Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

31
LAPORAN PRAKTIKUM DIAGNOSA KLINIK Prosedur Pemeriksaan Klinis Pada Sapi dan Kuda DISUSUN OLEH : ANASTAS EKA A.M O 111 11 258 KELOMPOK 1 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

Transcript of Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Page 1: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK

Prosedur Pemeriksaan Klinis Pada Sapi dan Kuda

DISUSUN OLEH :

ANASTAS EKA A.M

O 111 11 258

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

Page 2: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui pemeriksaan klinis pada sapi dan kuda

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan ternak umumnya adalah bertujuan untuk memperoleh

keuntungan atau bersifat ekonomis. Aspek kesehatan hewan tentu

sajamempunyai pengaruh yang besar berkaitan dengan tujuan pemeliharaan

tersebut. Aspek ekonomis bisa berupa kematian hewan, menurunnya

produkifitas, menurunnya efisiensi reproduksi, meningkatnya biaya

pengobatan dan lain-lain. Oleh sebab itu sebetulnyaparadikma animal

healthyang lebih mengutamakan pencegahan penyakit sangat diperlukan

pada ternak karena bersifat populatif, dan bukan pendekatan animal disease,

dimana aspek pencegahan tidak dikedepankan dan baru melakukan intervensi,

terapi atau pengobatan saat hewan sudah mengalami sakit. Penentuan

diagnosis di lapangan dengan segala keterbatasan, biasanya mengandalkan

kepada anamnesis atau sejarah penyakit, observasi, gejala klinis yang muncul

dan pemeriksaan fisik. Karena untuk melakukan pemeriksaan pendukung

seperti pemeriksaan darah, hapusan darah, pemeriksaan feses, kultur bakteri

dan pemeriksaan pendukung lain membutuhkan sumber daya yang lebih serta

terkendalawaktu. Dan seringkali kebutuhan tersebut tidak tersedia dekat

dengan petugas kesehatan hewan. Sayangnya, seringkali informasi dasar

anamnesis, observasi dan pemeriksaan fisik tidak digali dengan baik. Kendala

yang banyak ditemukan adalah pengetahuan petugas kesehatan hewan tentang

penyakit yang terjadi pada ternak sangat terbatas. Akibatnya, informasi yang

diperlukan untuk menegakkan diagnosis tidak cukup sehingga bisa

mengakibatkan terjadinya misdiagnosis, atau diagnosis yang ditegakkan

hanya setingkat diagnosis simptomatis (Nusdianto, 2009).

Dunia diagnostika kedokteran hewan terbagi dalam dua kegiatan besar,

yaitu diagnostika klinik dan diagnostika post-mortem. Diagnostika klinik

merupakan rangkaian pemeriksaan medic terhadap fisik hewan hidupuntuk

mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan

menggunakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan

peneguhan diagnosis (Widodo, 2011).

Page 3: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan keadaan tubuhmelalui cara

penentuan kondisi fisik dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi. Pemeriksaan fisik merupakan tindakan untuk mengidentifikasi

kelainan-kelainan klinis dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu

penyakit pada individu maupun populasi. Melalui informasi yang didapatkan

selama pemeriksaan dapat ditentukan beberapa penyebab penyakit, organ

yang terlibat, lokasi, tipe lesio, patogenesa, maupun tingkat keparahan

penyakit. Pengendalian penyakit, prognosis dan kesejahteraan hewan yang

diharapkan dapat tercapai bila dilakukan pemeriksaan fisik yang benar dan

disertaidengan diagnosa yang tepat (Jackson & Cockroft 2002).

Suhu tubuh bagian dalam tubuh hewan dapat diukur dengan

menggunakan termometer. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan jumlah

total panas yang diproduksi tubuh tetapi menunjukkan keseimbangan antara

produksi panas dan pengeluaran panas tubuh (Kelly 1984). Pemeriksaan suhu

tubuh hewan pada umumnya dilakukandua kali sehari, yaitu pada pagi dan

sore hari. Hewan yang sehat memiliki suhu tubuh pada pagi hari yang lebih

rendah dibandingkan dengan suhu tubuh pada siang dan sore hari. Secara

fisiologis, suhu tubuh akan meningkat hingga1.5ºC pada saat setelah makan,

saat partus, terpapar suhu lingkungan yang tinggi, dan ketika hewan banyak

beraktifitas fisik maupun psikis (Kelly 1984).

Menurut Cunningham (2002), frekuensi jantung adalah banyaknya

denyut jantung dalam satu menit. Pengamatan terhadap frekuensi jantung

pada ruminansia besar (seperti sapi) dihitung secara auskultasi dengan

menggunakan stetoskop yang diletakkan tepat di atas apeks jantung pada

dinding dada sebelah kiri. Pulsus hewan dapat dirasakan dengan

menempelkan tangan pada pembuluh darah arteri coccygeal di bawah ekor

bagian tengah sekitar 10 cm dari anus (Kelly 1984).

Frekuensi jantung normal pada sapi dewasa adalah 55–80 kali per

menit, sedangkan frekuensi denyut jantung anak sapi dapat mencapai 100–

120 kali per menit. Frekuensi denyut jantung sapi betina yang sedang bunting

dapat meningkat hingga 15-40%, dan untuk sapi laktasi akan meningkat

hingga 10% (Kelly 1984).

Page 4: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Penghitungan frekuensi nafas pada sapi dilakukan dengan cara

menghitung gerakan flank dan tulang rusuk yang bergerak simetris pada saat

inspirasi selama 1 menit. Respirasi normal pada sapi dewasa adalah 15-35

kali per menit dan 20-40 kali pada pedet (Jackson & Cockroft2002).

Frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

ukuran tubuh, umur, aktifitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan,

kebuntingan, adanya gangguan pada saluran pencernaan, kondisi kesehatan

hewan, dan posisi hewan (Kelly 1984).

Sinyalemen selalu dimuat di dalam pembuatan surat laksana jalan atau

surat jalan bagi hewan yang akan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang

lain dan menerangkan sebenar-benarnya bahwa hewan dengan ciri-ciri yang

tertuang dalam dokumen tersebut berasal dari tempat yang tertuang pada surat

jalan hewan. Fungsi lain dari sinyalemen adalah pencantuman status

kesehatan hewan di surat keterangan sehat atau surat status vaksinasi yang

telah dijalaninya sesuai dengan ciri-ciri hewan yang dimaksud dalam surat

tersebut. Fungsi ketiga adalah identitas diri di dalam rekam medic

kerumasakitan (Widodo, 2011).

Pemeriksaan fisik meliputi informasi dasar misalnya; ras, umur, gender,

pemilik, berat badan ( Joanna Francisca, 2006).

Sinyalemen pada aning dan kucing terdiri dari (Widodo, 2011).

Nama hewan

Jenis hewan

Bangsa atau ras

Jenis kelamin

Umur

Warna kulit dan rambut

Berat badan

Ciri-ciri khusus

Anamnesis adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan

dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating untuk

berkonsultasi. Cara-cara mendapatkan sejarah tersebut dari pemilik hewan

perlu dipelajari seperti juga tahapan pemeriksaan yang lain. Caranya

Page 5: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

pertanyaan-pertanyaan menyelidiki tapi tidak disadari oleh pemilik hewan,

seorang dokter hewan berusaha memperoleh keterangan-keterangan

selengkap mungkin dari pemilik hewan akan hal-hal seputar kejadian atau

ditemukannya hewan yang menunjukkan tanda-tanda subjektif kesakitan

misalnya muntahan atau vomitant (Widodo, 2011).

Dari semua hewan peliharaan anjing memperlihatkan variasi terbesar

dalam temperamen dan personalitas. Beberapa diantaranya tenang dan ramah

serta sebagai pasien dapat dipercaya sepenuhnya. Yang lainnya jahat dan

harus menjaga jarakyang aman dengan jerat dan tongkat. Anjing yang sudah

tua, sebagaimana halnya dengan manusia lanjut, sesuai dengan umurnya

mempunyai keanggunan dan harus diperlakukan dengan hormat. Harus hati-

hati agar tidak mencederainya anjing-anjing tua ini seringkali rematik dan

artritis dan kakinya jangan sampai diputar atau ditarik dalam posisi janggal.

Beberapa anjing dapat menjadi takut sehingga menurut untuk dipaksahannya

dengan menempatkannya pada meja tinggi dan licin (Soegiri, 2007).

Inspeksi atau peninjauan atau pemamtauan dapat dilakukan dengan cara

melihat hewan atau pasien secara keseluruhan dari jarak pandang secukupnya

sebelum hewan didekati untuk suatu pemeriksaanlanjut (Widodo, 2011).

Palpasi atau perabaan merupakan suatu pemeriksaan permukaan luar

ragawi dapat dilakukan dengan cara palpasi atau perabaan dengan tangan.

Disetiap bagian-bagian ragawi baik bagian tengkorak, leher, bagian rongga

dada atau thoraks, bagian perut atau abdomen, bagian panggul atau pelvis dan

alat gerak atau wxtremitas dapat dinilai kualitasnya dengan cara palpasi

(Widodo, 2011).

Prinsip perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk

mengeluarkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara perkusi ini

adalah m,endengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat pleximeter

yang diketuk dengan palu atau jari pemeriksa (Widodo, 2011).

Auskultasi adalah mendengarkan suara yang ada yang ditimbulkan oleh

kerja organ baik pada saat sehat fungsional maupun pada kasus-kasus

tertentu. Prinsip penggunaan alat auskultasi adalah mendengarkan suarayang

ditimbulkan oleh aktifitas organ ragawi kemudian dievaluasi untuk

Page 6: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

mendapatkan keterangan kejadian pada organ yang mengeluarkan suara

tersebut (Widodo, 2011).

Prinsip pemeriksaan pisik dengan cara mencium atau membaui adalah

membaui perubahan aroma atau bau yang ditimbulkan atau dikeluarkan dari

lubang umbla (Widodo, 2011).

Melakukan pemeriksaan fisik hewan dengan cara mengukur dan

menghitung secara kuantitatif menggunakan satuan-satuan yang lazim untuk

pengukuran atau perhitungan, yaitu kali/menit dan derajat celcius (Widodo,

2011).

Pada penilaian luaran klinik pasien diperlukan berbagai indikator yang

meliputi: respons klinik pasien, pemeriksaan fisik, data laboratorium dan

diagnostik (misalnya: imejing, elektrografi). Pernyataan American

Pharmacists Association 2008 yang mendukung peran apoteker dalam

keselamatan pasien antara lain perlunya apoteker mempunyai akses data

klinik pasien (Anonim, 2011).

Pemahaman seorang dokter hewan terhadap terminology gejala klinis

dan diagnose yang sering digunakan dalam praktek hewan kecil harus dapat

dikuasai sepenuhnya sebelum bekerja di sebuah rumah sakit hewan atau

sebuah klinik hewan (Sukamto, 2004).

Suhu rektal normal pada beberapa hewan

JENIS TERNAK SUHU REKTAL

Sapi 37,8-39,2

Pedet 38,5-39,8

Kerbau 38,2

Kuda 37,2-38

Anak kuda 37,5-38,6

Kambing 38,6-40,2

Anak kambing 39,8

Kambing muda 80-110

Domba 38,9-40,5

Domba muda 39,5

Page 7: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Pulsus Normal Pada Beberapa Hewan (denyut/menit). Sapi 55-80 arteri

fasialis transversa, median, coccygealis median. Pedet beberapa hari 116-141

arteri femoralis Pedet 1 bulan 100-120 arteri femoralis. Pedet 6 bulan 96

arteri femoralis, coccygealis median. Kerbau arteri fasialis transversa,

median, coccygealis median. Kuda 28-40 maksilaris eksterna, fasialis

transversa, median. Anak kuda 70-80 arteri femoralis. Kambing 70-90 arteri

femoralis. Anak kambing 100-120 arteri femoralis. Kambing muda 80-110

arteri femoralis. Domba 70-90 arteri femoralis. Domba muda 85-95 arteri

femoralis (Kelly, 1977).

Pada kuda, pulsus dapat diperiksa pada arteri maksilaris eksterna, arteri

fasialis transversa, arteri median. Pada sapi atau kerbau, pulsus dapat

diperiksa pada arteri fasialis atau arteri fasialis transversa. Arteri median juga

dapat digunakan untuk pemeriksaan. Alternatif lain adalah arteri coccygealis

median. Pada kambing, domba, pedet, anak kuda, pulsus dapat diperiksa pada

arteri femoralis ( Kelly 1977 )

Frekuensi Respirasi

Frekuensi respirasi diukur dengan menghitung siklus respirasi yaitu

proses inspirasi dan ekspirasi dalam satu satuan waktu. Repirasi Normal pada

beberapa Hewan (kali/menit) (Kelly, 1977) :

Sapi 10-30

Pedet beberapa hari 56

Pedet 1 bulan 37

Pedet 6 bulan 30

Kuda 10-14

Kambing 20-30

Anak kambing 12-20

Kambing muda 12-20

Domba 20-30

Domba muda 12-20

Frekuensi Jantung Menurut Cunningham (2002), frekuensi jantung

adalah banyaknya denyut jantung dalam satu menit. Pengamatan terhadap

frekuensi jantung pada ruminansia besar (seperti sapi) dihitung secara

Page 8: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

auskultasi dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan tepat di atas apeks

jantung pada dinding dada sebelah kiri. Pulsus hewan dapat dirasakan dengan

menempelkan tangan pada pembuluh darah arteri coccygeal di bawah ekor

bagian tengah sekitar 10 cm dari anus (Kelly 1984).

Menurut Rosenberger (1979), frekuensi jantung dipengaruhi oleh umur,

jenis kelamin dan berat badan. Bila masih kesulitan melihat atau mengukur

frekuensi respirasi secara visual gunakan tangan, dengan meletakkan

punggung tangan di dekat lubang hidung (nostril). Maka akan terasa adanya

hembusan nafas dari proses ekspirasi. Hitung dalam satu satuan waktu.

Frekuensi jantung normal pada sapi dewasa adalah 55–80 kali per

menit, sedangkan frekuensi denyut jantung anak sapi dapat mencapai 100–

120 kali per menit. Frekuensi denyut jantung sapi betina yang sedang bunting

hingga 15-40%, dan untuk sapi laktasi akan meningkat hingga 10% (Kelly

1984). Frekuensi jantung juga dipengaruhi oleh aktifitas fisik tubuh, latihan

dan kondisi lingkungan seperti suhu lingkungan dan kelembaban udara.

Peningkatan frekuensi jantung disebut takikardia sedangkan penurunan

frekuensi jantung disebut bradycardia. Denyut nadi dan denyut jantung pada

hewan sehat akan selalu sinkron. Frekuensi nadi yang lebih rendah dari

frekuensi jantung menandakan adanya insufisiensi jantung yang ditandai

dengan kelemahan ventrikular (Rosenberger 1979).

Frekuensi Nafas

Penghitungan frekuensi nafas pada sapi dilakukan dengan cara

menghitung gerakan flank dan tulang rusuk yang bergerak simetris pada saat

inspirasi selama 1 menit. Respirasi normal pada sapi dewasa adalah 15-35

kali permenit dan 20-40 kali pada pedet (Jackson & Cockroft2002). Frekuensi

pernafasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran

tubuh, umur, aktifitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan,

kebuntingan,adanya gangguan pada saluran pencernaan, kondisi kesehatan

hewan, dan posisi hewan (Kelly 1984).

Udara atau gas yang masuk (inspirasi) dan udara yang keluar (ekspirasi)

pada saluran pernafasan disebut volume tidal. Respiration rate adalah jumlah

Page 9: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan dalam setiap menitnya. Volume tidal

dan respiration rate (frekuensi pernafasan) akan menghasilkan volume

pernafasan permenit (minute volume). Pernafasan yang lebih dangkal akan

menurunkan volume tidal dan pernafasan yang dalam akan meningkatkan

volume tidal (Frandson 1992; Ganong 2002). Tipe pernafasan pada sapi

adalah kosto-abnominal yang didominasi oleh pernafasan abdominal.

Kelainan yang ditunjukkan dengan dominasi pernafasan kostal dikarenakan

adanya gangguan otot diafragma akibat paralisis, ruptur, abses, dan tekanan

dari neoplasma, serta akibat dari akumulasi gas ataupun cairan pada rongga

perut dan peritoneum; penyakit paru-paru seperti pneumonia dan edema paru-

paru yang menyebabkan udara yang masuk ke dalam paru-paru terhalangi;

dan juga akibat peritonitis yang menyebabkan pergerakan dinding diafragma

dan abdominal menjadi sakit (Kelly 1984).

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan keadaan tubuh melalui cara

penentuan kondisi fisik dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi. Pemeriksaan fisik merupakan tindakan untuk mengidentifikasi

kelainan-kelainan klinis dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu

penyakit pada individu maupun populasi. Melalui informasi yang didapatkan

selama pemeriksaan dapat ditentukan beberapa penyebab penyakit, organ

yang terlibat, lokasi, tipe lesio, patogenesa, maupun tingkat keparahan

penyakit. Pengendalian penyakit, prognosis dan kesejahteraan hewan yang

diharapkan dapat tercapai bila dilakukan pemeriksaan fisik yang benar dan

disertai dengan diagnosa yang tepat (Jackson & Cockroft 2002). Pada

umumnya, pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan status

kesehatan umum seperti penghitungan frekuensi nadi, denyut jantung,

penghitungan frekuensi nafas, pengukuran suhu tubuh, pengamatan terhadap

mukosa, turgor kulit, dan penghitungan frekuensi rumen pada ruminansia

(Kelly 1984).

Suhu Tubuh

Suhu tubuh bagian dalam tubuh hewan dapat diukur dengan

menggunakan

Page 10: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

termometer. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan jumlah total

panas yang diproduksi tubuh tetapi menunjukkan keseimbangan antara

produksi panas dan pengeluaran panas tubuh (Kelly 1984). Pemeriksaan suhu

tubuh hewan pada umumnya dilakukandua kali sehari, yaitu pada pagi dan

sore hari. Hewan yang sehat memiliki suhu tubuh pada pagi hari yang lebih

rendah dibandingkan dengan suhu tubuh pada siang dan sore hari. Secara

fisiologis, suhu tubuh akan meningkat hingga1.5ºC pada saat setelah makan,

saat partus, terpapar suhu lingkungan yang tinggi, dan ketika hewan banyak

beraktifitas fisik maupun psikis (Kelly 1984). Menurut Rosenberger (1979),

suhu tubuh sapi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

Panas tubuh dihasilkan dari hasil metabolisme yang berasal dari dalam tubuh.

Energi dari pakan akan diubah dalam bentuk panas yang akan disebarkan ke

lingkungan dan ke seluruh permukaan tubuh. Apabila suhu lingkungan

melebihi suhu tubuh hewan dan hewan terpapar oleh radiasi panas, maka

hewan akan berusaha melawan panas tersebut. Begitu juga jika hewan

terpapar oleh sinar matahari langsung atau berada di dekat dengan bendapadat

yang lebih hangat dibandingkan dengan suhu tubuhnya. Panas tubuh akan

beradaptasi menuju lingkungan sekitar melalui pemancaran dari permukaan

tubuh menuju obyek yang lebih dingin (Cunningham 2002). Hipotermia

adalah keadaan suhu tubuh di bawah kisaran nilai kritis. Hal ini terjadi akibat

pengeluaran panas tubuh yang berlebihan. Hewan kecil dan hewan yang

sedang sakit akan kehilangan banyak panas tubuh lebih dari kemampuannya

untuk memproduksi panas tubuh. Suhu tubuh akan menurun hingga ke titik

dimana sestem regulasi panas tubuh tidak dapat bekerja dengan baik.

Kemampuan hipotalamus untuk meregulasi suhu tubuh akan terganggu pada

saat suhu tubuh dibawah 29°C. Cardiac arrest akan terjadi pada saat suhu

tubuh dibawah 20°C (Cunningham 2002). Hipotermia terjadi akibat kasus

malnutrisi pada hewan yang sudah tua maupun hewan yang menderita

kekurusan. Hipotermia juga terjadi pada anak domba dan babi pada kelahiran

yang lebih awal (prematur), pada keadaan shock, kolaps pembuluh darah

pada parturient paresis dan atoni rumen pada ruminansia, mulbery heart

Page 11: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

disease pada babi, hypothiroidism, toxemia dan keadaan sebelum hewan mati

pada sebagian besar penyakit. (Kelly 1984).

Pengamatan klinis, pemeriksaan parasit, pemeriksaan antibodi terhadap

trypanosoma dengan ELISA dilakukan untuk pertama kali pada waktu hewan

masuk kandang Balitvet. Pemeriksaan hewan pasca infeksi meliputi

pengukuran suhu badan, pemeriksaaan parasit dengan HCT dilakukan setiap

hari . Pemeriksaan parasit Dengan MIC, para- meter darah lainnya dilakukan

setiap seminggu sekali .Bila ada hewan yang mati dilakukan bedah bangkai

untuk peneguhan diagnosis. Pemeriksaan dengan haematocrit centrifugation

technique (HCT) Sebanyak 0,2 ml darah diambil langsung dari vena telinga

dengan menggunakan tabung mikrohematokrit yang telah dilapisi heparin.

Setelah darah masuk ke dalam tabung kemudian salah satu ujung tabung

ditutup dengan penutup (plastisin). Kapiler kemudian disimpan di dalam

termos es dan dibawa Ke laboratorium. Di dalam laboratorium, tabung

disentrifus dengan kecepatan kira-kira 8.000rpm selama 3-5 menit. Dengan

menggunakan reader khusus maka PCV dapat diukur, Dan parasit dapat

ditemukan pada lapisan "buffy coat" dengan menggunakan mikroskop

(Coperman, 1995).

C. MATERI DAN METODE

1. Alat dan Bahan :

a. Alat Pemeriksaan dalam Mendiagnosis

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

Tali

Stopwatch

Thermometer

Handskun

Masker

Stetoskop

b. Bahan Pemeriksaan dalam Mendiagnosis

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

Page 12: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Sapi

Kuda

2 Metode :

Cara Kerja :

a. Pemeriksaan klinis Secara Umum Pada Sapi dan Kuda

Hal-hal yang dilakukan yaitu :

1. Mengisi sinyalemen atau data pasien.

2. Melakukan anamnesa.

3. Sebelum melakukan pemeriksaan ada baiknya apabila kita

handling dan restrain terhadap sapi dan kuda tersebut.

b. Cara Mendiagnosa Sapi dan Kuda

Cara mendiagnosa Sapi dan kuda yaitu :

1. Melakukan inspeksi terlebih dahulu pada sapi dan kuda.

2. Melakukan palpasi pada sapi dan kuda.

3. Melakukan perkusi pada sapi dan kuda.

4. Melakukan auskultasi pada sapi dan kuda.

5. Kemudian membaui pada sapi dan kuda.

6. Setelah melakukan langkah diatas kita mendapatkan

informasi lalu di tuliskan pada kartu status pasien tersebut.

D. Hasil

Data atau Foto

a. Data

A. Sapi

a. Sinyalemen pada Sapi terdiri atas

- Nama hewan :

- Jenis hewan : Sapi

- Bangsa atau ras hewan : Bali

- Jenis kelamin : Betina

- Umur : < 1 Tahun

- Warna kulit dan Rambut : Coklat

- Berat badan : -

Page 13: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

- Ciri-ciri khusus : Terdapat garis hitam sepanjang lumbalis,

terdapat filaria pada mata, terdapat lesi pada kulit dari daerah leher

sampai paha.

Identitas Pemilik

- Nama Pemilik : Clavata

- Alamat : Jl. Sunu, Baraya

- No. Telp : 086797663452

b. Anamnesa

Apa yang biasa dimakan?

Makan rumput

Apakah dia hidup bebas atau berkelompok dalam satu kandang

Dia hidup bebas tidak dikandangkan

Adakah hewan yang bersamanya dalam penggembalaan?

Ada, kuda

c. Pemeriksaan fisik

Pulsus : 76 kali per menit

Respirasi : 60 kali per menit

Suhu tubuh : 38.8ºc

Konjungtiva : normal tidak terdapat kotoran atau lesi.

Warna merah muda

Mata : normal peka terhadap cahaya

CRT : normal sekitaran 2- 3 detik. Gusi berwarna

merah muda

Turgor : normal tidak dehidrasi

Refleks pupil : normal reaksi terhadap cahaya 3-4 detik

(normal)

Denyut jantung : 68 kali denyut per menit

Gerakan rumen : 7 kali per menit

Page 14: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

d. Inspeksi

Cara berdiri normal, keempat kaki lurus

Cara berjalan normal. Tidak terjadi kepincangan

e. Palpasi

Palpasi superfisialis tidak terdapat lesi atau tonjolan

Palpasi profundal :

- Conjunctiva Normal berwarna merah muda tidak terdapat

lesi

- Respirasi 60 kali per menit

- Gerakan Rumen 7 kali per menit

- Suhu tubuh : 38.80 C

Limfonodus

- L. submandibularis : ukuran normal tidak terdapat

pembesaran pada salah satu limfonodus

- L. axillaris : ukuran normal tidak terdapat

pembesaran pada salah satu limfonodus

d. Perkusi

Pada rongga abdomen terdengar suara nyaring karena pernapasan

ruminan merupakan pernapasan abdominal

e. Aukultasi

Pada daerah segitiga antara angulus scapula sampai os.costae ke 2

dari belakang, dan batas bawah olecranon kemudian ditarik garis

dari olecranon sampai os. Costae ke 2 dari belakang terdengar

suara nyaring, semakin kebawah (lateral) semakin pekak

Denyut jantung yang terdegar 68 kali per menit

f. Membaui

Tidak tercium bau yang menyengat, bau rongga mulut dan hidung

dalam keadaan wajar

Page 15: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

B. Kuda

a. Sinyalemen pada Kuda terdiri atas :

- Nama hewan : Ringgo

- Jenis hewan : Kuda

- Bangsa atau ras hewan : Sumbawa

- Jenis kelamin : Jantan

- Umur : 4,5 Tahun

- Warna kulit dan Rambut : Coklat dan Hitam Pendek

- Berat badan : -

- Ciri-ciri khusus : Pada cervicalis terdapat rambut

berwarna hitam

Identitas Pemilik

- Nama Pemilik : Clavata

- Alamat : Jl. Sunu, Baraya

- No. Telp : 086797663452

b. Anamnesa :

Apa yang biasa dimakan?

Makan rumput

Apakah dia hidup bebas atau berkelompok dalam satu kandang

Dia hidup bebas tidak dikandangkan

Adakah hewan yang bersamanya dalam penggembalaan?

Ada, sapi

c. Pemeriksaan fisik

Pulsus : 48 kali per menit

Respirasi : 60 kali per menit

Suhu tubuh : 38 ºc

Konjungtiva : normal tidak terdapat kotoran atau lesi.

Warna merah muda

Mata : normal peka terhadap cahaya

Page 16: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

CRT : normal sekitaran 2- 3 detik. Gusi berwarna

merah muda

Turgor : normal tidak dehidrasi/elastis

Refleks pupil : normal reaksi terhadap cahaya 3-4 detik

(normal)

Denyut jantung : 68 kali denyut per menit

Gerakan rumen : 7 kali per menit

d. Inspeksi

Cara berdiri normal, keempat kaki lurus

Cara berjalan normal. Tidak terjadi kepincangan

e. Palpasi

Palpasi superfisialis tidak terdapat lesi atau tonjolan

Palpasi profundal :

- Conjunctiva Normal berwarna merah muda tidak terdapat

lesi

- Respirasi 60 kali per menit

- Suhu tubuh : 380 C

Limfonodus

- L. submandibularis : ukuran normal tidak terdapat

pembesaran pada salah satu limfonodus

- L. axillaris : ukuran normal tidak terdapat

pembesaran pada salah satu limfonodus

f. Perkusi

Pada bagian facialis terdengar suara nyaring mengindikasikan tidak

terdapat mucous atau cairan pada os.nasal

g. Aukultasi

Pada daerah segitiga antara angulus scapula sampai os.costae ke 2

dari belakang, dan batas bawah olecranon kemudian ditarik garis

Page 17: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

dari olecranon sampai os. Costae ke 2 dari belakang terdengar

suara nyaring, semakin kebawah (lateral) semakin peka’

h. Membaui

Tidak tercium bau yang menyengat, bau rongga mulut dan hidung

dalam keadaan wajar

F. PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum pada sapi, ditemukan bahwa adanya fillaria pada

mata sapi tersebut. hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa sapi tersebut

menderita penyakit.

Dari hasil pemerikasan kuda ditemukan bahwa keadaan fisiknya normal.

Pada saat perkusi dan aukultasi tidak ditemukan adanya kelainan, Misalnya

pada saat perkusi rongga abdomen bagian dorsal terdengar bunyi nyaring dan

smakin kearah lateral bunyi semakin peka. Itu berarti pernapasan sapi dalam

keadaan baik – baik saja karena mengingat pernapasan sapi merupakan

pernapasan abdominalis. Pada saat Inspeksi dan palpasi hasilnya pun juga

normal. yaitu gerakan rumen dan suhu tubuh. Gerakan rumen pada sapi

tersebut dikatakan normal karena berada di antara 5- 10 kali per menit. Sistem

pencernaan dalam keadaan optimal, karena rumen dalam keadaan normal.

Begitupun dengan suhhu tubuh sapi tersebut dalam keadaan normal karena

berada diantara 37-390C

Pada kuda, saat inspeksi di dapatkan hasil bahwa keadaan kuda tersebut

performannya baik. Kaki dalam keadaan lurus. Pada saat palpasi dilakukan

penghitungan pulsus di daerah arteri facialis dan diperoleh 48 kali per menit.

Hal ini normal. Selanjutnya perkusi, perkusi dilakukan dibagian facia tepatnya

di os.nasal ketika diketuk menghasilan suara nyaring dan itu berarti kuda

tersebut dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan bagian hidung tidak terdapat

mucous atau cairan pada nasal yang bisa menyebabkan sinusitis. Pada saat

aukultasi dibagian costo abdominal lebih tepatnya pada daerah yang dibatasi

oleh costae ke 2 ke 5 dan ke 7 dari belakang ditemukan bunyi yang nyaring.

Hal ini dapat dikatakan normal. Karena mengingat pernapasan kuda merupakan

Page 18: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

pernapasan costoabdominal. Pada saat pemeriksaan gigi pun diperoleh bahwa

kuda tersebut berumur sekitar 4.5 tahun karena ada nya beberapa gigi yang

telah erupsi.

E. KESIMPULAN

Tahapan dalam mendiagnosa hewan yaitu sinyalmen, anamnesis dan

melakukan pemeriksaan fisik.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik sebaiknya kita melakukan

restrain pada sapi dan kuda yang akan diperiksa, agar mempermudah jalannya

pemeriksaan pada sapi dan kuda tersebut.

Kuda yang telah diperiksa pada saat praktikum diagnosa klinik ini tidak

ada gejala – gejala klinis yang abnormal yang mengarah ke suatu penyakit

tertentu. Sedangkan sapi di dapatkan hasil menderita infeksi cacing filaria

pada mata sapi tersebut.

Page 19: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

DAFTAR PUSTAKA

Coperman, D.B, partautomo, S, soleh, M, dan politedy, F. 1995. Study

patogenesis trypanosoma pada kerbau, sapi Frisian hosltein dan sapi

peranakan ongole. Universitas north quensland Australia.

DEPDIKNAS. 2001. Teknik Kesahatan ternak. Jakarta : Departemen Pendidikan

Nasional.

Mauladi, Achmad Hasan. 2009. Suhu Tubuh, Frekuensi Jantung dan Nafas Induk

Sapi Friesian Holstein Bunting Yang Divaksin dengan Vaksin Avian

Influensa H5N1. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor.

Sayuti, Arman. Melia, Juli. Amrozi. 2012. Gambaran Klinis Sapi Piometra

Sebelum dan Setelah Terapi Dengan Antibiotik dan Prostaglandin

Secara Intra Uteri. Aceh : Fakaultas Kedokteran Hewan Syiah Kuala.

Vol. 6 No. 2.

Soegiri dan Wulandari Retno. 2007. Cara-Cara Mengekang Hewan. Bogor : IPB

Press.

Triakosa, Nusdianto. 2009. Aspek Klinik dan Penularan Pada Pengendalian

Penyakit Ternak.

Triakoso, Nusdianto. 2011. Petunjk Praktikum Pemeriksan Fisik Ilmu penyakit

Daalam Veteriner 1. Surabaya : Ilmu Penyakit dalam Veteriner Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Page 20: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Lampiran Foto

Inspeksi Jarak Jauh Restraint dan CRT pada mulut

Perhitungan Pulsus Pada a.facialis Restraint Pada Telinga kuda

Page 21: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Perhitungan Suhu Tubuh Perhitungan Respirasi Kuda

Restraint Sapi Menggunakan kandang jepit Perhitungan Suhu tubuh Sapi

Menhitung CRT Sapi Menghitung Pernapasan Sapi

Page 22: Laporan Praktikum Diagnosa Sapi Dan Kuda

Terdapat Lesi pada daerah leher Alat yang digunakan pada praktikum