Laporan Praktikum

17
BAB I PENDAHULUAN Analisis sperma merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah, motilitas dan morfologi dari sperma, yang merupakan indikator untuk mengetahui tingta fertilitas seorang lelaki. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah terdapat masalah dalam proses produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi penyebab dari ketidaksuburan. Infertilitas bukan hanya disebabkan oleh wanita namun pria merupakan penyumbang setengah dari kejadian infertilitas.

description

Laporan Praktikum

Transcript of Laporan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN Analisis sperma merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah, motilitas dan morfologi dari sperma, yang merupakan indikator untuk mengetahui tingta fertilitas seorang lelaki. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah terdapat masalah dalam proses produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi penyebab dari ketidaksuburan. Infertilitas bukan hanya disebabkan oleh wanita namun pria merupakan penyumbang setengah dari kejadian infertilitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mani atau semen (sperma) ialah cairan yang di produksi oleh organ reproduksi pria yaitu prostat dan vesikula seminalis, yang menghasilkan cairan ejakulat, kental keruh yang mengandung sekret yang berfungsi untuk menunjang kehidupan sperma. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat fertilitas seorang pria, yang di gambarkan dengan junmlah dan kulaitas spermanya itu sendiri. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seseorang untuk melakukan fungsinya sebagai manusia yaitu berkembang biak. 1. SpermatogenesisProses gametogenesis pada laki-laki dimulai saat puber. Spermatogenesis yang dimulai saat pubertas, mencakup semua proses perubahan spermatogonia menjadi spermatozoa. Berikut adalah tahapan-tahapannya.

Ketika seorang anak laki-laki mencapai pubertas pada usia 11 sampai 14 tahun, sel induk sperma (spermatogonium) menjadi diaktifkan oleh sekresi hormon testosteron. Masing-masing spermatogonium membelah secara mitosis beberapa kali untuk menghasilkan lebih banyak spermatogonium yang masing-masing berisi 46 kromosom (diploid (2n)) lengkap. Masing-masing spermatongonium terus melakukan pembelahan mitosis untuk menghasilkan sel anak, sedangkan sebagian lagi membesar menjadi spermatosit primer dan bergerak ke dalam lumen tubulus seminiferus. Oleh karena pembelahan terjadi secara mitosis maka spermatogonium dan spermatosit primer mempunyai 2n kromosom (diploid). Spermatosit primer melakukan meiosis (tahap I) untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder yang berukuran lebih kecil dari spermatosit primer, oleh karena membelah secara meiosis maka spermatosit sekunder mempunyai 23 kromosom (haploid (n)). Spermatosit sekunder ini masing-masing memiliki 23 kromosom yang terdiri atas 22 kromosom tubuh dan satu kromosom kelamin (Y atau X). Kedua spermatosit sekunder tersebut melakukan miosis (tahap II) untuk menghasilkan dua sel lagi yang juga haploid, hasil pembelahan ini disebut spermatid yang tetap memiliki 23 kromosom, dan diperoleh empat spermatid. Spermatid kemudian akan mengalami perubahan bentuk (deferensiasi) menjadi spermatozoa matang tanpa mengalami pembelahan dan bersifat haploid (n) 23 kromosom. Perubahan bentuk ini dinamakan spermiogenesis. Keseluruhan proses spermatogenesis ini berlangsung sekitar 64 hari.Sel sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melalui sebuah proses rumit yang disebut dengan spermatogenesis. Dibentuk di dalam tubulus seminiferus. Dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :a)Hormon GnRHHormon ini berfungsi untuk merangsang lobus hipofisa anterior untuk produksi hormon gonadotropin, FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone).b)Hormon TestosteroneHormon ini berfungsi untuk membentuk sperma, terutama pembentukan spermatosit sekunder.c)Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) Hormon ini berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung. Serta merangsang sel sertoli untuk meghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis.d)Hormon LH (Luteinizing Hormone)Hormon ini berfungsi merangsang sel Leydig untuk memperoleh sekresi testosteron (yaitu suatu hormon kelamin yang penting untuk perkembangan sperma).

Gambar 2.1 SpermatogenesisSumber : http://mustofaabihamid.blogspot.com/2010/06/sperma-vs-ovum.html

2. SpermiogenesisSerangkaian perubahan yang menyebabkan transformasi spermatid menjadispermatozoa disebut spermiogenesis. Perubahan-perubahan ini mencakup :a.Pembentukan akromosom yang menutupi separuh permukaan nukleus dan mengandung enzim untuk membantu penetrasi telur dan lapisan disekitarnya sewaktu fertilisasi.b.Pemadatan nukleusc.Pembentukan leher, bagian tengah, dan ekord.Pengelupasan sebagian besar sitoplasma

Pada manusia, waktu yang dibutuhkan spermatogonia untuk berkembang menjadi spermatozoa matur adalah sekitar 74 hari, dan sekitar 300 juta sel sperma dihasilkan setiap harinya. Jika telah terbentuk sempurna, spermatozoa masuk ke lumen tubulus seminiferus. Dari sini, sel ini didorong ke arah epididimis oleh elemen-elemen kontraktil di dinding tubulus seminiferus. Meskipun pada awalnya hanya bergerak sedikit, spermatozoa memperoleh motilitas penuhnya di epididimis.

Sperma AbnormalSperma abnormal bisa ditemukan pada baik pada orang yang fertil maupun non-fertil. Penyebabnya karena proses spermiogenesis maupun spermatogenesis yang terganggu. Faktor yang berperan munculnya sperma yang abnormal ini bermacam-macam; faktor hormonal, nutrisi, obat-obatan, radiasi dan maupun penyakit kronik yang lainnya. Sperma dikatakan abnormal jika : Jumlah. Sperma ormal biasanya mengandung 20 juta sperma setip milimeternya dan 8 juta diantaranya dapat bergerak aktif. Pergerakan sperma merupakan hal yang penting karena menunjukkan kemampuan sperma untuk melakukan penetrasi hingga tempat pembuahan. Polyzoospermia. Jika jumlah sperma sangat tinggi Oligozoospermi. Jumlah sperma kurang dari 20 juta/mL Hipospermia. Volume semen 5,5 ml Aspermia. Tidak ada semen Piospermia. Ada sel darah putih pada semen Hematospermia. Ada sel darah merah pada semen Asthenospermia. Jumlah sperma yang dapat bergerak 40% Necozoospermia. Sperma yang tidak hidup Oligoasthenospermia. Sperma yang mampu bergerak 2 ml.KonsistensiCara : Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan menetes Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarumNormal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung pipet/jarum hanya sedikit.pHCara : Teteskan sampel pada kertas pH meter Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas standarNormal : pH 7,2 7,8Abnormal : pH > 7,8 infeksipH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan kemungkinan disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau epididimis

Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan estimasi jumlah spermaCara : Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover glass Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada suhu kamar Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan 106 Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer Improved Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma

Jumlah sperma / lapang pandang (400x)Pengenceran

< 151 : 5

15 401 : 10

40 2001 : 20

> 2001 : 50

Motilitas spermaCara : Teteskan 1 tetes (10 15 mikroliter) sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover glass Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada 200 sperma, pada suhu kamar (180 240 C) Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma atau setengah kali panjang ekor sperma atau 25 m/detik. Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai berikut : jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus jika tidak bergerak maju jika sperma tidak bergerak Lakukan pemeriksaan ulangan dengan tetesan sperma kedua

Pemeriksaan vitalitas spermaCara : Jika sperma motil < 50 % px vitalitas/sperma yang hidup dgn pengecatan supravital 1 tetes sampel segar + 1 tetes eosin 0,5% pd objek glass ditutup dgn cover glass 1-2 mnt diamati dgn mikroskop (pembesaran 400x) Hitung persentase jumlah sperma yang mati (terwarnai oleh cat) dengan yang hidup (tidak terwarnai oleh cat) Pemeriksaan ini untuk mengecek pemeriksaan motilitas persentese sel mati tidak boleh melebihi persentase sperma tidak motil

Morfologi spermaCara : Teteskan 1 tetes (10 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek glass Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada gambar

Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% : eter (1 : 1), biarkan sediaan kering Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas dengan air bersih, keringkan dan preparat siap diperiksa Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi kepala, leher dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat persentase

SpermaNormalabnormal

Kepalaleherekor

1

2 ...dst

200

Pemeriksaan elemen bukan spermaCara : Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel gepeng dan sel lain yang ditemukan. Pengitungan dilakukan dalam 100 sperma ditemukan berapa sel lain selain sperma Penghitungan :C = N x S C : jumlah sel dalam juta / ml 100N : jumlah sel yang dihitung dalam 100 spermaS : jumlah sperma dalam juta / mlPemeriksaan hitung jumlah spermaCara : Siapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI) Pasang bilik hitung NI dibawah miroskop dengan pembesaran 100x atau 400x, cari kotak hitung seperti terlihat dalam gambar.

Gambar 3. Kotak dalam bilik hitung NI

Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang yang masing-masing didalamnya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap pengencer aquadest/NaCl fisiologis sampai angka 11 digunakan pengenceran 1 : 20. (Pengenceran lain dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma) Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang ditemukan : jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung 25 kotak jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 hitung 10 kotak jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5 kotak Buatlah rata-rata jumlah sperma Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan aturan seperti tertera dalam tabel 2

Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah spermaPengenceranJumlah kotak sedang yang dihitung

25105

Faktor koreksi

1 : 101042

1 : 20521

1 : 5020,80,4