Laporan Praktikum Acara 1 teknologi dan produksi tanaman semusim

73
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI TANAMAN SEMUSIM ACARA I SISTEM PERTANAMAN Semester: Genap 2015 Oleh: Heppi Nur Djanati A1L013127/ 6 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

description

teknologi dan produksi tanaman semusim acara 1 tentang sistem pertanaman

Transcript of Laporan Praktikum Acara 1 teknologi dan produksi tanaman semusim

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI DAN PRODUKSI TANAMAN SEMUSIMACARA ISISTEM PERTANAMAN

Semester:Genap 2015Oleh:Heppi Nur DjanatiA1L013127/ 6KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURAPURWOKERTO2015

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangSaat ini jumlah penduduk semakin meningkat dengan kata lain kebutuhan untuk memenuhi hidup semakin meningkat salah satunya kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan ini erat hubunganya dengan pertanian. Untuk meningkatkan produksi dapat diupayakan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi guna memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri dan kebutuhan lainnya. Namun peningkatan produksi pada usaha intensifikasi dan ekstensifikasi belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat akibat pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan kenaikan produksi pertanian. Selain itu lahan garapan semakin terbatas, sehingga petani banyak berlahan sempit dengan lokasi garapan yang terpencar mengakibatkan aplikasi teknologi terbatas. Petani berlahan sempit merasakan pentingnya penggunaan waktu dalam berusahatani. Untuk mengefisienkan waktu dan lahan yang sesempit mungkin maka perlu dilakukanya usaha lain selain intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha lain yang terkenal dapat mengefisienkan waktu, lahan sempit, dan hasil yang banyak yaitu multiple croppin.Sistem pertanaman ganda atau multiple cropping menghasilkan hasil yan tidak hanya dari satu tanaman dan hasilnya lebih banyak. Karena dalam multiple cropping resiko tanaman terserang opt yang berdampak kerugian kecil. Hal ini dikarenakan tanaman saling berkerjasama dalam menghadapi serangan dengan saling membantu yang dapat mengurang serangan opt.Penerapan teknologi dalam Multiple Cropping untuk mencukupi kebutuhan pangan di daerah tropis belum terwujud dan masih memerlukan kajian strategis dalam pencapaiannya, tapi petani di negara-negara maju, praktek Multiple Cropping dilakukan secara cermat dengan harapan produksi yang diperoleh secara kuantitas dan kualitas dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukanya praktikum ini untuk mempelajari cara penanaman ganda sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian dan kebutuhan pangan terpenuhi. Pola pertanaman ganda perlu juga dilakukan karena merupakan harapan petani masa depan yang menjanjikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. TujuanTujuan dilakukanya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penerapan teknik budidaya tanaman semusim dengan pola tanam tumpangsari dan dapat mengelola usahatani dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKAPola tanam merupakan pola/aturan yang mengatur tentang tata letak tanaman dan urutan tanaman selama kurun waktu satu tahun pada lahan yang sama (Lamina, 1989 dalam Haryono, 2009). Pola tanam yang baik harus mempertimbangkan sekaligus dapat memanfaatkan keadaan sumber daya lingkungan seperti tanah, iklim, dan biologi (Haryono, 2009). Pola pertanaman ada 2 yaitu (Rosya dan Winarto, 2013): monokultur adalah sistem budi daya pada suatu areal lahan yang ditanami dengan satu jenis tanaman saja dan polikultur merupakan sistem budi daya tamanan pada suatu areal lahan yang sama dalam satu tahun ditanami dengan beberapa jenis tanaman, baik yang ditanam dalam waktu yang bersamaan atau waktu yang sedikit berbeda.Polikultur yang biasa dilakukan petani adalah system tumpangsari (intercropping) yaitu penanaman lebih dari satu jenis tanaman berumur genjah dalam barisan tanam yang teratur dan saat penanamannya bersamaan dilakukan pada sebidang lahan (Francis, 1986 dalam Indriati, 2009). Dalam hal ini, jenis pola tanam polikultur di bagi kedalam beberapa jenis. Jenis jenis pola tanam polikultur terbagi menjadi ke dalam beberapa pola tanam, di antaranya sebagai berikut (Anindita, 2013):a. Tumpang sari (Intercropping)Tumpangsari merupakan pola penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relative seumur. Misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Warsana, 2009 dalam Sembiring, 2015).Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009 dalam Sembiring, 2015). Disamping keuntungan di atas, system tumpangsari juga dapat memperkecil erosi, bahkan cara ini berhasil mempertahankan kesuburan tanah ( Ginting dan Yusuf, 1982 dalam Herlina, 2011) dan hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil ( Beets, 1982 dalam Herlina, 2011). Keuntungan agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsari dapat dievaluasi dengan cara menghitung nisbah kesetaraan lahan. Nisbah kesetaraan lahan > 1 berarti menguntungkan ( Beets, 1982 dalam Herlina, 2011). Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari dihitung berdasarkan nisbah kesetaraan lahan (NKL). Tanaman yang saling menguntungkan maka nilai NKL didapat lebih dari satu. Apabila salah satu spesies tanaman tertekan (tidak saling menguntungkan) maka nilai NKL kurang dari satu (Herlina, 2011).Sistem pertanaman tumpangsari memiliki kekurangan yaitu terjadi kompetisi antara tanaman dalam pengambilan unsur hara dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman akan saling menghambat. Dampak negatif dari pengaruh kompetisi dapat dikurangi dengan cara menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan tanaman utama dan tanaman sela (Balitkabi, 2009 dalam Arma, dkk., 2013). Persaingan dapat mencakup air, hara, cahaya dan ruang. Sebagai dampak persaingan, baik tanaman utama maupun tanaman sela mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibanding pertumbuhan dan hasil tanaman monokultur spesies tanaman tersebut. Spesies-spesies tanaman yang memiliki agresivitas tinggi lebih mampu bersaing (Sembiring, 2015).b. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)Pengertian tanaman bersisipan (Relay Cropping) adalah pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan. Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan. Sebagai contoh adalah tanaman jagung yang disisipkan di antara tanaman kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.Keuntungan :1. Dapat menghemat waktu sekitar 3 sampai 4 minggu. 2. Hemat air. Hilangnya waktu juga berarti hilangnya air yang sebenarnya merupakan faktor pembatas.3. Meminimalkan persiapan tanah.4. Mengurangi pertumbuhan gulma.Kerugian :1. Umumnya membutuhkan kerja tangan.2. Beberapa tanaman tidak dapat mentolerir naungan dan terjadi kompetisi pada awal stadia pertumbuh-an.c. Tanaman Campuran (Mixed Cropping)Pengertian pola tanam tanaman campuran (Mixed Cropping) adalah pola tanam atau penanaman yang terdiri dari beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Sebagai contoh adalah tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu. Keuntungan dari tanaman campuran adalah 1. Mudah menanamnya.2. Apabila ketersediaan benih suatu jenis tanaman terbatas, dapat digantikan dengan lainnya yang ada.3. Apabila banyak yang tidak tumbuh dapat diganti dengan yang lain.4. Ada jaminan terhadap kegagalan tanaman karena : a. kekeringan, b. serangga, c. penyakit.5. Keragaman bahan pangan memberikan keragaman nilai, terutama untuk sumber protein dan vitamin.6. Penyebaran tenaga kerja lebih baik : a. pada waktu penanaman dan b. pada waktu panen.7. Merupakan salah satu cara untuk memperta-hankan viabilitas biji.8. Lebih efisien dalam memanfaatkan energi radiasi.9. Lebih efisien dalam menggunakan air tanah.10. Lebih efisien dalam menggunakan nutrisi dari tanah.11. Menjamin kompetisi dan mengendalikan gulma lebih baik.Kerugian dari tanaman campuran adalah1. Menggunakan banyak tenaga kerja, sulit untuk mekanisasi : a. penanaman, b. pengolahan tanah, c. pemanenan, d. pemupukan.2. Tidak menjamin untuk pelaksanaan teknologi baru.3. Sulit bagi petani untuk mengembangkan ketram-pilannya dalam produksi suatu jenis tanaman.4. Berkurangnya volume untuk suatu jenis tanaman menjadikan sulit bagi petani untuk mengembang-kan sistem pemasaran yang efisien.d. Tanaman bergiliran (Sequential Planting)Pengertian tanaman bergiliran (Sequintial Planting) adalah pola tanam atau penanaman dengan dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.keuntungannya adalah Meminimalkan waktu antar periode dengan menanam tanaman ekstra tiap tahun, sehingga dapat meningkatkan produksi pangan, Mengurangi produksi gulma dan biji-biji gulma dan Meningkatkan keuntungan. Kerugiannya adalah: Petani mungkin harus mengganti varietas dan Harus mengubah kebiasaan lama, sehingga hanya sedikit waktu untuk istirahat dan santai setelah panen.e. Penanaman Lorong Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem polikultur dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut dalam Anindita (2013):1. Mengurangi serangan OPT1. Menambah kesuburan tanah1. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.1. Memperoleh hasil panen yang beragam.1. Pembagian curahan tenaga keluarga petani merata sepanjang tahun.1. Memperkecil resiko kegagalan usaha.1. Mempertinggi frekuensi panen.1. Mempertinggi pendapatan.1. Diversifikasi pangan.1. Mengurangi peluang pemborosan tanah.1. Menekan pertumbuhan gulma.1. Membuka peluang usaha peternakan.Akan tetapi, sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah menurut Anindita (2013):1. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.1. Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau beragam.1. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam penerapannnya yaitu (Anindita, 2013):1. Kebutuhan sinar matahari, pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang, berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis tanaman yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau perlu naungan. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan.1. Kebutuhan unsur hara, adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit unsur N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada jenis tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman kacang-kacangan. Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. 1. Sistem perakaran, adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di dalam tanah yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya. Jika sudah mengenali pola penanaman terutama pola tanam polikultur, mari memulai untuk menerapkannya dan semoga ulasan di atas sedikit banyak berguna bagi kita.1. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal. Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.1. Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan.Contoh penanaman multiple cropping pada praktikum yaitu buncis di tumpangsari dengan bawang daun:a. Mengenal Bawang DaunBawang daundiklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2005):Divisi: Spermatophyta (tanaman berbiji)Subdivisi: Angiospermae (biji berada di dalam buah)Kelas: Monocotyledoneae (biji tidak berbelah)Ordo: LilifloraeFamili: LiliaceaeGenus : AlliumSpesies: Allium fistulosum L.Bawang daun dikenal sebagai bawang prei/ unclang, dimana jenis ini tidak berumbi dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah/ putih, pelepahnya panjang dan liat, bagian dalam daun pipih (Rukmana, 1995 dalam Setiaji, 2013). Mulanya, bawang daun tumbuh liar. Kemudian, secara beransur-angsur sesuai perkembangan peradaban manisua dibudidayakan sebagai bahan sayuran (daun dan batang) dan bahan obat (akar, batang, dan daun). Bawang daun tersebar luas ke berbagai daerah, baik yang beriklim tropis atau yang beriklim subtropis, termasuk indonesia. Bawang daun diduga berasal dari benua asia yan memiliki iklim panas (tropis), terutama kawasan Asia Tenggara (Cina dan Jepang). Di Indonesia, budidaya bawang daun pada mulanya hanya berpusat di pulau jawa (jawa barat dan jawa timur), terutama dataran tinggi yang berhawa dingin seperti Cipanas, Pacct (Cianjur), Lembang (bandung), dan Malang (jawa timur) (Cahyono, 2005).b. Mengenal buncisTanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2014):Devisi: Spermatophyta (tanaman berbiji)Subdivis: Angiospermae (biji berada di dalam buah)Kelas: Dicotyledoneae (biji berkeping dua atau biji belah)Ordo: LeguminalesFamili: LeguminaceaeGenus: PhaseolusSpesies: Phaseolus vulgarisBuncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran buah yang termasuk famili Leguminosae. Tanaman buncis cocok dibudidayakan dan berproduksi baik pada dataran medium maupun dataran tinggi. Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe merambat (bersifat indeterminate) dan tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinate). Kultivar merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang lebih banyak, sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih besar. Tipe buncis rambat panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi tidak lebih dari 60 cm. Harga lanjaran yang mahal di beberapa daerah pertanaman buncis rambat mendorong usaha beralih ke buncis tegak. Berbeda dengan buncis rambat, dalam budidaya buncis tegak tidak diperlukan turus atau lanjaran, sehingga dapat menghemat biaya usaha tani kira-kira sebesar 30% (Setiawati, dkk., 2007).Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan menurut Hanum (2008):1. GenetikGen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam makhluk hidup. Gen berpengaruhi setiap struktur makhluk hidup dan juga perkembangannya, Walaupun gen bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhinya. Setiap jenis (spesies) memiliki gen untuk sifat tertentu.1. Curah hujanCurah hujan dapat dinyatakan dalam mm per tahun yang menyatakan tingginya air hujan yang jatuh tiap tahun.serta dengan banyaknya hari hujan per tahunnya yang menyatakan distribusi atau meratanya hujan dalam setahun. Besarnya curah hujan mempengaruhi kadar air tanah, aerasi tanah, kelembaban udara dan secara tidak langsung juga menentukan jenis tanah sebagai tempat media tumbuh tanaman.1. Tinggi dari permukaan laut.Ketinggian tempat menentukan suhu udara, intensitas cahaya matahari dan mempengaruhi curah hujan, yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Perbedaan ketinggian tempat dari permukaan laut menyebabkan perbedaan suhu lingkungan. Setiap kenaikan 100m dari permukaan laut, suhu akan turun sekitar 0,50C. Kondisi ini tentunnya akan mempengaruhi jenis tumbuhan yang hidup pada ketinggian tertentu.1. Keadaan TanahTanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanahlah yang menentukan penampilan tanaman. Pengaruh keadaan tanah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Keadaan fisik tanah, yang ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah, karenanya pengaruhnya terhadap aerasi dan drainase tanah1. Keadaan kimia tanah yang ditentukan oleh kandungan zat hara di dalam tanah.1. Keadaan biologi tanah yang ditentukan oleh kandungan mikro/makro flora dan fauna tanah yang bertindak sebagai resiklus hara dalam tanah (dekomposisi).1. SuhuSuhu udara mempengaruhi kecepatan pertumbuhan maupun sifat dan struktur tanaman. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum. Tetapi suhu kardinal (minimum, optimum, dan maksimum) ini sangat dipengaruhi oleh jenis dan fase pertumbuhan tanaman.1. Cahaya matahariCahaya matahari (radiasi surya) mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga sifat yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari). Pengaruh ketiga sifat cahaya tersebut terhadap pertumbuhan tanaman adalah melalui pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan anthocyanin (pigmen merah) perubahan suhu daun atau batang, penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma.1. AirHara dan air memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu fungsi dari kedua bahan ini adalah sebagai bahan pembangun tubuh makhluk hidup.1. Hormon tumbuhanHormon (zat tumbuh) adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah dan menyebabkan suatu dampak fisiologis. Diferensiasi tanaman juga diatur oleh hormon (yaitu fithormon). Saat ini dikenal hormon tumbuh seperti auksin, giberelin, sitokinin, asam absisi, etilen, asam traumalin, dan kalin.Teknik budidaya tanaman meliputi persiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen. Persiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Pembersihan lahan dilakukan dengan membuang atau mengingkirkan sisa-sisa tanaman atau gulma. Pembersihan lahan dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan parang atau alat lain. Sedangkan pembersihan secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprotkan herbisida pada gulma. Pengolahan tanah merupakan upaya mengubah kondisi lahan dengan menggunakan peralatan, sehingga diperoleh kondisi tanah yang sesuai bagi tanaman. Pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (BPTP Jambi, 2010): a. Pengolahan seluruh permukaan Pengolahan tanah seluruh permukaan dilakukan dengan cara : 1. Tanah dicangkul atau dibajak pada seluruh permukaan tanah sedalam 20 -30 cm 2. Tanah olahan dikeringkan selama 1 minggu. 3. Tanah diolah kembali dengan membuang sisa-sisa akar gulma dan tanah digemburkan. 4. Selanjutnya tanah dibuat bedengan dengan lebar 2 m panjang menyesuaikan, jarak antara bedengan 30-50 cm. 5. Tanah diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, pupuk hijau), kemudian dicampur merata. 6. Biarkan 1 minggu dengan keadaan tanah bedengan yang sudah diratakan dengan pupuk organik. b. Pengolahan pada barisan Pengolahan tanah dilakukan pada barisan bertujuan untuk mengurangi tenaga kerja. Pengolahan tanah ini umumnya dilakukan pada tanah yang gembur. Prinsip pengolahan tanah pada barisan adalah : 1. Tentukan jarak tanam, kemudian buatlah petak-petak tanaman. 2. Pada bagian pinggir sepanjang baris dilakukan pengemburan tanah. 3. Tanah olahan dikeringkan selama 1 minggu 4. Pada barisan ditambahkan pupuk kandang, kemudian dicampur merata 5. Selanjutnya tanah campuran didiamkan selama 1 minggu. c. Pengolahan pada bidang yang tanam Pengolahan tanah model ini merupakan teknik yang palig sederhana. Pengolahan tanah dilakukan pada bagian yang akan ditanami. Pengolahan ini lebih efisien, murah, dan hemat tenaga. Prinsip pengolahan tanah ini adalah tanah diolah hanya pada bidang/lubang tanam saja. Pengolahan tanah dilakukan melalui 2 tahap. Pengolahan tanah dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam. Pemilihan benih dapat dilakukan dengan cara siapkan air atau air hangat secukupnya, masukkan benih ke dalam air atau air hangat dan benih yang tenggelam merupakan benih yang baik, yang terapung silahkan dibuang. Pada tanaman tertentu membutuhkan pembibitan sebelum ditanam di lahan. Media persemaian merupakan campuran tanah yang subur dengan pupuk organik. Media semai menggunakan campuran tanah, kompos, pasir dengan perbandingan 1:1:1, serta ditambahkan SP-36 atau NPK dan pestisida. Pestisida dapat menggunakan Furadan,Petrofur, Indofuran, Curater. Penyemaian dapat dilakukan pada 2 tempat yaitu (BPTP Jambi, 2010): a. Penyemaian di bedengan Persemaian dengan bedengan dilakukan dengan cara mengolah tanah sampai gembur. Buatlah bedengan dengan lebar 1 meter, tinggi dan panjang menyesuaikan. Jarak antar bedengan selebar 50 cm. Setelah itu berilah pupuk kandang dengan takaran 2 kg/m2 dan campurlah dengan cara diolah atau dicangkul. Bedengan kemudian diratakan dan dibuat alur atau garitan dengan kedalaman 1 cm dan jarak antar galur 5-10 cm tergantung jenis tanamannya. Biji ditabur pada alur/garitan. Langkah selanjutnya penutupan alur dengan tanah. Selanjutnya pemeliharaan berupa penyirman secara rutin sampai benih siap tanam. Pada tanaman sayuran umur bibit kurang lebi 3-5 minggu atau dengan indicator bibit telah memiliki 4-6 daun. Pada musim penghujan sebaiknya diberi sungkup plastik. b. Penyemaian di kotak Persemaian bawang merah dengan biji dapat dilakukan dengan menggunakan bak plastik kotak kayu, dan kotak bambu. Bak plastik dapat menggunakan ukuran 28 x 36 cm2 atau kotak kayu atau bambu dengan ukuran yang lebih besar yaitu 40 x 60 cm2. Tinggi bak plastik atau kotak kayu dan bambu dengan tinggi 5-10 cm. Persemaian membutuhkan persiapan media semai. Media semai dapat berupa tanah, pupuk organik dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 :1. Bahan semai semuanya diaduk secara merata, kemudian diletakkan diatas bak plastik atau kotak kayu. Media kemudian disiram sampai mencapai kapasitas lapang. Persemaian dilakukan dengan model garitan. Model garitan dilakukan dengan cara media digarit dengan jarak garitan 5-10 cm, kemudian biji ditaburkan pada garitan. setelah selesai disemai bak ditata berbaris, kemudian ditutup plastik hitam atau biru kurang lebih 3-5 hari atau setelah biji berkecambah. Untuk menjaga kelembaban tanah diperlukan kegiatan pemeliharaan berupa pengairan. Selain itu, bibit juga diperlukan pemupukan NPK sebesar 2 g/liter. Setelah biji berkecambah diperlukan naungan yang terbuat dari plastik benih atau fiber yang transparan untuk melindungi bibt dari hujan dan panas. Naungan dibuka setelah bibit berumur 3-4 minggu. Kemudian bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit yang digunakan sebagai bahan tanam adalah bibit yang sehat dan sudah memiliki 4-6 helai daun. c. Penyemaian di polibag/plastik Penyemaian dengan polibag dilakukan dengan tahapan persiapan media, pengisian media, pemotongan media, penataan dan penanaman. Media pembibitan menggunakan tanah, pupuk organik dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 :1. Langkah penyemaian sebagai berikut : 1. Bahan semai semuanya diaduk secara merata. 2. Media dimasukkan ke dalam polibag tergantung ukurannya, kemudian disiram sampai kapasitas lapang. Khusus untuk plastik panjang, media direndam dalam air. 3. Pada plastik panjang media kemudian dipotong menurut ukuran yang diinginkan. 4. Potongan media ditata pada bak/kotak kayu/bambu. 5. Setelah itu benih siap ditanam. Jarak tanam sangat ditentukan oleh varietas tanaman, umur tanaman, tingkat kesuburan tanah dan keadaan/kandungan air tanah.Penanaman dapat dilakukan secara langsung atau melalui penyemaian. penanaman langsung dapat dilakukan pada komoditas yang berumur pendek seperti bayam dan kangkung. Sedangkan penyemaian membutuhkan pembuatan lubang tanam.Jika ada yang tidak tumbuh lakukan penyulaman, yaitu tindakan penggantian tanaman dengan tanaman baru. Kegiatan pemeliharaan tanaman berupa : penggemburan, penyiangan, pemupukan, perlindungan dari OPT, dan pemeliharaan lainnya. Kegiatan pengemburan tanah disekitar tanaman. Tujuan pendangiran adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman, Penyiangan merupakan usaha untukmengurangi gulma yang ada dipertanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis yaitu mencabut gulma. Cara pemberian pupuk pada tanaman disesuaikan dengan bentuk pupuk dan jenis tanaman yang dipupuk. Pemberian pupuk agar bermanfaat bagi tanaman harus mempertimbangkan waktu dan cara pemberiannya. Penggunaan pupuk diharapkan mampu meningkatkan produksi secara optimal. Pemilihan cara pemupukan yang baik sangat tergantung pada jenis tanah, kadar lengas, daya fiksasi tanah terhadap hara, pengolahan, jenis tanaman, sistem perakaran, kemampuan tanaman menyerap hara dan macam pupuk yang diberikan. Ada beberapa cara pemupukan yang dilakukan pada usahatani yaitu disebar, dibenamkan, dan melalui daun. Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase lahan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimia dan biologi. Pengendalian mekanis dilakukan dengan tindakan memakain tangan. Secara kimia dapat menggunakan pestisida. Pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya (Danarto dkk., 2011).

III. METODE PRAKTIKUMA. Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, sabit, tali rafia, roll meter, tugal, sprayer, oven, kantong plastik, timbangan analitik, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih kedelai, jagunh manis, ubi kayu, kangkung, bawang daun, bawang merah, bayam, buncis, mentimun, pupuk urea, KCl, dan SP-36.

B. Prosedur Kerja1. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan rumput liar dengan cangkul dan pancong, bersamaan dengan pembersihan gulma dan rumput liar lahan digemburkan.2. Setelah lahan gembur dan bersih, bedengan dibuat dengan panjang 3 meter dan lebar 2 meter serta tingginya 25-30 cm, serta parit dibuat antar bedengan dengan lebar 40 cm.3. Pupuk kandang ditaburkan diatas bedengan yang sudah jadi hingga merata.4. Lubang tanam dibuat di lahan bedengan dengan jarak tanam sesuai komoditas yang ditanam dengan pola tanam tumpangsari.5. Benih dimasukkan dalam lubang tanam sebanyak 2-3 butir, lalu ditutup kembali.6. Setelah penanaman selesai, lahan disiram hingga basah. Dan dilakukan perawatan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pemasangan ajir untuk tanaman yang memerlukan sampai waktu panen. Pemupukan susulan dilakukan 4 hst. Penyiraman dilakukan segera jika lahan kering.7. Panen dilakukan setelah masak fisiologis8. Tanaman selama masa tumbuh sampai panen diamati tinggi tanaman (diamati setiap 2 minggu sekali), jumlah daun (diamati setiap 2 minggu sekali), bobot basah tanaman, dan diameter batang untuk tanaman bawang daun dan tinggi tanaman (diamati setiap 2 minggu sekali), jumlah daun (diamati setiap 2 minggu sekali), luas daun, bobot basah buah, jumlah buah tanaman, bobot basah tajuk, dan bobot basah akar untuk tanaman buncis.9. Hasil pengamatan dicatat pada buku pengamatan.10. ILD (Indeks luas daun), LAB (Laju asimilasi bersih), LPT (Laju pertumbuhan tanaman), dan IP (Indeks panen dihitung).11. Data dibuat tabel lalu dianalisis dengan uji f jika berbeda nyata maka dilakukan dengan uji DMRT (Duncans multiple range test) pada taraf 5% lalu dibuat grafik dan kurva sigmoid.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil

B. PembahasanPola pertanaman ada 2 yaitu (Rosya dan Winarto, 2013):1. MonokulturMonokultur adalah sistem budi daya pada suatu areal lahan yang ditanami dengan satu jenis tanaman saja. Keuntungan : Persiapan tanam dan cara pemeliharaan tanaman menjadi lebih mudah, berbagai teknik budidaya dapat dilakukan dengan lebih leluasa, baik tradisional maupun modern, perhitungan biaya input dan output juga lebih mudah diperhitungkan. Kerugiannya :Sifat ketergantungan lebih besar dan resiko kerugian yang terjadi tidak ada kompensasinya dan penggunaan lahan, waktu, sarana dan prasarana kurang efektif dan efisien.2. Polikultur Polikultur merupakan sistem budi daya tamanan pada suatu areal lahan yang sama dalam satu tahun ditanami dengan beberapa jenis tanaman, baik yang ditanam dalam waktu yang bersamaan atau waktu yang sedikit berbeda. Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem polikultur dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut dalam Anindita (2013):l. Mengurangi serangan OPT.m. Memperoleh hasil panen yang beragam.n. Pembagian curahan tenaga keluarga petani merata sepanjang tahun.o. Memperkecil resiko kegagalan usaha.p. Mempertinggi frekuensi panen.q. Mempertinggi pendapatan.r. Diversifikasi pangan.s. Mengurangi peluang pemborosan tanah.t. Meningkatkan kesuburan tanah.u. Mencegah timbulnya hama dan penyakit.v. Membuka peluang usaha peternakan.Akan tetapi, sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah menurut Anindita (2013):a. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.b. Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau beragam.c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.Penanaman yang dilakuakn adalah:1. BuncisBuncis (Phaseolus vulgaris) termasuk jenis sayuran polong semusim. Tanaman buncis termasuk semak atau perdu. Tinggi tanaman buncis tegak berkisar antara 30-50 cm, tergantung pada varietasnya. Sedankan tinggi tipe merambat dapat mencapai 2m (Cahyono, 2014).Tanaman buncis berakar tunggang dan berakar serabut akar tunggang tumbuh lurus kedalam hingga kedalaman sekitar 11-15 cm, sedangkan akar serabut tumbuh menyebar (horizotal) dan tidak dalam. Batang tanaman buncis berbengkok-bengkok, berbentuk bulat, berbulu atau berambut halus, berbuku-buku atau beruas-ruas, lunak tetapi cukup kuat.ruas-ruas batang mengalami penebalan. Batang tanaman berukuran kecil dengan diameter hanya beberapa milimeter. Batang tanaman berwarna hijau, tetapi ada pula yang berwarna ungu, tergantung pada varietasnya. Batang tanaman buncis bercabang banyak yang menyebar merata (Cahyono, 2014).Daun berbentuk bulat lonjong, ujung daun runcing, tepi daun rata, berbulu atau berambut halus, dan memiliki tulan-tulang menyirip. Ukuran daun buncis bervariasi, tergantung pada varietasnya. Daun yang berukuran kecil memiliki ukuran lebar 6-7,5 cm dan panjang 7,5-9 cm. Daun yang berukuran besar memiliki ukuran lebar 10-11 cm dan panjang 11-13 cm. Bunga berbentuk bulat panjang, panjangnya 1,3 cm dan lebarnya 0,4 cm. Bunga berukuran kecil. Kelopak bunga berjumlah 2 buah pada bagian bawah atau pangkal bunga berwarna hijau. Bunga buncis memiliki tangkai yang panjang sekitar 1 cm. Mahkota bunga mimiliki warna beragam, ada yang berwarna putih, ungu, hijau keputihan, ungu muda, dan ungu tua, tergantung jenis varietasnya. Mahkota bunga berjumlah 3 buah, dimana yang satu buah lebih besar dari pada yang lainnya (Cahyono, 2014).Polong ada yang berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya lebih dari 20 cm, bulat lurus dan pendek kurang dari 12 cm, serta berbentuk silindris agak panjang sekitar 1-20 cm. Warna polong ada yang berwarna hijau tua, ungu, hijau keputih-putihan, hijau terang, hijau pucat, dan hijau muda. Struktur polong buncis halus, tekturnya renyah, ada yang berserat dan ada yang tidak berserat, ada yang bersulur pada ujung polong dan ada yang tidak bersulur. Jumlah biji dalam satu polong bervariasi antara 5-14 buah, tergantung pada panjang polong. Biji buncis yang telah tua agak keras. Biji ada yang berwarna putih, hitam, cokelat keungu-unguan, coeklat kehitam-hitaman, merah,ungu tua, dan cokelat. Biji buncis memiliki rasa hambar. Biji buncis berukuran agak besar, berbentuk bulatlonjong dengan bagian tenah agak melenkung, berat biji berkisar antara 16-40, 6 g (berat 100 biji), tergnatung varietasnya (Cahyono, 2014).Tanaman buncis dapat tumbuh baik pada suhu antara 20C-25C, kelembapan berkisar antara 50-60%, curah hujan antara 1500-2500 mm/tahun yang penyebarannya merata sepanjang tahun, penyinaran matahari penuh sepanjang hari, yaitu 10-12 jam atau memerlukan cahaya banyak sekitar 400-800 footeandles, dan angin tenang dan tidak sering terjadi angin kencang sangat cocok untuk usaha tani tanaman buncis. Tanaman buncis dapat ditanam didataran rendah maupun tinggi tergantung varietasnya. Tanaman buncis tipe tegak dapat tumbuh dan produktifitasnya tinggi bila ditanam didaerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 200-300 m dpl. Sedangkan buncis dengan tipe merambat dapat tumbuh dan produktifitasnya tinggi bila ditanam didataran tinggi dengan ketingian antara 500-600 m dpl namun akan lebih baik bila ditanaman diketinggian 1.000-1.500 m dpl. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis adalah tanah regosol, latosol, dan andosol yang merupakan tanah lempung ringan dan memiliki drainase baik. Sifat fisik tanah yang baik untuk penanaman buncis adalah tanah genbur (remah), kaya bahan organik, tanah mudah mengikat air, dan kedalaman tanah dalam. Keasaman pH yang cocok untuk tanaman buncis adalah antara 5,5-6 (Cahyono, 2014).Cara penanaman buncis yaitu:a. Saat tanamMenurut Cahyono (2014) saat tanam yang cocok untuk tanaman buncis adalah awal musim kemarau atau pada akhir musim hujan, yaitu sekitar bulan Maret. Hal ini sesuai yang dilakukan saat praktikum yaitu penanaman pada bulan Maret.b. Penentuan jarak tanamJarak tanam untuk buncis tegak 30x40 cm, sedangkan untuk buncis rambat 70 x 40 cm (Setiawati, dkk., 2007). Sedangkan jarak tanam yang digunakan dalam praktikum adalah 40 30 cm, dimana jarak 40 cm merupakan jarak tanaman antar barisan tanaman dan jarak 30 cm merupakan jarak tanaman dalam barisan, hal ini berari sesuai dengan literatur.c. Cara penanaman benih buncisKedalaman tanam berkisar 3-8 cm, dengan cara ditugal dan setiap lubang tanam diisi dua biji (Setiawati, dkk., 2007). Hal ini sesuai yang dilakukan saat praktikum penugalan 3-5 cm dan setiaplubang diisi 2 benih. Menurut Cahyono (2014) penanaman sebaiknya dilakukan saat pagi atau sore hari dan setelah tanam lahan disiram sampai merata. Hal ini sesuai yang dilakukan pada saat praktikum penanaman dilakukan pada sore hari sekitar jam 16.00 dan setelah penanaman lahan disiram.Pemeliharaan tanaman buncis menurut Cahyono (2014) meliputi:a. PenyiramanMenurut Cahyono (2014) fase pertumbuhan 1-15 hst merupakan fase pertumbuhan yang paling membutuhkan air. Oleh karena itu untuk memberikan air dilakukan penyiraman kecuali saat hujan. Bila kekurangan air maka fase pertumbuhan akan terhambat, tanaman dapat layu dan mati, namun bila berlebihan perakaran dapat membusuk dan tanaman mati, selain itu air berlebihan dapat menurunkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara dan menghambat sirkulasi udara di dalam tanah. Sedangkan saat praktikum penyiraman hanya dilakukan setelah tanam dan pada saat penyulaman hal ini dikarenakan sering hujan sehingga tidak perlu dilakukan penyiraman lagi.b. PenyulamanBenih buncis yang ditanam kemungkinan ada yang tidak tumbuh. Benih yang tidak tumbuh harus segera diganti dengan benih yang baru. Benih yang kurang baik atau mati juga perlu diganti/disulam. Penyulaman buncis dilakukan 4-6 hst agar tanaman tumbuh tetap serempak. Penyulaman dilakukan jika benih yang tidak tumbuh/ rusak/ mati berkisar 10%-25%. Namun jika lebih dari 40 %, maka sebaiknya semua diganti dengan benih baru. Penyulaman dilakukan agar jumlah tanaman per satuan luas tetap optimum sehingga target produksi dapat tercapai (Cahyono, 2014). Namun dalam praktikum benih yang tidak tumbuh dikelompok saya > 40%, namun tidak diganti semua hanya disulam. Hal ini dilakukan karena ketidak tahuan kami dan karena bila diganti semua maka akan tertinggal dengan kelompok yang lain, selain itu penyulaman juga dilakukan > 10 hst. Hal ini dikarenakan kekurangan benih saat praktikum sehingga penyulaman dilakukan terlambat. Lalu penyulaman ada yang dilakukan lagi setelah 14 hst dikarenakan benih tidak baik yang digunakan pada penyulaman sebelumnya. Penyulaman yang dilakukan ini menyebabkan tanaman yang dibudidayakan dikelompok kami tingginya tidak teratur atau tidak serempak. Selain itu lahan jadi tidak rapi karena benih yan ditanam ada yang beda jenis yaitu ada yang tidak menjulur dan ada yang menjulur.c. PemupukanTumbuhan akan tumbuh baik jika kebutuhan akan zat haranya terpenuhi maka untuk memenuhinya dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan ditanah, lewat daun atau disemprotkan. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar dan diratakan bersamaan dengan pengolahan tanah) pupuk kandang sebagai pupuk dasar yang disebar bersama olah tanah. Pupuk N berupa Urea dan ZA sebanyak 220 kg/ha, SP-36 sebanyak 556 kg, dan KCl sebanyak 250 kg diberikan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam masing-masing setengah dosis. Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan tiga cara yaitu membuat lubang didekat tanaman denagn tugal, membuat lubang disekitar tanaman, dan dengan membuat parit kecil yang memanjang di antara barisan tanaman. Pemupukan dapat dilakukan kapan saja (pagi, siang dan sore) (Cahyono, 2014). Pemupukan dalam praktikum dilakukan 16 hst dan 44 hst hal ini berarti sesuai dengan literatur, namun pemupukan yang ke-2 hanya dengan urea karena SP-36 dan KCl hanya dilakukan pada pemupukan pertama. Pemupukan dilakukan dengan membuat larikan diantara tanaman buncis dan bawang daun. Pemupukan dasar hanya dilakukan dengan pupuk kandang, diberikan saat pengolahan tanah.d. Pemasangan ajirAjir adalah lanjaran bambu untuk menopang tegaknya atau berdirinya tanaman. Pada tanaman buncis tipe merambat diperlukan ajir untuk mermbatkan tanaman ke atas (vertikal) supaya tanaman lebih baik pertumbuhanya dan produksi meningkat, polong tidak mudah kotor, mudah perawatanya serta mudah saat pemanenan. Ajir diberikan saat umur 15 hst atau saat tanaman panjangnya 20 cm (Cahyono, 2014). Pemberian ajir saat praktikum diberikan 3 minggu setelah tanam hal ini dikarenakan umur tanaman yang tidak serempak dan banyak buncis yang tidak tumbuh saat awal tanam sehingga memungkinkan untuk pemasangan ajir 3 mst dan karena tinggi tanaman belum terlalu panjang.e. Penyiangan, pandangiran, dan pembumbunanPenyiangan harus segera dilakukan bila tampak rumput supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Pebersihan dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawai. Penyiangan secara mekanik dapat dilakukan dengan pencabutan rumput dengan tangan, atau dengan alat pencukil atau cangkul untuk pembersihan parit. Pembersihan rumput dengan cara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian herbisida. Pembersihan rumput dapat dilakukan beberapa kali tergantung kondisi kebun. Penyiangan dilakukan bersama dengan pendangiran untuk memperbaiki sifat tanah yang padat akaibat penyiraman atau pengairan. Dilakukan bersama penyiangan untuk menghemat waktu dan tenaga. Selain dilakukan penyiangan dan pendangiran dilakukan pula pembumbunan, hal ini dilakukan untuk menutup akar yan tampak ke permukaan. Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikkan atau menimbunkan tanah pada pokok tanaman (Cahyono, 2014). Sedangkan dalam praktikum penyiangan dilakukan setiap kali pengamantan kira-kira seminggu sekali beserata pendangiran, pembumbunan dilakukan 4 minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan dengan tangan.f. PemangkasanPemangkasan pucuk tanaman buncis bertujuan untuk memperbanyak ranting agar dapat menghasilkan polong lebih banyak. Pemangkasan dilakukan 15 hst dan 35 hst (Cahyono, 2014). Namun dalam praktikum pemangkasan tidak dilakukan karena tanpa pemangkasan penanaman tidak rimbun dan tanaman tidak terlalu tinggi.g. Pengendalian hama dan penyakitMenurut Cahyono (2014) pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan sanitasi, eradikasi, imunisasi, penanaman tanaman tahan, penguanaan agen hayati, pembersiahan kebun, pergiliran tanaman, penanaman serempak dan penggunaan bahan kimia, pengendalian terpadu. Eradikasi, yaitu membinasakan penyakit atau membuang tanaman atau bagian tanaman yang sakit. Imunisasi, memberikan kekebalan atau ketahanan terhadap serangan pathogen. Namun dalam praktikum tidak dilakukan pengendaliaan hama dan penyakit. Hanya dilakukan tindakan pencegahan seperti pembersihan kebun dan pengolahan tanah serta penanaman dengan tumpangsari.Menurut Cahyono (2014) pemanenan dilakukan 65-79 hst. Pemanenan polong buncis tipe merambat dilakukan 45-60 hst. Pelaksanaan panen dilakukan sampai berumur 80 hst. Dalam satu musim pemanenan dapat dilakukan 7-10 kali. Panen polong buncis muda sebaiknya 3 hari sekali. Pemanennan dapat dengan cara dipetik. Pemanenan buncis tipe tegak dilakukan setelah daun tanaman menguning semuanya dan polong telah tua serta mengering. Umur panen buncis 73 hst. Pemanenan dengan cara mencabut tanaman. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Sedangkan dalam praktikum pemanenan dilakukan 54 hst sesuai dengan literatur.Hama yang menyerang tanaman buncis menurut Cahyono (2014) antara lain:a. Ulat jengkal (Plusia sp)Ulat jengkal menyerang daun buncis, daun yang terserang ulat jengkal berlubang-lubang tidak beraturan. Serangan ulat jengkal yang cukup berat dapat menyebabkan tanaman buncis tumbuh kerdil dan produksi polongnya rendah. Ulat jengkal yang menyerang merupakan spesies Plusia signata dan Plusia chalcites. Ciri-cirinya adalah panjang tubuhnya sekitar 2 cm, badannya berwarna hijau dan terdapat garis samping berwarna lebih muda. Ulat berumur 2 minggu dan kemudian menjadi kepompong. Telurnya berbentuk bulat dan berwarna putih. Telur menetas setelah 3 hari.b. Ulat grayak (Spodoptera litura)Ulat grayak yang masih muda berwarna kehijau-hijauan dan berbintik-bintik hitam. Sedangkan yang sudah tua berwarna kecokelat-cokelatan atau abu-abu gelap, berbintik-bintik hitam, dsn bergaris-garis keputih-putihan. Sayap kupu-kupu ulat grayak bagian belakang berwarna perak keputih-putihan dan bagian depan berwarna cokelat keperak-perakan. Telur berwarna cokelat kekuning-kuningan. Telur akan menetas menjadi larva setelah 4 hari. Ulat berumur 20 hari kemudian untuk menjadi kepompong. Kepompong berwarna cokelat kemerah-merahan dan panjangnya 16 mm. Ulat garayak menyerang tanaman selama 20 hari.Tanaman buncis yang terserang ulat grayak pada awalnya tampak daun-daunnya berlubang-lubang, kemudian menjadi robek-robek atau terpotong-potong. Serangga ulat grayak yang berat menyerang daun buncis tinggal tulang-tulangnya, serangga ini menyerang secara bersama-sama. Ulat grayak menyerang tanaman pada malam hari dan pada siang hari ulat grayak bersembunyi di dalam tanah.c. Ulat penggerek polong (Eliella zinckenella)Ulat pengerek polong muda berwarna hijua pucat dan kemudian berubah menjadi kemerah-merahan pada saat dewasa. Tubuh berbentuk silindris, berukuran panjangnya 15 mm, dan kepalanya berwarna hitam. Ulat berkepompong didalam tanah. Kupu-kupu panjangnya sekitar 12 mm, sayapnya berwarna perak, sayap depan sempit, sayap belakang lebar bulat. Kupu-kupu meletakkan telurnya pada bagian bawah kelopak polong.Polong buncis yang terserang akan rusak dan biji-bijinya banyak yang keropos. Ulat penggerek polong tidak menyerang bagian tanaman lainnya sehingga tidak mematikan tanaman. Pada umumnya ulat penggerek polong menyerang polong buncis yang masih muda pada musim kemarau.d. Ulat penggulung daun (Lamprosema spp)Ulat ada 2 sepesies Lamposema indicata dan Lamposema diemenalis. Ualt berwarna kehijua-hijauan dengan garis-garis kuning sampai putih hitam. Kupu-kupu memiliki sayap berwarna kuning keemasan dan terdapat bintik-bintik hitam. Kupu-kupu bertelur pada bagian permukaan daun. Daun yang terserang tampak menggulung dan ulat berada di dalamnya yang terlindungi oleh benang-benang sutera dan kotoran. Beberapa polong di dekat daun yang terserang juga tampak ikut terekat bersama-sama daun. Daun yang terserang tampak berlubang-lubang. Serangan berat menyebabkan daun buncis tinggal tulang-tulannya saja.e. Ulat polong (Helocoverpa armigera)Kupu-kupu berwarna cokelat kekuning-kuningan. Telurnya berwarna kuning muda dan bentuknya bulat. Telur akan menetas setelah 2-5 hari. Umur ulat hingga menjadi kepompong 27 hari. Pologn yang terserang ulat akan berlubang agak besar dan tidak beraturan. Di dalam lubang tersebut tidak terdapat kotoran. Serangan ulat polong ini dapat menurunkan produksi polong dan kualitas polong.f. Lalat bibit (Agromyza phaseoli)Lalat menyerang batang leher akar atau pangkal batang. Tanaman yang terserang biasanya tanaman muda. Lalat berwarna hitam mengkilap, memiliki antena, dan bersayap cokelat muda. Ukuran badan lalat betina lebih besar dari pada lalat jantan. Lalat betina bertelur pada biji yang baru berkecambah (umur 6-7 hari) dekat dengan daun pertama. ulat berukuran 3 mm, bagian kepala runcing, dan bagian bekalang tumpul. Kepompongnay berwarna cokelat kekuning-kuningan. Telur lalat bibit di dataran rendah menetas menjadi larva sekitar 20 hari, sedangkan yang berada di dataran tinggi akan menetas sekitar 40 hari.Tanaman yan terserang lalat daunnya berlubang-lubang dan bagian tepi mengarah ke tangkai daun atau tulang daun. Ulat masuk ke dalam pangkal batang dan merusak berkas pembuluh pengangkutan, sehingga tanaman menjadi layu, menguning, dan akhirnya mati karena tanaman sudah tidak mampu lagi menyerap air dan zat hara. Jika kerusakan parah, tanaman akan kerdil dan produktivitasnya rendah. Serangan hama lalat bibit akan meningkat bila turun hujan lebat.g. Kutu daun (Aphis gossypii)Tanaman yang terseran kutu daun tanaman menjadi kerdil. Kutu daun berukuran kecil, tubuhnya berwarna hijau tua yang terselimuti oleh tepung lilin. Kutu daun hidup berkelompok di permukaan daun bagian bawah. Kutu sering dikerumuni semut karena menghasilakan embun madu. Faktor yang mendukung berkembangnya kutu daun adalah kelembapan udara yan tinggi sekitar 70% - 80%. Kutu daun menghisap cairan dalam sel daun sehingga daun yang terserang tampak berkerut, menguning, dan layu karena kehilangan cairan. Tanaman muda yang terserang kutu daun akan tumbuh kerdil, batang tanaman memutar dan daun keriting.h. Ulat tanah (Agrotis sp)Ulat tanah yang menyerang tanaman buncis yang masih muda (umur 1-2 minggu). Namun, bisa menyerang tanaman tua. Pada tanaman muda bagian yang terserang adalah pangkal tanaman. Sedangkan tanaman tua yan terseran adalah daunnya.Badan ulat berwarna cokelat tua kehitam-hitaman, beruas-ruas, liat dan lunak. Panjang ulat berkisar 2-5 cm. Kupu-kupu berwarna cokelat tua dengan sayap bergaris-garis dan terdapat titik putih. Kepompong berwarna cokelat dan terletak di dekat permukaan tanah. Telur berwarna putih bening dan bentuknya bulat. Telur menetas setelah 6 hari. Perkembangbiakanya banyak pada musim kemarau. Ulat menyerang pada malam hari. Gejala serangan adalah daun buncis tamapak berlubang-lubang tidak teratur. Pada tanaman muda batang tanaman yang diserang tampak rebah dan layu kemudian mati karena pangkal batangnya putus.i. Kepik pengisap polong (Riptortus linearis dan Nezara viridula)Tubuh kepik Riptortus linearis berwarna cokelat gelap kemerah-merahan dan bentuk tubuhnya mirip semut hitam. Tubuh kepik dewasa cokelat kekuning-kuningan dan bentuk tubuhnya mirip walang sangit, dan kepalanya bersungut. Telur berwarna cokelat suram dan bentuknya bulat. Telur menetas setelah 7 hari. Kepik Nezara viridula berwarna hijau dan disebut kepik hijau, bentuk tubuhnya perisai, dan kepalanya bersungut. Kepik ini ada yang berwarna kekunin hijau-hijauan dan pada punggungnya terdapat tiga bintik berwarna hijau. Telur berwarna krem, menjelang menetas warna berubah menjadi merah bata. Telur berbentuk oval agak bulat. Telur terletak pada permukaan daun. Nimfanya berwarna coklat muda kemudian berubah menjadi hitam dan berbintik-bintik putih, dan selanjutnya berubah menjadi hijau dan berbintik-bintik hitam dan putih.Kepik menyerang tanamn pada bagian polong. Gejala pada tanaman yan terserang kepik menyebabkan polong buncis yang masih muda menjadi kosong. Sedangkan pada polon tua menyebabkan polong keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam.j. Nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp)Cacing berukuran mikroskopik, sehinga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Nematoda dapat bertahan hidup bertahun-tahun didalam tanah tanpa tanaman inang. Gejala serangan adalah tanaman kerdil, layu, daun berguguran, dan akhirnya tanaman mati karana sistem perakaran rusak dan tidak dapat menyerah zat makanan dan air dari dalam tanah. Bila tanaman dicabut tampak adanya bisul-bisul bulat dengan ukuran bervariasi.k. Kumbang daun (Henosepillacha signatipennis atau Epilacha signatipennis)Kumbang berbentuk oval, panjang tubuhnya 6-8 mm, berwarna merah atau cokelat kekuning-kuningan. Kumbang menyerang daun. Kumbang meletakkkan telur pada bagian permukaan bawah daun. Telur berwarna kuning dan berbentuk oval. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 5 hari. Larva yang memakan daun buncis. Kepompong berbentuk segi empat dan biasanya bergerombol pada daun atau batang. Kumbang dewasa juga memakan daun buncis. Daun yan terserang berlubang-lubang. Serangan berat menyebabkan daun tinggal tulang-tulang daunnya. Serangan kumbang menyebabkan tanaman kerdil dan produksi polongnya kecil-kecil karena kehilangan daun dan proses fotosintesis tidak sempurna.l. Tungau merah (Tetranychus cinnabaricus)Tungau berwarna merah kecokelat-cokelatan dengan bintik-bintik hitam. Telur tungau berwarna kuning pucat atau kemerah-merahan dan bentuknya bulat. Larva dan tungau sering ditemukan di bagian bawah permukaan daun. Banyak dijumpai pada musim kemarau. Penyebarannnya dibantu angin, serangga, peralatan pertanian, manusia.Gejala serangan adalah daun yang terserang mula-mula berbintik-bintik kuning. Kemudian bintik-bintik kuning akan meluas sehingga seluruh daun menguning. Serangan berat menyebabkan warna daun berubah menjadi merah karat dan akhirnya daun mengering dan gugur. Jika daun dibalik tampak anyaman benang halus seperti sarang laba-laba yang merupakan tempat tinggal tungau.m. SiputSiput memakan tanaman buncis, khususnya tanaman buncis yang masih muda. Serangan siput menyebabkan tanaman layu, kering dan akhirnya mati. Siput biasanya menyerang pada tanaman mati.Penyakit tanaman buncis menurut Cahyono (2014) antara lain:a. Penyakit bercak cokelat pada daunPenyakit bercak cokelat pada daun juga dikenal dengan nama penyakit bercak Cercospora. Penyakit disebabkan cendawan Cercospora canaesceans. Cendawan dapat hidup sampai 2 tahun pada sisa tanaman sakit dan dalam biji. Faktor yang mendukung perkembangan adalah lingkungan yang lembab denan suhu 20C-24C. Gejalanya daun bercak-bercak cokelat bentuk agak bersudut kemudian bercak melebar dan tanaman daunnya layu dan gugur.b. Penyakit karatPenyakit disebabkan cendawan Uromyces phaseoli. Cendawan dapat bertahan pada sisa tanaman sakit dan berkembang pesat pada musim hujan. Gejalanya daun bercak keci; berwarna putih kemudian bercak berubah menjadi warna cokelat seperti karat dan bertepung. Bercak dikelilingi warna kuning klorosis. Pada tingkat lanjur bercak berubah menjadi bercak cokelat tua karena jaringan telah mati.c. Penyakit antarknosaPenyakit disebabkan cendawan Colletotrichum Lindemu-thianum. Nama lainnya adalah Gloesporium lindamuthianum atau Glomerella lindamuthianum. Faktor yang mendukung adalah kelembapan tinggi dan suhu rendah sekitar 17C. Dapat bertahan hidup dalam tanah. Konidium cberwarna putih bening, bentuknya jorong dan ujungnya bulat, lurus, atau bengkok. Gejala yang timbul bercak berwarna cokelat kemerah-merahan pada batang kemudian serangan menyebar keseluruh bagian tanaman.d. Penyakit layuPenyakit disebabkan bakteri Pseudomonas solanacearum dan cendawan Selerotium rolfsii. Bakteri dan cendawan dapat hidup di dalam tanah dan dapat bertahan hidup berbulan-bulan hingga beberapa tahun. Kondisi yang mendukung perkembangan bakteri banyaknya hujan dan suhu optimal 27C. Sedangakan cendawan suhu tanah tinggi (21C-33C) dan kelembapan tanah tingi lebih dari 80 hijau kekuning-kuningan dengan pingir daun gelap dan daun cepat menguning. Selanjutnya daun akan menguning keselu%. Gejala luar akibat bakteri yaitu daun muda bercak kecil, tanaman layu, dan tumbuhan kerdil dan akhirnya tanaman mati. Sedangkan gejala akibat cendawan yaitu pembusukan pangkal batang dan sekitar pangkal batang tampak berwarna cokelat. Selanjutnya buncis layu.e. Penyakit mozaik (daun berkerut)Penyekit disebabkan Soybean Mozaic Virus (SMV). Gejalanya daun berkerut atau keriting kecil-kecil tidak teratur. Daun berwarna hijau gelap, daun menjadi mrnggulung ke bawah daun juga tampak kaku. Pada tanaman muda tanman manjadai kerdil. Tanaman yang sedang berbuah terserang polong buncis kecil, bentuknya tidak normal, dan timbul bercak-bercak kecil seperti seperti jerawat dan akhirnya polong menguning.f. Penyakit bercak hitam pada batang (hawar batang)Penyakit disebabkan cendawan Phomopsis sojae atau Diaphorthe phaseolorum Var. Sojae yang merupakan stadium sempurna candawan. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bij yang terserang hingga beberapa tahun. Gejalanya yaitu batang terdapat bercak. Bercak terdapat disekitar buku-buku yangbbentuknya memanjang. Polong yang terserang terdapat bercak hitam-hitam. Biji yang terinfeksi berkerut, retak, dan diselimuti miselium cendawan berwarna putih.g. Penyakit embun tepungPenyakit disebabkan cendawan Oidium Spp dan cendawan Erysiphe polygoni. Faktor yang mendukung perkembangan cendawan adalah suhu 19C-25C dan kelembapan 70% - 80%. Gejala yang nampak adalah tanaman tertutup oleh cendawan yang berwarna putih, terutama pada daun. Polong yang terserang meninggalkan bekas berwarna cokelat usram. Daun yang terserang akan menguning, cokelat dan akhirnya mengering. Pada serangan berat, seluruh bagian tanaman akan terserang sehingga menyebabkan kematian.h. Penyakit hawar daunPenyakit disebabkan bakteri Xanthomonas campestris. Bakteri dapat bertahan hinga beberapa tahun di dalam tanah, sisa-sisa tanaman yang sakit, dan di dalam biji dari tanaman yang terinfeksi bakteri. Faktor yang mendukung perkembanganya yaitu suhu 20C 30C. Gejala yang ditimbulkan yaitu lapisan tepi daun terdapat bercak kuning. Pada tahap berikutnya daun akan layu. Serangan hebat menyebabkan daun kuning dan rontok akhirnya tanaman mati.i. Penyakit busuk lunakPenyakit disebabkan bakteri Erwinia carotovora. Faktor yang mendukung perkembanganya adalah kelembapan tini 90% dan suhu antara 25C - 30C. Penyakit juga disebabkan cendawan Sclerotonia sclerotianum. Tanaman buncis yang terserang bakteri menunjukan gejala pada bagian tanaman yang terserang menjadi lunak, berair, dan berbau busuk. Pada mulanya, bagian tanaman yang terinfeksi terdapat bercak berair dan berwarna kecokelat-cokelatan. Gejala menjalar keseluruh bagian tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir, dan mengeluarkan bau busuk. Serangan berat tanaman akan rubuh. Pada cendawan tanaman yang terserang akan membusuk dan akhirnya mati.j. Penyakit rebah semaiPenyakit disebabkan cendawan Phytium Sp. Tanaman akan menunjukan gejala pada bagian bawah keping biji berwarna putih pucat karena klorofilnya rusak. Pada tahap berikutnya bagian yang terinfeksi membusuk sehingga biji yang masih muda mengkerut dan mengecil, rebah, dan akhirnya mati.2. Bawang daunBawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran daun semusim. Tanaman ini berbentuk rumput atau rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, terantung pada varietasnya. Bawan daun selalu menumbuhkan anakan-anakan baru sehingga membentuk rumpun (Cahyono, 2005).Bawan daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua arah di sekitar permukaan tanah. Tanaman ini mempunyai akar tunggang. Perakaran bawan daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan batang semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram, dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan tanah merupakan batang semu, terbentuk dari pelepah-pelepah daun (Kelopak daun) yang saling membungkus dengan kelopak daun yang lebih muda sehinga kelihatan seprti batang. Batang semu berwarna putih atau hijau keputih-putihan dan berdiameter antara 1-5 cm, tergantung varietasnya. Batang sejati dan batang semu bawang daun bersifat lunak (Cahyono, 2005).Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai pipa, dan baian ujung meruncing. Ukuran panjang daun beragam antara 18-40 cm, tergantung varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Bunga secara keseluruhan berbentuk payung majemuk atau payung ganda dan berwarna putih. Dalam setiap tandan bunga terdapat 68-83 kuntum bunga. Panjang tangkai tandan bunga dapat berkisar mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan panjang tangkai bunga berkisar antara 0,8-1,8 cm. Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang lengkung yang sama karena tangkai-tangkai bunga hampir sama panjangnya (Cahyono, 2005).Mahkota bunga bawang daun berwarna putih. Benang sari memiliki tangkai yang panjangnya 0,5 cm. Buah bawang daun berbentuk bulat, terbagi atas tiga runag, berukuran kecil, dan berwarna hijau muda. Satu buah bawang daun mengandung 6 biji yang berukuran sangat kecil. Dalam satu tandan terdapat sekitar 61-74 buah. Biji bawang daun yan masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat pipih dan berkeping satu (Cahyono, 2005).Bawang daun tumbuh baik pada ketinggian antara 250-1.500 m dpl. Didataran rendah bawang dapat tumbuh namun produksi anakan sedikit. Curah hujan yang tepat 1.500-2.000 mm/tahun dan suhu 18-25C. Ph yang disukai adalah ph netral (6,5-7,5), tetapi toleran terhadap pH lebih tinggi (Nazaruddin, 2003 dalam Sari, 2006). Bawang daun beradaptasi pada kisaran iklim yang luas. Selain bisa ditanam di daerah dingin tanaman ini toleran terhadap kondisi panas dan lembab di wilayah Asia Tenggara. Bawang daun peka terhadap genangan , tetapi ika tersedia drainase, hujn lebat yang sering terjadi dapat ditoleransi. Komsumsia air sangan tinggi namun tpleran terhadap cekaman kelengasan (Sari, 2006). Kelembapan udara berkisar antara 80-90% (Setiaji, 2013).Cara tanam bawang daun sebagai berikut:a. Saat tanam yang cocok untuk tanam bawang daun adalah saat awal musim hujan (bulan September/Oktober) atau awal musim kemarau asal tersedia air yang cukup sekitar bulan Maret. Dalam praktikum penanaman bawang daun dilakukan pada bulan Maret.b. Jarak tanam bawan daun 20 x 20 cm atau 20 x 30 cm (Cahyono, 2005). Dalam praktikum jarak bawang daun tidak ditentukan hanya ditanam diantara tanaman buncis.c. Bibit bawang daun berasal dari biji yang dipindah tanam dari kebun pada umur 2 bulan setelah disemai. Penanaman bibit bawang daun dari anakan dilakukan dengan cara memotong sebagian daun dan akarnya ditanam pada lubang tanam sampai pangkal batang. Penanaman sebaiknya dilakukan sore hari (Cahyono, 2005). Pada praktikum penanaman dilakukan pada sore hari dengan bibit ditanam sampai pangkal.Pemeliharaan tanaman yang dilakukan untuk penanaman bawang daun meliputi:a. PenyiramanMenurut Cahyono (2005) fase pertumbuhan dan stadia pembungaan merupakan fase yang paling membutuhkan air. Oleh karena itu untuk memberikan air dilakukan penyiraman kecuali saat hujan. Bila kekurangan air maka fase pertumbuhan akan terhambat, tanaman dapat layu dan mati, namun bila berlebihan perakaran dapat membusuk dan tanaman mati. Sedangkan saat praktikum penyiraman hanya dilakukan setelah tanam dan pada saat penyulaman hal ini dikarenakan sering hujan sehingga tidak perlu dilakukan penyiraman lagi.b. PenyulamanBawang daun yang ditanam kemungkinan ada yang tidak tumbuh. Bawang daun yang tidak tumbuh harus segera diganti dengan yang baru. Bawang daun yang kurang baik atau mati juga perlu diganti/disulam. Penyulaman bawang daun dilakukan dibawah 15 hst agar tanaman tumbuh tetap serempak. Penyulaman dilakukan agar jumlah tanaman per satuan luas tetap optimum sehingga target produksi dapat tercapai (Susila, 2006). Penyulaman dilakukan jika benih yang tidak tumbuh/ rusak/ mati berkisar 10%-25%. Namun jika lebih dari 40 %, maka sebaiknya semua diganti dengan bibit baru. Penyulaman dilakukan agar jumlah tanaman per satuan luas tetap optimum sehingga target produksi dapat tercapai (Cahyono, 2005). Namun dalam praktikum benih yang tidak tumbuh dikelompok saya > 40%, namun tidak diganti semua hanya disulam. Penyulaman juga dilakukan 7 hst.c. PemupukanPemupukan dapat dilakukan ditanah, lewat daun atau disemprotkan. Pupuk N berupa Urea dan ZA sebanyak 200 kg/ha, SP-36 sebanyak 350 kg, dan KCl sebanyak 150 kg diberikan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam masing-masing setengah dosis. Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan tiga cara yaitu membuat lubang didekat tanaman dengan tugal, membuat lubang disekitar tanaman, dan dengan membuat parit kecil yang memanjang di antara barisan tanaman. Pemupukan dapat dilakukan kapan saja (pagi, siang dan sore) (Cahyono, 2005). Pemupukan dalam praktikum dilakukan 16 hst dan 44 hst hal ini berarti sesuai dengan literatur, namun pemupukan yang ke-2 hanya dengan urea karena SP-36 dan KCl hanya dilakukan pada pemupukan pertama. Pemupukan dilakukan dengan membuat larikan diantara tanaman buncis dan bawang daun. Pemupukan dasar hanya dilakukan dengan pupuk kandang, diberikan saat pengolahan tanah.d. Penyiangan, pandangiran, dan pembumbunanPenyiangan harus segera dilakukan bila tampak rumput supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Pebersihan dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawai. Penyiangan secara mekanik dapat dilakukan dengan pencabutan rumput dengan tangan, atau dengan alat pencukil atau cangkul untuk pembersihan parit. Pembersihan rumput dengan cara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian herbisida. Pembersihan rumput dapat dilakukan beberapa kali tergantung kondisi kebun. Penyiangan dilakukan bersama dengan pendangiran untuk memperbaiki sifat tanah yang padat akaibat penyiraman atau pengairan. Dilakukan bersama penyiangan untuk menghemat waktu dan tenaga. Selain dilakukan penyiangan dan pendangiran dilakukan pula pembumbunan, hal ini dilakukan untuk menutup akar yan tampak ke permukaan. Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikkan atau menimbunkan tanah pada pokok tanaman (Cahyono, 2005). Sedangkan dalam praktikum penyiangan dilakukan setiap kali pengamantan kira-kira seminggu sekali beserata pendangiran, pembumbunan dilakukan 4 minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan dengan tangan.e. Pengendalian hama dan penyakitMenurut Cahyono (2005) pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan sanitasi, eradikasi, musuh alami, penanaman tanaman tahan, penguanaan agen hayati, pembersiahan kebun, pergiliran tanaman, penanaman serempak dan penggunaan bahan kimiawi, dan pengendalian secara terpadu. Eradikasi, yaitu membinasakan penyakit atau membuang tanaman atau bagian tanaman yang sakit. Imunisasi, memberikan kekebalan atau ketahanan terhadap serangan pathogen. Namun dalam praktikum tidak dilakukan pengendaliaan hama dan penyakit. Hanya dilakukan tindakan pencegahan seperti pembersihan kebun dan pengolahan tanah serta penanaman dengan tumpangsari.Pemanenan dilakukan pada umur 2-2,5 bulan jika bibit dari anakan, sedangkan jika bibit dari biji panen dilakukan setelah 5 bulan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Cara pemanenan dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan alat bantu kored (Setiawati, dkk., 2007).Hama yang menyerang tanaman bawang daun yaitu (Cahyono, 2005):a. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)Kupu-kupu ualt tanah berwarna cokelat tua, sayap bagian depan bergaris-aris dan berbintik-bintik putih dan berbentuk bulat, diletakkan di atas tanah. Tubuh ulat tanah berwarna coklat tua kehitam-hitaman dan bagian perutnya berwarna lebih muda. Tubuhnya beruas-ruas, lunak, liat dan berukuran panjannya sekitar 5 cm. Ulat menyeran pada sore atau malam hari. Ulat menyerang tanaman muda berumur antara 1-30 hari. Bagian yang dimakan adalah daun dan pucuk tanaman. Daun yang terserang berlubang-lubang atau terpotong-potong tidak teratur. Jika yang terseran pucuk daun tanaman tampak terkulai dan rebah. Pertumbuhan tanaman terhambat, namun tanaman dapat tumbuh tunas lagi.b. Ulat daun (Spodoptera exiqua)Ulat berbentuk bulat panjang dengan ukuran panjang tubuh sekitar 2,5 cm. Ulat muda berwarna hijau dan setelah dewasa menjadi coklat tua dengan garis-garis berwarna kuning keputih-putihan. Perkembangan ulat menjadi kepompong 14 hari maka ulat menyerang tanaman 14 hari. Kupu-kupu ulat daun berwarna kelabu dan sayap depan berbintik-bintik kuning. Kupu-kupu bertelur di permukaan daun bawang atau pada rerumputan yang ada disekitar tanaman. Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, dan tertutup oleh lapisan bulu-bulu yang tipis. Telur menetas menjadi larva setelah 4-7 hari. Ulat memakan daging daun sehingga daun tampak berwarna putih transparan memanjang. Daun yang terserang akan layu terkulai. Pada serangan berat daun rusak dan tidak dapat dikomsumsi. Ulat menyerang pada malam hari.c. Kutu bawang (Trips tabaci)Kutu bawang disebut juga gurem, kutu loncat, dan kemerki. Kutu berukuran 1 mm, berwarna kuning kecokelat-cokelatan, atau hitam. Larvanya berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan. Trips jantan tidak bersayap, sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan berumbai-rumbai. Hama berkembang secara partenogenesis, yakni menghasilkan telur tanpa melalui perkawinan. Hama meletakkan telur terpisah-pisah pada jaringan tanaman atau daun bagian bawah. Telur berbentuk oval dan berwarna putih. Penyebaran hama dengan bantuan angin, dan perkembanganya didukung suhu tinggi dan kelembapan udara di atas 70%. Hama mengisap cairan sel tanaman. Daun yang terserang mulanya tampak berwearna kuning, kemudian berubah menjadi putih mengilat atau keperak-perakan, daun berkerut atau mengeriting, dan akhirnya menjadi layu, mengering, dan mati.Penyakit pada tanaman bawang daun menurut Cahyono (2005) meliputi:a. Busuk leher batangPenyebab penyakit adalah cendawan Botrytis allii. Spora cendawan berwarna abu-abu. Keadaan yang mendukun perkembangan cendawan adalah tempat yang lembab dan becek. Gejala yang timbul adalah leher batang atau pangkal batang menjadi lunak dan berwarna abu-abu, kebasahan, dan akhirnya membusuk. Serangan penyakit ini menyebabkan pengangkutan zat hara dan air ke daun teranggu sehingga menjadi layu.b. Layu fusariumPenyakit disebabkan cendawan Fusarium sp. Kondisi yang sesuai untuk cendawan adalah suhu tanah 21-33C. Cendawan hidup ditanah dan menginfeksi tanaman melalui akar yang terluka karena peralatan pertanian atau karena terserang nematoda. Kemudian menjalar kebatang dan menetap pada berkas pembuluh pengankutan serta merusak jaringan pembuluh pengangkutan. Pengangkutan zat hara menjadi terganggu sehingga tanaman layu dan akhirnya mati. Tanda tanaman yang terserang daunnya menguning dan selanjutnya daun-daun layu. Layu terjadi secara mendadak danbersifat tetap.c. Bercak unguPenyakit disebabkan cendawan Alternaria porri dan juga disebut cendawan Macrosporium porri. Cendawan dapat bertahan dari musim ke musim melalui sisa tanaman. Penyebaran ketanaman lain dengan bantuan angin. Candawan menyerang daun tanaman dan infeksinya terjadi melalui luka atau melalui stomata. Daun tanaman bawang daun yang terserang cendawan tampak bercak-bercak berwarna keputih-putihan sampai kelabu, berukuran kecil, dan agak cekung. Bercak akan membesar dan warnanya berubah menjadi abu-abu keungu-unguan dan bertepung cokelat kehitam-hitaman yang dikelilingi warna kuning. Lapisan tepung merupakan konidiofora dan konidium cendawan. Bila serangan sudah parah, ujung daun yang terserang akan mengering dan akhirnya tanaman mati. Cendawan ini juga menyerang pangkal batang yang menyebabkan pembusukan, ditandai dengan timbulnya warna kuning sampai merah kecokelat-cokelatan pada bagian yang terinfeksi tersebut.d. AntraknosaPenyakit disebabkan cendawan Collectotricum gloeosporioides juga disebut Collectotricum circinans. Gejala yang ditimbulkan pangkal daun mengecil dan tanaman mati sehingga penyakit ini disebut penyekit otomatis atau smudge. Daun bagian bawah menjadi rebah, pangkal daun mengecil, berwarna gelap, dan tanaman mati secara mendadak.e. Embun tepungPenyakit disebabkan cendawan Peronospora destruktor. Cendawan berkembang pada musih hujan dan pada kondisi lingkungan yang lembab dan suhu malam hari yang rendah. Gejalanya adalah tampak bercak-bercak hitam pucat pada daun, terutama pada ujung-ujung daun, yang kemudian berubah warna menjadi putih lembayung atau ungu. Bercak merupakan kapang dari cendawan Peronospora destruktor. Serangan berat menyebabkan daun menguning, mengering dan akhirnya mati. Daun yang mati ditandai dengan warna putih dan diliputi oleh bulu-bulu berwarna hitam.Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan dua cara yaitu analisis pertumbuhan dengan mengukur pertambahan bobot basah tanaman dari waktu ke waktu dan mengamati penampilan agronomik tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan lain-lain dari waktu ke waktu. Cara pertama merupakan pendekatan yang terbaik karena yang dimaksud dengan tumbuh adalah pertambahan bobot basah dari tanaman, tetapi cara ini mempunyai kelemahan, yaitu sampel yang diamati tidak sama karena setiap kali pengamatan dilakukan dekstruktif. Cara kedua tidak sebaik cara pertama karena tidak dapat mengukur pertambahan bobot basah, tetapi sampel yang diamati tetap sama (Syah, dkk., 2003).Analisis kuntitatif pertumbuhan adalah gambaran pertumbuhan tanaman secara kuantitatif dan peristiwa-peristiwa yang mendukung proses pertumbuhan tersebut dapat diketahui secara jelas. Pemahaman akan pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan menjadi modal penting dalam upaya penanganan tanaman dan lingkungannya untuk mendapatkan suatu hasil yang tinggi (Sitompul dan Guritno, 1995).Analisis pertumbuhan ini juga berguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai perkembangan yang mempengaruhi hasil panen selama daur pertumbuhan tanaman budidaya (Gardner dkk., 1991). Selain itu, pengetahuan proses pertumbuhan yang memadai melalui analisis pertumbuhan tanaman akan dapat menjelaskan keragaan hasil suatu tanaman atau pertanaman dari segi pertumbuhan tanaman. Analisis pertumbuhan tanaman dapat membantu mengidentifikasi faktor pertumbuhan utama yang mengendalikan atau membatasi hasil. Hal ini sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki hasil tanaman pada suatu lingkungan tertentu atau adaptasi tanaman pada beberapa lingkungan (Sitompul dan Guritno, 1995).Kesimpulanya dengan diketahui tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot basah polong, bobot basah tajuk, bobot basah akar, dan jumlah polong pertanaman pada buncis dapat digunakan untuk mengetahui seberapa baik pertumbuhanya, seberapa besar hasilnya, dan seberapa besar keberhasilan tumpangsarinya. Tinggi tanaman semakin tinggi maka jumlah daunnya semakin banyak, daun semakin bnayak polong juga mulai ada. Semakin tingi tanaman maka bobot basah tajuk dan akar semakin besar. Jumlah polong semakin banyak maka bobot basah buah semakin besar. Biomassa tanaman merupakan akumulasi produk fotosintesis maupun penyerapan hara dalam bentuk senyawa organik penyusun seluruh jaringan pada organ vegetatif maupun generatif tanaman (Bidwell, 1979 dalam Sari, 2006). Luas daun spesifik/specifik leaf area (LDS/SLA) merupakan salah satu cara untuk mengkaji perubahan karakteristik daun akibat pengaruh lingkungan tumbuh tanaman. Nilai SLA ditetapkan berdasarkan besarnya luas daun dengan berat kering daun (Prasetyo, 2004). Sedangkan pada bawang daun yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot umbi segar, diameter umbi. Tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun semakin banyak daun maka diameter umbi semakin besar dan semakin besar umbi maka bobot segarnya akan semakin besar.Menurut Cahyono (2014) pada tanaman buncis pupuk yang digunakan urea, SP-36 dan KCL. Pupuk urea sebanyak 220 kg/ha, SP-36 sebanyak 556 kg/ha, dan KCl sebanyak 250 kg/ha. Sedangkan pada praktikum pemupukan dilakukan dengan urea, SP-36 dan KCL namun dosis yang digunakan tidak sesuai (terlalu sedikit). Pupuk urea sebanyak 50 kg/ha, SP-36 sebanyak 100 kg/ha, dan KCL 50 kg/ha.Menurut Cahyono (2005) pada tanaman bawang daun pupuk yang digunakan urea, SP-36 dan KCL. Urea sebanyak 200 kg/ha, SP-36 sebanyak 350 kg/ha, dan KCl sebanyak 150 kg/ha. Pada praktikum pupuk yang digunakan sama namun dosis berbeda (tidak sesuai dan terlalu sedikit) yaitu urea 20 kg/ha, SP-36 31,6 kg/ha dan KCL 23,3 kg/ha.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKAAnindita, Y. A. 2013. Sistem Pertanian Terpadu: Polikultur Sebagai Bagian Dari Pertanian Berkelanjutan. Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Arma, M. J., Uli F. dan Laode S. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) dan Kacan tanah (Arachis hypogeae L.) Melalui Pemberian Nutrisi Organik dan Waktu Tanam dalam Sistem Tumpangsari. Jurnal Agroteknos, Vol. 3 No. 1.

BPTP Jambi. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Cahyono, B. 2005. Bawang Daun: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.

. 2014. Rahasia Budidaya Buncis. Kanisius, Yogyakarta.

Danarto, S; A Affianto; I Bantara, J N Adi dan Sanyoto. 2011. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman. Indonesia Forestry and Governance Institute. Yogyakarta.

Gardner, F. P., R. Brent Pearce and Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2 Untuk SMK. Diroktorat Pendidikan Nasional, Jakarta.

Haryono, G. 2009. Pola Tanam Ganda Sebagai Usaha Peningkatan Produktifitas Lahan. Jurnal. Vol. 32 No. 2

Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis dalam Sistem Tumpang Sari Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) dan Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L). Artikel. Universitas Andalas, Padang.

Indriati, T. R. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Tumpangsari Kedelai (Glycine max L.) dan Jagung (Zea mays L.). Thesis. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Prasetyo. 2004. Budidaya Tanaman Kapulaga Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan Sengon. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 6 No. 1.

Rosya, A dan Winarto. 2013. Keragaman Komunitas Fitonematoda pada Sayuran Lahan Monokultur dan Polikultur di Sumatera Barat. Jurnal Fitopatologi Indonesia, Vol. 9 No. 3.

Sari, Y. I. 2006. Analisis Sistem Pemasaran Wortel dan Bawang Daun (Studi Kasus Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Program Studi manaemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sembiring, A. S., jonis, G. dan Ferry E S. 2015 Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari. Jurnal Online Aroteknologi, Vol. 3 No. 1.

Setiaji, D. E. 2013. Pengaruh Kancing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang daun (Allium fistolusum L.). Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Setiawati, W., R. Murtiningsih, G. A. Sopha, dan T. Handayani. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayur, Bandung.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Susila, A. D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Syah M. J., Anwarudin, P. J. Santoso, F. Usman dan T. Purnomo. 2003. Hubungan Laju Pertumbuhan Dengan Saat berbunga Untuk Seleksi Kegenjahan Tanaman Pepaya. J. Hort. Vol. 13 No. 13.