Laporan PKL Revisi Print
-
Upload
yusnia-gulfa-maharani -
Category
Documents
-
view
85 -
download
4
Transcript of Laporan PKL Revisi Print
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan menempati posisi penting bagi
pemerintah Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional yaitu tercapainya kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Salah satu upaya tersebut adalah
dengan cara menyediakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang
merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
optimal bagi kesehatan masyarakat.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu kepada menyarakat yang sekaligus
merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat sehingga
puskesmas mempunyai fungsi melaksanakan tugas teknis serta tugas
administrasi. Kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas sangat
tinggi sehingga dibutuhkan upaya dari puskesmas untuk memberikan
pelayanan terbaik, profesional kepada seluruh masyarakat tanpa membeda-
bedakan status ekonomi dan golongan.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.32
Tahun 1996 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan tenaga kesehatan ialah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan,
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II Jurusan Farmasi adalah salah
satu instansi pendidikan dibawah naungan Departemen Kesehatan yang
menyiapkan tenaga kesehatan dengan menyelenggarakan pendidikan untuk
menghasilkan tenaga farmasi tingkat madya yang mampu bekerja, terampil
dan terlatih serta dapat mengembangkan diri sebagai tenaga kesehatan yang
profesional yang dapat menunjang upaya pembangunan kesehatan.
Untuk mendapatkan tenaga tingkat ahli madya di bidang farmasi, maka
proses penyelenggaraan pendidikan perlu ditingkatkan salah satunya adalah
memberikan pengalaman kerja kepada peserta didik melalui praktik kerja
lapangan (PKL) yang dilaksanakan di pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas), dengan demikian diharapkan mahasiswa lebih terampil dan
terlatih dalam pelayanan kesehatan serta berperan dalam pembangunan
kesehatan.
A. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan laporan ini terdiri dari tujuan umum dan khusus, yaitu :
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memahami teknik
pengelolaan barang-barang farmasi, terutama obat-obatan dan cara
pelayanan di Puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa menjadi terampil dalam membaca resep dokter dan
mengerjakan resep.
b. Mahasiswa menjadi terampil dan mengetahui seluk beluk kegiatan
pelayanan di Puskesmas.
c. Melatih mahasiswa untuk dapat berinteraksi dengan pasien dan
tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas secara langsung.
d. Melatih mahasiswa untuk mengingat obat-obat yang sesuai dengan
indikasinya. Melatih mahasiswa untuk memahami alur penerimaan
dan pengeluaran obat-obat di Puskesmas.
3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Dapat mengetahui secara jelas kegiatan kefarmasian yang telah
dilaksanakan di Puskesmas.
b. Dapat menerapkan ilmu kefarmasian yang di dapat secara teori
untuk dipraktekkan di puskesmas.
c. Memberikan pengalaman untuk melayani pasien secara langsung
sehingga memudahkan nantinya mahasiswa untuk bekerja setelah
lulus.
2. Bagi Pihak Akademik
a.Dapat menjadi tambahan kepustakaan sehingga dapat menambah
wawasan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan di Puskesmas.
b. Memberikan pengetahuan yang baru dalam mempelajari
kegiatan kefarmasian secara praktek.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan ini membahas tentang pelaksanaan
kegiatan kefarmasian di Puskesmas kecamatan Cipayung dan kelurahan
Lubang Buaya.
5. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan teori-teori
ilmiah dari berbagai sumber, menganalisa dan menarik kesimpulan yang
kemudian disajikan dalam bentuk naratif.
Adapun data untuk penulisan laporan ini diperoleh dari :
a. Wawancara dengan petugas obat di Puskesmas kecamatan Cipayung dan
Puskesmas kelurahan Lubang Buaya.
b. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan bahan-bahan materi dengan
membaca, mempelajari buku-buku diklat dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam laporan ini.
BAB II
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS KECAMATAN CIPAYUNG
1. Profil Puskesmas Kecamatan Cipayung
Puskesmas Kecamatan Cipayung berdiri pada tahun 1990 dan merupakan
pemekaran dari Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, pemekaran dilakukan karena
padatnya jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung.
Puskesmas Kecamatan Cipayung pertama kali beralamat di jalan Taman
Mini III Bambu Apus dan tahun 1994 pindah ke Jalan Monumen Pancasila No. 51
Lubang Buaya hingga sekarang.
Puskesmas Kecamatan Cipayung membawahi 10 kelurahan yaitu Kelurahan
Lubang Buaya, Kelurahan Setu, Kelurahan Cipayung, Kelurahan Munjul,
Kelurahan Bambu Apus 1 dan 2, Kelurahan Pondok Ranggon 1 dan 2. Dengan
membawahi 56 RW dan 493 RT sedangkan jumlah penduduk 132.324 jiwa,
terdiri dari laki-laki 70.893 orang dan perempuan 61.931 orang.
Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung semenjak berdiri sampai dengan
sekarang telah berganti sebanyak 5 kali :
1. Dr. Hakim Siregar
2. Dr. Suliandini
3. Dr. Hj. Yenuarti. A.
4. Dr. Angliana
5. Dr. Hj. Herindiati, MKK
Pasca pemekaran wilayah di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo gedung
Puskesmas Kecamatan Cipayung baru kali mengalami renovasi yaitu pada tahun
2001, belum renovasi ulang sampasi sekarang.
2. Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cipayung
1. Visi Puskesmas Kecamatan Cipayung
Pelayanan prima menuju Kecamatan Cipayung sehat 2010
2. Misi Puskesmas Kecamatan Cipayung
a. Meningkatkan kualitas pelayanan sesuai standar mutu
b. Mengembangkan SDM yang professional
c. Meningkatkan sistem manajemen puskesmas
d. Mengembangkan kemandirian masyarakat di dalam bidang
kesehatan
3. Kebijakan Mutu
Memberikan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada
peningkatan pelanggan serta secara terus menerus melakukan
peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan sistem manajemen mutu
ISO 9001-2001.
a. Tugas Pokok
Melaksanakan pelayanan, pembinaan dan pengembangan dalam
upaya peningkatan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna
di wilayah kerja.
b. Fungsi
1. Pelayanan : KIA, KB, gizi, pengobatan, UPGK, UKS,
laboratorium, kesehatan jiwa, kesehatan mata, pencegahan dan
pemberantasan penyakit (P2P), imunisasi,kesling, PKM,
kesehatan remaja, pencatatan dan pelaporan.
2. Pembinaan : Peranan serta masyarakat, koordinasi, rujukan
medik, bantuan sarana, bimbingan teknis untuk pelayanan
kesehatan swasta dan kader kesehatan.
3. Pembangunan terhadap kader pembangunan bidang kesehatan
dan kegiatan swadaya masyarakat.
4. Data Demografi Kecamatan Cipayung
a. Luas wilayah Kecamatan Cipayung
Luas wilayah 2.735,25 Ha yang terdiri dari 8 Kelurahan
dengan 56 RW dan 493 RT. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut :
No Kelurahan RW RT Luas (Ha)
1 Lubang Buaya 12 113 372,20
2 Setu 6 41 362,60
3 Bambu Apus 5 65 308,50
4 Ceger 5 39 316,12
5 Cipayung 8 58 308,12
6 Cilangkap 6 41 430,46
7 Munjul 8 74 190,30
8 Pondok Ranggon 6 62 446,95
Jumlah 56 493 2,735,25
b. Batas wilayah Kecamatan Cipayung
Utara: Jalan pintu I bagian barat tembok TMII, Jalan
pintu II bagian timur TMII, dan Jalan Raya Pondok Gede
Bekasi.
Selatan : Patok batas daerah khusus DKI Jakarta dan Jawa
Barat (patok nomor 148 s/d nomor 165)
Barat: Jalan Raya Tol Jagorawi – Kecamatan Ciracas
Timur : Kali Sunter (pilar batas nomor 125 s/d nomor
148)
5. Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Cipayung adalah 132.324 jiwa.
Adapun rincian jumlah penduduk adalah sebagai berikut :
No Kelurahan Jumlah Penduduk
Lelaki Wanita KK
1 Lubang Buaya 36.617 20.000 16.617 6.7952 Setu 10.414 5.534 4.880 2.5003 Bambu Apus 15.370 8.273 7.097 4.1014 Ceger 14.473 843 6.630 4.0605 Cipayung 12.706 6.621 6.085 3.9686 Cilangkap 11.709 6.389 5.320 2.9247 Munjul 14.860 425 7.435 4.0258 Pondok Ranggon 16.175 8.308 5.320 3.794
Jumlah 132.324 70.893 61.931 32.167
Jumlah keluarga miskin uang ada di Kecamatan Cipayung adalah
sebagai berikut.
No Kelurahan KK Miskin
JiwaMiskin
Kartu JPK GakinKK Jiwa
1 Lubang Buaya 910 3.687 853 3.4712 Setu 155 507 382 4413 Bambu Apus 176 691 172 6704 Ceger 206 733 197 7035 Cipayung 193 822 183 786
6 Cilangkap 368 1.334 362 1.3147 Munjul 287 1.005 270 9408 Pondok Ranggon I 119 387 110 3749 Pondok Ranggon II 204 512 169 38310 Munjul 383 1.346 351 1.179
Jumlah 3001 11.024 2.806 10.268
6. Sumber Daya Manusia
Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Cipayung secara
keseluruhan ada 53 orang dengan rincian sebagai berikut :
No Sub sie Jumlah1 Dokter Umum 62 Dokter Gigi 43 Perawat 184 Perawat gigi 35 Apoteker 16 Asisten apoteker 37 Bidan 58 Gizi 39 Lab 210 TU 311 SPK 312 Kesling 2
Jumlah 53
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Kecamatan
Cipayung adalah sebanyak 155 orang dengan rincian sebagai berikut:
No Puskesmas PNS Kontrak Total1 Kecamatan 45 11 562 Lubang Buaya 9 3 123 Setu 6 2 84 Bambu Apus I 15 4 195 Bambu Apus II 6 2 86 Ceger 8 3 117 Cipayung 8 4 128 Cilangkap 6 3 99 Pondok Ranggon I 2 2 2010 Pondok Ranggon II 4 2 611 Munjul 17 3 2012 UGD 24 jam 0 6 6
Jumlah 156 45 177
1. Susunan Organisasi Puskesmas Kecamatan Cipayung
1) Kepala Puskesmas : Dr. Hj. Herindiati, MKK
2) Sub Bagian dan Manajemen Representatif
a) Sub Bagian Keuangan : Susiyati
b) Sub Bagian Tata Usaha : Rujianto
c) Manajemen Representatif : Drg. Lita Pratiwi
3) Unit Pelayanan Kesehatan (Yankes)
a) Yankes Dasar : Dr. Hj. Eliza Rachmi
b) Yankes Tradisional : H. Arnowidjaja
c) Yankes Farmasi : Dra. Zulma Awida, Apt
d) Sadar dan Bencana : Andi Rustandil
4) Unit Kesehatan Masyarakat (Kesmas)
a) Penyakit Menular : Dr. Rocky Pardede
b) Penyakit Tidak Menular : Dr. Endang Dwi Murti
c) Penyehatan Lingkungan dan Kerja : Asmawati
d) Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat : Sri Winarti
e) Kesehatan Jiwa Masyarakat dan Napza : Ratna Tambunan
5) Kepala puskesmas kelurahan (10 Puskesmas Kelurahan)
2. Fasilitas Kesehatan
1) Fasilitas kesehatan pemerintah
No Fasilitas Jumlah1 Puskemas kecamatan 1 buah2 Puskesmas kelurahan 10 buah3 Rumah bersalin 1 buah
2) Fasilitas kesehatan swasta
No Fasilitas Jumlah
1 BP/Poliklinik 18
2 Spesialis anak 3
3 Dokter kandungan 1
4 Spesialis THT 1
5 Dokter umum 18
6 Dokter 24 jam 10
7 Dokter gigi 5
8 Bidan praktek 39
9 Apotik 6
10 Optik 1
11 Laboratorium 2
12 Toko obat 2
13 Tukang gigi 5
14 Klinik rontgen 1
3. Data Khusus
1) Data Panti
No. Nama PantiJenis Kelamin Jumlah
PenghuniPria Wanita1. Panti Balita 49 7 562. Panti Werdha 25 64 893. Panti Laras II 121 157 2784. Panti Larasa IV 135 165 3005. Panti Bina Daksa 11 12 236. Panti Bina Insan 29 20 497. Panti PSBR 65 74 1398. Panti Putra 04 81 - 819. Panti Asoqofah 37 40 7710. Panti Tuna Wicara Melati 40 29 6911. Panti Handayani 125 - 12512. Panti Rehabilitasi Anak Jalanan 100 35 135
2) Data Darbin
No. Lokasi Jumlah KK Tahun Didirikan
1. Kel. Lubang Buaya 2 RW 200 KK 2003 – 2004
2. Kel. Cilangkap 1 RW 100 KK 2006
3. Kel. Pondok Ranggon 1 RW 100 KK 2004
4. Kel. Setu 100 KK 2004
3) Data Karang Werdha
Dikunjungi 1 kali dalam 1 bulan
1. RW 01 Kelurahan Cipayung
2. RW 03 Kelurahan Cipayung
4. Kegiatan Kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Cipayung
1) Perencanaan Obat di Puskesmas
Perencanaan suatu perbekalan kesehatan merupakan suatu proses kegiatan
untuk menentukan jumlah kebutuhan dalam rangka pemenuhan kebutuhan di
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan lainnya dilaksanakan
berdasarkan jumlah kunjungan. Data pengeluaran tahun sebelumnya dan kejadian
luar biasa yang terjadi pada masing-masing pelayanan kesehatan yang ada di
Puskesmas Kelurahan dan puskesmas Kecamatan.
Tujuan dari perencanaan adalah untuk mendapatkan :
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Untuk memenuhi jumlah kebutuhan obat yang diperlukan, setiap puskesmas
harus membuat perencanaannya sendiri mengenai jumlah dan macam obat yang
dibutuhkan dalam watu satu tahun berdasarkan data jumlah penggunaan pada
periode lalu dan jumlah permintaan obat. Laporan dari tiap-tiap puskesmas
kelurahan tersebut lalu dikirim ke puskesmas kecamatan. Puskesmas kecamatan
membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang
diajukan oleh kepala puskemas kepada Kepala Dinas Kesehatan.
2) Pengadaan Obat di Puskesmas
Pengadaan obat dan alat kesehatan merupakan suatu proses permintaan dan
pengiriman obat untuk memenuhi permintaan obat di puskesmas dengan tujuan :
a. Memperoleh obat dan alat kesehatan dengan jenis dan jumlah yang tepat.
b. Mendapatkan obat dan alat kesehatan dengan mutu yang baik.
c. Menjamin penyimpanan obat dan alat kesehatan yang cepat dan tepat
waktu.
d. Mencegah penumpukan dan/atau kekurangan obat yang berlebihan.
Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan melalui pembelian secara PBF
pemenang lelang akan mendistribusikan perbekalan kesehatan ke gudang
obat kecamatan untuk selanjutnya didistribusikan ke puskesmas-puskesmas
kelurahan.
Obat-obat yang diperkenankan untuk disediakan di puskesmas tingkat
kecamatan maupun tingkat kelurahan adalah obat esensial yang jenis dan itemnya
ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar
Obat Esensial Nasional yang sebagian besar terdiri dari obat-obat generik berlogo.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan tentang pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diperkenankan untuk melakukan
penyediaan adalah tenaga apoteker. Untuk itu puskesmas tidak diperkenankan
melakukan pengadaan obat secara sendiri-sendiri.
3) Penerimaan Obat di Puskesmas
Penerimaan merupakan kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari Unit Pengelola yang lebih tinggi kepada Unit Pengelola
dibawahnya. Tujuan dari penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan ke puskesmas.
Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat
yang diserahkan. Pengecekan yang dilakukan mencakup jumlah kemasan,
kadaluarsa obat, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan yang harus sesuai dengan
dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima atau diketahui oleh
kepala puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, petugas penerima dapat
mengajukan keberatan jika terdapat kekurangan. Petugas penerima obat wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap
penambahan obat-obatan dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan
kartu stock.
4) Penyimpanan obat di Puskesmas
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin.
Tujuan dari penyimpanan adalah :
a. Memelihara mutu.
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
c. Menjaga kelangsungan persediaan.
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Cara penyimpanan obat dan alat kesehatan habis pakai digudang antara lain :
a. Menyimpan semua obat yang disusun secara alphabetis dan menurut bentuk
sediaan (tablet, cairan, salep/krim dan injeksi).
b. Mencatat penambahan dan pengeluaran obat di kartu stock.
c. Mengamati obat dari waktu ke waktu apabila ada perubahan fisik maupun
kimia.
d. Menginformasikan obat-obat rusak dan kadaluarsa.
5) Distribusi Obat di Puskesmas
Pengeluaran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain :
a. Sub Unit Pelayanan Kesehatan di lingkungan puskesmas (kamar obat,
laboratorium).
b. Puskesmas Kelurahan.
c. Puskesmas Keliling.
d. Posyandu.
Tujuan dari distrbusi adalah untuk memenuhi kebutuhan sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat
waktu. Kegiatan distribusi meliputi :
a. Menentukan frekuensi distribusi yang perlu mempertimbangkan jarak sub
unit pelayanan serta biaya distribusi yang tersedia.
b. Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan.
c. Penyerahan obat, yaitu dengan cara menyerahkan/mengirimkan obat dari
gudang obat dan diterima di unit pelayanan.
6) Pencatatan dan Pelaporan Obat di Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas sangat penting, karena
pencatatan dan pelaporan tersebut memiliki tujuan sebagai :
a) Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.
b) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendaliaan.
c) Sumber data untuk pembuatan laporan.
Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas
dan/atau unit pelayanan lainnya.
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas
adalah LPLPO dan karttu stock. LPLPO yang dibuat petugas puskesmas harus
tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan
baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan obat,
pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan suatu pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjaannya dalam bentuk kegiatan pokok.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab Puskesmas
Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya, yang dibagi
berdasarkan :
1) Wilayah Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan dan sebagian dari
kelurahan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi
dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan
dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II,
sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati
KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor Kesehatan Kabupaten
atau Kodya yang telah disetujui Kepala Kantor wilayah Departemen
Kesehatan.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata – rata
20.000 penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan
pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan
jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bisa
meliputi satu kelurahan. Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga fungsi koordinasi.
2) Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah
kesehatan yang meliputi pelayanan Kuratif (pengobatan), Preventif
(upaya pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan) serta
Rehabilitasi (pemulihan kesehatan).
Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis
kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan
sampai tutup usia.
3) Pelayanan Kesehatan Terintegrasi (Terpadu)
Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam suatu
kecamatan terdiri dari Balai pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan
Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit
Menular dan Sebagainya. Usaha – usaha tersebut masing – masing
bekerja sendiri dan langsung melaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Tingkat II.
Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu mengenai apa yang
terjadi di BKIA, begitu juga petugas BKIA tidak mengetahui apa yang
dilakukan oleh petugas Hygiene Sanitas dan sebaliknya.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan malalui Pusat
Pelayanan Kesehatan (Puskesmas), maka berbagai kegiatan pokok
puskesmas dilaksanakan bersama dibawah koordinasi dan satu
pimpinan.
Kedudukan Puskesmas
Puskesmas memiliki kedudukan yang terdiri dari :
1) Kedudukan Secara Administratif
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II
dan bertanggung jawab langsung baik secara teknis maupun
administratif kepada Kepala Dinas Tingkat II.
2) Kedudukan Dalam Hirarki Pelayanan Kesehatan
Dalam urutan hirarki pelayanan kesehatan, puskesmas
berkedudukan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pertama.
Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki fungsi antara lain :
1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat wilayah kerjanya.
Kegiatan Pokok
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda –
beda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan akan berbeda pula.
Namun demikian, kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak memiliki tujuan, yaitu :
a) Meningkatkan kesehatan ibu setinggi – tingginya pada waktu
mengandung, bersalin dan menyusui.
b) Meningkatkan kesehatan anak setinggi – tingginya terutama dalam hal
gizi yang baik dan sejauh – jauhnya mencegah mereka dari terkena
penyakit menular.
c) Meningkatkan kesehatan keluarga, memberikan nasihat tentang
menjarangkan dan membatasi kelahiran upaya kesejahteraan keluarga
terjamin.
d) Adapun kegiatan antara lain :
1. Memberikan pemeliharaan kesehatan para ibu yang mengandung,
bersalin, menyusui dan kepada anak – anak pra sekolah.
2. Memberikan vaksinasi untuk kekebalan tubuh pada ibu, anak dan
calon ibu.
3. Memberikan nasehat tentang makanan untuk mencegah timbulnya
gizi yang buruk karena kekurangan protein dan kalori atau zat
makanan yang lain.
4. Memberikan pengobatan kepada ibu dan anak – anak pra sekolah
dalam kesakitan yang tidak berat.
2) Program Keluarga Berencana
Tujuan diadakannya program Keluarga Berencana, yaitu :
a) Meningkatkan kesehatan keluarga melalui menjarangnya kelahiran dan
membatasi keluarga bila dikehendaki.
b) Mencapai taraf hidup yang baik dan mengurangi angka kelahiran dalam
masyarakat yang dilayani dan dalam negara sebagai keseluruhan
Adapun kegiatannnya antara lain :
a) Mengadakan kursus KB pada ibu dan calon ibu.
b) Mengadakan kursus KB untuk para dukun, yang kemudian akan bekerja
sebagai penggerak calon peserta KB.
c) Memberikan pelayanan kontrasepsi.
d) Melanjutkan mengamati mereka yang menggunakan sarana pencegahan
kehamilan.
3) Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi merupakan usaha atau kegiatan masyarakat dan
keluarga dalam memperbaiki gizi yang dilaksanakan oleh petugas sebagai
pembimbing dan pembina yang merupakan bagian intergral kehidupan dan
pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tujuan
peroram perbaikan gizi adalah mempertinggi gizi masyarakat.
Adapun kegiatannya antara lain :
a) Mengenali penderita – penderita kekurangan gizi dan mengobatinya.
b) Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan perbaikan
gizi.
c) Memberikan perbaikan pada masyarakat dan secara perorangan kepada
mereka yang membutuhkan, terutama dalam pengobatan KIA.
4) Peningkatan Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih
Tujuan dari kegiatan ini adalah terkendalinya semua unsur fisik dan
lingkungan yang terdapat di masyarakat yang memberikan pengaruh buruk
terhadap kesehatan dengan meningkatkan mutu lingkungan hidup agar
tercapai derajat kesehatan yang optimal. Adapun kegiatannya antara lain :
a) Penyehatan air bersih.
b) Pengawasan sanitasi tempat umum.
c) Penyehatan lingkungan dan makanan atau minuman.
5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mengurangi insiden atau
peristiwa sakit menular sampai tingkat yang serendah – rendahnya dan
untuk mencegah atau membatasi epidemik sehingga angka kesaktian dan
kematian dapat dikurangi.
Adapun kegiatannya antara lain :
a) Pemberantasan penyakit malaria
Mencari penderita atau tersangka pasif, termasuk memeriksa sediaan
darah dan pengobatannya
b) Tuberkolosis dan Kusta
Mencari penderita secara pasif dan aktif dengan cara digabungkan,
termasuk pemeriksaan bahan sedemikian dengan mikroskop.
c) Penyakit kulit dan kelamin
Pencarian secara aktif dan pasif serta pengobatan.
d) Penyakit demam berdarah
6) Upaya Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan
Upaya pengobatan adalah pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
menghentikan proses perjalanan suatu penyakit pada seseorang, sehingga
penderitanya dapat hilang.
Adapun kegiatannya antara lain :
a) Melakukan diagnosa sedini mungkin
a) Mendapatkan pemeriksaan badan laboratorium
b) Mengadakan pemeriksaan badan laboratorium
c) Membuat diagnosa
d) Melaksanakan tindakan pengobatan
b) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan dapat berbentuk
rujukan diagnostic dan rujukan pengobatan atau rehabilitasi.
7) Peningkatan Usaha Kesehatan
Program ini bertujuan memberikan pengobatan dan perawatan pada
tingkat yang setinggi – tingginya kepada semua orang yang memerlukan
dengan jalan membuat diagnosa yang diinginkan, mengadakan rehabilitasi.
Serta meringankan penyakit penderita.
8) Peningkatan Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan dalam rangka pembinaan kesehatan anak usia sekolah,
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik
maupun mental.
Adapun kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) antara lain:
a) pendidikan kesehatan
b) pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah.
9) Peningkatan Kesehatan Olahraga
Program ini bertujuan untuk menunjang upaya peningkatan derajat
kesehatan dan kualitas hidup melalui latihan fisik. Adapun kegiatannya
antara lain:
a) Pemeriksaan berkala.
b) Pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi.
c) Pengawasan selama pemusatan latihan.
10) Upaya penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kesehatan dan
desempatan yang berlandaskan prinsip dan relajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu berbagai caranya melakukan apa yang harus
dilakukan secara perorangan ataupun kelompok dan meminta pertolongan
bila perlu.
Tujuan diadakan kegiatan ini adalah tercapainya perubahan perilaku
individu , keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Adapun kegiatannya antara lain
memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di puskesmas dan
wilayah kerja puskesmas dan penyuluhan di masyarakat (di luar gedung
puskesmas).
11) Peningkatan Upaya Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja merupakan kegiatan pokok puskesmas yang
ditunjukan terutama pada masyarakat informal di wilayah kerja puskesmas
dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan.
Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan
tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan
status kesehatan dan aktifnya peningkatan produktifitas kerja melalui upaya
kesehatan kerja.
12) Kesehatan Gigi dan Mulut
Merupakan kesehatan gigi dasar, yang ditunjukan pada individu keluarga
dan masyarakat kerja puskesmas dengan prioritas diberikan lepada
perawatan gigi darurat.
Tujuan kegiatan ini adalah :
a) Mempertinggi kesadaran dan penghargaan masyarakat umum terhadap
pentingnya kesehatan gigi itu.
b) Menghilangkan atau mengurangi bahaya terhadap kerusakan gigi.
Adapun kegiatannya antara lain :
a) Merencanakan kesadaran dan menilai program kesehatan gigi.
b) Meningkatkan kesadaran kesehatan gigi dalam masyarakat umum
c) Memerikan pereawatan gigi keada ibu hamil yang dikirimkan oleh
posyandu/puskesmas keliling.
13) Peningkatan Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu kesehatan yang memungkinkan
perkembangan seseorang baik secara fisik maupun emosi dan intelektualitas
hingga ia dapat bergaul dengan baik kepada orang lain atau masyarakat.
Kegiatan ini bertujuan untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa setinggi –
tingginya dalam masyarakat.
Adapun kegiatannya antara lain :
a) Mengenal penderita yang memerlukan bantuan psikiatrik, memberikan
pertolongan psikiatrik pertama dan merencanakan pengobatannya atau
mengurus pengirimnya bila perlu.
b) Memberikan pendidikan kesehatan kepada penduduk tentang kesehatan
jiwa dalam penerapannya dengan baik.
c) Memberikan perawatan lanjutan dan bantuan kepada penderita yang
kembali dalam masyarakat sesudah di Rumah Sakit Jiwa.
14) Peningkatan Kesehatan Mata
Peningkatan kesehatan mata adalah upaya kesehatan mata atau
pencegahan kebutaan yang dilaksanakan di tingkat puskesmas secara khusus
atau terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan puskesmas dengan dukungan dan peran serta masyarakat
yang ditujukan untuk individu, keluarga, masyarakat dengan penghasilan
rendah, khususnya kelompok rendah tanpa mengabaikan kelompok lainnya.
Adapun kegiatannya antara lain penyuluhan kesehatan mata,
pemeriksaan khusus dan rujukan ke rumah sakit setempat, menjaring katarak
dari pasien yang tidak mampu.
15) Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan
adalah proses dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk
swasta :
a) Mengambil tanggung jawab atas kesehatan sendiri, keluarga dan
masyarakat.
b) Mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan
masyarakat.
c) Menjadi perilaku kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan, berdasarkan azas kemandirian dan
kebersamaan.
Tujuan umum pembinaan peran serta masyarakat adalah meningkatkan
jumlah dan mutu upaya masyarakat di bidang kesehatan.
16) Pelayanan Laboratorium Sederhana Dasar Puskesmas
Pelayanan laboratorium sederhana dasar puskesmas adalah pelayanan
dasar esensial di bidang laboratorium kesehatan, yang diperlukan di tingkat
puskesmas. Pelayanan kesehatan tersebut mendukung mutu upaya pelayanan
di puskesmas dengan menggunakan teknologi yang disesuaikan menurut
kondisi dan kebutuhan di tingkat puskesmas.
Tujuan diselenggarakan laboratorium kesehatan secara efisien an efektif
adalah mendukung monitoring terapi dalam rangka penyembuhan.
17) Pencatatan dan Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan
Kegiatan ini bertujuan menigkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
terlaksananya sistem administrasi serta manajemen yang baik mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengarahan dan
pembiayaan.
18) Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas adalah upaya kesehatan
paripurna di bidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan secara khusus
atau umum yang terintegrasi dalam kegiatan pokok puskesmas lainnya.
Yang termasuk pasien geriatrik atau usia lanjut :
a) Pasien dengan usia 55 – 70 tahun yang mengalami lebih dari satu
kondisi patologik.
b) Pasien dengan usia lebih dari 70 tahun walaupun hanya dengan satu
kondisi.
Tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut
untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam
strata kemasyarakatan untuk mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang
optimal
19) Peningkatan Kesehatan Remaja
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan stamina dalam melakukan
aktifitas yang begitu banyak, serta mencegah timbulnya berbagai macam
penyakit di masa yang akan datang.
20) Pembinaan Pengobatan Tradisional
Kegiatan ini bertujuan memberikan pembinaan bagi pengobatan
tradisional yang berkembang di masyarakat sebagai upaya memperoleh
kesehatan optimal.
ii. Fasilitas Penunjang Puskesmas
Agar jangkauan pelayanan kesehatan puskesmas lebih merata dan
meluas, puskesmas perlu memiliki fasilitas penunjang yang terdiri dari :
1) Puskesmas Keliling
Puskesmas keliling adalah unit pelayanan kesehatan yang dilengkapi
dengan kendaraan roda empat atau perahu bermotor dan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga pelayanan kesehatan
yang berasal dari puskesmas.
Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan – kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Kegiatan puskesmas keliling antara lain :
a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil
yang terjangkau oleh pelayanan puskesmas atau puskesmas pembantu, 4
hari dalam satu minggu.
b) Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa.
c) Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita dalam rangka
rujukan bagi kasus gawat darurat.
d) Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio
visual.
2) Posyandu
Posyandu merupakan salah satu fasilitas penunjang kesehatan yang
memiliki kegiatan utama yaitu tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan
program Keluarga Berencana (KB). Adapun sasaran kegiatan posyandu ini
adalah para ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir, anak – anak pra
sekolah (balita), serta wanita usia subur.
Posyandu berada di tempat yang mudah didatangi dan ditentukan oleh
masyarakat, misalnya rumah penduduk, balai desa, RT/RW atau tempat lain.
Pelaksanaan posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader
kesehatan keluarga dibantu oleh seorang lurah dan lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD). Penyelenggaraan diaksanakan oleh kader –
kader terlatih yang berasal dari PKK dan tokoh masyarakat yang telah
dibimbing oleh tim Pembina LKMD tingkat kecamatan.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
KECAMATAN CIPAYUNG
Dalam melaksanakan kegiatan kefarmasian pada Praktek Kerja Lapangan di
Puskesmas Kecamatan Cipayung, mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Depkes
Jakarta II yang berjumlah empat orang ditempatkan di Puskesmas Kecamatan
Cipayung dan Puskesmas Kelurahan Lubang Buaya dengan pembagian masing-
masing dua orang di tiap puskesmas.
A. Puskesmas Kecamatan Cipayung
Pelayanan obat di Puskesmas Kecamatan Cipayung dilaksanakan di
Apotek Puskesmas tersebut. Tenaga kerja yang ada di Apotek Puskesmas
Kecamatan Cipayung terdiri dari seorang apoteker dan dua orang asisten
apoteker.
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan peserta Praktek Kerja Lapangan
Jurusan Farmasi Poltekkes Depkes Jakarta II di Puskesmas Kecamatan
Cipayung meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Penyiapan obat
Penyiapan obat dilakukan sesaat setelah petugas apotek tiba di apotek atau
diwaktu lenggang bila memang diperlukan. Penyiapan obat dimulai dengan
mengemas obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter di puskesmas ke
dalam kantong plastik sebanyak enam atau sembilan tablet. Penyiapan obat
seperti ini dimaksudkan untuk memudahkan dan mempercepat waktu
pengerjaan resep nantinya.
2) Penataan ruang pelayanan obat
Tempat pelayanan obat/apotek di Puskesmas Kecamatan Cipayung
tidaklah memiliki tempat yang cukup luas. Untuk itu ruangan perlu ditata
sedemikian rupa untuk memudahkan kegiatan pelayan obat. Penataan obat
dilakukan dengan memisahkan dan menempatkan obat-obat sesuai dengan
bentuk sediaannya, yaitu dengan menempatkan sediaan tablet pada rak-rak
kecil, sirop/cairan pada rak besar, salep dan obat tetes pada kotak-kotak
kecil terpisah. Penataan juga dilakukan pada loket/tempat resep dan meja
pengerjaan resep sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam
pengerjaan resep.
3) Penerimaan obat
Penerimaan obat dilakukan terhadap obat yang datang dari gudang induk
Puskesmas Cipayung di Bambu Apus. Dilakukan pengecekan terhadap
kesesuaian nama dan jumlah obat.
4) Penyimpanan obat
Tempat penyimpanan obat di Apotek Puskesmas Kecamatan Cipayung
yaitu berupa lemari tertutup untuk sediaan padat dan rak besar untuk sediaan
cair. Obat yang disimpan pada lemari tertutup ditempatkan secara
alphabetis.
5) Distribusi obat
Pendistribusian obat dilakukan ke panti yang ada disekitar puskesmas.
Kegiatan dilakukan setelah petugas mempersiapkan obat yang diperlukan di
tempat tersebut. Persiapan tersebut dilakukan pada pagi hari.
6) Pencatatan obat
Pencatatan dilakukan untuk setiap obat yang masuk maupun keluar dari
tempat penyimpanan. Media pencatatan berupa kartu stock yang wajib diisi
untuk setiap obat yang masuk atau keluar.
7) Pelayanan obat
Pelayanan obat berupa pengerjaan resep pasien dimulai dengan
penerimaan resep dari pasien baik secara langsung maupun dari kotak resep
yang telah disediakan untuk meletakkan resep pasien. Setelah menerima
resep, petugas apotek melakukan pengecekan terhadap kelengkapan resep,
diantaranya tanggal penulisan resep, nama dan umur pasien, nama obat,
dosis, dan signa atau aturan pakai dari resep tersebut. Selanjutnya petugas
memberi penomoran untuk setiap lembar resep dan membuat etiket untuk
setiap obat yang diresepkan.
Resep dan etiket kemudian diberikan kepada petugas pengambilan obat
untuk dipersiapkan. Untuk resep obat non racikan, obat yang telah
dipersiapkan tersebut langsung dikemas kedalam kantong kecil bersama
dengan etiketnya. Sedangkan untuk resep obat racikan, obat yang telah
disiapkan/diambil, digerus dan dibungkus untuk kemudian dikemas bersama
etiketnya. Obat yang telah dikemas rapih kemudian disatukan dan
diserahkan kepada petugas penyerahan.
Petugas penyerahan bertugas untuk mengecek obat untuk terakhir kalinya
mengenai kesesuaian obat yang akan diberikan dengan yang ada diresep.
Pengecekan meliputi nama dan umur pasien, jenis dan jumlah obat. Petugas
penyerahan juga harus memastikan bahwa obat diterima oleh orang yang
bersangkutan dengan menanyakan nama dan umur penerima obat. Bila
memang perlu dan memungkinkan, petugas harus memberikan keterangan
mengenai waktu penggunaan dan/atau cara penggunaan obat. Penyerahan
obat dilakukan melalui loket penyerahan.
B. Puskesmas Kelurahan Lubang Buaya
Pelayanan obat di Puskesmas Kelurahan Lubang Buaya dilaksanakan di
Kamar Obat Puskesmas tersebut. Tenaga kerja yang ada di Kamar Obat
Puskesmas Kelurahan Lubang Buaya terdiri dari tiga orang petugas apotek.
Kegiatan kefarmasian yang dilakukan peserta Praktek Kerja Lapangan
Jurusan Farmasi Poltekkes Depkes Jakarta II di Puskesmas Kelurahan
Lubang Buaya meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Penyiapan obat
Penyiapan obat dilakukan sesaat setelah petugas apotek tiba di
apotek atau diwaktu lenggang bila memang diperlukan. Penyiapan obat
dimulai dengan mengemas obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter
di puskesmas ke dalam kantong plastik sebanyak enam atau sembilan
tablet. Penyiapan obat seperti ini dimaksudkan untuk memudahkan dan
mempercepat waktu pengerjaan resep nantinya.
2. Penataan ruang pelayanan obat
Tempat pelayanan obat/apotek di Puskesmas Kecamatan Cipayung
tidaklah memiliki tempat yang cukup luas. Untuk itu ruangan perlu
ditata sedemikian rupa untuk memudahkan kegiatan pelayan obat.
Penataan obat dilakukan dengan memisahkan dan menempatkan obat-
obat sesuai dengan bentuk sediaannya, yaitu dengan menempatkan
sediaan tablet pada sebuah lemari tertutup, sirop/cairan pada rak tertutup,
sediaan semi solid pada lemari tersendiri. Seluruh penempatan obat
tersebut disusun secara alphabetis. Penataan juga dilakukan pada
loket/tempat resep dan meja pengerjaan resep sehingga dapat
memberikan kenyamanan dalam pengerjaan resep.
3. Penyimpanan obat
Tempat penyimpanan obat di Apotek Puskesmas Kecamatan
Cipayung yaitu berupa lemari tertutup untuk sediaan padat, sediaan semi
solid dan rak tertutup untuk sediaan cair. Obat yang disimpan pada
lemari tertutup ditempatkan berdasarkan Bentuk sediaan dan secara
alphabetis.
4. Pencatatan obat
Pencatatan dilakukan untuk setiap obat yang masuk maupun keluar
dari tempat penyimpanan. Media pencatatan berupa kartu stock yang
wajib diisi untuk setiap obat yang masuk atau keluar. Pencatatan juga
dilakukan untuk obat-obat yang digunakan per harinya dengan membuat
laporan penggunaan obat harian. Setiap akhir bulan dilakukan stock
opname.
5. Pelayanan obat
Pelayanan obat berupa pengerjaan resep pasien dimulai dengan
penerimaan resep dari pasien secara langsung. Untuk efisiensi waktu,
biasanya resep-resep dikerjakan oleh dua orang petugas apotek. Seorang
petugas mengerjakan pengecekan resep, penulisan etiket dan penyerahan
obat kepada pasien. Seorang petugas lagi bertugas untuk mengambilkan
obat.
Setelah menerima resep, petugas apotek melakukan pengecekan
terhadap kelengkapan resep, diantaranya tanggal penulisan resep, nama
dan umur pasien, nama obat, dosis, dan signa atau aturan pakai dari
resep tersebut.
Resep dan etiket kemudian diberikan kepada petugas pengambilan
obat untuk dipersiapkan. Untuk resep obat non racikan, obat yang telah
dipersiapkan tersebut langsung dikemas kedalam kantong kecil bersama
dengan etiketnya. Sedangkan untuk resep obat racikan, obat yang telah
disiapkan/diambil, digerus dan dibungkus untuk kemudian dikemas
bersama etiketnya. Obat yang telah dikemas rapih kemudian disatukan
dan diserahkan kepada petugas penyerahan.
Petugas penyerahan bertugas untuk mengecek obat untuk terakhir
kalinya. Kemudian petugas penyerahan memanggil pasien dan
menanyakan nama dan umur penerima obat. Bila memang perlu dan
memungkinkan, petugas harus memberikan keterangan mengenai waltu
penggunaan dan/atau cara penggunaan obat. Penyerahan obat dilakukan
melalui loket penyerahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6. Kesimpulan
1) Puskesmas Kecamatan Cipayung adalah salah satu fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerja kecamatan Cipayung dalam bentuk usaha-
usaha kesehatan pokok antara lain pelayanan, kefarmasian dan
pengobatan umum.
2) Puskesmas Kecamatan Cipayung membawahi 10 puskesmas kelurahan
yaitu Kelurahan Lubang Buaya, Kelurahan Setu, Kelurahan Cipayung,
Kelurahan Munjul, Kelurahan Bambu Apus 1 dan 2, Kelurahan Pondok
Ranggon 1 dan Kelurahan Pondok Ranggon 2.
3) Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cipayung sudah cukup
baik walaupun perlu diperbaiki dari waktu ke waktu.
4) Setiap puskesmas kelurahan harus membuat perencanaan sendiri
mengenai jumlah dan macam obat yang dibutuhkan dalam waktu satu
tahun. Perencanaan ini akan menjadi acuan bagi Puskesmas Kecamatan
untuk melakukan perencanaan kebutuhan obat selama satu tahun.
5) Pendistribusian obat dilakukan oleh petugas Puskesmas Kecamatan
Cipayung ke sub unit pelayanan kesehatan masyarakat yang ada di
wilayah kerja puskesmas kecamatan yang dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
6) Pelayanan obat dilakukan di Apotek atau Kamar obat yang dipegang
oleh seorang apoteker, asisten apoteker atau petugas kesehatan lainnya.
Pemberian obat kepada pasien berdasarkan resep dari dokter, diberikan
dlam bentuk obat jadi dan obat racikan, dikemas dalam plastik bersama
dengan etiket dan pemberian informasi yang jelas mengenai aturan pakai
obat.
7. Saran
1) Sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan obat di apotek atau
kamar obat hendaknya dilengkapi untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
2) Tenaga kesehatan di puskesmas perlu ditambah lagi agar pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan maksimal.
3) Pelayanan obat di kamar obat puskesmas kelurahan hendaknya
dilakukan oleh petugas kesehatan yang ahli di bidang pelayanan obat,
minimal seorang Asisten Apoteker (AA).
4) Distribusi obat ke puskesmas kelurahan hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan untuk menghindari terjadinya kekurangan obat atau obat
habis sebelum waktunya.
5) Informasi tentang aturan dan waktu penggunaan obat yang sangat
dibutuhkan sebisa mungkin diberikan kepada masyarakat.