LAPORAN Populasi Dekomposer
Click here to load reader
-
Upload
dawam-suprayogi -
Category
Documents
-
view
631 -
download
28
Transcript of LAPORAN Populasi Dekomposer
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
POPULASI DEKOMPOSER
Dawam Suprayogi, A1C408049
Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi
Abstrak
Praktikum yang berjudul, “Populasi Dekomposer” bertujuan untuk mengetahui
jenis dan jumlah dekomposer yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja
membantu menghancurkan bahan organik. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 4 Desember 2010, pukul 14:00-16.30 WIB. Bertempat di hutan sekitar
UPT Bahasa Univesitas Jambi. Dari praktikum ini praktikan menemukan cacing
berjumlah 51 ekor dengan panjang yang bervariasi. Untuk mengeluarkan cacing
dari tanah digunakan bahan kimia berupa formalin.
Kata Kunci: dekomposer
I. Pendahuluan
Menurut fungsinya, semua makhluk hidup dalam suatu ekosistem dapat
dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer
(Istamar Syamsuri, 2000). Salah satu bagian penting dari jaring makanan apapun
adalah dekomposer, makhluk hidup yang memakan sisa-sisa organisme lain yang
telah mati. Dekomposer (terkadang disebut detritivor) mencakup hewan-hewan
kecil seperti serangga dan cacing tanah, namun tahapan terakhir prosespenguraian
itu dilaksanakan oleh fungi mikroskopik dan bakteri. Satu sentimeter kubik tanah
dapat mengandung lebih dari sepuluh juta organisme-organisme itu (Burnie,
2008).
Menurut Indriyanto (2005), pada prinsipnya rantai makanan dapat
dibedakan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:
1. Rantai pemangsa, yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen
(tumbuhan) ke binatang kecil, kemudian ke binatang besar, dan berakhir
pada binatang paling besar.
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
2. Rantai parasit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme besar
ke organisme kecil.
3. Rantai saprofit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme mati
(bahan organik) ke mikroorganisme atau jasad renik.
Dalam ekosistem dikenal adanya tingkat trofik suatu kelompok organisme.
Menurut Heddy dkk. (1986), tingkat trofik menunjukkan urutan organisme dalam
rantai makanan suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme yang
memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dianggap termasuk ke
dalam tingkat trofik yang sama (Resosoedarmo dkk., 1986; Odum, 1993).
Berdasarkan atas pemahaman tingkat trofik, maka organisme dalam ekosistem
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai
produsen. Semua jenis tumbuhan hijau membentuk tingkat trofik
pertama.
b. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai
herbivora. Semua herbivora (konsumen primer) membentuk tingkat
trofik kedua.
c. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai
karnivora kecil (konsumen sekunder).
d. Tingkat trofik keempat, yaitu semua organisme berstatus sebagai
karnivora besar (karnivora tingkat tinggi).
e. Tingkat trofik kelima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai
perombak (dekomposer dan transformer) atau semua mikroorganisme.
Menurut Suin (1989), estimasi kepadatan populasi cacing tanah memiliki
banyak metoda yang telah dikembangkan dalam rangka mengestimasikannya
antara lain:
a. Metode cairan potassium permanganat
Pertama dilakukan oleh Evans dan Guild tahun 1947. Cairan potassium
permanganate dituangkan ditanah pada luas tertentu. Cairan itu masuk kedalam
tanah sehinga menyababkan cacing tanah keluar. Metoda ini tergantung pada daya
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
penetrasi cairan itu ke dalam tanah. Dengan metoda ini akan didapat hasil yang “
Under Estimate” untuk beberapa jenis cacing tanah.
b. Metode formalin
Metode ini pertama kali ditamukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini
kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah
karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.
Kosentarsi formalin yang digunakan yang disarankan adalah berkisar antara
0,165-0,55% dan sebaiknya 0,27 %. Walaupun demikian tergantung pula pada
keadaan tingkat kekeringan tanah. Untuk membuat formalin dengan kosentrasi
0,55 % maka 25 ml formalin 40 % dicampur dengan air sebanyak 1 gallon (sekitar
4,5).
II. Bahan dan Metode
Praktikum populasi dekomposer ini dilakukan di hutan sekitar UPT Bahasa
Universitas Jambi. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan menyiapkan alat
dan bahan berupa tali rafia, botol spray, gelas air mineral, kamera, pinset, dan
formalin 40%. Untuk menentukan area yang di amati, praktikan membuat plot
yang berukuran 1m × 1m dengan menggunakan tali rafia. Pada plot tersebut
disemprotkan formalin 40% ke tanah dan ditunggu sekitar 15 menit. Setelah 15
menit, di ambil cacing yang keluar ke permukaan tanah dengan menggunakan
pinset dan dimasukkan ke dalam formalin 40%. Setelah cacing mati, diukur
panjang cacing dan ditentukan jenisnya. Setelah ditentukan jenisnya, dihitung
kelimpahan organisme (P), dan jumlah spesiesnya (H) dengan menggunakan
rumus yang sudah tersedia.
III. Hasil dan Pembahasan
Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan mendapatkan cacing dengan jumlah 51
ekor dengan ukuran panjang yang bervariasi. Hasil yang didapat tersebut
merupakan gabungan dari plot 1 sampai plot 4. Data jumlah cacing tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
Tabel 1. Data Populasi Dekomposer Transek Hutan Dekat UPT Bahasa Unja
Jenis
Unit Cuplikan / Ulangan
Jumlah
Individu
1 2 3 4
Panjang (cm) Panjang (cm) Panjang (cm) Panjang (cm)
Janis A 0
Jenis B 3 2,5 2,5 2,1 43
3 2,5 2,5 2,5
3 2,5 3,2 3,5
3 2,5 3,2 4
2,7 2,5
2,8 2,5
3,8 2,5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3,8
3,8
3,8
3,8
3,8
3,8
3,8
4
4
Jenis C 5 4,2 5
4,5
5
5
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
Jenis D 6 5,5 3
6,6
Keterangan:
Jenis A: Cacing dengan panjang ˂ 2 cm
Jenis B: Cacing dengan panjang 2,1 – 4 cm
Jenis C: Cacing dengan panjang 4,1 – 5 cm
Jenis D: Cacing dengan panjang ˃ 5 cm
Dari ulangan 1 didapatkan hasil
Pa = 0
Pb = 1
Pc = 0
Pd = 0
H = 0
Dari ulangan 2 didapatkan hasil
Pa = 0
Pb = 0,9655
Pc = 0,0345
Pd = 0
H = 0,15005
Dari ulangan 3 didapatkan hasil
Pa = 0
Pb = 0,6667
Pc = 0
Pd = 0,3333
H = 0,63649
Dari ulangan 4 didapatkan hasil
Pa = 0
Pb = 0,4444
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
Pc = 0,4444
Pd = 0,1111
H= 0,96497
Jumlah H keseluruhan adalah 1,75151
Menurut Burnie (2008), cacing adalah salah satu jenis dekomposer.
Pemilihan cacing untuk diamati karena cacing memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dekomposer tanah lainnya. Cara pengklasifikasian yang digunakan
adalah dengan mengklasifikasikan cacing berdasarkan panjang tubuhnya. Cacing
yang didapatkan sebagian besar memiliki kepala yang berwarna merah dengan
badan merah muda. Cacing tersebut dikeluarkan dari tanah dengan cara
menyiramkan formalin 40% ke tanah seperti yang dijelaskan Suin (1989).
V. Kesimpulan
Cacing meryupakan salah satu dekomposer yang hidup di dalam tanah.
Dekomposer berperan dalam menguraikan sisa-sisa makhluk hidu yang telah mati.
Sehingga sisa-sisa tersebut tidak terus menumpuk. Jumlah cacing di tanah sangat
banyak dan juga terdapat berbagai macam spesies cacing. Mengingat peranannya
sebagai pengurai, keberadaan cacing di tanah sangat lah penting untuk menjaga
keseimbangan ekosistem.
VI. Daftar Pustaka
Burnie, D. 2008. Ekologi. Erlangga. Jakarta
Heddy S., S.B Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Rajawali.
Jakarta
Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta
Odum, E. HLM. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono
Samingan dari buku Fundamentals of ecology. UGM Press. Yogyakarta
Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, dan A.Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi.
Remadja Rosda Karya. Bandung
Suin, N.M.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
Lampiran
A. Perhitungan Matematis
Kelimpahan Organisme (P)
a. Ulangan 1
b. Ulangan 2
= 0
= 0,9665
= 0,0345
c. Ulangan 3
= 0
= 0,6667
= 0
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
d. Ulangan 4
= 0
= 0,4444
= 0,4444
Jumlah Spesies (H)
∑
a. Ulangan 1
∑
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
b. Ulangan 2
∑
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ( )) ( ( )) ( )
(( ) ( ) ( ) ( ))
( )
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
c. Ulangan 3
∑
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ( )) ( ) ( ( ))
(( ) ( ) ( ) ( ))
( )
d. Ulangan 4
∑
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( )
( ) ( ( )) ( ( ))
( ( ))
(( ) ( ) ( ) ( ))
( )
∑
∑
∑
Praktikum Ekologi Umum, 4 Desember 2010
B. Foto Dokumentasi Praktikum
Foto Cacing Tanah pada Plot 4