Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

83
PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN KAPLET LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI Tugas Akhir Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Uji Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kimia Tunas Harapan Oleh : Zeffa Aprilasani 432

Transcript of Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Page 1: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL

DALAM SEDIAAN KAPLET

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

Tugas Akhir

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Uji Kompetensi

Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kimia Tunas Harapan

Oleh :

Zeffa Aprilasani

432

SMK Analis Kimia Tunas Harapan

Jl. Bendera Raya Intisari III Kalisari Pasar Rebo

JAKARTA TIMUR

November 2007

Page 2: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

KATA PENGANTAR

Laporan Pengalaman Kerja Lapangan di GlaxoSmithKline ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir SMK Analis Kimia Tunas

Harapan dan juga sebagai hasil dari Prakerin yang telah dilaksanakan terhitung

sejak 02 Juli 2007 sampai dengan 31 Agustus 2007.

Adapun garis besar laporan ini berisi pendahuluan, struktur organisasi,

tinjauan pustaka, metode analisis, hasil pembahasan dan simpulan saran.

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan Prakerin ini. Ucapan terima kasih saya

haturkan untuk :

1. Seluruh kelurga besar atas dukungan yang selalu tercurah untuk saya.

2. Bapak Eddy Jusuf selaku Kepala SMK Analis Kimia Tunas Harapan beserta

seluruh staf atas bimbingannya selama mengikuti pendidikan.

3. Bapak Arsil Hadjar selaku mantan Manager Quality Assurance

GlaxoSmithKline atas kesempatan yang telah diberikan pada saya untuk

melaksanakan prakerin di QA/QC GlaxoSmithKline.

4. Ibu Yeti Kartika sobarin selaku Manager Quality Assurance

GlaxoSmithKline.

5. Ibu Intan Maulina selaku Pharmacist Quality Assurance GlaxoSmithKline.

6. Ibu Niken selaku pembimbing di sekolah yang telah memberi arahan pada

saya dalam pembuatan laporan.

7. Bapak Iman Susantyo selaku pembimbing di GlaxoSmithKline atas segala

ilmu, bantuan, dan bimbingannya selama saya melaksanakan prakerin .

8. Ibu Pupu Kurniasih, Bapak Iwan Hirawan, Bapak Fajar, & Mba Ariyani.

9. Mas Ihsan, Mas Mursid, Mas Gofur, & mas Maulana atas dukungan dan

bantuan yang telah diberikan selama saya melaksanakan prakerin.

10. Mas Hepy Yuliana (analis QA GSK) atas kebaikan & bantuan nya pada saya

saat melaksanakan prakerin, maupun dalam pembuatan laporan.

11. Ari Widiarti, Eka Prastika, Desy, Izul, Arie, Yasin, Teguh, dan seluruh teman-

teman seperjuangan yang selalu menemani dalam suka maupun duka…

Page 3: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Saya sebagai penyusun, menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna.

Maka saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

perbaikan di masa mendatang.

Akhirnya saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi saya pribadi,

maupun adik kelas, pembaca dan dunia pendidikan.

Jakarta, November 2007

Penyusun,

(Zeffa Aprilasani)

Page 4: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan ...................................................................................

Lembar pengesahan ...................................................................................

Kata pengantar............................................................................................ i

Daftar isi..................................................................................................... iii

Daftar gambar............................................................................................... v

Daftar tabel................................................................................................... v

Daftar Lampiran............................................................................................ v

Bab I Pendahuluan

I.1.Latar Belakang Prakerin..................................................................….. 1

I.2.Tujuan Prakerin..................................................................................... 2

I.3.Tujuan Analisis Bahan............................................................................ 2

I.4.Tujuan Penulisan Laporan................................................................…. 2

Bab II Insitusi Perusahaan

II.1. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................ 3

II.2. Struktur Organisasi Perusahaan.......................................................... 6

II.3. Administrasi Laboratorium.................................................................. 9

II.4. Jenis Produk......................................................................................... 16

Bab III Tinjuan Pustaka

III.1. Obat................................................................................................... 17

III.2. Proses Produksi Sediaan Kaplet........................................................ 20

III.3. Deskripsi Pengelompokan Komoditas............................................... 23

III.4. Uraian Tentang Parasetamol.............................................................. 25

III.5. Teori Alat Instrumen.......................................................................... 29

Page 5: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Bab IV. Bahan dan Metode

IV.1. Penetapan Kadar Parasetamol Menggunakan Spektrofotometer........ 37

IV.2. Penetapan Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi.......................... 39

IV.3. Penetapan Uji Fisika Produk Parasetamol.......................................... 41

Bab V Hasil dan Pembahasan

V.1. Hasil................................................................................................... 44

V.2. Pembahasan........................................................................................ 46

Bab VI. Kesimpulan dan saran

VI.1. Kesimpulan.......................................................................................... 47

VI.2. Saran.................................................................................................... 48

Daftar Pustaka................................................................................................ 49

Page 6: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1. Proses Waste Water Treatment Plant (WWTP).................. 15

Gambar III.2. Struktur Kimia Parasetamol................................................. 25

Gambar III.3. Diagram Kotak Spektrofotometer....................................... 30

Gambar III.4. Dispersi cahaya oleh prisma................................................ 31

Gambar III.5. Skema Spektrofotometer single beam................................. 33

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol

Menggunakan Spektrofotometer............................................ 44

Tabel 5.2. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi...... 45

Tabel 5.3. Hasil analisis Penetapan Uji Fisika Produk Parasetamol........ 46

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi GlaxoSmithKline Indonesia ............. 50

Lampiran 2 . Denah Lokasi GlaxoSmithKline Indonesia.......................... 51

Lampiran 3. Alur Bahan Baku..................................................................... 52

Lampiran 4. Alur Produk Ruahan Sediaan Kaplet....................................... 53

Lampiran 5. Alur Produk Ruahan Yang Ditolak.......................................... 54

Lampiran 6. Data Hasil Penetapan Kadar Parasetamol Menggunakan

Spektrofotometer UV Visible.................................................. 55

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Parasetamol dengan

Uji Disolusi (Menggunakan Spektrofotometer UV Visible)... 56

Lampiran 8. Gambar Basket pada Alat Disolusi.......................................... 57

Lampiran 9. Gambar Dayung pada Alat Disolusi ....................................... 58

Lampiran 10. Gambar Alat Spektrofotometer UV Visible Shimadzu 1601... 59

Lampiran 11. Gambar Alat Disolusi SR-8 plus Hanson Research................. 60

Lampiran 12. Gambar Alat Uji Fisika............................................................ 61

Lampiran 13. Gambar Neraca Analitik Mettler Toledo XS 205.................... 62

Page 7: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Prakerin

Pengetahuan dan keterampilan yang menjurus pada satu bidang pekerjaan

yang diperoleh melalui pendidikan kejuruan, secara khusus memerlukan media

yang bersifat melatih penerapannya dan memperjelas fungsi yang sebenarnya. Hal

ini berkaitan dengan tuntutan agar secara langsung dapat menerapkan teori-teori

dan praktik-praktik yang telah dikuasai sebagai pengetahuan yang dapat

bermanfaat bagi orang banyak. Pengetahuan dan keterampilan analis kimia

merupakan salah satu bidang ilmu yang pendidikannya memerlukan pendekatan

pada fungsi sesungguhnya di tengah masyarakat. Media yang diprogramkan untuk

hal tersebut adalah Praktik Kerja Industri (PRAKERIN). Pelaksanaan Prakerin

tidak terbatas pada praktik laboratorium saja tetapi juga praktik pengenalan

lingkungan kerja yang sesungguhnya.

Pada kesempatan ini, Judul yang diperoleh penulis adalah “Penetapan

Kadar Parasetamol dalam Sediaan Kaplet”. Dalam proses produksi

memungkinkan terjadinya kesalahan, sehingga perlu dilakukan analisa terhadap

produk ruahan. Atas dasar itulah, dilakukan analisis kadar Parasetamol dalam

produk ruahan yang bertujuan untuk menyesuaikan kadar Parasetamol dalam

produk dengan limit kadar yang telah ditetapkan oleh QA Departement. Sehingga

dapat diketahui apakah produk ruahan tersebut dapat diproses lebih lanjut menjadi

produk jadi atau tidak.

I.2. Tujuan Praktek Kerja Industri

Adapun tujuan dari Praktik Kerja Industri, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan siswa sebagai

bekal kerja yang sesuai dengan program studi kimia analisis.

2. Mengembangkan dan memantapkan sikap profesional yang diperlukan siswa

dalam rangka memasuki lapangan kerja.

Page 8: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek profesional dalam dunia kerja

antara lain struktur organisasi, disiplin, lingkungan kerja, dan sistem kerja.

4. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal teknologi baru khususnya

penggunaan instrumen kimia analisis yang modern, dibandingkan dengan

fasilitas yang tersedia di sekolah.

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membiasakan diri dengan

suasana kerja yang sebenarnya.

6. Memperkenalkan fungsi dan tugas analis kimia kepada lembaga-lembaga

penelitian dan perusahaan industri serta memberikan peluang penempatan

dan meningkatkan kerjasama antara sekolah dengan institusi perusahaan.

I.3. Tujuan Analisis Bahan

Analisa yang dilakukan terhadap produk bertujuan untuk:

1. Agar siswa prakerin dapat menganalisa kandungan zat aktif Parasetamol

dalam produk Parasetamol sediaan kaplet sesuai dengan metode dan

spesifikasi yang ditetapkan perusahaan.

2. Melindungi konsumen dari bahaya over dosis dan keracunan obat.

3. Menyesuaikan kadar Parasetamol yang di analisis dengan limit yang di

tetapkan, baik oleh BPOM maupun oleh QA Departement sehingga dapat

diketahui apakah produk yang di produksi layak dipasarkan.

I.4. Tujuan Penulisan Laporan

Hasil pelaksanaan Praktik Kerja Industri dituangkan dalam bentuk laporan

yang tujuannya adalah :

1. Memantapkan siswa dalam memahami dan mengembangkan ilmu yang

didapat dari tempat siswa melaksanakan prakerin.

2. Siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah analisis

kimia lebih luas dan mendalam serta mengapresiasikan wawasannya dalam

bentuk karya tulis.

3. Menambah koleksi perpustakaan sekolah, sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan bagi diri penulis, adik kelas, maupun bagi peminat lainnya.

Page 9: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

BAB II

INSTITUSI PERUSAHAAN

II.1. Sejarah Singkat Perusahaan

GlaxoSmithKline (GSK) merupakan perusahaan multinasional yang berbasis

pada riset yang memiliki keunggulan dibidang penelitian, pengembangan,

kekuatan pemasaran, dan keuangan. Selain itu, GlaxoSmithkline adalah satu-

satunya perusahaan farmasi yang mengatasi tiga penyakit utama yang di

identifikasi oleh World Health Organization, yaitu HIV/AIDS, Tuberculosis, dan

malaria. GlaxoSmithkline terdapat di 117 negara dengan jumlah karyawan lebih

dari 100,000 jiwa. Dan lebih dari 15,000 jiwa tim peneliti. GlaxoSmithkline

memonitoring lebih dari 65 juta senyawa setiap tahun dalam penelitiannya

terhadap obat baru. Dan memproduksi hampir 4 milyar pack obat-obatan dan

produk kesehatan. Serta mensuplai seperempat dari vaksin di seluruh dunia.

Terdapat beberapa produk yang menjadi unggulan dalam keberhasilan program

pemasaran GlaxoSmithKline. Yaitu empat diantara lima kelas terapeutik utama di

dunia ; anti infeksi, Susunan Saraf Pusat/SSP (Central Nervous System, CNS),

saluran nafas (respiratory), dan saluran cerna (gastrointestinal), selain itu

didukung pula oleh keberhasilan produk vaksin, dan beberapa produk dibidang

perawatan oral seperti perawatan gigi serta minuman kesehatan bernutrisi.

GlaxoSmithKline merupakan gabungan 2 perusahaan farmasi yaitu Glaxo

Wellcome dan SmithKline Beecham. Masing-masing perusahaan memiliki sejarah

perkembangan yang panjang.

SmithKline Beecham, dimulai dari SmithKline dan Company merupakan

rumah grosir obat terbesar di Philadelphia pada tahun 1890. Yang kemudian

berkembang dengan pesat setelah bergabung dengan beberapa perusahaan lain,

serta ditemukannya obat saraf Eskay’s Neurophosphates, kapsul lapas lambat,

obat cold dan flu, dan obat tukak lambung (tagment). SmithKline and Co lantas

mengalami beberapa proses penggabungan dengan Beecham yang didirikan tahun

1842. Beecham menjadi besar karena akusisi serta berdirinya laboratorium riset

Page 10: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

(Beecham Research Laboratories), dan pada akhirnya menemukan antibiotik

amoxilin dan augmentin. Demi meningkatkan efisiensi kerja, pada tanggal 26 juli

1989 dilakukan penggabungan antara SmithKline Beecham dan Beecham Group

menjadi Smithkline Beecham, kemudian SmithKline Beecham mengakusisi

Sterling Health.

Glaxo Wellcome sebelumnya terdiri dari gabungan 2 perusahaan besar,

yaitu Glaxo dan Burroughs Wellcome. Glaxo berasal dari produksi susu dan

mentega, yang kemudian berkembang dengan ditemukannya streptomycin dan

vitamin B12. Sementara Burroughs Wellcome terbentuk pada tahun 1818, terkenal

dengan produknya digoxin dan polymixin. Tahun 1995 Glaxo dan Burroughs

bergabung menjadi Glaxo Wellcome.

Penggabungan Glaxo Wellcome dan SmithKline Beecham terjadi pada

tanggal 27 Desember 2000 menjadi GlaxoSmithKline, sedangkan di Indonesia

baru dilakukan pada tanggal 8 Januari 2001. GlaxoSmithKline secara Legal Entity

masih terdapat di 3 perusahaan, yaitu PT. Sterling Product Indonesia, PT.

SmithKline Beecham, dan PT. Glaxo Wellcome Indonesia. Penulis melaksanakan

prakerin di PT. Sterling Product Indonesia.

II.1.1. Logo Perusahaan

II.1.2. Visi, Misi, dan Semangat

Visi : Sasaran bisnis GlaxoSmithKline adalah menjadi pemimpin terdepan dalam

industri farmasi. GlaxoSmithKline mempunyai target menjadi pelopor

bagi industri farmasi.

Page 11: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Misi : Meningkatkan kualitas hidup manusia dengan memberdayakan manusia

agar dapat berbuat lebih banyak, merasa lebih baik, dan hidup lebih lama.

Semangat : Mengejar tujuan dengan semangat kewiraswastaan, dan selalu

berinovasi serta menghargai kinerja yang dicapai dengan integritas.

II.1.3. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

Lokasi GlaxoSmithKline, dimana penulis melaksanakan prakerin adalah di

Cimanggis (GlaxoSmithKline site Bogor), Jalan Raya Bogor KM 35. Perusahaan

ini memiliki luas tanah sebesar 19460 m2 dengan luas keseluruhan bangunan 3302

m2, terbagi menjadi dua plant, yaitu plant antibiotik dan plant nonantibiotik.

Marketing GlaxoSmithKline tidak berada satu kompleks dengan perusahaan.

Namun berada di Graha Paramita lantai 5, Jalan Denpasar Raya Blok D-2

Kuningan, Jakarta.

II.1.4. Kepegawaian

Karyawan di GlaxoSmithKline terdiri dari karyawan tetap dan karyawan

kontrak. Perusahaan ini beroperasi dari senin sampai jumat, dengan jadwal kerja

terbagi menjadi tiga shift, yaitu :

- Shift 1 : pukul 07.30-16.00

- Shift II : pukul 15.30-23.00

- Shift III : pukul 22.30-06.30

Baik perusahaan maupun pekerja akan sepenuhnya menegakan disiplin

kerja, oleh karena itu terhadap pelanggaran disiplin kerja perlu diadakan tindakan-

tindakan yang berupa peringatan baik lisan maupun tulisan atau sampai pada

pemutusan hubungan kerja.

Page 12: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Adapun disiplin kerja bagi seluruh pekerja adalah sebagai berikut :

1. Pekerja wajib menaati dan melaksanakan jam kerja yang telah ditentukan

dengan mencatatkan diri pada waktu jam masuk kerja dan saat

meninggalkan pekerjaan.

2. Pekerja yang terlambat masuk kerja karena alasan yang sah, harus melapor

kepada atasan langsung atas keterlambatan itu.

3. Pekerja diharuskan memakai tanda pengenal pegawai yang telah

dikeluarkan oleh perusahaan.

Pekerja yang ingin meninggalkan pekerjaan lebih cepat dari pada biasanya

karena hal-hal yang mendesak, harus mendapat ijin tertulis terlebih dahulu dari

atasannya langsung dan diketahui oleh kepala departemen.

Selain itu, GlaxoSmithKline pun memperhatikan kesejahteraan

karyawannya dalam bentuk fasilitas dan jaminan sosial yang diberikan.

Kesejahteraan tersebut didasari atas kerjasama antara serikat pekerja dengan

perusahaan yang diatur dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). KKB berisi

tentang jaminan bagi serikat pekerja, aturan kerja, aturan penggajian, jaminan

sosial, cuti, keselamatan kerja, perawatan kesehatan, jaminan hari tua,

penyelesaian keluhan, dan pengaduan karyawan.

Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) dilakukan

berupa pencegahan, penjagaan, pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya

bahaya akibat kebakaran, ledakan, kecelakaan kerja, serta kebocoran gas atau

cairan yang berbahaya. Aktivitas ini dilakukan secara menyeluruh oleh komisi

kesehatan dan keamanan lingkungan (Environment Health and Safety).

II.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Kelangsungan suatu perusahaan dapat berjalan jika adanya interaksi yang

baik antara penerapan teknologi, proses, sumber daya manusia, dan administrasi .

untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu system pengaturan yang baik,

yaitu struktur organisasi. Struktur Organisasi menjelaskan manajemen perusahaan

beserta tugas dan wewenangnya. Struktur organisasi GlaxoSmithKline dapat

dilihat pada Lampiran I.1.

Page 13: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Pimpinan puncak perusahaan di Indonesia dipegang oleh seorang tehnical

director yang dibantu oleh tiga orang manajer, yaitu Pulogadung Site Quality

Manager, Compliance Manager, Bogor Site Manager.

Bentuk organisasi ini adalah gabungan dari struktur organisasi garis dan

fungsional. Wewenang langsung didelegasi dari atas ke bawah, sedangkan

tanggung jawab mengalir dari bawah ke atas.

II.2.1. Quality Assurance Department

Quality Assurance Department dipimpin oleh Head of Quality dan

membawahi QA Manager Pulogadung, QA Manager Compliance, dan QA

Manager Bogor. Struktur organisasi dalam QA/QC beserta tugasnya, meliputi :

a. QA/QC Koordinator

- Mengatur agar kegiatan di QA/QC berjalan lancar.

- Melaporkan kepada QA/QC Manager apabila menemukan kelainan-kelainan

pada grey area dan factory umumnya. Serta mengemukakan ide/inisiatif yang

berhubungan dengan penerapan CPOB.

- Memeriksa kalibrasi alat di Laboratorium sesuai jadwal yang ditentukan.

- Melakukan pemeriksaan packaging material.

- Membuat surat penerimaan product complain.

- Memeriksa Retained Sampel.

- Memeriksa MBR dan PBR.

- Bekerjasama dengan QA/QC Technician dalam melakukan trial analisa,

validasi proses, validasi metode analisis, dsb.

- Bekerjasama melakukan dokumentasi keperluan QA/QC termasuk Certificate

of Analysis, Stability Study, dsb.

Page 14: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

b. QA/QC Sekretaris

- Membuat trend data semua bahan baku (raw material), bahan kemas

(packaging material), dan barang jadi (finished goods). Serta membuat

Certifikat of Analist.

- Melakukan pengetikan form-form yang terkait dengan analisa.

- Mengurus dan mendata absent QA/QC.

- Membuat surat-menyurat keperluan QA/QC dan menghubungi supplier serta

relasi.

- Bertanggung jawab terhadap dokumentasi training, memelihara form training

dan membuat rangkuman setiap training.

c. QA/QC Technician (Analis)

- Melakukan analisa bahan baku.

- Melakukan analisa produk setengah jadi dan produk jadi.

- Melakukan kegiatan validasi.

- Mengontrol validasi reference standard.

- Melakukan analisa menggunakan spektrofotometer, HPLC, dsb.

- Mengoperasikan alat-alat di QA/QC untuk keperluan analisa bahan baku,

produk, dan purified water secara kimia maupun fisika.

- Mengontrol pemakaian reagent.

- Melakukan seluruh pekerjaan yang dibebankan dengan baik dan teliti sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan.

- Melakukan uji stabitas produk.

- Melakukan monitoring limbah (termasuk sistem EHS)

d. QA/QC Asisten

- Melakukan pencucian alat dengan bersih dan teliti.

- Menyimpan sisa-sisa analisa pada tempat yang telah disediakan.

- Melakukan Scrapping pada sisa analisa maupun produk retained sampel.

- Membantu QA/QC Technician dalam preparasi reagen maupun analisa, bila

diperlukan.

- Menjaga ruangan QA/QC tetap bersih.

Page 15: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

II.3. Administrasi Laboratorium

Quality Assurance merupakan bagian yang bertugas menjamin bahwa

produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan

penggunaannya sebelum produk tersebut dipasarkan ke masyarakat luas.

Ruang lingkup QA meliputi semua fungsi analisis yang dilakukan di

laboratorium. Bagian QA memiliki laboratorium terpisah dari ruang produksi.

Dan dirancang sedemikian rupa sehingga antara laboratorium kimia, fisika, dan

mikrobiologi terpisah satu sama lain.

Masing-masing laboratorium memiliki pengukur suhu berupa chart satu

arah. Semua peralatan di QA digunakan untuk pengukuran, dan dikalibrasi sesuai

jadwal yang ditetapkan. Semua analisis yang dilakukan di QA harus terdaftar

dalam catatan analisis yang telah disediakan.

Bahan dan reagen ditempatkan berdasarkan sifatnya, yaitu asam, basa, dan

mudah terbakar serta korosif. Reagen yang dibuat, diberi label yang

mencantumkan identitas, kadar, tanggal pembuatan dan waktu kadaluarsa.

Secara sederhana dapat digambarkan bahwa tugas yang dilakukan oleh QA, yaitu:

- Pemerisaan bahan baku dan produk ruahan.

- Pemeriksaan bahan kemas (packaging material).

- Pemeriksaan bahan jadi (bulk /finished product)

- Pemeriksaan barang yang di komplain.

- Melakukan audit.

- Melakukan validasi dan kalibrasi alat.

- Melakukan uji stabilitas produk (Dalam BAB III).

- Melakukan pelatihan GMP (Good Manufacturing Practice),

atau lebih dikenal dengan CPOB.

- Melakukan inspeksi diri.

- Menerapkan sistem EHS (Environment Health and Safety).

- Menjamin bahwa produk GSK adalah paten.

Page 16: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

II.3.1. Validasi

Proses validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai

bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau

mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan.

Validasi meliputi validasi proses, validasi prosedur pemeriksaan dan

validasi pembersihan.

a. Validasi Proses

Validasi Proses adalah cara pemastian dan memberi pembuktian

terdokumentasi bahwa proses (berlangsung dalam parameter desain yang telah

ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk yang sesuai dengan

kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi.

Validasi proses dilakukan jika terdapat adanya proses baru, perubahan tahan/alat

yang digunakan, perubahan besar batch, produk yang telah diproduksi tetapi

belum pernah divalidasi dan program revalidasi.

b. Validasi Prosedur Pemeriksaan

Validasi metode analisis diperlukan karena setiap bahan baku yang akan

digunakan atau obat jadi harus diperiksa sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan yang meliputi pemeriksaan fisika dan kimia. Untuk melihat apakah

prosedur dan alat yang digunakan tersebut memadai atau mengetahui apakah

personil yang mengerjakan sudah cukup terlatih, maka perlu dilakukan validasi

tersebut. Parameter yang diujikan dalam validasi ini adalah :

1) Presisi

Presisi adalah kedekatan beberapa nilai pengukuran seri sampel yang

homogen pada kondisi normal (sampel yang sama dan diuji secara berurutan), dan

penentuan presisi ini pada umumnya mencakup pemeriksaan:

Page 17: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

a. Repeatibility yang dinyatakan sebagai hasil presisi dibawah perlakuan yang

sama (analisa dan alat yang sama) dalam interval waktu pemeriksaan yang

singkat.

b. Intermediate precision yang dilakukan dengan cara mengulang pemeriksaan

tersebut dengan menggunakan alat yang berbeda, hari yang berbeda,analis

yang berbeda dan sebagainya.

c. Reproducibility yang dinyatakan sebagai presisi yang diperoleh dari hasil

pengukuran pada laboratorium yang berbeda.

2) Akurasi

Akurasi adalah kesesuaian hasil uji yang didapat dari metode tersebut dengan

nilai yang sebenarnya, dengan kata lain akurasi ukuran ketepatan dari hasil suatu

metode analitik. Akurasi sering dinyatakan sebagai persen perolehan kembali

(recovery) dari suatu pengujian terhadap penambahan sejumlah analit dengan

jumlah yang diketahui, syarat dari perolehan kembali adalah 95 %-105 %

(USP,1995).

3) Selektivitas

Selektivitas adalah kemampuan metode untuk mengukur dengan tepat dan

spesifik suatu analit tertentu disamping komponen-komponen lain yang terdapat

dalam sampel. Selektivitas dilakukan untuk memastikan bahwa hanya senyawa

yang diperiksa yang dapat diseleksi tanpa adanya gangguan dari senyawa lain

4) Limit Deteksi

Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang masih

dapat dideteksi atau jumlah analit yang terkecil yang dapat memberikan respon

yang signifikan dibandingkan blanko tanpa adanya pengaruh dari alat.

Page 18: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

5) Limit Kuantitas

Limit Kuantitas adalah konsentrasi analit yang dapat ditetapkan dengan

presisi/repeatibilitas yang masih dapat diterima pada kondisi pengujian tertentu.

Limit kuantitas adalah parameter penetapan kadar untuk konsentrasi terendah dari

bangunan matrik contoh dan biasanya digunakan untuk menentukan impurity

bagi produk yang tidak bagus.

6) Linieritas

Linieritas adalah kemampuan dari suatu metode uji untuk menghasilkan hasil

uji yang proporsional terhadap kepekatan analit dalam contoh dalam jangkauan

kepekatan tertentu. Lineritas suatu metode dapat diperoleh dengan memplot hasil

uji terhadap kepekatan analit, biasanya ditetapkan dengan perhitungan garis

regresi dengan metode least square (kuadrat terkecil) dari hasil uji terhadap

kepekatan analit. Slope dari garis regresi terhadap variabel menghasilkan

perhitungan matematik dari linearitas.

7) Ruggedness

Ruggedness adalah tingkat kemampuan dari hasil uji yang diperoleh melalui

analisis sampel yang sama dengan perbedaan waktu (hari) analisis. Ruggedness

dapat ditetapkan dengan analisis sejumlah sampel yang sama pada kondisi

laboratorium yang berbeda, analis yang berbeda dengan kondisi operasional dan

laboratorium yang mungkin berbeda tetapi masih dapat dalam batas-batas

parameter yang telah ditetapkan untuk metode tersebut. Ruggedness digunakan

untuk mendapatkan suatu stabilitas dari metode analitik.

8) Robustness

Robustness adalah ukuran kemampuan metode analisis untuk tidak

terpengaruh oleh perubahan kecil, seperti variasi yang sengaja dibuat dalam

parameter metode analisis. Serta dapat memberikan indikasi kehandalannya dalam

penggunaan secara normal.

Page 19: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

c. Validasi Pembersihan

Validasi pembersihan untuk peralatan perlu dilakukan karena proses

pembersihan peralatan harus segera dilaksanakan setelah suatu produk selesai

dibuat atau dikemas. Validasi pembersihan bertujuan untuk memastikan bahwa

prosedur pembersihan sudah tepat dan efektif menghilangkan sisa produk

sebelumnya (termasuk melihat cemaran mikroba). Agar mendapatkan peralatan

yang bersih dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka cara pembersihan

dan detergen yang digunakan harus sesuai dengan PROTAP yang ditetapkan.

Sebelum melakukan sistem validasi maka terlebih dahulu dilakukan

kualifikasi jadi validasi dapat dilakukan jika semua kualifikasi sudah

dilaksanakan. Kualifikasi adalah proses pembuktian secara tertulis berdasarkan

data yang menunjukan kelayakan suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Sehingga secara konsisten dapat

menghasilkan produk dengan standar mutu yang yang telah ditetapkan.

II.3.2. EHS (Environment, Health, and Safety)

Salah satu persyaratan CPOB yang harus dipenuhi oleh industri farmasi

adalah sanitasi dan hygiene. Hal ini terangkum dalam program EHS

(Environtment, Health and Safety) yang diterapkan oleh GlaxoSmithKline.

Aplikasi nyata penerapan EHS tertuang dalam prosedur tetap setiap kegiatan yang

dilakukan dalam lingkungan industri, sehingga seluruh personalia mendapat

jaminan keselamatan kerja, serta bangunan dan peralatan dijamin aman untuk di

gunakan. Dari segi environment kegiatan industri yang dilakukan diupayakan

sedapat mungkin bersifat ramah lingkungan dan memenuhi syarat yang ditetapkan

oleh GlaxoSmithKline maupun hukum dan ketetapan yang berlaku di Indonesia,

antara lain dengan kegiatan identifikasi, regulasi dan pengolahan limbah,

misalnya sistem Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk pengolahan limbah

cair (Gambar II.1.). Dari segi healthy monitoring dilakukan terhadap seluruh

karyawan maupun pengunjung yaitu dengan pemantauan perorangan dan

pemantauan lingkungan, sedangkan dari segi safety diwujudkan dalam program

penyusunan prosedur dan cara kerja yang aman, antisipasi terhadap keadaan

Page 20: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

darurat dan kecelakaan, serta adanya MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk

semua bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan industri.

Dilihat dari sisi EHS khususnya environmental, salah satu hal yang perlu

diperhatikan adalah penanganan limbah. Limbah GlaxoSmithKline dibedakan

menjadi dua macam yaitu :

1. Limbah Domestik adalah limbah hasil kegiatan kantin, MCk, dan fasilitas

lainnya. Limbah jenis ini digolongkan menjadi dua berdasarkan bentuknya,

yaitu: limbah cair misalnya air detergen yang berasal dari kantin dan MCK

dan limbah padat misalnya kertas dan plastik dari perkantoran.

2. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah limbah hasil kegiatan

produksi, laboratorium QC, dan pemeliharaan peralatan. Limbah jenis ini juga

dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu: limbah cair misalnya

larutan pereaksi, cairan sisa reagen, air bekas cucian mesin. Dan limbah padat

misalnya debu produk tumpahan, sisa bahan atau obat untuk bahan pengemas

dan contoh pertinggal atau bahan baku yang sudah kadaluwarsa.

Penanganan limbah

a. Limbah domestik cair dari MCK dialirkan menuju septik tank dan

dilewatkan rembesan ditampung di Waste water treatment plant (WWTP),

yang dari kantin langsung menuju WWTP.

b. Limbah domestik padat dikumpulkan di tempat sampah, diberi label pada

tempat sampah untuk membedakan sampah basah dan sampah kering, bak

sampah dikosongkan setiap periode tertentu, ditampung di tempat sampah

besar untuk selanjutnya diangkut oleh Dinas Kebersihan.

c. Limbah B3 cair dialirkan melalui saluran drainage khusus ke WWTP dan

dikemas dalam kemasan yang tidak mudah pecah dan bocor dan diangkut ke

PPLI

d. Limbah B3 padat dikumpulkan dalam kemasan yang tidak mudah pecah dan

bocor, diperiksa dan dihitung jumlahnya, catat dalam catatan pengolahan

Page 21: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

batch untuk bahan sisa pengolahan, sedangkan sisa bahan pengemas ditulis

dalam catatan pengemasan batch, untuk selanjutnya diangkut ke PPLI.

Penyimpanan limbah dilakukan seperti diatur dalam PP No 18 tahun 1999

tentang pengolahan B3 paling lama 90 hari sebelum diserahkan pada perusahaan

pengolah dan penimbun limbah B3 yang ditunjuk dalam hal ini PPLI (Prasada

Pamunah Limbah Industri).

Gambar II.1. Proses Waste Water Treatment Plant (WWTP)

Cek Laboratorium (monitoring)

Dibuang ke saluran pembuangan

Limbah dari pabrik Limbah dari labdan office

Collecting pit

inlet

Equalialisasi

Setlink pit

Sedimentasi

Air Sludge/lumpurr

Aerasi 1Dienapkan lagi

Aerasi 2

Dengan gravitasi

Dengan dipompa

Outlet Dipompa melalui filter

Badan penerima air

drying bath

PPLI

disedot

Page 22: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

keterangan :- Pemeriksaan kualitas air dilakukan baik pada air yang belum mengalami

pengolahan (inlet) maupun air setelah pengolahan (outlet) yang meliputi pemeriksaan pH, DO (Demand Oksigen), BOD (Biological Oksigen Demand) dan COD (Chemical Oksigen Demand).

- Pada kolam equalisasi ditambahkan bakteri dan makanannya yaitu Diamonium Phospat (DAP).

- Pada settlink pit dilakukan treatment dengan penambahan zat pembentuk flokulan yaitu PAS dan TAC

II.3.3. Catatan analisis

Catatan analisis dituangkan dalam bentuk;

a) Catatan Hasil Pemeriksaaan (CHP) yang meliputi nama produk dan nomor

batch, metode pemeriksaan, cara identifikasi, hasil perhitungan, dll

b) Out of Spesification (OOS)

c) Failure Investigation Report (FIR)

d) Certificate of Analysis (CA)

e) Good Receipt sheet (GRS)

II.4. Jenis Produk

Banyak produk unggulan yang diproduksi oleh GlaxoSmithKline yang

diminati baik oleh konsumen Indonesia maupun negara lain. Produk obat-obatan

dibagi berdasarkan dosis formnya menjadi tiga kategori, yaitu; obat tetes mata,

sirup cair dan tablet/kaplet. Secara keseluruhan terdapat dua macam Stock

Keeping Units (SKU’s), yaitu 20 SKU’s untuk lokal dan 15 SKU’s untuk impor.

Semua produk dipasarkan di Indonesia juga Negara tetangga, seperti Hongkong,

Philiphina, Singapura, Thailand, dan Srilanka.

Page 23: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Obat

Obat adalah tiap bahan atau campuran bahan yang dibuat, ditawarkan untuk

dijual atau disajikan serta digunakan untuk:

1. Dalam pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit,

kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan.

2. Dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia

atau hewan.

Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat dengan

mengutamakan keamanan, kemanjuran, kualitas, harga yang terjangkau, dan

bermutu baik dengan melaksanakan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

dalam semua aspek produksi dan pengendalian mutu.

III.1.1. Bentuk-Bentuk Sediaan Obat:

Obat, pada hakekatnya terbagi menjadi tiga sediaan, yaitu:

1. Sediaan Cair, contohnya:

a). Larutan

Merupakan suatu larutan obat, sebagai pelarut adalah air atau ditambah zat

cair lainnya seperti sedikit gliserin, alkohol, dan sebagainya.

b). Eliksir

Eliksir adalah suatu larutan alkoholis yang diberi pemanis mengandung obat

dan diberi bahan pembahu. Sebagai pelarut adalah gliserin, sirup, atau larutan

sorbitol.

Page 24: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

c). Sirup

Yaitu sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (C12H22O11)

tidak kurang dari 64,0% dimana zat tambahan yang digunakan berupa cairan

yang cocok. Biasanya berupa sediaan pekat dalam air atau gula atau pengganti

gula dengan atau tanpa penambahan zat pewangi.

d). Injeksi

Yaitu sediaan steril berupa larutan atau serbuk yang harus dilarutkan terlebih

dahulu sebelum digunakan dan disuntikkan ke dalam aliran darah atau otot.

e). Infus

Infus adalah sediaan obat berbentuk cair. Berisi zat untuk nutrisi dasar,

restorasi keseimbangan elektrolit seperti larutan ringer, pengganti cairan tubuh

seperti larutan NaCl dan dekstrosa. Sebagai pelarut, digunakan aquadest steril.

2. Sediaan Semi solid, contohnya:

a). Krim (cream)

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air

tidak kurang dari 60% dan digunakan untuk pemakaian luar. Dalam krim

terkandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai. Krim biasanya digunakan untuk kosmetika dan obat kulit

yang dapat dibersihkan dengan air.

b). Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian

topikal pada kulit atau selaput lendir.

c). Pasta

Yaitu sejenis salep, namun mengandung lebih banyak serbuk dan bersifat

pengering.

Page 25: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

3. Sediaan Padat (Solid), contohnya:

a). Tablet/Kaplet

Tablet/Kaplet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan

atau tampa bahan pengisi. Tablet dibuat dengan proses pencetakan. Ada dua

cara pencetakan, yaitu dengan tekanan tinggi (tablet kempa) dan dengan

tekanan rendah (tablet cetak). Tablet cetak umumnya menggunakan laktosa,

manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi.

Biasanya juga mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk

meningkatkan penampilan dan rasa. Tablet cetak biasanya terdapat sebagai

multivitamin kunyah untuk anak–anak. Tablet kempa mengandung zat aktif,

bahan pengisi, pengikat, pewarna, serta pemanis. Bahan pengisi yang umum

digunakan adalah selulosa mikrokristal. Kaplet pada hakekatnya adalah tablet

dengan bentuk kapsul.

b). Tablet bersalut/dragee

Yaitu tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif

dari udara, kelembaban cahaya, menutupi rasa & bau yang tidak enak,

membuat penampilan lebih baik serta untuk mengatur tempat pelepasan obat

dalam saluran cerna. Macam-macam tablet salut, yaitu salut gula dibuat

dengan larutan gula, salut film dibuat dengan salut polimer, dan salut enterik

dibuat dengan asam ftalat, resin dan asam stearat.

c). Kapsul

Yaitu sediaan padat yang terbungkus oleh cangkang yang umumnya terbuat

dari gelatine dengan atau tanpa zat tambahan lain. Macam-macam kapsul,

yaitu kapsul gelatin keras, dan kapsul gelatin lunak.

d). Suppositoria

Suppositoria merupakan suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya

dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana

sediaan akan melebur, melunak, dan memberikan efek lokal atau sistemik.

Page 26: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

e). Serbuk

Yaitu bentuk sediaan padat berupa kumpulan granul kecil yang cara

pemakaiannya beragam, tergantung fungsi, jenis, dan kandungan serbuk

tersebut.

4. Aerosol

Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan. Zat aktif

terapetik yang dikandung oleh obat akan dilepas pada saat sistem katup ditekan.

Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga pemakaian

lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual), atau paru–paru (arosol

inhalasi). Ukuran partikel obat yang disemprotkan harus teratur, sebagai contoh

pada aerosol inhalasi ukuran partikelnya <10 um.

Sedangkan sediaan obat yang diteliti oleh penulis adalah sediaan obat padat,

yaitu kaplet Parasetamol.

III.2. Proses Produksi Sediaan Kaplet

Proses produksi sediaan kaplet, meliputi :

a. Weighing (Penimbangan), pada tahap ini di lakukan penimbangan bahan baku

menggunakan neraca yang telah di kalibrasi.

b. Mixing (Pencampuran), pada tahap ini dilakukan 2 proses, yaitu; dry mixing

(pencampuran bahan aktif dengan bahan tambahan) dan wet mixing

(pencampuran bahan baku dengan purified water).

c. Milling, merupakan proses pembuatan massa granul menggunakan tekanan.

Tahap ini dapat dilewati bila hasil campuran basah sudah baik.

d. Drying (Pengeringan), tahap ini dipantau untuk memperoleh massa granul

dengan kelembapan tertentu (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering).

e. Shieving (Pengayakan), tahap ini dilakukan untuk memperoleh massa granul

dengan ukuran partikel yang diinginkan.

Page 27: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

f. Desaglomerisation, tahap ini bertujuan untuk memecahkan bahan yang

menggumpal.

g. Lubricating, tahap ini merupakan proses pencampuran massa granul dengan

lubrikan hingga diperoleh massa yang homogen.

h. Compressing (Pencetakan), merupakan proses pencetakan massa granul

terlubrikasi menjadi bentuk kaplet dengan spesifikasi tertentu.

i. Packaging (Pengemasan), merupakan tahap pengemasan produk ruahan menjadi

produk jadi.

Parameter yang diperhatikan dalam proses produksi sediaan tablet/kaplet, yaitu:

a) Pemeriksaan Fisika, yaitu; Pemerian produk, RH granul atau serbuk,

Kekerasan, Keseragaman bobot, Kerapuhan, Waktu hancur, Dimensi tablet

(ketebalan, diameter, dan panjang tablet), dan Homogenitas.

b) Pemeriksaan Kimia, yaitu Pemeriksaan AQL (Acceptance Quality Level),

dilakukan segera setelah proses pencetakan kaplet telah berjalan lebih kurang

selama 1 jam (dalam IPC room), seperti; uji disolusi, assay, p-Aminophenol,

serta uji stabilitas produk.

III.2.1. Uji Stabilitas Produk

Tujuan dilakukan uji stabilitas adalah mengetahui perubahan dan

penguraian bahan aktif sehingga dapat digunakan untuk menentukan batas waktu

kadaluwarsa atau batas waktu penyimpanan, menentukan jenis kemasan yang

tepat pada kondisi penyimpanan, dan mengetahui apakah cara pembuatan tiap

batch sama yang ditandai dengan batas waktu daluarsa yang sama/ hampir sama.

Menurut GlaxoSmithKline Quality Standard terdapat lima jenis

pemeriksaan stabilitas yaitu :

- Tipe I, “accelerated testing” pemeriksaan awal terhadap stabilitas bahan aktif

dan produk/campuran dari eksipien bahan aktif, dilakukan pada kondisi yang

dipercepat.

Page 28: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

- Tipe II, “long term stability testing” dari bahan aktif atau obat jadi yang akan

dipasarkan untuk mendapatkan atau mencari waktu kadaluarsanya.

- Tipe III, “scale up production” penyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif

atau obat jadi setelah dilakukan long term stability testing.

- Tipe IV, “follow up stability testing” untuk monitoring produk. Pemeriksaan

dilakukan secara berkala 3, 6, 9, 12, 24, 36, 48 bulan atau sampai waktu

kadaluarsa tercapai.

- Tipe V, “stability testing” dilakukan terhadap bahan aktif/produk yang

mengalami perubahan-perubahan (misalnya perubahan bahan baku, proses dan

sebagainya).

GlaxoSmithKline Indonesia melaksanakan seluruh tipe tersebut.

Pengkajian follow up stability untuk produk lama dilakukan terhadap minimal satu

batch produk setiap tahun. Dalam pengujian stabilitas dikenal istilah minor

changes dan major changes. Perubahan kecil (minor changes) merupakan

perubahan yang tidak memberikan dampak berarti pada kestabilan obat.

Perubahan besar (major changes) merupakan perubahan yang secara potensial

dapat memberikan dampak terhadap kestabilan obat.

III.2.2. Contoh pertinggal

Contoh pertinggal (retained sample) adalah contoh obat jadi, bahan baku

dan bahan pengemas yang diambil secara acak. Contoh pertinggal digunakan

sebagai pembanding apabila ada keluhan (complain) terhadap suatu produk atau

material dan untuk mengevaluasi mutu suatu obat yang telah dibuat dengan cara

melakukan follow-up stability. Contoh pertinggalan mengalami beberapa proses,

yaitu :

a. Penyimpanan

- Bahan baku, bahan pengemas maupun produk jadi diletakkan sesuai dengan

tempat dimana produk tersebut harus disimpan yaitu pada ruang AC dengan

suhu <250C dan ruangan non AC dengan suhu 300C 20C.

Page 29: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

- Nomor batch, tanggal pemeriksaan dicatat kedalam kartu stock yang tersedia

untuk tiap produk.

- Contoh pertinggal dimasukkan ke dalam master box yang telah tersedia

untuk masing-masing jenis produk.

b. Pengeluaran

- Setiap pengeluaran contoh pertinggal harus dicatat pada kartu stok produk

yang bersangkutan dan atas persetujuan QA manager.

III.3. Deskripsi Pengelompokan Komoditas

III.3.1. Bahan baku

Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan dalam pengolahan obat.

Tujuan analisis bahan baku adalah untuk menghasilkan produk obat yang bermutu

tinggi dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Bahan baku yang akan

digunakan, diambil dari gudang penyimpanan. Namun sebelumnya, bahan baku

tersebut terlebih dahulu melalui beberapa proses seperti yang tercantum dalam

lampiran 3. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, meliputi:

a. Bahan Aktif (Active Pharmaceutical Ingredient/API)

Bahan aktif adalah komponen obat yang akan memberikan efek atau aktifitas

farmakologis atau efek langsung yang lain pada diagnosis, pengobatan,

pencegahan, dan untuk mempengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh pasien,

sebagai contoh parasetamol, kloroquine fosfat, kafein, dan lain-lain.

b. Bahan Pembantu (Auxiliary Material)

Bahan pembantu (termasuk demineralized water dan gas), digunakan agar

obat tersebut mempunyai kelarutan yang besar, bentuk dan kekerasan yang

baik, ataupun untuk menjaga kestabilan obat tersebut agar dapat tahan lama.

Bahan pembantu merupakan zat yang tidak aktif dan hanya berguna sebagai

pelengkap komposisi agar khasiat obat dapat maksimal dan lebih ekonomis.

Page 30: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Bahan pembantu terbagi-bagi jenisnya, tergantung pada fungsi masing-

masing, antara lain :

1) Zat Pengisi

Zat pengisi yang biasa digunakan adalah pati (corn starch), laktosa, dan

selulosa mikrokristalin.

2) Zat Pengikat

Zat pengikat yang biasa digunakan adalah sukrosa, glukosa, dan lain-lain.

3) Zat Pengembang

Zat pengembang yang biasa digunakan adalah pati dan pektin.

4) Zat Pelicin

Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk dan magnesium stearat.

III.3.2. Produk ruahan

Produk ruahan adalah produk yang telah melalui semua tahap pengolahan

dan siap dikemas untuk menjadi obat jadi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

pemeriksaan selama proses pembuatan obat dan produk ruahannya, produk yang

berupa kaplet contoh diambil selama proses pencetakan (awal, tengah, akhir)

dalam ruang IPC. Produk ruahan yang telah diperiksa dan memenuhi syarat akan

memperoleh release dari QA. Alur produk ruahan dapat dilihat dalam lampiran 4.

III.3.3. Produk Jadi

Produk jadi adalah produk yang telah melalui seluruh tahap pembuatan,

telah dikemas dan siap untuk dipasarkan. Produk jadi tidak diperiksa secara kimia,

fisika, atau mikrobiologi karena telah dilakukan pemeriksaan terhadap produk

ruahannya. Pemeriksaan terhadap produk jadi yang dilakukan hanya mengenai

kebenaran proses pengemasan dan kelengkapan kemasannya, jumlah isi, cetakan

kode batch dan tanggal kadaluarsanya.

III.3.4. Bahan Pengemas

Bahan pengemas adalah bahan tempat menyimpan atau melindungi obat.

Mutu bahan pengemas secara tidak langsung berhubungan dengan mutu obat.

Page 31: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Berikut ini adalah beberapa jenis bahan pengemas dan jenis analisanya :

a. Alumunium foil, analisa yang dilakukan adalah : identifikasi bahan lapisan

(PVC/PVDC, lapisan surlyn, nitroselulose dan propylene), bentuk luar

(goresan, lubang, kemurnian material), kekuatan lekat, pemeriksaan internal

(logo, teks, warna), dimensi, dan bobot.

b. Plastic foil (PVC), analisa yang dilakukan adalah : bentuk luar, identifikasi

bahan pelapis (PVC, plastic foil, nitroselulose, polypropylene), transmisi

ultraviolet, penyusutan, pemeriksaan internal (logo, teks, warna), dimensi, dan

bobot.

c. Botol, analisa yang dilakukan adalah : bentuk luar (cetakan, warna, teks),

identifikasi inframerah, keseragaman bobot, tebal, isi, diameter, dan tinggi.

d. Alutube, analisa yang dilakukan adalah : identifikasi inframerah porositas

lapisan dalam, kekerasan badan, dan dimensi.

e. Karton, analisa yang dilakukan adalah : panjang, lebar, tinggi, teks, daya

retak/kekuatan, dan gramatur (gram/m2).

f. Kotak atau doos, analisa yang dilakukan adalah : ukuran, bobot, dan teks.

g. Blister, analisa yang dilakukan adalah uji kebocoran.

III.4. Uraian tentang Parasetamol

Gambar III.2. Struktur Kimia Parasetamol

Kata asetaminofen dan parasetamol berasal dari singkatan nama kimia

bahan tersebut: Versi Amerika N-asetil-para-aminofenol (asetaminofen)

Versi Inggris para-asetil-amino-fenol (parasetamol)

Nama Sistematik (IUPAC) parasetamol adalah N-(4-hydroxyphenyl)ethanamide.

Asetaminofen atau parasetamol sebenarnya sudah ditemukan sekitar 1880 saat

Page 32: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

ilmuwan bekerja mencari penanggulangan malaria. Asetaminofen merupakan

metabolit fenasetin, yang juga derivat dari para-aminofenol. Asetaminofen

sebenarnya sudah digunakan sejak tahun 1893, yaitu saat asetaminofen ditemukan

dalam urine seorang individu yang mengkonsumsi fenasetin, yang memekat pada

hablur campuran berwarna putih dan rasanya pahit. Namun penemuan ini tidak

terlalu dipedulikan. Akhirnya tahun 1946, Lembaga Studi Analgesik dan Obat-

obatan Sedatif telah memberi bantuan kepada Departemen Kesehatan New York

untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik, Bernard Brodie

dan Julius Axelrod yang ditugaskan dalam hal ini kemudian mengadvokasikan

penggunaan asetaminofen sebagai alternatif obat selain aspirin. Barulah pada

tahun 1956 perusahaan Inggris Frederick Stearns & Co memproduksi parasetamol

dalam bentuk merek dagang Panadol dan dua tahun kemudian Panadol Eliksir

diproduksi sebagai obat untuk anak-anak. Di tahun 1963 hak paten Parasetamol

berakhir dan menjadi nama generik hingga sekarang.

Ditetapkan dalam farmakope Indonesia, tablet/kaplet Parasetamol,

mengandung parasetamol (C8H9NO2) tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

110,0%. Berat molekul parasetamol adalah 151.17 g/mol, sedangkan bobot

jenisnya ±1.263 g/cm3. Parasetamol bersifat sedikit asam. Dan mudah dihidrolisis

menjadi para-aminofenol apabila dikemas dalam botol. Kelarutan parasetamol

berkisar 14 g/L dalam air pada suhu 20°C. Dosis normal tablet/kaplet Parasetamol

bagi orang dewasa adalah tidak lebih dari 4,0 g/hari atau setara dengan 8 x 500mg

tablet/kaplet Parasetamol. Sedangkan bagi anak-anak yaitu, 10-15 mg/kgBB/per

kali pemberian, boleh 4 kali sehari.

Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat antipiretik dan analgesik

yang populer dan digunakan untuk meringankan berbagai indikasi. Antipiretik

adalah istilah yang digunakan untuk mewakili obat-obatan yang bersifat

menurunkan demam. Sedangkan analgesik adalah istilah yang digunakan untuk

mewakili obat-obatan yang bersifat meredakan rasa sakit maupun nyeri.

Analgesik yang dijual bebas digolongkan menjadi 2 kategori utama ; Yang tidak

mengurangi peradangan dan Yang mengurangi peradangan. Analgesik yang tidak

mengurangi peradangan adalah derivat para-aminofenol (yaitu fenasetin dan

parasetamol), serta derivat pirazolon khususnya dipiron (yaitu antalgin).

Page 33: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Sedangkan analgesik yang juga mengurangi peradangan terbagi menjadi dua,

yaitu Steroid Anti Inflamasi Drugs (SAID) contohnya adalah cortisone, prednison,

decadrone. Dan yang kedua yaitu Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID)

contohnya adalah aspirin, ibuprofen, ketoprofen, naproksen, fenilbutazon, dan

masih banyak lagi. Parasetamol, merupakan obat yang paling aman digunakan

untuk kategori obat analgesik-antipiretik. Bila digunakan dalam dosis normal,

umumnya tidak menimbulkan efek samping. Reaksi kulit seperti urtikaria pernah

dilaporkan tetapi jarang.

Keamanan parasetamol juga diakui oleh farmakolog dari FKUI, dr. Amir

Syarif SPFK yang juga Ketua Komite Kebijakan Obat dan Teknologi Medik PB

Ikatan Dokter Indonesia. Ia mengatakan bila seseorang sakit gastritis (maag),

maka bila ia demam, lebih baik menggunakan parasetamol daripada aspirin.

Karena aspirin sangat mengiritasi lambung. Parasetamol dan aspirin, tidak

berpengaruh terhadap jantung. Namun aspirin kalau diberikan pada anak-anak

beresiko menimbulkan syndrom reye. Terutama bila demamnya disebabkan oleh

virus misalnya cacar air, haemophylus influenzae. Syndrom reye adalah penyakit

yang sangat jarang, bisa mengakibatkan kerusakan otak dan hati (insidensinya

sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), ditandai dengan

kerusakan hati maupun ginjal. Maka, selain aman digunakan oleh orang dewasa,

parasetamol juga lebih aman diberikan untuk anak-anak. Tetapi tentu saja dalam

dosis normal.

a. Biofarmasetik Parasetamol

Parasetamol dikonsumsi secara oral, dan masuk ke lambung. Di dalam

lambung, kaplet Parasetamol mengalami fase biofarmasetik dimana kaplet yang

dikonsumsi diubah menjadi ketersediaan farmasi. Kaplet tersebut mengalami

disintegrasi menjadi granul yang kecil, terdiri dari zat aktif bercampur dengan

bahan pembantu. Selanjutnya granul pecah dan zat aktif Parasetamol akan terlepas

kemudian larut di dalam cairan lambung. Dengan larutnya zat aktif tersebut,

proses absorpsi obat pun dapat dimulai, keadaan inilah yang disebut dengan

ketersediaan farmasi.

Page 34: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

b. Farmakokinetik Parasetamol

Rasa sakit atau nyeri sebenarnya merupakan suatu tanda atau peringatan

yang menyatakan bahwa di bagian tubuh ada suatu masalah. Timbulnya masalah

atau ketidaknormalan itu didapat karena adanya rangsangan kimiawi, rangsangan

termis atau panas, toksin bakteri akibat infeksi, rangsangan mekanis seperti

trauma maupun desakan jaringan tumor. Melalui serangan reaksi, rangsangan

yang mengenai sel tubuh itu akan menghasilkan suatu zat atau senyawa yang

dikenal sebagai mediator nyeri (pengantara). Zat yang berperan sebagai mediator

nyeri, diantaranya; histamin, serotonin, plasmokinin, prostaglandin, leukotrien dan

bradikinin. Mediator inilah yang antara lain berpengaruh terhadap timbulnya rasa

sakit atau nyeri, demam serta reaksi inflamasi, karena zat ini merangsang reseptor

yang letaknya pada ujung saraf sensoris di kulit, selaput lendir, maupun jaringan

lainnya sehingga terjadilah impuls. Impuls tersebut lantas dialirkan oleh saraf

sensoris ke Susunan Saraf Pusat (SSP), melalui sum-sum tulang belakang ke

talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana impuls terasa

sebagai nyeri. Di dalam tubuh, zat aktif Parasetamol yang telah diabsorpsi akan

melalui sisem pembuluh aorta, masuk ke hati, dan kembali masuk dalam

peredaran darah lantas didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh untuk meredakan

demam atau nyeri. Mekanisme kerja obat pereda nyeri (seperti Parasetamol),

antara lain mempengaruhi pusat pengatur suhu yang berada di hipotalamus. Obat

ini dapat menambah pengeluaran panas bagi yang sedang menderita demam, serta

menghambat pembentukan zat mediator nyeri, sehingga meredakan rasa sakit.

Sedangkan metabolisme parasetamol berlangsung di hati, sebagaimana

menurut Goodman dan Gilman’s (1980) dalam bukunya yang berjudul The

Pharmecological Basic of Therapeutics, parasetamol dimetabolisme terutama oleh

enzim mikrosomal hati. Di hati, parasetamol mengalami biotranformasi dan

sebagian besar dieksekresikan setelah berkonjugasi dengan glukoronat (60%),

asam sulfat (3%) dan Sistein (3%). Parasetamol dieksresikan melalui urin (2%

hingga 5% tidak berubah ; 55% sebagai metabolit glukoronat; 30% sebagai

metabolit sulfat). Penggunaan obat-obatan seperti parasetamol, antalgin, dan

Page 35: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

pereda sakit lainnya hanya merupakan pengobatan simptomatik. Maksudnya, obat

itu hanya dapat mengatasi simptom atau gejala penyakit tetapi tidak dapat

mengobati penyebab penyakitnya.

b. Farmakodinamik Parasetamol

Parasetamol dapat menimbulkan efek toksis yang serius bila digunakan

melebihi dosis yang dianjurkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark (1973)

dalam bukunya yang berjudul Hepatic Damage and Death from Overdose of

Parasetamol, bahwa penggunaan parasetamol secara terus menerus dalam dosis

tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati karena terbentuknya ikatan antara

makromolekul sel hati dengan metabolit intermedier parasetamol sehingga

mengubah fungsi dan struktur sel tersebut. Hepatotoksis dapat terjadi setelah

mengkonsumsi dosis tunggal 10-15 gr (200-250 mg/kg) parasetamol. Dosis diatas

250 mg/kg secara potensial sangat fatal. Indikasi klinik terhadap manifestasi

kerusakan hati terjadi 2 - 6 hari setelah mengkonsumi parasetamol dosis toksik.

III.5. Teori Alat Instrumen

III.5.1. Spektrofotometer

Spektrofotometri adalah suatu analisis dimana faktor ketajaman mata

digantikan dengan suatu sel fotolistrik (detektor) yang peka terhadap cahaya dan

secara langsung dapat mengukur intensitas yang ditransmisikan atau yang

diabsorbsi, sehingga konsentrasi larutan dapat diketahui. Alat yang digunakan

dalam spektrofotometri adalah spektrofotometer.

Besarnya penyerapan akan sebanding dengan tebal media dan kepekatan

dari zat, sehingga setiap akan memberikan intensitas yang berbeda-beda.

Masing-masing media tersebut akan menyerap cahaya pada gelombang

tertentu. Jalannya cahaya pada larutan dapat dilihat sebagai berikut:

Io = Ia + Ir + It

Io It

Ir

Ia

Page 36: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Keterangan :

Io = Intensitas cahaya mula-mula

Ia = Intensitas cahaya yang diserap

Ir = Intensitas cahaya yang dipantulkan

It = Intensitas cahaya yang diteruskan.

Bila dipakai cuvet dari gelas, maka harga Ir kecil dan dalam praktik,

contoh dan standar sama, sehingga harga Ir dapat diabaikan.

Hukum yang mendasari spektrofotometer adalah Hukum Lambert dan Beer,

yang berbunyi: “Bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu media yang

transparan, maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan

sebanding dengan bertambah tebal dan kepekatan media”

Si M C D K

Gambar III.3. Diagram Kotak Spektrofotometer

Keterangan :

Si : Sumber sinar D : Detektor

C : Kuvet M : Monokromator

K : Komputer pengolah data

Berdasarkan daerah spektra yang dihasilkan oleh suatu sinarnya,

spektrofotometer dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Spektrofotometer ultraviolet, dengan sinar ultraviolet yang panjang

gelombangnya antara 200 – 380 nm.

Page 37: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

2) Spektrofotometer visibel, dengan sinar tampak yang panjang gelombangnya

antara 380 – 780.

3) Spektrofotometer inframerah, dengan sinar infra merah yang panjang

gelombangnya diatas 780 nm.

Spektrofotometer terbagi dalam empat bagian penting :

a. Sumber cahaya

Sebagai sumber cahaya dapat dipakai lampu Wolfram yang menghasilkan sinar

dengan diatas 375 m atau lampu Deuterium ( D2 ) yang memiliki dibawah

375 m. Dengan memilih salah satu dari keduanya kita dapat melakukan

penetapan pada daerah ultra violet atau daerah sinar tampak. Sinar yang

dipancarkan dipusatkan pada sebuah cermin datar yang kemudian dipantulkan dan

diteruskan melalui monokromator.

b. Monokromator

Ada dua macam monokromator yang dapat digunakan untuk memilih sinar

yang dipakai, yaitu :

1). Prisma

Bila seberkas cahaya polikromatik melalui sebuah prisma akan terjadi

penguraian atau dispersi cahaya.

Gambar III.4. Dispersi cahaya oleh prisma

Page 38: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

2). Grating

Grating terbuat dari suatu lempeng (biasanya aluminium) yang permukaannya

berlekuk–lekuk seperti gergaji, Jumlah lekukan dapat mencapai 15.000 – 30.000

garis per inci. Permukaan dibuat mengkilat dan dilapisi resin. Bagian yang paling

atas dilapisi suatu bahan yang tembus cahaya.

Bila ada cahaya jatuh maka cahaya itu akan didispersikan, grating lebih

baik dibandingkan prisma karena mempunyai daya dispersi yang lebih besar dan

dapat dipakai pada semua daerah spektra. Jadi gelombang akan dibelokkan.

Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah ( slit width ) yang

dipakai.

Makin sempit slit yang dipakai maka sinar yang ditransmisikan akan

makin selektif, artinya makin monokromatis.

c. Kuvet

Kuvet untuk analisis secara kolorimetri harus memenuhi syarat, seperti :

- Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.

- Permukaannya secara optis harus benar – benar sejajar.

- Harus tahan ( tidak bereaksi ) terhadap bahan kimia.

- Tidak boleh rapuh.

- Mempunyai bentuk ( design ) yang sederhana.

Gelas yang biasa dipakai adalah Plexiglass atau kwarsa yang tahan

terhadap pelarut organik, asam ataupun basa kuat yang pekat serta

mentransmisikan sinar UV maupun tampak sedangkan kaca pyrex hanya

mentransmisikan sinar tampak. Bentuk kuvet dapat berbentuk bulat atau bujur

sangkar yang lebarnya 1 cm.

Page 39: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

d. Detektor

Sebagai detektor dapat diapakai photo tube atau barrier layer cell yang

keduanya dapat mengubah cahaya menjadi arus listrik (photosensitive detector).

Suatu photo tube yang lebih peka lagi adalah photo multiflier tube. Energi listrik

ini dapat direkam oleh suatu recorder yang saat ini telah dibuat dalam bentuk

digital sehingga hasilnya dapat langsung diketahui biasanya berupa persen

tranmisi (%T) atau Absorbansi (A).

Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer :

1) Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)

Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang

dilewatkan melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa

secara bergantian.

2) Spektrofotometer double beam (berkas ganda)

Pada alat ini sinar dari simber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin

yang berputar (chopper).

Berkas pertama melalui cuvet berisi blanko.

Berkas kedua melalui cuvet berisi standar atau contoh.

Blanko dan contoh diperiksa secara bersamaan, blanko berguna untuk

menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau I0 dari sumber cahaya.

Dengan adanya blanko dalam alat tidak perlu lagi dilakukan pengontrolan pada

waktu–waktu tertentu, hal ini berbeda dengan pada single beam.

Page 40: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Gambar III.5. Skema Spektrofotometer single beam

Keterangan:

1. Sumber sinar 2,3,5. Cermin

4. Prisma (monokromator) 6. Celah (slit)

7. Cuvet 8. Fotocell

9. Galvanometer

III.5.2. Alat Uji Disolusi (Dissolution Tester)

Disolusi adalah jumlah aktif dari sediaan obat padat yang larut dalam

kondisi baku yaitu pada suhu, kecepatan pengadukan, komposisi media dan pH

yang sesuai. Uji disolusi adalah uji yang dilakukan diluar tubuh manusia (in-

vitro). Alat disolusi dibuat sebagai simulasi lambung manusia dengan media

berupa larutan ionik yang mendekati keadaan saluran pencernaan.

Hasil uji disolusi dinyatakan dalam persen (%) per satuan waktu. Disolusi

merupakan suatu karakteristik umum yang penting dalam menilai mutu sediaan

obat yang digunakan per oral. Metode uji disolusi yang digunakan dan

dikembangkan farmakope adalah:

a. Keranjang (Rotating Basket)

Pada metode ini, digunakan alat yang berbentuk keranjang silinder, terbuat dari

baja tahan karat, dengan tinggi 185 mm (± 25.0mm) dan diameter dalam yaitu 102

mm (± 4.0mm) dengan kapasitas 1000 ml, suhu medium ditetapkan 370C. alat ini

biasa digunakan untuk obat berbentuk kapsul.

b. Dayung (Paddle)

Pada prinsipnya alat ini sama dengan alat keranjang. Namun bentuknya

berbeda. Alat ini memiliki bentuk seperti dayung dengan lebar bagian bawah 42.0

Page 41: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

mm, dan menggunakan tabung sebagai wadahnya. Jarak antara ujung dayung

dengan dasar bagian dalam tabung adalah sekitar 25 mm (± 2.0mm). Alat ini

terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi dengan polimer flourokarbon untuk

mencegah korosi dan kontaminasi.

Alat disolusi berbentuk dayung ini, biasa digunakan untuk melarutkan obat

berbentuk tablet/kaplet. Hasil yang didapat pada kedua metode dinyatakan dalam

persen (%).

III.5.3. Alat Uji Kekerasan (Hardness Tester)

Pada prinsipnya alat ini menggunakan tekanan sebagai tolok ukur, dimana

ketika kaplet diberi tekanan maka pada satu titik kaplet tersebut akan pecah dan

hancur. Jadi, uji kekerasan bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu sediaan

padat dalam menerima tekanan yang diberikan hingga pecah dan hancur.

Selain untuk mengetahui kekerasan kaplet, alat ini juga dapat digunakan

untuk mengukur panjang dan diameter kaplet. Kekerasan dinyatakan dalam

kilopound (kp) sedangkan panjang dan diameter dinyatakan dalam millimeter

(mm).

III.5.4. Alat Uji Kerapuhan (Friability Tester)

Uji Kerapuhan dilakukan untuk menguji mechanical resistance dari kaplet

yang dipengaruhi diameter alat, kedalaman dan kecepatan rotasi. Pada prinsipnya

alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat kerapuhan suatu sediaan padat. Uji ini

memiliki 2 metode, yaitu:

1. Friability : Bertujuan untuk mangetahui tingkat kerapuhan kaplet apabila

berbenturan dengan wadahnya.

2. Abrasi : Bertujuan untuk mengetahui tingkat kerapuhan kaplet apabila

berbenturan dengan kaplet lainnya.

Namun penetapan yang dilakukan oleh penyusun hanyalah friability,

karena sediaan kaplet produk Parasetamol yang diteliti dikemas menggunakan

blister, sehingga tidak memungkinkan terjadinya abrasi.

Page 42: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Alat uji kerapuhan ini berupa tabung yang terbuat dari polimer sintetik

transparan dengan diameter dalam 287.0 mm (± 4.0mm), diameter luar 302.5 mm

(± 4.0mm), dan tebal 38.0 mm (± 2.0mm).

Tingkat kerapuhan kaplet Parasetamol dapat diketahui dari selisih bobot

rata-rata kaplet sebelum uji dengan bobot rata-rata kaplet sesudah uji. Dan hasil

dinyatakan dalam persen (%).

III.5.5. Alat Uji Waktu Hancur (Disintegration Time Tester)

Pada prisipnya alat ini menggunakan satuan waktu sebagai tolok ukur.,

dimana ketika kaplet larut/hancur waktu yang didapat tidak lebih dari waktu yang

ditetapkan. Alat ini terdiri dari 6 keranjang, gelas piala berukuran 1000 ml,

thermostat untuk memanaskan cairan media antara 350C – 390C dan stopwatch

untuk mengukur waktu sejak kaplet utuh hingga larut sempurna.

Page 43: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

BAB IV

BAHAN DAN METODE

IV.1. Penetapan Kadar Parasetamol Menggunakan Spektrofotometer

a. Dasar : Parasetamol dalam sampel dilarutkan dengan NaOH 0.1 N kemudian

diukur resapannya dengan spektrofotometer UV Visible pada panjang

gelombang (λ) 257nm.

b. Reaksi :

ONa

+ NaOH + H2O

c. Alat dan Bahan :

- Spektrofotometer UV Visible

- Neraca Analitik

- Ultrasonik bath

- Labu ukur 200ml

- Labu ukur 100ml

- Gelas botol 100 ml

- Pipet gondok 10 ml

- Pipet gondok 5 ml

- Pipet gondok 1 ml

- Kertas saring

- Corong

Page 44: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

- Serbuk kaplet Parasetamol

- Larutan NaOH 0.1 N

- Standar baku Parasetamol GSK

d. Cara Kerja

1). Persiapan Sampel

- Timbang dengan teliti sebanyak 20 kaplet produk Parasetamol menggunakan

neraca digital analitik secara statistika.

- Gerus kaplet tersebut, masukan kedalam gelas botol.

2). Persiapan Larutan Standar

- Timbang dengan teliti sebanyak 150.0 mg Parasetamol standar GSK ke dalam

labu ukur 200 ml.

- Tambahkan 5.0 ml larutan NaOH 0.1 N. Kemudian dihimpit dengan aquadest.

- Dihomogenkan menggunakan ultrasonik bath.

- Sebagai deret standar, dipipet larutan tersebut sebanyak 1.0ml ke dalam labu

ukur 100ml,

- Tambahkan 10.0ml larutan NaOH 0.1 N. Kemudian dihimpit dengan aquadest

dan dihomogenkan.

3). Persiapan Larutan Sampel

- Timbang sebanyak ± 180.0 mg sampel ke dalam labu ukur 200 ml.

- Tambahkan 5.0 ml larutan NaOH 0.1 N. Kemudian dihimpit dengan aquadest.

- Dihomogenkan menggunakan ultrasonik bath.

- Kemudian saring ke dalam gelas botol.

- Sebagai deret sampel, dipipet masing-masing larutan sampel yang dibuat

sebanyak 1.0ml ke dalam labu ukur 100ml.

- Tambahkan 10.0ml larutan NaOH 0.1 N. Kemudian dihimpit dengan aquadest

dan dihomogenkan.

4). Pengukuran dengan Spektrofotometer

- Siapkan alat spektrofotometer set yang akan digunakan.

Page 45: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

- Ukur resapan larutan uji pada panjang gelombang (λ) 257nm.

- Hitung kadar Parasetamol dalam sampel berdasarkan data yang diperoleh.

Urutan pengukuran menggunakan spektrofotometer :

Standar - Standar - Sampel A - Sampel A- Sampel B - Sampel B

-Sampel C - Sampel C - Sampel D - Sampel D – Standar.

e. Perhitungan

Kadar Parasetamol dalam produk Parasetamol :

*Parasetamol (mg/kaplet): Au x Wstd x Acw

Astd x Wu

*Parasetamol (%) : kadar mg/kaplet x 100%

50

Keterangan :

Au = Absorbansi sampel

Astd = Absorbansi standar

Wu = Bobot (mg) sampel

Wstd = Bobot (mg) standar

IV.2. Penetapan Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi

a. Dasar : Zat aktif dalam produk Parasetamol dapat dilepaskan dengan cara

mendisolusikan produk pada media buffer fosfat (pH 5.80), volume

900ml, suhu 370C, kecepatan rotasi 100 rpm,selama 30 menit. Lalu

diukur resapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang (λ) 249nm.

b. Reaksi :

OK

Page 46: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

+ KH2PO4 + H2PO4-

c. Alat dan Bahan :

- Dissolution Tester

- Dayung, tabung, rak tabung

- Magnetic stirer

- Spektrofotometer UV Visible

- Neraca analitik

- pH meter

- Ultrasonik bath

- Labu ukur 100ml

- Gelas Kimia 500ml

- Alat penyedot

- Gelas botol 100ml

- Produk Parasetamol (sediaan kapet)

- Larutan buffer fosfat (pH 5.80)

d. Cara Kerja

1). Persiapan Larutan Buffer Fosfat

- Timbang sebanyak ± 68.5 gr hablur KH2PO4.

- Larutkan dengan 10 liter aquadest.

- Di homogenkan menggunakan magnetic stirer.

- Di netralisir menggunakan Natrium Hidroksida sambil diukur dengan pH

meter hingga pH 5.80.

2). Penetapan Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi

- Timbang sebanyak 8 buah produk Parasetamol.

- Operasikan alat disolusi dan tunggu hingga mencapai suhu 370C.

- Masukan sampel produk ke dalam tabung disolusi yang telah terisi buffer

fosfat, kemudian tekan tombol RUN.

Page 47: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

- Pilih nama produk yang diteliti, lalu tekan tombol ENTER, dengan demikian

secara otomatis alat tersebut akan beroperasi selama 30 menit dengan

kecepatan 100 rpm.

- Sedot larutan sampel pada masing-masing tabung, simpan dalam gelas botol.

- Pipet larutan tersebut sebanyak 1ml ke dalam labu ukur 100ml.

- Tambahkan buffer fosfat hingga tanda batas, lalu diultrasonik hingga

homogen.

- Ukur resapannya dengan spektrofotometer pada (λ) 249nm.

- Hitung kadar Parasetamol dalam produk berdasarkan data yang diperoleh.

e. Perhitungan

Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi :

*Parasetamol (mg/kaplet): (%)parasetamol yang diperoleh x 500

100

IV.3. Penetapan Uji Fisika produk parasetamol

IV.3.1.Uji Kekerasan

a. Dasar : Penetapan kekerasan kaplet Parasetamol ditentukan berdasarkan satuan

tekanan (kilopound) yang dibutuhkan untuk memecahkan/

menghancurkan setiap kaplet uji.

b. Alat dan Bahan : - Hardness Tester

- Pinset dan Kuas

- Produk Parasetamol (sediaan kaplet)

c. Cara Kerja :

- Masukan data yang diperlukan, pada alat hardness tester.

- Letakan kaplet uji menggunakan pinset pada wadah di alat tersebut.

Page 48: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

- Bersihkan serpihan kaplet dengan kuas, lalu letakan kaplet uji berikutnya

hingga 10 kaplet.

IV.3.2. Uji Kerapuhan

a. Dasar : Penetapan kerapuhan kaplet Parasetamol ditentukan berdasarkan

kehilangan bobot, dengan cara mengaduk kaplet uji menggunakan

alat friability tester.

b. Alat dan Bahan : - Friability Tester

- Neraca Analitik

- Produk Parasetamol

c. Cara Kerja :

- Timbang sebanyak 20 kaplet uji secara statistika menggunakan neraca analitik.

Kemudian print hasilnya.

- Masukan kaplet uji kedalam alat friability tester, operasikan alat tersebut pada

kecepatan rotasi 25 rpm selama 4 menit.

- Setelah selesai, bersihkan serpihan debu dari kaplet uji, lalu timbang kembali

secara statistika dan print hasilnya.

d. Perhitungan :

%F = a – b x 100%

a

Keterangan :

a = Bobot awal penimbangan

b = Bobot akhir penimbangan

F = Friability

IV.3.3. Penetapan Waktu Hancur

Page 49: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

a. Dasar : Penetapan waktu hancur kaplet Parasetamol ditentukan berdasarkan

waktu yang dibutuhkan setiap kaplet uji sejak kaplet utuh hingga

hancur/larut sempurna.

b. Alat dan Bahan : - Disintegration Time Tester

- Stopwatch

- Produk Parasetamol (sediaan kaplet)

- Air suling

c. Cara Kerja :

- Diatur suhu dalam bak disintegration time tester hingga ± 370C.

- Masukan sampel kedalam masing-masing basket.

- Secara bersamaan tekan tombol start pada stopwatch.

- Amati dan catat waktu hancur tiap-tiap sampel.

IV.3.4. Penetapan Keseragaman Bobot

a. Dasar : Penetapan keseragaman bobot kaplet Parasetamol dilakukan untuk

menyesuaikan bobot rata-rata kaplet uji dengan limit bobot yang

telah ditetapkan.

b. Alat dan Bahan : - Neraca analitik

- Produk Parasetamol (sediaan kaplet)

c. Cara Kerja :

- Timbang sebanyak 20 kaplet Parasetamol menggunakan neraca analitik secara

statistika.

- Sesuaikan bobot rata-rata kaplet yang diperoleh dengan limit bobot yang telah

ditetapkan, dengan demikian dapat segera diketahui apakah bobot kaplet

memenuhi syarat atau tidak.

BAB V

Page 50: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1. Hasil

V.1.1. Penetapan Kadar Parasetamol Menggunakan Spektrofotometer UV

NO. SAMPEL Au Astd Wu Wstd AcwKADAR

mg/ kaplet %

1. A 0.54490.

5445

180.1

150.

0

592.96 494.22 98.84

2. B 0.5540 180.2 592.96 502.19 100.44

3. C 0.5458 180.0 593.53 495.79 99.16

4. D 0.5519 180.0 593.53 501.33 100.27

Tabel 5.1. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol Menggunakan Spektrofotometer

Perhitungan :

Kadar Parasetamol dalam produk Parasetamol :

*Parasetamol (mg/kaplet): Au x Wstd x Acw

Astd x Wu

*Parasetamol (%) : kadar mg/kaplet x 100%

500

Keterangan :

Au = Absorbansi sampel (rata-rata)

Astd = Absorbansi standar (rata-rata)

Wu = Bobot (mg) sampel

Wstd = Bobot (mg) standar

Contoh (sampel A) : 0.5449 x 150.0 x 592.96 = 494.22 mg/kaplet

Page 51: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

0.5445 x 180.1

: 494.22 x 100 % = 98.84 %

500

Syarat : 475.00 – 525.00 (mg/kaplet)

95.00 – 105.00 ( %)

Hasil : Memenuhi Syarat

V.1.2. Penetapan Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi

NO. SAMPEL W kaplet(mg)KADAR

(%) mg/kaplet

1. A 590.9 100.92 504.60

2. B 595.4 102.61 513.05

3. C 584.1 101.53 507.65

4. D 597.0 101.90 509.50

5. E 594.9 101.78 508.90

6. F 590.1 102.53 512.65

7. G 590.6 102.27 511.35

8. H 591.1 102.41 512.65

Tabel 5.2. Hasil Penetapan Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi

Perhitungan :

Kadar Parasetamol dengan Uji Disolusi :

*Parasetamol (mg/kaplet) : (%)Parasetamol yang diperoleh x 500

100

Contoh (sampel A) : 100.92 % x 500 = 504.60 mg/kaplet

100

Syarat : Tidak kurang dari 80% Parasetamol larut dalam 30 menit

Hasil : Memenuhi Syarat

Page 52: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

V.1.3. Penetapan Uji Fisika Produk Parasetamol

NO. ANALISA YANG DIUJI SYARAT HASIL KETERANGAN

1. Uji Kekerasan > 7 kp 12.4-14.1 Memenuhi Syarat

2. Uji Kerapuhan < 1 % 0.08 Memenuhi Syarat

3. Uji Waktu Hancur < 15” 1’32”-1’55” Memenuhi Syarat

4. Uji Keseragaman Bobot 564.30-623.70(mg) 592.72 Memenuhi Syarat

Tabel 5.3. Hasil Penetapan Uji Fisika Produk Parasetamol

V.2. Pembahasan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap produk Parasetamol

sediaan kaplet, diperoleh hasil terendah dari penetapan kadar parasetamol, yaitu

98.84% (494.22 mg/kaplet) dan hasil tertinggi sebesar 100.44% (502.19

mg/kaplet). Sedangkan untuk uji disolusi, hasil terendah yang diperoleh adalah

100.92% (504.60 mg/kaplet), dan hasil tertinggi adalah 102.61% (513.05

mg/kaplet). Kadar Parasetamol yang diperoleh tersebut memenuhi syarat yang

ditetapkan, baik oleh BPOM maupun oleh Quality Assurance. Dan dalam hal ini

diketahui bahwa kadar Parasetamol dari produk GlaxoSmithKline adalah stabil

bila dilihat dari akurasi, dan presisi nya. Serta menandakan bahwa proses produksi

kaplet tersebut telah berjalan sebaik-baiknya.

Selain itu, diperoleh pula hasil dari analisis fisika. Diantaranya; hasil uji

kekerasan, yaitu 12.4-14.1 kp. Hasil uji kerapuhan, yaitu 0.08%. Hasil uji waktu

hancur, yaitu 1’32”-1’55”. Dan hasil uji keseragaman bobot, yaitu 592.72 mg.

Seluruh hasil analisis fisika yang diperoleh pun memenuhi syarat yang ditetapkan.

BAB VI

Page 53: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang selama dua bulan di

GlaxoSmithKline Indonesia, penulis menyimpulkan:

1. Analisis obat adalah meneliti karakteristik dan komposisi kandungan yang

sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Analisis yang dilakukan dibagi

dalam beberapa pemeriksaan yaitu:

a. Pemeriksaan kemasan dari obat itu sendiri.

b. Pemeriksaan bahan baku obat.

c. Pemeriksaan produk obat (produk setengah jadi, produk ruahan, produk

jadi) baik secara kimia, fisika dan mikrobiologi.

2. Hasil yang diperoleh dari analisis kadar Parasetamol menggunakan

spektrofotometer adalah 98.84% - 100.44% (494.22 - 502.19 mg/kaplet).

Sedangkan untuk uji disolusi, hasil yang diperoleh adalah 100.92% - 102.61%

(504.60 mg/kaplet - 513.05 mg/kaplet).

3. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa metode yang digunakan untuk

prosedur pemeriksaan kaplet Parasetamol, memenuhi syarat .

4. Dari hasil analisis terhadap beberapa produk ruahan, dapat disimpulkan bahwa

produk ruahan tersebut dapat digunakan. Karena sesuai dengan persyaratan

yang berlaku.

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa produk Parasetamol yang di produksi oleh

GlaxoSmithKline adalah obat paten, karena zat aktif berupa Parasetamol dalam

produk tersebut masih masuk dalam standar, baik yang ditentukan oleh BPOM,

maupun yang ditentukan oleh QA.

VI.2. Saran

Page 54: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

Saran saya, demi tetap terjalinnya kerjasama yang baik antara SMK Analis

Kimia Tunas Harapan dengan GlaxoSmithKline, maka saya memohon agar adik-

adik kelas saya kelak, diberi kesempatan seperti saya untuk dapat melaksanakan

prakerin di GlaxoSmithKline.

Page 55: Laporan Prakerin SMK Analis Kimia Tunas Harapan - Zeffa Aprilasani

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Farmakope Indonesia, edisi kelima, Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 1995.

USP, The United States Pharmacopeia Convention, Inc., Twinbrook ParkWay

Rockville, USA, 1995.

Ismail Krisnandi, H. E, Pengantar Analisis Instrumental, Bogor : Sekolah

Menegah Analis Kimia Bogor, 2003.

Rusdiana Taofik, Sjuib Fauzi dan Asyarie Sukmadjaya, Penetapan Parameter

Farmakokinetik Parasetamol dalam Plasma Darah Manusia Setelah

Pemberian Dosis Tunggal Secara Oral, Jurnal Farmaka, (2003).

Hagen T Philip, Mayo Clinic: Guide to Self Care (Answer for Everyday Health

Problems), cetakan kedua, Jakarta : Gramedia, 2003.

Yuliana Hepi, Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Aventis Pharma

Indonesia Jakarta, Bogor : Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor, 2003.

Moh. Anief, Prinsip Umum Dan Dasar Farmakologi, cetakan ketiga, Jogyakarta :

Gadjah Mada University Press, 2004.

Yola Zuladra, T., Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di GlaxoSmithKline

Indonesia Bogor, Jakarta Timur : Sekolah Menengah Kejuruan Kimia

Tunas Harapan Jakarta Timur, 2006.

http:// www.gsk.com

http://ms.wikipedia.org/wiki/Asetaminofen

Anonimous. About Noni. Bula-noni.com.au. 2001.

Itqiyah Nurul, H. dan Arifianto, www.sehatgroup.web.id.