Laporan praktikum 5 andi pengecilan

30
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN (Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian) Oleh : Nama : Andi Mulyadana NPM : 150610090083 Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 4 April 2012 Waktu : 12.30 – 15.00 (Shift B) Co.Ass : Tiwi Wince Widaningsih Oktaviana M.D Pratiwi INF LABORATURIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES Nilai: (Acc Asisten)

description

tentang pengecilan THP

Transcript of Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Page 1: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN

(Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian)

Oleh :

Nama : Andi Mulyadana

NPM : 150610090083

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 4 April 2012

Waktu : 12.30 – 15.00 (Shift B)

Co.Ass : Tiwi

Wince Widaningsih

Oktaviana M.D

Pratiwi INF

LABORATURIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Nilai:

(Acc Asisten)

Page 2: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan-bahan hasil pertanian sebelum diproses umumnya memiliki

ukuran dan bentuk yang terlalu besar untuk proses penanganan selanjutnya,

maka untuk itu bahan-bahan hasil pertanian tersebut perlu diperkecil melalui

proses pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran merupakan salah satu tahapan

dari beberapa proses lainnya dalam mata rantai penanganan hasil pertanian.

Tujuan dari pengecilan ukuran adalah memperluas permukaan bahan hasil

pertanian agar proses penanganan selanjutnya dapat berlangsung secara

efektif.

Untuk mendapatkan proses pengecilan ukuran yang efektif, perlu

dilakukan pengamatan mengenai pengukuran dan perhitungan performansi mesin

dengan memperhatikan kapasitas output dan rendemen hasil proses

pengecilan ukuran.

Beberapa kriteria ukuran karakteristik bahan hasil pengecil ukuran

antara lain : nisbah reduksi (reduction ratio), ayakan Tyler, modulus kehalusan

(fineness modulus), dan indek keseragaman (uniformity index). Salah satu

metoda yang digunakan untuk penentuan kinerja atau performansi mesin pengecil

ukuran pada penggilingan biji-bijian adalah penentuan nilai fineness modulus

(modulus kehalusan). Dimana nilai fineness modulus ini dapat menunjukkan

nilai rata-rata ukuran diameter bahan dari hasil pengecil ukuran. Setelah diketahui

nilai fineness modulus maka rata-rata diameter bahan hasil pengecilan ukuran

dapat dihitung.

1.2. Tujuan Praktikum

Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil pertanian dengan

mengkaji performansi mesin dan rendemen hasil pengecilan ukuran.

Page 3: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bahan Hasil Pertanian

Pengecilan ukuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran dan

pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis,

yaitumembaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan proses

penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan barangkali adalah dalam

penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran

inidipergunakan juga untuk beberapa tujuan, seperti penggilingan

jagungmenghasilkan tepung jagung, penggilingan gula, penggilingan bahan

pangankering seperti sayuran (Earle, 1983)

Pengecilan ukuran merupakan slah satu tahapan dari beberapa proses

lainnya dalam mata rantai penanganan hasil pertanian. Tujuan dari pengecilan

ukuran adalah memperluas permukaan bahan hasil pertanian agar proses

penanganan selanjutnya dapat berlangsung efektif. Bahan hasil pertanian

selanjutnya dapat diprose umumnya memiliki butiran yang terlalu besar untuk

digunakan, maka untuk itu perlu diperkecil melalui proses pengecilan ukuran.

Operasi pengecilan ukuran dibagi menjadi 2 kategori, yaitu pengecilan

ukuran bahan padat dan untuk bahan cair. Pengecilan ukkuran bahan padat dapat

dilakukan dengan pemotongan ( cutting ), penghancuran/pengilasan ( crushing ),

Pencacahan/pencincangan ( chopping ), pengikisan/penyosohan ( grinding ),

penggilingan ( milling ), pengkubusan ( dicing ), pengirisan ( slicing ). Sedangkan

pada bahan cair dilakukan dengan emulsifikasi ( emulsifikation ), dan atomisasi

( atomizing ). Proses pengecilan ukuran pada bahan pertanian dilakukkan dengan

cara mengiris ( cutting ), menggerus/menggilas/menghancurkan ( crushing ), dan

mengunting /penggeseran ( shearing ). Kinerja atau performansi suatu mesin

pengecil ukuran dapat ditentukan kapasitasnya, besarnya daya yang diperlukan

per satuan bahan, ukuran dan bentuk hasil proses pengecilan ukuran.

Pengecilan ukuran secara umum digunakan untuk menunjukkan pada

suatuoperasi, pembagian atau pemecahan bahan secara mekanis menjadi bagian

yang berukuran kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimia.

Page 4: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Pengecilanukuran dilakukan untuk menambah permukaan padatan sehingga pada

saat penambahan bahan lain pencampuran dapat dilakukan secara merata

(Rifai,2009).

Tujuan Pengecilan Ukuran

1. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi.

2. Penyesuayan dengan kebutuhan spesifikasi produk ataumendapatkan

bentuk tertentu.

3. Untuk menambah luas permukaan padatan

4. Mempermudah pencampuran bahan secara merata

Beberapa Cara Pengecilan Ukuran

1. Pemotongan/Perajangan

Merupakan cara pengecilan ukuran dengan menghantamkan

ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong. Struktur

permukaan yangterbentuk oleh proses pemotongan relatif halus,

pemotongan lebih cocok dilakukan untuk sayuran dan bahan lain

yang berserat (Rifai, 2009).

Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang

ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang,

buah dan lain-lain.Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang

digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang

dihasilkan. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan

pisau yang tajam danterbuat dari stainlees ataupun dengan mesin

pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan

pemakaian. Untuk tujuanmendapatkan minyak atsiri yang tinggi,

bentuk irisan sebaiknya adalahmembujur (split) dan jika ingin bahan

lebih cepat kering bentuk irisansebaiknya melintang (slice).

Perajangan terlalu tipis dapat mengurangizat aktif yang terkandung

dalam bahan.

Sedangkan jika terlalu tebal,maka pengurangan kadar air

dalam bahan agak sulit dan memerlukanwaktu yang lama dalam

penjemuran dan kemungkinan besar bahanmudah ditumbuhi oleh

jamur (Sembiring, 2007).

Page 5: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

2. Kompresi/Pemukulan/Penggerusan/Penumbukan

Prinsip kerja dari kompresi adalah dengan tekanan yang kuat

terhadap buah, Biasannya, penghancuran ini untuk menghancurkan

buah yangkeras. Alat dari kompresi ini dinamankan chrushing rolls.

Proses inidilakukan dengan memberikan gaya tekan yang besar

sambil dilakukan penggesekan pada suatu permukan padat, sehingga

bahan terpecahdengan bentuk yang tidak tertentu. Umumnya,

permukaan alat dibuatdengan kekerasan tertentu, sehingga dapat

membentuk pencabikan bahan(Dewi, 2008). Pemukulan adalah

operasi pengecilan ukuran denganmemanfaatkan gaya impact, yaitu

pemberian gaya yang besar dalamwaktu yang singkat. Prinsip kerja

dari impact adalah dengan memukul buah. Alat yang biasa

digunakan yaitu hammer mill.

Alat ini untuk menghasilkan bahan dengan ukuran kasar,

sedang, dan halus (Dewi,2008). Bahan yang berserat atau kenyal

tidak dapat dikecilkan ukurannyadengan cara pemukulan, karena

gaya impact tidak dapat menyebabkan pecahnya bahan menjadi

bagian yang lebih kecil. Demikian pula bahanyang besar, tidak dapat

dikecilkan ukuranya dengan cara pemukulankarena akan merusak

bentuk asal (Rifai, 2009)

3. Menggiling/Shearing

Cara ini menggunakan prinsip impact, yaitu dengan

mengikis buah ataumenggiling buah. Alat yang biasa digunakan

dalam metode ini adalahDisc Atrition Mill. Alat ini untuk

menghasilkan bahan dengan ukuranyang halus (Maharani, 2008)

2.1.1. Penanganan Ubikayu

Di berbagai negara, berbagai metoda penanganan dan pengolahan ubikayu

dilakukan, bukan hanya untuk meningkatkan umur simpan dan kegunaannya, tapi

juga untuk meningkatkan keamanannya karena ubikayu berpotensi mengandung

asam sianida yang dapat menimbulkan keracunan bahkan kematian. Beberapa

metoda penanganan dan pengolahan akan iuraikan di bawah, yang merupakan

kombinasi dari pengolahan primer dan sekunder.

Page 6: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

2.1.2. Pengupasan

Langkah pertama dalam penanganan adalah pengupasan, di mana ini

langkah ini mampu menurunkan potensi keracunan asam sianida dari bahan

mentah karena kulit yang sekitar 15% dari berat total mengandung 5 sampai 10

kali lebih banyak bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan keracunan. Namun

demikian, pengupasan juga membuang enzim linamarin, yang berguna untuk

netralisasi racun dalam proses pengolahan, dalam jumlah besar yang terdapat pada

kulit. Misalnya, pemarutan ubikayu dengan kulitnya seperti yang dilakukan di

Brazil dlam pembuatan farinha, dapat menghilangkan potensi asam sianida dalam

pengolahan selanjutnya.

Pengupasan biasanya dilakukan secara manual menggunakan pisau.

Kapasitasnya tidak terlalu besar, sekitar 25 kg/jam/orang, tetapi memberikan hasil

terbaik. Alat pengupas mekanis telah dibuat dengan desain yang sederhana

sehingga dapat diproduksi oleh bengkel kecil dengan performa yang cukup baik

dan susut yang minimum, namun pada umumnya pengupas mekanis tingkat

efisiensinya rendah. Untuk beberapa tahun ke depan, pengupasan manual masih

merupakan pilihan utama. 

2.1.3. Pengecilan ukuran dengan pemarutan

Ukuran ubikayu kadangkala terlalu besar untuk diolah langsung sehingga

perlu dikecilkan ukurannya sebelum diolah. Dalam pembuatan gaplek atau tepung

ubikayu, di tingkat rumah tangga, ubikayu dirajang secara manual menggunakan

pisau. Pekerjaan berlangsung lambat dan menghasilkan irisan yang tidak seragam,

memerlukan 3 sampai 7 hari penjemuran untuk pengeringannya sehingga

menimbukan bau asam. Perajangan manual mempunyai kelebihan dalam

menghasilkan rajangan yang ebih tipis dan seragam sehingga dapat dikeringkan

dengan lebih cepat melalui penjemuran. Irisan ubikayu berbentuk jari tangan lebih

menguntungkan dalam penjemuran, karena irisan yang tipis cenderung menempel

satu sama lain sehingga harus selalu diurai dalam penjemuran, bila tidak hasil

pengeringan tidak seragam. Irisan ubikayu sebesar jari kelingking dapat

dikeringkan melalui penjemuran selama 6 sampai 8 jam. Bila dikerjakan secara

manual, perajangan berkapasitas 60 sampai 70 kg/jam, sedangkan perajang

mekanis berkapasitas hingga 1 ton/jam.

Page 7: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Langkah pertma dalam persiapan pengolahan ubikayu menjadi bahan

pangan adalah pengecilan ukuran, bisa dilakukan dengan pemarutan atau

penumbukan. Contoh pengolahan seperti ini dijumpai pada pembuatan gari di

nigeria, farinha di Brazil, roti ubikayu di beberapa negara di Amerika Selatan dan

Kepulauan Karibia. Ekstraksi pati ubikayu juga dilakukan setelah pemarutan.

Proses pemarutan biasanya dapat menurunkan bahkan menghilangkan potensi

keracunan akibat aktifitas enzim linamarase yang dibebaskan melalui pemarutan.

Dalam pembuatan pati, hasil parutan biasanya dicuci dan pati dipisahkan melalui

pengendapan.

Di Nigeria, pemarutan dilakukan secara mekanis menggunakan mesin

pemarut yang dapat dioperasikan secara manual maupun digerakkan dengan

motor bakar. Tipe manual berkapasitas 30 kg/jam, sedangkan tipe penggerak

motor bakar berkapasitas hingga 800 kg/jam. Ubikayu yang dipanen muda

biasanya lebih mudah diparut dibandingkan ubikayu yang dipanen pada umur

yang tua karena banyak mengandung serat kayu.

2.1.4. Perajangan (slicing)

Perajangan (slicing) adalah proses pengecilan ukuran bahan dengan

menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih

kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang

dipotong. Tujuan utama dari perajangan yaitu untuk memperkecil ukuran bahan

sehingga dapat mempercepat proses pengeringan karena permukaan yang

diperbesar dan pada akhirnya penurunan kadar air lebih cepat selama masa

pengeringan. Walaupun pada dasarnya mengiris, merajang, atau memotongadalah

sama, tetapi perajangan yang dilakukan baik di atas landasan maupun tidak,

biasanya menggunakan pisau atau alat-alat lain yang sesuai dengan keperluannya.

Perajangan juga dilakukan untuk mendapatkan produk yang tipis dan beragam.

Pada dasarnya dalam perajangan diperlukan pisau pengiris yang tipis dan tajam,

arah perajangannya dapat ke segala arah, ukuran lebar irisan relatif besar bila

dibandingkan dengan tebalnya. Pada umumnya produk yang diperoleh diharapkan

mempunyai struktur dan bentuk yang baik serta beragam (Darji, 1986).

Mesin perajang dengan satu jenis pisau menghasilkan irisan tipis dengan

dua permukaan irisan. Untuk kebutuhan pemakaiannya baisanya akan disesuaikan

Page 8: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

dengan keperluan pangan maupun keperluan lain, dimana dilakukan dengan

alat/mesin perajang yang menggunakan pisau pada landasan. Masing-masing

mesin perajang akan memberikan hasil irisan yang berbeda. Mesin perajang

dengan satu jenis pisau akan memberikan hasil irisan yang mempunyai dua

permukaan irisan. Mesin perajang yang menggunakan dua jenis pisau akan

menghasilkan irisan dengan empat permukaan irisan, mesin dengan tiga jenis

pisau akan menghasilkan irisan dengan enam permukaan irisan dan dapat

beebentuk kubus. Ketiga jenis mesin tersebut banyak digunakan di industri-

industri makanan, saperti kerupuk singkong, potato chips, dan beberapa jenis

makanan yang berbentuk kubus (Pearson, 1990).

Mesin perajang dengan pisau bergerak, baik yang bergerak secara

horisontal maupun vertikal, bahan yang akan dirajang didorong dengan arah tegak

lurus atau membuat sudut tertentu terhadap bidang lintasan pisau. Akan tetapi,

pada mesin yang pisaunya diam, bahan yang dirajang akan mendapat dua doronan

yang arahnya tegak lurus terhadap bidang rajangan dan sejajar bidang rajangan

(anonim, 2002).

Mesin pemarut umbi bertenaga motor bakar

Page 9: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat     : Pisau, tampah, stopwatch, wadah plastik, timbangan, mesin

penyerut

Bahan  : Singkong

3.2 Prosedur Percobaan

1. Menimbang bahan yang akan diproses dengan mesin pengecil ukuran (a

kg)

2. Mengupas bahan dan menimbang (b kg)

3. Menjalankan mesin dan masukkan bahan ke dalam mesin

4. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses penyerutan (x menit)

5. Menimbang bahan sesudah diserut

6. Mengamati performansi mesin dan mekanisme kerja proses mesin

7. Menghitung kapasitas throughout ( akgxmenit )

8. Menghitung kapasitas output ( c kgxmenit )

9. Menghitung rendemen:

Rendemen pengupasan = b kga kg

x 100%

Rendemen penyerutan = c kgb kg

x 100%

10. Mengeringkan bahan dalam oven untuk praktikum minggu depan

11. Menghitung efisiensi pengecilan ukuran

= kapasitas aktualkapasitas teoritis

x 100%

12. Hitung luas permukaan bahan meliputi luas permukaan awal (utuh) dan

luas permukaan akhir (setelah diiris)

Page 10: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

Kelompok 1

Tabel 1. Penyerutan Singkong dengan Mesin

No Parameter yang Diukur Satuan

1 Massa awal bahan (a) 0,14856 kg

2 Massa bahan setelah dikupas (b) 0,11552 kg

3 Massa bahan setelah diserut (c) 0,11629 kg

4 Waktu penyerutan (x) 1,66 menit

Sumber: Data Praktikum kelompok 1

Penghitungan:

Kthroughout = a/x = 0,14856 kg/1,66 menit = 0,089 kg/menit

Koutput = c/x = 0,11629 kg/1,66 menit = 0,070 kg/menit

Rpengupasan =  b/a×100% = 0,11552 kg/0,14856 kg×100% = 77,76%

Rpenyerutan = c/b×100% = 0,11629 kg/0,11552 kg×100% = 100,67%

Kaktual = Koutput× 60 = 0,070kg/menit× 60 = 4,2kg/jam

v = 2π/60×rpm ×r

= 2π/60×1540,54×0,055m

= 8,873m/jam

A = πr2

= π(0,055m)2

= 0,00950m2

Kteoritis = v × n × A × ρ

= 8,873m/jam× 1 × 0,00950m2 ×1.044kg/jam

= 88,002 km/jam

Eff. mesin = Kaktual/Kteoritis×100%

= 4,2kg/jam/88,002kg/jam×100%

= 4,773%

Page 11: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Kelompok 2

Tabel 2. Penyerutan Singkong dengan Mesin

No Parameter yang Diukur Satuan

1 Massa awal bahan (a) 0,116 kg

2 Massa bahan setelah dikupas (b) 0,091 kg

3 Massa bahan setelah diserut (c) 0,095 kg

4 Waktu penyerutan (x) 1,25 menit

Sumber: Data Praktikum kelompok 2

Penghitungan:

Kthroughout = a/x = 0,116 kg/1,25 menit = 0,093 kg/menit

Koutput = c/x = 0,095 kg/1,25 menit = 0,076 kg/menit

Rpengupasan =  b/a×100% = 0,091 kg/0,116 kg×100% = 77,45%

Rpenyerutan = c/b×100% = 0,095 kg/0,091 kg×100% = 104,40%

Kaktual = Koutput× 60

= 0,076 kg/menit × 60 menit/jam

= 4,56 kg/jam

v = 2π/60×rpm ×r

= 2π/60×1540,54×0,055m

= 8,873 m/jam

A = πr2

= π(0,055m)2

= 0,0095 m2

Kteoritis = v×n×A×ρ

= 8,873m/jam×1×0,0095m2×1.044kg/jam

=88,002 km/jam

Eff. mesin = Kaktual/Kteoritis×100%

Page 12: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

= 4,56kg/jam/88,002kg/jam×100%

= 5,18%

Kelompok 3

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pengirisan Singkong dengan Mesin

No Parameter yang diukur Satuan

1 Massa awal bahan (a) 0,13 kg

2 Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0.10 kg

3 Massa awal bahan setelah diiris (c) 0.08 kg

4 Waktu Pengirisan (x) 0,51 menit

Sumber : data praktikum kelompok 3

1. Kthroughout = a/x = 0,13kg/0,51menit = 0,25 kg/menit

2. KOutput = c/x = 0,08 kg/0,51 menit = 0,16 kg/menit

3. RPengupasan =  b/a×100% = 0,10 kg/0,13 kg×100% = 76,92%

4. RPenyerutan= c/b×100% = 0,08 kg/0,10 kg×100% = 61,54%

5. KAktual = Koutput× 60 = 0,16 kg/menit × 60 menit/jam = 9,6 kg/jam

6. v = 2π/60×rpm ×r

= 2π/60×605,87×0,15m

= 9,51 m/jam

7. A = p.l = 0,09 × 005 = 0,0045 m2

8. KTeoritis = v×n×A×ρ

= 9,51m/jam×2×0,0045m2×1.044kg/jam

= 89,36 km/jam

9. Eff. mesin = Kaktual/Kteoritis×100%

= 9,6 kg/jam/89,36kg/jam×100%

= 10,74%

Page 13: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Kelompok 4

Data hasil pengukuran kelompok 4

No. Parameter yang Diukur Satuan

1 Massa awal bahan (a) 0,11186 kg

2 Massa bahan setelah dikupas (b) 0,08355 kg

3 Massa bahan setelah diiris (c) 0,08315 kg

4 Waktu pengirisan (x) 0,743 menit

Sumber : data praktikum kelompok 4

Ktroughout=a kgx=0,111,86 kg0,743 menit=0,1505kgmenit

Ktroughout=c kgx=0,08315 kg0,743 menit=0,112kgmenit

Rpengupasan=b kga kg×100%=0,08355 kg0,11186 kg×100%=74,69 %

Rpengirisan=c kgb kg×100%=0,08315 kg0,11186 kg×100%=74,33 %

Kaktual =KOutput×60

=0,112kgmenit ×60

=6,72kgjam

V =2π60×rpm ×r

=2π60 ×605,87 ×0,15 m

=9,5121mjam

A= p×l

=0,09 ×0,05

=0,0045 m2

Kteoritis =v ×n×A×ρ

=9,5121mjam×2×0,0045 m2×1,044 kgjam

=89,3756kmjam

Eff.mesin =KaktualKteoritis×100%

=6,72 kg/jam89,3756 km/jam×100

=7,52%

Page 14: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Kelompok 5

Tabel Pengirisan Singkong dengan cara manual

No. Parameter yang diukur Satuan

1 Massa awal bahan (a) 0,12444 kg

2 Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,09577 kg

3 Massa awal bahan setelah diiris (c) 0,09419 kg

4 Waktu pengirisan (x) 2,9167 menit

5 Jumlah potongan (N) 95 buah

Sumber : data praktikum kelompok 5

KThroughout = a/x = 0,12444/2,9167 = 0,0427 kg/menit

Koutput = c/x = 0,09419/2,9167 = 0,0323 kg/menit

Kpengupasan = b/a x100% = 0,09577/0,12444 x100% = 76,96%

Kpenyerutan = c/a x100% = 0,09419/0,12444 x100% = 75,69%

Kaktual = Koutput x 60 = 0,0323 x 60 = 1,938 kg/jam

A (luas pisau) = L segitiga + L persegi panjang = a x t/2 + (p x l)

= 2 x 3 / 2 + (7 x 3)

= 2,4 x 10-3 m2

K (keliling pisau) = 2p + l + a + x

=2(7) + 3 + 2 + 3,5

=0,225 m2

Kteoritis = K x N x A x ρ x 60

Kteoritis = 0,0225 x 32,57 x 2,4 x 10-3 x 1044 x 60

Kteoritis = 1101,7 kg/jam

Efektifitas mesin = Kaktual/Kteoritis x100%

= 1,938/1101,7 x 100%

= 0,176%

Page 15: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Kelompok 6

Tabel 6. Pengirisan Singkong Dengan Manual

No Parameter yang diukur Satuan

1 Massa awal bahan (a) 0,153 kg

2 Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,125 kg

3 Massa awal bahan setelah diiris (c) 0,117 kg

4 Waktu pengirisan (x) 3,47 menit

5 Jumlah potongan (N) 75 buah

Sumber : Data praktikum kelompok 6

K.Throught = a/x = 0,044 kg/menit

K. Output = c/x = 0,034 kg/menit

R.Pengupasan = b/a x 100% = 81,7 %

R.Penyerutan = c/a x 100% = 76,47 %

K.aktual = K.Output x 60 = 2,04 kg/jam

Eff. Mesin= k.aktual/k.teoritis x 100% = 0,28 %

Page 16: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah praktikum dapat kita lihat perbandingan Perbandingan antara

penyerutan manual dengan menggunakan pisau dan dengan memakai mesin

dapat kita bahas dari hasil perbandingan tersebut.

Dapat kita lihat hasil dari analisis perbandingan diatas, bahwa rendemen

pada perlakuan bahan dengan menggunakan mesin lebih banyak

dibandingkan dengan menggunakan pisau.

Dapat kita lihat limit waktu antara mesin dengan menggunakan pisau

sangat jauh berbeda, waktu yang diperlukan untuk menyerut bahan dengan

menggunakan mesin lebih cepat di bandingkan dengan menggunakan pisau.,

hal ini di karnakan beda antara kekuatan ataupun daya pada mesin dengan

pisau

Dalam mesin penyerutan, putaran sangat bergantung pada daya mesin itu

sendiri. Jika daya pada mesin semakin besar/cepat, maka putaran yang

dihasilkan pun semakin besar, dan hasil dari penyrutanpun akan semakin

cepat selesai.

Pada penyerut manual atau hanya dengan pisau kecepatan potong sangat

tergantung pada kerja dan daya pada operator pemotong (manusia). Jika

operator memiliki daya lebih besar dengan tingkat kemampuan menyerut

lebih banyak maka hasilnya pun akan lebih besar dan waktu yang di butuhkan

lebih cepat.

Pada kapasitas output teoritis, yaitu kapasitas alat dalam menghasilkan

banyaknya rendemen bahan, dapat kita bandingkan efisiensi dari penyerut

manual atau pisau lebih besar dibandingkan dengan mesin penyerut.

Seharusnya efisiensi harus lebih besar mesin penyerut dibandingkan dengan

penyerut manual. Hal ini dimungkinkan karena beberapa factor :

Bahan yang diserut terlalu sedikit untuk sebuah mesin. Hal in tidak

sesuai dengan kapasitas output teoritis dari mesin itu sendiri.

Page 17: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Banyaknya jumlah hasil penyerutan yang terbuang pada saat proses

penyerutan atau bahan menempel pada bagian-bagian mesin sehingga

mengurangi bobot dari bahan yang sudah diserut.

Dalam alat pisau ataupun mesin penyerut jumlah serta ketajaman mata

pisau akan sangat mempengaruhi lamanya penyerutan, karena selang waktu

antara penyerutan setiap pisau dapat diperpendek. Banyaknya putaran selama

waktu penyerutan mempengaruhi nilai daya yang dihasilkan, karena daya

sangat berpengaruh selain oleh torsi juga oleh nilai revolution per minute

(rpm) atau putaran setiap menit.

Page 18: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

setelah pelaksanaan praktikum dapat saya simpulkan bahwa Semakin

cepat putaran rpm pada waktu pengirisan bahan dengan mesin, maka akan

sangat berpengaruh terhadap lama waktu pada proses pengirisan. Jika rpm

semakain besar pada suatu alat pengiris, maka semakin besar juga bahan

yang tersayat sehingga waktu dalam proses pengirisan akan semakin cepat.

Semakain cepat pengirisan dengan mengunakan pisau serta daya atau

kekuatan operator dalam mengiris bahan, maka akan semakin cepat

pengerjaan pengirisan

Pada saat penyayatan/pengirisan menggunakan mesin, banyak beberapa

paktor yang yang harus di perhatikan, apabila permukaan bahan semakin

luas/besar terkena penyayat mesin, maka pengerjaaan penyayatan akan

semakin cepat dan efektif.

Banyak serta tajamnya pisau pemotong/penyayat akan sangat

mempengaruhi efisiensi lama waktu selama pengerjaan.

Saran

Dalam pelaksanaan praktikum sebiknya selalu berhati-hati agar tidak ada

hal yang tidak di inginkan, karena praktikum berkaitan dengan mesin serta

alat yang berbahaya.

Sebaiknya alat serta mesin pada waktu praktikum dalam keadaan baik,

sehingga pada waktu di pergunakan praktikum tidak ada hambatan yang

mengganggu.

Pisau pada alat pemotong sudah tumpul, sebaiknya pisau di gerinda lagi

agar praktikum bias berjalan lancer. Sehingga Praktikan Tidak

menggunakan pisau pada waktu praktikum.

Page 19: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

DAFTAR PUSTAKA

Zain, Sudaryanto; Suhadi, Ujang; Sawitri; Ibrahim, Ulfi. Teknik Penanganan

Hasil Pertanian. 2005. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran.

Earle, R.L., 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. P.T. Sastra

Hudaya, Jakarta.

Rusendi, Dadi; Zain, Sudaryanto; Nurjanah, Sarifah, Widyasanti, Asri . 2008.

PENUNTUN PRAKTIKUM MK. TEKNIK PENANGANAN HASIL

PERTANIAN.

Page 20: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

LAMPIRAN

Gamabar 1. Menghitung massa Gambar 2. Sedang membersihkan

Gambar 3. Alat-alat praktikum Gambar 4. Singkong utuh

Gambar 5. Memarut singkong Gambar 6. Menimbang hasil parutan

Page 21: Laporan praktikum 5 andi pengecilan

Sumber : Dokumentasi Pribadi