Laporan PKL Puskesmas JOHAR

62
Bab I Pendahuluan 1.1 LatarBelakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsur kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Pemerintah Indonesia dalam hal ini bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi- tingginya bagi setiap warga negara 1 . Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayan kesehatan paripurna, yaitu meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Transcript of Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Page 1: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Bab I

Pendahuluan

1.1 LatarBelakang

Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan menjadi salah satu

unsur kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Kesehatan adalah keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.

Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu dan terjangkau. Pemerintah Indonesia dalam hal ini

bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan

fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap warga negara1. Pelayanan kesehatan

yang dimaksud adalah pelayan kesehatan paripurna, yaitu meliputi promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Salah satu target Standar Pelayanan Minimal (SPM) pemerintah Indonesia

di bidang kesehatan adalah cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

100% pada tahun 2015. Seiring dengan komitmen Pemerintah Pusat tentang

peningkatan kesehatan yang dicanangkan pada Hari Kesehatan Nasional (HKN)

ke-48 pada tahun 2012 dengan tema “Indonesia Cinta Sehat”, Pemerintah Daerah

Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) di bawah kepemimpinan Gubernur Joko

Widodo meluncurkan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang menggratiskan

pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI

Jakarta) bagi masyarakat DKI Jakarta.

Page 2: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Fenomena di atas dan berubahnya paradigma kesehatan yang lebih bersifat

patient oriented, turut meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih

memperhatikan kesehatannya. Dalam hal ini, puskesmas sebagai fasilitas

pelayanan kesehatan pemerintah yang paling dasar di tingkat masyarakat dituntut

untuk mampu menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanannya, termasuk di

bagian farmasi (apotek). Salah satu upayanya adalah menjaga ketersediaan dan

menjamin kualitas sumber daya manusianya, yaitu tenaga teknis kefarmasian.

Menanggapi kebutuhan tenaga teknis kefarmasian khususnya ahli madya

farmasi yang terus meningkat, pemerintah menyelenggarakan program pendidikan

D3 farmasi melalui institusi pendidikan kesehatan Poltekkes Kemenkes Jakarta II

guna mencetak ahli madya farmasi yang berkualitas, berdaya saing, dan

berwawasan internasional. Salah satu proses untuk menghasilkan lulusan yang

berkualifikasi seperti di atas adalah dengan mengikuti program Praktek Kerja

Lapangan (PKL). PKL dilaksanakan pada semester VI di tiga tempat PKL, yaitu

industri, rumah sakit, dan puskesmas. Mahasiswa dengan melaksanakan PKL ini

diharapkan mampu belajar mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari,

mengembangkan keterampilan, menambah wawasan, dan memberikan gambaran

agar siap terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.

Laporan ini dibuat setelah mahasiswa menjalankan PKL di Puskesmas

Kecamatan Johar Baru- Jakarta Pusat selama 10 hari kerja dan diharapkan dapat

memberikan masukan bagi pihak akademik bagaimana kebutuhan dan tuntutan

puskesmas sesungguhnya mengenai tenaga teknis kefarmasian (ahli madya

farmasi) sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan guna memenuhi tuntutan

tersebut.

Page 3: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

1.2 Tujuan PKL

Tujuan PKL mahasiswa di Puskesmas Kecamatan Johar Baru-Jakarta Pusat

adalah sebagai berikut :

1. Dapat mempraktekkan ilmu dan teori yang telah dipelajari.

2. Mengembangkan keterampilan dalam melakukan pelayanan kefarmasian.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pelayanan kefarmasian di

puskesmas.

4. Memberikan gambaran akan fungsi dan tugas ahli madya farmasi di

puskesmas.

5. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D3 Farmasi

Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

6. Memberikan masukan bagi pihak akademik mengenai kebutuhan dan tuntutan

puskesmas mengenai ahli madya farmasi sehingga mutu pendidikan dapat

ditingkatkan.

Page 4: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Sejarah Puskesmas

Di Indonesia puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan

masyarakat tingkat pertama. Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika

dilangsungkan Rapat Kerja Nasional ( RAKERNAS ) di Jakarta. Dalam upaya

mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan melalui program

Indonesia Sehat 2010, yakni tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi

setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat secara

optimal, maka sebagai salah satu unsur dalam mewujudkan tujuan nasional,

pemerintah telah membangun pusat kesehatan masyarakat atau puskesmas di

seluruh Indonesia yang bertujuan untuk memperluas pemerataan dan jangkauan

kesehatan dasar bagi masyarakat.

2.2 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu

kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka

tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga.

Page 5: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

2.3 Visi dan Misi Puskesmas

2.3.1 Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya ”Indonesia Sehat 2010”. Yang

dimaksud kecamatan sehat adalah perilaku sehat yang memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta

memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya.

2.3.2 Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas, yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan

masyarakat beserta lingkungannya.

2.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yaitu

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setingi-tingginya.

Page 6: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Sesuai PERDA DKI Jakarta No. 1 tahun 1984, fungsi puskesmas adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

wilayah kerjanya.

2.4 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis, dan

keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan

wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah

tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh walikota

dengan sarana teknis dari Ka. Sudinkesmas yang telah disetujui oleh Ka. Dinas

Provinsi, untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu

ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut

puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta lebih, wilayah

kerja puskesmas bisa meliputi satu kelurahan. Puskesmas kecamatan dengan

jumlah penduduk 15 ribu jiwa atau lebih merupakan “Puskesmas Pembina” yang

berfungsi sebagau pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai

fungsi koordinasi.

Page 7: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

Jika ada lebih dari satu puskesmas dalam satu wilayah kecamatan, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan

konsep wilayah (desa atau kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas

tersebut secara operasional bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota.

2.5 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan puskesmas kecamatan berada satu tingkat di bawah Suku Dinas

Kesehatan. Jadi secara struktural puskesmas tidak mempunyai hubungan secara

langsung dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Depkes yang berada langsung di

bawah Departemen Kesehatan. Kedudukan puskesmas dapat dibedakan menjadi:

1. Kedudukan puskesmas berdasarkan keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama

yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Kedudukan puskesmas berdasarkan keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan

Kabupaten atau Kota adalah sebagai unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian

tugas pembangunan kesehatan kabupaten atau kota di wilayah kerjanya.

3. Kedudukan Puskesmas berdasarkan Keterkaitannya dengan Sistem

Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah

Kabupaten atau Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

Page 8: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

4. Kedudukan puskesmas antarsarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama di

wilayah kerja puskesmas seperti praktek dokter umum, praktek bidan, dan

poliklinik. Di sinilah peran puskesmas dituntut sebagai pembina utama

diantara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama.

2.6 Sarana dan fasilitas Puskesmas

2.7 Upaya Kesehatan Puskesmas

2.8 Unit Pelayanan Penunjang Puskesmas

2.9 Azas Penyelenggaraan Puskesmas

Azas penyelenggaraan puskesmas menurut kemenkes nomor 128 tahun 2004:

1. Azas pertanggungjawaban wilayah.

a. Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya

b. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung

c. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, bidan di desa, puskesmas keliling

2. Azas pemberdayaan masyarakat.

a. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat

agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas

b. Potensi masyarakat perlu dihimpun

3. Azas keterpaduan.

Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu:

a. Keterpaduan lintas program

UKS : keterpaduan Promkes, pengobatan, kesehatan gigi, kespro, remaja,

kesehatan jiwa

Page 9: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

b. Keterpaduan lintas sektoral

c. Upaya Perbaikan gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK

d. Upaya promosi kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama

4. Azas rujukan

a. Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan

- Rujukan kasus

- Bahan pemeriksaan

- Ilmu pengetahuan

b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat

- Rujukan sarana dan logistik

- Rujukan tenaga

- Rujukan operasional

2.10 Kefarmasian di Puskesmas

2.11 Kegiatan Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun

fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap puskesmas dapat berbeda-beda.

Namun demikian kegiatan pokok puskesmas yang lazim dan seharusnya

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Page 10: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

1. Kesejahteraan ibu dan Anak (KIA)

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan (KesLing)

5. Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

9. Perawatan Kesehatan Masyarakat

10. Usaha Kesehatan Kerja

11. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut

12. Usaha Kesehatan Jiwa (UKJ)

13. Kesehatan Mata

14. Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana)

15. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan

16. Kesehatan Usia Lanjut

17. Pembinaan Pengobatan Tradisional

18. Dan masih banyak lagi kegiatannya

Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai

satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok puskesmas ditujukan

untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah

kerjanya. Setiap kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

Page 11: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

2.12 Struktur Organisasi Puskesmas

Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas

masing-masing puskesmas, namun secara umum struktur organisasi puskesmas

terdiri dari :

1. Unsur pemimpin (Kepala puskesmas)

Mempunyai tugas memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi kegiatan

puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.

2. Unsur pembantu pimpinan (Unit Tata Usaha)

Mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan :

Data dan informasi

Perencanaan dan penilaian

Keuangan

Umum dan kepegawaian

3. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas

Terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional, dimana jumlah unit

tergantung pada kegiatan, tenaga, dan fasilitas daerah masing-masing yang terdiri

dari :

Unit I yaitu mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan

anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi.

Unit II yaitu mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dalam pencegahan dan

pemberantasan penyakit seperti imunisasi, kesehatan lingkungan dan

laboratorium sederhana.

Unit III yaitu melaksanakan tugas kesehatan gigi dan mulut secara kesehatan

tenaga kerja dan manula.

Page 12: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Unit IV yaitu mempunyai tugas melaksanakan perawatan masyarakat,

kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan

khusus lainnya.

4. Jaringan pelayanan puskesmas terdiri dari :

Unit puskesmas pembantu

Unit puskesmas keliling

Unit bidan desa

Page 13: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

BAB III

Tinjauan Tempat PKL

3.1 Profil Organisasi

Puskesmas Kecamatan Johar Baru merupakan satu kesatuan unit

kerja yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara prima dan

paripurna kepada seluruh lapisan masyarakat serta tersedianya sumber

daya manusia yang kompenten di bidangnya dan didukung oleh sarana dan

prasarana yang cukup memadai, Puskesmas Kecamatan Johar Baru

berusaha untuk menjadi pilihan utama dalam mengatasi masalah kesehatan

khususnya di wilayah Kecamatan Johar Baru dan umumnya Jakarta Pusat.

Puskesmas sebagai Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan

Propinsi DKI Jakarta mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan

pelayanan, pembinaan, dan pengendalian, pengembangan upaya

kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas Kecamatan Johar Baru mempunyai tugas memberikan

pembinaan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khusus penduduk

Kecamatan Johar baru serta seluruh lapisan masyarakat pada umumnya.

Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang terletak di Kecamatan Johar Baru

adalah salah satu kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, yang

mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara Kelurahan Cempaka Sari Kecamatan Kemayoran.

- Sebelah Selatan Kelurahan Pramuka Sari Kecamatan Cempaka Putih.

- Sebelah Barat Kelurahan Paseban Kecamatan Senen.

Page 14: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

- Sebelah Timur Kelurahan Cempaka Putih Barat Kecamatan Cempaka Putih.

3.2 Keadaan Umum dan Lingkungan

Puskesmas Kecamatan Johar Baru terdiri dari 6 puskesmas

kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Johar Baru, yaitu:

1. Puskesmas Kelurahan Johar Baru I

2. Puskesmas Kelurahan Johar Baru II

3. Puskesmas Kelurahan Johar Baru III

4. Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi

5. Puskesmas Kelurahan Galur

6. Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa

Penduduk Kecamatan Johar Baru pada tahun 2010 berjumlah 100.616 jiwa

dengan kepadatan penduduk rata-rata 472,1 jiwa/km2.

3.3 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Kecamatan

Johar Baru meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Pelayanan

kesehatan dasar antara lain dengan melakukan upaya promotif, preventif,

kuratif (pengobatan). Pelayanan kesehatan Puskesmas Johar Baru yang

dilakukan terdiri dari :

1. Penerimaan pasien rawat jalan

2. Pelayanan kesehatan dasar

2.1 BPUA/BPUD/ASKES/JAMSOSTEK/GAKIN

2.2 Poli Tindakan

2.3 BPG

2.4 KI/KB

Page 15: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

2.5 Poli TB Paru

2.6 Apotek dan Unit Farmasi

2.7 MTBS

2.8 Imunisasi

3. Pelayanan Kesehatan Spesialis

3.1 Poli Spesialis Kandungan

4. Rumah Bersalin (RB)

5. Pelayanan Penunjang Medik

5.1 Laboratorium

5.2 Klinik Gizi

5.3 USG

5.4 Ambulance

6. Unit Gawat Darurat

6.1 UGD

7. Kesehatan Masyarakat

7.1 Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

7.2 PTM dan Lansia

7.3 Gizi Komunitas

7.4 Penyehatan Lingkungan

7.5 Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM)

7.6 Promkes dan Keswa

8. Pelayanan Administrasi

8.1 Tata Usaha

8.1.1 Pemegang Khusus Barang (PKB)

Page 16: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

8.1.1.1 Pemeliharaan

8.1.2 Pengadaan

8.1.3 Kepegawaian

8.1.4 Administrasi Umum

8.1.5 Perencanaan, Pendataan dan Program (Dapro)

8.2 Keuangan

8.2.1 Bendahara Penerimaan

8.2.2 Bendahara Pengeluaran

Dengan semakin berkembangnya jumlah dan jenis pelayanan

kesehatan dan semakin beragamnya tuntutan dari masyarakat saat ini dan

di masa yang akan datang maka Puskesmas Kecamatan Johar Baru selalu

berusaha untuk dapat memenuhi kriteria mutu pelayanan kesehatan yang

baik dengan selalu meningkatkan sarana, prasarana dan kinerja sumber

daya manusia serta mengembangkan fungsi sosial puskesmas. Dengan

diterapkan sistem Manajemen Mutu berdasarkan persyaratan ISO 9001 :

2008 diharapkan Puskesmas Kecamatan Johar Baru dapat menjadi pusat

pelayanan kesehatan yang prima dan dapat memenuhi kepuasan

pelanggan.

3.4 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Johar Baru

3.4.1 Visi

Terwujudnya Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang memberikan

pelayanan prima, berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju

masyarakat sehat dan mandiri.

Page 17: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

3.4.2 Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan prima dan merata.

2. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan medis dan non medis

puskesmas

3. Menggalang kemitraan pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas.

4. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.

3.4.3 Kebijakan mutu

Puskesmas Kecamatan Johar Baru bertekad memberikan pelayanan

prima, menuju masyarakat sehat yang mandiri secara berkesinambungan

sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta

senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan untuk

mencapai kepuasan pelanggan.

3.5 Motto dan Tata Kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Motto Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah pelayanan utama

bagi masyarakat. Tata kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah :

1. Profesional dalam memberikan pelayanan.

2. Responsibility dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

3. Inovatif dalam kualitas pelayanan kesehatan.

4. Measurable dalam kualitas pelayanan kesehatan.

5. Aktif dalam melakukan perbaikan dan pengembangan.

3.6 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Page 18: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan

obat serta pencatatan dan pelaporan. Dengan memanfaatkan sumber-

sumber yang tersedia mencakup pola atau tata laksana dan perangkat lunak

lainnya, tenaga, sarana dalam rangka mencapai tujuan puskesmas.

Tujuan dari pengelolaan itu sendiri di puskesmas, yaitu memelihara

dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di unit-

unit pelayanan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, waktu,

jumlah, dan tempat.

3.6.1 Perencanaan Obat di Puskesmas

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat, perbekalan

farmasi, alat kesehatan, menentukan dan melaksanakan kegiatan

penyusunan dan jumlah jenis obat atau perbekalan farmasi dan alat

kesehatan. Persiapan-persiapan yang diperlukan dalam memilih jenis dan

menetapkan jumlah obat secara tepat, antara lain :

a. Menetapkan tujuan dan sasaran serta metode atau prosedur pencapaian.

b. Mengumpulkan dan menganalisa data.

c. Evaluasi proses perencanaan.

Perencanaan disusun berdasarkan :

a. Pemakaian obat pada tahun sebelumnya

b. Sisa stok obat pada akhir tahun

c. Perkiraan kebutuhan obat pada tahun anggaran

d. Alokasi dana

e. Permintaan dari masing-masing puskesmas kelurahan

Page 19: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

f. Pola penyakit dan permintaan dari puskesmas kelurahan

Tujuan perencanaan :

a. Mendapatkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan

b. Menghindari terjadinya kekosongan stok obat

c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Di samping itu terdapat pula proses perencanaan obat yang utama :

1. Pemilihan obat

Pemilihan obat dapat dilakukan setelah mengetahui pola penyakit,

karakteristik pasien di daerah yang dilayani puskesmas serta tenaga kesehatan

yang ada. Puskesmas juga harus memperhatikan daftar obat yang tersedia, harga

obat, pola penggunaan obat, dan mekanisme pendistribusiannya. Hal ini dilakukan

oleh seorang petugas melalui komite atau panitia yang khusus dibentuk. Cara ini

dimaksudkan untuk mencegah keputusan yang bersifat subjektif.

2. Menentukan jumlah obat

Dalam menentukan jumlah obat diperlukan informasi dan data yang

lengkap, akurat dan terpercaya. Perhitungan dan perencanaan kebutuhan

mengarahkan pencatatan dan pelaporan serta kemampuan mengolah data

dari puskesmas tersebut. Kebutuhan akan obat direncanakan dari tingkat

bawah berdasarkan anggaran APBD yang selanjutnya akan diajukan

sebagai daftar permintaan kebutuhan obat. Laporan Pemakaian Obat dan

Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dibuat oleh puskesmas kecamatan dan

puskesmas kelurahan, kemudian laporan tersebut direkapitulasi oleh

Page 20: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

puskesmas kecamatan dan dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan

(Sudinkes) Jakarta Pusat.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat merekapitulasi LPLPO semua

Puskesmas Kecamatan yang ada di wilayah Suku Dinas Kesehatan

tersebut, kemudian disampaikan kepada dinas kesehatan DKI Jakarta.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta merekapitulasi kebutuhan obat dari Suku

Dinas Kesehatan yang ada di wilayahnya.

3.6.2 Pengadaan Obat di Puskesmas

Pengadaan obat merupakan proses penyediaan obat dan alat kesehatan

untuk memenuhi kebutuhan puskesmas dan berdasarkan hukum Perpres

80/2002 & perubahannya.

Tujuan pengadaan obat di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, yaitu :

1. Memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang tepat.

2. Memperoleh obat dengan mutu yang tinggi.

3. Menjamin penyampaian yang cepat dan tepat waktu.

4. Optimasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan atau

permintaan yang baik.

Kegiatan pengadaan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, yaitu :

1. Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan

kemudian mengajukan permintaan obat tersebut kepada Dinas Kesehatan

Daerah Tingkat II atau gedung obat dengan menggunakan formulir Daftar

Permintaan Obat.

2. Mengevaluasi dan memilih pemasok berdasarkan penyediaan yang sesuai

dengan kriteria puskesmas.

Page 21: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

3. Penetapan kriteria untuk pemilihan dan evaluasi kembali kepada Tim

Evaluasi Pemasok.

4. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat.

5. Penerimaan dan pemeriksaan obat dan alat kesehatan pada waktu

kedatangan obat dan alat kesehatan.

3.6.3 Pendistribusian Obat di Puskesmas

Distribusi adalah serangkain kegiatan yang menyangkut aspek-aspek

penerimaan dan pengecekan, pengendalian persediaan, penyimpanan,

penyerahan termasuk penyerahan kepada pasien.

1. Penerimaan

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat atau perbekalan

farmasi dari unit yang lebih tinggi ke unit pengolahan dibawahnya disertai

dokumen yang lengkap. Tujuan penerimaan adalah:

Agar obat atau perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan

atau pesanan, berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas.

Terpenuhinya obat atau perbekalan farmasi dengan jumlah jenis yang tepat

dengan mutu yang terjamin serta diperoleh pada waktu yang tepat.

Kegiatan penerimaan meliputi:

Penyusunan rencana pemasukan barang

Pemeriksaan ditempatkan diruang khusus

Pemeriksaan dengan teliti kelengkapan dokumen, jenis dan jumlah barang,

sertifikat dan tanggal kadaluarsa.

2. Penyimpanan

Page 22: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan

cara menempatkan obat-obatan, dan alat kesesehatan yang diterima pada tempat

yang dinilai aman dari pencurian serta terhindar dari gangguan fisik maupun

kimia yang dapat merusak mutu obat, dimana obat tersebut setelah dilakukan ke

berbagai pemeriksaan mutu obat secara organoleptik sehingga mutunya tetap

terjamin. Tujuan penyimpanan, yaitu :

Memelihara mutu obat agar tetap terjamin

Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

Menjaga kelangsungan persediaan

Mempemudah pengaturan sehingga memudahkan pencarian dan

pengawasan

Menghindari dari kerusakan baik fisik maupun kimia

Aman

Kegiatan penyimpanan, yaitu :

Pengaturan tata ruang berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran

obat berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L

Penyusunan stok obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.

Beberapa langkah menyusun obat di Puskesmas Kecamatan Johar yaitu

dengan menggunakan prinsip First in First Out (FIFO) atau First Expire

First Out (FEFO), obat disusun berdasarkan golongan dan jenis obat yang

disertai oleh kartu stok setiap item obat dengan pengamatan mutu. Mutu

obat yang disimpan di gudang obat dapat mengalami perubahan baik fisik

maupun kimiawi. Perubahan mutu obat diamati secara visual dan tanda –

tanda perubahan mutu obat.

Page 23: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

3.6.4 Penggunaan Obat di Puskesmas

Penggunaan obat di puskesmas mencakup pengeluaran dan pengiriman

obat–obatan yang bermutu serta terjamin keabsahannya secara tepat jenis dan

jumlah dari obat untuk memenuhi pelayanan unit kesehatan. Alur penggunaan

obat di Puskesmas Kecamatan Johar Baru yaitu mulai dari gudang obat kecamatan

(G.O.K) Puskesmas kelurahan & gudang atau kamar obat apotek puskesmas

kecamatan ke ruang pelayanan.

3.6.5 Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas

Sebelum dilaksanakannya pencatatan dan pelaporan di puskemas,

diadakan evaluasi yang dilakukan oleh koordianator farmasi atau apoteker

sebagai penanggung jawab atas keseluruhan pengelolaan obat atau

perbekalan farmasi di puskesmas dan diketahui oleh kepala puskesmas.

Evaluasi dilakukan dengan mengadakan supervisi ke unit pelayanan ruang

lingkup dan langkah – langkah :

1. Lakukan pemeriksaan dengan mencocokkan jumlah obat yang diterima

dan dicatat pada kartu stok berdasarkan data LPLPO (Lembar Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat).

2. Memeriksa penyimpanan sesuai dengan persyaratan penyimpanan.

3. Mencocokkan obat atau perbekalan farmasi yang keluar pada kartu stok

dengan buku pemakaian harian

4. Mencocokkan sisa stok pada kartu stok harian dengan barang yang ada.

5. Mengevaluasi tingkat kecukupan obat atau perbekalan farmasi dengan

melihat data kekosongan obat dan lead time.

Page 24: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

6. Mengevaluasi kepatuhan petugas sebagai pengelola dan melihat

kelengkapan dokumen pengelolaan.

Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu kegiatan penting dari

pengelolaan obat yang menentukan keberhasilan keseluruhan rangkaian

pengelolaan obat dan perbekalan farmasi puskesmas. Kegiatan pelaporan, yaitu :

1. Pencatatan dalam kartu stok

2. Buku catatan harian pemasukan obat

3. Buku catatan harian pengeluaran obat

4. LPLPO bulanan

5. Jumlah kunjungan resep.

3.7 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Johar

Puskesmas Kecamatan Johar Baru dipimpin oleh seorang kepala dengan

membawahi beberapa bagian yaitu :

Sub bagian tata usaha dan keuangan

Seksi pelayanan kesehatan

Kegiatan seksi pelayanan kesehatan meliputi UGD (Unit Gawat Darurat),

Unit KI dan KB, Unit Balai Pengobatan Umum, Unit Balai Pengobatan Gigi

dan Unit Rumah Bersalin

Seksi penunjang dan kesehatan masyarakat puskesmas

Kegiatan Seksi penunjang dan kesehatan masyarakat puskesmas mencakup

Unit Laboratorium, Unit Farmasi, Unit Gizi, Unit Penyakit Tidak Menular,

Unit Kesehatan Lingkungan, Unit Promosi Kesehatan dan Unit Penyakit

Menular.

Page 25: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

BAB IV

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Kecamatan

Johar Baru Jakarta Pusat dilaksanakan dalam satu periode dan kelompok.

Kelompok mahasiswa yang melaksanakn kegiatan PKL di Kecamatan

Johar Baru Jakarta Pusat terdiri dari sembilan orang mahasiswa yang

dilaksanakan pada periode 18 Februari–1 Maret 2013. Kegiatan PKL

berlangsung setiap hari kerja, yaitu hari Senin hingga Jumat dari pukul

08.00–15.00 WIB dengan penempatan di kamar obat (Apotek) puskesmas

kecamatan maupun puskesmas kelurahan dan gudang obat puskesmas.

4.1 Kamar Obat (Apotek)

Kamar obat merupakan tempat melakukan kegiatan kefarmasian

berupa pelayanan obat, baik kepada pasien, dokter maupun balai

pengobatan lain yang terdapat di puskesmas.

Page 26: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Menurut KepMenKes No.1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek

adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan kefarmasian, perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat. Menurut definisi tersebut dapat diketahui bahwa apotek

merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu

mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi

apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.

Kamar obat berada di bawah tanggung jawab seorang apoteker.

Sumber daya manusia yang ada di kamar obat puskesmas kecamatan Johar

Baru terdiri atas 5 orang, yaitu 2 orang apoteker dan 3 orang asisten

apoteker, sedangkan untuk di puskesmas kelurahan hanya terdiri dari 1

orang yang mencakup seluruh kegiatan di apotek selama pelayanan

berlangsung.

Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan

nonteknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter dari

pasien sampai penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan obat meliputi

penerimaan resep, peracikan, penyerahan dan pemberian informasi yang

dibutuhkan pasien mengenai obat.

Sistem penyusunan obat di apotek lebih mengutamakan obat–obat fast

moving, dimana obat–obat yang sering diresepkan diletakkan di dalam laci

plastik yang telah dinamai dan disusun berdasarkan khasiat obat tersebut

sehingga mempercepat dalam melakukan proses pelayanan, seperti

vitamin B1, B6, B6, B12, C,dan B complek disusun satu deret atau GG,

Page 27: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

CTM, Prednisone, DMP , dan Dexa satu deret. Sedangkan untuk obat–obat

jenis lain yang jarang diresepkan disusun tidak beraturan di atas laci dan

untuk obat–obat sediaan sirup, krim, salep, tetes mata dan telinga,

pembasuh luka, dan bedak tabur disusun di lemari kaca khusus obat–obat

tersebut. Obat–obat golongan psikotropik dan narkotik disimpan di lemari

khusus dan dikunci, sedangkan untuk puskesmas kelurahan obat

psikotropik disusun bersama obat–obat golongan lain karena lemari

psikotropik hanya ada di gudang sehingga setelah pelayanan obat–obat

psikotropik akan dikembalikan kembali ke lemari penyimpanannya di

gudang.

Kegiatan pelayanan farmasi yang dilakukan di kamar obat, yaitu :

1. Penerimaan resep

Resep berasal dari dokter di seluruh poli yang ada di Puskesmas

Kecamatan Johar Baru. Pasien mendaftarkan diri ke loket, kemudian dari

loket pasien membawa buku status dan nomor urut, selanjutnya pasien

menuju ruang poli sesuai dengan jenis penyakitnya, setelah melakukan

pemeriksaan di poli pasien keluar membawa resep yang telah ditulisi

nomor urut pasien dan nomor kartu berobat oleh perawat di lembar

resepnya, setelah itu pasien menyerahkan resep kepada bagian apotek

puskesmas. Resep yang telah diletakkan pasien di keranjang resep diambil

oleh petugas farmasi kemudian petugas melakukan pengecekan terhadap

kelengkapan resep seperti tanggal resep, nama obat beserta kekuatan

sediaannya, aturan pakai, cara pakai, nama pasien, umur pasien, dan berat

Page 28: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

badan. Apabila terdapat keraguan dengan penulisan resep atau

ketidaksesuaian dosis obat dan sediaan obat pada pasien maka petugas

farmasi harus menanyakan dan menkonfirmasikan kepada dokter yang

bertanggung jawab atas resep tersebut.

2. Penyiapan obat dan peracikan

Setiap obat yang diminta dalam resep baik dalam bentuk sediaan

tablet, kapsul, puyer standar maupun puyer racikan dokter, bedak tabur,

salep, tetes mata dan telinga, krim, sirup, pencuci luka, suppositaria atau

vaginal, dan injeksi vitamin bagi ibu hamil disiapkan oleh petugas farmasi

sesuai dengan permintaan jumlah obat di resep. Obat yang telah disiapkan

kemudian dimasukkan kedalam plastik pengemas obat dan ditulis aturan

pakai obat pada masing-masing etiketnya, selanjutnya setiap obat masing–

masing akan distrapples menjadi satu.

Resep obat yang berbentuk racikan dokter, diperiksa dahulu

komposisinya dan dilakukan perhitungan dosis serta jumlah obat yang

disediaakan kemudian setelah dianggap rasional antara dosis dengan efek

terapi yang diharapkan, obat diracik dan dibungkus sesuai permintaan

resep kemudian dimasukkan ke dalam plastik obat serta diberi etiket.

Resep berbentuk racikan khusus untuk anak diperiksa terlebih

dahulu umur pasien, berat badan, dan kekuatan sediaan dari obat tersebut

kemudian petugas mengambil sediaan puyer racikan standar sesuai

ketentuan dengan resep yang telah di stock sebelumnya kemudian diberi

etiket. Resep standar tersebut hanya berlaku di seluruh naungan

Page 29: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Puskesmas Kecamatan Johar Baru karena dibuat oleh gabungan dokter

MTBS di puskesmas tersebut.

Resep tersebut adalah sebagai berikut ( setiap resep untuk puyer 1000 bungkus ) :

NO NAMA OBAT

PP ( BERAT BADAN DAN UMUR )

PPI ( 3 -

6 kg dan

tahun )

PP II ( 6 -

9 kg dan

tahun )

PPIII ( 9 -

12 kg dan

tahun )

PP IV ( 12

- 15 kg dan

tahun )

PP V ( 15 -

17 kg dan

tahun )

1 CTM 0,4 mg 0,6 mg 0,9 mg 1,2 mg 1,4 mg

2 EPHEDRINE o,5 mg 1,0 mg 1,5 mg 2,0 mg 2,5 mg

3 GG 6,25 mg 12,5 mg 25 mg 37,5 mg 50 mg

4 DMP 0,63 mg 1,26 mg 1,89 mg 2,52 mg 3,15 mg

3. Pemberian etiket

Petugas menuliskan etiket obat yang telah disiapkan oleh petugas pada

kantong plastik masing–masing obat. Etiket berisi nama pasien, aturan pakai

Page 30: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

dan keterangan lain sesuai dengan lembar resep obat. Obat yang telah diberi

etiket kemudian disusun berdasarkan susunan obat di resep lalu di strapples

menjadi satu dan setelah obat selesai dikemas diberikan kepada petugas

penyerahan resep.

4. Pengecekan obat

Sebelum obat diserahkan kepada pasien, obat terlebih dahulu diperiksa

oleh petugas penyerahan terhadap kelengkapan obat, kesesuaian dan

ketepatan obat, jumlah obat, etiket, dan nama pasien.

5. Penyerahan obat

Obat yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada pasien dengan

sistem:

a. Petugas memanggil nama pasien yang tertera di lembar resep

b. Petugas meminta nomor urut dan kartu berobat pada pasien

c. Petugas kemudian mencocokkan nomor yang tertulis dilembar resep,

jika dilembar resep tidak tertera nomor daftar pasien maka petugas

farmasi yang menuliskannya di lembar resep

d. Petugas menanyakan umur pasien dan untuk anak–anak ditanyakan

berat badannya untuk memastikan kembali agar obat tidak tertukar

e. Kemudian obat diserahkan kepada pasien disertai dengan informasi

obat yang harus diperhatikan selama penggunaan obat maupun aturan

dan cara pakai obat tertentu.

6. Pengadministrasi dan pembukuan obat

Pembukuan dan pengadministrasi obat dilakukan setelah kegiatan

pelayanan di apotek berakhir. Di akhir pelayanan petugas akan

Page 31: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

menghitung jumlah resep dan memisahkan resep berdasarkan

penggolongan obat, yaitu resep dari poli gigi, umum, KIA dan ibu hamil

atau resep KJS, KS, GAKIN, JAMKESMAS, ASKES, asuransi kantor,

dan bayar. Setelah dihitung kemudian ditulis jumlah resepnya di buku

kunjungan resep PKM yang akan di laporkan dalam laporan perbulan.

Selain itu untuk resep psikotropik dan narkotik, resepnya akan dipisahkan

oleh petugas kemudian ditulis di buku laporan narkotika dan psikotropik

harian (dengan format : No – Tanggal – Nama obat – Jumlah obat keluar)

yang akan dilaporkan satu bulan sekali dan di kartu stock obat tersebut

(formatnya No–Tanggal–Jumlah keluar obat–Sisa obat–Ket. Nama pasien

yang menggunakan atau paket obat racikan yang menggunakan).

Petugas juga mendata obat–obat pada resep yang digunakan pada

hari tersebut, dimana petugas menuliskan pemakaian obat dan jumlahnya

pada buku rekapan pengeluaran obat harian yang kemudian diakhir bulan

akan di akumulasi jumlahnya dan di sesuaikan dengan jumlah fisik

obatnya. Setelah semua penggunaan obat di rekap maka selanjutnya

petugas akan mendata obat–obat yang persediaannya hampir habis

kemudian ditulis di kertas beserta jumlah obat kemudian setelah di rekap

di bawa ke gudang untuk diambil persediaan obat–obatnya besok pagi.

7. Penyetokan persediaan obat dan pemorsian obat

Penyetokan persediaan obat dan pemorsian obat dilakukan oleh

petugas farmasi baik sebelum maupun sesudah pelayanan di apotek atau di

keadaan penting dilakukan bersamaan saat kegiatan pelayanan di apotek

berlangsung. Petugas akan menyetok obat–obat yang kosong atau hampir

Page 32: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

habis kedalam laci pemyimpanan obat, jika ditengah pelayanan obat habis

maka petugas akan pergi ke gudang untuk mengambil obat dari gudang

dengan menuliskan jumlah pengeluaran obat pada kartu stock obat dan

buku pengeluaran obat perhari. Di akhir pelayanan petugas juga memorsi

obat–obat tablet yang sering diresepkan pada pasien seperti CTM,

prednisone, DMP, GG, Vitamin B1, B6, B12, C, Komplek,

Dexamethasone, dan Antasid. Petugas akan memorsi obat–obat tersebut

sebanyak 10 tab kedalam plastik kemudian di straples dan diletakkan

dalam laci obat masing–masing. Sedangkan untuk obat–obat racikan

standar, petugas akan menyiapkan sediaan jumlah obat yang diperlukan

kemudian diracik lalu dibungkus dalam bentuk sediaan puyer dan

dimasukkan kedalam plastik sebanyak sembilan bungkus lalu di straples

selanjutnya disusun kedalam laci obat standar berdasarkan golongannya,

kemudian petugas akan menuliskan pemakaian jumlah obat pada buku

puyer PKM, hal ini dilakukan untuk memantau jumlah persediaan obat di

apotek.

4.2 Gudang obat

Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, pendistribusian dan

pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan lainnya yang tujuannya digunakan untuk melaksanakan program

kesehatan di kabupaten/kodya yang bersangkutan. Sumber daya manusia yang ada

di gudang obat puskesmas kecamatan Johar Baru terdiri atas 2 orang, yaitu 1

Page 33: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

orang apoteker dan 1 orang asisten apoteker, sedangkan untuk di puskesmas

kelurahan hanya terdiri dari 1 orang asisten apoteker.

Kunjungan ke gudang obat Puskesmas Kecamatan Johar baru berlangsung

pada hari jumat tanggal 1 Maret 2013 dan untuk kelurahannya dilakukan pada hari

mahasiswa ditugaskan disana.

Selama di gudang kita diberitahukan mengenai sistem yang diterapkan di

gudang:

1. Penyusunan obat

Penyusunan obat–obat sediaan tablet dan kapsul disusun berdasarkan

alphabet, sedangkan untuk obat–obat sediaan bedak tabur, salep, tetes mata dan

telinga, krim, sirup, pencuci luka, suppositaria atau vaginal, dan injeksi vitamin

bagi ibu hamil disusun pada satu lemari kaca dimana obat–obat dan alkes untuk

ibu hamil disusun pada satu lemari. Pada pintu kaca di tempel daftar obat yang

ada untuk memudahkan dalam pencarian dan obat disusun dari expiredenya yang

tercepat hingga terlama. Sedangkan untuk alkes yang lain disusun pada lemari

yang berbeda–beda.

2. Penyimpanan obat

Penyimpanan obat pada gudang lebih mengutamakan sistem FEFO (First Exp

First Out) dibandingkan dengan FIFO (First Input First Out). Obat-obat disimpan

pada suhu ruangan 15–25 ˚ C . Dimana suhu ruangan selalu dipantau dan dicatat

pada form pemantauan suhu ruangan. Kemudian untuk obat–obat yang

memerlukan penyimpanan pada suhu dingin maka obat akan disimpan pada

lemari es. Sedangkan untuk obat–obat narkotik dan psikotropik disimpan pada

lemari khusus yang terpisah dari obat–obat yang lain. Di lemari itu juga disimpan

Page 34: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

resep harian yang mengandung obat–obat psikotropik dan narkotika, tetapi bentuk

lemari penyimpanan obat narkotika dan psikotropik tidak sesuai dengan

persyaratan yang ada , yaitu tidak double lock dan bentuk lemari tidak menempel

didinding sehingga lemari dapat dipindahkan dengan mudah kapan saja,

sedangkan untuk obat–obat yang tidak mampu disimpan di dalam lemari lagi, obat

disimpan di dalam kardus yang telah dituliskan nama–nama obat yang ada di

dalamnya.

3. Monitoring kadaluarsa obat

Kegiatan monitoring ED dilakukan oleh petugas farmasi setiap 6 bulan sekali,

dimana obat akan digolongkan dalam 3 golongan, yaitu bendera merah untuk ED-

nya dibawah 6 bulan, bendera kuning untuk ED-nya di atas 6 bulan dan bendera

hijau untuk obat yang ED-nya di atas 1 tahun. Bendera–bendera tersebut di tempel

di bagian depan obat sehingga memudahkan petugas dalam melakukan

monitoring. Semua hasil monitoring tersebut ditulis pada buku monitoring obat

untuk memudahkan petugas dalam mengetahui kadaluarsa obat–obat yang

disimpan dan mengetahui obat–obat mana yang akan mendekati waktu kadaluarsa

obat.

4. Pendistribusian obat

Pendistribusian obat dilakukan dari PBF obat ke gudang maupun dari gudang

ke apotek semuanya harus melalui proses yang cukup lama. Pendistribusian obat

dari PBF ke gudang dimulai dari obat diterima oleh tim penerima kemudian dicek

kembali antara obat yang diterima dengan daftar pemesanan dan mutu obat yang

diterima lalu dikirim ke gudang dan di gudang petugas menuliskan stock awalnya

di kartu stok dan buku rekap obat. Sedangkan untuk pendistribusian obat dari

Page 35: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

gudang ke apotek diawali dengan penerimaan daftar permintaan persediaan obat

lalu petugas akan menyiapkan obat–obat yang dibutuhkan lalu ditulis di kartu stok

obat masing–masing kemudian ditulis pada buku rekap obat sehingga kita tahu

jumlah pengeluaran dan sisa stock obat di gudang, lalu obat baru siap untuk di

distribusikan ke apotik. Untuk alkes pedistribusiannya langsung di berikan pada

poli–poli yang membutuhkan, ditulis juga pada buku rekap obat sedangkan untuk

obat injeksi vitamin ibu hamil hanya bisa diberikan jika disertai resep dokter atau

bidan.

5. Perencanaan dan pengadaan obat di gudang

Setiap bulan petugas puskesmas kelurahan akan membuat laporan pemakaian

obat dan setiap tiga bulan sekali petugas gudang akan menuliskan daftar obat–obat

yang diperlukan kemudian diserahkan kepada puskesmas kecamatan, setelah itu

permintaan diproses, jika disetujui maka obat akan dikirim sesuai permintaan. Jika

dalam persediaan obat telah kosong sebelum tiga bulan, maka petugas gudang

akan melakukan permintaan cito kepada gudang besar kecamatan dengan

menuliskan daftar obat yang diinginkan lalu diserahkan kepada kepala gudang

farmasi kecamatan, kemudian permintaan diproses lalu petugas gudang akan

mengirimkan daftar obat yang disetujui, setelah itu petugas gudang kelurahan

akan membuat daftar obat yang telah disetujui sebanyak dua rangkap, satu untuk

gudang kecamatan sedangkan satu lagi untuk puskesmas kelurahan. Begitu juga

dengan puskesmas kecamatan, petugas akan membuat depo bon sebanyak dua

rangkap, satu untuk gudang kecamatan sedangkan satu lagi untuk puskesmas

kelurahan.

Page 36: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Puskesmas kecamatan sendiri pengadaan obat di gudang besar dilakukan

hanya satu tahun sekali dari PEMDA melalui tender, sehingga petugas farmasi

gudang harus pintar dalam mengelolah persediaan obat jika sewaktu–waktu terjadi

endemik besar. Perencanaan obat dilakukan berdasarkan resep–resep obat tahun

lalu dan permintaan dari puskesmas kelurahan yang disesuaikan dengan anggaran

yang diberikan, kemudian disusun daftar obatnya lalu diberikan kepada tim

perencanaan puskesmas kecamatan yang kemudian di proses dan diajukan kepada

kepala puskesmas lalu dilakukan lelang tender dari PEMDA. Untuk gudang

puskesmas kecamatan sendiri jika sewaktu–waktu mengalami kehabisan

persediaan obat maka akan dilakukan pertukaran obat atau bon obat kepada

puskesmas kelurahan lain atau puskesmas kecamatan lain, dengan menuliskan

surat permintaan kepada kepala puskesmas yang dituju yang diketahui kepala

puskesmas yang bersangkutan kemudian jika disetujui maka permintaan obat akan

diberikan oleh puskesmas yang diminta.

4.3 Metadon

Program Terapi Rumatan Metadon di Indonesia adalah bagian dari

upaya nasional untuk pengendalian dan pencegahan infeksi penyakit

berbahaya, seperti HIV/AIDS, hepatitis, yang dikenal sebagai strategi

pengurangan dampak buruk atau Harm Reduction. Klinik Program Terapi

Rumatan Methadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Johar Baru dibuka

tahun 2011. Program Terapi Rumatan Methadon di Puskesmas Johar Baru

saat ini hanya mampu menyediakan methadon cair. Pasien ketergantungan

obat yang dilayani di klinik PTRM ini sekitar 97 orang. Di klinik ini,

Page 37: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

pasien melakukan terapi rumatan methadon dan konsultasi dengan dokter

terkait dosis penggunaan methadon cair. Penggunaan dosis methadone cair

untuk pasien awal 15-40 mg selama 7 hari pertama. Pada 7 hari

selanjutnya penggunaan dosis methadon cair boleh diatas 40 mg, namun

peningkatan dosis methadon cair selama seminggu tidak boleh lebih dari

30 mg. Kegiatan mahasiswa saat melakukan PKL di tempat ini

antara lain memasukkan data ke dalam status pasien (tanggal datang, dosis

yang digunakan, waktu minum), menyiapkan dan menyerahkan methadon

cair sesuai dosis terapi masing-masing pasien, memastikan pasien minum

methadon cair sampai habis di tempat (tidak boleh dibawa pulang kecuali

THD-Take Home Dose).

Bab V

Pembahasan

Mahasiswa melaksanakan kegiatan PKL di Puskesmas Kecamatan Johar

Baru selama sepuluh hari kerja. Jumlah mahasiswa PKL sebanyak sembilan orang

sehingga tidak memungkinkan untuk ditempatkan dalam satu puskesmas karena

keterbatasan tempat. Oleh karena itu, pihak Puskesmas Kecamatan Johar Baru

menerapkan kebijakan dimana setiap mahasiswa PKL ditempatkan di seluruh

Puskesmas Kelurahan secara rolling (satu mahasiswa PKL untuk masing-masing

Page 38: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

kelurahan selama satu hari) kecuali di Puskesmas Kecamatan Johar Baru

ditempatkan dua orang mahasiswa PKL selama dua hari.

Kegiatan PKL dilaksanakan mulai pukul 08.00 s.d 15.00 WIB. Mahasiswa

PKL melakukan pelayanan di puskesmas kelurahan pukul 08.00 s.d 12.00 WIB,

selanjutnya seluruh mahasiswa melakukan pelayanan di puskesmas kecamatan

sampai pukul 15.00 WIB. Khusus untuk pelayanan PTRM kegiatan PKL dimulai

pukul 09.00 s.d 12.00 WIB.

Puskesmas Kecamatan Johar Baru membawahi enam puskesmas kelurahan

dan satu pelayanan Program Terapi Rumatan Methadon (klinik methadon).

Adapun enam puskesmas kelurahan tersebut adalah Puskesmas Kelurahan Johar

Baru I, Johar Baru II, Johar Baru III, Galur, Tanah Tinggi, dan Kampung Rawa.

Saat ini sudah ada empat puskesmas yang meraih sertifikat ISO, yaitu: Puskesmas

Kecamatan Johar Baru, Puskesmas Kelurahan Johar Baru I, Puskesmas Kelurahan

Johar Baru II, dan Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi.

Jumlah tenaga kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Johar Baru ada

empat orang yakni dua orang apoteker dan dua orang asisten apoteker. Asisten

apoteker melakukan pelayanan di apotek sementara apoteker melakukan tugasnya

di gudang farmasi dalam hal pengadaan dan penyimpanan barang seperti obat dan

perbekalan farmasi lainnya. Seiring dengan meningkatnya animo masyarakat

dalam berobat, setelah diberlakukan program KJS (Kartu Jakarta Sehat) maka

pelayanan kefarmasiaan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru dirasakan kurang

prima. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia, sehingga

jobdesk petugas farmasi bertambah (sering merangkap tugas yang lain seperti

administrasi). Bahkan di beberapa puskesmas kelurahan tidak memiliki tenaga

Page 39: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

teknis kefarmasiaan. Sehingga pekerjaan kefarmasiaan harus dilakukan oleh

tenaga kesehatan lainnya seperti perawat, bidan, dsb.

Waktu kerja pegawai di puskesmas kecamatan dan kelurahan pada hari

Senin-Kamis dimulai pukul 07.30 sampai pukul 16.00, pada hari Jumat dimulai

pukul 07.30 sampai 16.30, sedangkan pada hari Sabtu di puskesmas kelurahan

dimulai pukul 07.30 sampai pukul 12.00. Kegiatan di apotek puskesmas

kecamatan dan kelurahan yaitu menyiapkan sediaan racikan puyer sebelum pasien

datang, skrinning resep, menyiapkan obat, menuliskan etiket, melakukan

penyerahan dan pemberian informasi obat ke pasien. Pelayanan apotek selesai

pada pukul 12.00, selanjutnya petugas farmasi di puskesmas kelurahan melakukan

kegiatan administrasi seperti merekapitulasi penggunaan obat, penyusunan

defekta, monitoring expired date, dsb sampai jam kerja berakhir. Sedangkan di

puskesmas kecamatan, pelayanan apotek dilanjutkan kembali pada pukul 14.00

sampai pukul 16.00.

Pemantauan stok dan expired date seharusnya dilakukan secara berkala

oleh petugas farmasi. Obat-obat yang hampir kadaluwarsa diberi tanda

(penempelan bendera) di rak penyimpanan. Sistem distribusi obat di apotek

maupun di gudang menganut sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO

(First In First Out) dimana obat yang mendekati tanggal kadaluwarsa dan datang

lebih dahulu yang akan didistribusikan lebih cepat. Namun pada prakteknya,

masih ditemukan beberapa penyimpanan obat yang tidak memenuhi sistem FEFO

dan FIFO. Pemantauan stok dan expired date pun belum dapat dilakukan secara

berkala karena keterbatasan waktu dan sumber daya manusia.

Page 40: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

Sarana dan prasarana di apotek kelurahan maupun kecamatan dirasakan

belum memadai. Sebagai contoh, tidak tersedianya etiket kertas dan plastik klip

obat sehingga signa harus ditulis dengan menggunakan spidol di plastik biasa

bahkan ada yang harus menulis signa di strip obat karena tidak tersedia plastik

yang berukuran besar. Tidak tersedianya kantong plastik obat beukuran besar

sehingga pasien sering kesulitan bila mendapat beberapa macam obat. Pasien pun

tidak mendapatkan sendok obat untuk sediaan cair seperti sirup, suspensi, dsb.

Karena hampir semua puskesmas belum memiliki gedung sendiri maka sarananya

pun belum memadai, seperti tidak disediakan ruang tunggu pasien yang nyaman

di depan loket apotek, ruang apotek belum disediakan AC sehingga suhu ruangan

tidak dapat dikontrol. Hal ini meningkatkan resiko kerusakan obat dalam

penyimpanan di apotek. Selain itu, di ruang apotek puskesmas kecamatan dan

beberapa puskesmas kelurahan tidak dilengkapi wastafel untuk mencuci peralatan

racik habis pakai seperti lumpang, alu, blender, sudip, dll.

Peracikan di puskesmas relatif tidak memenuhi kaidah meracik yang benar

karena frekuensi dan kuantitas permintaan yang besar sementara tenaga dan waktu

yang terbatas. Beberapa masalah yang ditemukan terkait peracikan yang tidak

memenuhi kaidah antara lain: serbuk masih kasar dan belum homogen, pembagian

dosis per bungkus tidak rata karena membagi untuk 50 bungkus sekaligus. Hal ini

dikhawatirkan dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi pasien. Petugas

tidak dilengkapi dengan APD (Alat Pelindung Diri) yang cukup memadai saat

meracik obat sehingga resiko terpapar sangat besar.

Penyiapan obat dimulai dari skrining resep sampai penyerahan obat tidak

melakukan double checking karena terkadang hanya satu orang yang bertugas di

Page 41: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

ruang apotek sehingga resiko kesalahan pemberian obat (medication error) relatif

besar. Pelayanan PIO (Pelayanan Informasi Obat) dirasakan pula belum maksimal

bahkan ada beberapa pasien yang sama sekali tidak mendapatkan PIO. Ada

beberapa pasien sering kali tidak mau diberikan PIO karena merasa sudah terbiasa

minum obat tersebut. Dalam hal ini, petugas farmasi dituntut untuk tetap

memberikan PIO namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Karena keterbatasan sumber daya manusia dan beban volume kerja yang

meningkat, ada beberapa asisten apoteker yang dilibatkan dalam tim ISO

puskesmas, di beberapa puskesmas kelurahan melibatkan petugas farmasi dalam

membantu program kebidanan (kunjungan ke rumah ibu hamil dan menyusui,

dsb). Hal ini dapat mengganggu pelayanan farmasi secara tidak langsung karena

petugas farmasi tidak dapat fokus dibidangnya.

Secara keseluruhan, pelayanan kefarmasian di apotek sudah dilakukan

secara maksimal meskipun masih terdapat banyak kekurangan seperti

keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.

Page 42: Laporan PKL Puskesmas JOHAR

ssBAB VI

Penutup

6.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan kegiatan PKL selama 10 hari kerja, mahasiswa dapat

menyimpulkan beberapa hal, antara lain:

1.

6.2 Saran