LAPORAN PRAKTIKUM

19
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG “ DSB DAN SSB PADA DEMODULATOR ” Oleh TT 2D / IA : Akhmad Faisol Fadli 1231130003 Dewi Sekar Putih 1231130042 Dinari Gustiana Cita D 1231130006 D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI MALANG

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG

“ DSB DAN SSB PADA DEMODULATOR ”

Oleh TT 2D / IA :

Akhmad Faisol Fadli 1231130003

Dewi Sekar Putih 1231130042

Dinari Gustiana Cita D 1231130006

D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2013 – 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM

DSB DAN SSB PADA DEMODULATOR

Tujuan :

1. Untuk mengetahui nilai amplitudo output pada gelombang kotak dan gelombang sinus

2. Untuk mengetahui karakteristik DSB dan SSB pada demodulator

3. Untuk mengetahui perbedaan gelombang sinus dan gelombang kotak pada DSB dan SSB

Alat dan Bahan :

1. Osiloskop 1 buah2. Plug 18 buah3. Banana to Banana 4 buah4. BNC to Banana 2 buah5. Kabel penghubung Secukupnya6. Modul Generator Fungsi 1 buah7. Modul Power Supply 1 buah8. Modul Receiver 20kHz 1 buah9. Modul CF – Transmitter 20kHz 1 buah10. Penyangga Besi 1 buah

Teori Dasar :

A. Demodulasi

Demodulation (deteksi) metode untuk modulasi amplitudo di sisi penerima termasuk

deteksi sinkron dan deteksi asynchronous. Deteksi sinkron mendemodulasi sinyal yang

diterima dengan mengalikan dengan frekuensi pembawa yang memiliki frekuensi yang sama

dan fase sebagai gelombang pembawa transmisi. Deteksi Asynchronous termasuk deteksi

amplop dan deteksi pembetulan. Dengan deteksi asynchronous, sinyal informasi m (t) harus

dimasukkan dalam amplop dari gelombang penerima.

Dengan modulasi DSB-SC, amplitudo gelombang pembawa digeser proporsional

dengan amplitudo sinyal modulasi menggunakan modulator. Sebuah transistor atau dioda

dapat digunakan sebagai modulator. Misalnya, jika gelombang pembawa dan sinyal modulasi

adalah input dengan transistor yang beroperasi di kelas C, sinyal menggabungkan gelombang

DSB dan harmonik adalah output.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM

Modulasi amplitudo atau dikenal dengan sebutan AM (Amplitude Modulation) secara

sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu teknik modulasi yang mana amplitudo sinyal

carrier berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi. Pada jenis

modulasi ini amplituda sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional terhadap amplitudo

sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap selama proses modulasi.

Definisi demodulasi adalah proses suatu sinyal modulasi yang dibentuk kembali

seperti aslinya dari suatu gelombang pembawa (carrier wave) yang termodulasi oleh

rangkaian. Sedangkan 

B. Demodulator 

Definisi demodulator adalah rangkaian yang penerima komunikasi (radio, televisi,

dan radar) yang berfungsi memisahkan informasi asli dari gelombang campuran (yaitu

gelombang isyarat pembawa yang termodulasi. Demodulator sering juga disebut dengan

detector. Misalnya dalam system modulasi amplitude (AM) dikenal jenis-jenis detector linier,

detector kuadrat, dan detector Kristal. 

Dalam system modulasi frekuensi (FM) diterapkan rangkaian demodulator yang

disebut diskriminator. Sesudah isyarat informasi dipisahkan dari gelombang campuran, maka

isyarat informasi itu dikuatkan dan ditampilkan sebagai bunyi atau tanda-tanda lain (misalnya

bayangan seperti dalam televisi). 

C. Single - Sideband Demodulasi 

Modulasi single-sideband (SSB) atau Single-sideband ditekan-carrier (SSB-

SC) merupakan penyempurnaan dari modulasi amplitudo yang lebih efisien menggunakan

daya listrik dan bandwidth. Modulasi amplitudo menghasilkan sinyal output termodulasi

yang memiliki dua kali bandwidth sinyal baseband asli. Modulasi single-sideband

menghindari bandwidth dua kali lipat, dan daya terbuang pada operator, pada biaya agak

meningkat kompleksitas perangkat dan tuning lebih sulit pada penerima.

SSB demodulator harus memiliki kemampuan untuk memilih sidebands. Semua

metode generasi SSB sejauh dibahas memiliki rekan-rekan mereka sebagai

demodulasi. Dalam percobaan ini, Anda akan memeriksa pentahapan-jenis demodulator,

yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM

Gambar 1 SSB Demodulator.

Single-sideband modulation (SSB) merupakan penyempurnaan dari modulasi

amplitudo yang lebih efisien yang menggunakan  daya listrik dan bandwidth. Modulasi

amplitudo menghasilkan sinyal output termodulasi yang memiliki dua kali bandwidth

asli baseband sinyal. Modulasi single-sideband menghindari bandwidth dua kali lipat, dan

daya terbuang pada operator, pada biaya agak meningkat kompleksitas perangkat. 

D. Double - sideband Demodulasi 

Seperti namanya, detektor produk menggunakan perkalian dan matematika sehingga

diperlukan untuk menjelaskan operasinya. Sinyal DSBmasuk dikalikan dengan sinewave

murni yang harus frekuensi yang sama dengan sinyal DSBSC pembawa ditekan. Sinewave

ini dihasilkan oleh penerima dan dikenal sebagai operator lokal. Untuk melihat mengapa

proses ini pulih pesan, mari kita menjelaskan deteksi produk matematis: 

Output DSBSC demodulator ini = yang DSBSC sinyal X pembawa lokal

Untuk memahami mengapa, mengingat bahwa amplop detektor mengeluarkan sinyal yang

salinan amplop masukan nya. Ini bekerja baik untuk demodulating AM karena amplop sinyal

adalah bentuk yang sama seperti pesan yang dihasilkan itu di tempat pertama yaitu, selama

itu belum berakhir ¬ termodulasi. Namun, ingat bahwa amplop sebuah sinyal DSBSC tidak

bentuk yang sama seperti pesan. 

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Meletakkan modul power supply, generator fungsi, SSB-DSB Receiver 20kHz dan

CF Transmitter 20kHz pada penyangga besi

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM

3. Kemudian menjumper antara power supply dengan generator fungsi, kemudian

menjumper antara generator fungsi dengan CF-Transmitter 20kHz , dan menjumper

CF transmitter dengan SSB-DSB Receiver 20 kHz.

4. Setelah itu modul dirangkai seperti gambar dibawah ini, jika mengamati DSB

Demodulator :

5. Channel 1 osiloskop diletakkan pada jumperan antara Generator Fungsi dengan CF –

Transmitter , diletakkan dibawah lubang TTL. Sedangkan , Channel 2 diletakkan pada

modul SSB-DSB Receiver.

6. Untuk mengukur SSB maka hanya mengganti jumper saja , seperti gambar di bawah

ini :

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM

7. Kemudian mengamati hasil output channel 1 dan channel 2 pada osiloskop dengan

mengatur frekuensi serta amplitudo.Hasil input dan output yang diamati merupakan

gelombang sinus dan gelombang kotak.

8. Frekuensi input yang s\diamati antara 4Vpp, 3Vpp dan 2 Vpp. Lalu ditarik

kesimpulan.

HASIL PRAKTIKUM

AMPLITUDO FREKUENSITIME

/ DIV

VOLT /

DIV

AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG SINUS

AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG KOTAK

CH1 CH2 CH1 CH2

2 Vpp 1 kHz 0,5ms 0,5 V/div 1V 0,7V 1V 1,1V

3 Vpp 1 kHz 0,5ms 0,5 V/div 1,5V 1,3V 1,5V 1,8V

4 Vpp 1 kHz 0,5ms 0,2 V/div 0,8V 0,6V 0,8V 0,8V

Pada DSB Demodulator :

GAMBAR PADA AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG SINUSGAMBAR PADA AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG KOTAK

Amplitudo pada saat 2Vpp, dengan Time/div =

0,5ms dan Volt/div = 0,5V/div

Amplitudo pada saat 2Vpp, dengan Time/div = 0,5ms

dan Volt/div = 0,5V/div

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM

Amplitudo pada saat 3Vpp, dengan Time/div =

0,5ms dan Volt/div = 0,5V/div

Amplitudo pada saat 3Vpp, dengan Time/div = 0,5ms

dan Volt/div = 0,5V/div

Amplitudo pada saat 4Vpp, dengan Time/div =

0,5ms dan Volt/div = 0,2V/div

Amplitudo pada saat 4Vpp, dengan Time/div = 0,5ms

dan Volt/div = 0,2V/div

Pada SSB Demodulator :

AMPLITUDO FREKUENSITIME

/ DIV

VOLT /

DIV

AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG SINUS

AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG KOTAK

CH1 CH2 CH1 CH2

2 Vpp 1 kHz 0,5ms 0,5 V/div 1V 0,5V 1V 0,7V

3 Vpp 1 kHz 0,5ms 0,5 V/div 1,5V 0,8V 1,5V 1V

4 Vpp 1 kHz 0,5ms 0,2 V/div 0,8V 0,4V 0,8V 0,44V

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM

GAMBAR PADA AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG SINUSGAMBAR PADA AMPLITUDO OUTPUT

GELOMBANG KOTAK

Amplitudo pada saat 2Vpp, dengan Time/div = 0,5ms

dan Volt/div = 0,5V/divAmplitudo pada saat 2Vpp, dengan Time/div =

0,5ms dan Volt/div = 0,5V/div

Amplitudo pada saat 3Vpp, dengan Time/div = 0,5ms

dan Volt/div = 0,5V/divAmplitudo pada saat 3Vpp, dengan Time/div =

0,5ms dan Volt/div = 0,5V/div

Amplitudo pada saat 4Vpp, dengan Time/div = 0,5ms

dan Volt/div = 0,2V/div

Amplitudo pada saat 4Vpp, dengan Time/div =

0,5ms dan Volt/div = 0,2V/div

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PRAKTIKUM

- Pada DSB Demodulator

1. Pada Saat 2 Vpp

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM

Gelombang Sinus Gelombang Kotak

Pada gambar diatas merupakan outpur dari amplitudo input 2vpp, dimana Volt/div

sebesar 0,5 V/div dan time/div sebesar 0,5 ms. Pada DSB ini,gelombang sinus dan

gelombang kotak di pengaruhi oleh besar amplitudo input dan besar receiver. Pada

gelombang kotak lebar amplitudo lebih besar daripada gelombang sinus. Pada gelombang

sinus, besar amplitudo output pada CH1 adalah 1 V dan CH2 adalah 0,7 V. Sedangkan output

pada gelombang kotak, CH1 sebesar 1 V dan pada CH2 sebesar 1,1V.

2. Pada Saat 3 Vpp

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM

Gelombang Sinus

Gelombang Kotak

Pada gambar diatas merupakan outpur

dari amplitudo input 3 Vpp, dimana Volt/div

sebesar 0,5 V/div dan time/div sebesar 0,5

ms. Pada saat amplitudo input 3Vpp, maka

amplitudo outputnya juga semakin besar.

Pada gelombang sinus, besar output lebih kecil daripada gelombang kotak, seperti yang

ditunjukkan pada gambar diatas. Besar output pada gelombang sinus , CH1 sebesar 1,5V dan

CH2 sebesar 1,3V. Sedangkan, pada gelombang kotak CH1 sebesar 1,5V dan CH2 adalah

1,8V.

3. Pada Saat 4Vpp

Pada gambar diatas merupakan outpur dari amplitudo input 4 Vpp, dimana

Volt/div sebesar 0,2 V/div dan time/div sebesar 0,5 ms. Pada amplitudo output

gelombang sinus , CH1 sebesar 0,8V dan CH2 sebesar 0,6V. Sedangkan , pada

gelombang kotak CH1 sebesar 0,8V dan CH2 sebesar 0,8V. Dimana, nilai output pada

gelombang sinus dan gelombang kotak hampir sama.

- Pada SSB Demodulator

1. Pada Saat 2Vpp

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM

Gelombang Sinus Gelombang Kotak

Pada gambar diatas merupakan outpur dari amplitudo input 2 vpp, dimana Volt/div

sebesar 0,5 V/div dan time/div sebesar 0,5ms. Pada SSB Demodulator, besar output

gelombang sinus lebih kecil daripada gelombang kotak. Dimana, output CH1 pada

gelombang sinus sebesar 1V, dan CH2 sebesar 0,5V. Sedangkan, Output gelombang kotak

CH1 adalah 1V dan CH2 sebesar 0,7V.

2. Pada Saat 3Vpp

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM

Gelombang Sinus Gelombang Kotak

Pada gambar diatas merupakan outpur dari amplitudo input 3vpp, dimana Volt/div

sebesar 0,5 V/div dan time/div sebesar 0,5ms. Pada SSB Demodulator, besar output

gelombang sinus lebih kecil daripada gelombang kotak. Dimana, output CH1 pada

gelombang sinus sebesar 1,5V, dan CH2 sebesar 0,8V. Sedangkan, Output gelombang kotak

CH1 adalah 1,5V dan CH2 sebesar 1V. Semakin besar amplitudo input maka amplitudo

output juga semakin besar seperti pada gambar diatas.

3. Pada Saat 4 Vpp

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM

Gelombang Sinus Gelombang Kotak

Pada gambar diatas merupakan outpur dari amplitudo input 4 Vpp, dimana Volt/div

sebesar 0,2 V/div dan time/div sebesar 0,5ms. Pada SSB Demodulator, besar output

gelombang sinus hampir sama dengan gelombang kotak. Dimana, output CH1 pada

gelombang sinus sebesar 0,8 V, dan CH2 sebesar 0,4 V. Sedangkan, Output gelombang kotak

CH1 adalah 0,8 V dan CH2 sebesar 0,44 V.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM

KESIMPULAN

1. Pada praktikum DSB DEMODULATOR,

2. Pada praktikum SSB DEMODULATOR,

3. Perbedaan gelombang sinus dan gelombang kotak , semakin besar amplitudo input

maka besar amplitudo output pada gelombang sinus dan gelombang kotak

semakin besar. Tetapi, amplitudo output pada gelombang kotak lebih besar lagi

daripada gelombang sinus.