 Tinggi
6 Spesies B 1 Tinggi
7 Spesies D 1 Tinggi
8 Spesies E 1 Tinggi
Tabel Indeks Dominan (Shanon dan Odum)
No Jenis Tanaman Ds Kesimpulan
1 Spesies Rumput Teki 0,95 Tinggi
2 Spesies Mahoni 0,00021 Rendah
3 Spesies C 0,0000097 Rendah
4 Spesies Lamtoro 0,0000041 Rendah
5 Spesies A 0,0000010 Rendah
6 Spesies B 0,0000010 Rendah
7 Spesies D 0,0000010 Rendah
8 Spesies E 0,0000010 Rendah
2. Hasil Diskusi
a. Jenis flora yang dominan pada lokasi yang diamati pada vegetasi di Hutan Wanagama
Yogyakarta adalah rumput teki (Cypetus rotundus) ini dikarenakan dalam luas area
yang sudah ditentukan seluas 6,25 m2 vegetasi yang diamati, tanaman yang banyak
ditemui adalah rumput teki (Cypetus rotundus) dibandingkan dengan tanaman yang
lainnya. Dari total 958 jumlah populasi, ditemukan populasi rumput teki (Cypetus
rotundus) sebanyak 935 individu.
b. Keanekaragaman spesies yang ditemukan pada vegetasi di Hutan Wanagama
Yogyakarta pada petak vegetasi yang telah dibuat keanekaragamannya rendah. Hal ini
dikarekan pada petak yang luasnya 6,25 m2 hanya ditemukan 8 spesies tanaman yang
berada di petak vegetasi yang diamati.
c. Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies pada suatu vegetasi berupa :
Faktor Elevasi, adalah faktor tinggi rendahnya tempat di permukaan bumi
(geografis).
Faktor Kesuburan Tanah, karena adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah pada
tiap-tiap permukaan bumi. Ini meliputi unsur hara yang terkandung di dalam tanah.
Faktor Iklim, dengan adanya perbedaan iklim pada setiap daerah akan
mempengaruhi keanekaragaman spesies.
Faktor Biologis, faktor ini terjadi karena adanya pengaruh antara tumbuhan itu
sendiri.
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi” yang
bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, dominansi spesies yang ada pada suatu
vegetasi. Vegetasi sendiri merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang
menempati suatu ekosistem. Analisa vegetasi pada praktikum latihan V ini dilakukan di
Hutan Wanagama Yogyakarta. Dilihat dari pengertian analisa vegetasi itu sendiri adalah
cara untuk mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam menganalisa suatu vegetasi dapat menggunakan
metode-metode analisa vegetasi, salah satunya adalah metode petak, metode jalur, metode
garis berpetak, metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak,metode
garis, metode tanpa plot, dan metode jarak. Namun pada analisis vegetasi kali ini
menggunakan metode petak.
Metode petak adalah analisa vegetasi dengan menggunakan petak-petak, dimana
dapat dilakukan dengan cara membuat petak dengan ukuran yang sudah ditetapkan.
Pembuatan petak dapat meggunakan tali rapia. Pada praktikum latihan V ini terdapat lima
petak yang dibuat dengan ukuran masing-masing sebesar 0,5 m. Jadi total luas area yang
diamati sebesar 6,25 m2. Setelah mengamati kelima petak tersebut didapatkan delapan
macam spesies tanaman yang berada pada petak yang diamati. Spesies tanaman yang
ditemukan berupa : rumput teki, lamtoro, beberapa perdu, dan pohon yang belum kami
ketahui nama ilmiah maupun nama lokalnya.
Dalam analisa vegetasi memerlukan veriabel-variabel yang menggambarkan baik
struktur maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah :
1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis
2. Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu
kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu
atau dominasinya.
3. Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan
Jumlah masing-masing spesies tanaman yang didapat berbeda-beda pada setiap
petaknya. Dari semua petak didapat jumlah populasi masing-masing spesies, berupa rumput
teki sebanyak 935 spesies, spesies A sebanyak 1 spesies, mahoni sebanyak 14 spesies,
spesies B sebanyak 1 spesies, spesies C sebanyak 3 spesies, lamtoro 2 spesies, spesies D
sebanyak 1 spesies, dan spesies E sebanyak 1 spesies. Jadi jumlah total populasi dari semua
spesies yang berada pada kelima petak adalah 958 spesies.
Pada praktikum latihan V kali ini menggunakan perhitungan untuk mengetahui
kerapatan populasi, kerapatan populasi relatif, indeks keanekaragaman, dan indeks
dominansi. Setelah melakukan perhitungan dengan rumus yang ada seperti dibawah ini :
1. Kerapatan Populasi
2. Kerapatan Populasi Relatif
3. Indeks Keanekaragaman
4. Indeks Dominansi (Shanon dan Odum)
Hasil yang didapat dari rumus kerapatan populasi paling tinggi dimiliki oleh
rumput teki yaitu 150 spesies/m2 dan kerapatan paling rendah dimiliki oleh spesies A,
spesies B, spesies C, spesies lamtoro, spesies D, dan spesies E yaitu sebesar 1 spesies/ m2.
Sedangkan dari rumus kerapatan populasi relatif didapat hasil dimiliki oleh spesies rumput
teki sebesar 94%, spesies mahoni 1,8%, dan 0,62% dimiliki oleh spesies E, spesies D,
spesies lamtoro, spesies B, dan spesies A. Pada indeks keanekaragaman paling tinggi
dimiliki oleh spesies E, spesies D, spesies B, spesies A sebesar 1, disusul oleh spesies
mahoni, spesies C, dan spesies lamtoro sebesar 0,99 dan indeks keanekaragaman paling
rendah dimiliki spesies rumput teki sebesar 0,05. Sedangkan indeks dominan (Shanon dan
Odum) tertinggi dimiliki oleh rumput teki sebesar 0,95 disusul oleh spesies mahoni 0,00021,
spesies C sebesar 0,0000097, spesies 0,0000041, dan 0,000001 dimiliki oleh spesies A,
spesies B, spesies D, dan spesies E.
Adapun faktor yang mempengaruhi banyak atau sedikitnya jumlah spesies pada
sutu vegetasi, yaitu :
1. Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat menyebabkan keanekaragaman
tumbuhan dalam suatu daerah, karena tumbuhan memiliki iklim tertentu agar bisa
hidup.
2. Keragaman Habitat
Dengan adanya keragaman habitat akan menyebabkan keragaman spesies tumbuhan
maka persaingan dan kompetisi akan meningkat untuk merebutkan unsur yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perembangan masing-masing tumbuhan.
3. Ukuran
Luas daerah akan mempengaruhi keragaman dimana daerah yang luas akn menampung
jumlah individu atau spesies yang banyak pula. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa terdapat hubungan anatar luas dan keberagaman spesies secara kuantitatif.
4. Faktor Elevasi
Faktor tinggi rendahnya tempat di permukaan bumi (geografis).
5. Faktor Kesuburan Tanah
Adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah pada tiap-tiap permukaan bumi. Ini meliputi
unsur hara yang terkandung di dalam tanah.
6. Faktor Biologis
Faktor ini terjadi karena adanya pengaruh antara tumbuhan itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN
1. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu
ekosistem (hutan, kebun, tundra).
2. Analisa vegetasi adalah cara untuk mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
3. Ada beberapa macam metode analisa vegetasi, meliputi : metode petak, metode jalur,
metode garis berpetak, metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis
berpetak,metode garis, metode tanpa plot, dan metode jarak.
4. Metode petak adalah metode analisa vegetasi dengan menggunakan petak, dimana dapat
dilakukan dengan cara membuat petak dengan ukuran yang sudah ditetapkan.
5. Dalam analisa vegetasi tedapat rumus untuk menghitung kerapatan populasi, kerapatan
populasi relatif, indeks keanekaragaman, dan indeks dominansi.
6. Dalam petak seluas 6,25 m2 ditemukan delapan spesies, yaitu : rumput teki, lamtoro,
mahoni, spesies A, spesies B, spesies C, spesies D, dan spesies E (berupa perdu dan pohon
yang belum kami ketahui nama ilmiah maupun nama lokalnya).
7. Kerapatan populasi paling tinggi dimiliki oleh rumput teki yaitu 150 spesies/m2 dan
kerapatan paling rendah dimiliki oleh spesies A, spesies B, spesies C, spesies lamtoro,
spesies D, dan spesies E yaitu sebesar 1 spesies/ m2.
8. Kerapatan populasi relatif paling tinggi dimiliki spesies rumput teki sebesar 94%, dan
terendah sebesar 0,62% dimiliki oleh spesies E, spesies D, spesies lamtoro, spesies B, dan
spesies A.
9. Indeks keanekaragaman paling tinggi dimiliki oleh spesies E, spesies D, spesies B, spesies A
sebesar 1 dan indeks keanekaragaman paling rendah dimiliki spesies rumput teki sebesar
0,05.
10. Indeks dominan (Shanon dan Odum) tertinggi dimiliki oleh rumput teki sebesar 0,95 dan
terendah sebesar 0,000001 dimiliki oleh spesies A, spesies B, spesies D, dan spesies E.
11. Faktor yang mempengaruhi banyak atau sedikitnya jumlah spesies pada sutu vegetasi, yaitu :
iklim, keragaman habitat, ukuran, faktor elevasi, dan faktor biologis.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Rusky. 2013. Struktur Vegetasi Mangrove Di Kampung Iseren Pulau Rumberpon Pada
Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari : Univeristas Negeri Papua.
Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit Universias
Airlangga (Airlangga Press).
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
William, Gould. 2000. Remote Sensing Of Vegetation Plant Species Richness and Regional
Biodiversity Hotspots. Institute of Arctic and Alpine Research (INSTAAR), University of
Colorado, Campus Box 450, Boulder, Colorado 80309-0450 USA.
LAMPIRAN LATIHAN V
APLIKASI METODE PENGUKURAN VEGETASI
Kelompok VI
1. Nurul Kqomariah A420120023
2. Dewi Dianing Tyas A420120024
3. Erviyan Tri Ambarwati A420120032
4. Ina Royani A420120038
5. Anna Argiyanti A420120039
Petak yang diamati ukuran 2,5 × 2,5 = 6,25 m2