LAPORAN PRAKTIKUM

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas pangan adalah parameter pembeda produk pangan terhadap produk pangan lainnya yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk tersebut. Salah satu parameter yang sangat menentukan mutu pangan adalah mutu/komposisi kimia produk (Andarwulan dkk, 2011). Mutu kimia tersebut sangat berkaitan dengan nilai gii produk pangan. Beberapa komponen kimia suatu bahan pangan antara lain air, karbohidrat, abu, protein, lemak dan vitamin. Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang berperan penting bagi tubuh sebagai sumber energi utama dan serat makanan yang mempengaruhi proses fisiologi tubuh. Analisis kimia suatu bahan pangan mutlak dipengaruhi oleh karakteristik bahan yang nantinya akan menentukan metode terbaik dan tepat. Sebagai salah satu komponen bahan pangan yang penting, maka dalam praktikum ini akan dilaksanakan analisis karbohidrat. Pada analisis karbohidrat dilakukan analisis gula reduksi dan analisis kadar pati dengan metode Nelson Somogy dan Hidrolisis Asam.

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kualitas pangan adalah parameter pembeda produk pangan terhadap produk pangan

lainnya yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk tersebut. Salah satu

parameter yang sangat menentukan mutu pangan adalah mutu/komposisi kimia produk

(Andarwulan dkk, 2011). Mutu kimia tersebut sangat berkaitan dengan nilai gii produk

pangan. Beberapa komponen kimia suatu bahan pangan antara lain air, karbohidrat, abu,

protein, lemak dan vitamin.

Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang berperan penting bagi tubuh

sebagai sumber energi utama dan serat makanan yang mempengaruhi proses fisiologi

tubuh. Analisis kimia suatu bahan pangan mutlak dipengaruhi oleh karakteristik bahan

yang nantinya akan menentukan metode terbaik dan tepat.

Sebagai salah satu komponen bahan pangan yang penting, maka dalam praktikum

ini akan dilaksanakan analisis karbohidrat. Pada analisis karbohidrat dilakukan analisis

gula reduksi dan analisis kadar pati dengan metode Nelson Somogy dan Hidrolisis

Asam.

B. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami cara analisis serta penentuan kadar gula reduksi

dengan metode Nelson Somogy

2. Mengetahui dan memahami cara analisis serta penentuan kadar pati dengan

metode Hidrolisis Asam

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen bahan pangan yang merupakan sumber utama

energi dan serat makanan yang mempengaruhi proses fisiologis tubuh. Karbohidrat

memiliki sifat fungsional seperti sebagai bahan pengisi, pengental, penstabil emulsi,

pengikat air, pembentuk flavor, aroma dan tekstur (Andarwulan dkk, 2011).

Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O,

terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan

karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa

tersebut perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C6H12O6

dapat ditulis C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12(H2O)11 dan seterusnya, dan perumusan

empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Gaman dan Sherington, 1992).

Karbohidrat dibagi menjadi beberapa kelas atau golongan sesuai dengan sifat-

sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi empat

klas pokok: (Gaman dan Sherington, 1992).

1. Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawa

senyawa yang mengandung lima dan enam atom karbon. Karbohidrat yang

mengandung 6 karbon disebut heksosa. Gula yang mengandung 5 karbon disebut

pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah merupakan polihidroksi aldehida yang

disebut aldosa dan polihidroksi keton disebut ketosa.

2. Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang

dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida dan gugus keton dengan

gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh

trisakarida dan seerusnya ikatan penggabungan bersama-sama gula ini disebut ikatan

glikosida.

3. Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang

dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan

dekstrin.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM

4. Glikosida, dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa

mereka mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan dengan gula oleh ikatan

glikosida.

Monosakarida

Monosakarida adalah kelompok karbohidrat yang paling sederhan. Dari segi

strukturnya monosakarida mengandung 3-6 atom karbon. Dengan demikian,

monosakarida ada yang disebut triosa, tetrosa, pentosa dan heksosa yang secara

berturut-turut mengandung 3,4,5, dan 6 atom karbon. Ditinjau dari gugus

fungsionalnya, monosakarida ada yang mengnadung gugus aldehida atau karbonil (-

C=O) pada C1 atau gugus keton (-C=O) pada C2. Gula yang memiliki gugus

karbonil disebut aldosa (misalnya glukosa dan galaktosa), sedangakn yang memiliki

gugus keton disebut ketosa (misalnya fruktosa). (Andarwulan, dkk, 2011).

Gula-gula sederhana, terutama yang memiliki gugus karbonil (seperti glikuosa

dan galaktosa), dapat teroksidasi membentuk gugus karboksil dan mereduksi

komponen lainnya. Gula-gula seperti ini disebut dengan gula pereduksi (reducng

sugar). Analisis penetapan gula diantaranya ada yang berdasarkan pada kemampuan

gula pereduksi untuk mereduksi komponen lain, seperti pada metode Lane-Eynon

dan metode Somogyi. ( Andarwulan, dkk, 2011).

Oligosakarida

Dalam alam, oligosakarida yang paling berlimpah adalah disakarida sukrosa dan

fruktosa. Sukrosa (gula meja) terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dimana mereka

disintesis dari D-glukosa dan D-fruktosa. Suatu ikatan glikosidik antara C-1

anomerik dari α-D-glukosa dan C-2 anomerik dari β-D-fruktosa menghubungkan

kedua monosakarida melalui suatu jembatan oksigen, menghasilkan suatu ikatan-α-

(1-2). Laktosa, karbohidrat dari susu mamalia , terdiri dari D-galaktosa dan D-

glukosa. Dalam disakarida ini, ikatan glikosidik antara C-1 anomerik dari β-D-

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM

galaktosa dan C-4 non anomerik dari D-glukosa merupakan β-(1-4). (Nuri

Andarwulan, dkk, 2011).

Maltosa dan selabiosa merupakan dua disakarida yang tidak terdapat secara

alamiah tetapi secara komersial masing-masing merupakan produk degradasi dari zat

tepung dan selulosa. Disakarida dapat dihidrolisis dengan asam atau enzim

membentuk molekul monosakarida penyusunnya.(Gaman dan Sherington, 1992).

Polisakarida (Pati)

Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai

monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Salah satu contoh

oligosakarida adalah pati. Pati merupakan salah satu jenis polisakarida yang

diekstrak dari tanaman sperti beras, jagung, ketela pohon, ubi jalar, sagu, dsb

(Andarwulan dkk, 2011).

Pati tersusn oleh dua kelompok makromolekul, yaitu amilosa dan amilopektin.

Kedua makromolekul ini sangat berperan penting terhadap sifat fisik, kimia dan

fungsional pati.amilosa dan amilopektin disusun oleh monomer α-D-glukosa yang

berikatan satu sama lain melalui ikatan glikosida. Perbandingan antara amilosa dan

amilopektin berbeda-beda untuk sumber pati yang berbeda. Pati dalam bahan pangan

terdapat dalam bentuk granula, yaitu tempat dimana amilosa dan amilopektin berada.

Granula pati berbeda-beda ukuran dan bentuknya, tergantung sumber atau asal

patinya. Granula pati memiliki sifat birefringence, yaitu sifat yang

mampumerefleksikan cahaya terpolarisasi sehingga terlihat kontras gelap terang yang

tampak sebagai warna biru-kuning (Andarwulan, dkk, 2011).

B. Analisis kadar gula reduksi

Riana

C. Analisis kadar pati

Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan cara volumetrik.

Total pati dapat ditentukan dengan cara menghidrolisis pati secara sempurna menjadi

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM

glukosa dengan perlakuan asam yang akan memecah ikatan glikosida yang

menghubungkan antar glukosa. (Andarwulan dkk, 2011)

Contoh analisis kadar pati menurut Sudarmadji dkk (2010) yakni sampel

ditimbang 2-5 gram berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair dalam

gelas piala 250 ml, ditambahkan 50 ml aquades dan aduk selama 1 jam. Suspendi

disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquades sampai volume filtrat 250

ml. filtrate ini mengandung karbohidrat yang larut dan dibuang. Residu dipindahkan

secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer dengan pencucian 200ml

aquades dan ditambahkan 20 ml HCl ± 25% (berat jenis 1,125), ditutup dengan

pendingin balik dan dipanaskan diatas penangas air mendidih selama 2,5 jam.

Setelah dingin, dinetralkan dengan larutan NaOH 45% dan diencerkan sampai

volume 500 ml, kemudian disaring. Penentuan kadar gula dinyatakan sebagai

glukosa dari filtrate yang diperoleh. Penentuan glukosa seperti pada penentuan gula

reduksi. Berat glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

Alat :

Pipet ml

Shaker

Erlenmeyer

Autoklaf

Timbangan

Kertas saring

Alumuniumfoil

Labu takar 500 ml

Penangas air

Sentrifuse

pH meter

Labu ulir

Bahan :

tepung beras putih

tepung tapioca

tepung terigu

tepung maiena

tepung sagu

tepung beras ketan

aquades

HCl 25%

Arsenomolibdat

NAOH 45%

Reagen nelson

Air suling

B. PROSEDUR KERJA

Penentuan Larutan Kurva Standar

Dibuat larutan glukosa standar (10 mg glukosa anhidrat dalam 10 ml aquades)

Dilakukan 6 x pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa dengan

konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/100ml

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM

Disiapkan 7 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 1ml larutan glukosa

standar, dan 1 ml air suling pada tabung reaksi ke 7 sebagai blangko

Ditambahkan 1ml reagen nelson pada tiap tabung reaksi dan dipanaskan pada

penangas air selama 20 menit

Tabung diambil dan didinginkan dengan air sampai suhu tabung reaksi ± 25°C

Ditambahkan 7ml air suling, digojog sampai homogeny

OD ditera dengan panjang gelombang 540 nm

Dibuat kurva standar hubungan antara glukosa dan OD

Analisis Kadar Pati Metode Hidrolisis Asam

Sampel dihomogenkan

Sampel ditimbang seberat 5gram, diencerkan sampai 50 ml, dishaker selama 1

jam, kemudian disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh residu yang

nantinya dicuci dengan aquades 200 ml

Residu dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambah 20 ml HCl 25%, ditutup

alumunium foil dan diberi lubang.

Dimasukan autoklaf selama 2,5 jam kemudian didinginkan hinga suam-suam

kuku, pH diatur hingga netral (7) dengan HCl 25% untuk menurunkan pH dan

NaOH 45% untuk menaikkan pH.

Setelah netral, larutan diambil sebanyak 1 ml, dilakukan pengenceran (100x dan

1000x), diambil 1ml dari tiap pengenceran dan ditambahkan reagen nelson

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM

Dipanaskan diatas penangas air selama 20 menit, didinginkan, ditambah 1 ml

arsenomolibdat dan digojog

Ditambah 7ml aquades, diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm

Penentuan Gula Reduksi

Riana

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA PENGAMATAN

Tabel pengamatan kurva standar larutan glukosa

Konsentrasi Larutan (mg/ml) Absorbansi

0 0

0,2 0,171

0,4 0,332

0,6 0,495

0,8 0,648

1,0 0,699

a = 0,027

b = 0,727

Kurva standar larutan glukosa

0 0.2 0.4

0.600000000000001 0.8 1

00.10.20.30.40.50.60.70.8

Konsentrasi Larutan

Abso

rban

si

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM

Tabel pengamatan kadar pati

Bahan

(tepung)

Absorbansi Absorbansi – Blanko Berat

Sampel (g)FP 100x FP 1000x FP 100x FP 1000x

Maizena 0,229 0,971 0,1 0,842 5,0

Sagu 0,961 0,542 0,832 0,413 5,0

Terigu 1,188 0,206 1,055 0,077 10,0

Beras putih 1,022 0,259 0,893 0,13 10,011

Tapioka 2,7 0,39 2,571 0,261 5,0

Beras Ketan 0,792 0,239 0,663 0,11 10,0086

Perhitungan kadar pati

Dengan persamaan regresi : y = a + bx

1. Tepung Maizena

y = a + bx

0,842 = 0,027 + 0,0727x

χ = 0,842 – 0,027 = 1,12 mg/ml

0,727

Kadar pati = χ · FP x 0,9 x 100 %

berat sampel

= 1,12 x 1000 x 0,9 x 100% = 20,16 %

5000

2. Tepung Sagu

y = a + bx

0,413 = 0,027 + 0,0727x

χ = 0,413 – 0,027 = 0,53 mg/ml

0,727

Kadar pati = χ · FP x 0,9 x 100 %

berat sampel

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM

= 0,53 x 1000 x 0,9 x 100% = 9,54 %

5000

3. Tepung Beras Putih

y = a + bx

0,130 = 0,027 + 0,0727x

χ = 0,130 – 0,027 = 0,14 mg/ml

0,727

Kadar pati = χ · FP x 0,9 x 100 %

berat sampel

= 0,14 x 1000 x 0,9 x 100% = 1,26 %

10011

4. Tepung Tapioka

y = a + bx

0,261 = 0,027 + 0,0727x

χ = 0,261 – 0,027 = 0,32 mg/ml

0,727

Kadar pati = χ · FP x 0,9 x 100 %

berat sampel

= 0,32 x 1000 x 0,9 x 100% = 5,76 %

5000

5. Tepung Beras Ketan

y = a + bx

0,110 = 0,027 + 0,0727x

χ = 0,110 – 0,027 = 0,114 mg/ml

0,727

Kadar pati = χ · FP x 0,9 x 100 %

berat sampel

= 0,114 x 1000 x 0,9 x 100% = 1,025 %

10008,6

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM

6. Tepung Terigu

y = a + bx

0,077 = 0,027 + 0,0727x

χ = 0,077 – 0,027 = 0,07 mg/ml

0,727

Kadar pati = χ · FP x 0,9 x 100 %

berat sampel

= 0,07 x 1000 x 0,9 x 100% = 0,63 %

10000

Tabel pengamatan penentuan gula reduksi

Riana

Perhitungan penentuan gula reduksi

Riana

B. PEMBAHASAN

Penentuan Kurva Standar Larutan Glukosa

Untuk mengetahui kadar gula reduksi sampel yang dianalisis maka Menurut

Wiley dan Sons (2001) harus dibuat kurva standar yang menggambarkan hubungan

antara konsentrasi gula reduksi dengan Optical Density atau absorbansi.

Standar yang digunakan dalam pembuatan kurva standar adalah glukosa

anhidrat. Penentuan standar glukosa anhidrat sebagai standar didasarkan pada tujuan

analisis yang dilakukan yaitu analisis gula reduksi sehingga standar yang digunakan

harus digunakan adalah standar gula reduksi. Glukosa anhidrat merupakan salah satu

contoh gula reduksi.

Pada pembuatan kurva standar, dibuat larutan dlukosa anhidrat pada berbagai

konsentrasi yang kemudian diuji dengan metode Nelson Somogy. Konsentrasi

glukosa anhidrat yang digunakan sebagai standar adalah 0 mg/ml, 0,02 mg/ml, 0,04

mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,08 mg/ml, dan 0,10 mg/ml. Dengan demikian dapat diketahui

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM

absorbansi gula reduksi pada berbagai konsentrasi tersebut. Berdasarkan hasil

pengukuran absorbansi standar diperoleh hasil absorbansi glukosa anhidrat pada

konsentrasi di atas berturut-turut: 0; 0,171; 0,332; 0,495; 0,468; dan 0,699. Hasil

absorbansi standar yang diukur tersebut dapat digunakan untuk membuat persamaan

kurva standar. Berdasarkan perhitungan diperoleh persamaan kurva standar Y=

0,027+ 0,727X dengan Y sebagai absorbansi dan X menyatakan konsentrasi glukosa

anhidrat.

Setelah dibuat kurva standar gula reduksi, selanjutnya kurva standar tersebut

dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel dan kadar gula reduksi

sampel. Dari hasil absorbansi sampel pada 2 jenis pengenceran, hanya pengenceran

1000x yang nilai absorbansinya berada pada rentang absorbansi standar. Nilai

absorbansi sampel pada pengenceran 1000x untuk tepung maizena 0,842; tepung

sagu 0,413; tepung beras putih 0,13; tepung tapioka 0,261; tepung beras ketan 0,11;

dan tepung terigu 0,077.

. Sedangkan pada pengenceran 100x nilai absorbansi yang diukur terlalu tinggi

jika dibandingkan dengan standar yang dibuat yaitu hanya 0; dan 0,699. Dengan

demikian absorbansi yang dipilih untuk menentukan kadar gula reduksi sampel

adalah absorbansi sampel pada pengenceran 1000x.

Analisis Kadar Pati

Analisis kadar pati pada praktikum ini menggunakan berbagai jenis tepung.

Yakni tepung beras putih, tepung tapioka, tepung terigu, tepung maizena, tepung

sagu, dan tepung beras ketan. Tepung yang akan dianalisis ditimbang sebanyak

5gram. Namun, karena menyesuaikan dengan labu erlenmeyer yang ada, beberapa

kelompok menggunakan berat tepung 10gram. Sampel kemudian diencerkan hingga

menjadi 50 ml untuk berat sampel awal 5gram, dan 100 ml untuk berat sampel awal

10gram. Sampel yang telah dilarutkan tersebut selanjutnya dipindahkan ke

erlenmeyer untuk memudahkan proses selanjutnya karena jika tetap dilakukan di

dalam labu ukur maka reaksi akan sulit dan memang kegunaan dari labu ukur hanya

untuk melarutkan sampel sampai tepat 50 ml atau 100 ml.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM

Sampel kemudian dishaker selama 1 jam. Tujuan dari shaker ini adalah untuk

memisahkan komponen bahan berdasarkan berat jenisnya. Komponen yang berat

jenisnya lebih besar akan lebih dulu mengendap. Sampel yang telah dishaker

kemudian disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtrate dan

residunya. Pada praktikum ini, yang diambil adalah residunya untuk dianalisis kadar

pati yang terdapat dalam tepung sampel. Setelah didapatkan, residu kemudian dicuci

menggunakan aquades sebanyak 200 ml hingga air sisa pencucian menjadi bening.

Residu kemudian dimasukka ke dalam Erlenmeyer secara kuantitatif dan

ditambahkan dengan 20ml HCl 25% kemudian ditutup dengan alumuniumfoil dan

diberi lubang. Hingga tahap ini, metode praktikum serupa dengan literatur oleh

Sudarmadji dkk (2010). Sampel dalam Erlenmeyer kemudian dimasukkan ke dalam

autoklaf selama 2,5 jam.

Setelah itu, sampel didinginkan dengan air mengalir hingga suhunya turun

(suam-suam kuku). Sampel lalu diatur pHnya hingga netral. Penetralan dilakukan

dengan penambahan HCl 25% untuk menurunkan pH dan menggunakan NaOH

untuk menaikkan pHnya. Pada praktikum ini terdapat 3 tingkatan konsentrasi NaOH,

yaitu tingkat 1, 2 dan 3 dimana NaOH tingkat 3 adalah yang paling pekat. Tujuan

dilakukan penetralan pH ini adalah agar tdak terjadi kerusakan pati secara terus

menerus.

Ketika pH telah netral, kemusian masing-masing sampel diambil 1ml untuk

kemudian pada masing-masing sampel dilakukan pengenceran 100x dan 1000x.

Pengenceran 100x dilakukan dengan mencampurkan 1 ml filtrat dengan akuades

sampai tepat 100ml. Pengenceran 1000x dilakukan dengan mencampurkan 1 ml

filtrat dengan akuades sampai tepat 1000ml. Pengenceran dilakukan untuk mengatur

variasi konsentrasi senyawa target (pati) dalam tiap ml larutan. Hal ini akan

berpengaruh terhadap hasil pembacaan absorbansi. Semakin besar pengenceran maka

konsentrasi gula reduksinya semakin rendah sehingga absorbansinya pun semakin

rendah. Hasil absorbansi yang sesuai dan masuk pada rentang absorbansi standar lah

yang digunakan.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM

Dari tiap seri pengenceran diambil 1ml sampel dan dimasukkan ke dalam tabung

reaksi. Sampel lalu ditambah dengan reagen Nelson sebanyak 1 ml. Reagen Nelson

terdiri dari Nelson A dan Nelson B dengan perbandingan 25:1. Nelson A terbuat dari

campuran Na2CO3 anhidrat, Na2SO4, K-Na Tartarat dan Na bikarbonat. Sedangkan

Nelson B terbuat dari campuran CuSO4 dan H2 SO4. Senyawa-senyawa yang

terdapat dalam reagensia Nelson tersebut yang akan bereaksi dengan senyawa target.

Setelah ditambahkan reagen Nelson selanjutnya dilakukan pemanasan

menggunakan penangas air selama ±20 menit. Pemanasan dilakukan untuk

mempercepat terjadinya reaksi. Menurut Sundari (2009), salah satu faktor yang

mempengaruhi laju reaksi kimia adalah suhu. Semakin tinggi suhu maka kecepatan

laju reaksi meningkat.

Setelah pemanasan selanjutnya dilakukan pendinginan dengan air mengalir.

Pendinginan bertujuan untuk adanya komponen larutan yang rusak. Kemudian

ditambahkan 1 ml arsenomolibdat lalu digojog juga ditambahkan 7 ml akuades.

Penggojogan dilakukan untuk mencampurkan dan menghomogenkan campuran.

Penambahan arsenomolibdat tersebut bertujuan untuk mereaksikan cupro oksida

yang dihasilkan dengan arsenomolibdat sehingga membentuk molibdenum yang

berwarna biru.

Intensitas warna biru yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 540 nm. Oleh karena itu dilakukan pengukuran absorbansi pada

setiap pengenceran. Secara teori, semakin banyak jumlah total gula maka intensitas

warna biru semakin tinggi sehingga hasil absorbansinya juga tinggi. Dari hasil

pengukuran diperoleh data absorbansi pada pengenceran 100x dan 1000x pada

masing-masing jenis tepung semakin kecil pada pengenceran 1000x. Hasil tersebut

sesuai dengan teori dimana semakin besar pengenceran maka absorbansinya semakin

rendah karena jumlah total glanya semakin sedikit.

Data hasil absorbansi sampel tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk

menghitung kadar pati pada sampel. Dari hasil absorbansi sampel pada 2 jenis

pengenceran, hanya pengenceran 1000x yang nilai absorbansinya berada pada

rentang absorbansi standar. Dengan demikian absorbansi yang dipilih untuk

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM

menentukan kadar pati pada sampel adalah absorbansi sampel pada pengenceran

1000x. Dari hasil perhitungan kadar pati dengan mengalikan kadar total gula dengan

faktor konversi 0,9 diperoleh kadar pati pada tepung maizena 20,16%, tepung sagu

9,54%, tepung beras putih 1,26%, tepung tapioka 5,76%, tepung beras ketan 1,025%,

dan tepung terigu 0,63%.

Penentuan Gula Reduksi

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Analisis kadar pati tepung-tepungan menggunakan metode hidrolisis asam.

Hasil analisis kadar pati menghasilkan kadar pati pada tepung maizena 20,16%,

tepung sagu 9,54%, tepung beras putih 1,26%, tepung tapioka 5,76%, tepung

beras ketan 1,025%, dan tepung terigu 0,63%.

B. Saran

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, Feri Kusnandar, dan Dian Herawati. 2011. “Analisis Pangan”. Jakarta: Dian Rakyat.

Gaman, P.M. dan K.B. Sherington. 1992. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Biologi. Yogyakarta: UGM Press

Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Sundari. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi”. Handbook Kimia Analitik. Jakarta: MM Press.

Wiley, John dan Sons. 2001. “Colorimetric Quantification of Carbohydrates”. Current Protocols in Food Analytical Chemistry (2001) E1.1.1-E1.1.8.

Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.