laporan prakerin rahma 2003
Embed Size (px)
description
Transcript of laporan prakerin rahma 2003

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)PT. PERTAMINA OIL CLINIC1 Juli sampai dengan 31 Agustus 2013
Analisa Total Acid Number pada pelumas dengan menggunakan metode titrasi potensiometri
Oleh
Rahma Sapitri114807
SEKRETARIAT JENDERALPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN-SMTIBANDAR LAMPUNG
2013
1

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)
PT. PERTAMINA OIL CLINIC1 Juli sampai dengan 31 Agustus 2013
Analisa Total Acid Number pada pelumas dengan menggunakan metode titrasi potensiometri
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu TugasDalam Menyelesaikan Pendidikan
Di Sekolah Menengah Kejuruan-SMTIBandar Lampung
Oleh
Rahma Sapitri114807
SEKRETARIAT JENDERALPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN-SMTIBANDAR LAMPUNG
2013
1

PERSETUJUAN/PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada PT. Pertamina Oil Clinic atas nama :
Rahma Sapitri114807
Telah disetujui dan disahkan pada hari tanggal bulantahun Dua ribu tiga belas.
Disetujui oleh :
Pembimbing/Pimpinan Perusahaan/Industri
Eko Wahyu Nugroho (NIK/NIP)
Guru Pembimbing,
1. Dra. Istiati 2. Normawaty S.PdNIP.196403261990112001 NIP. 196912182002122001
Disahkan Oleh :Kepala SMK-SMTI Bandar Lampung
Drs. Heri Purnomo, M.PdNIP. 196807151994031008
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin)di Laboratorium Oil ClinicPT Pertamina
(Persero) ini. Laporan ini merupakan hasil Prakerin yang telah dilakukan pada
bulan Juni 2013 sampai bulan Agusutus 2013 dengan judul “Analisa Total Acid
Number pada pelumas dengan menggunakan metode titrasi potensiometri”
Laporan ini dibuat sebagai bukti tanggung jawab siswa selama melaksanakan
tugas prakerin di salah satu institusi. Praktik kerja industri merupakan program
SMK-SMTI Bandar Lampung yang bertujuan melatih keterampilan yang telah
diberikan dari kelas X hingga kelas XI serta melatih kreatifitas siswa dalam
pemenuhan rangkaian penilaian Prakerin serta persyaratan kelulusan bagi siswa
Sekolah Menengah Teknologi Industri yang telah melaksanakan Prakerin selama
2 bulan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu
Penulis dalam pelaksanaan Prakerin dan Penyusunan Laporan Prakerin ini. Secara
khusus ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada :
1. Drs. Heri Purnomo,Mpd selaku Kepala Sekolah SMK-SMTI Bandar
Lampung;
1

2. Bapak Sinung Wikantoro, selaku Kepala Laboratorium Oil Clinic PT
Pertamina (Persero) yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis
untuk melaksanakan Prakerindi Laboratorium Oil Clinic PT
Pertamina (Persero);
3. Bapak Eko Wahyu Nugroho, selaku Manajer Tekhnik Laboratorium
Oil Clinic PT Pertamina (Persero) atas segala bantuan dan
bimbingan selama Penulis menjalankan Prakerindi Laboratorium Oil
Clinic PT Pertamina (Persero);
4. Dra.Istiati dan Normawati,S.pd selaku pembimbing sekolah selama
kegiatan Prakerin;
5. Rahmawaty,Spd, selaku Ketua Praktek Kerja Industri (Prakerin);
6. Dian Rahmawati, S.Si selaku Senior Analis Laboratorium Oil Clinic
PT Pertamina (persero) atas bimbingan dan bantuan selama Penulis
menjalankan Prakerin;
7. Orang tua Penulis yang selalu memberikan dukungan moril dan
materil, serta alasan untuk selalu menjadi orang yang berguna;
8. Seluruh staf dan karyawan Laboratorium Oil Clinic PT Pertamina
(Persero) : Pak Budi, Pak Gunawan, Kak Santhica, Kak Ima, Kak
Dwi, Kak Friska, Kak Nia, Bu Lena, Kak Ida, Pak Danu, Bang Ali,
Pak Syaiful, Mbak Marni, Pak Toto yang telah banyak membantu
dan mengajarkan banyak hal selama Prakerin;
1

9. Seluruh rekan-rekan SMK-SMTI Bandar Lampung sebagai rekan
yang sangat baik dan kooperatif selama melaksanakan Prakerin serta
semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung selama penyusunan laporan.
Penulis menyadari sebagai manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan,
sehingga laporan ini sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Penulis juga berharap laporan Prakerin ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pihak yang membaca terutama yang selanjutnya akan melaksanakan
institusi di PT. Pertamina Persero (Plumpang).
Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Jakarta, Agustus 2013
Rahma Sapitri
1

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Ruang Lingkup Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................
II. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum ...................................................................................
2.2 Teori Khusus ..................................................................................
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian .........................................................................
3.2 Bahan dan Peralatan ....................................................................
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................
IV. HASIL dan PEMBAHASAAN
4.1 Hasil ..........................................................................................
4.2 Pembahasan ...............................................................................
V. KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
5.2 Saran .........................................................................................
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Prakerin
Seiring dengan berkembangnya pembangunan di sektor industri yang telah
memasuki era globalisasi maka sekolah menengah kejuruan, khususnya
Sekolah Menengah Kejuruan – SMTI Bandar Lampung harus mampu
menghadapi tuntutan yang senantiasa muncul saat ini, dengan cara
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dikarenakan tuntutan
industri pada tahun mendatang yang akan semakin berkembang dan bersifat
padat pengetahuan dan keterampilan, maka dari itu Sekolah Menengah
Kejuruan–SMTI Bandar Lampung memfokuskan pengembangan
pendidikannya pada kualitas lulusan.
Dalam kurikulum pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, Praktik Kerja
Industri (Prakerin) merupakan salah satu metode pembelajaran yang bersifat
praktis bagi siswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang bersifat
teoritis. Kegiatan Prakerin diharapkan menjadi suatu metode yang efektif bagi
siswa dalam menambah pengetahuan, wawasan, soft skill dan kemampuan
teknis di bidang industri maupun ketenagakerjaan.
1

Dengan prakerin ini diharapkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan – SMTI
Bandar Lampungmenjadi seorang analis kimia tingkat menengah yang
produktif, terampil, dan mandiri. Dalam rangka melengkapi kebutuhan akan
pengetahuan teori maupun praktik dari sekolah, serta untuk mempersiapkan
diri terjun ke dunia industri maka perlu adanya hubungan kerjasama antara
sekolah dengan dunia industri. Dan dengan Program Praktik Kerja Industri ini,
diharapkan kekurangan – kekurangan yang ada di sekolah dapat diperbaiki.
Prakerin ini dilaksanakan oleh seluruh siswa kelas XII sebagai persyaratan
untuk menempuh ujian akhir sekolah.
1. Visi
Sekolah terbaik di indonesia bidang kimia analis dan industri tahun 2015.
2. Misi
Mencetak sumber daya manusia yang terbaik di bidang kimia analis dan
industri serta mampu berwirausaha melalui :
1. Penerapan kurikulum yang berorientasi pada dunia usaha dan industri
bertaraf nasional dan internasional
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan sarana
prasarana
3. Peningkatan hubungan kerjasama dengan dunia usaha dan industri
nasional dan internasional
1

4. Penerapan sistem manjemen mutu secara berkesinambungan
5. Peningkatan kualitas dan daya saing lulusan guna mempercepat
pertumbuhan industri daerah dan nasional.
3. Tujuan
Menyiapkan tamatan untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah dalam
bidang teknisi pengelola laboratorium, pengatur dan pelaksanaan analis
kimia, serta melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam program Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang diadakan oleh
Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor, Penulis memilih Oil Clinic PT
Pertamina (Persero) sebagai tempat pelaksanaan Prakerin. Prakerindi
Laboratorium Oil Clinic PT Pertamina (Persero) dititikberatkan pada
program monitoring pelumas (Oil Monitoring Program). Program ini
merupakan program analisis pengujian used oil (pelumas bekas) dengan
berbagai parameter uji yang menjelaskan tentang sifat dan karakter
pelumas saat dan atau setelah pemakaian. Monitoring pelumas tersebut
dilakukan secara berkala sesuai dengan perkiraan umur pemakaian
pelumas dan parameter uji yang digunakan disesuaikan dengan jenis
pelumas yang dipakai.
Pengetahuan yang diperoleh pada pelaksanaan Prakerin ini mencakup
pengetahuan teknis mengenai pengoperasian alat uji pelumas, prinsip
1

pengujian used oil, dasar-dasar pelumas dan pelumasan serta pengetahuan
tentang hubungan antarparamater uji used oil dalam monitoring pelumas.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Industri (Prakerin) adalah untuk
:
1. Mengembangkan dan mempraktikan ilmu pengetahuan siswa yang
diperoleh di sekolah.
2. Melatih atau mempersiapkan siswa sebagai calon kerja di bidang industri
yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan inisiatif, kreatif, beretos
kerja, profesional dan bertanggung jawab serta produktif.
3. Memperluas pengetahuan siswa terhadap perusahaan indsutri.
Secara umum tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Industri di Oil Clinic PT
Pertamina (Persero) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan softskilldan hardskill siswa agar mampu bersaingsetelah
lulusdari Sekolah Menengah Kejuruan – SMTI Bandar Lampung.
2. Menambah pengalaman dan melatih diri untuk mampu menempatkan diri
dengan baik dalam lingkungan kerja,
1

3. Sebagai ajang untuk mengenal dunia kerja sehingga dapat mempersiapkan
diri dengan baik untuk bersaing saat memasuki dunia kerja yang nyata,
dan
4. Memahami peranan aplikasi ilmu yang telah didapat selama pendidikan di
sekolah yang diterapkan pada pelaksanaan praktik kerja industry di
LaboratoriumOil Clinic PT Pertamina (Persero).
A. Tujuan Umum
Secara umum tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Industri di Oil Clinic PT
Pertamina (Persero) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan softskill dan hardskill siswa agar mampu
bersaingsetelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan – SMTI Bandar
Lampung.
2. Menambah pengalaman dan melatih diri untuk mampu menempatkan
diri dengan baik dalam lingkungan kerja,
3. Sebagai ajang untuk mengenal dunia kerja sehingga dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk bersaing saat memasuki dunia
kerja yang nyata, dan
1

4. Memahami peranan aplikasi ilmu yang telah didapat selama pendidikan
di sekolah yang diterapkan pada pelaksanaan praktik kerja industry di
LaboratoriumOil Clinic PT Pertamina (Persero).
1

BAB II
Sejarah dan Perkembangan Oil Clinic PT. PERTAMINA
(Persero) Tbk
Salah satu faktor penentu dari pertumbuhan kegiatan industri dan
transportasi adalah dapat dioperasikannya secara optimal mesin-mesin
dengan biaya pemeliharaan yang mudah sehingga dapat meningkatkan
kemampuan bersaing.Untuk itu diperlukan suatu program pemeliharaan
yang diyakini dan teruji dapat membuat mesin dan peralatan industri selalu
dalam kondisi operasi yang baik, sehingga bila diperlukan overhaul
waktunya dapat diprediksi dengan tepat, sehingga mengurangi waktu down
time serta mempertahankan kemampuan pasok.
Program PEMAP merupakan program yang dirancang untuk meningkatkan
sistem pemeliharaan mesin dan peralatan industri melalui pengamatan data
kondisi mesin secara terus menerus yang dapat dibaca dari data hasil analisa
pelumas bekasnya.PEMAP singkatan dari Pemeliharaan Mesin Melalui
Analisa Pelumas Secara Progresif, yaitu salah satu program layanan teknis
yang ditawarkan PERTAMINA kepada pelanggannya. Namun seiring
perubahan waktu nama laboratorium PEMAP menjadi OIL CLINIC, dan
program yang ditawarkan menjadi Used Oil Monitoring.
1

Laboratorium PEMAP sebagai pengelola program PEMAP didirikan pada
tahun 1992 diatas lahan seluas 5000 m2 beralamat di Jl. Yos Sudarso
Plumpang Jakarta Utara dan mulai beroperasi pada tahun 1997. Seiring
dengan perkembangan zaman dan banyaknya persaingan diantara
laboratorium pengujian lain, pada tahun 2007 laboratorium PEMAP berubah
nama menjadi Laboratorium Oil Clinic hingga sekarang.
a. Keadaan Umum Perusahaan
Oil Clinic merupakan laboratorium penguji pelumas yang dalam peranannya
sebagai pemberi layanan purna jual dari pelumas Pertamina. Oil Clinic telah
banyak memberikan sumbangsinya terhadap industri atau masyarakat di
Indonesia sebagai wujud tanggungjawab Oil Clinic sebagai bagian dari
perusahaan negara (BUMN).
b. Profil Perusahaan
Oil Clinic adalah sebuah laboratorium independen milik PT Pertamina
(Persero) yang menjadi bagian dari Unit Pelaksana Teknis dibawah
Manajer Industrial Marketing Pelumas. Oil Clinic dirancang khusus untuk
melayani kebutuhan pelanggan, utamanya pelanggan industri akan sistem
1

pemeliharaan mesin dan peralatan mekanik lainnya yang dilakukan melalui
pengamatan data kondisi mesin secara terus-menerus dengan menganalisa
pelumas yang dipakai (used oil analysis).
Oil Clinic selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggannya
berupa produk hasil pengujian yang independen, akurat dan terpercaya
dengan selalu menerapkan pengelolaan laboratorium pengujian berdasarkan
standar mutu internasional yaitu sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025 :
2005. Pengakuan status akreditasi ISO/IEC 17025 : 2005 dari Komite
Akreditasi Nasional (KAN) yang merupakan bukti pencapaian performa
tersebut.
Oil Clinic memiliki parameter pengujian pelumas terakreditasi paling
lengkap dibanding laboratorium sejenis lainnya, hal ini membuat Oil Clinic
menjadi laboratorium pelumas pertama di Indonesia yang memenuhi
persyaratan sebagai laboratorium rujukan bagi Lembaga Sertifikasi Produk
(LSPro) Pelumas yang berwenang dalam memberikan sertifikasi produk
pengguna tanda SNI untuk produk-produk pelumas yang dipasarkan di
Indonesia.
c. Visi dan Misi
1

Adapun visi dan misi dari Oil Clinic PT Pertamina (Persero) adalah sebagai
berikut :
a. Visi
Menjadi laboratorium penguji pelumas dan BBM berskala
Internasional yang INDEPENDEN, PROFESIONAL, dan TERPERCAYA
b. Misi
1) Memberikan pelayanan secara profesional.
2) Menyajikan data yang valid dan tepat waktu.
3) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu dengan konsisten.
4) Senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan (Continous
Improvement).
d. Peralatan pengujian
Oil Clinic memiliki beberapa peralatan standard untuk keperluan
pengujian produk pelumas, bahan baku pelumas dan BBM.
Peralatan standard tersebut adalah sebagai berikut :
1) NOACK Volatility
2) Oven
3) Media Pendingin Pour Point
1

4) Spektrofotometer X Ray (Sulphur Content)
5) Centrifuge
6) High Temperature High Shear (HTHS)
7) Automatic Viscometer (Houllion dan Herzog)
8) Hot Plate Crackle Test
9) Heating Mantle
10) Gas Chromatography
11) ICP-AES (Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectroscopy)
12) FTIR (Fourier Transform Infra Red)
13) Shear Stability Injector (SSI)
14) Foaming Tester (Sq I/II/III ; High Temperature)
15) Flash Point PMcc Tester
16) Flash Point COC Tester
17) Coulorimetric Karl Fischer Titration
18) Bak Pemanas Pengujian Copper Strip Corrotion
19) Mini Rotary Viscometer
20) Cold Cranking Simulator (CCS)
21) Automatic Cleanliness (Particle Counter)
22) Autotitrator Potensiometrik (Manual Sampler)
23) Autotitrator Potensiometrik (Automatic Sampler)
24) Analytical Balance
25) Ash Content & Sulphated Ash Equipments
1

26) Density
27) RBOT
28) Thermal Oxidation Stability Test (TOST)
e. Struktur Organisasi
Jabatan tertinggi di Oil Clinic PT Pertamina (Persero) dipegang oleh
seorang Head of Oil Clinic yang merupakan Manajer Puncak. Manajer
puncak mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pengelolaan
laboratorium secara keseluruhan serta memantau dan memastikan
keseluruhan tugas Manajer Mutu, Manajer Teknik, Petugas Administrasi
Laboratorium dan Analis, serta Supporting Crew agar sesuai dengan
kebijakan laboratorium. Dalam kerjanya, Manajer Mutu dan Manajer
Teknik dibantu oleh seorang Deputi Manajer Teknik dan Deputi Manajer
Mutu.
f. Penghargaan (Achievements)
1

Oil Clinic melaksanakan uji profisiensi secara rutin untuk menjamin hasil
uji, achievement yang diperoleh adalah Oil Clinic menjadi salah satu
laboratorium yang diakui karena hasil analisa dapat dipercaya sesuai standar
manajemen mutu ISO 17025.
Kompetensi-kompetensi yang diterima oleh Oil Clinic PT Pertamina
(Persero) meliputi kompetensi personal dan kompetensi laboratorium.
Sertifikasi kompetensi laboratorium dan kompetensi personal yang diterima
oleh Oil Clinic PT Pertamina (Persero) dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4.
1

BAB III
TINJAUAN MASALAH
3.1 Latar Belakang
Total Acid Number adalah Angka asam, sejumlah basa yang dinyatakan
sebagai miligram kalium hidroksida per gram contoh, yang diperlukan
untuk titrasi contoh sampai titik akhir yang ditetapkan.
Metode uji ini mencakup prosedur untuk penetapan konstituen keasaman
dalam produk minyak bumi dan minyak lumas yang larut atau sedikit
larut dalam campuran toluena dan propana–2–ol.
Potensiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran
perubahan potensial dari elektroda untuk mengetahui konsentrasi dari
suatu larutan. Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan
bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai.
Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan
grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai
kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat
diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila
tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi.
1

3.2Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup pengujian meliputi tata cara pengujian Total Acid
Number (TAN) dengan teknik Titrimetric Potentiometric di dalam
pelumas baru (new oil) dan pelumas bekas (used oil).
3.3Tujuan Penelitian
Metode uji ini dapat digunakan untuk menunjukkan adanya perubahan
relatif sifat minyak yang terjadi selama pemakaian karena teroksidasi
menghasilkan perubahan warna atau perubahan sifat-sifat yang lain.
Meskipun dalam titrasi telah dibuat pada kondisi kesetimbangan tertentu,
metode uji ini tidak diperuntukan untuk pengukuran sifat keasaman
absolut yang dapat digunakan untuk memperkirakan kemampuan kerja
suatu minyak lumas selama kondisi pemakaian.
Tujuan pengujian TBA adalah identifikasi penurunan kemampuan aditif
antioxidant, detergents, dispersant & rust inhibitor, identifikasi level
oksidasi pelumas, dan mengukur kandungan asam (Total Acid Number)
penyebab korosi.
1

BAB IV
LANDASAN TEORI
4.1 Teori Umum
A. Pelumas
Pelumasdapat didefinisikan sebagai suatu zat kimia yang umumnya cairan
yang berada atau disisipkan diantara duapermukaan yang bergerak secara
relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut.Minyak
dasar dari minyak bumi (Base Oil mineral)secara konvensional sudah
tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan peralatan-peralatan modern,
khususnya untuk pemakaian pada temperature tinggi, sehingga saat sudah
banyak dikembangkan mengenai penggunaan base oil hasil sintesis yang
karakternya dapat direkayasa melalui proses pengolahan secara kimiawi.
Namun secara umum, base oil mineral sekarang ini sudah cukup banyak
digunakan pada bahan dasar pelumas. Di waktu yang akan datang,
kebanyakan base oil harus digunakan hampir secara keseluruhan dengan
minyak dasar sintetis atau minyak dasar dari minyak bumi dengan cara
pemrosesan baru.
1

1. Komposisi Pelumas
Pelumas terdiri dari dua komponen besar yaitu base oil (minyak lumas
dasar) dan bahan aditif. Base oil merupakan bahan dasar komponen
pelumas dengan komposisi umumnya mencapai 90% dari total volume
pelumas, base oil ini merupakan komponen terbesar yang memberikan
sifat dasar pelumasan Sedangkan aditif merupakan bahan kimia tambahan
yang secara sengaja ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit yang
bertujuan untuk memperbaiki atau membentuk sifatpelumas yang
diinginkan.
Base oil digunakan dalam komponen pelumas agar dapat memisahkan dua
permukaan yang saling bergerak melalui ketebalan lapisan fluida yang
dibentuk oleh pelumas sedangkan aditif digunakan agar dapat melapisi dua
permukaan yang saling bergerak untuk menahan beban yang ada sehingga
mengurangi kerusakan atau keausan pada komponen mesin atau peralatan.
a. Base Oil
Base oil dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu base oil mineral, base oil
sintetik dan base oil dari tumbuhan. Base oil mineral dan sintetik saat
ini banyak digunakan sebagai pelumas daripada base oil dari tumbuhan,
karena base oil dari tumbuhan masih mempunyai banyak kelemahan
1

diantaranya adalah ketahan oksidasi atau panasnya rendah, pour point
tinggi dan nilai viscositas indeks terbatas.
Base oil mineral merupakan base oil yang diperoleh dari hasil
pengolahan minyak bumi sedangkan base oil sintetik merupakan base
oil yang dihasilkan dari hasil sintesis reaksi kimia tertentu yang
menghasikan suatu jenis senyawa kimia dengan karakter yang terencana
dan terukur (SNI 06-7069. 1-2005).
Dalam proses pengolahannya, base oil mineral diperoleh dari proses
kilang lanjutan minyak mentah (crude oil) dimana base oil mineral ini
dihasilkan melalui dua tahap destilasi, yaitu destilasi dengan tekanan
atmosfer dan destilasi dengan tekanan vakum. Pada tahap destilasi
atmosfer, base oil yang diperoleh masih merupakan base oil ekstrak
kasar yang tertampung dalam komponen residu dengan titik didih diatas
6000C. Residu yang mengandung base oil ini kemudian didestilasi
ulang pada kolom destilasi vakum. Destilasi ulang dengan
menggunakan destilasi vakum ini bertujuan untuk menurunkan titik
didih residu yang mengandung komponen base oil tersebut sehingga
diharapkan dengan destilasi vakum destilat yang diperoleh adalah
komponen base oil yang diharapkan.Proses ekstrasi, dewaxing dan
hydrofinishing pada bagan diatas adalah proses lanjutan dari
pengolahan base oil untuk menghilangkan komponen aromatik, bahan
1

lilin (wax) dan bahan bakan ringan (light fuel) dari base oil. Tujuan
penghilangan komponen aromatik, bahan lilin (wax) dan bahan bakar
ringan (light fuel) dari base oil tersebut adalah agar base oil yang
diperoleh tidak memiliki viskositas yang rendah dan pour point (titik
tuang) yang tinggi.
z
Berdasarkan proses pengolahannya jenis senyawa kimia base oil dapat dilihat
dalam tabel 3 :
Base Oil Process TYPE
Mineral Solvent Extraction
Hydrocracked
Parafinic
Naphtenic
1
Gambar1. Bagan destilasi base oil

Aromatic
Syntehetic Chemical Synthesis Polyalphaolefin
(PAO)
Diester
Polyol Ester
Phospate Esters
Tabel 4, menunjukan penggolongan base oil menurut American Petroleum
Institute (API).
Base Oil
Category
Sulfur
(% w/w)
Saturates
(% w/w)
Viscosity
Index
Group I ˃ 0.03 ˂ 90 80 to 120
Group II ≤ 0.003 ≥ 90 80 to 120
Group III ≤ 0.003 ≥ 90 ˃120
Group IV All Polyalphaolefins (PAOs)
Group V All other not include in group I, II, III, or IV
1

b. Sifat Base Oil
Karakter atau sifat utama yang harus dimiliki oleh base oil adalah sifat
ketahananya yang tinggi terhadap oksidasi atau panas, memiliki indeks
viskositas yang tinggi dan mempunyai kemampuan alir yang baik pada
temperatur rendah. Base Oil mineral umumnya hanyamemilki salah
satu jenis karakter dari ketiga karakter tersebut sehingga dalam
pemakaiannya dalam pelumas, base oil mineral masih memilki
beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan base oil sintetis yang
senyawanya dapat diukur dan terencana sesuai kebutuhan. Tabel 5
menunjukan beberapa karakter atau sifat base oil mineral.
Jenis Base Oil Karakter Base Oil
Parafinik
Stabil terhadap panas & oksidasi
Viskositas Indeks tinggi
Kemampuan mengalir pada suhu rendah
kurang
Kurang stabil terhadap panas dan oksidasi
1

Naftenik Viskositas Indeks rendah
Kemampuan mengalir pada temperatur rendah
baik
Kemampuan melarut baik
Aromatik
Kemampuan melarutkan baik
Pelumasan di daerah boundary baik
Kestabilan viskositas baik
Mudah teroksidasi membentuk lumpur/sludge
dan senyawa asam organik
Tabel 1. Karakter atau sifat base oil mineral
Untuk mengetahui kualitas atau karakter suatu base oil, maka kita dapat
meninjaunya dari data rentang temperatur kerja base oil yang tercantum pada
gambar 2. Dari data rentang temperatur kerja tersebut dapat diketahui bahwa
base oil yang baik akan memilki rentang temperatur yang besar. Besarnya
rentang temperatur ini memperlihatkan rentang kemampuan efektif base oil
untuk melumasi suatu mesin atau peralatan industri pada susu operasi mesin.
1Gambar2. Rentang temperatur kerja base oil

c. Aditif Pelumas
Aditif pelumas merupakan bahan kimia tambahan yang secara
sengaja ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit yang bertujuan
untuk memperbaiki atau membentuk sifatpelumas yang diinginkan.
Tipe aditif pelumas beserta kegunaan dan komponen kimia
penyusunnya tercantum dalam tabel 6.
TYPE
ADITITIF
KEGUNAAN CHEMICAL
COMPONENT
Detergents Menjaga permukaan metal
bebas dari kotoran
Ca Sulfonat
Ca Phenate
Ca Salysilate (Ca,
O, H, S)
Dispersants Menekan pembentukan
sludge, deposit dan furnish
khususnya pada kondisi
temperatur relatif rendah,
Polyisobutylene
Succinimides
Ester Succinimide
(N,O,H,C)
Anti Oksidants Mencegah terjadinya oksidasi
pada molekul pelumas
Aeromatic Amine
Carbamates
Anti Korosi Mencegah terjadinya
korosi/karat pada bagian
N Dispersants
1

metal yang berhubungan
dengan pelumas
S Dispersants
Anti Wear Mencegah gesekan &
keausan bagian mesin yang
dalam konsisi “boundry
lubrication”.
ZDTP
(Zinc
dialkyldithiophospate)
Pour Poin
Depressant
Menekan titik beku pelumas
agar mudah mengalir pada
suhu rendah
-
Friction
Modifier
Meningkatkan tingkat
kelicinan dari film pelumas
Fatty acids
Anti Foam Mencegah pelumas dari
terbentuknya busa
Silicone
Polyacrylate
Extreme
Pressure (EP)
Additives
Memberikan pelumas
kemampuan extra dalam
pelumasan antar permukaan
Sulfur-Phosphorus or solid
dispersions like borate
(<0.5 microns) & MoS2
1

(<5 microns)
Penambahan jenis-jenis aditif tersebut pada pelumas tidak selalu sama,
penambahan jenis aditif pada pelumas disesuaikan tergantung pada fungsi dan
jenis pelumas. Jadi, pelumas untuk mesin (engine oil) misalnya pelumas mesin
diesel akan menggunakan jenis-jenis aditif yang berbeda dengan pelumas bukan
untuk mesin (non engine oil) misalnya pelumas hidrolik.
Peralatan Aditif yang dipakai
Mesin Diesel Anti-oxidant, corrosion inhibitor,
detergent/dispersant, antiwear, anti foam,
alkalinity improver
Mesin Turbin Uap,
Kompresor
Anti-oxidant, corrosion inhibitor, antiwear,
anti –emulsifier
Gear Antiwear, anti-oxidant, anti foam, sometimes
corrosion inhibitor, extreme pressure
Gear,Worm Extreme pressure, anti-oxidant, corrosion
inhibitor.
Hidraulik Anti-oxidant , antiwear, anti foam, corrosion
inhibitor, pour point depressant, viscosity
1

index improver
Tabel 7 menunjukan komponen aditif yang ditambahkan berdasarkan
tipe peralatannya
Keterbatasan yang ada pada penggunaan bahan aditif pada pelumas adalah
bahan aditif ini dapat mengalami penurunan kinerja sehingga pelumas akan
mengalami penurunan kualitas seiring dengan menurunnya kandungan aditif
pada pelumas. Penyebab penurunan kandungan aditif pelumas adalah sebagai
berikut :
1) Reaksi netralisasi
2) Pemecahan rantai karbon secara kimiawi pada komponen pelumas
3) Rusak karena air
4) Proses Oksidasi
5) Kerusakan karena panas
2. Fungsi Pelumas
Ditinjau dari mekanisme kerjanya, fungsi pelumas adalah sebagai
berikut:
a. Mencegah/mengendalikan/mengurangi gesekan.
1

b. Mencegah/mengendalikan/mengurangi keausan.
c. Mencegah/mengendalikan/mengurangi panas(cooling).
d. Mencegah/mengendalikan/mengurangi kotoran sebagai pembersih
dan reseptor kontaminasi.
e. Mencegah/mengendalikan/mengurangi korosi.
f. Sebagai peredam getaran.
g. Sebagai perapat.
h. Sebagai penyekat kebocoran pada sealing.
i. Sebagai media pembersih (cleaning).
j. Mengendalikan kontaminan dengan tidak menjadi media yang dapat
merusak mesin.
3. Sifat Pelumas
Sifat pelumas merupakan karakter pelumas secara fisis dan kimia yang
menggambarkan nilai parameter uji pelumas tersebut yang diuji dengan
metode ASTM (American Society for Testing and Materials) atau metode
ILSAC (International Lubricant Standardization and Approval
Committee). Karakteristik fisika kimia pelumas biasa dijadikan sebagai
acuan untuk menggunakan pelumas tersebut pada suatu mesin atau
peralatan.Selain itu, data karakteristik suatu pelumas juga dapat
memberikan informasi tentang kualitas suatu pelumas.
1

2.2 Teori Khusus
a. Parameter Pengujian Used oil
Parameter pengujian used oildalam Oil monitoring program di
Laboratorium Penguji Oil Clinic PT Pertamina (Persero) mengikuti
metode ASTM (The American Society for Testing and Materials) dan
sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025 : 2005. Parameter uji utama untuk
used oil meliputi pengujian-pengujian berikut :
1. Metode Pengujian Nilai Viskositas
Pengujian viskositas used oil di Oil monitoring program adalah pengujian
viskositas kinematik. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
kekentalan yang ada pada sampel yang akan diuji, baik itu sampel berupa
cairan, oli yang akan diuji (baik itu oli yang baru maupun oli yang sudah
terpakai), maupun sampel lainnya yang bersifat cairan.
Viskositas kinematik diuji pada suhu 400C dan suhu 1000C. Pengujian pada
suhu 400C bertujuan untuk mengetahui kondisi viskositas pelumas saat
mesin mulai dihidupkan, penghitungan kekentalan pada suhu ini biasanya
bersifat sangat kental karena struktur kimianya yang masih sangat rapat
sehingga menyebabkan tingginya nilai viskositas. Sedangkan pengujian
1

pada suhu 1000C bertujuan untuk mengetahui kondisi viskositas pelumas
saat mesin sedang beropreasi secara normal.
2. Metode Pengujian Nilai Total Acid Number (TAN)
Tujuan pengujian TAN adalah Metode uji ini mencakup pemeriksaan
kandungan asam yang ada di dalam pelumas baru (new oil) dan pelumas
bekas (used oil) secara titrimetri potensiometri dengan menggunakan larutan
KOH alkohol 0.1 N sebagai penitar.
Prinsip pengujian adalah sampel yang telah dilarutkan dengan pelarut
sampel (solvent) dititrasi dengan larutan KOH alkohol 0.1 N secara
potensiometri menggunakan glass electrode dan reference electrode yang
berisi LiCl, dimana titik ekivalen (end point) titrasi direkam oleh titrimeter
secara otomatis.
Tujuan pengujian TBA adalah identifikasi penurunan kemampuan aditif
antioxidant, detergents, dispersant & rust inhibitor, identifikasi level
oksidasi pelumas, dan mengukur kandungan asam (Total Acid Number)
penyebab korosi.
Spesifikasi Alat Uji nilai TAN di Laboratorium Uji Oil Clinic PT Pertamina
(Persero) adalah sebagai berikut :
Merk Metrohm Titrando Auto Sampler
1

Software Vesuv Datalogger
Metode : ASTM D-664
3. Metode Pengujian Nilai Total Base Number
Pengujian TBN merupakan suatu metode uji untuk pemeriksaan kandungan
basa yang ada di dalam pelumas baru (new oil) dan pelumas bekas (used oil)
secara titrimetri potensiometrik yang dititar dengan menggunakan larutan
asam perklorat.Tujuan pengujian nilai TBN adalah untuk menunjukkan
kemampuan pelumas dalam menetralkan kondisi keasaman pada mesin,
identifikasi penurunan kemampuan aditif antioxidant, detergents,
dispersant&rust inhibitor, identifikasi level oksidasi pelumas, dan
Mengukur cadangan basa (reserve alkalinity – Total Base Number) .
Spesifikasi Alat Uji nilai TBN di Laboratorium Uji Oil Clinic PT Pertamina
(Persero) adalah sebagai berikut :
Mitsubishi GT- 06 dan GT-100 Automatic Titrator Manual
Sampler
Metode : ASTM 2896
4. Metode Pengujian Kadar Kontaminan Pelumas dengan FTIR
Tujuan pengujian kadar kontaminan pelumas dengan FTIR adalah untuk
mengetahui kondisi pelumas dengan parameter tingkat oksidasi, soot,
tingkat nitrasi, tingkat sulfonasi, water content, dan adanya kontaminasi dari
1

bahan bakar secara kuantitatif (persentase) sedangkan secara kualitatifnya
metode FTIR ini dipakai untuk menentukan finger print dari pelumas.
Parameter uji yang dianalisis dengan FTIR meliputi parameter uji sebagai
berikut :
a) Oksidasi
b) Soot
c) Sulfonasi
d) Nitrasi
e) Water (Air)
f) Fuel(Bahan bakar)
Spesifikasi Alat Uji kadar kontaminan dengan FTIR di Laboratorium Uji
Oil Clinic PT Pertamina (Persero) adalah sebagai berikut :
Nama Alat : FTIR OIL EXPRESS
Merk : Thermo-Nicolet Avatar
Software OMNIC Integra dan TQ Analyst EZ Edittion
Metode : ASTM E 2412-04
Pelarut pembersih selang injeksi: Sikloheksan
5. Metode Pengujian Tingkat Keausan Logam (WearLogam) dengan
1

ICP – AES
Tujuan analisis dengan ICP-AES adalah pengujian secara Spektroskopi
untuk memeriksa kandungan additive element (Ca, Mg, Zn, P, S dan Ba),
wearlogam, dan kontaminan yang terdapat dalam pelumas baru (new oil)
dan pelumas bekas (used oil).
Spesifikasi Alat Uji kadar logam dengan ICP-AES di Laboratorium Uji Oil
Clinic PT Pertamina (Persero) adalah sebagai berikut :
Nama alat : Inductively Coupled Plasma Atomic Emission
Spechtroscopy (ICP-AES)
Merk Perkin Elmer
Model Optima 7300 RL
Software WinLab 32
Metode : ASTM D-5185 dan ASTM D 4951
Kelima instrumen untuk lima macam parameter pengujian used oil tersebut
saling berhubungan antara parameter uji yang satu dengan yang lainnya,
misalnya ; pengujian kandungan air dan soot pada pelumas dapat terdeteksi
saat pengujian dengan FTIR, hasil ini akan mempunyai korelasi dengan
hasil pengujian viskositas dimana akibat adanya kontaminasi air dan soot
pada pelumas akan membuat viskositas pelumas cenderung meningkat
bahkan viskositasnya tidak dapat ditentukan jika kandungan air dalam
1

pelumas telah melampaui batas normal, atau sebaliknya pelumas cenderung
menurun jika di FTIR terdeteksi adanya kandungan Fueldiluent. Akibat
penurunan atau kenaikan viskositas pelumas yang melebihi condemning
limitnya dapat mengakibatkan peningkatan gesekan pada mesin sehingga
mengakibatkan timbulnya wearlogam (keausan wearlogam dapat terdeteksi
pada pengujian wearlogam dengan ICP-AES. Begitu juga halnya dengan
pengujian nilai TAN dan TBN pada pelumas engine dimana jika pada
pengujian dengan FTIR terdeteksi adanya level oksidasi yang tinggi maka
nilai TBN pelumas engine tersebut akan menurun sedangkan nilai TAN
akan meningkat. Level oksidasi yang tinggi menggambarkan bahwa aditif
dispersant dan detergent pada pelumas telah mengalami penurunan kualitas
serta komponen kimia rantai jenuh dari pelumas sudah mulai teroksidasi
menjadi asam-asam organik.
1

BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
5.1Lokasi dan Tata Letak
Lokasi Oil Clinic PT Pertamina (Persero) berada di Jalan Raya Yos Sudarso
Pintu III Plumpang, Jakarta Utara 14230.Luas area Laboratorium Oil Clinic
PT Pertamina (Persero) adalah sekitar 5000 m2.Laboratorium Oil Clinic PT
Pertamina (Persero) berada di area Depot Pertamina Plumpang. Ditinjau dari
tata letaknya, lokasi Laboratorium Oil Clinic PT Pertamina (Persero) [Lab
Head]berdekatan dengan laboratorium pengembangan produk pelumas
Pertamina. Hal ini bertujuan agar produk-produk pelumas Pertamina yang
akan diproduksi dapat diuji terlebih dahulu karakter dan sifat pelumasnya di
Laboratorium Oil Clinic PT Pertamina (Persero) sebelum pelumas tersebut
diproduksi secara besar-besaran.
Praktik kerja industri ini dilakukan selama 3,5 bulan hari kerja yaitu pada
tanggal 12 November 2012 sampai dengan 1 Maret 2013. Kegiatan Prakerin
dilaksanakan setiap hari Senin sampai Jum’at pukul 07.00-16.00 WIB dengan
waktu istirahat selama 1 (satu) jam pada pukul 12.00-13.00 WIB.
1

Oil Clinicterdiri atas 11 (sebelas) ruangan, yaitu :
a. Ruang tamu dan penerimaan sampel
b. Ruang Data Entry
c. Ruang Manajer Puncak
d. Ruang Manajer Mutu
e. Ruang Manajer Teknik
f. Ruang Pertemuan dan Training
g. Ruang Pengujian Sampel
h. Ruang Penempatan Instrumen dan Peralatan Laboratorium
i. Ruang Penyimpanan Bahan Kimia
j. Ruang Retain Sampel
k. Ruang Gudang Peralatan dan Shelter Bomb
5.2 Bahan dan Peralatan
1. Bahan
a. KOH alkohol 0.1 N (yang telah distandardisasi)
b. Pelarut sampel (solvent) terdiri dari:
1) Toluene 500 mL
2) 2-propanol 495 mL
1

3) Aquadest 5 mL
Ketiga larutan tersebut di atas dicampur hingga benar-benar homogen.
c. Solvent flushingterdiri dari:
1) Pelarut sampel (solvent)
2) Alkanol
3) Aquadest
2. Peralatan
a. Automatic Potensiometric Titrimeter Manual Sample (Metrohm 702).
b. Automatic Potensiometric Titrimeter Auto Sampler (Metrohm
Titrando).
c. Neraca analitik Metler Toledo
d. Elektroda gelas
e. Pippet tetes
f. Beaker TAN
5.3 Prosedur Kerja
a. Persiapan Sampel
1

1) Dipreparasi sampel dengan melakukan homogenisasi sampel
dengan alat shaker selama minimal 1 (satu) jam.
2) Ditimbang sampel yang akan diuji dalam gelas sampel dengan
menggunakan neraca analitik seberat 0.5 - 20 gram.
3) Dilarutkan sampel dengan campuran pelarut sampel yang telah
homogen sebanyak 60 mL.
b. Pengujian Sampel
Dilakukan pengujian sampel sesuai dengan metode uji dan tata cara
sesuai alat yang akan digunakan.
1) Automatic Potensiometric Titrimeter Auto Sampler (Titrando)
a) Buka program titrando pada icon computer.
b) Bersihkan buret dengan cara:
1
Double klik

Klik “MANUAL” setelah masuk program titrando.
Klik “DOSSING”, untuk prepare buret.
Klik buret yang diinginkan.
1
Buret no 1 berisi
HClO4 0.1 N untuk TBN D-2896

Klik “EMPTY” untuk mengosongkan buret, atau klik
“PREPARE” untuk preparasi buret (mengeluarkan lalu
mengisinya kembali), atau klik “DOSSING” untuk
mengeluarkan isi buret sesuai dengan yang diinginkan.
Klik “DOSSING” lalu akan muncul
1
Buret no 2 berisi KOH alcohol 0.1 N, untuk TAN D-664

Klik back, lalu tutup tampilan “MANUAL CONTROL”.
c) Taruh sampel yang telah dilarutkan dengan pelarut pada rak
sampler (rak 1–9 untuk sampel, rak 10–12 untuk solvent
flushing).
Rak 10 : Pelarut sampel
Rak 11 : Alkanol
Rak 12 : Aquadest
d) Klik “SAMPLE DATA SILO”, pada program PC Control.
1
Tekan agak lama, maka titran akan keluar.
Lalu klik “FILL” untuk mengisi kembali buret yang telah keluar.

e) Setelah semua identitas telah terisi, tekan enter.
f) Tekan “START” pada SC Controller, lalu pengujian akan
berjalan dengan sendirinya.
1
Metode yang akan digunakan sesuai keinginan
Isi identitas sampel
Isi bobot penimbangan sampel

g) Titrasi akan berhenti dengan sendirinya apabila sudah
mencapai End Point (EP) ataupun volume maksimal.
h) Hasil pengujian sampel akan keluar secara otomatis dalam
satuan mg KOH/g.
i) Pengujian sampel dilakukan 2 kali (duplo).
j) Catat nilai yang terukur dalam Work Sheets Analis.
1

2) Automatic Potensiometric Titrimeter Manual Sampler (Metrohm
702)
a) Penyiapan Alat
1. Nyalakan alat dengan menekan tombol on/off di bagian
belakang alat.
2. Setelah itu bersihkan elektroda dan buretnya dengan tissue.
3. Rendam elektroda dengan solvent TAN beberapa menit.
4. Hilangkan gelembung pada buret dengan cara menekan tombol
Stop/Dos untuk mengeluarkan gelembungnya ,setelah itu tekan
tombol Start/Fill untuk mengisi buret kembali.
5. Setelah itu rendam elektroda dan buret kedalam solvent TAN.
6. Alat siap digunakan.
1

b) Pengujian Sampel
1. Tekan tombol Data Sampel pada remote, kemudian kita isikan
identitas sampel dengan menekan tombol Report terlebih dahulu
lalu masukan identitas sampel.
2. Tekan tombol Quit, lalu tekan Enter sebanyak tiga kali lalu
masukan data bobot sampelnya.
3. Setelah itu, tekan tombol Enter satu kali lalu tekan Quit.
4. Masukkan stirrer, lalu larutkan sampel dengan solvent TAN,
5. Masukkan elektroda dan buret kedalam sampel, lalu tekan
tombol Start dan proses analisis dimulai.
6. Biarkan alat bekerja hingga mengeluarkan report pada
komputer.
7. Setelah proses analisa selesai, bersihkan elektroda dan buretnya
dengan cara menyekanya dengan tissue.
8. Setelah itu, keluarkan stirrer dari sampel lalu bersihkan stirrer
dengan tissue.
9. Buang sampel, lalu kita dapat melaksanakan analisa
untuk sampel berikutnya.
1

BAB VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil
A. Hasil Verifikasi Neraca
Bobot batu timbang (gram)
Hasil Verifikasi
50 50 + 1 50 +1 -1 100 200
49,9999 50,9999 49,9999 99,9999 199,9999
Tabel 2. Data hasil verifikasi neraca metler toledo
B. Hasil Standarisasi KOH alkohol 0,1 N
1 Bobot KHP : 0.0641 g
2 Volume Penitar : 2,9844 ml
3 Perhitungan :
4 Normalitas KOH alkohol : 0.1052 N
Hasil standarisasi bisa dilihat di software TAN pada lampiran 2.
C. Hasil Validasi Metode
1. Presisi
Keterulangan (Repeatibility)
1

Hasil presisi dibandingkan dengan standar
Nilai CS
Pengulangan Hasil Pembacaan Nilai sebenarnya
Simplo 0,7193
Duplo 0,6368
Triplo 0,6020
Rata – rata 0,6527 0,65
Simpangan 0,0444 -
Tabel 3. Hasil pengujian CS sebanyak 3 kali
Simpangan baku =
= 6.80 %
Hasil verifikasi CS TAN sebanyak 7 kali bisa dilihat pada lampiran 4.
2. Akurasi
Hasil akurasi yang diperoleh adalah sebesar :
Akurasi
=
= 99,59%
Tabel hasil akurasi pengujian CS dengan nilai sebenarnya.
Nilai CS
1

Pengulangan Hasil Nilai sebenarnya
Simplo 0,687
Duplo 0,688
Triplo 0,701
Rata – rata 0,692 0,65
Simpangan 0,008 -
Akurasi (%) 93,93 % -
Tabel 4. Hasil pengujian CS sebanyak 3 kali
D.Hasil Pengamatan
analisis total bilangan asam (TAN) pada sampel
used oil non engine
No DataSampel
Non engine oil
Bobot
(gram)
Vol.titran
(ml)
TAN
(mgKOH/g)
1Simplo
Turalik 12.0007 1.6671 0.659
Duplo 12.0008 1.7060 0.675
2Simplo
Nglube LL 402.5004 1.4900 2.812
Duplo 2.5001 1.4932 2.819
Tabel 11. data Total Acid Number non engine
Perhitungan nilai TAN sampelnon engine.
a. Used oil engine ( Turalik )
Simplo
1

TAN (mgKOH/g) =
=
= 0,659 mgKOH/g
Duplo
TAN (mgKOH/g) =
=
= 0,675 mgKOH/g
b. Used oil engine ( NG Lube LL 40 )
Simplo
TAN (mgKOH/g) =
=
= 2,812 mgKOH/g
Duplo
1

TAN (mgKOH/g) =
=
= 2,819 mgKOH/g
Kurva nilai TAN sampel Turalik dan NG lube LL 40 bisa dilihat pada lampiran 4 .
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis total bilangan asam metode ASTM D 664 cara
titrasi potensiometri pada sampel used oil yaitu pada sampel oil engine dan
oil non engine diperoleh hasil bahwa nilai total bilangan asam (TAN) pada
sampel oil engine itu lebih besar dibandingkan nilai total bilangan asam
(TAN) pada sampel oil non engine, hal ini dikarenakan pelumas engine
biasanya digunakan di bagian dekat pembakaran sehingga memungkinkan
banyak sekali bagian-bagian dari pelumas engine ini yang teroksidasi akibat
pembakaran sehingga menghasilkan bilangan asam yang tinggi. Berbeda
halnya dengan pelumas non engine yang tidak digunakan pada bagian
pembakaran sehingga memungkinkan memiliki nilai bilangan asam yang
kecil, Karena pada pelumas non engine tidak terjadi proses pembakaran
seperti halnya pelumas engine. Pelumas engine memiliki nilai TBN yang
tinggi yang berfungsi untuk menetralkan nilai bilangan asam yang tinggi
akibat proses pembakaran pada mesin, untuk pelumas non engine memiliki
nilai TBN yang sangat kecil, karena pelumas non engine memiliki nilai total
bilangan asam yang kecil. Adapun komposisi base oil dan additive agent
pada pelumas engine dan pelumas non engine adalah sebagai berikut :
1

Pelumas Engine
Base oil 80% - 85% dan additive agent 15% - 20%
Pelumas Non Engine
Base oil 85% - 99% dan additive agent 1% - 15%
Total bilangan asam (TAN) adalah nilai yang menunjukkan jumlah
senyawa asam berada dalam sampel petrokimia. Didalam melaksanakan
analisa total bilangan asam menggunakan metode titrasi potensiometri.
Dalam proses titrasi potensiometri terjadi perubahan nilai milivolt karena
terjadi reaksi antara sampel dan titran. Sebagai titran digunakan KOH
alkohol 0,1 N. Sampel dititrasi dengan KOH alkohol sampai diperoleh titik
ekuivalen (EP). Didalam analisis titik ekuivalen diperoleh bila terjadi lonjakan
nilai milivolt yang jauh. Lonjakan itu akan didapatkan apabila total asam yang
terdapat dalam sampel telah bereaksi semua dengan KOH, sehingga ketika
penambahan KOH setelahnya tidak akan ada lagi lonjakan nilai milivolt yang
signifikan. Selain itu hasil analisis akan dikonversi satuannya oleh alat dari
milivolt menjadi mgKOH/g. Dalam melakukan analisis total bilangan asam
(TAN), bobot penimbangan sampel sangatlah diperhatikan. Apabila kita
menimbang sampel used oil non engine dengan bobot yang sangat kecil
pastinya tak akan terbaca. Sebagai solven digunakan campuran pelarut 2-
propanol : toluena : aquades dengan perbandingan yang sudah ditentukan
oleh ASTM D664. Nilai TAN ditentukan untuk sampel pelumas baik yang
masih baru maupun bekas. Pelumas yang masih baru dimonitor untuk
memastikan kualitas awal pelumas memenuhi tingkat TAN spesifik untuk
jenis pelumas tersebut. Pelumas yang digunakan diuji untuk menentukan
kapan keasaman minyak dalam pelumas telah meningkat ke tingkat di mana
efek negatif dari asam meningkat akan terlihat. Nilai TAN sampel yang
digunakan dipantau dari waktu ke waktu dan itu adalah perubahan nilai TAN
dari sampel. Banyak jenis senyawa asam dapat berkontribusi pada
peningkatan nilai TAN, senyawa organik dan anorganik asam, fenol, ester,
deterjen dan inhibitor adalah komponen aditif umum dan juga dapat
berkontribusi terhadap peningkatan nilai total bilangan asam pada pelumas.
1

Nilai TAN sendiri tidak dapat digunakan untuk memprediksi sifat korosif
minyak, sebagai tes hanya mengukur jumlah asam dalam sampel, bukan
jumlah yang spesifik dari senyawa asam yang berbeda dalam
sampel.Berdasarkan penggunaanya pelumas terbagi menjadi dua macam
yaitu pelumas engine (pelumas untuk mesin yang berhubungan dengan
proses pembakaran) dan pelumas non engine (pelumas bukan untuk mesin
pembakaran).
A. Pelumas engine
Pelumas engine berasal dari senyawa kimia berbasiskan minyak bumi (oli
mineral) atau non-minyak bumi (oli sintetis), dengan bahan dasar yang terdiri
dari hidrokarbon yang dicampur dengan polyalphaolefins dan olefin
polyinternal serta senyawa organik karbon dan hydrogen. pelumas mesin
pada umumnya dipakai untuk mesin-mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine) seperti mobil dan sepeda motor, demikian pula mesin
kendaraan berat; bus dan truk serta mobil komersial lainnya, juga sebagai
pelumas mesin kendaraan non jalan raya seperti go-karts, mobil salju,
kapal/perahu, mesin pemotong rumput, peralatan pertanian bahkan untuk
lokomotif dan pesawat terbang serta mesin-mesin statis seperti generator
pembangkit listrik.Seperti yang diketahui bahwa dalam mesin ada
komponen/bagian yang bergerak terhadap satu dengan lainnya yang
menyebabkan gesekan, kontak antara permukaan yang bergesek itu tentu
saja akan mengalami keausan serta dapat mengakibatkan menurunnya
efisiensi mesin, akhirnya secara keseluruhan menyebabkan daya mesin
menjadi turun serta konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros. Adapun
beberapa contoh pelumas engine yang kita ketahui seperti : medripal,
meditran, salyx, dan sebagainya.
B. Pelumas non engine
Pelumas non engine adalah pelumas yang
digunakanuntukmemberikanpelumasanpada hidrolik
1

sehinggaalattersebutdapatmengangkatbeban yang
bagimanusiadirasacukupberat. Jikakinerja hidrolik
terhambatmakabebantidakakanbiasterangkatsehinggaalattersebutmenjaditid
akbergunaatauhanyabiasdianggapsebagaibesiberjalan. Hidrolik jugabiasa
kitatemukan di truck-truck yang memilikibebanberatpadabagianbelakang.Hal
inidikarenakanjikapadasaat parkir kendaraantersebutmenopangpada
hydraulic sehinggalebihkokoh. Pelumas non engine memiliki kandungan
logam (metal content) yang lebih kecil dibandingkan pelumas engine. Hal ini
dikarenakan pelumas non engine ini tidak digunakan pada bagian
pembakaran mesin melainkan digunakan pada bagian hidrolik, gear dan
sebagainya pada alat-alat berat. Adapun beberapa contoh pelumas non
engine yang kita ketahui seperti : Turalik, Masri, Turbolube, dan sebagainya.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa total bilangan asam metode ASTM D 664 cara
titrasi potensiometri antara sampel used oil engine dan non engine dapat
disimpulkan bahwa sampel used oil engine memiliki nilai bilangan asam yang
tinggi dibandingkan dengan sampel used oil non engine. Hal ini dikarenakan
1

pelumas (oil) engine digunakan pada bagian mesin pembakaran yang
mengakibatkan banyaknya bagian-bagian dari pelumas yang teroksidasi yang
menyababkan pelumas bersifat semakin asam. Sedangkan pelumas (oil) non
engine tidak digunakan pada bagian mesin pembakaran, tetapi biasanya
digunakan pada bagian hidrolik, gear, transmisi dan lainnya .
2. Saran
Untuk melaksanakan analisis total bilangan asam (TAN), sebaiknya
diperlukan suatu standar dengan konsentrasi yang kecil yang nilainya sudah
tersertifikasi untuk mengetahui nilai MDL (Method Detection Limit) untuk
TAN dengan menggunakan metode ASTM D 664 apakah sudah sesuai antara
metode yang digunakan dengan instrumen yang digunakan. Selain nilai
MDL, kita dapat juga mengetahui nilai IDL (Instrument Detection Limit)
untuk alat, untuk mengetahui seberapa jauhkah alat dapat mendeteksi
konsentrasi terkecil nilai total bilangan asam (TAN) pada sampel used oil.
Pada analisa total bilangan asam sebaiknya titran harus selalu distandarisasi
agar konsentrasi nilai asam pada sampel used oil dapat diketahui dengan
tepat.
1

DAFTAR PUSTAKA
1. Gandjar, GholibIbnu. 2007. Kimia AnalisisFarmasi. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
2. Hendayana, Sumar. 1994. Kimia AnalitikInstrumen. Semarang: IKIP
Semarang Press.
3. Khopkar, S.M. 1990. KonsepDasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
4. Rivai, Harizul. 1995. AsasPemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
5. Tim Kimia Analtik. 2012. PenuntunPraktikumElektroanalisis. Jember:
UniversitasJember.
1

6. Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Detection_limit.
8. http://www.wcaslab.com/tech/detlim.htm.
9. http://www.ehow.com/facts_7618206_difference-motor-oil-transmission-
oil.htm
10. http://www.mantech-inc.com/analytical/whatare_TAN_TBN.asp.
LAMPIRAN
1. Adapun macam-macam gambar alat TAN .
1
Gambar3. Metler Toledo T 50

1
Gambar4. Metrohm 702 SM Titrino
Gambar5. Metrohm 809 Titrando

2. Hasil standarisasi KOH-Alkohol dengan bahan baku primer Kalium Hidrogen Ptalat pada software TAN.
1
Gambar6. Mitsubishi GT 100

Kurva hasil standarisasi KOH-Alkohol dengan Kalium Hidrogen Ptalat.
3. Hasil verifikasi CS TAN sebanyak 7 kali
Cs
NO DataBobot Asli
Bobot + Correction Vp Asli
Vp + Correction HASIL
1 Simplo 5.0092 5.0093 0.8001 0.800 0.7193
2 Simplo 5.0515 5.0516 0.7224 0.722 0.6368
3 Simplo 5.0326 5.0327 0.6847 0.685 0.6020
4 Simplo 5.0188 5.0189 0.6917 0.692 0.6106
5 Simplo 5.0470 5.0471 0.6870 0.687 0.6026
6 Simplo 5.0150 5.0151 0.7039 0.704 0.6231
7 Simplo 5.0130 5.0131 0.7386 0.739 0.6578Tabel11.verifikasi CS TAN sebanyak 7 kali
4. KURVA nilai TAN sampelnon engine.
a. Used oil engine ( Turalik )
1

Simplo
b. Used oil engine ( Turalik )
Duplo
1

b. Used oil engine ( NG Lube LL 40 )
Simplo
b. Used oil engine ( NG Lube LL 40 )
Duplo
1

Lampiran 1. Struktur Organisasi
1

Lampiran 2. Oil Clinic Monitoring Program

Lampiran 3. Sertifikat Akreditasi

Lampiran 4. Kompetensi Personal