laporan praktikum caffein
-
Upload
hani-herlina -
Category
Documents
-
view
37 -
download
6
description
Transcript of laporan praktikum caffein
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALITIK II
Turunan Xantin
Caffein
Oleh :
Ami Sholihat 31110002
Asep Yusuf 31110007
Hani Herlina 31110024
III A
PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2013
A. TUJUAN
Menentukan kadar senyawa turunan xantin yaitu kafein pada sediaan tablet.
B. DASAR TEORI
Kafein
Nama kimia : metilteobromin , 1,3,7- Trimetilxantine
Nama generik : kafein, kafenium, kofeine, kofeina, guavanine, metilteobromin
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, larut etanol (96%), mudah larut kloroform,
sukar larut eter.
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan dalam
tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki sifat
fisilogis aktif bagi manusia.
Isolasi pada kafein dengan formula kafein + ze , dilarutkan pada etanol 96%
kemudian disentrifuge agar partikel yang lebih berat terkumpul ke dasar tabung sentrifuge,
kemudian diambel fase etanol lalu di cari kadar kafein menggunakan spektrofotometri uv.
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200 – 350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya UV
atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron
dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi
lebih tinggi.
Panjang gelombang cahaya UV-VIS bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi
lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang.
Prinsip dari spektrofotometri UV-VIS senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah
tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari pada
senyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek. Jika radiasi elektromagnetik
dilewatkan pada suatu media yang homogen, maka sebagian radiasi itu ada yang dipantulkan,
diabsorpsi, dan ada yang transmisikan. Radiasi yang dipantulkan dapat diabaikan, sedangkan
radiasi yang dilewatkan sebagian diabsorpsi dan sebagian lagi ditransmisikan.
Absorpsivitas hanya tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang
gelombang atau frekuensi radiasi yang digunakan. Spektrum absorpsi (kurva absorpsi) adalah
kurva yang menggambarkan hubungan antara absorban atau transmitan suatu larutan terhadap
panjang gelombang atau frekuensi radiasi.
Pemilihan panjang gelombang untuk analisis kuantitatif dilakukan berdasarkan pada
spektrum absorpsi yang diperoleh pada percobaan. Pengukuran absorpsi harus dilakukan
pada panjang gelombang absorban maksimum λ maks karena :
Kepekaan maksimum dapat diperoleh jika larutan dengan konsentrasi tertentu
memberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut.
Perbedaan absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang disekitar
panjang gelombang absorban maksimum sehingga kesalahan pengukuran sangat kecil.
Pelarut yang digunakan untuk spektrofotometri harus memenuhi persyaratan tertentu
agar diperoleh hasil pengukuran yang tepat. Pertama-tama, pelarut harus dipilih yang
melarutkan komponen analat, tetapi sesuai dengan bahan kuvet.
Metode yang dilakukan pada kafein menggunakan spektrofotometri uv , karena
adanya gugus kromofor. Turunan xantin menyerap kuat terhadap cahaya ultraviolet. Pada pH
asam (6) menunjukan absorbansi maksimum pada panjang gelombang antara 272 sampai 273
nm. Perubahan pH larutan hanya sedikit merubah kedudukan maksimumnya.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Spektrofotometer
Labu ukur 100ml dan 10ml
Gelas kimia 100ml
Spatula
Batang pengaduk
Pipet tetes
Bahan : Kafein murni
Sediaan tablet kaffein
Etanol 96%
D. PROSEDUR
Pengenceran kafein murni
100 ppm 90 ppm 80 ppm
V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2 V1.N2 = V1.N2
V1.300 = 10 x 100 V1.100 = 10 x 90 V1.90 = 10 x 80
V1 = 1000 V1 = 900 V1 = 800
300 100 90
V1 = 3,3 mL V1 = 9 mL V1 = 8,9 mL
70 ppm 60 ppm 50 ppm
V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
V1.80 = 10 x 70 V1.70 = 10 x 60 V1.60 = 10 x 50
V1 = 700 V1 = 600 V1 = 500
80 70 60
V1 = 8,75 mL V1 = 8,5 mL V1 = 8,3 mL
sampel cafein+zat eksipiendilarutkan dalam etanol
di sentrifuga
endapan zat eksipien
larutan cafein dalam etanol
E. HASIL PENGAMATAN
Sampel no 21
Sample C (ppm) A (absorbansi)
1 100 ppm 0,375
2 90 ppm 0,362
3 80 ppm 0,339
4 70 ppm 0,312
5 60 ppm 0,286
6 50 ppm 0,264
40 50 60 70 80 90 100 1100
0.050.1
0.150.2
0.250.3
0.350.4
f(x) = 0.00231428571428571 x + 0.149428571428571R² = 0.991626866573968
Konsentrasi vs Absorbansi
Series2Linear (Series2)
Konsentrasi
Abso
rban
si
Y = 0,002x + 0,149 R2 = 0,991
0,709 = 0,002x + 0,149
0,709 – 0,149 = 0,002x
0,56 = 0,002x
0,56/0,002 = x
280 ppm = x
280 ppm/1000 = 0,28 gram
Konversi dalam persen (%) = 0,28
W sampelx 100 %
= 0,28gram1,54 gram
x100 %
= 18,182 %
F. PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan adalah sediaan kafein dalam bentuk tablet dengan zat
eksipiennya.
Sebelum dianalisis sampel diisolasi terlebih dahulu dengan melarutkan sampel di
etanol. Karena kafein akan mudah larut di etanol sedangkan zat eksipiennya tidak larut.
Kemudian zat eksipien diendapkan dengan cara di sentrifugasi. Menghasilkan endapan dan
larutan kafein yang larut dalam etanol.
Proses analisisnya menggunakan metode spektrofotometri. Sampel tablet kafein
dianalisa dan dibandingkan dengan larutan baku yang sesuai dengan yang di analisa. Karena
tablet yang dianalisa adalah tablet kafein, maka standar yang dipakai adalah standar kafein
yang telah diketahui konsentrasinya. Pembuatan standar kafein ini dilakukan dengan
menimbang secara teliti kafein standar sebanyak 200 mg dan dimasukan dalam labu ukur 100
mL kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda batas, larutan kafein standar dalam labu
ukur tersebut adalah 20.000 ppm.
Dari larutan kafein standar, dibuat larutan baku kerja, yakni larutan standar baku yang
digunakan untuk membuat larutan deret standar. Konsentrasi larutan baku kerja adalah 100
ppm dari larutan standar baku. Dilakukan dengan cara memipet larutan standar baku
sebanyak 3,3 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dan ditambahkan etanol
sampai tanda batas. Larutan ini memiliki konsentrasi 100 ppm.
Setelah larutan standar baku kerja sudah dibuat, selanjutnya membuat larutan deret
standar dengan konsentrasi yang meningkat yaitu 50, 60, 70, 80, 90 ppm. Konsentrasi ini
dipilih karena konsentrasi inilah yang dapat memenuhi transmitan 0,2-0,8. Kemudian
dihitung dan didapat berapa mL dari masing-masing konsentrasi dan didapatkan dari
pengenceran larutan baku kerja (100 ppm). Volume dari masing-masing konsentrasi adalah
10 mL.
Kemudian dilakukan pengukuran. Pertama kali dilakukan pengukuran pada larutan
deret standar, karena proses pengukuran dilakukan dengan membandingkan konsentrasi deret
standar dengan konsentrasi kafein dalam sediaan.
Pada prosesnya dilakukan pengukuran menggunakan sinar Ultra Violet pada Lamda
(λ) 400-190 nm. Dan didapat pada konsentrasi 100 ppm 289. Dalam referensi pengukuran
kafein dilakukan dalam λ 274-273 nm.
Didapat dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer absorbansi
untuk masing-masing konsentrasi 100 ppm 0,375; 90 ppm 0,362; 80 ppm 0,339; 70 ppm
0,312; 60 ppm 0,286; 50 ppm 0,264. Dengan persamaan linier Y = 0,002x + 0,149 dan
regresi linier R2 = 0,991. Regresi linier adalah ketelitian pembuatan standar yang
dipergunakan untuk pengukuran dan regresi linier yang baik adalah mendekati 1 dan
membuktikan nilai 0,991 berarti cukup baik.
Dari hasil pengukuran sampel didapat 280 ppm, yang kemudian dikonversikan ke
gram menjadi 0,28 gram. Dikonversi ke % didapat 18,182% kadar kafein dalam sediaan
tablet.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan, pengukuran dengan menggunakan
spektrofotometer absorbansi untuk masing-masing konsentrasi 100 ppm 0,375; 90 ppm
0,362; 80 ppm 0,339; 70 ppm 0,312; 60 ppm 0,286; 50 ppm 0,264. Dengan persamaan linier
Y = 0,002x + 0,149 dan regresi linier R2 = 0,991. Regresi linier adalah ketelitian pembuatan
standar yang dipergunakan untuk pengukuran dan regresi linier yang baik adalah mendekati 1
dan membuktikan nilai 0,991 berarti cukup baik.
Dari hasil pengukuran sampel didapat 280 ppm, yang kemudian dikonversikan ke
gram menjadi 0,28 gram. Dikonversi ke % didapat 18,182% kadar kafein dalam sediaan
tablet.
H. DAFTAR PUSTAKA
Florey, Klaus.1984.Analytical Profiles of Drugs Substances Vol 15. Academic Press;
London
Gholib Gandjar, Ibnu dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Roth, Hermann dan Gottfried Blaschke. 1994. Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM
press.
Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI press.
Mulyono HAM, M.Pd. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bandung: Bumi
Aksara.
Vogel. 1966. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif. Jakarta: PT. Kalman Media
Pusaka.
Watson, David G. 2005. Analisis Farmasi Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi edisi kedua. Strathclyde: Penerbit Buku Kedokteran
Kedokteran EGC.