LAPORAN PRAKTIKUM

22
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK II NAMA : NIM : PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

description

praktikum

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK II

NAMA : NIM

: PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINTAHUN 2015LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa: GENNA PRAMA NUGROHONIM

: O111 13 512Nama Asisten

: ANDI FUTRI FEBRIANIWaktu Asistensi

No.Jadwal AsistensiSaran PerbaikanParaf Asisten

Makassar, 22 April 2015AsistenPraktikan

ANDI FUTRI FEBRIANIGENNA PRAMA NUGROHO

JUDUL PRAKTIKUM

TUJUAN PRAKTIKUM

RUANG LINGKUP PRAKTIKUM

TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

DARAH

Tujuan dari percobaan ini adalah :

Membuat preparat darah natif

Menghitung waktu beku darah

Menghitung waktu perdarahan

Mengamati hemolisis darah dan krenasi

Menghitung kadar Hb dengan metode Sahli

Membuat sediaan apus darah dan diferensiasi BDP

Pada pratikum mengenai susunan saraf pusat dan saraf tepi kita dapat melihat :

Pembuatan dan pengamatan preparat darah natif

Penghitungan waktu beku darah

Penghitungan waktu perdarahan

Hemolisis dan krenasi sel darah merah

Mengetahui kadar Hb darah menggunakan metode Sahli

Pembuatan sediaan apus darah dan pengamatan diferensiasi BDP

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dll (Kimball, 1990).

Darah mempunyai fungsi antara lain, mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu, mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas suhu tubuh dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan membentuk antibodi (Guyton, 1983).

Darah terdiri dari sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, ialah plasma. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3 tipe unsur jadi ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keeping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1990).

Sel darah merah

Ciri-ciri dari eritrosit adalah berbentuk cakram bikonkaf (bulat pipih dengan cekung di tengah), berdiameter 8 mm dengan ketebalan 2 mm, tidak memiliki nucleus dan bentuknya dapat berubah-ubah. Eritrosit mengandung hemoglobin dan berperan dalam mengikat oksigen dan mentransfernya ke bagian tubuh yang lain (Evelyn, 2001).

Sel Darah Putih

Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting. Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh (Evelyn, 2001).

Berdasarkan ada tidaknya granula leukosit terbagi atas (Ross, 2003):

Sel darah putih granulosit, terdiri dari (Suryo, 2001):

Neutrofil: memiliki nucleus yg terdiri dari 2-5 lobus (ruang), ukuran selnya

sekitar 8 mm, bersifat fagosit. Merupakan sel yang paling banyak menyusun leukosit.

Basofil: memiliki nucleus berbentuk S, bersifat fagosit, dan melepaskan heparin juga histamin ke dalam darah.

Eosinofil: berbentuk hampir seperti bola, berukuran 9 mm, Memiliki nucleus yang terdiri dari 2 lobus dan bersifat fagosit dengan gaya fagositosis yang lemah. Eosinofil dapat mendetoksifikasi toksin penyebab radang. Eosinofil dilepaskan oleh sel basofil/jaringan yang rusak.

Sel darah putih Agranulosit, terdiri dari (Frandson, 1992):

Monosit: memiliki 1 nukleus besar yg berbentuk tapal kuda dan ginjal, Berdiameter 12-20 mm, di dalam jaringan membesar, dan bersifat fagosit menjadi makrogaf.

Limfosit: berbentuk seperti bola dan diameter 6-14 mm, berperan dalam system kekebalan tubuh.

Trombosit

Trombosit itu merupakan salah satu jenis sel darah yang berfungsi untuk pembekuan darah agar tidak terjadi pendarahan yang berkepanjangan apabila kita mengalami luka. Nama lain trombosit adalah platelet atau bahasa indonesianya keping darah (M. Agus J. Alam, 2000).

Koagulasi Darah (Pembekuan darah)

Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel. Koagulasi merupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi darah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut (fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut (M. Abd. Anshori, 2011).

Waktu Pendarahan

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untukberhenti setelah kulit berdarah. Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu mulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissu. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Suryo, 2001).

Hemolisis

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma) (Tharp, G.D, 2002).

Metode Sahli

Prinsip metode sahli adalah hemoglobin dalam darah diubah oleh HCl menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat tersebut. Metode sahli kurang baik karena tidak semua jenis hemoglobin dapat diubah menjadi asam hematin seperti karboksi hemoglobin, methemoglobin, sulfathemoglobin (Schmid, 2009).

Materi

Alat

Jarum Franckle

Hemositometer set

Mikroskop

Hemometer Sahli

Jarum pentul

Hematokrit

Sentrifus hematokrit

Gelas objek dan cover

Counter (stopwatch)

Bahan

Darah

Larutan Hayem

Aquades, alkohol

Tissu

Cat Giemsa

NaCl 0,3 M

HCl 0,1 M

3.2 Metode

Sifat Fisik Darah

Preparat Darah Natif

Disediakan satu preparat kaca yang bersih dari lemak dan diteteskan NaCl fisiologis tetes di atasnya, kemudian diteteskan darah 1/5 tetes (atau dengan batang korek api diambil darah). Diaduk dengan ujung pipet atau batang korek, setelah rata ditutup dengan kaca penutup.

Meletakkan di bawah mikroskop (posisi mikroskop tidak boleh miring) dan mengamati dengan pembesaran 10x, 250x, dan 400x. Diperhatikan apa yang terlihat (menggambar sel darah merah dan putih 1-3 sel dan mikroorganisme bila ada).

Waktu Beku Darah :

Tusuklah dengan jarum Franckle ujung jari probandus yang telah disterilkan dengan alkohol dan bersamaan dengan itu tekanlah stopwatch.

Letakkan 2-3 tetes darah di atas gelas objek.

Tusuklah darah tersebut dan kemudian angkatlah dengan jarum pentul.

Lakukan hal tersebut setiap 30 detik sekali sampai tampak adanya benang fibrin.

Catatlah waktunya.

Waktu Pendarahan :

Tusuklah dengan jarum Franckle ujung jari probandus yang telah disterilkan dengan alkohol dan bersamaan dengan itu tekanlah stopwatch.

Tempelkan kertas saring pada luka tersebut tiap 30 detik dengan tempat penempelan darah yang pertama pada kertas saring jangan terlalu berjauhan.

Hentikan penempelan pada saat menghailkan bintik darah yang sangat kecil.

Catatlah waktunya.

Hemolisis Darah

Mengambil darah dari jari dengan lanset atau jarum Franckle, sediakan kaca objek yang diberi label A dan B. Teteskan pada 2 buah kaca benda, masing-masing 1 tetes.

Menambahkan 2 tetes larutan NaCl 0,3 M pada kaca A (Krenasi).

Menambahkan 2 tetes larutan HCl 01, M pada kaca B (Hemolisis).

Menutup masing-masing kaca benda dengan kaca penutup, kemudian mengamati di bawah mikroskop.

Catat dan gambar hasilnya.

Sel Darah Merah (Eritrosit) :

Kadar Hb dengan Metode Sahli

Dalam metode ini digunakan hemometer Sahli. Hemometer ini mengukur kadar Hb dalam 100 cc darah.

Isilah ke dalam tabung pengukur 0,1 M HCl sampai tanda 2 gram % (garis pada tabung paling bawah).

Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan alkohol kemudian ditusuk menggunakan jarum Franckle.

Hisaplah darah sebanyak 20 mm3 darah ke dalam pipet kapiler sampai tepat pada garis.

Usaplah darah yang tercecer di ujung pipet dengan kertas saring dan tiuplah darah ke dalam tabung pengukur sampai seluruh darah tercampur dengan HCl. Campuran sempurna akan diperoleh dengan menghisap dan meniup campuran larutan darah HCl berulang kali dengan menggunakan pipet kapiler tersebut.

Biarkan selama 3 menit agar terbentuk asam hematin yang berwarna coklat. Larutan yang berwarna coklat tua akan segera menjadi bening dalam waktu beberapa menit.

Teteskan aquades dengan pipet air dan aduk pelan-pelan dengan warna standart di sebelah kanan-kiri tabung pengukur.

Bacalah tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu dalam gr (yakni gr Hb dalam 100 cc darah) dan dalam % (presentase Hb dihitung dibandingkan dengan Hb normal digunakan ukuran 15,6 gr Hb dalam 100 cc darah).

Menghitung MCV dan MCHC

Menghitung MCV (Mean Corpuscular Volume)

Menghitung MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration)

Sel Darah Putih (Leukosit) :

Sediaan Apus Darah dan Differensiasi BDP

Sediaan Apus Darah

Teteskan darah dalam gelas objek.

Ambil gelas objek yang lain dan tempelkan ujungnya pada tetesan tersebut dengan sudut 45o. Keringkan.

Preparat apus darah yang sudah kering ditetesi dengan larutan metyl alkohol selama 3-5 detik. Keringkan.

Teteskan larutan Giemsa selama 30-40 detik.

Cuci dengan air sampai bersih, lalu keringkan.

Amati di bawah mikroskop.

Differensiasi BDP

Dari preparat apus yang sudah dicat, periksa di bawah mikroskp dengan cara zigzag.

Hitung tiap macam sel yang terlihat sampai mencapai 100.

Dicari presentase relatif dari setiap macam sel leukosit.

Hasil

Preparat darah natif

Waktu beku darah

Nama: Asnita D.

Umur: 19 tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Waktu beku darah: 3 menit 30 detik

Pada kucing waktu beku darah : 1 menit 35 detik

Waktu pendarahan

Nama: Asnita D.

Umur: 19 tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Waktu perdarahan: 26 detik

Hemolisis

Pada kaca A yang diteteskan larutan NaCl 0,3 M sel darah merah mengalami krenasi (sel darah mengkerut).

Pada kaca B yang diteteskan larutan HCl 0,1 M sel darah merah anjing mengalami hemolisis (sel darah pecah).

Gambar hemolisis

Gambar krenasi

Gambar Hemolisis

Pada kaca B yang diteteskan larutan HCl 0,1 M sel darah merah anjing mengalami hemolisis (sel darah pecah).

Gambar hemolisis anjing

Kadar Hb dengan metode Sahli

Darah yang telah dicampur dengan HCl 0,1 M dan ditetesi aquades memiliki warna coklat. Namun, perubahan warna darah tersebut tidak terlalu sesuai dengan warna standar (Indikator) yang ada pada sisi kanan dan kiri tabung pengukur hemometer Sahli.

Persentase Perbandingan Hb Normal (15,6gr) dengan Hb mahasiswa.

Hasil yang diperoleh yaitu:

QUOTE = 1,638 gr

QUOTE = 11,7 %

Persentase Hb mahasiswa yang diperoleh adalah Normal karena tidak melampaui 15,6 gr.

Hasil Menghitung MCV dan MCHCHasil yang diperoleh yaitu:MCV= (11,7% 10)/1 = 117 %MHCH= ([1,64 gram %] 100)/(11,7%) = 14,02 %

Sediaan apus darah dan differensiasi BDP

INCLUDEPICTURE "https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpt1/v/t34.0-12/11139927_805423379545943_1934316392_n.jpg?oh=91034051f10a766076a0f1a702db5cb8&oe=5538706A&__gda__=1429777113_473e91fe5f8b0fd70ae4e2f5c8bba7b8" \* MERGEFORMATINET

Ket: - Neutrofil berwarna ungu dan berinti

Eritrosit berbentuk bundar dan tidak memiliki inti

Pembahasan

Preparat darah natif

Pada pengamatan ini, sampel darah yang diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan nampak pada sampel tersebut keping sel darah merahdan sel darah putih yang masih bergerak seperti air mengalir. Hal ini sesuai denganMikrajuddin (2004), yang menyatakan bahwa darah manusia ataupun hewan terdiri dari dua kompoen penting yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Dimana sel-sel darah itu sendiri terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih serta keping darah, sedangkan cairan darah terdiri dari cairan darah (Plasma darah). Lebih lanjut Anonim (2009) dalam (Rahman, S. 2009) yang menyatakan bahwa susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keeping-keping darah (trombosit), dan plasma darah. Pada praktikum ini ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi leukosit yang memiliki inti atau nukleus.

Waktu beku darah

Berdasarkan hasil praktikum pada pengamatan waktu koagulasi mulai dari darah diteteskan diatas kaca objek sampai muncul benang fibrin membutuhkan waktu 1 menit 46 detik. Hal ini sesuai dengan Frandson (1992), bahwa waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada anjing 2,5 menit.

Waktu pendarahan

Berdasarkan hasil praktikum pada pengamatan penentuan waktu pendarahan mulai dari darah dikeluarkan dari ujung jari dengan menggunakanjarum Frankle sampai dengan darah berhenti keluar, membutuhkan waktu selama 2 menit 11 detik. Hal ini sesuai dengan Rochmat R (2009) bahwa waktu perdarahan normal antara 1 sampai 3 menit. Apabila melewati dari 10 menit, darah belum berhenti, hentikan percobaan karena tidak ada gunanya.

4. Hemolisis

Saat dilakukan pengujian hemolisis darah langkah pertama yang dilakukan yaitu darah diambil dari jari menggunakan jarum Franckle, kemudian disediakan kaca objek yang diberi label A dan B. Selanjutnya darah diteteskan pada 2 buah kaca objek tersebut, masing-masing 1 tetes. Kaca objek berlabel A diteteskan NaCl 0,3 M sebanyak 2 tetes. Kaca objek berlabel B diteteskan HCl 0,1 M, juga sebanyak 2 tetes. Masing-masing kaca objek ditutup dengan cover glass, kemudian diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diperoleh yaitu pada kaca objek berlabel A yang diteteskan NaCl 0,3 M setelah diamati di bawah mikroskop sel darah mengalami krenasi (sel darah mengkerut). Hal ini terjadi karena larutan NaCl menyebabkan kondisi hipertonik di luar sel darah merah. Konsentrasi air di luar sel darah merah lebih rendah (larutan lebih pekat) dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air di dalam sel akan mengalir ke luar sel sehingga sel mengalami krenasi (mengkerut).

Pada kaca objek berlabel B yang diteteskan HCl 0,1 M setelah diamati di bawah mikroskop sel darah mengalami hemolisis (sel darah pecah). Hal ini terjadi karena larutan HCl menyebabkan kondisi hipotonik di luar sel darah merah. Konsentrasi air di luar sel darah merah lebih tinggi dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air akan mengalir terus menerus ke dalam sel sehingga sel mengalami hemolisis (pecah). Sel darah yang mengalami hemolisis sudah tidak memiliki bentuk yang tetap.

Kadar Hb dengan metode Sahli

Penghitungan kadar Hb dengan metode Sahli menggunakan alat hemometer Sahli untuk pengukuran kadar Hb. Hemometer ini mengukur kadar Hb dalam 100 cc darah. Sampel darah yang digunakan pada metode ini adalah sampel darah manusia. Langkah yang dilakukan yaitu tabung pengukur diisi dengan HCl 0,1 M sampai tanda 2 gram % (garis pada tabung paling bawah). Kemudian jari salah satu teman yang akan di ambil sampel darahnya dibersihkan dengan alcohol kemudian ditusuk menggunakan jarum Franckle sampai terlihat darah keluar. Sampel darah dihisap sebanyak 20 mm3 darah menggunakan pipet kapiler sampai tepat pada garis.

Darah yang tercecer di ujung pipet diusap menggunakan tissue kering, kemudian darah ditiup ke dalam tabung pengukur yang berisi HCl 0,1 M selanjutnya diaduk sampai seluruh darah tercampur dengan HCl dengan menghisap dan meniup campuran larutan HCL berulangkali dengan menggunakan pipet kapiler tersebut. Campuran ditetesi aquades sebanyak 3 tetes menggunakan pipet air dan diaduk pelan-pelan. Warna yang tampak pada campuran dibandingkan dengan warna standart di sebelah kanan dan kiri tabung pengukur. Tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur dibaca yaitu dalam gr (yakni gr Hb dalam 100 cc darah) dan dalam % (presentase Hb dihitung dibandingkan dengan Hb normal digunakan ukuran 15,6 gr Hb dalam 100 cc darah). Hasil yang diperoleh yaitu campuran berwarna coklat, namun warna yang terbentuk pada campuran tidak sesuai dengan warna standar yang ada di sebelah kanan dan kiri tabung pengukur. Hal ini dapat disebabkan sampel darah yang diambil terlalu sedikit sehingga warna yang terbentuk pada campuran lebih muda dibandingkan dengan warna standar. Sedangkan tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu 6 gram %.

Untuk menghitung MCV (Mean Corpuscular Volume) digunakan rumus :

Hasil yang diperoleh yaitu:

MCV= (11,7% 10)/1 = 117 %

Untuk menghitung MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) digunakan rumus :

Hasil yang diperoleh yaitu :

MHCH= ([1,64 gram %] 100)/(11,7%) = 14,02 %

Sediaan apus darah

Saat menyediaakan apus darah yaitu dengan meneteskan darah (anjing) ke objek glass kemudian mengambil objek glass yang lain dan menempelkan ujungnya pada tetesan tersebut dengan sudut 45o lalu apus dan keringkan. Preparat apus darah yang sudah kering ditetesi dengan larutan methylalkohol dan keringkan. Setelah kering, ditetesi dengan larutan giemsa lalu dibiarkan kering. Setelah itu, di cuci dengan aquades hingga bersih dan keringan. Kemudian setelah kering, preparat apus darah dilihat di bawah mikroskop dan yang dapat dilihat pada apus darah anjing nukleusnya tidak ada.

Dari percobaan yang telah kami lakukan, didapat kesimpulan bahwa :

Pada praktikum ini ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi leukosit yang memiliki inti atau nukleus.

Berdasarkan hasil praktikum pada pengamatan waktu koagulasi mulai dari darah diteteskan diatas kaca objek sampai muncul benang fibrin membutuhkan waktu 1 menit 46 detik.

Penentuan waktu pendarahan mulai dari darah dikeluarkan dari ujung jari dengan menggunakan jarum Frankle sampai dengan darah berhenti keluar, membutuhkan waktu selama 2 menit 11 detik. Hal ini sesuai dengan Rochmat R (2009) bahwa waktu perdarahan normal antara 1 sampai 3 menit.

Pada kaca objek berlabel A yang diteteskan NaCl 0,3 M sel darah mengalami krenasi. Hal ini terjadi karena larutan NaCl menyebabkan kondisi hipertonik di luar sel darah merah. Pada kaca objek berlabel B yang diteteskan HCl 0,1 M sel darah mengalami hemolisis. Hal ini terjadi karena larutan HCl menyebabkan kondisi hipotonik di luar sel darah merah.

Campuran darah dan HCl berwarna coklat, namun warna yang terbentuk pada campuran tidak sesuai dengan warna standar. Hal ini dapat disebabkan sampel darah yang diambil terlalu sedikit sehingga warna yang terbentuk pada campuran lebih muda dibandingkan dengan warna standar. Sedangkan tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu 6 gram %.

Pada percobaan membuat preparat apus darah didapatkan hasil bahwa sel darah merah pada anjing yaitu sel darah merah pada anjing tidak memiliki nukleus

Evelyn, Pearce. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Subowo, 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.

Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran . Jakarta.

Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta.

M. Abd. Anshori, Waluyo, Wasis Saifullah. 2011. Sistem Informasi dan Alat Pengujian Golongan Darah Sistem ABO Via SMS. Jurusan Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi POLINEMA.

M. Agus J. Alam. 2000. Borland Delphi 5.0 Belajar Sendiri. PT. Elex Media Computindo, Jakarta.

Ross, J.S. & K.J.W. Wilson. 2003. Foundations of Anatomy & Physiology. Specially edition. Edinburg.

Schmid, K. and Friends. 2009. Animal Physiology Adaptation. and Environment. Cambridge University Press. USA.

Suryo, 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarata.

Tharp, G.D. & D.A. Woodman, 2002. Experiments in Physiology, edisi ke 8. Prentice Hall. Upper Saddle River