Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi...

43
1 LAPORAN PRAKTIK LAPANG GEOLOGI LAUT DI PERAIRAN DESA BUNATI, KABUPATEN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh : NAMA : MUHAMMAD ROYYANDI NIM : G1F113204 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

description

Laporan Praktek Lapang

Transcript of Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi...

Page 1: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

1

LAPORAN PRAKTIK LAPANG GEOLOGI LAUT

DI PERAIRAN DESA BUNATI, KABUPATEN KOTABARU

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :

NAMA : MUHAMMAD ROYYANDI

NIM : G1F113204

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTANPROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

BANJARBARU

2016

Page 2: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

2

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan

laut lebih dari 75% yang mencapai 5.8 juta kilometer persegi, terdapat lebih dari

17.500 pulau dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada,

yaitu sekitar 81.000 km. Secara geologi, kepulauan Indonesia terbentuk oleh

berbagai proses geologi yang sangat kuat sehingga berpengaruh pada

pembentukan pantai disana.

Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi

dipermukaan atau di daratan, baik itu proses-proses geologinya dan lain

sebagainya, hanya saja permukaannya tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi

kelautan seperti juga kita mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan

juga suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu

tertutup oleh massa air.

Wilayah propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas kurang lebih

3.753.051 ha, dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda di setiap daerah. Pada daerah pesisir pantai bagian selatan

Kalimantan Selatan terutama di bagian pesisir pantai Bunati, di Desa Bunati,

Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan memiliki tanah singkapannya

terdiri dari jenis batuan dan gugusan formasi batubara yang terlihat menjorok

kepermukaan. Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan pasir, muara sungai,

tanjung yang terdapat singkapan batuan serta aktivitas Terminal khusus perairan

pantai Bunati merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang

disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan dapat

mempengaruhi jenis batuan yang terdapat di wilayah pantai Bunati menjadi

terjadi. Bentukan lahan di desa Bunati diperkirakan berasal dari proses marine dan

fluvial.

Agar dapat mengetahui proses yang terjadi di desa Bunati dan

mengembangkan mata kuliah Geologi Laut maka mahasiswa Ilmu Kelautan

melakukan praktek lapang di wilayah tersebut.

.

1

Page 3: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

3

I.2. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan di Pantai

Bunati Kecamatan Angsana :

1. Mengidentifikasi secara visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek.

2. Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek.

3. Mengetahui proses geomorfologi pantai di lokasi tersebut.

I.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai

berikut :

I.3.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup praktek lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan

pesisir dan laut Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu

dimana di sekitar tempat tersebut merupakan wilayah Pelabuhan khusus.

I.3.2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup praktik lapang kali ini adalah mencakup lokasi pesisir dan

laut Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Dimana di

sekitar tempat tersebut terdapat beberapa jenis batuan yang akan di identifikasi

oleh Praktikan. Struktur dan singkapan bantuan yang ada di pantai Bunati, yaitu

batuan sedimen yang terbagi menjadi dua jenis batuan, yaitu batu bara dan batu

kerikil.

Page 4: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.

II.1. Pengertian Geologi

Secara estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang

artinya Bumi dan Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang

mempelajari bumi (Anonim,2012). Menurut Holmes dalam Saragih (2012)

menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu ppengetahuan yang menguraikan

tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninnya. Secara

menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang,

yang dapat dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah ilmu yang

mempelajari planet bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan sejarahnya.

Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa

sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi,

lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang

dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang

bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan

mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi

dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami,

gunung meletus, banjir, gerakan tanah dll (Sukartono, 2010).

Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam

yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya,

semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan

alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau

menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan

sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami

perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi

salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya

mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.

2.2 Manfaat mempelajari Geologi Laut

Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam

definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan

3

Page 5: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

5

dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa

cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan

teknologi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam

mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :

Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi

dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang

menyusun kerak bumi.

Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam

yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini

dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.

Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan

batuan berharga dapat dijumpai.

Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu

daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk

mendapatkan material bahan bangunan.

Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air,

karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam

batuannya.

Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau

meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti

longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).

2.3 Struktur Geologi dan Geomorfologi Pantai

Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur–unsur struktur geologi,

yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan sebagainya, yang terdapat

didalam suatu satua tektonik. Tektonik sendiri dianggap suatu studi yang

mencakup masalah bentuk, pola evolusi dari satuan tektonik dalam ukuran yang

lebih besar seperti : cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, paparan dan

sebagainya. Geologi struktur dalam hal ini sudah pasti erat hubungannya dengan

studi tentang struktur sekunder, yaitu suatu struktur yang terbentuk setelah terjadi

pengendapan batuan.

Page 6: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

6

Macam – macam struktur sekunder :

a) Kekar (joint) : yaitu rekahan – rekahan dalam batuan yang terjadi karena

tekanan atau tarikan yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak

bumi (Gambar 2.1)

Gambar 2.1. Macam-macam Kekar (Joint)

b) Sesar (fault) : adalah rekahan – rekahan dalam kulit bumi, yang telah

mengalami pergeseran (Gambar 2.2)

Gambar 2.2. Macam-macam Sesar

Page 7: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

7

c) Lipatan (fold) : yaitu penekukan pada batuan, baik dalam batuan sedimen atau

metamorf (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Sketsa Sistem Pelipatan

d) Bidang Pelapisan (unconformity) : yaitu suatu bidang erosi yang memisahkan

antara batuan yang lebih muda dari yang lebih tua (Gambar 2.4).

Gambar 2.4. Sketsa Jenis-jenis Sistem Pelipatan

Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam atau

bentuk lahan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh baik pesawat maupun

dari satelit yang menghasilkan citra atau foto udara, dapat mempermudah untuk

melihat dan menginterpretasikan kenampakan geomorfologi (Noor, 2011).

Page 8: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

8

Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan

tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari

sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab

termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan

cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta

bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain,

plateau, mountain dan sebagainya.

Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus

Geomorfik (Geomorphic cycle) (Gambar 2.5) yang pada mulanya diajukan Davis

dengan istilah Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa

yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu),

dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus

geomorfologi dapat diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya

menerus. Misalnya, suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus

geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda,

dewasa dan tua.

Page 9: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

9

Gambar 2.5. Siklus Geomorfologi

Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan

(rejuvenation) atas suatu bentang alam. Dengan kembali ke stadia muda, maka

siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n +

1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari satu siklus yang

terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama dengan siklus

geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya kemungkinan

terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the first cycle of

erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu

Page 10: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

10

plateau yang mencapai tinmaturely dissected plateau in the second cycle of

erosion.

Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah

tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu,

morfologi dan bentang alam wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari

hempasan gelombang air laut dan aktivitas manusia. Geomorfologi pantai dapat

berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari, lagoon, delta, hutan mangrove

dan bangunan pantai (Noor, 2010).

Geomorfologi yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan

pantai terhadap kenaikan muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif

pada suatu bagian pantai. Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat rentan

terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan geomorfologi berupa

penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur (mudflats), dan delta.

Sedangkan pantai dengan bentuk geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords

sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka laut.

2.4. Kelerengan Pantai

Kelerengan pantai adalah tingkat kecuraman atau nilai kelandaian suatu

daerah pantai yang diukur dari batas zonasi tubuhan hingga batas air laut

(Anonim, 2012). Secara garis besar, perairan Indonesia dapat dibagi menjadi dua,

yakni perairan dangkal berupa paparan, dan perairan laut dalam. Paparan (shelf)

adalah zona di laut terhitung mulai garis surut terendah hingga pada kedalaman

sekitar 120–200 m, yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih ke

arah laut dalam. Ada dua paparan yang luas di Indonesia yakni paparan Sunda di

sebelah barat dan paparan Arafura-Sahul di sebelah timur. Di antara keduanya

terdapat laut dalam dengan topografi yang kompleks. Misalnya ada depresi atau

cekungan yang luas di dasar laut, dan kurang lebih berbentuk bulat atau lonjong,

disebut basin. Ada pula depresi yang dalam dan bentuknya memanjang yang

disebut palung. Palung yang sempit dengan sisi yang curam disebut trench dan

yang agak melebar dengan sisi yang lebih landai adalah trough (Nontji, 2007).

Page 11: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

11

II.2. Jenis Batuan

Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3

kelompok utama:

1. Batuan beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma

2. Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah

ada sebelumnya

3. Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan,

panas atau keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).

Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan

kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri – ciri ini

mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih

diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.

Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi

(Pettijohn 1987).

Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:

1. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.

2. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu

3. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.

4. Proses pembentukan.

Page 12: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

12

Gambar 2.6 Siklus Batuan

2.5.1. Batuan Beku

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan

kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-

mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series

(Nurdin 2009).

Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2,

yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :

a.    Batuan beku plutonis

Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di

dalam bumi (15–50km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yangberjalan

sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristalyang sempurna

(holokristalin).

Ciri-ciri batuan plutonis:

-       Pada umumnya berbutir kasar

-       Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)

b. Batuan beku vulkanis

Merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:

-       Berbutir halus dan sering terdapat kaca

-       Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).

Page 13: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

13

2.5.2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan

(sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari

hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia

maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang

kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).

Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis.

Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:

a) Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material

lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori

antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan

porositasnya menjadi berkurang.

b) Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkanmaterial

terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral batubara)menyemen butiran-

butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari

material semula.

c) Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen

terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).

d) Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi

atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.

e) Autijenesis, pembentukan mineral baru.

f) Penggantian (replacement).

g) Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan

mempunyai porositas yang tinggi.

2.5.3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan

akibattekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang

terjadisecara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang

berbeda.

Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme.

Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:

Page 14: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

14

- Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada

metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi

rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat

sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.

- Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma),

terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol

- Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu

3000°C,kelompok mineral zeolit.

- Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan

rangkaian seri fasies dynamo-termal.

2.6 Strike dan Dip

Strike dan Dip mengacu kepada orientasi atau geometri fitur-fitur geologi.

Garis strike perlapisan, patahan, atau fitur planar lainnya, adalah garis yang

merepresentasikan perpotongan fitur tersebut di bidang horizontal (Gambar 2.7).

Dalam peta geologi, strike dan dip digambarkan dengan garis pendek yang

dipotong oleh garis yang lebih pendek tegak lurus dengan garis pertama.

Cara lain untuk merepresentasikan Strike dan Dip adalah dengan Dip dan

Dip Direction. Dip Direction adalah azimut dari arah dip yang diproyeksikan ke

bidang horizontral (seperti trend dari fitur linear dalam pengukuran trend dan

plunge), yang dimana arahnya tegak lurus (90°) dari arah strike. Seperti contoh,

sebuah dipping 30° ke selatan, akan memiliki strike timur-barat (dan akan ditulis

090° / 30° S menggunakan strike dan dip), tapi akan ditulis sebagai 30/180

menggunakan metode dip dan dip direction.

Gambar 2.7 Strike Dip pada bidang

Page 15: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

15

Strike dan dip ditentukan di lapangan dengan kompas dan klinometer atau

kombinasi keduanya, seperti kompas Brunton. Kompas-Klinometer yang

mengukur dip dan dip direction dalam satu langkah (Gambar 2.8) sering disebut

kompas Stratum atau Klar. Aplikasi-aplikasi di ponsel pintar juga tersedia, yang

menggunakan akselerometer internal untuk memperoleh pengukuran orientasi.

Dikombinasikan dengan GPS, ponsel pintar bisa membaca dan merekam dan lalu

mengunggahnya ke peta .

Setiap fitur planar bisa diukur oleh strike dan dip, termasuk Perlapisan

sedimen, patahan dan kekar, Cuesta, dike dan sill batuan beku, foliasi metamorf,

dan fitur planar lainnya di muka bumi. Fitur linear diukur menggunakan metode

yang sama, dimana plunge adalah sudut dip dan trend analog dengan nilai dip

direction. Apparent dip atau dip semu adalah nama dari setiap dip yang diukur di

bidang vertikal yang tidak tegak lurus dengan garis strike. True dip atau dip asli

bisa diukur dari apparent dip menggunakan trigonometri bila diketahui nilai

strike. Penampang geologi menggunakan apparent dip ketika mereka digambarkan

dalam suatu sudut yang tidak tegak lurus trike (Wikipedia, 2016).

Gambar 2.8. Kompas Geologi

Page 16: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

16

BAB III

METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan tempat

Praktik lapang dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 28 s.d 1 Mei 2016.

Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah

Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Lokasi praktek lapang

3.2 Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data yaitu :

Tabel 3.1. Alat-alat yang Digunakan Dalam Praktek Geologi

No Nama Fungsi

1. Palu Geologi Membantu mengambil sampel batuan

2. Kantong sampel Memasuukkan sampel batuan

3. Alat tulis Mencatat hasil pengamatan

4. Kamera Mendominasikan

5. Theodolit Membantu pengukuran kontur tanah

15

Page 17: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

17

6. Waterpass Mengukur kemiringan suatu lokasi

7. Rambu ukur Alat pendukung pengambilan data

menggunalan theodolite dan waterpass

8. Kompas Geologi Mengukur Strike dan Dip

9. GPS Menandai titik koordinat

3.3 Prosedur kerja

1. Pengambilan data batuan

a. Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang

pantai lokasi praktek.

b. Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan

c. Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya

d. Kelandaian pantai dan pembuatan peta

2. Pengambilan data kelandaian pantai

a. Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya

b. Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass

c. Mencatat hasil pengukuran tsb.

3. Strike dan Dip

Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:

1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)

- Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah.

- Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada

bidang yang akan kita ukur. 

- Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara

pada bull eyes berada di tengah.

- Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.

Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.

2. Mencari kemiringan bidang (dip)

Page 18: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

18

- Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda

"W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.

- Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.

- Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.

Page 19: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum lokasi praktek

Desa bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat,

sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang indah, sebelah barat berbatasan

dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah

timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan

perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku

Bugis, , Banjar, dan Jawa.

4.2 Jenis batuan yang ditemukan di lokasi praktek

Adapun data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai

Bunati ditampilkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Data – data Jenis batuan

No Kelompok batuan Jenis batuan Keterangan

1. Batuan sedimen Batu bara (Paleogen)

Wilayah garis pantai dan pada daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati

2. Batuan sedimen Batu lempung Wilayah garis pantai di Pantai Bunati

3. Batu Sedimen Batu Apung Wilayah garis pantai di Pantai Bunati

Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati

termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan

batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan kedua batuan tersebut.

18

Page 20: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

20

1. Batu Bara

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa jenis batuan yang ditemukan

di Pantai Sungai Cuka didominasi oleh kelompok batuan sedimen non-klastik

dengan jenis batuan batu Bara.

Batubara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-

klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses

organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan

sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun dan

batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan

lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan,

dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Batu bara (Dok. PL IKL 2016)

Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya

dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara

bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri

baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun

batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses

pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan

briket tanpa asap (Raharjo 2006).

Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat dan terkadang

cokelat tua. Jenis batu bara yang memiliki kandungan karbonan tinggi, seringkali

dengan alur materi yang terang dan kusam, dan memilki zat yang mudah menguap

sebesar 15-50%. Batubara bituminus adalah batubara peringkat menengah (antara

sub-bituminus dan antrasit) yang terbentuk dari tekanan dan panas tambahan di

Page 21: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

21

lapisan lignit. Kandungan kelembapan biasanya kurang dari 20%. nilai panas dari

batubara bituminous berada di antara 5,500 sampai 7,000 kcal/kg (Anonim, 2014).

2. Batu Lempung

Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral

berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung

mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini,

silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak

bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat

dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi (Anonim, 2009).

Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen

klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung

adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung (Gambar

4.2).

Gambar 4.2. Batu Lempung.( Dok. PL IKL 2016 )

Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah

terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang

mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan

oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1

memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara

Page 22: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

22

golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida

aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat,

menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa

jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.

3. Batu Apung

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung

buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga

sebagai batuan gelas vulkanik silikat (Gambar. 4.3).

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang

mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara

horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.

Batu Apung (Pumice) berwarna keabu-abuan atau coklat. Memiliki titik

rongga seperti pori – pori yang tersebar secara tidak merata, pori – pori ini

terbentuk dari adanya gelembung udara atau gas ketika pembentukkannya. Batuan

ini ringan dan akan terapung apabila diletakkan di air oleh karena itu disebut batu

apung, batu ini juga tahan terhadap api, jamur, dan kondensi. Batu apung sering

digunakan untuk menghaluskan kayu, bahan pengisi (filter), isolator temperatur

tinggi, dll (Anonim, 2009)

Gambar 4.3 Batu Apung ( sumber: Wikipedia)

Page 23: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

23

4.3 Geomorfologi Pantai Lokasi Praktek

Bentang alam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil

perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada

disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi,

menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan

diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu.

Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung

Teraban.

Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar).

Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada

zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat

erosi gelombang laut (Gambar 4.4).

Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai

berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang,

pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir

bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal

dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material

penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di

daerah pantai itu sendiri.

Gambar 4.4. Geomorfologi Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 )

Page 24: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

24

Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal

fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat

aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan

(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan

dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh

material sedimen berbutir halus.

Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang

ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai

dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di

muara sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar. Bentukan asal

marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga

gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi

praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang terbentuk pada

lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang (Gambar 4.5).

Gambar 4.5. Gisik (beach) di Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 )

Arus di desa Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen

pada desa Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen

bergerak sejajar garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang

(surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana

terlihat pada Gambar 4.5.

Page 25: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

25

Gambar 4.6. Lidah Pasir di Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 )

Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang

yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke

muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga

sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada

bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai

lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada Gambar 4.6.

4.4 Struktur geologi

Dominan formasi batuan di Desa Bunati adalah Alluvium (Qa) (yakni terdiri

dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur). Pada daerah yang jauh dari pantai

tersusun dari formasi geologi lainnya seperti Formasi Dahor (TQd).

Singkapan sedimen perselingan tipis, lapisan sejajar, antara batupasir halus

dan lempung, struktur sedimen silang siur pada batu pasir halus menunjukkan

lingkungan pengendapan dataran banjir. Endapan batubara yang sangat rapuh dari

jenis lignit dan banyak dijumpai polen mangrove rhizophora, mengindikasikan

lingkungan rawa. Jadi Formasi Dahor dapat dikatagorikan sebagai endapan alufial

dan rawa.

Formasi Dahor terbentuk dengan diawali gerakan tektonik yang

menyebabkan batuan tua Pra-Tersier dan Tersier terangkat membentuk

pegunungan Meratus. Sejalan dengan pelipatan dan pensesaran batuan tua tersebut

Page 26: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

26

kemudian diikuti pengendapan batuan Formasi Dahor. Formasi Dahor diperkiran

berumur Plio-Plistosen diendapkan dalam lingkungan paralis. Singkapan batubara

terletak 300m selatan jalan Pelaihari – Batulicin (kecamatan Kintap) terdiri atas

perselingan batubara dengan lempung. Batubara berwarna hitam, hitam

kecoklatan, sedang-lunak, mudah pecah, getas, tebal lapisan, 0,1m - 14m.

4.5 Kelandaian pantai

Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari

dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang

berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah

pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai

ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut

(Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai

akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.

Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5

m berkisar pada jarak 1–5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6–16 km.

Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur

(angin dominan dari arah Tenggara).

Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan

dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai

kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai

daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati

dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun

dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak

beraturan, di mana banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan

sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.

Page 27: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

27

Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah

muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah

masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui

media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut (Gambar 4.7).

Gambar 4.7. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu

Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa adanya

sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal.

Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan

perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut

(Gambar 4.8).

Page 28: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

28

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.8. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang

berada di sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara

sungai dan (c) Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai

Page 29: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

29

Gambar 4.9. Peta Pola Kedalaman Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu

4.6 Strike dan Dip di lokasi praktek

Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang

Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan

data pukul 15:30,  diukur dengan menggunakan kompas geologi (Gambar 4.10).

Gambar 4.10. strike dan dip di Pantai Bunati ( Dok. PL IKL 2016 ).

Page 30: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Bunati termasuk

dalam jenis batuan sedimen yang terdiri dari batu bara dan batu lempung.

2. Struktur singkapan batuan yang terdapat di pantai Bunati adalah formasi

dahor dan formasi alluvium.

3. Bentukan lahan di pantai bunati berasal dari bentukan lahan asal marine dan

bentukan lahan asal fluvial. Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati

menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga

daerah tersebut lebih dangkal.

5.2 Saran

Sebaiknya ke depannya pelaksanaan praktek dapat terkoordinasi dengan

lebih baik, sehingga tidak terjadi kebingungan saat pelaksanaan di lapangan yang

berakibat adanya kekurangan dan kesalahan dalam proses pengambilan data dan

pada hasil data yang didapatkan. Selain itu, yang paling utama agar para praktikan

dapat benar-benar memahami tujuan dari pelaksanaan praktek.

29

Page 31: Laporan Praktek Lapang Geologi Laut di Perairan Desa Bunati, Kabupaten TanahBumbu, Provinsi Kalimantan Selatan

31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Batuan Apung. http://www.tekmira.esdm.go.id/data /Batuapung/ulasan.asp?xdir=Batuapung&commId=3&comm=Batu%20apung%20(pumice). Di akses pada 11 Juli 2016

Anonim, 2014. Batubara Bituminus. http://www.adaro.com/id/glossary/batubara-bituminus/. Di akses pada 11 Juli 2016

Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Gomorfologi. Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.

Nurdin, Ade Akhyar. 2009. Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi Dasar-Dasar Mikropaleontologi (Batuan, Stratigrafi, Sedimentologi). Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman. Purbalingga.

Nurlina. 2016. Materi Kuliah Geologi laut. Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Modul praktek lapang Geologi Laut 2016 Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Noor, Djauhari, 2010. Pengantar Geologi. Bogor.

Raharjo, 2006 . Klasifikasi Batu Bara. http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 25 Mei 2011).

Siswati. Utomo, Radityo. 2012. Tugas Mata Kuliah. Geomorfologi Umum. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Malang.