LAPORAN PRAKTIKUM
Click here to load reader
-
Upload
jordi-dempster-seaborg -
Category
Documents
-
view
57 -
download
2
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYEHATAN AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH
“JAR TEST”
DISUSUN OLEH:
EVI NURHIDAYAH
B1003014
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
JUDUL
Percobaan Jar Test
TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum yang telah kami laksanakan yaitu:
1. Untuk mencari dosis koagulan yang paling optimal yang digunakan untuk proses
koagulasi dalam pengolahan air.
2. Untuk mengetahui alat, bahan, serta cara kerja yang baik dalam penggunaan jar test.
WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 01 Desember 2011 pukul 08.00 – selesai di
Laboratorium Politeknik Banjarnegara.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengolahan umumnya melibatkan proses fisika maupun kimia. Pada proses fisika
antara lain penyaringan (screening), filtrasi dan pengendapan, sedang proses kimia
umumnya netralisasi, koagulasi, flokulasi serta aerasi. Pengolahan air buangan yang
dilakukan dengan proses koagulasi dan flokulasibertujuan untuk memisahkan polutan koloid
tersuspensi dari dalam air dengan memperbesarukuran partikel-partikel padat yang
terkandung didalamnya.
Pada proses koagulasi ditambahkan sejenis bahan kimia ke dalam air buangan dengan sifat-
sifat tertentu yakni dapatmemberikan muatan (+) yang akan menetralkan muatan (-) yang
pada umumnyadimilikioleh suatu koloid yang disebut koagulan.
Jenis koagulan yang biasa ditambahkan antara lain : Al2(SO4)3, FeSO4, FeCl3, atauPAC (Poly
Alumunium Chlorida). Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukansampai flok-flok
ini terbentuk dari partikel-partikel kecil dan koloid yang bertumbukan dan akhirnya
mengendap bersama-sama.
Flok-flok yang telah terbentuk dipisahkan dari larutannya dengan sedimentasi. Sedimentasi
merupakan proses pemisahan partikel dari cairannya, baik partikel yang memang telah ada
di dalam air baku, yang terbentuk sebagai akibat penambahan bahan kimia, maupunpartikel
yang dihasilkan dari flokulasi fisis yang digabungkan dengan pengolahan biologis,dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.
Kestabilan koloid dapat dikurangi dengan proses koagulasi (proses destabilisasi) melalui
penambahan bahan kimia dengan muatan berlawanan. Terjadinya muatan pada partikel
menyebabkan antar partikel yang berlawanan cenderung bergabung membentuk inti flok.
Proses koagulasi selalui diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan intiflok atau flok
kecil menjadi flok yang berukuran besar. Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit
pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan bahan kimia
(disebut koagulan). Pengadukan cepat dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat
tercampur secara merata/homogen. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok
yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalahaluminium sulfat atau
garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan
untuk memproduksi flok yang cepat mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi
koagulasi dan flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi,temperatur, pH,
komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkatagitasiselama koagulasi dan
flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu.
Koagulasi adalah dicampurkannya koagulan dengan pengadukan secara cepat guna
mendistabilisasi koloid dan solid tersuspensi yang halus, dan masa inti partikel, kemudian
membentuk jonjot mikro (mikro flok).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut :
Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila suhu
air diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses kagulasi akan
berubah dan merubah pembubuhan dosis koagulan.
Derajat Keasaman (pH)
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang optimum.
Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama lainnya.
Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya efektivitas
daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif
dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.
Kadar ion terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh anion
lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium dan magnesium tidak
memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi. Sebaliknya pada
tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat. Tetapi
apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok
kurang efektif.
Dosis koagulan
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi sangat tergantung
dari dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosisyang
dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik.
Kecepatan pengadukan
Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air. Dalam
pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benar-benar merata,
sehingga semua koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-partikel atau
ion-ion yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan flok bila pengadukan terlalu lambat mengakibaykan lambatnyaflok terbantuk
dan sebaliknya apabila pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk
Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air
(Tjokrokusumo, 19920. Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion
hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.
Flokulasi adalah pengadukan perlahan terhadap larutan jonjot mikro yang menghasilkan
jonjot besar dan kemudian mengendap secara cepat (Tjokrokusumo, 1995). Flokulasi adalah
proses menghubungkan bahan kimia berupa flokulan agar menggumpal sehingga
membentuk partikel koloid atau flok mengendap yang lebih besar.
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campurankoagulan dan air baku yang
telah merata membentuk gumpalan atau flokdan dapat mengendap dengan cepat. Flokulasi
adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel untuk dijadikan
partikel yang lebih besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi merupakan salah
satufaktor yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel flok. Flokulasi adalah
suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel partikel terdestabilisasi menjadi flok
dengan ukuran yang memungkinkandapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Proses
flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi
flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).
Ada dua jenis proses flokulasi yaitu :
Flokulasi perikinetik
Flok yang diakibatkan oleh adanya gerak thermal (panas) yang dikenal sebagai gerak
Brown, prosesnya disebut flokulasi perikinetik. Gerak acak dari partikel-partikel koloid yang
ditimbulkan karena adanya tumbuhan molekul-molekul air, akan mengakibatkan terjadinya
gabungan antar partikel lebih sangat kecil 1 < 100 milimikron (Sank R.K, 1986).
Flokulasi orthokinetik
Flokulasi orthokinetik adalah suatu proses terbentuknya flok yang diakibatkan oleh
terbentuknya gerak media (air) misalnya pengadukan (Sank R.K, 1986). Pada umumnya
kecepatan aliran cairan akan berubah terhadap tempat dan waktu. Perubahan kecepatan
dari satu titik ke titik lainnya dikeal sebagai gradien kecepatan, dengan notasi G. Dengan
adanya perbedaan kecepatan aliran media cair akan mempunyai aliran kecepatan yang
berbeda pula akibatnya akan terjadi tumbukan atau kontak antar partikel.
Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit ; 100 rpm)
2. Pengadukan lambat untuk membentuk dan menggambung flok (10 menit ; 60 rpm)
3. Pemisahan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui pengendapan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi flokulasi :
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapafaktor yang harus
diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
7. Penetapan pH pada proses koagulasi
Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu
ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 →2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida
relatif tidak terlarut.
1. Pengadukan
Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan.
Berdasarkankecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua, yaitu pengadukan cepat
dan pengadukanlambat. Pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan dengan
gradien kecepatan besar(300 sampai 1000 detik-1), sementara pengadukan lambat adalah
pengadukan yang dilakukandengan gradien kecepatan kecil (20 sampai 100 detik-1). Waktu
pengadukan juga berbeda.Pada pengadukan cepat, waktu yang diperlukan tidak lebih dari 1
menit, sementarapengadukan lambat membutuhkan waktu 15 hingga 60 menit.
Pengadukan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara mekanis, cara hidrolis, dan cara
pneumatis. Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat pengaduk
berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya pengadukan
mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk (impeller). Pengadukan
hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan air sebagai tenaga pengadukan.
Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik yang dihasilkan dari suatualiran
hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atauadanya
lompatan hidrolik dalam suatu aliran. Beberapa contoh pengadukan hidrolis adalah terjunan
loncatan hidrolis, parshall flume, baffle basin, perforated wall, gravel bed dan sebagainya.
Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas) berbentuk
gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan gerakan pengadukan
padaair. Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan air akan menimbulkanturbulensi,
akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan
gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar
pula.
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia
sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karenaadanya
gaya grafitasi. Koagulasi juga merupakan penambahan koagulan dapat menetralkan muatan
dan meruntuhkannya yang berada di sekitar koloid sehingga dapat menggumpal.
Sedangkan koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatannegatif
partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk
mendestabilisasi muatan negatip partikel.
Pada saat praktikum, apabila air sampel masih asam, maka ditambahkan larutan kapur agar
menjadi basa. Kapur (lime) secara umum terdapat dalam dua bentuk yaitu CaO dan
Ca(OH)2. CaO adalah bahan mudah larut dalam air dan menghasilkan gugus hidroksil yaitu
Ca(OH)2. Yang bersifat basa dan disertai keluarnya panas yang tinggi.
Menurut Tarmiji, 1986, penggunaan dari kapur antara lain dibidang kesehatan lingkungan
untuk pengolahan air kotor, air limbah maupun industri lainnya. Pada pengolahan air kotor,
kapur dapat mengurangi kandungan bahan-bahan organik. Cara kerjanya adalah kapur
ditambahkan untuk mereaksikan alkalibikarbonat serta mengatur pH air sampai sehingga
menyebabkan pengendapan. Proses pengendapan ini akan berjalan secara efektif apabila
pH air antara 6 – 8 (Considine). Hydrate lime dihasilkan dari reaksi quickime (CaO) dengan
air, sehingga terbentuk Ca(OH)2.
Sifat-sifat fisik dan kimia Hydrate lime :
1. Bentuk kristal, powder
2. Warna, sebagian besar umumnya berwarna putih dan pada tinhkat tinggi dapat
berwarna abu-abu.
3. Kepadatan, Kalsium Hydrated lime memiliki tingkat kepadatan kira-kira 2,3 g/gm3
4. Kelarutan, tingkat kelarutan dari kira-kira 1,85 Ca(OH)2/l air pada suhu 00C
sampai0,7g/l pada suhu 1000C.
5. Netralisasi asam , Hydrate lime siap bereaksi dengan asam dan gas sehingga tentu saja
berkemampuan menetralisasi asam. pH, karena kalsium hidroksida adalah termasuk
basa kuat, konsentrasi 0,10 g Ca(OH)2/l dapat memberi pH kira-kira 11,3 pada suhu
250C. Pada larutan 250C, kandungan 1,8/l memberikan pH sebesar 12,7. Kapur telah
diikenal sebagai bahan yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan
diantaranya dipakai pada bidang-bidang industri misalnya industri kimia, kertas, dan
lainlainnya, sebagai bahan bangunan, pertanian dan lain-lain.
Khusus di sektor lingkungan kapur dapat berguna dalam:
1. Proses pengolahan air, air kapur dapat berguna sebagai bahan penurun kesadahan,
menetralisasi keasaman, memperkecil kadar silika, mangan, fluorida dan bahan-bahan
organik. Selain itu dapat juga mengurangi kadar BOD dengan cara menyerap antara
40% sampai 50 % bahan organik terlarut maupun tidak terlarut.
2. Proses pengolahan air bekas, kapur dapat befungsi antara lain dalam pengendalian
keasaman digester, penyerapan bau (deodorant) dan sebagai desinfektan.
3. Proses pengolahan buangan industri besi/baja, kapur digunakan untuk menetralisir
asam sulfat bebas (free sulfuric acid ) dan mengendapkan garam-garam besi yang
terdapat pada limbah industri tersebut.
4. Kapur dapat digunakan untuk mengurangi gas SO2 yang keluar dari pembakaran batu
5. bara atau minyak yang mengandung sulfur yang tinggi melalui suatu proses yang
disebut “wet scrubing”.
6. Pada peternakan ayam, kapur dapat digunkan untuk mengeringkan serta mengurangi
bau kotoran ayam yang berceceran di laniat kandang. Selain itu juga dapat berfungsi
sebagai “geomedical” untuk mencegah parasit-parasit dan bnayak penyakit ayam.
Dosis yang biasa dipakai pada peternakan ayam adalah sekitar 1 lb (0,45 kg) Hydrates
Lime [Ca(OH)2] pada setiap 3-5 ft2 (2,79-4,65 m2) lantai yang mengandung kotoran
ayam. Kapur juga dapat dipergunakan sebagai penghilang fosfor dalam air, disini kapur
berfungsi sebagai bahan koagulan, karena salah satu cara penghilangan fosfor dalam
air adalah pengendapan kimiawi.
Selain itu, proses penjernihan dengan jar test juga menggunakan tawas. Persenyawaan
Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3) atau sering disebut tawas adalah suatu jenis koagulan yang
sangat populer secara luas digunakan, sudah dikenal bangsa Mesir pada awal tahun 2000
SM. Alum atau tawas sebagai penjernih air mulai diproduksi oleh pabrik pada awal abad
1500. Alum atau tawas merupakan bahan koagulan, yang paling banyak digunkan karena
bahan ini paling ekonomis 9murah), mudah didapatkan di pasaran serta mudah
penyimpanannya.
Reaksi yang terjadi jika alum dimasukkan ke dalm air, yaitu terjadi proses hidrolisis, yang
sangat dipengaruhi oleh nilai pH yang bersangkutan. Range pH untuk jenis koagulan alum
adalah sebesar 5,5 sampai 7,8. Alum yang dilarutkan ke dalam air akan bereaksi dengan
kapur atau bahan lain seperti Soda Abu atau Natrium Bikarbonat (Na2CO3), reaksi yang kan
terjadi reaksi hipotik. Reaksi tersebut antara ion Al dengan ion OH.
Sedangkan alat utama yang digunakan dalam praktikum ini adalah jar test. Jar Test adalah
suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi operasi optimum pada
proses pengolahan air dan airlimbah. Metode ini dapat menentukan nilai pH, variasi dalam
penambahandosis koagulan atau polimer, kecepatan putar, variasi jenis koagulan ataujenis
polimer, pada skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang
sebenarnya.
Metode JarTest mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk menghilangkan
padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat – zat organik yang dapat menyebabkan
masalah kekeruhan, bau, dan rasa. Jar Test mensimulasikan beberapa tipe pengadukan dan
pengendapan yang terjadi di clarification plant pada skala laboratorium. Dalam skala
laboratorium, memungkinkan untuk dilakukannya 6 tes individual yang dijalankan secara
bersamaan. Jartest memiliki variabel kecepatan putar pengaduk yang dapat mengontrol
energi yang diperlukan untuk proses.
Prinsip Jartest Suatu larutan koloid yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat
dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek
(beberapa jam).
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang
lebihbesar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara
partikel satudengan yang lainnya. Dengan pembubuhan koagulan tersebut, maka
stabilitas akan terganggu karena :
Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat menempelpada
permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian molekul
Albermuatan positif sedangkan koloid bisanya bermuatan negatif (pada pH 5 – 8).
Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al(OH) 3yang
dapat mengurung koloid dan membawanya kebawah.
Bahan koagulan lain yang dapat digunakan selain tawas adalah PAC (Poly Alumunium
Chloride). PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion
alumunium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear mempunyai
rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa keunggulan yang dimiliki PAC dibanding
koagulan lainnya adalah :
1. PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak diperlukan
pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
2. Kandungan belerang dengan dosis cukup akan mengoksidasi senyawakarboksilat rantai
siklik membentuk alifatik dan gugusan rantai hidrokarbon yang lebih pendek dan
sederhana sehingga mudah untukdiikat membentuk flok.
3. Kadar khlorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatifakan cepat
bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatankarbon nitrogen yang
umumnya dalam truktur ekuatik membentuk suatu makromolekul terutama gugusan
protein, amina, amida dan penyusun minyak dan lipida. PAC tidak menjadi keruh bila
pemakaiannya berlebihan, sedangkan koagulan yang lain (seperti alumunium sulfat,
besi klorida dan fero sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan
yang rendah akan bertambah keruh.
4. Jika digambarkan dengan suatu grafik untuk PAC adalah membentuk garislinier artinya
jika dosis berlebih maka akan didapatkan hasil kekeruhan yang relatif sama dengan
dosis optimum sehinggapenghematan bahan kimia dapat dilakukan. Sedangkan untuk
koagulan selain PAC memberikan grafik parabola terbuka artinya jika kelebihan atau
kekurangan dosis akan menaikkan kekeruhan hasil akhir, hal ini perlu ketepatan dosis.
5. PAC mengandung suatu polimer khusus dengan struktur polielektrolite yang dapat
mengurangi atau tidak perlu sama sekali dalam pemakaian bahan pembantu, ini berarti
disamping penyederhanaan juga penghematan untuk penjernihan air.
6. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam airsehingga
penurunan pH tidak terlalu ekstrim sehingga penghematan dalam penggunaan bahan
untuk netralisasi dapat dilakukan.
7. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa ini diakibatkandari gugus
aktif aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid yang ikatan ini diperkuat
dengan rantai polimer dari gugus polielektrolite sehingga gumpalan floknya menjadi
lebih padat, penambahan gugus hidroksil kedalam rantai koloid yang hidrofobik akan
menambah berat molekul, dengan demikian walaupun ukuran kolam pengendapan
lebih kecil atau terjadi over-load bagi instalasi yang ada, kapasitas produksi relatif tidak
terpengaruh. (http://smk3ae.wordpress.com )
MATERI DAN METODE
MATERI
Alat:
Gelas kimia 1000 ml sebanyak 6 buah
Pipet ukur
Pengaduk otomatis
Indicator universal
Ember
Alat tulis untuk mencatat
Bahan:
Air sampel
Aquades
Larutan kapur
Larutan tawas standar (10 gr / liter )
METODE
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengecek atau mengukur pH air sampel dengan menggunakan indikator universal, jika
pH asam maka ditambahkan dengan larutan kapur sampai menjadi basa (alkalis).
3. Jika pH sudah basa, tuangkan air sampel ke dalam 6 buah beaker glass volume 1 liter
(1000 ml).
4. Mengambil larutan tawas dengan pipet ukur dan dituangkan kedalam masing-masing
gelas secara bertingkat dengan satu gelas tidak dituangi sebagai kontrol.
5. Menghidupkan pengaduk (stirrer) dan saklar lampu. Setting dengan kecepatan 100 rpm
selama 1 menit.
6. Setelah jartes berbunyi yang menandakan waktu telah selesai (1 menit), setting
kembali kecepatannya menjadi 20 rpm selama 15 menit.
7. Setelah 15 menit, matikan alat pengaduk dan setting waktu selama 15 menit lagi untuk
mengamati flok yang terbentuk.
8. Pilih gelas yang paling bening airnya.
9. Mencatat dan menghitung dosis optimal tawas yang dibutuhkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil Perhitungan:
Diket:
Debit air yang akan diolah (Q) = 15 liter/detik
Dari jar test di dapat dosis optimal tawas sebesar = 50 mg/l
Ditanya:
Berapa jumlah tawas yang dibutuhkan untuk proses koagulasi, jika instalasi pengolahan air
beroperasi selama 24 jam sehari?
Jawab:
Q = 15 liter/detik
= 15 x 24 x 60 x 60
= 1296000 liter/hari
= 1296 m3
Tawas yang dibutuhkan
= 50 mg/liter x 1296000 liter
= 64800000 mg
= 64, 8 kg
PEMBAHASAN
Dari gambar dan hasil perhitungan yang ada, dapat dijelaskan bahwa apabila akan
melakukan percobaan menggunakan jartest terlebih dahulu kita mengukur pH air sampel
yang akan digunakan, karena apabila pH air sampel masih asam, maka kita harus
menambahkan larutan kapur agar menjadi basa karena kita menggunakan bahan koagulan
berupa tawas, dan tawas dapat optimal apabila dalam keadaan basa. Pada praktikum yang
telah kami laksanakan, kami menambah 120 ml larutan kapur sehingga air sampel menjadi
basa (pH=8).
Setiap beaker glass yang diisi air sampel 1000 ml, diberi larutan tawas secara bertingkat.
Glass 1 tidak diberi karena sebagai kontrol, glass 2 diberi tawas 1ml, glass 3 diberi tawas
2ml, glass 4 diberi tawas 3ml, glass 5 diberi tawas 4ml, dan glass 6 diberi tawas 5ml.
Dari adanya penurunan kecepatan pada saat menggunakan jartest juga terdapat maksud
atau tujuan tertentu. Pada kecepatan 100 rpm selama 1 menit, dimaksudkan agar bahan
koagulan bercampur secara merata dengan air sampel. Pada kecepatan 20 rpm selama 15
menit, dimaksudkan agar partikel-partikel padat dapat bertemu dan membentuk flok-flok
yang apabila flok tersebut terbentuk maka akan dapat mengendap. Sedangkan pada
kecepatan 0 rpm selama 15-30 menit, bertujuan untuk mengamati flok-flok yang telah
mengendap dan hasil mana yang paling jernih.
Setelah percobaan dilaksanakan, hasil yang paling jernih adalah pada glass ke 6, yang diberi
tawas 5 ml. jadi, dosis koagulan yang optimal adalah sebesar 50 mg/liter. Dari hal tersebut
dapat dilihat bahwa untuk menjernihkan I liter air sampel dibutuhkan larutan tawas 50
mg/liter, sehingga kondisi air sampel sebelum dijernihkan cukup keruh dan dari perhitungan
yang ada, jumlah tawas yang dibutuhkan untuk proses koagulasi, jika instalasi pengolahan
air beroperasi 24 jam sehari adalah 64,8 kg.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang ada, dapat disimpulkan:
1. Jartest adalah salah satu alat laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan
jumlah koagulan optimum pada proses penjernihan air.
2. Beaker Glass yang menunjukkan air yang paling jernih adalah beaker glass yang no 6
yang telah diberi tawas 5 ml.
3. Dosis koagulan yang optimal dari praktikum yang kami laksanakan adalah sebesar 50
mg/liter yang menunjukkan bahwa kondisi air sampel sebelum dijernihkan cukup keruh.
4. Jumlah tawas yang dibutuhkan untuk proses koagulasi, jika instalasi pengolahan air
beroperasi 24 jam sehari adalah 64,8 kg.
http://evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/17/laporan-jartest/