Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

30
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ORAL II TOPIK : EFEKTIVITAS ANTIBIOTIKA PADA KUMAN RONGGA MULUT KELOMPOK : A2 HARI, TANGGAL : Selasa,24 Maret 2015 NAMA : Asarizka bena 021311133005 Melissa soliman 021311133020 Putih S perdani 021311133045 Asyharul huda 021311133042 Rr. Dwi listyorini 021311133016 Sigit ahmad indarto 021311133030 Novia setyowati 021311133041 M burhannudin 021311133013 Retno kanthiningsih 021311133034 Irjinia putri N. 021311133040 Khamila gayatri anjani 021311133007 Frida fardanila asmoro 021311133019 Sylviani the wirianto 021311133036 Gusti ayu mega A 021311133043 Fevy syendra liyadi 021311133014 Widjaja,Olivia Vivian 021311133012 Yanti meylitha 021311133032 Rahmad rifqi fahreza 021311133018 Yovita yonas 021311133038 M genadi askandar 021311133011 Sesy ayu lestari 021311133035 1

Transcript of Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

Page 1: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ORAL II

TOPIK : EFEKTIVITAS ANTIBIOTIKA PADA KUMAN RONGGA MULUT

KELOMPOK : A2

HARI, TANGGAL : Selasa,24 Maret 2015

NAMA :

Asarizka bena 021311133005

Melissa soliman 021311133020

Putih S perdani 021311133045

Asyharul huda 021311133042

Rr. Dwi listyorini 021311133016

Sigit ahmad indarto 021311133030

Novia setyowati 021311133041

M burhannudin 021311133013

Retno kanthiningsih 021311133034

Irjinia putri N. 021311133040

Khamila gayatri anjani 021311133007

Frida fardanila asmoro 021311133019

Sylviani the wirianto 021311133036

Gusti ayu mega A 021311133043

Fevy syendra liyadi 021311133014

Widjaja,Olivia Vivian 021311133012

Yanti meylitha 021311133032

Rahmad rifqi fahreza 021311133018

Yovita yonas 021311133038

M genadi askandar 021311133011

Sesy ayu lestari 021311133035

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA2014

1

Page 2: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

hidayahNya makalah Tugas laporan praktikum Biologi Oral II dengan judul “ Efektivitas

Antibiotika pada Kuman Rongga Mulut ” ini dapat terselesaikan.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ira arundina drg., M.si selaku dosen

pembimbing, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua dan teman-teman.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran bagi pembaca, khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Airlangga. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya,29 maret 2015

2

Page 3: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

Judul praktikum 3

Tujuan 4

Manfaat 4

Landasan teori 4

Alat dan bahan 4

Cara kerja 5

Hasil 6

Pembahasan dan analisis hasil 7

Bakteri dalam rongga mulut 7

Jenis-jenis bakteri dalam rongga mulut 8

Jenis antibiotik yang digunakan 10

Analisa hasil 16

Kesimpulan 17

Daftar pustaka 19

3

Page 4: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

1. Judul Praktikum : Efektivitas Antibiotika pada Kuman Rongga Mulut

2. Tujuan Praktikum :

1. Mengukur zona hambatan pada kultur kuman rongga mulut

2. Membandingkan berbagai macm antibiotika pada kuman rongga mulut

3. Manfaat :

1. Dapat mengukur zona hambatan pada kultur kuman rongga mulut

2. Dapat membandingkan berbagai macam antibiotika pada kuman rongga mulut

4. Landasan Teori :

Rongga mulut manusia mengandung berbagai macam mikroorganisme. Namun,

tidak semua mikroorganisme berpotensi patogen pada manusia. Beberapa jenis bakteri

yang berhubungan dengan peradangan oral antara lain bakteri kokus, basil, organisme

gram positif dan gram negatif, aerob dan anaerob.Rongga mulut dapat memberikan

kontribusi yang cukup berarti dalam menimbulkan bakteremia. Pada keadaan penurunan

imunitas, bakteri rongga mulut yang semula komensal dapat berubah menjadi pathogen

sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik.Untuk itu, kita harus dapat

mencegah kuman rongga mulut agar tidak berubah menjadi patogen. Kita membutuhkan

antibiotika dalam hal ini. Pada dasarnya, antibiotik diresepkan berdasarkan pengalaman

dengan kata lain dokter gigi tidak mengetahui mikroorganisme apa yang menyebabkan

terjadinya peradangan, karena kultur pus (nanah) atau eksudat tidak umum dibuat. Oleh

karena itu, antibiotik spektrum luas yang umum diresepkan.

5. Alat dan Bahan :

1. Kultur kuman rongga mulut

2. Antibiotika :

i. Amoksisilin

ii. Amoksisilin + asam klavulanat

iii. Eritromisin

iv. Klindamisin

3. Blood agar

4. Jangka sorong

4

Page 5: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

5. Cawan petri

6. Burner

7. Mikropipet

8. Tabung reaksi

6. Cara Kerja

1. Kuman yang diambil dari penderita di klinik FKG unair,kemudian dikultur dalam blood

agar dan diinkubasi dalam 24 jam.

2. Media kuman pada cawan petri dibagi menjadi 4 zona untuk kelompok antibiotika

3. Masing-masing zona diberi paperdish yang telah diisi antibiotika.

5

Page 6: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

4. Setelah diinkubasi selama 24 jam,Kemudian diukur zona hambatan yang ada dengan

menggunakan jangka sorong.

7. Hasil

Efektifitas antibiotik terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri dapat diamati melalui

besarnya zona hambat. Zona hambat didapatkan dari pengukuran rata-rata diameter lingkaran pada

agar yang tidak ditumbuhi bakteri. Setelah dilakukan pengukuran terhadap zona hambat antibiotik

terhadap pertumbuhan bakteri kemudian data dicatat dan hasilnya adalah sebagai berikut :

No. Antibiotik Zona Hambat (cm)

1 Amoksisilin 2,1

2 Amoksisilin + asam klavunamat 1,6

3 Eritromisin 2,4

4 Klindamisin 3,6

Gambar pertumbuhan bakteri beserta zona hambatannya

Tabel di atas merupakan tabel berisikan hasil pengukuran zona hambat dari 4 jenis

antibiotik berbeda. Dapat kita lihat rata-rata zona hambat dari Amoxicilin berdiamter 2,1

cm, paduan Amoxicilin dan Asam Klavulanat sebesar 1,6 cm, Eritromisin 24 cm dan

Klindamisin 3,6 m. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Klindamisin memiliki zona

hambat terbesar, di ikuti Eritromisin, Amoxicilin dan yang paling kecil adalah

6

Page 7: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

Amoksisilin + asam klavunamat. Semakin besar zona hambat dari suatu antibiotik

berarti semakin besar pula efektivitas dari suatu antibiotik dalam membunuh

mikroorganisme.

8. Pembahasan dan Analisa Hasil :

Bakteri dalam Rongga Mulut

Bakteri adalah organisme bersel tunggal (sendiri) yang hidup bebas dan mampu

bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk mendapatkan makanan.

Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah

dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Didalam

setoplasma terdapat materi genetic, baik DNA maupun RNA, dan struktur intra sel yang

diperlukan untuk metabolism energi. Bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasi

DNA dan pembelahan sel sederhana. Sebagian bakteri membentuk kapsul yang mengelilingi

dinding sel sehingga bakteri tersebut lebih tahan terhadap serangan system imun pejamu. Bakteri

lain mengsekresi protein yang menurunkan kerentanan terhadap antibiotic standar. Bakteri dapat

bersifat aerob atau anairob. Seringkali bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak

pejamu.Bakteri diklasifikasikan sebagai gram negative atau positif. Bakteri gram positif

mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu. Bakteri gram negative

mengandung protein di dinding selnya yang merangsang respon peradangan atau endotoksin.

Bakteri gram negative juga mengsekresi eksotoksin.

Adapun contoh jenis-jenis bakteri yang sering terdapat didalam mulut adalah:

a)      Staphylococcus epidermitis

b)      Staphylococcus aureus

c)      Streplococcus mitis dan streptokokus a-hemolitik laiinnya

d)      Streptococcus salivarius

e)      Peptostreptokokus

f)        Actinomyces israelii

g)      Haemophilus influenza,

h)      Bacterioides fragilis

i)        Bacterioides oralis

j)        Fusobacterium nucleatum

7

Page 8: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

k)      Bacterioides melaninogenicus

l)        Lactobacillus

m)    Veillonella alcalescen 

Jenis-Jenis Bakteri dalam Rongga Mulut

A.    Gram-Positive Cocci

a.    Staphylococcus

Berukuran 0, 8 µm, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi enzim

katalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam suasana aerobik dan

anaerobik. Yang membedakan micrococcus dengan yang lain adalah dalam kemampuan

melakukan oxidasi glukosa. Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh dalam air garam dengan

kepekatan 7,5 % sampai 15 %, sifat ini digunakan untuk memisahkannya dari spesimen dan

merupakan ”vegetative bacteria”.

b.    Streptococcus

Genus dari Streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis dari

kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan atau berbentuk

rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang panjang

dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau semifluid media.

c.    Peptostreptococcus

Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif, bulat sampai oval dengan ukuran 0, 7

– 1 µm. Pada pewarnaan ditemukan berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak

bergerak dan tidak membentuk spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyakan spesies

menyebabkan fermentasi karbohidrat sehigga terbentuk berbagai asam organik dan gas.

B.     Gram – Negative Cocci

a.   Neisseria dan Branhamella Gram-negative

Tidak bergerak, tidak membentuk spora, berbentuk coffee bean/diplococci, aerobik,

membentuk ”enzyme cytochrome oxidase” yang merupakan bakteri yang terdapat pada

mucous membrane dari rongga mulut dan saluran nafas bagian atas

b.   Veillonella

Mempunyai diameter 5µm tidak bergerak, gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob

diplococci, tidak memfermentasi karbohidrat, memanfaatkan lactic, succinic dan asam-asam

lain sebagai sumber energi.

8

Page 9: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

C.     Gram – Positive Rods dan Filaments

a.    Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Bacterionema dan Rothia

Actinomycetaceae adalah gram-positif, umumnya diphtheroid atau club-shaped rods

dimana cendrung membentuk cabang-cabang filament di jaringan infeksi atau pada kultur

invitro. Bentuk diphtheroid atau coccoid terbentuk kita terjadi fragment dai filament. Bersifat

tidak bergerak, tidak membentuk endospora, dan not acid-fast. Pada umumnya fakultatif

anaerob, tapi ada satu spesies hidup dengan baik pada kondisi aerobic. Dapat membentuk atau

tidak membentuk enzyme catalase.

b.   Eubacterium dan Propionibacterium

Eubacterium adalah gram-positif, tidak membentuk spora, uniform atau poleomorphic

rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah anaerob, selalu mebentuk

campuran asam organik seperti butiryc, acetic atau formic acid dari karbohidrat atau pepton.

Propionibacterium adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora, biasanya

diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid, elongated, bifid atau bercabang

dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam

bentuk Y dan V atau bergerombol mirip”chinese characters”. Propionibacterium avidum

dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksi dan abses jaringan seperti submandibular abses

c.    Lactobacillus

Bersifat gram-positif, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak, terbanyak

bersifat anaerob fakultatif, ada beberapa yang benar-benar anaerob.

D.    Gram-Negative Rods dan Filaments

a.   Coliforms

Coliform dijumpai pada mulut normal, pada umumnya hanya bersifat tinggal untuk

sementara waktu, meskipun demikian kuman ini dapat menimbulkan infeksi dari jaringan

mulut, sering ini disebabkan karena pemakaian antibiotik yang membunuh kuman gram-

positif. Dalam hal ini terjadi pada infeksi yang disebab kuman campuran.

b.     Klebsiella

Klebsiella genus dari famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari kuman mempunyai

karakter membentuk kapsul polysaccharide. Klebsiella pneumoniae dibagi lebih dari 80

serotype dengan basis pada pembagian antigenic dari bagian polysaccharide. Klebsiella

pneumoniae mempunyai respon kira2 1 % dari kuman-kuman pneumonia.

9

Page 10: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

c.   Proteus

Kuman ini termasuk genus Enterobacteriaceae yang menyebabkan penyakit diberbagai

bagian tubuh dan infeksi biasanya mempunyai masalah dalam terapi karena resisten terhadap

antibiotika

Jenis Antibiotika yang Digunakan

A. Amoksisilin

Amoksisilin (α-aminohidroksi benzilpenisillin) merupakan salah satu antibiotik yang

paling banyak digunakan. Amoksisilin termasuk antibiotik semisintetik golongan beta laktam

yang tidak stabil dalam air karena tegangan ikatan antara atom N dengan atom C gugus karbonil

pada cincin β-laktam sangat besar (Anonim, 2009). Amoksisilin rentan berubah khususnya

apabila disimpan dalam keadaan bersuhu cukup tinggi (di atas 30°C) dan dicampur dengan air

(Nugrahani et al., 2007).

Selain sukar larut dalam air, amoksisilin juga sukar larut dalam metanol, tidak larut

dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Agar amoksisilin mudah larut

dalam air, maka dibuat garam amoksisilin C16H19N3O5.Na (Depkes RI, 1995). Amoksisilin

digunakan sebagai trihidrat dalam produk oral dan sebagai garam dalam produk parenteral.

Kegunaan amoksisilin antara lain (McEvoy, 2002):

1. Mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti Neisseria

gonorrhoeae, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella.

2. Mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positf, seperti Streptococcus

pneumonia, Enterococci, Listeria dan Staphylococcus yang tidak menghasilkan

penisilinase.

3. Mengobati infeksi saluran pernafasan, seperti tonsilitis, sinusitis, laringitis, faringitis,

bronkitis, bronkiektasis, pneumonia.

4. Mengobati infeksi saluran urogenital, seperti pielonefritis, sistitis, uretritis, gonore.

5. Mengobati infeksi pada kulit dan jaringan lunak, seperti luka-luka, selulitis, furunkulosis,

pioderma.

6. Mengobati infeksi lainnya, seperti otitis media, abses gigi.

10

Page 11: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

Amoksisilin merupakan antibiotik yang berspektrum luas, yakni antibiotik yang dapat

menghambat sekaligus memusnahkan bakteri gram positif dan gram negatif, namun aktivitasnya

terhadap kokus gram positif kurang daripada penisilin G. Amoksisilin (dalam bentuk trihidrat

garam sodium) dapat dikombinasikan dengan asam klavulanat (sebagai potasium klavulanat),

penghambat β-laktamase, untuk menambah spektrum dalam melawan bakteri gram negatif dan

untuk melawan mediator antibiotik bakteri yang resisten terhadap produksi β-laktamase (Hoan

dan Rahardja, 2002).

Amoksisilin bekerja dengan menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan

untuk sintesis dinding sel mikroba (Istiantoro dan Ganiswara, 1995). Mekanisme kerja

amoksisilin secara ringkas, adalah (Hoan dan Rahardja, 2002):

1. Obat bergabung dengan penicilin-binding protein (PBPs) pada kuman

2. Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar rantai

peptidoglikan terganggu

3. Kemudian terjadi aktivitas enzim proteolitik pada dinding sel yang mengakibatkan

pecahnya dinding sel bakteri.

B. Amoksisilin + Asam Klavulanat

Amoksisilin adalah antibiotika turunan penicillin semi sintetik, salah satu contoh

antibiotik jenis betalaktam, mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram positif dan

negatif, bekerja secara bakterisid dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri sehingga

plasma sel bakteri keluar kemudian pecah.

Namun ada jenis bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik golongan penisilin

(betalaktam), hal itu disebabkan antara lain karena bakteri memproduksi enzim betalaktamase

(penicilinase) sehingga dapat menghancurkan antibiotik golongan betalaktam ini. Contoh bakteri

tersebut antara lain adalah S. aureus, H. influenza, gonokokus dan berbagai bakteri batang gram

negatif.

Asam klavulanat adalah penghambat berbagai tipe enzim betalaktamase yang diproduksi

oleh bakteri-bakteri tertentu. Cara kerja asam klavulanat terjadi dalam 2 tahap:

Pertama berfungsi sebagai "Competitive inhibitor" karena struktur kimia Asam

klavulanat mirip sekali dengan penicillin, maka Asam klavulanat dapat menempati

11

Page 12: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

bagian yang aktif dari struktur enzim betalaktamase tanpa suatu reaksi kimia. Sehingga

amoksisilin dapat bebas dari pengrusakan enzim tersebut.

Kedua gugus betalaktamase karbonil dari asam klavulanat mengubah enzim pencillinase

menjadi ethyl enzyme. Bentuk etyl enzyme ini tidak aktif lagi terhadap penicillinase.

Jadi dalam formulasinya posisi yang bagian dalam adalah amoksisilin dan bagian luar adalah

asam klavulanat.

INDIKASI

Untuk mengobati infeksi-infeksi karena mikroorganisme yang membentuk penicilinase atau

yang resisten terhadap Amoksisilina

Infeksi saluran nafas bagian bawah : bronchitis kronis, bronkopneumonia

Infeksi saluran nafas bagian atas : otitis media, tonsilitis, faringitis

Infeksi saluran kemih : sistitis, pieolenifritis

Infeksi pada kulit, tulang dan jaringan lunak : impetigo, celulitis, osteomielitis

Infeksi-infeksi lain : infeksi ginekologi, intraabdominal, sepsis panggul

C. Eritromisin

Eritromisin termasuk ke dalam golongan makrolida dengan ciri suatu cincin lakton

dimana terkait gula-gula deoksi. Makrolida merupakan suatu golongan obat antimikroba yang

menghambat sintesis protein mikroba. Eritromisin turunan bakteri seperti jamur, streptomices

erythaeus pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Eritromisin menghambat sistem

protein. dalam dosis rendah sampai dengan eritromisin gluseptat. Obat ini mempunyai efek

bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya

bakterisidal. Eritromisin dapat diberikan melalui oral atau intra vena, karena asam lambung

merusak obat, berbagai garam eritromisin (contoh etilsuksinat,sterat dan estolat) dipakai untuk

mengulangi disolusi (pecah menjadi partikel partikel kecil) di dalam lambung badan

memungkinkan absorpsi terjadi pada usus halus. Untuk pemakaian intravena, senyawa,

eritromisin laktobionat dan eritromisin gluseptat, dipakai untuk meningkatkan absorpsi obat.

Eritromisin aktif melawan hampir semua bakteri garam positif, kecuali stamhyloccus

aureus dan cukup aktif melawan beberapa gram negatif. Obat ini sering diresepkan sebagai

pengganti penesilin. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikroplasma dan

12

Page 13: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

penyakit legionnaire.sang nyeri. Sediaan dari Eritromisin berupa kapsul/ tablet, sirup/suspensi,

tablet kunyah dan obat tetes oral

Dapat mengalami resistensi dalam 3 mekanisme :

a. Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman.

b. Berubahnya reseptor obat pada Ribosom kuman dan

c. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.

Efek samping yang berat akibat pemakaian Eritromisin dan turunannya jarang terjadi.

Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang

bila terapi dihentikan. Ketulian sementara dapat terjadi bila Eritromisin diberikan dalam dosis

tinggi secara IV. Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas Karbamazepin, Kortikosteroid,

Siklosporin, Digosin, Warfarin dan Teofilin .

Struktur kimia eritromisin terdiri dari:

a. Aglikon eritronolid

b. Gula amino desosamin dan gula netral kladinosa

c. Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3’) dengan asam, contoh: garam stearat

bersifat sukar larut dalam air dengan rasa yang sedikit pahit.

d. Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2’ ) yang tetap aktif secara biologis dan

aktivitasnya tidak tergantung pada proses hidrolisis. contoh: ester esteretil suksinat,

estolat, dan propinoat.yang tidak berasa.

Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin makrolida dan gula-

guladesosamin dan kladinose. Obat ini sulit larut dalam air (0,1%). Namun dapat langsung larut

pada zat-zat pelarut organik. Larutan ini cukup stabil pada suhu 40 derajat celcius, namun dapat

kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu 20 derajat celcius dan pada suhu asam. Eritromisin

biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam.

13

Page 14: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

D. Klindamisin

Klindamisin merupakan antibiotika linkosamide yang mengandung antiplasmodium yang

dapat diberikan pada anak. Obat ini pada malaria bersifat skizontosida darah untuk Plasmodium

falciparum yang resisten terhadap klorokuin, mempunyai waktu paruh yang cepat, aman dan

toleransi yang baik sebagai antimalaria. Selain itu, klindamisin juga mempunyai efek

bakteriostatik dan digunakan sebagai terapi bakteri gram positif. (Betrand L, Kremsner PG,

2002)

Klindamisin sendiri adalah sediaan semi sintetik karena obat ini masi turunan dari

linkomisin. Kerja obat ini sendiri yaitu mencegah sintesa protein dari bakteri. Klindamisin (7-

chloro-lincomycin) merupakan derivat semisintetik dari linkomisin dan diperkenalkan pada

tahun 1960-an sebagai suatu antibiotik.17 Rumus bangun klindamisin (gambar 1) mirip dengan

linkomisin. Perbedaannya hanya pada 1 gugus hidroksil pada linkomisin yang diganti dengan

atom Cl. (Yerra A, Nagar P. 2008)

Gambar 1. Rumus bangun klindamisin.22

Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberian oral. Adanya makanan dalam

lambung tidak banyak mempengaruhi absorpsi obat ini. Setelah pemberian dosis oral 150 mg

tercapai kadar puncak plasma 2-3 mcg/mL dalam waktu 1 jam, dengan waktu paruh 2, 7 jam.

Klindamisin fosfat dan palmitat dihidrolisis dengan cepat menjadi bentuk bebas dengan

konsentrasi puncak plasma 45 menit. Waktu paruh klindamisin adalah dua jam namun dapat

14

Page 15: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

lebih lama pada neonatus dan dengan adanya gangguan fungsi ginjal. Klindamisin

didistribusikan dengan baik ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan tulang, kecuali ke cairan

serebrospinal. (Siahaan L. 2008)

Sebanyak 90% klindamisin dalam serum terikat dengan albumin. Hanya 10% klindamisin

diekskresikan dalam bentuk asal melalui urin. Sejumlah kecil klindamisin ditemukan dalam

feses. Diare dilaporkan terjadi pada 2% sampai 20% penderita yang mendapat obat ini. Pada

sebagian kasus dapat terjadi kolitis yang dapat berakibat fatal. (Yerra A, Nagar P, 2008)

Sebagian besar obat dimetabolisme menjadi Ndemetilklindamisin dan klindamisin sulfoksid

untuk selanjutnya diekskresi melalui urin dan empedu. (Ramharter M dkk, 2005)

Klindamisin bekerja dengan menghambat tahap awal sintesis protein yang kaya akan

histidin di mitokondria pada Plasmodium falciparum dan menghambat pembentukan merozoit di

eritrosit. Invitro, klindamisin dan ketiga metabolitnya memiliki efek inhibisi yang kuat terhadap

P.falciparum. Dosis klindamisin 7 mg/kgbb/dosis. 24 In vitro, klindamisin dan ketiga

metabolitnya memiliki efek inhibisi yang kuat terhadap P.falciparum. Obat ini berakumulasi di

parasit.27 Klindamisin merupakan obat yang bekerja lambat, ditoleransi dengan baik dengan

efek samping yang minimal. Efek samping yang sering dikeluhkan pada pemakaian klindamisin

berupa diare dan ruam di sekitar mulut. (Siahaan L, 2008)

Klindamisin Efektif untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaerob,

streptokokus, pneumokokus dan stafilokokus, seperti:

a. Infeksi saluran nafas yang serius.

b. Infeksi tulang dan jaringan lunak yang serius.

c. Septikemia.

d. Abses intraabdominal.

e. Infeksi pada panggul wanita dan saluran kelamin.

f. Kontra indikasi: orang-orang yang alergi terhadap klindamisin dan linkomisin.

g.  Komposisi klindamisin:

1. Tiap kapsul mengandung 169,5 mg klindamisin hidroklorida setara dengan150 mg

klindamissin.

2. Tiap kapsul mengandung 339 mg klindamisin hidroklorida setara dengan 300 mg

klindamisin.

15

Page 16: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi

obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi.  Klindamisin menghambat sintesa

protein organisme dengan mengikat subunit ribosom 50 S yang mengakibatkan terjhambatnya

pembentukan ikatan peptida.  Klindamisin diabsorbsi dengan cepat oleh saluran pencernaan.

(Radji, Maksum, 2010).

Analisa Hasil

Pada percobaan efektivitas antibiotika pada kuman rongga mulut dilakukan dengan cara

mengukur zona hambatan pada kultur kuman rongga mulut. Efektivitas suatu antibiotika

ditentukan dengan melihat diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya

maka semakin terhambat pertumbuhannya dengan demikian dapat disimpulkan semakin besar

pula efektivitas dari suatu antibiotika dalam membunuh mikroorganisme.

Pada hasil percobaan didapatkan rata-rata zona hambat dari paduan Amoxicilin dan Asam

Klavulanat berdiameter 2,1 cm, Amoxicilin sebesar 1,7 cm Eritromisin 3,1 cm dan Klindamisin

3,6 m. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Klindamisin memiliki zona hambat terbesar, di ikuti

Eritromisin, paduan Amoxicilin + Asam klavunamat dan yang paling kecil adalah Amoksisilin.

Amoksisilin adalah antibiotika turunan penicillin yang bekerja secara bakterisid (dapat

membunuh bakteri) dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri sehingga plasma sel

bakteri keluar kemudian pecah. Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas. Amoksisilin

aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan β-laktamase dan aktif melawan

bakteri gram negatif karena obat tersebut dapat menembus pori–pori dalam membran fosfolipid

luar. Efektivitas amoksisilin pada praktikum ini menghasilkan zona hambatan sebesar 1, 7 cm.

Sedangkan pada paduan paduan Amoxicilin + Asam klavunamat didapatkan zona

hamatan sebesar 2,1 cm. Ini menunjukkan bahwa efektivitas kombinasi paduan Amoxicilin

+ Asam klavunamat lebih besar dibandingkan dengan Amoxicilin. Hal ini dikarenakan

dengan penambahan asam klavunamat dapat meningkatkan potensi/ efektivitas amoksisilin

agar dapat membunuh bakteri serta memiliki sifat resisten terhadap enzim beta lactamase

sehingga amoksisilin tidak terhidrolisis oleh enzim beta lactamase. Asam klavulanat memiliki

kemampuan dalam menghambat sisi aktif beta laktamase sehingga enzim tersebut menjadi

inaktif.

Eritromisin termasuk golongan makrolida. Eritromisin bekerja dengan cara menekan

sintesis protein bakteri. Adapun mekanisme kerja eritromisin adalah dengan menghambat

16

Page 17: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

sintesis protein yang tergantung RNA. Spektrum aktivitas utama eritromisin melawan

organisme-organisme gram positif meskipun beberapa jenis bakteri gram negatif mungkin rentan

juga. Eritromisin efektif terhadap kuman gram-positif. Obat ini terutama bersifat bakteriostatik

tetapi dapat bersifat bakteriosid tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah. Obat ini

merupakan basa lemah dan secara bermakna lebih aktif pada pH alkali daripada pada pH netral

atau asam. Pada praktikum kali ini didapatkan hasil zona hambatan pada pemberian eritromisin

terhadap kultur campur bakteri rongga mulut yaitu sebesar 3.1 cm. Hasil ini menujukkan

efektivitas eritromisin lebih besar daripada amoksisilin dan amoksisilin+ asam klavulanat namun

lebih kecil dari Klindamisin yang memiliki besar zona hambat sebesar 3.6 cm. Ini menunjukkan

Klindamisin merupakan antibiotik dengan efektivitas terbesar dalam percobaan kali ini,

Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi

obat. Kerja obat ini sendiri yaitu mencegah sintesa protein dari bakteri. Klindamisin menghambat

sintesa protein organisme dengan mengikat subunit ribosom 50 S yang mengakibatkan

terhambatnya pembentukan ikatan peptida. Klindamisin dan digunakan sebagai terapi bakteri

gram positif. Perbedaan hasil antara Klindamisin dan eritromisin dapat disebabkan perbedaan

kadar yang di teteskan pada paper disk yang berbeda. Karena pada eritromisin dan klindamisin

kadar dapat mempengaruhi sifatnya sebagai bakteriostatik atau bakterisida.

Kesalahan dalam praktikum:

Dalam praktikum efektivitas antibiotika pada kuman rongga mulut dapat ditemukan

kesalahan sehingga menyebabkan hasil yang tidak akurat. Beberapa kesalahan yang

memungkinkan kesalahan terjadi:

1. Paperdisk tertetes dengan dua/ lebih antibiotik yang lain

2. Kesalahan waktu inkubasi yang terlalu cepat atau terlalu lama (lebih/kurang dari 24

jam).

3. Kesalahan apabila waktu pembacaan lebih dari 24 jam. Apabila 1 minggu setelahnya

hasil akan tidak akurat

4. Penggunaan pinset yang tidak steril setelah penggunaan antibiotic

9. Kesimpulan

Efektivitas suatu antibiotika ditentukan dengan melihat diameter zona hambat yang

terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya dan dapat

17

Page 18: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

disimpulkan semakin besar pula efektivitas suatu antibiotika dalam membunuh mikroorganisme.

Dari hasil praktikum yang zona hambat terbesar pada paperdisc D yaitu paperdisc yang

diberikan antibiotika klindamisin dengan zona hambat 3,6 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa

antibiotika Klindamisin merupakan antibiotika dengan efektivitas terbesar dan diikuti dengan

Eritromisin, Amoxilin+ Asam klavunamat dan yang paling kecil adala Amoxilin. Hasil yang

didapatkan ini menyimpang dari teori,dikarenakan pada seharusnya zona hambat terbesar

didapatkan pada paperdisc dengan pemberian antiobiotika jenis amoksilin terutama amoksilin

dengan penambahan asam klavulanat.

18

Page 19: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

Daftar Pustaka

Anonim. 2009. British Farmakopeia. Departemen of Health, London. pp. 361-362, 7984-7985.

Bakar, drg. Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. H-72-80

Betrand L, Kremsner PG. 2002. Clindamycin as an antimalarial drug: Review of clinical trials. J

Antimicrob Chemother. pp 15-20.

Corwin, Eli Zabeth J. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. H-35

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Hal. 95-96.

Ganiswara, G, Sulistia, dkk., 1995., Farmakologi dan Terapi Edisi IV., Fakultas Kedokteran UI.,

Jakarta., 675-678

Gordon W. P Adersen, D.D.S, M.S.D. Buku ajar praktik bedah mulut. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. H-192,293

Hoan Tjay Tan dan Rahardja Kirana. 2002. Antibiotika dalam: Obat-obat Pening, Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta. PT Elex Media Komputindo Kelompok

Gramedia.

Irianto, Koes. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya. H-169

Istiantoro, Y ati H. dan Vincent H.S. Ganiswara. 1995. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibiotik

Beta Laktam lainnya. Didalam: Farmakologi dan Terapi. Editor: Sulistia G. Ganiswara, dkk.

Jakarta. Gaya Baru. Hal 622-631.

Lakshman Samaranayate. Essential microbiology for dentistry.

McEvoy, G.K. 2002. AHFS Drug Information. Bethesda: The American Society of Health-

System Pharmacist, Inc. pp. 384-388.

Nugrahani, I.S. Asyarie, S.N., Soewandhi, S., Ibrahim. 2007. Potensi Antibiotika dan Profil

Farmakokinetika Amoksisilina Monohidrat Hasil Kristalisasi Beku Kering. Pharmacon; 8(2):51-

55.

19

Page 20: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 205-206.

Ramharter M, Oyakhirome S, Klouwenberg, Adegnika AA, Agnandji ST, Missinou MA, dkk.

Artesunate-clindamycin versus kinin-clindamycin in the treatment of Plasmodium Falciparum

Malaria :A randomized controlled trial. Clin Infect Dis 2005; 40:1777-84.

Siahaan L. 2008 Kombinasi kina-klindamisin 3 hari pada penderita malaria falciparum tanpa

komplikasi. MKN. pp 41:88-92.

Yerra A, Nagar P. 2008. An overview of WHO guidelines on the management of malaria.

20

Page 21: Laporan Praktikum Biologi Oral II Fix

21