Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

30
LAPORAN PRESENTASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Di susun oleh : Kelompok 4 Anggota kelompok Aripin Deden Atim Gun gun Wiguna Kiki Nurcahyo Yana Suryana 2 mesin 4

description

 

Transcript of Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Page 1: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

LAPORAN PRESENTASI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAANDi susun oleh :

Kelompok4

Anggota kelompok

AripinDeden Atim

Gun gun WigunaKiki NurcahyoYana Suryana

2 mesin 4

SMK Taruna Mandiri Cimahi

Page 2: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

LEMBAR PENGESAHAN

Anggota kelompok

AipinDeden AtimGun gun WigunaKiki NurcahyoYana Suryana

1

GURU MATA PELAJARAN

Dra. Nina Herlina. MM

Page 3: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami pendidikan kewarganegaraan.

Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

CIMAHI , 22 OKTOBER 2012

Penyusun

2

Page 4: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Daftar Isi

Lembar Pengasahan 1 Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 BAB 1 Permasalahan yang terjadi 4

BAB 2 Teori Teori 5 2.1 Budaya Politik 5 2.2 Tipe Tipe Budaya Politik 6 2.3 Sosialisasi Politik 7 2.4 Agen Sosialisasi Politik 9 2.5 Partai Politik 10 2.6 Fungsi Partai Politik

11 2.7 Wahana Politik Praktis 12

BAB 3 Tanya Jawab 12 3.1 Pertanyaan 12 3.2 Jawaban 13

BAB 4 Kesimpulan 14

Daftar Pustaka 15

3

Page 5: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

BAB 1PERMASALAHAN YANG TERJADI

1.1 Latar Belakang MasalahNegara republik Indonesia menganut asas demokrasi yang bersumber kepada nilai-nilaikehidupan yang berakar dalam budaya bangsa Indonesia. Perwujudan asas demokrasi itudiartikan sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber kepada nilai kebersamaan,kekeluargaan dan kegotongroyongan. Demokrasi pancasila yang dianut oleh bangsaIndonesia juga memberikan penghargaan yang tinggi kepada nilai musyawarah yangmencerminkan kesungguhan dan tekad dari bangsa Indonesia untuk berdiri diatas kebenaranuntuk berpartisipasi dalam pemerintahan serta turut menentukan haluan Negara. Namun,kebebasan tersebut disertai pula dengan tanggung jawab yang bukan hanya di tujukan kepadamanusia, melainkan juga kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, kita harus pedulipada keadaan dan masa depan bangsa. Namun, kepedulian itu hendaknya diwujudkan melalicara yang benar, konstitusional dan bertanggung jawab. 1

1.2 Bentuk – Bentuk Pemerintahan

a. OligarkiOligarki berasal dari kata oligoi yang berarti kelompok teman, sedikit atau beberapa, sedangkanarchein yang berarti memerintah. Jadi, Oligarki yaitu pemerintahan yang dipegang oleh beberapa(sedikit) orang untuk kepentingan mereka sendiri. Dari bentuk pemerintahan Oligarki ini akanlahir bentuk Pluktorasi (Plutos berarti bodoh, archien atau cratein berarti memerintah).Puktorasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh orang – orang kaya yang kurang terdidik.

b. AnarkiAnarki berasal dari bahasa Yunani (An = tidak, Archie= memerintah).ajdi Anarki adalahpemerintahan para warga negaranya tidak mau tunduk pada kekuasaa pemerintahan danmenganggap dirinya tidak terikat kepada peraturan perundang – undangan yang berlaku.

c. Mobokrasi Mobokrasi adalah pemerintahan yang dikuasai oleh sekelompok orang untuk kepentingankelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat.

d. DictatorDiktator mempunyai arti satu orang memerintah dengan kekuasaan tidak terbatas. Dalammemperoleh kekuasaan biasanya dilakukan melalui suatu jalan revolusi dengan memaksakankehendak kepada rakyat. Seorang diktator tidak tunduk pada undang – undang Negara danmenjadi pemegang tunggal atas kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif. 2

Page 6: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

4

BAB 2TEORI- TEORI

2.1 Pengertian Demokrasi Pancasila

Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat tanpa oposisi

dalam doktrin Manipol USDEK disebut pula sebagai demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah komando Pemimpin Besar Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah pimpinan komando Bapak Pembangunan arah rencana pembangunan daripada suara terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama dalam lembaga-lembaga negara.

Prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi secara universal. Ciri demokrasi Pancasila :

pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi adanya pemilu secara berkesinambungan adanya peran-peran kelompok kepentingan adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas. Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyelesaikan

masalah. Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.

2.2Prinsip Demokrasi Pancasila

Prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap hak asasi manusia2. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah3. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan yang

merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR atau lainnya

4. adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat

5. Pelaksanaan Pemilihan Umum6. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (pasal

1 ayat 2 UUD 1945)

Page 7: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri

sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain9. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional10. Pemerintahan berdasarkan hukum, dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:

a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat) b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas) c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat.

2.3Tujuh Sendi Pokok

Dalam sistem pemerintahan demokrasi pancasila terdapat tujuh sendi pokok yang menjadi landasan, yaitu[5]:

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum.

Seluruh tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum. Persamaan kedudukan dalam hukum bagi semua warga negara harus tercermin di dalamnya.

2. Indonesia menganut sistem konstitusional

Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi.

3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi

Seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman terdahulu, bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai tugas pokok, yaitu:

Menetapkan UUD;Menetapkan GBHN; danMemilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden

Wewenang MPR, yaitu:

Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain, seperti penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden

Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan GBHN Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya apabila

presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara dan UUD; Mengubah undang-undang.

Page 8: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis. Presiden adalah Mandataris MPR yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR.

5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-undang, presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di bidang legislatif ialah hak inisiatif, hak amandemen, dan hak budget.

Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:

Hak tanya/bertanya kepada pemerintah Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.

6 Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR

Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara. Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden. Berdasarkan hal tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/presidensil.

Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam prakteknya berada di bawah koordinasi presiden.

7 Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas

Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden.

2.4Fungsi Demokrasi Pancasila

Adapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:

Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara

Contohnya:

Page 9: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Ikut menyukseskan PemiluIkut menyukseskan pembangunanIkut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.

Menjamin tetap tegaknya negara RI Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem konstitusional Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga negara Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab,

Contohnya:

Presiden adalah mandataris MPR,Presiden bertanggung jawab kepada MPR.

2.5 Demokrasi Deliberatif

Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 dan sila ke-4 Pancasila, dirumuskan bahwa “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”. Dengan demikian berarti demokrasi Pancasila merupakan demokrasi deliberatif.

Dalam demokrasi deliberatif terdapat tiga prinsip utama:

1. prinsip deliberasi, artinya sebelum mengambil keputusan perlu melakukan pertimbangan yang mendalam dengan semua pihak yang terkait.

2. prinsip reasonableness, artinya dalam melakukan pertimbangan bersama hendaknya ada kesediaan untuk memahami pihak lain, dan argumentasi yang dilontarkan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

3. prinsip kebebasan dan kesetaraan kedudukan, artinya semua pihak yang terkait memiliki peluang yang sama dan memiliki kebebasan dalam menyampaikan pikiran, pertimbangan, dan gagasannya secara terbuka serta kesediaan untuk mendengarkan.

Demokrasi yang deliberatif diperlukan untuk menyatukan berbagai kepentingan yang timbul dalam masyarakat Indonesia yang heteroge. Jadi setiap kebijakan publik hendaknya lahir dari musyawarah bukan dipaksakan. Deliberasi dilakukan untuk mencapai resolusi atas terjadinya konflik kepentingan. Maka diperlukan suatu proses yang fair demi memperoleh dukungan mayoritas atas sebuah kebijakan publik demi suatu ketertiban sosial dan stabilitas nasional.

2.6Demokrasi Pancasila dalam Beberapa Bidang

Bidang ekonomi

Demokrasi Pancasila menuntut rakyat menjadi subjek dalam pembangunan ekonomi. Pemerintah memberikan peluang bagi terwujudnya hak-hak ekonomi rakyat dengan menjamin tegaknya prinsip keadilan sosial sehingga segala bentuk hegemoni kekayaan alam atau sumber-sumber ekonomi harus ditolak agar semua rakyat memiliki kesempatan yang sama dalam penggunaan kekayaan negara. dalam implikasi pernah diwujudkan dalam Program ekonomi banteng tahun 1950, Sumitro plan tahun 1951, Rencana lima tahun pertama tahun 1955 s.d. tahun 1960, Rencana delapan tahun

Page 10: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

dan terakhir dalam Repelita kesemuanya malah menyuburkan korupsi dan merusaknya sarana produksi. Hal ini ditujukan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 dan sila ke-5 Pancasila. Maka secara kongkrit, rakyat berperan melalui wakil-wakil rakyat di parlemen dalam menentukan kebijakan ekonomi.

Bidang kebudayaan nasional

Demokrasi Pancasila menjamin adanya fasilitasi dari pihak pemerintah agar keunikan dan kemajemukan Budaya Indonesia dapat tetap dipertahankan dan ditumbuhkembangkan sehingga kekayaan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Terdapat penolakan terhadap uniformitas budaya dan pemerintah menciptakan peluang bagi berkembangnya budaya lokal sehingga identitas suatu komunitas mendapat pengakuan dan penghargaan.

2.7 Pemilihan Umum 2004

Pemilu 2004 telah membawa Indonesia memasuki babak baru dalam perpolitikkan nasional. Pada

pemilu 2004 ini untuk pertama kalinya pemilihan anggota legislatif, pemilihan anggota Dewan Perwakilan

Daerah (DPD) dan Presiden dibedakan. Masyarakat pemilih sedikitnya melakukan 2 kali pemilihan. Pada

pemilu pertama yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004, masyarakat melakukan pemilihan anggota

DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupataten/ kota. Selain itu mereka juga melakukan pemilihan anggota

DPD yang nantinya akan menjadi wakil daerah (provinsi) di MPR.

Pemilu kedua, adalah pemilihan presiden (pilpres) secara langsung. Pilpres putaran pertama yang

berlangsung 5 Juli 2004 menghasilkan 2 pasangan calon presiden, Susilo Bambang Yudoyono- Yusuf Kalla

dan Megawati- Hasyim Muzadi yang akan bersaing kembali dalam pilpres putaran kedua yang

diselenggarakan pada 20 September 2004.

Dua putaran pilpres ini merupakan peristiwa politik besar, karena sejak Indonesia merdeka sampai

pilpres 2004 ini, belum pernah ada presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat, mulai dari Soekarno,

Soeharto, BJ. Habibie, Abdurahman Wahid sampai Megawati, semuanya dipilih secara tidak langsung yaitu

melalui MPR

Ada 4 perubahan mendasar dari format pemilu 2004 ini jika dibandingkan dengan pemilu-pemilu

sebelumnya. Pertama, adanya kebebasan memilih bagi masyarakat; kedua, terbukanya peluang yang sama

diantara partai-partai politik peserta pemilu; ketiga, berkurangnya secara signifikan peluang birokrasi untuk

melakukan upaya pendistorsian pemilu, karena penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum

Page 11: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

(KPU) yang merupakan lembaga independen dan keempat; terbukanya peluang bagi masyarakat untuk ikut

serta melakukan pengawasan terhadap semua tahapan dalam proses pemilu.

 

Kriteria- kriteria Pemilu yang sukses

Paling tidak, ada 3 hal yang penting yang bisa dipakai sebagai indikator sukses–tidaknya pelaksanaan

pemilu, yaitu sistem pemilu, penyelenggara pemilu dan mekanisme penegakan hukum atas pelanggaran yang

terjadi dalam pemilu. Sejalan dengan itu, apakah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu

mampu menciptakan pemilu yang aman, adil dan demokratis.

Pertama; Sistem Pemilu.

Pada umumnya, kita mengenal dua sistem pemilu dengan beberapa variasinya, yaitu sistem distrik

dan sistem proporsional (Sartori, 1987). Dalam sistem distrik, satu wilayah (distrik pemilihan) memilih satu

wakil tunggal (single –member constituency) atas dasar suara terbanyak (pluralitas). Dalam sistem ini, negara

dibagi dalam sejumlah distrik pemilihan yang kurang lebih hampir sama jumlah penduduknya. Jumlah

penduduk dalam distrik berbeda-beda dari satu negara dengan negara lain. Di Inggris, misalnya satu distrik

kira-kira mewakili 500.000 penduduk, sedang di India dapat mencapai 2.000.000 penduduk. Karena satu

distrik hanya berhak atas satu wakil, maka calon yang memperoleh suara terbanyak dianggap menang. Gejala

ini dinamakan ”the first past the post”. Artinya suara yang mendukung calon yang kalah dianggap hilang dan

tidak dihitung lagi untuk membantu partainya di distrik lainnya. Sistem pemilu distrik sering dipakai oleh

negara- negara yang menganut sistem kepartaian ”dwi partai”, seperti Amerika Serikat, India, Malaysia dan

Inggris.

Sedang sistem proporsional, satu wilayah (daerah pemilihan) memilih beberapa wakil (multi-

member constituency), yang jumlahnya ditentukan atas dasar rasio tertentu, misalnya satu wakil parlemen

untuk 500.000 penduduk. Dalam sistem ini, suatu kesatuan administratif-pemerintahan (provinsi,

kabupaten/kota) dipakai sebagai daerah pemilihan. Jumlah suara yang diperoleh setiap partai menentukan

jumlah kursi di parlemen, artinya rasio perolehan suara antar partai sama dengan rasio perolehan kursi di

Page 12: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

parlemen. Negara-negara yang menganut sistem ini adalah negara-negara dengan ”banyak partai” seperti

Nederland, Italia, Swedia dan Indonesia.

 

Bagaimana dengan Pemilu Legislatif 2004 ?

Pemilu Legislatif 2004 menggunakan sistem proporsional terbuka, dimana sistem ini masih

memberikan kedudukan yang kuat pada partai melalui sistem daftar. Meskipun sistem ini memberikan

peluang bagi calon yang populer (dapat memenuhi Bilangan Pembagi Pemilih; BPP) tanpa melihat nomor

urut, tetapi pada kenyataannya banyak calon yang memperoleh suara terbanyak, tetapi tidak mencapai BPP

dan tidak berada pada nomor urut jadi, kesempatan untuk menjadi wakil parlemen menjadi sirna. Kondisi

inilah yang mendominasi selama pemilu legislatif 2004 yang lalu. Secara teoritis, sistem proporsional

(terbuka) dianggap paling demokratis dan representatif, dalam arti jumlah wakil partai dalam parlemen sesuai

dengan jumlah suara yang dipeolehnya dalam pemilu, namun sistem ini sering mengundang lahirnya konflik

internal partai. Dan pada akhirnya akan merepotkan KPU sebagai penyelenggara pemilu.

Faktor lain yang kurang menguntungkan adalah lahirnya elitisme dan oligarkhi partai. Seseorang

yang terpilih (terutama yang tidak memenuhi BPP) cenderung kurang erat hubungannya dengan masa

pemilihnya dan seorang calon akan lebih terikat pada kepentingan partai termasuk di dalamnya kepada elite

partai. Kondisi ini akan mempersulit terbentuknya konsolidasi demokrasi, dimana seseorang lebih

mementingkan partainya (delegational democracy) daripada pemilih yang diwakilinya (representative

democracy; O,Donnel, 1986).

 

Bagaimana dengan Pilpres 2004 ?

Pada pemilihan presiden secara langsung (pilpres) yang lalu mensyaratkan adanya dukungan partai

politik sebagai satu-satunya pintu (entry point) bagi bakal calon presiden menjadi calon presiden.

Persoalannya, apakah Partai Politik (parpol) sudah siap untuk dipakai sebagai satu-satunya pintu bagi calon

presiden. Untuk keperluan ini, semestinya parpol mampu menjalankan fungsi- fungsi politik sebagaimana

yang dilakukan oleh parpol modern. Menurut Almond dan Bingham Powell, jr. (1966), parpol memiliki

Page 13: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

peran artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi politik, sosialisasi politik dan rekruitmen

politik. Apakah peran-peran seperti di atas telah dilakukan oleh parpol kita ?

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa parpol kita sangat lemah dalam menjalankan fungsi-

fungsi politik di atas. Faktor penyebabnya, antara lain kuatnya pengaruh birokrasi dan militer selama

kekuasaan Orde Baru. Tetapi faktor ini sebenarnya dapat dibantah, karena selama reformasi (1998-2004)

parpol kembali memiliki peran yang sangat besar dalam perpolitikkan nasional kita. Masalahnya, selama

reformasi ini, partai terlalu sibuk ”mencari rejeki”, sehingga melupakan tugas-tugas politik yang seharusnya

mereka lakukan, yaitu mempersiapkan kader-kader partai untuk memperebutkan jabatan-jabatan politik

melalui sosialisasi politik dan rekruitmen politik yang teratur, terarah dan terukur.

Mari kita lihat kiprah parpol dalam mempersiapkan kadernya dalam pilpres yang lalu.

Pasangan Megawati-Hasyim Muzadi, yang diusung oleh PDIP (dan NU struktural), jika dilihat dari

track record Megawati sebagai pemimpin PDIP, seharusnya tidak perlu dicalonkan kembali, sebab

Megawati adalah pemimpin yang gagal dalam pemilu legislatif 2004, dari 34 % suara pada pemilu 1999

turun menjadi 18 % pada pemilu 2004. Di negara manapun yang menganut sistem kepartaian modern,

seharusnya dia diganti dengan calon lainnya yang lebih segar dan menjanjikan.

Pasangan Wiranto- Salahudin Wahid, yang diusung oleh Golkar (dan NU kultural) adalah sebuah

fenomena yang mengarah kepada ”anomali”. Tidak lazim, bagi pemimpin yang sukses, seperti Akbar

Tanjung yang mampu menjadi pemenang dalam pemilu legislatif 2004 dikalahkan oleh Wiranto yang nota

bene bukan pengurus partai Golkar dalam konvensi partai. Sehingga wajar kalau Wiranto rontok dalam

pilpres putaran pertama.

Yang paling menarik, adalah pasangan Susilo Bambang Yudoyono-Yusuf Kalla yang diusung Partai

Demokrat dan Golkar (undercover) yang pada akhirnya menjadi pemenang pilpres putaran kedua. Partai

Demokrat didirikan oleh SBY dengan ”sembunyi dan malu-malu”, sebenarnya kemenanganya disebabkan

oleh perilaku Partai Golkar yang anomali dan PDIP yang tradisional dan mengandalkan nama besar

Soekarno.

 

Kedua, Penyelenggara Pemilu.

Page 14: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Menurut Bingham Powell, Jr.(1982), pemilu memiliki hubungan yang signifikan dengan kehidupan

demokrasi dalam suatu negara, bahkan di dunia ketiga pemilu sering diidentikkan dengan simbol demokrasi.

Ada lima indikator bagi pemilu yang demokratis, yakni :

1. Legitimasi pemerintah berdasarkan klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili rakyat;

2. Pengaturan yang mengorganisasi ”bargainning” untuk memperoleh legitimasi dilaksanakan melalui

pemilu yang kompetitif;

3. Sebagian orang dewasa dapat ikut serta dalam proses pemilihan baik sebagai pemilih maupun sebagai

calon untuk menduduki jabatan penting;

4. Pemimpin dipilih dengan interval yang teratur dan pemilih dapat memilih diantara beberapa alternatif.

(bukan calon tunggal; pen.)

5. Terjaminnya hak-hak dasar, seperti kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan kebebasan pers.

Secara teoritis, kelima hal di atas dapat terlaksana jika penyelenggara pemilu tersebut bebas dari

intervensi pemerintah . Mari kita perhatikan penyelenggara pemilu di Indonesia. Pemilu 1955

diselenggarakan oleh parpol; Pemilu era Orde Baru (1971, 1977,1982,1987,1992,1997) diselenggarakan oleh

pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam Negeri lewat Lembaga Pemilihan Umum (LPU); Pemilu 1999

dilaksanakan oleh parpol dan pemerintah lewat Komisi Pemilihan Umum (KPU); sedang Pemilu 2004 baik

Pemilu legislatif maupun pilpres diselenggarakan oleh KPU yang merupakan lembaga independen yang

anggotanya terdiri dari akademisi dan tokoh LSM.

Menurut Pasal 19 UU No.12 tahun2003, disebutkan :

(1)   Calon anggota KPU diusulkan oleh Presiden untuk mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

untuk ditetapkan sebagai anggota KPU.

(2)   Calon anggota KPU Provinsi diusulkan oleh gubernur untuk mendapat persetujuan KPU untuk

ditetapkan sebagai anggota KPU Provinsi.

(3)   Calon anggota KPU Kabupaten/Kota diusulkan oleh bupati/walikota untuk mendapat persetujuan

KPU Provinsi untuk ditetapkan sebagai anggota KPU Kabupaten/Kota.

Kalimat diusulkan oleh Presiden untuk KPU Pusat, Gubernur untuk KPU Propinsi dan Bupati/walikota untuk

KPU Kabupaten/Kota berdasar atas pemberitaan media massa (content analysis) sering menimbulkan

Page 15: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

persoalan. Persoalan ini dipicu oleh dua hal; pertama, kepentingan pemerintah dan parpol untuk KPU Pusat,

Gubernur untuk KPU Provinsi dan Bupati/Walikota untuk KPU Kabupaten/Kota dan kedua; Calon anggota

KPU itu sendiri.

Mundurnya dua anggota KPU Pusat yaitu Romo Mudji Sutrisno dan Imam Prasodjo disebabkan oleh

faktor kepentingan politik terutama parpol yang masih mencurigai elemen birokrasi (PNS) tidak netral, di

samping faktor kepentingan dari dua anggota KPU tersebut yang lebih mengutamakan sebagai akademisi.

Sedang untuk KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota disebabkan tidak transparannya pemerintah

daerah dalam menjaring calon anggota KPU atau paling kurang masih mengentalnya kepentingan pemerintah

daerah (baca; parpol yang berkuasa) untuk menempatkan “kadernya” dilembaga penyelenggara pemilu.

Disamping itu, faktor “jaminan uang yang menggiurkan” menjadi faktor tidak kondusifnya proses seleksi

anggota KPUD. Di Provinsi Jawa Tengah, faktor kedua ini menyebabkan seorang anggota KPU Provinsi

nyaris diberhentikan.

Hal lain yang perlu dikritisi adalah pembagian kerja antara KPU dan Sekretariat Jenderal. Menurut

aturan, yaitu Pasal 25 UU No.12 Th.2003, KPU bertugas sebagai lembaga pembuat kebijakan- kebijakan

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu, sedangkan Sekretariat Jenderal bertugas di bidang teknis-

administratif. Tampaknya, pembagian tugas ini tumpang tindih, bahkan cenderung dilakukan sendiri oleh

KPU, akibatnya tahapan-tahapan pada pemilu, terutama pemilu legislatif sering terganggu. Dan yang paling

menyakitkan, sekarang ini KPU Pusat terlibat dalam kasus korupsi yang pada akhirnya akan menjatuhkan

citra KPU sebagai lembaga yang bermartabat . Di daerah, sering bergantinya sekretariat KPU karena sering

konflik dengan anggota KPUD terutama mengenai pembagian kewenangan.

Ketiga, Penegakan Hukum.

Dalam negara demokrasi, penegakan hukum merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan. Artinya

apapun bentuk pelanggarannya dan siapapun pelanggarnya harus ditindak. Berkaitan dengan penegakan

hukum ini, pemilu 2004 baik pemilu legislatif maupun pilpres penegakan hukum atas pelanggaran pemilu

sangat lemah.

Page 16: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Bahkan antara KPU dan Panwas di berbagai tingkatan berbeda sangat tajam. KPU dalam

menghadapi pelanggaran pemilu berkencenderungan pasif dan tidak mau mencari masalah, yang penting

pemilu dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Sebaliknya Panwas, meskipun lembaga ini bentukan KPU dan

menurut aturan bertanggung jawab kepada KPU, Ia menganggap Panwas sebagai representasi dari

pengawasan masyarakat, sehingga bersikap pro-aktif dan kadang-kadang ”berani” mengintepretasikan

pengawasan pemilu bukan sekedar tahapan-tahapan pemilu sebagaimana dalam UU No.12 Th.2003 tetapi

mengawasi penyelenggara pemilu (KPU) yang nota bene adalah ”atasannya”.

Di tingkat pusat, Panwas sering bersinggungan dengan KPU, bahkan berani melakukan uji material

terhadap pasal-pasal yang menyangkut kewenangan Panwas dan KPU dalam kasus ditolaknya pencalonan

presiden Gus Dur karena faktor kesehatan. Di Jawa Tengah tidak kalah menariknya, dimana seluruh anggota

KPU Provinsi dilaporkan oleh Panwas ke Polda karena persoalan pencemaran nama.

Kurang kompaknya, elemen penyelenggara pemilu 2004 menyebabkan penegakan hukum atas

pelanggaran-pelanggaran dalam setiap tahapan pemilu kurang optimal. Biasanya yang dilakukan adalah

penegakan hukum yang berkaitan dengan teknis-administratif, seperti ijasah palsu, salah nama; sedang

pelanggaran yang sifatnya substantif seperti money politic, serangan fajar masih jauh dari jangkauan hukum.

 

 

Kesimpulan :

Pemilu 2004 baik pemilu legislatif maupun pilpres tampaknya sudah memenuhi pemilu yang

demokratis secara prosedural, tetapi secara substansial pemilu 2004 masih menyisakan berbagai persoalan.

Persoalan-persoalan tersebut adalah :

1.      Sistem pemilu proporsional terbuka ternyata belum mampu mengikis elitisme dan oligarkhi partai.

Kondisi ini menyebabkan calon yang terpilih lebih terikat pada partai daripada masyarakat pemilihnya.

Sehingga demokrasi perwakilan yang menggunakan sistem proporsional terbuka ini belum mampu

menciptakan wakil rakyat yang peduli dengan pemilihnya.

Page 17: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

2.      Dalam pilpres, parpol tampaknya belum siap sebagai partai modern yang senantiasa melakukan

fungsi-fungsi artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi politik, sosialisasi politik dan

rekruitmen politik. Yang dilakukan parpol sekarang ini hanya sekedar sebagai “perahu” bagi bakal

calon presiden.

3.      KPU sebagai penyelenggara pemilu yang independen, ternyata membawa cacat bawaan berupa

proses seleksi anggota KPU yang masih mengundang campur tangan politik dan adanya rebutan

kapling antara KPU dan Sekretariat KPU.

4.      Penegakan hukum selama Pemilu 2004 hanya menyentuh persoalan teknis –administratif, sedang

pelanggaran substantif kurang optimal. Kelemahan penegakan hukum ini disebabkan kurang

harmonisnya antara KPU dan Panwas.

11

Page 18: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

BAB 3TANYA JAWAB

PERTANYAAN1. Ridwan kurniawan (kelompok 2)

- Fungsi dan peran partai politik diantaranya : sebagai sarana rekrutmen politik .Tapi mengapa pada umumnya digunakan sebagai objek poltik praktis ?

2. Agung M Firman (kelompok 3)- Apa yang di maksud dengan formal dan non formal ?

3. Kiki Nurcahyo (kelompok 4)- Ada banyak definisi atau pengertian dari partai poltik yang di kemukakan oleh

para ahli. Sebutkan siapa saja para ahli tersebut dan berikan pendapat mereka serta sebutkan pula perbedaannya !

4. Asep Taryana (kelompok 5)- Apakah dampak negatif dari kontak kontak politik ?

5. ……… (kelompok 6)- Apa perbedaan sistem pemilihan mekanis dan sistem pemilihan organis ?

6. Yogi Yustisio (kelompok 7)- Mengapa disebut budaya politik partisipan ?

Jawaban

1. Aries muhamad. terjadi demikian karena orang orang pada saat ini hanya ingin kedudukan nya saja tanpa memikirkan kedepan nya. Dengan kata lain ia hanya ingin memuaskan keinginan pribadinya

2. Achmad aldi. dalam pembahasan ini , yang di maksud dengan formal adalah resmi atau milik pemerintah. Sedangkan non formal berarti tidak resmi atau bukan milik pemerintah.

3. Asep sendi. pengertian partai politik menurut para ahli antara lain :

1. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partai plitik adalah organisasi atau golongan yang berusaha untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan.

Page 19: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

2. Sigmund Neuman, partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan suatu golongan  atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham.3. Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya sehingga penguasaan itu memberikan mamfaat kepada anggota partainya baik bersifat ideal maupun material.

Pada umumnya semua mengarah pada inti yang sama tentang pengertian partai politik, hanya berbeda sudut pandang saja

4. M. Teddy . Dampak negative dari kontak kontak politik antara lain dapat terjadi perselisihan , karena contoh dari kontak politik itu adalah di abaikan partainya, di tipu, dan lain lain.

5. Isun suntana . Sistem Pemilihan Organis : pemilihan yang menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu, seperti halnya kelompok keluarga, kelompok daerah/wilayah, kelompok cendekiawan, buruh, tani, (lapisan sosial), lembaga-lembaga lainnya.  Persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih.

Sistem pemilihan mekanis di tinjau dari rakyat pemilih pada umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu distrik dimana satu daerah pemilihan memilih satu wakil,  proporsional berimbang yaitu satu daerah pemilihan beberapa wakil.

6. Heryono di sebut budaya politik partisipan karena sudah banyak masyarakat yang mau ikut serta dalam kegiatan politik. Dan arti lain dari partisipan itu adalah ikut serta.

13

BAB 4Kesimpulan Budaya Politik

Budaya politik adalah cara individu berpikir, merasa, dan bertindak terhadap sistem politik serta bagian-bagian yang ada di dalamnya, termasuk sikap atas peranan mereka sendiri di dalam sistem politik.

1. Orientasi Kognitif - Pengetahuan atas mekanisme input dan output sistem politik, termasuk pengetahuan atas hak dan kewajiban selaku warganegara.

2. Orientasi Afektif - Perasaan individu terhadap sistem politik, termasuk peran para aktor (politisi) dan lembaga-lembaga politik (partai politik, eksekutif, legislatif, dan yudikatif).

3. Orientasi Evaluatif - Keputusan dan pendapat individu tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai, kriteria informasi dan perasaan, misalnya tampak saat pemilu

Tipe-tipe Budaya Politik

1. Budaya Politik Parokial. 2. Budaya Politik Subyek 3. Budaya Politik Partisipan

Sosialisasi Politik

Page 20: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sistem politik dapat saja berupa input politik, output politik, maupun orang-orang yang menjalankan pemerintahan. Fungsi sosialisasi menurut Rush dan Althoff adalah:

1. Melatih Individu 2. Memelihara Sistem Politik

Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan terdapat 3 cara, yaitu:

1. Imitasi2. Instruksi3. Motivasi

Agen-agen Sosialisasi PolitikDalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Rush dan Althoff menggariskan terdapatnya 5 agen sosialisasi politik yang umum diketahui, yaitu:

1. Keluarga

Sekolah

Page 21: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

Daftar Pustaka

www.google.com www.wikipedia.com www.pemilunews.com www.slideshare.com www.slideshare.net

Page 22: Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)

15