LAPORAN PRAKTIKUM

20
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN 5 REAKSI KUALITATIF LOGAM-LOGAM TRANSISI I. Tanggal Percobaan : 18 Oktober 2011 II. Tujuan Percobaan : Tujuan utama kegiatan ini yaitu mengenali uji kualitatif melalui reaksi-reaksi kimia ion-ion logam transisi berdasarkan golongannya. III. Dasar Teori : Logam-logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d), dan ketiga (5d), menunjukkan sifat-sifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam periodenya, dan kemiripan maupun perbedaan yang khas ditunjukkan oleh kelompok golongannya. Untuk mengenali kemiripan maupun perbedaan khas dilakukan uji reaksi “khusus” untuk kelompok golongan paroh pertama yaitu gologan (n-1)d 4 ns 2 (Cr) dan (n-1)d 5 ns 2 (Mn). Kromium © Karakteristik Kromium Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr 3+ ) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula

description

komia organik 2 reaksi ion logam transisi

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN 5REAKSI KUALITATIF LOGAM-LOGAM TRANSISI

I. Tanggal Percobaan : 18 Oktober 2011

II. Tujuan Percobaan :Tujuan utama kegiatan ini yaitu mengenali uji kualitatif melalui reaksi-reaksi kimia ion-ion logam transisi berdasarkan golongannya.

III. Dasar Teori:Logam-logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d), dan ketiga (5d), menunjukkan sifat-sifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam periodenya, dan kemiripan maupun perbedaan yang khas ditunjukkan oleh kelompok golongannya. Untuk mengenali kemiripan maupun perbedaan khas dilakukan uji reaksi khusus untuk kelompok golongan paroh pertama yaitu gologan (n-1)d4 ns2 (Cr) dan (n-1)d5 ns2 (Mn). Kromium Karakteristik KromiumKromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency). Tingkat bilangan oksidasi kromium yang sering dijumpai adalah III dan VI. Cr(III) dalam larutan asam berupa ion Cr(H2O)63+, sedangkan dalam larutan yang basa berupa ion Cr{(OH)5(H2O)}2- dan CR(OH)63- Cr(VI) dalam larutan asam (pH lebih kecil dari 6) berupa ion HCrO4- dan Cr2OH42- yang berwarna jingga, sedangkan dalam larutan basa berupa ion CrO42- uang berwarna kuning. Pada pH yang rendah (sangat asam) hanya ion Cr2O72- yang ada di dalam larutan. Kromium yang telah ditemukan di alam kemudian masuk ke lingkungan melalui limbah industri dari lumpur elektroplating seperti limbah penyamakan dan pabrik inhibitor korosi (Krisbiyanyoro, 2008).Kromium adalah 21 paling banyak unsur dalam kerak bumi dengan konsentrasi rata-rata 100 ppm. Senyawa Kromium terdapat di dalam lingkungan, karena erosi dari batuan yang mengandung kromium dan dapat didistribusikan oleh letusan gunung berapi. Rentang konsentrasi dalam tanah adalah antara 1 dan 3000 mg / kg, dalam air laut 5-800 g / liter, dan di sungai dan danau 26 g / liter dengan 5,2 mg / liter. Hubungan antara Cr (III) dan Cr (VI) sangat tergantung pada pH dan oksidatif sifat lokasi, tetapi dalam banyak kasus, Cr (III) adalah spesies dominan, meskipun di beberapa daerah di tanah air dapat mengandung sampai 39 g dari total kromium dari 30 g yang hadir sebagai Cr (VI) (Krisbiyanyoro, 2008). Senyawa KromiumSenyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari campuran aluminum dengan khrom . Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit (Lanjar, 2006).Senyawa lainnya banyak digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom, merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna. Dalam industri penerbangan dan lainnya,senyawa khrom berguna untuk melapisi aluminum (Lanjar, 2006). Pelapisan KromiumPelapisan krom adalah suatu perlakuan akhir menggunakan elektroplating oleh kromium. Pelapisan dengan krom dapat dilakukan pada berbagai jenis logam seperti besi, baja, atau tembaga. Pelapisan krom juga dapat dilakukan pada plastik atau jenis benda lain yang bukan logam, dengan persyaratan bahwa benda tersebut harus dicat dengan cat yang mengandung logam sehingga dapat mengalirkan listrik (Noerono, 1994).Pelapisan krom menggunakan bahan dasar asam kromat, dan asam sulfat sebagai bahan pemicu arus, dengan perbandingan campuran yang tertentu. Perbandingan yang umum bisa 100:1 sampai 400:1. Jika perbandingannya menyimpang dari ketentuan biasanya akan menghasilkan lapisan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Faktor lain yang sangat berpengaruh pada proses pelapisan krom ini adalah temperatur cairan dan besar arus listrik yang mengalir sewaktu melakukan pelapisan. Temperatur pelapisan bervariasi antara 35 C sampai 60 C dengan besar perbandingan besar arus 18 A/dm2 sampai 27 A/dm2.Elektroda yang digunakan pada pelapisan krom ini adalah timbal (Pb) sebagai anoda (kutub positif) dan benda yang akan dilapis sebagai katoda (kutub negatif). Jarak antara elektroda tersebut antara 9 cm sampai 29 cm. Sumber listrik yang digunakan adalah arus searah antara 10 - 25 Volt, atau bisa juga menggunakan aki mobil (Noerono, 1994).Pewarnaan Kulit Kromium (III) garam, terutama tawas krom dan kromium (III) sulfat, digunakan dalam penyamakan dari kulit. kromium (III) menstabilkan kulit secara lintas yang menghubungkan kolagen serat dalam kulit. Kromium kecokelatan kulit dapat mengandung antara 4 dan 5% dari kromium, yang erat terkait pada protein (Noerono, 1994).

Mangan Mangan adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 25 dan memiliki symbol Mn. Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di Swedia. Logam mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetic. Hal ini dapat dilihat dari obital d yang terisi penuh pada konfigurasi electron. Mangan mempunyai isotop stabil yaitu 55Mn.Mangan logam yang sangat keras, rapuh, sedikit keabu-abuan masa jenis 7,2.Logam murni tak bereaksi dengan air tetapi bereaksi dengan uap air, larut dalam asam. Dengan HNO3 yang sangat encer melepaskan H2. Pemanasan dalam N2 pada suhu 12000C membentuk Mn3N2. mangan juga dapat bereaksi dengan karbon, belerang dan klor. Mangan ditemukan di alam dalam bentuk: Pyrolusite (MnO2) Brounite (Mn2O3) Housmannite (Mn3O4) Mangganite (Mn2O3.H2O) Psilomelane [(BaH2O)2.Mn5O10] Rhodochrosite (MnCO3)Di Indonesia, mangan telah ditemukan sejak 1854, yaitu terdapat di Karangnunggal, Tasikmalaya (Jabar) tetapi baru dieksploitasi pada tahun 1930. daerah-daerah lain yang mempunyai potensi mangan adalah Kulonprogo (Yogya), pegunungan karang bolong (Kedu Selatan), Peg. Menoreh (magelang), Gunung Kidul, Sumatera Utara Pantai Timur, aceh, dll.Dalam konsentrasi tinggi mangan merupakan senyawa beracun tapi tidak lebih beracun dari besi, nikel dan tembaga. Debu dan uap mangan tidak bolehmelebihi batas 5mg/m3 untuk dihirup dalam waktu yang singkat. Keracunan mangan dapat mengakibatkan gangguan motorik dan gangguan kognitif.

IV. Alat dan bahan yang digunakan Alat :1. Pipet tetes2. Gelas ukur3. Beker gelas4. Spatula5. Pengaduk kaca6. Neraca analitik Bahan :

1. K2Cr2O7 1 M2. H2SO4 2,5 M3. Amil alkohol-eter4. H2O2 10 %5. Gas H2S6. K2Cr2O7 padatan7. Zn serutan8. HCl 10 M9. CH3COONa10. KMnO411. NaOH 5 M12. NH4Cl 5 M13. H2SO4 5 M14. AgNO3 0,2 M15. Na2S2O316. MnSO417. NaOH 10 M

V. Prosedur PercobaaanGolongan Cr1. Ke dalam campuran 1 tetes larutan 1 M K2CrO4, 1 tetes 2,5 M H2SO4, 3 ml air dan 3ml amil alkohol-eter, ditambahkan 3 tets larutan 10% H2O2.2. Larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) diasamkan dengan 1 ml 2,5 M H2SO4 kemudian 1 ml larutan 10% H2O2 ditambahkan sebelum dihangatkan.3. Larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) diasamkan dengan 1 ml 2,5 M H2SO4. setelah dipanaskan larutan ini kemudian dialiri gas H2S.4. Ke dalam larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) ditambahkan 0,5 gram asam oksalat, kemudian campuran dipanaskan.5. Ke dalam 0,2 gram K2Cr2O7 ditambahkan 0,5 gram serutan Zn dan 5 ml 10 M HCl hingga larutan berwarna biru. Filtratnya ditambahkan ke dalam larutan jenuh 5 ml CH3COONa.

Golongan Mn1. Ke dalam larutan KMnO4 tambahkan larutan H2SO4 setelah itu tambahkan larutan jenuh NH4Cl dan 5 M NaOH, kemudian dibagi dua bagian (a dan b) dan masing-masing dilakukan perlakuan sebagai berikut:a. Tambahkan larutan H2O2b. Aliri gas H2S dan diasamkan dengan 5 M HCl2. Ke dalam 3 tetes larutan KMnO4 tambahkan 1 ml larutan 5 M H2SO4, 3 tetes larutan 0,2 M AgNO3 dan sedikit Na2S2O3, kemudian dipanaskan.3. Empat tetes larutan KMnO4 diasamkan dengan 1 ml larutan 2,5 M H2SO4, kemudian diuji dengan H2O2.4. Tiga tetes larutan KMnO4 diasamkan dengan 1 ml larutan 5 M H2SO4, kemudian diuji dengan Na2S2O3.5. Ke dalam 4 tetes larutan KMnO4 tambahkan 1 ml air dan beberapa tetes MnSO4.6. Satu gram KMnO4 dipanaskan dengan 2 ml larutan 10 M NaOH, kemudian dilarutkan dan diasamkan dengan H2SO4.7. Satu kristal KMnO4 diletakkan di atas nyala Bunsen, dinginkan, kemudian larutkan ke dalam 3 ml air.

VI. Hasil PengamatanNo. Perc,,TindakanHasil Pengamatan

Golongan Cr

11 tetes larutan 1 M K2CrO4 + 1 tetes 2,5 M H2SO4 + 3 ml air + 3ml amil alkohol-eter + 3 tets larutan 10% H2O2.1 tetes larutan 1 M K2CrO4 (kuning) + H2SO4 2,5 M 1 tetes (bening) menhasilkan larutan yang berwarna kuning + 3 ml amil alkohol-eter menghasilkan larutan yang membentuk 2 fase tetapi warna larutannya lebih terang/jelas dari pada bagian bawah dibanding bagian atas (kuning) + 10 % H2O2, larutan tetap tidak berubah.

2Larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) + 1 ml 2,5 M H2SO4 + 1 ml larutan 10% H2O2 + dihangatkan.K2CrO4 1 M (kuning) + H2SO4 (bening) menghasilkan larutan yang berwarna orange + 1 ml 10 % H2O2 namun warna larutan tetap (orange) setelah dipanaskan perubahan warna tidak berubah.

3Larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) + 1 ml 2,5 M H2SO4. Dipanaskan, kemudian dialiri gas H2S.Tidak dilakukan

4Larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) + 0,5 gram asam oksalat, kemudian campuran dipanaskan.K2CrO4 (kuning) + 0,5 asam oksalat (bening), tidak melarut tetapi terdapat endapan wana jingga, setelah larutan dipanaskan warna berubah menjadi biru kehitaman.

50,2 gram K2Cr2O7 + 0,5 gram serutan Zn + 5 ml 10 M HCl hingga larutan berwarna biru. Filtratnya ditambahkan ke dalam larutan jenuh 5 ml CH3COONa.0,2 gram K2Cr2O7 (orange) + 0,5 gram Zn (abu-abu hitam) terjadi pembentukan larutan berwarna biru tua (pekat) menghasilkan panas karena disertai dengan, pelepasan kalor dan senyawa pekat HCl, menghasilkan gas kecil-kecil + CH3COONa 5 ml (jenuh) dengan ini terbentuknya 2 fase larutan menjadi berwarna hijau dengan bagian bawah lebih pekat, dan masih terdapat gelembung gas dan zn tetap tidak larut.

Golongan Mn

1larutan KMnO4 + larutan H2SO4 + larutan jenuh NH4Cl + 5 M NaOH, kemudian dibagi dua bagian (a dan b) dan masing-masing dilakukan perlakuan sebagai berikut:a. Tambahkan larutan H2O2b. Aliri gas H2S dan diasamkan dengan 5 M HCla. KMnO4 (ungu) + H2SO4 (bening) menghasilkan larutan yang berwarna ungu terang + NH4Cl (jenuh) warna larutan tetap, namun lama kelamaan menjadi coklat kehitaman + 5 M NaOH sehingga terbentuk endapan , + H2O2 warna larutan menjadi bening dan terdapat endapan coklat kehitaman.b. Tidak dilakukan.

23 tetes larutan KMnO4 + 1 ml larutan 5 M H2SO4 +3 tetes larutan 0,2 M AgNO3 + sedikit Na2S2O3, kemudian dipanaskan.Larutan KMnO4 (ungu) + 1 ml 5 M H2SO4 (bening) , warna larutan tetap berwarna ungu dan terlihat lebih muda (ungu muda) kemudian + AgNO3 larutan tetap. Ketika dilakukan penambahan Na2S2O3 larutan menjadi berwarna coklat & terdapat endapan putih. Setelah dikocok endapan menjadi hitam & larutan berwarna merah muda yang bening. Kemudian setelah dipanaskan endapan melarut & warna memudar menjadi warna merah muda yang lebih bening.

34 tetes larutan KMnO4 + 1 ml larutan 2,5 M H2SO4, kemudian diuji dengan H2O2.4 tetes KMnO4 (ungu) + 1 ml H2SO4 (bening) larutan tetap berwarna ungu terang (ungu terong) + H2O2 10 % tidak terjadi perubahan pada larutan , begitu pula dengan warna larutan itu sendiri.

43 tetes larutan KMnO4 + 1 ml larutan 5 M H2SO4, kemudian diuji dengan Na2S2O3.Larutan KMnO4 3 tetes + 1 ml H2SO4 , namun larutan tetap tidak berubah , warnanya tetap ungu tua (pekat), larutan yang diasamkan tetap tidak berubah warna + Na2S2O3 (pada tetesan ketida dan dikocok ) larutan langsung berubah menjadi bening, warna ungu tua menghilang, semakin banyak penambahan Na2S2O3 semakin membuat warna larutan menjadi pucar & pada penambahan (tetes ke-10) terjadi reaksi pada larutan dan menghasilkan warna putih keruh kehijauan.

54 tetes larutan KMnO4 + 1 ml air + beberapa tetes MnSO4.Tidak dilakukan

61 gram KMnO4 dipanaskan dengan 2 ml larutan 10 M NaOH + H2SO4.KMnO4 (serbuk hitam) + NaOH 5 M (bening) warna larutan ungu kehitaman kemudian dipanaskan tidak terjadi perubahan+ H2SO4 menghasilakan larutan yang memiliki warna ungu kehitaman .

71 kristal KMnO4 diletakkan di atas nyala Bunsen, dinginkan, kemudian larutkan ke dalam 3 ml air.Serbuk KMnO4 (hitam) dipanaskan meleleh (ungu) kemudian didinginkan dan dilakukan dengan air larutan berubah warna menjadi ungu pekat & tersisa serbuk didinding tabung

VII. Reaksi Golongan CrPercobaan ke-1 :

Percobaan ke-2 :

Percobaan ke-3 :

Percobaan ke-4 :

Percobaan ke-5 :

Percobaan ke-1 :

Golongan MnPercobaan ke-1:

Percobaan ke-2:

Percobaan ke-3 :

Percobaan ke-4 :

Percobaan ke-5 :

Percobaan ke-6 :VIII. Pembahasan Percobaan Golongan Kromium :Pada perlakuan yang pertama , berdasarkan hasil pengamatan yakni ketika K2CrO4 (kuning) + H2SO4 (bening) menghasilkan larutan yang berwarna kuning dan ketika bereaksi dengan amil alkohol-eter menghasilkan larutan yang membentuk 2 fase tetapi warna larutannya lebih terang/jelas bagian atas (kuning) dari pada bagian bawah + 10 % H2O2, larutan tetap tidak berubah. Namun terdapat sedikit perbedaan. Berdasarkan referensi, penambahan hidrogen peroksida kedalam larutan campuran yang telah diasamkan akan membentuk lapisan berwarna biru pada larutan jika larutan campuran itu diekstrasi secara perlahan dengan dikocok pelan-pelan. Warna biru ini dihasilkan dari kromium peroksida itu sendiri. Warna biru ini dapat memudar dengan sangat cepat , jika didalam larutan air, karena kromium pentoksida terurai menjadi kromium (III) dan oksigen. Oleh sebab itulah pengidentifikasian dengan menggunakan hidrogen peroksida harus dilakukan dengan teliti dan cermat karena jika terlambat warna biru yang dihasilkan akan hilang karena teroksidasi oleh udara dilingkungan.Hal senada juga terjadi pada perlakuan yang kedua, dalam hasil pengamatan yakni ketika K2CrO4 + H2SO4 menghasilkan larutan yang berwarna orange + 1 ml 10 % H2O2 namun warna larutan tetap (orange) setelah dipanaskan perubahan warna tidak terjadi. Hal ini senada dengan perlakuan yang pertama namun perbedaannya hanya terletak pada penambahan amil alkohol-eter. Sedangkan perlakuan yang ketiga dalam percobaan ini sendiri tidak dilakukan karena keterbatasan bahan yang digunakan, sehingga perlakuan yang ketiga tidak dilakukan pada percobaan kali ini.Selanjutnya analisa-analisa kualitatif pada logam-logam transisi khususnya kromium ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam oksalat, dimana dalam hal ini terlihat pada hasil pengamatan dalam perlakuan yang keempat yakni, K2CrO4 (kuning) + 0,5 asam oksalat (bening), tidak melarut tetapi terdapat endapan wana jingga, setelah larutan dipanaskan warna berubah menjadi biru kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa larutan uji itu sendiri dalam hal ini K2CrO4 kurang reaktif dengan senyawa larutan asam oksalat, sehingga perubahan yang ditimbulkan akibat reaksi ini tidak begitu jelas, namun dengan adanya pemanasan akan menyebabkan perubahan yang signifikan. Perubahan yang signifikan ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari proses pemanasan yang dapat berfungsi mempercepat terjadinya reaksi sehingga menimbulkan perubahan yang jelas pada analisa golongan Cr ini.Dalam perlakuan yang terakhir, yakni dengan menggunakan larutan natrium asetat dan asam klorida. Berdasarkan hasil pengamatan penambahan asam klorida akan menghasilkan perubahan warna menjadi biru tua pekat dan disertai dengan panas pada larutan karena adanya pelepasan kalor dalam perlakuan ini yang diakibatkan oleh tingginya konsentrasi asam yang digunakan. Sedangkan perubahan warna ini sendiri terjadi karena adanya klor yang teroksidasi sehingga adanya klor yang terlepas dari pereaksian ini. Dan dengan penambahan natrium asetat ini akan menimbulkan larutan yang memiliki keadaan 2 fasa, dimana dari semua larutan-larutan yang digunakan serta logam-logam terdapat sebagian dari mereka yang terendap dalam penambahan asetat ini. Terbentuknya dua fasa dan adanya endapan ini, dapat disebabkan karena berlebihny krom yang digunakan dalam proses ini.

Percobaan Golongan ManganPada perlakuan yang pertama yakni berdasarkan hasil pengamatan ketika KMnO4 + H2SO4 menghasilkan larutan yang berwarna ungu terang + NH4Cl (jenuh) warna larutan tetap, namun lama kelamaan menjadi coklat kehitaman + 5 M NaOH sehingga terbentuk endapan , + H2O2 warna larutan menjadi bening dan terdapat endapan coklat kehitaman. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan asam pada larutan kalium permanganat ini akan menyebabkan kepekatan pada larutan, sedangkan dengan penambahan basa akan menyebabkan timbulnya endapan. Dan penambahan H2O2 tidak reaktif pada larutan uji yang ingin diidentifikasi. Dan dalam pengidentifikasian pada perlakuan yang kedua yakni berdasarkan hasil pengamatannya, ketika larutan uji kalium permanganat di tambahkan dengan larutan nitrat AgNO3 tidak terjadi perubahan. Dimana perak nitrat ini sendiri berfungsi sebagai katalis, karena pada penambahan Na2S2O3 terdapat endapan putih. Namun dengan adanya proses ekstraksi sederhana (kocok perlahan) dan dengan adanya pemanasan maka hal ini akan mempercepat terjadi nya perubahan pada warna larutan.Selanjutnya pengidentifikasinya dengan menggunakan larutan asam sulfat dan H2O2, dimana pada perlakuan yang ketiga ini perubahan hanya terjadi pada penambahan asam sulfat dalam larutan kalium permanganat yakni larutan berubah menjadi berwarna ungu tua , sedangkan pada penambahan H2O2 tidak terjadi perubahan hal ini dalam menunjukkan bahwasanya dengan adanya penambahan H2O2 tidak terlalu mempengaruhi perubahan pada larutan uji ini.Pada perlakuan selanjutnya yakni dengan mereaksikan larutan kalium permanganat dengan larutan asam sulfat menghasilkan larutan berwarna ungu tua namun dengan adanya penambahan natrium tiosulfat, menyebabkan larutan menjadi bening kembali , jika dilakukan terus-menerus penambahan larutan ini akan semakin menyebabkan larutan menjadi semakin putih dan akhirnya keruh dan terlihat sedikit kehijauan. Hal ini sesuai dengan referensi yang didapatkan bahwa warna ini dihasilkan karena permanganat larut dalam reagensia sehingga menghasilkan suatu larutan yang kehijauan, yang mengandung heptoksida (anhidrida permanganat). Pada perlakuan yang selanjutnya yakni perlakuan yang kelima tidak dilakukan karena terdapatnya beberapa kendala, dalam hal ini ialah karena adanya keterbatasan bahan yang dimiliki sehingga perlakuan yang kelima ini tidak dapat dilakukan. Selanjutnya dalam perlakuan keenam dimana kalium permanganat ditambahkan dengan NaOH, menghasilkan larutan yang berwarna ungu kehitaman dan ketika dipanaskan tidak terjadi perubahan begitu pula sama hal nya dengan penambahan asam sulfat akan tetap mempertahankan warna ungu kehitaman pada larutan. Hal ini kurang sesuai dengan referensi yang menyebutkan bahwa dengan adanya pemanasan akan menyebabkan warna ungu pada larutan sedikit demi sedikit akan berkurang sehingga dihasilkan larutan yang berwarna hijau karena adanya pelepasan kalor akibat pemanasan dan sekaligus mempercepat reaksi ini. Dan dengan adanya penambahan NaOH akan mengembalikan warna ungu tua kembali pada larutan ini. Ketidak sesuaian ini sangat mungkin terjadi dalam suatu analisa percobaan di dalam laboratorium, dimana hal-hal seperti ini dapat disebabkan karena adanya kekeliruan dalam ketelitian larutan yang digunakan. Ada pula faktor lain yakni dapat diakibatkan karena alat-alat yang digunakan kurang bersih sehingga dapat mempengaruhi hasil pengamatan.Selanjutnya perlakuan terakhir yakni dengan pengidentifikasian golongan mangan dengan menggunakan proses pemanasan. Serbuk KMnO4 yang dipanaskan meleleh kemudian setelah didinginkan lelehan ini dilarutkan dalam air, sehingga menyebabkan larutan ini kembali menjadi berwarna ungu pekat dan terdapat sedikit tersisa serbuk didinding tabung reaksi yang digunakan. Hal ini sejalan dengan referensi yang didapat yakni bila kalium permanganat dipanaskan dalam tabung uji, dilepaskan oksigen yang murni, dan tertinggal suatu residu hitam, kalium manganat, dan mangan dioksida. Dan setelah diekstraksi dengan air, maka kita akan memperoleh kembali larutan kalium manganat.

IX. Kesimpulan Ion-ion logam transisi lebih mudah tereduksi Garam-garam dan ion-ion logam transisi dalam air lebih mudah terhidrat dan teroksidasi menghasilkan sifat sedikit asam Proses pemanasan dan penambahan larutan nitrat dalam percobaan ini berfungsi sebagai salah satu pemercepat reaksi (katalis) Pengidentifikasian reaksi kualitatif golongan Cr dapat menggunakan larutan asam sulfat, H2O2, logam Zn, natrium asetat, serta asam oksalat. Logam-logam transisi kurang bersifat basa dan lebih sukar larut Garam-garam logam transisi kurang bersifat ionik dan kurang stabil terhadap pemanasan. Pengidentifikasian reaksi kualitatif golongan Mn dapat menggunakan larutan asam sulfat, perak nitrat, natrium tiosulfat, natrium hidroksida, serta H2O2.

X. Daftar PustakaE Housecroft, Catherine & G Sharp Alan. 2001. Inorganic Chemistry. New York: Pentice Hall.

Gulo, Fakhili. 2007. Praktikum Kimia Anorganik II. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.

Svehla, G. 1990. Vogel I Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka

Svehla, G. 1990. Vogel II Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka