Laporan Praktikum Bp Fix
-
Upload
susi-susanti -
Category
Documents
-
view
789 -
download
4
Transcript of Laporan Praktikum Bp Fix
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS : CABAI MERAH BESAR
OLEH :
TIFFANY RAHMA A : 115040100111155
SUSI SUSANTI : 115040100111024
ULIVIA RISTIANA : 115040101111152
ZHAMAMI DWI P : 115040101111230
PROGAM STUDI : AGRIBISNIS
KELAS : AD
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2012
Lembar Persetujuan
Judul Laporan : Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Cabai Merah Besar
Nama dan NIM : Tiffany Rahma A : 115040100111155
Susi Susanti : 115040100111024
Ulivia Ristiana : 115040101111152
Zhamami Dwi P : 115040101111230
Progam Studi : AGRIBISNIS
Menyetujui ,
Asisten Kelas, Asisten Lapang,
Retno Tri Purnamasari Kiki Puspitasari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai atau lombok (bahasa Jawa) adalah sayuran buah semusim yang termasuk dalam
anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan oleh masyarakat sebagai penyedap rasa
masakan.
Salah satu tanaman cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman
cabai merah. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang
banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan
aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan.
Karena merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan
dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
perekonomian nasional .
Cabai merah mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan
manusia. Kandungan vitamin dalam cabe adalah A dan C serta mengandung minyak atsiri,
yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan bila kita gunakan untuk rempah-
rempah.Cabai merah juga mengandung anti oksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari
radikal bebas. Radikal bebas yaitu suatu keadaan dimana suatu molekul kehilangan atau
kekeurangan elektron, sehingga elektron tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha
mengambil elektron dari sel-sel tubuh kita yang lainnya. Kandungan terbesar anti oksidan
dalam cabai terdapat pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin
yang berperan sebagai zat anti kanker .
Cabai merah (Capsicum annum L.) banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia
selain karena manfaatnya bagi kesehatan juga karena cabai merah memiliki harga jual yang
cukup tinggi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa cabai menempati urutan paling atas
diantara delapan belas jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia selama
beberapa tahun teakhir ini. Oleh karena itu permintaan cabai merah cenderung meningkat tiap
tahunnya.
Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai skala nasional adalah
keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki karena kurangnya informasi teknologi.Pada
umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang ditanam terus menerus serta masih
banyak komponen teknologi pra-panen lainnya belum diterapkan secara tepat gunadalam hal
pemupukan,pemeliharaan serta pengendalian .
1.2 Tujuan
a) Untuk Mengetahui Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Cabai Merah Besar
b) Untuk Mengetahui Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah Besar
c) Untuk Mengetahui Teknik Budidaya Tanaman Cabai Merah Besar
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
2.1.1 Klasifikasi Cabai Merah
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
(Anonymous a,2012)
2.1.2 Morfologi
Merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, batang berkayu, berbentuk
silindris, percabangan simpodial, batang muda berambut halus berwarna hijau. arah tumbuh
batang tegak lurus, arah tumbuh cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris
(panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur, ujung runcing
(acutus), pangkal membulat (obtusus), tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm,
Ulebar 1-5 cm, berwarna hijau. daging daun seperti kertas (papyraceus atau chartaceus)
(Anonymousb,2012)
2.2 Syarat Tumbuh
2.2.1 Curah Hujan dan Kelembapan
Curah hujan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan produksi buah cabai.
Curah hujan yang ideal untuk bertanam cabai adalah 1.000 mm/tahun. Curah hujan
yang rendah menyebabkan tanaman kekeringan dan membutuhkan air untuk
penyiraman. Sebaliknya, curah hujan yang tinggi bisa merusak tanaman cabai serta
membuat lahan penanaman becek dan kelembapannya tinggi.
Kelembapan yang cocok bagi tanaman cabai berkisar antara 70-80%, terutama
saat pembentukan bunga dan buah. Kelembapan yang melebihi 80% memacu
pertumbuhan cendawan yang berpotensi menyerang dan merusak tanaman.
Sebaliknya, iklim yang kurang dari 70% membuat cabai kering dan mengganggu
pertumbuhan generatifnya, terutama saat pembentukan bunga, penyerbukan, dan
pembentukan buah.Temperatur yang baik minimal 160C, optimal 270C, dan maksimal
320C .
2.2.2. Jenis Tanah, pH Tanah, dan Ketinggian Lahan[
Cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara.
Cabai tumbuh optimal di tanah regosol dan andosol. Penambahan bahan organik,
seperti pupuk kandang dan kompos, saat pengolahan tanah atau sebelum penanaman
dapat diaplikasikan untuk memperbaiki struktur tanah serta mengatasi tanah yang
kurang subur atau miskin unsur hara.
Sebaiknya, pilih lahan penanaman yang agak miring untuk menghindari
genangan air. Namun, tingkat kemiringan lahan tidak lebih dari 25%. Lahan yang
terlalu miring menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air hujan.
Tanah yang terlalu datar harus dibuatkan saluran pembuangan air.
Kadar keasaman (pH) tanah yang cocok untuk penanaman cabai 5,5 - 7. Tanah
dengan pH rendah atau asam harus dinetralkan dulu dengan cara menebarkan kapur
pertanian.Karena jika Ph terlalu rendah garam-garam Al yang terlarut dalam tanah
dapat meracuni tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Sebaliknya, tanah yang terlalu basa atau pH-nya tinggi bisa dinetralkan
dengan cara menaburkan belerang ke lahan penanaman karena bila terlalu tinggi maka
unsur mikro tidak dapat diambil oleh tanaman sehingga produksi tanaman menurun.
Saat ini ketinggian lahan tidak lagi menjadi masalah untuk menanam cabai.
Secara umum, cabai bisa ditanam pada ketinggian lahan dari 1-2.000 m dpl.
Ketinggian tempat berpengaruh pada jenis hama dan penyakit yang menyerang cabai.
Di dataran tinggi, penyakit yang menyerang biasanya disebabkan oleh cendawan atau
jamur. Sedangkan di lahan dataran rendah biasanya penyakit yang menyerang dipicu
oleh bakteri.
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Cabai Merah
A. Persemaian
Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit
tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang
dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup
nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos, tanah, dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambahkan nutrisi berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak
80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap 3 ember campuran bahan tersebut.
Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9
cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah yang
telah terisi media.
Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan
tinggi 20 – 50 cm dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah
bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic
dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat dibuat
dengan model ½ lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup mendapatkan
sinar matahari sehingga tidak mengalami etiolasi.
Langkah selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk
mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5
lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory dengan kosentrasi 3
gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk.
Benih yang digunakan sebaiknya benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida.
Media digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga
kelembaban media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4
sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan penjepit,
benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai yang disiram terlebih
dahulu
Setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan,
semprot persemaian dengan fungisida Starmyl 25WP dan Victory 80WP secara bergantian
dengan konsentrasi 0,5 gram / liter. Untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot
dengan insektisida winder 100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter.
Persemaian juga dapat dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada
media semai tanpa diperam terlebih dahulu.
B. Pengolahan Lahan
Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam
gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk
menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak
ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti
Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per Hektar.
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak
traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi
tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.
Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 –
60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengukuran pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas
lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau
kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram / meter persegi tergantung pH
tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat
pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang
yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton / Ha atau ½ sampai 1 zak untuk 10 meter panjang
bedengan.
Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter
panjang bedengan atau 2 ton / hektar.
Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna untuk
menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi
penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah
serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk.
Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi
dengan permukaan perak di bagaian atas. Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan
pasak. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan
dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas.
C. Teknik Bertanam
Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm
untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.
Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan
pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak
tanam yang dianjurkan .
Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan dengan
menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan
cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.
Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4
daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3
hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat
setelah pindah tanam
Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas,
dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung
dimasukkan pada lubang tanam.
Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang tanam.
D. Pemeliharaan
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hst , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan
normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian.
Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara
mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan
menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya
perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe.
Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah
cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan
agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.
Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang
yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat
tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat
pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hst.
Untuk memacu pertumbuhan tanaman, dianjurkan untuk melakukan pengocoran
mulai umur 7 sampai 60 hst dengan NPK Grand S-15 konsentrasi 7 gram per liter sebanyak
250 cc pertanaman dengan interval 7 hari . Setiap pengulangan pengocoran konsentrasi
pupuk dinaikkan 2 gram per liter. Pada saat tanaman berumur 30 hst, pemupukan susulan
pertama dilakukan dengan memberikan campuran pupuk NPK Grand S-15 150 kg/Ha dan
Urea 40 Kg/Ha. Pemupukan dilakukan dengan cara melubangai mulsa dan menugal pada sisi
tanaman dengan jarak 15 cm.
Selain tanaman dikocor, dianjurkan juga disemprot dengan pupuk daun Mamigro
Super N atau NPK spesial atau dengan Gardena D dengan konsentrasi 2 – 5 gram / liter air
mulai umur 7 sampai 30 hst dengan interval pemberian 7 – 15 hari.
Pupuk susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 40 hst dengan memberikan
pupuk NPK Grand S-15 300 kg / Ha.
Pada saat tanaman berumur 50 hst, pupuk susulan ke tiga dilakukan dengan
memberikan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 350 kg/Ha. Untuk memacu pertumbuhan
bunga dan buah, dianjurkan untuk dilakukan penyemprotan dengan pupuk daun Mamigro
Super P atau NPK Spesial, Gardena B atau dengan Pupuk Mikro Fitomic . Konsentrasi untuk
Fitomic adalah 1,5 – 2,5 cc / liter dengan interval pemberian 10 – 15 hari.
Pemupukan susulan ke empat dilakukan saat tanaman berumur 60 hst. Pupuk yang
diberikan adalah pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 200 Kg/Ha.
E.Pengairan
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara
menggenangi atau leb. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan
dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.
F. Hama Dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman cabe adalah : · Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon
· Thrips · Ulat grayak atau Spodoptera litura · Lalat buah atau Dacus verugenius · Aphids
hijau /kutu daun · Tungau / mite · Nematode puru akar
Ulat Tanah dengan nama latin Agrotis ipsilon, biasa menyerang tanaman cabe yang
baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan
bisa sampai putus. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida
Turex WP dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec
dengan konsentrasi 0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5
cc/liter sehari sebelum pindah tanam.
Ulat grayak pada tanaman cabe biasa menyerang daun, buah dan tanaman yang masih
kecil. Untuk tindakan pengendalian dianjurkan menyemprot pada sore atau malam hari
dengan insektisida biologi TurexWP bergantian dengan insektisida Raydok 28ec atau
insektisida Direct 25ec.
Lalat buah gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan
kalau dibelah biji cabe berwarna coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok. Untuk
pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan membuat perangkap dengan
sexferomon atau dengan penyemprotan insektisida Winder 100EC dengan konsentrasi 0,5
sampai 1 cc per liter bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-
0,5 cc/liter atau dengan insektisida Cyrotex 75sp dengan konsentrasi 0,3-0,6 g/liter.
Hama Tungau atau mite menyerang tanaman cabe hingga daun berwarna kemerahan,
menggulung ke atas, menebal akhirnya rontok. Untuk penengendalian dan pencegahan
semprot dengan akarisida Samite 135EC dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 ml / liter air
bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Tanaman yang terserang hama thrips, bunga akan mengering dan rontok. Sedangkan
apabila menyerang bagian daun pada daun terdapat bercak keperakan dan menggulung. Jika
daun terserang aphids, daun akan menggulung kedalam, keriting, menguning dan rontok.
Untuk pencegahan dan pengendalian lakukan penyemprotan dengan insektisida Winder 25
WP dengan konsentrasi 100 – 200 gr / 500 liter air / ha atau dengan Winder 100EC 125 – 200
ml / 500 liter air / Ha bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-
0,5 cc/liter.
Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyerang daerah
perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka transportasi bahan makanan terhambat
dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain itu kerusakan akibat nematode dapat
memudahkan bakteri masuk dan mengakibatkan layu bakteri. Pencegahan yang efektif adalah
dengan menanam varietas cabe yang tahan terhadap nematode dan melakukan penggiliran
tanaman. Dan apabila lahan yang ditanami merupakan daerah endemi, pemberian nematisida
dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan.
Penyakit yang sering menyerang tanaman cabe diantaranya adalah · Rebah semai ·
Layu Fusarium · Layu bakteri · Antraknose / patek · Busuk Phytophthora · Bercak daun
Cercospora · Penyakit Virus
Penyakit anthracnose buah. Gejala awalnya adalah kulit buah akan tampak mengkilap,
selanjutnya akan timbul bercak hitam yang kemudian meluas dan akhirnya membusuk. Untuk
pengendaliannya semprot dengan fungisida Kocide 54 WDG dengan konsentrasi 1 sampai 2
g / l air bergantian dengan fungisida Victory 80wp dengan konsentrasi 1 – 2 g / liter air.
Rebah semai ( dumping off ) . Penyakit ini biasanya menyerang tanaman saat
dipersemaian. Jamur penyebabnya adalah Phytium sp. Untuk tindakan pencegahan dapat
dilakukan perlakuan benih dengan Saromyl 35SD dan menyemprot fungisida sistemik
Starmyl 25WP saat dipersemaian dan saat pindah tanam dengan konsentrasi 0,5 sampai 1
gram / liter.
Penyakit layu fusarium dan layu bakteri pada tanaman cabe biasanya mulai
menyerang tanaman saat fase generatif. Untuk mencegahnya dianjurkan penyiraman Kocide
77WP pada lubang tanam dengan konsentrasi 5 gram / liter / lima tanaman, mulai saat
tanaman menjelang berbunga dengan interval 10 sampai 14 hari.
Penyakit bercak daun cabe disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici. Gejalanya
berupa bercak bercincin, berwarna putih pada tengahnya dan coklat kehitaman pada tepinya.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan menyemprot fungisida Kocide 54WDG konsentrasi
1,5 sampai 3 gram / liter bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentrasi 2 sampai 4
gram / liter dengan interval 7 hari.
Penyakit mozaik virus. Saat ini belum ada pestisida yang mampu mengendalikan
penyakit mozaik virus ini. Dan sebagai tindakan pencegahan dapat dilakukan pengendalian
terhadap hewan pembawa virus tersebut yaitu aphids.
Untuk pencegahan serangan hama penyakit, gunakan benih cabe hibrida yang tahan
terhadap serangan hama penyakit dan yang telah diberi perlakuan pestisida. Apabila terjadi
serangan atau untuk tujuan pencegahan lakukan aplikasi pestisida sesuai OPT yang
menyerang atau sesuai petunjuk petugas penyuluh lapang.
G. Panen
Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan
warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe
tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang
digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali
tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan
agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus
tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah
cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan
optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.
H. Pasca Panen Tanaman Cabe
Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya
dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar .
Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan
standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar
eksport.
Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu
dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan
dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke
konsumen yang membutuhkan cabe segar.
Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan
tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi
cabe yang saat ini banyak dibutuhkan.
(Anonymousc,2012)
2.4 Hubungan Perlakuan Pemberian ZPT Pada Cabai Merah
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh pada tanaman cabai merupakan salah satu usaha
meningkatkan produksi dan kualitas tanaman cabai.Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa
organik tidak termasuk nutrisi, yang pada konsentrasi rendah mampu
merangsang,menghambat atau memodifikasi berbagai proses biologis tanaman.
Pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi tanaman memberikan pengaruh
langsung terhadap aktivitas peningkatan konsentrasi dan aktivitas biologi dari beberapa
produk Zat Pengatur Tumbuh seperti ethylene. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh berpengaruh
terhadap penambahan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun. Zat Pengatur Tumbuh
mengandung ethylene yang berpengaruh terhadap pembentukan organ daun dan cabang-
cabang baru yang muncul. Pengaruh cuaca seperti tingginya curah hujan bisa menggagalkan
adanya bunga sehingga dan pembuahan sehingga menurunnya produktivitas cabai bisa
dikatakan dipengaruhi oleh cuaca. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah dengan
memberikan Zat Pengatur Tumbuh , Zat Pengatur Tumbuh ini juga akan mempengaruhi
jumlah bunga pertanaman dan fruit set.
(Sumiati,2004)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum penanaman cabai merah besar pada mata kuliah TPT (Teknologi Produksi
Tanaman) kali ini dilaksanakan di kebun praktikum Ngijo, Karangploso, Malang, Jawa Timur
dengan waktu kurang lebih 9 minggu yang dimulai dari tanggal 19 September 2012 hingga
28 November 2012.
3.2 Alat dan Bahan Serta Fungsi
Alat :
Cangkul : Untuk mengolah tanah
Tugal : Untuk membuat lubang tanam pada tanah
Gembor : Untuk menyirami tanaman.
Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan.
Penggaris/meteran : Untuk mengukur jarak tanam dan tinggi tanaman.
Kalkulator : Untuk mempermudah mengitung rumus-rumus matematis
Tali raffia : Untuk mengukur jarak tanam.
Bahan :
Air : Untuk menyirami tanaman
Bibit : Sebagai calon tanaman yang akan diamati.
Pupuk kandang : Untuk memberikan nutrisi pada tanaman
Pupuk ZPT : Sebagai parameter atau perlakuan yang diberikan pada
tanaman.
3.3 Cara Kerja (Diagram Alir dan Penjelasan)
Siapkan alat dan bahan
Melakukan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
kemudian mengolah tanah dengan cangkul, pada lahan seluas 1,5 x 6 meter dengan
kedalaman bedengan sedalam 30 cm. Setelah itu mengaplikasikan pupuk kandang ke lahan
dengan cara mencampurnya dengan tanah yang sudah di cangkul tadi. Kemudian mengukur
jarak tanam (50 x 60 cm) dengan menggunakan meteran dan tali raffia agar lurus. Sehingga
ada 22 tanaman yang akan ditanam. Kemudian menanam benih cabai yang telah berumur
kurang lebih 2 minggu menurut jarak tanam yang telah ditentukan. Lalu merapikan tanah di
sekitar tanaman. Untuk perawatan, dilakukan penyiraman secara rutin dan penyiangan gulma.
Mengaplikasikan pupuk kandang ke lahan tanam
Mengukur jarak tanam (50x60cm) dengan menggunakan meteran dan tali rafia
Membuat lubang dengan bantuan tugal pada titik-titik tanam yang telah di tentukan.
Menanam benih cabai ke dalam lubang tanam
Merapikan tanah disekitar tanaman
Melakukan penyiraman dan perawatan tanaman secara rutin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Kelas AD – ZPT 2
No Minggu ke 1 Minggu ke 2
Tinggi tanaman Jumlah daun Tinggi tanaman Jumlah daun
1 13.5 8 16 11
2 19 8 23 13
3 21 11 24 15
4 13 30 17 48
5 16 11 17 12
6 21 8 24 15
7 13 8 17 12
8 15 7 20 14
9 19 13 23 17
10 22 13 25 20
Grafik Pengamatan minggu ke -1
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Tanaman 6
0
5
10
15
20
25
30
35
Tinggi (cm) jumlah daun
Grafik Pengamatan Minggu ke -2
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Tanaman 6
0
10
20
30
40
50
60
Tinggi (cm)jumlah Daun
Dokumentasi
4.1.2 Data Kelas X – ZPT 2
NoMinggu ke - 1 Minggu ke – 2
Tinggi tanaman Jumlah daun Tinggi tanaman Jumlah daun
1 22,5 32 24 32
2 18,4 48 23 48
3 23,6 13 24 15
4 31 62 32 62
5 24,5 44 25 44
6 24 13 24 13
7 23,5 45 24 45
8 23 45 23 45
9 34 75 34 75
10 29 76 29 75
Grafik Pengamatan Minggu ke – 1
Tanam
an 1
Tanam
an 2
Tanam
an 3
Tanam
an 4
Tanam
an 5
Tanam
an 6
Tanam
an 7
Tanam
an 8
Tanam
an 9
Tanam
an 10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tinggi (cm)Jumlah daun
Grafik Pengamatan Minggu ke – 2
Tanam
an 1
Tanam
an 2
Tanam
an 3
Tanam
an 4
Tanam
an 5
Tanam
an 6
Tanam
an 7
Tanam
an 8
Tanam
an 9
Tanam
an 10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tinggi (cm)Jumlah daun
Dokumentasi
4.1.3 Data Kelas L agroekoteknologi – ZPT 1
NoPengamatan 20 Nov 2012 Pengamatan 27 Nov 2012
Tinggi (cm) Jumlah Daun Tinggi (cm) Jumlah daun
1 25 79 29 103
2 27 81 31 113
3 23 124 34 200
Grafik Pengamatan 20 Nov 2012
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 30
20
40
60
80
100
120
140
Tinggi (cm)Jumlah daun
Grafik Pengamatan 27 Nov 2012
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 30
50
100
150
200
250
Series 1Series 2Column1
Dokumentasi
4.1.4 Data Perlakuan Non ZPT
no Minggu ke-1 Minggu ke-2
Tinggi tanaman Jumlah daun Tinggi tanaman Jumlah daun
1 21 30 28 50
2 31 83 38 120
3 18 23 25 40
4 20 32 27 61
5 20 14 24 34
6 27 41 29 102
7 18 36 23 51
8 19 30 25 69
9 21 36 26 63
10 19 29 23 48
Grafik Pengamatan Minggu ke – 1
Tanam
an 1
tanam
an 2
tanam
an 3
tanam
an 4
tanam
an 5
tanam
an 6
tanam
an 7
tanam
an 8
tanam
an 9
tanam
an 10
0102030405060708090
Tinggi (cm) Jumlah daun
Grafik Pengamatan Minggu ke – 2
tanam
an 1
tanam
an 2
tanam
an 3
tanam
an 4
tanam
an 5
tanam
an 6
tanam
an 7
tanam
an 8
tanam
an 9
tanam
an 10
0
20
40
60
80
100
120
140
Tinggi (cm)Jumlah daun
Dokumentasi
4.2 Pembahasan
Bibit cabai kelas AD ditanam pada tanggal 3 oktober 2012, namun pada pengamatan
minggu depannya, bibit cabai mati semua dikarenakan belum memenuhi syarat transplanting
. Tanaman masih terlalu kecil dan terlalu muda untuk dipindahkan ke lahan terbuka.
Sehingga diperlukan waktu 2 minggu untuk penanaman kembali (penyulaman) dengan bibit
yang lebih kuat. Setelah beberapa minggu, tanaman diberi Zat Pengatur Tumbuh untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangannya. Zat pengaatur tumbuh yang digunakan
pada kelas AD dan kelas X sama yaitu ZPT 2. Namun pengaruh ZPT berupa penambahan
tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman pada kelas X lebih tampak daripada kelas AD.
Menurut kami, hal ini dikarenakan Usia tanaman cabai kelas X yang lebih tua, karena kelas X
melakukan penyulaman satu minggu lebih awal daripada kelas AD. Aplikasi ZPT merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan kualitas cabai, namun perlu dicari jenis zat
pengatur tumbuh yang terbaik pengaruhnya terhadap pembentukan dan kualitas batang dan
daun tumbuhan. Dari Jurnal yang kami baca (Sumiati,2004), pengaruh yang tidak terlalu
tampak pada tanaman yang sudah di berikan ZPT bisa disebabnkan karena pemberian dosis
yang tidak optimum. Penggunaan ZPT dengan dosis atau konsentrasi yang sesuai dapat
menciptakan keseimbangan hormonal sehingga mampu merangsang perumbuhan serta
perkembangan yang optimum pula.
Pengaruh pemberian ZPT sangat tampak pada pertambahan jumlah daun dilahan kelas
L Agroekoteknologi. Jumlah daun mengalami peningkatan yang signifikan bahkan mencapai
penambahan dua kali lipat dari jumlah daun pada pengamatan sebelumnya. Seperti yang
terjadi pada tanaman sampel 1 ; dari 79 daun menjadi 103 daun, sampel kedua ; dari 81 daun
menjadi 113 daun, dan sampel ketiga ; dari 124 daun menjadi 200 daun. ZPT yang diberikan
adalah ZPT 1. Menurut jurnal yang kami baca(Koentjoro,2008), pemberian ZPT jenis Ethrel
dan dekamon mampu meningkatkan rata-rata jumlah daun dari setiap peningkatan
konsentrasi pemberian. Pemberian ZPT pada tanaman cabai kelas L ini pengaruhnya tidak
signifikan terhadap penambahan tinggi tanaman, menurut jurnal yang kami baca hal ini dapat
disebabkan oleh adanya zat ethylene yang menghambat proses pemanjanagan batang dan
menghambat transportasi auksin secara basipethal dan lateral.
Pengaruh kondisi lingkunan terhadap pertumbuhan tanman (misalnya kekurangan
atau kelebihan air) memberikan efek langsung terhadap aktivitas peningkatan konsentrasi dan
aktifitas biologis dari ZPT. Pada tanaman cabai tanpa pemberian (non) ZPT maka akan
sangat peka terhadap factor lingkungan seperti cuaca dan irigasi .berdasarkan data yang kami
dapatkan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada tinggi tanaman. Perlakuan control
(tanpa ZPT) ini menunjukkan pengaruh berbeda yang cukup tampak apabila dibanding
dengan perlakuan lain (ZPT 1 dan ZPT 2). Tanaman cabai non ZPT ini diduga memiliki
kandungan hormone giberelin yang cukup tinggi, dimana hormone giberelin sendiri berperan
mendorong pertumbuhan daun. Giberelin juga dikenal dengan nama giberellat yang
mempunyai peranan dalam pembelahan sel atau perpanjangan sel tanaman.
4.3 Dokumentasi Praktikum
‘
BAB V
KESIMPULAN
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh pada tanaman cabai merupakan salah satu usaha
meningkatkan produksi dan kualitas tanaman. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organic
tidak termasuk nutrisi yang pada konsentrasi rendah mampu merangsang , menghambat, atau
memodifikasi berbagai proses biologis tanaman. Berdasarkan pengamatan dikebun percobaan
di Ngijo tanaman cabai yang diberi Zat pengatur tumbuh (ZPT) 1 memperlihatkan hasil yang
paling baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan pemberian
konsentrasi yang lebih optimum dan tepat dibandingkan dengan perlakuan pada ZPT 2.
Sedangkan pada perlakuan non ZPT , hasil yang tampak tidak berbeda jauh dengan
perlakuan ZPT 2. Hali ini dikarenakan , walaupun tanpa Zat pengatur tumbuh (ZPT)
tambahan (sintetik) tanaman sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menghasilkan Zat
pengatur tumbuh ( ZPT ) secara alami yang dapat mendorong, menghambat dan mengubah
pertumbuhan. Menurut kami, efek pemberian ZPT pada tanaman cabai kelas AD belum
terlalu menampakkan hasil yang signifikan dikarenakan waktu pengamatan yang terlalu
singkat setelah pemberian ZPT 2 pada tanaman cabai dan usia tanaman cabai yang lebih
muda dibandingkan dengan tanaman yang diberi ZPT 1 sehingga belum responsive terhadap
rangsangan ZPT yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2012.KlasifikasiCabai Merah.http://amintabin.blogspot.com/2010/09/klasifikasi-
cabai-merah-capsicum-annum.html di akses pada 1 Desember 2012
Anonymous.2012.Cabai Merah http://novi-biologi.blogspot.com/2011/08/cabai-merah-
capsicum-annum-l.html di akses pada 1 Desember 2012
Anonymous.2012.Teknik Budidaya Cabai http://www.ideelok.com/budidaya-
tanaman/cabe di akses pada 1 Desember 2012
Haryantini, Baiq Azizah.2000. Aplikasi Mikoriza, Pupuk Fosfat Dan Zat Pengatur Tumbuh Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum) Di Tanah Andisol. Budidaya Pertanioan, Fakultas Pertanian, Universitas 45 Mataram : Mataram
Koentjoro, Yon .2008.Aplikasi Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Pada Tanaman Cabai Kecil
yang Di Tanam Di Musim Hujan . Jurnal Pertanian Mapeta Vol 10 N0.3
Agustus 2008 : 170 – 178 .
Sumiati , Etty .2004.Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Hasil dan Kualitas
Benih Cabai Breede Seed.Balai Penelitian Tanaman Sayuran : Bandung.
LAMPIRAN